1. Pengertian
Visite dokter adalah kegiatan kunjungan oleh dokter kepada pasien
untuk lebih mengetahui kondisi perkembangan dengan cara mendatangi,
memeriksa, dan berkomunikasi secara langsung kepada pasien di ruang
perawatan.
2. Persiapan yang diperlukan:
Yang harus disiapkan dalam mendampingi dokter visite adalah:
a.Stetoskop
b.Handscrub
c. Status rekam medis pasien
d.Bolpoin
e. Menyiapkan resep dan mengurutkan status rekam medis pasien sesuai
dengan urutan visite
3. Tugas bidan saat visite sebagai asisten
a. Mendampingi dokter saat kunjungan ke pasien
Kunjungan ini dilakukan dari satu ruangan pasien ke ruangan pasien
yang lain
b. Membawa buku operan, status rekam medis pasien, dan handscrub
Bidan harus mengenali pasien yang akan di-visite, baik identitas
maupun perjalanan penyakit atau perawatan pasien
c. Mencatat semua advice dokter
Mencatat semua advice dokter di buku operan.
REGISTER RAWAT INAP
1. Pengertian
Register menurut Depkes adalah buku catatan tentang kegiatan rumah
sakit/catatan tentang pelayanan yang diberikan rumah sakit pada pasien.
Dalam buku register ada format yang harus diperhatikan, karena penulisan
dalam buku register terdapat pedomannya.
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh informasi semua pasien yang dirawat (masuk-keluar
rumah sakit) sehingga informasi dari pasien yang bersangkutan dapat
bermanfaat untuk rumah sakit maupun pasien.
b. Agar mudah dilihat dan digunakan pada saat diperlukan.
3. Kegunaan
a. Untuk dasar jumlah pasien yang ada di ruangan yang perlu dicatat dan
dilaporkan setiap hari ke Unit Rekam Medis serta alat untuk mengecek
silang dengan sensus harian yang dibuat ruang Rawat Inap.
b. Sebagai informasi tentang jumlah pasien yang masuk dan keluar setiap
hari.
c. Sebagai informasi untuk mengetahui beban ruang rawat inap.
d. Sebagai arsip ruang rawat inap yang harus selalu disimpan pada ruang
rawat inap yang bersangkutan.
4. Tanggung Jawab Pelaksanaan
Penanggung jawab setiap shift bertanggung jawab dalam pengisian
buku register.
5. Mekanisme Pengisian
a. Pencatatan dilakukan pada setiap pasien yang mendaftar dalam waktu
maksimal 24 jam secara berurutan dan kontinu.
b. Semua pasien rawat inap harus tertulis di buku register.
c. Buku register harus diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan format
yang tersedia.
6. Format buku register rawat inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari sebagai berikut :
1. Buku Venflon
1.1 Pengertian
Buku venflon adalah buku yang berisi jadwal pemasangan dan
pelepasan venflon, bertujuan untuk mengetahui lama pemasangan venflon
sehingga mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
BUKU VENFLON
No Tgl Pasang Petugas Tgl Lepas Petugas Ket
2. Buku TTV
2.1 Pengertian
Buku TTV adalah buku yang berisi tentang jadwal pengecekan TTV pada
pasien, bertujuan untuk memantau perkembangan kondisi pasien.
Hari :
Tanggal :
No Nama Px Ruangan TD N S RR Suhu Penunggu Suhu Penunggu
1 2
3. Buku Injeksi
3.1 Pengertian
Buku injeksi adalah buku yang berisi tentang jadwal injeksi pasien,
bertujuan untuk mempermudah melihat jadwal injeksi.
BUKU INJEKSI
No Nama Px Ruangan Nama Obat Dosis Obat Jam
Pemberian
1. Pengertian
Register adalah buku catatan atau daftar (nama dan sebagainya) yang
disusun secara bersistem. Rawat Jalan adalah pelayanan yang diberikan
kepada pasien yang tidak mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitasi
pelayanan kesehatan. Register pelayanan pasien rawat jalan yaitu buku
pencatatan yang dibuat pada Unit Rawat Jalan bagi setiap pasien rawat jalan
yang dilayani, termasuk pasien yang dilayani pada Instalasi Gawat Darurat
baik pengunjung baru maupun pengunjung lama.
2. Tujuan dan kegunaan
2.1. Tujuan dari diadakannya buku register rawat jalan ini adalah:
b. Untuk memperoleh informasi mengenai identitas pasien, cara
kunjungan, asal pasien, keadaan pasien.
c. Agar mudah dilihat dan digunakan pada saat diperlukan
2.2. Kegunaan dari buku register pelayanan rawat jalan
b. Untuk mengetahui beban kerja Unit Rawat Jalan termasuk Instalasi
Gawat Darurat.
c. Untuk mengetahui kunjungan baru dan jumlah di masing-masing
poliklinik dan merupakan data dasar pembuatan laporan kegiatan
Unit Rawat Jalan.
d. Sebagai arsip Unit Rawat Jalan/poliklinik yang harus selalu disimpan
di setiap Unit Rawat Jalan/Poliklinik.
3. Mekanisme pengisian
a. Buku register ini diisi pada saat pasien mendaftar untuk setiap kunjungan
rawat jalan.
b. Untuk pelayanan gawat darurat pengisian buku register dilaksanakan
setiap saat dalam waktu 24 jam secara terus menerus dan kontinu
c. Buku register diisi ketika pasien diperiksa pada poliklinik
d. Buku register harus diisi lengkap dan jelas sesuai dengan format yang
telah tersedia.
4. Tanggung jawab pelaksanaan
Penanggung jawab setiap shift bertanggung jawab dalam pengisian buku
register.
5. Format dan cara pengisian Register Pelayanan Pasien Rawat Jalan
5.1. Format register
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
dr.Wayan
Tgl
dr.Bebi
dr.Arni
dr.Mei
Usia
No. Kunjungan Kasus Diagnosa Ket.
Nama Px (th/bln) Alamat
RM
No L P B L B L
5.1 Cara pengisian
5.1.1. Kolom (1) Tgl/No
Diisikan tanggal saat pasien berkunjung. Nomor kunjungan diisikan di baris
bawahnya kolom tanggal. Jika pasien yang berkunjung hari itu lebih dari
dari satu tidak perlu mengisikan tanggal lagi, langsung saja diisikan nomor
selanjutnya. Setiap pergantian bulan beri jeda 1 baris untuk menulis bulan
dan tahun berikutnya.
5.1.2. Kolom (2) No.RM/Rekam Medis
Diisikan nomor Kartu Identitas Berobat (KIB). Kartu identitas Berobat
adalah kartu tanda pengenal sebagai pasien yang berisi identitas pasien
dan nomor rekam medis. Kartu ini diberikan ke pasien dan setiap kali
berobat harus dibawa, dimana kegunaannya sebagai alat untuk mencari
rekam medis serta sebagai bukti pernah berobat atau pasien lama. KIB
dapat dibuat secara manual maupun komputer, ukurannya 4,25 x 7,5 cm.
5.1.3. Kolom (3) Nama Px (pasien)
Setelah penetapan sistem penamaan yang dipakai, terlebih dahulu kita
harus memahami keperluan yang mendasar sehingga dianggap perlu
ditetapkan dengan sistem tersendiri. Pada dasarnya sistem serta untuk
membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya, sehingga dapat
mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada
pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Tata cara penulisan-penulisan
nama pasien di rumah sakit meliputi:
a. Nama pasien sendiri yang terdiri satu kata atau lebih.
b. Penulisan nama sesuai dengan rekam medis.
c. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru
yang disempurnakan dengan menggunakan huruf cetak.
d. Tidak diperkenankan adanya pencantuman jabatan/gelar.
e. Pasien ibu atau pasien perempuan dewasa yang sudah menikah
didahului dengan sebutan Ny., pasien perempuan yang belum menikah
didahului dengan sebutan Nn., dan untuk pasien anak-anak usia<12 th
didahului dengan sebutan An.,
f. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya
harus disesuaikan dengan paspor yang berlaku di Indonesia.
g. Bila seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum
mempunyai nama, maka penulisan namanya adalan By. Ny. Xxxx.
5.1.4. Kolom (4) usia (th/bln)
Kolom usia dibagi menjadi dua, kolom P untuk pasien berjenis kelamin
perempuan dan kolom L untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.
5.1.5. Kolom (5) alamat
Diisikan sesuai alamat tempat tinggal pasien yang tercatat di lembar rekam
medis pasien dan sesuai dengan Kartu Identitas pasien. Jika terdapat
perbedaan alamat tempat tinggal pasien lama karena sudah pindah, pasien
diminta untuk melakukan perubahan data di bagian pendaftaran untuk
diperbarui sesuai dengan alamat tempat tinggal yang baru.
5.1.6. Kolom (6) Kunjungan (B/L)
Diisikan tanda centang () pada salah satu kolom berdasarkan jenis
kedatangan pasien. Dilihat dari jenis kedatangannya pasien dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Pasien Baru
Pasien baru adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah
sakit untuk keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Pasien lama
Pasien lama adalah pasien yang sudah pernah berobat/datang
sebelumnya ke rumah sakit.
5.1.7. Kolom (7) Kasus (B/L)
Diisikan tanda centang () pada salah satu kolom berdasarkan kasus
penyakit yang diderita pasien. Kasusnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kasus Baru
Kasus baru (NEW EPISODE OF ILLNESS) adalah pernyataan pertama
kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa
dokter/ tenaga medis.
b. Kasus Lama
Kasus lama adalah kunjungan ke-2 dari kasus baru yang dinyatakan
belum sembuh, untuk kunjungan selanjutnya dari kasus lama
(periode/tahun sama) selama belum sembuh.
5.1.8. Kolom (8) diagnosa
Diisikan sesuai dengan diagnosa yang diberikan oleh dokter kepada
pasien. Diagnosa adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan
gejala dengan menggunakan cara dan alat seperti laboratorium, foto, dan
klinik.
5.1.9. Kolom (9), (10), (11), (12)
Diisikan tanda centang () pada salah satu kolom sesuai dengan nama
dokter pemberi asuhan.
5.1.10. Kolom (13) Keterangan
Pada kolom keterangan diisikan jenis asuhan atau tindakan yang diberikan
saat rawat jalan. Jenis asuhan yang ada di IGD:
4.b.1 Rawat Jalan/pengobatan
4.b.2 Kuretase
4.b.3 Lepas/Pasang IUD
4.b.4 Evaluasi serviks
4.b.5 Biopsy
TIMBANG TERIMA/OPERAN SETIAP PERGANTIAN SHIFT
1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu di
antaranya handover, handoffs, shift report, sign out, sign over dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi
(termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.
2. Tujuan timbang terima
Tujuan dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan pasien (data fokus).
Menyampaikan masalah setiap pasien dan menjelaskan keadaan terkini
pasien
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Dalam pelaksanannya, ada 3 langkah dalam timbang terima yaitu:
a. Lisan adalah melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
b. Tertulis adalah melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada
status rekam medis saja atau media tertulis lain
c. Kunjungan ke pasien, atau bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback
4. Langkah-langkah dalam timbang terima
Langkah-langkah dalam timbang terima sebagai berikut:
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
Shift yang akan selesai dan yang akan berdinas sudah siap untuk
menerima operan.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
Shift yang akan selesai dinas sudah menyiapkan laporan selama dinas di
buku operan jaga. Di buku tersebut sudah ditulis tentang nama pasien,
diagnosa, ruangan pasien, keadaan pasien terkini, perjalanan perawatan
selama shift, dan semua terapi dan advis dokter. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
c. Penanggungjawab shift menyampaikan kepada perawat shift selanjutnya,
meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
Meliputi diagnosa terakhir dan keadaan pasien terkini
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan.
Meliputi apa yang harus dilakukan shift selanjutnya
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.
Berupa terapi untuk pasien dan tindakan medis
d. Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang
kurang jelas. Dalam penyampaian timbang terima dilakukan secara singkat
dan jelas.
e. Penanggung jawab shift dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.
f. Pada saat keliling ruangan dari satu pasien ke pasien yang lain, petugas
melakukan 5S terlebih dahulu, kemudian bisa menanyakan keluhan pasien,
dan memperkenalkan ke pasien untuk petugas jaga shift berikutnya.
g. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
PELAYANAN SELAMA PANDEMI COVID
1. Skrining Covid-19
Skrining Covid-19 merupakan tindakan awal yang dilakukan petugas
kesehatan terhadap pasien yang datang ke rumah sakit. Tindakan ini
menentukan langkah selanjutnya, apakah pasien harus segera dirujuk ke rumah
sakit khusus rujukan Covid-19, perlu menjalani tes permulaan, atau bisa
diperiksa secara umum sesuai dengan keluhan. Beberapa pertanyaan yang akan
diajukan terkait Covid-19 adalah:
a. Tanyakan pada pasien apakah ada riwayat batuk, demam, nyeri tenggorokan,
pilek, sesak nafas, nyeri kepala, dan mata berair.
b. Tanyakan riwayat perjalanan 2 minggu.
c. Adakah kontak dengan orang yang positif Covid-19 jika iya, kapan terakhir
kontak, seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan
atau berkunjung.
d. Adakah riwayat menghadiri atau bekerja di keramaian. Seperti pernikahan,
selamatan, seminar, rapat, pengajian, dan peribadatan lain.
e. Jika salah satu pertanyaan diatas terdapat jawaban “iya”, maka isikan biodata
dan hasil skrining ke formulir skrining kewaspadaan Covid-19.
f. Konsultasikan ke dokter jaga, apakah pasien harus diobati, dirujuk, karantina,
atau bisa berobat seperti biasa sesuai dengan keluhannya.
2. Peraturan Penunggu Pasien
Dalam menghadapi wabah Covid-19, Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari mengambil kebijakan sebagai berikut:
2.1 Pengukuran suhu oleh security setiap masuk rumah sakit.
Pengukuran suhu dilakukan pada setiap orang yang akan masuk ke rumah
sakit, baik pasien, penunggu, ataupun karyawan.
2.2 Penunggu pasien rawat inap hanya 2 orang dan tidak boleh bergantian.
Penunggu pasien dibatasi 2 orang saja dan tidak diperkenankan bergantian.
Penunggu tersebut yang boleh keluar masuk rumah sakit.
2.3 Dipastikan penunggu tidak dalam keadaan sakit, tidak pulang dari luar kota
Selain pasien, penunggu pasien juga harus dipastikan dalam keadaan sehat.
Tidak ada gejala Covid-19 seperti batuk, pilek, demam, ataupun riwayat
perjalanan dari luar kota.
2.4 Wajib pakai masker
Penunggu dan pasien wajib menggunakan masker selama berada di area
rumah sakit.
2.5 Jaga jarak
Penunggu tidak boleh bergerombol dengan penunggu pasien lain (jaga
jarak).
2.6 Cek TTV penunggu
Penunggu wajib di periksa suhu sama seperti pasien. Cek suhu dilakukan 3
kali dalam sehari.
PELAYANAN POLI KANDUNGAN
1. PENGERTIAN
Komunikasi dengan dokter melalui telepon adalah komunikasi efektif yang
dilakukan oleh perawat untuk melaporkan segala bentuk keluhan, keadaan dan
permasalahan pasien kepada dokter.
SBAR adalah metode struktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera DPJP/tenaga kesehatan yang
lain. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan
kedalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR
memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation).
2. Tujuan
Tercapainya keselamatan pasien terutama sasaran mengenai komunikasi
yang efektif.
3. PROSEDUR
3.1 Langkah langkah komunikasi melalui telepon
a) Mengucapkan salam
b) Menginformasikan keadaan pasien yang akan dilaporkan, atau
menginformasikan hasil pemeriksaan yang sudah dikirim via WA .
3.2 Langkah-langkah penulisan SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation) dan konfirmasi ulang
a) Berilah bubuhkan stempel petugas yang melakukan komunikasi SBAR
b) Berilah tanggal dan jam lapor
c) S (Situation): kondisi terkini yang terjadi pada pasien
Contoh: ibu mengatakan hamil ke 1, keluar cairan sejak jam 12.00 dan
mules sejak jam 09.00
d) B (Background): info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
Contoh: pemeriksaan yang dilakukan mulai dari TTV/tanda-tanda vital,
TFU/tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, his, VT, dan hasil
laboratorium
e) A (Assessment): hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini
Contoh: diagnosa dari hasil pemeriksaan seperti G1P0000 uk 40
minggu dengan inpartu kala 1 fase laten+KPD
f) R (Recommendation): intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga
Contoh: instruksi yang diberikan oleh dokter penanggungjawab.
Misalnya drip/SC/evaluasi 4jam.
g) Berilah stempel SBAR yang berisi paraf dari pemberi dan penerima
informasi beserta tanggal dan jamnya
PERSALINAN NORMAL BIDAN
1. Pengertian
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala.
2. Tujuan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap, serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
3. Persiapan Sebelum Persalinan Normal
Segala sesuatu yang dipersiapkan dalam hal menyambut kelahiran. Menyiapkan
semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan.
3.1 BHP dan Perlengkapan Ibu:
BHP adalah bahan habis pakai, yang artinya adalah semua obat-obatan dan
peralatan medis yang telah digunakan oleh pasien selama masa dirawat di
rumah sakit.
Adapun BHP dan perlengkapan lainnya meliputi;
a) Kresek hitam besar (1)
b) Kresek kuning besar.(1)
c) Gendok dan kresek hitam sedang (1)
d) Underpad ( sesuai kebutuhan)
e) T-towel (1)
f) Handscoon steril nomor disesuaikan ( sesuai kebutuhan)
g) Syntocinon (2)
h) Metergin (1)
i) Lidocain (bila perlu).
j) Spuit 3 cc (2)
k) Venflon nomor 16 (1)
l) Dan lain-lainnya (infus D5 untuk pasien drip)
1. PENGERTIAN
Persalinan sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per
abdominal dengan membuat sayatan pada dinding perut dan rahim atas indikasi
tertentu.
2. TUJUAN
Tujuan sectio caesarea adalah untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.
3. PEMERIKSAAN
Persiapan dalam melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
3.1 Pengkajian, meliputi:
3.1.1 Data subjektif: identitas pasien, keluhan utama, riwayat haid, riwayat
hamil ini, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, riwayat KB, dan psiko-sosio-spiritual.
3.1.2 Data objektif:
a. Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien, kesadaran, GCS, tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan, BB sebelum hamil, BB saat ini, tinggi
badan, lila (lingkar lengan).
b. Inspeksi:
1) Muka simetris/tidak.
2) Mata normal/kabur, konjungtiva normal/anemis, sklera
putih/merah/kuning.
3) Hidung normal/sekret.
4) Mulut normal/karies/stomatitis.
5) Telinga normal/tidak, pendengaran normal/tuli/berdenging.
6) Leher normal/pembesaran kelenjar.
7) Dada simetris/tidak, sistem pernafasan dada/perut, payudara
simetris/tidak.
8) Anogenital varises/bengkak, pengeluaran pervaginam ada/tidak.
c. Palpasi dilakukan untuk memeriksa:
1) Leopold I (menentukan tinggi fundus uteri).
2) Leoplod II (menentukan letak jantung janin).
3) Leopold III (menentukan bagian terendah janin).
4) Leopold IV (menentukan bagian terendah janin sudah masuk
pintu atas panggul atau belum).
5) His (kontraksi janin dalam 10 menit berapa lama dan berapa
kali).
d. Auskultasi: mendengarkan dan menghitung DJJ dalam 1 menit
berapa kali.
e. Perkusi: ekstremitas, reflek patela
f. Pemeriksaan dalam (VT) dilakukan untuk memeriksa:
1) Pembukaan (1cm-10cm),
2) Effacement (25%-100%),
3) Ketuban (sudah pecah atau belum, jika pecah atau merembes
warnanya apa),
4) Bagian terendah janin (kepala, bokong, atau bagian kecil),
5) Penurunan bagian terendah janin.
g. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu:
1) NST
NST adalah alat untuk merekam denyut jantung janin, yang
dilakukan oleh bidan dan untuk hasil bacaan yang menentukan
dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari. Hasil NST ada 3 yaitu reaktif (baik), suspecius
(pertengahan) dan patologis (buruk/gawat janin).
2) USG
USG baik di ruang VK atau Poli Kandungan dilakukan oleh
dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari.
3) Laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan, pasien dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang meliputi pemeriksaan: hemoglobin, leukosit,
trombosit, golongan darah, HIV, HbsAg, dan Sifilis
h. Analisa Diagnosa
Berdasarkan dari pemeriksaan tersebut dapat menentukan diagnosa
sementara, misalnya: GIIP1001 UK 38-39 minggu dengan BSC 2th+SC
elektif+MOW.
i. Masalah Keperawatan
Berdasarkan dari analisa diagnosa contoh kasus di atas, dapat
ditentukan masalah, yaitu bekas SC (BSC) 2th.
j. Rencana asuhan
Rencana asuhan yaitu melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter
penanggung jawab pelayanan.
b. Persiapan Post SC
Hal-hal yang perlu disiapkan post SC adalah sebagai berikut:
1) Mencatat data bayi dengan meminta data pada perawat perinatologi
meliputi jam bayi lahir, jenis kelamin, berat badan bayi, panjang
badan bayi, lingkar kepala bayi, lingkar dada bayi, APGAR SCORE,
dan keadaan air ketuban.
2) Serah terima berisi:
a) Identitas pasien
b) Diagnosa post op
c) Tindakan operasi
d) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
e) Pengukuran Vital Sign
f) Laboratorium
g) Data pengecekan
h) Tanda tangan serah terima
3) Memindahkan pasien ke ruang HCU, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Posisi pasien di atas bed,
posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup
pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik.
4) Membaca dan melakukan tindakan sesuai dengan advis DPJP.
5) Mengobservasi pasien mulai dari tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, banyaknya urine yang keluar, dan banyaknya darah yang
keluar. Melengkapi dokumen rekam medis dengan hasil observasi
pasien dan mengisikan ke dalam lembar skala bromage
6) KIE pasien untuk puasa selama 6 jam setelah operasi, tidak boleh
minum ataupun makan terlebih dahulu. Jika sudah 6 jam boleh minum
sedikit terlebih dahulu, jika tidak mual dan muntah maka boleh
dilanjutkan. Jika pasien sudah buang angin, diet bisa dilanjutkan
dengan bubur halus, apabila tidak mual, muntah, dan kembung maka
untuk diet selanjutnya bisa dinaikkan dengan makanan tinggi kalori
tinggi protein (TKTP).
7) Menyeka pasien dengan meminta perlengkapan yang sudah di
siapkan oleh keluarga seperti pamper, gurita ibu, baju ibu, dan jarit.
Menyeka pasien dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siapkan T-Towel untuk menyeka pasien
2) Lakukan 5S dan mohon ijin kepada pasien dan keluarga bahwa
pasien akan diseka
3) Bila di ruangan HCU ada keluarga pasien lain (laki-laki), mohon
keluarga pasien lain tersebut untuk keluar terlebih dahulu. Kunci
ruang HCU
4) Lepaskan semua pakaian dan selimut pasien
5) Bersihkan wajah pasien terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan tangan, badan, dan kaki pasien
6) Pastikan bekas Betadine dan darah bersih dari badan pasien
7) Minta pasien untuk mengangkat pantat dan gantilah underpad
yang kotor dengan pamper ukuran dewasa, rekatkan pamper, dan
pastikan pasien merasa nyaman
8) Minta pasien untuk mengangkat pantat lagi dan pasang gurita ibu
dengan pelan-pelan, pasanglah tali gurita dengan kekencangan
yang pas, jangan terlalu longgar ataupun terlalu kencang. Ini bisa
dikonfirmasikan kepada pasien, apakah gurita sudah nyaman
9) Pakaian baju ibu, jarit, dan selimuti ibu kembali
10) Ucapkan terimakasih kepada pasien
8) Memberikan vitamin A (2 butir) kepada pasien dan menjelaskan
aturan minum yaitu 1 butir/hari selama 2 hari. Minum 1 butir selama 2
hari pada jam yang sama.
9) Memindahkan pasien ke ruang rawat inap, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Dengan posisi kepala pasien
di atas bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan
lupa menutup pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti
dengan baik. Jelaskan jika pasien memerlukan bantuan bisa
menekan tombol nurse call atau pihak keluarga datang ke ruang
bersalin, serta pastikan kaki bed sudah terkunci.
LAPAROTOMI
1. Pengertian
Laparotomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong,
2010). Laparotomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Tindakan bedah
obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparotomi adalah berbagai jenis
operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang
meliputi histerektomi baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvik,
salpingooferektomi bilateral (Smeltzer, 2014).
2. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen. Laparotomi eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan (Smeltzer, 2014).
3. Persiapan Pasien Sebelum Operasi
a. Pemeriksaan Fisik
Berupa tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi
b. Menghubungi Petugas Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang sebelum dilakukan laparotomi
yaitu:
1. Laboratorium: darah lengkap dan analisis urin
2. Radiologi (foto thorax): Pemeriksaan foto thorax dilakukan di rumah sakit
yang sudah mempunyai fasilitas radiologi dan sudah bekerjasama
dengan RSIA Tanjungsari, dikarenakan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari belum memiliki ruang radiologi. Prosedurnya setelah
pemeriksaan laboratorium pasien dimintakan surat pengantar foto thorax
ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari,
setelah itu pasien diantar foto thorax dengan menggunakan ambulans
rumah sakit.
3. EKG: elektrokardiogram merupakan tes diagnostik umum yang
digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung
4. USG: ultrasonografi adalah sebuah pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi untuk menggambarkan kondisi organ-
organ dalam tubuh. USG yang dilakukan sebelum tindakan laparotomi
adalah USG rahim.
c. KIE
KIE sebelum tindakan laparotomi adalah menjelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa tindakan laparotomi perlu dilakukan karena adanya
kista/miom yang ditemukan di rahim pasien berdasarkan dari hasil USG
yang sudah dilakukan oleh dokter spesialis kandungan RSIA Tanjungsari.
d. Informed Consent
Informed consent adalah proses komunikasi dua arah antara pasien
dengan petugas medis sebelum memberikan keputusan. Selain itu, poin
penting lain dari informed consent adalah membantu pasien lebih teredukasi
terkait penanganan medis yang akan dilakukan.
Pemberian informasi dan persetujuan tindakan ada 2:
1. Pemberian informasi dan persetujuan laparotomi
Sudah ada form persetujuan tindakan laparotomi yang berisi tentang
dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi, jenis
informasi, dan isi informasi. Setelah pasien dan keluarga sudah dijelaskan
dan sudah mengerti maka pasien mengisi persetujuan tindakan
laparotomi
2. Pemberian informasi dan persetujuan anestesi
Sudah ada form persetujuan tindakan anestesi yang berisi tentang
dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi, jenis
informasi, isi informasi, setelah pasien dan keluarga sudah dijelaskan dan
sudah mengerti maka pasien mengisi persetujuan tindakan anestesi.
e. Skiren
Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi skiren dalam
bab pelayanan pasien rawat inap.
f. Mengantar pasien ke ruang OK dengan brankar atau kursi roda
(menyesuaikan kondisi pasien).
g. Melakukan timbang terima pada tim OK dengan membacakan daftar
pengecekan persiapan operasi. Isinya meliputi:
1). Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
2). Diagnosa berangkat operasi
3). Tindakan operasinya apa
4). Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5). Pengukuran Vital Sign
6). Hasil laboratorium
7). Persiapan darah
8). Obat-obatan yang sudah diberikan
9). Data pengecekan
10). Tanda tangan serah terima
4.Post Operasi
a. Serah terima dari OK, apa saja tindakan dan bagaimana keadaan pasien
saat operasi dan setelah operasi. Serah terima berisi:
1) Identitas pasien
2) Diagnosa post op
3) Tindakan operasi
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Laboratorium
7) Data pengecekan
8) Tanda tangan serah terima
b. Memindahkan Pasien ke HCU
Memindahkan pasien ke ruang HCU, dilakukan dengan teman sejawat atau
dengan bantuan security. Posisi pasien di atas bed, posisi kaki yang berjalan
terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup pelindung pada bed pasien.
Pastikan pasien terselimuti dengan baik. Membaca dan melakukan tindakan
sesuai advis dokter
Membaca status pasien dan melakukan tindakan sesuai advis dokter
yang sudah tertulis.
c. Mengobservasi Pasien
Mengobservasi pasien dengan benar sesuai pada materi mengobservasi
pasien dalam bab persalinan sectio caesarea.
d. KIE untuk Puasa
Memberikan KIE tentang puasa sesuai advis dokter spesialis
kandungan.
e. Menyeka Pasien
Menyeka pasien dengan benar sesuai pada materi menyeka pasien
dalam bab persalinan sectio caesarea.
f. Memindahkan Pasien ke Ruang Rawat Inap dan Orientasi Ruangan
Memindahkan pasien ke ruang rawat inap, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Dengan posisi kepala pasien di atas
bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup
pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik.
Jelaskan jika pasien memerlukan bantuan bisa menekan tombol nurse call
atau pihak keluarga datang ke ruang bersalin, serta pastikan kaki bed sudah
terkunci.
LAPAROSCOPY
1. Pengertian
Laparoscopy atau jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah
untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat
sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang
kunci atau operasi invasif minimal. Bila dibandingkan dengan tindakan bedah
konvensional, di mana rata–rata membutuhkan sayatan minimal 10cm,
tindakan laparoscopy hanya membutuhkan sayatan sebesar 1cm.
2. Persiapan Pasien
2.1 Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan kita melakukan anamnesa dan melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk mengetahui keadaan pasien. Pengisiannya
bisa memberikan tanda centang pada kotak yang sudah tersedia atau
mengisi pada titik–titik. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Tanda–tanda vital, berat badan, dan tinggi badan.
b. Sistem pernafasan pasien.
c. Sistem sirkulasi darah.
d. Kulit dan selaput lendir.
e. Sistem pernafasan dan kesadaran.
f. Sistem otot dan tulang.
g. Sistem penglihatan.
h. Sistem pendengaran.
i. Sistem pencernaan.
j. Sistem reproduksi.
k. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
l. Pola kebiasaan sehari–hari.
2.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan langsung oleh petugas
laboratorium. Saat pasien datang kita langsung menelepon petugas
laboratorium. Macam-macam pemeriksaan yang biasanya dilakukan yaitu:
a. Hematologi.
b. Kimia klinik.
c. Fungsi ginjal.
d. Gula darah.
2.3 Foto Thorax
Pemeriksaan foto thorax dilakukan di rumah sakit yang sudah
mempunyai fasilitas radiologi dan sudah bekerjasama dengan RSIA
Tanjungsari, dikarenakan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari belum
memiliki ruang radiologi.
Prosedurnya setelah pemeriksaan laboratorium pasien dimintakan
surat pengantar foto thorax ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tanjungsari, setelah itu pasien diantar foto thorax dengan
menggunakan ambulans rumah sakit.
2.4 Pemeriksaan EKG
Pemeriksaaan EKG dilakukan setelah pasien pulang dari foto
thorax. Sebelum melakukan EKG pasien diistirahatkan.
2.5 Konsul Dokter Umum, Sp.PD, Sp. An dan Sp. OG :
Dokter Umum: dilakukan setelah hasil laboratorium, foto thorax dan
EKG sudah jadi. Disediakan lembar formulir pemeriksaan pre op
untuk diisi oleh Dokter Umum.
Dokter Sp. PD: dilakukan dengan cara mengirimkan hasil
laboratorium, foto thorax dan EKG melalui pesan. Setelah itu
mengkonfirmasi terapi yang didapat pasien.
Dokter Sp. An: dilakukan dengan cara mengirimkan hasil
laboratorium, foto thorax, EKG, foto pasien yg tengadah dan
menjulurkan lidah untuk menetukan skor mallampati melalui pesan
WhatsApp. Setelah itu mengkonfirmasi terapi yang didapat pasien.
Setelah semua hasil konsultasi keluar dilaporkan ke dokter Sp. OG
dan mengkonfirmasikan pada dokter umum untuk jadwal dilakukan
tindakan laparoscopy.
2.6 Persetujuan Rapid Test
Menjelaskan kepada pasien tentang perlunya rapid test sebelum
tindakan operasi dilakukan oleh Dokter Umum. Pemeriksaan rapid test
dilakukan malam sebelum pasien operasi. Pasien dianjurkan datang ke
RSIA Tanjungsari jam 19.00 untuk pengambilan sampel darah. Sampel
akan dikirim ke rumah sakit lain untuk dilakukan pemeriksaan rapid test.
Sebelum dilakukan rapid dimintakan informed consent terlebih dahulu.
Untuk pemeriksaannya dilakukan bagian laboratorium.
2.7 Informed consent
Dimintakan saat pemeriksaan pre op selesai, pada pasien sendiri
dan suami, atau jika suami di luar kota bisa dimintakan pada perwakilan
keluarga kandung.
2.8 Pemberian gastrul per vaginam
Dilakukan malam sebelum pasien dilakukan operasi (jam 20.00 WIB).
Setelah memasukkan gastrul 2 tablet per vaginam pasien dianjurkan untuk
istirahat terlebih dahulu kurang lebih 15 menit. Sebelum pasien pulang,
pasien di KIE untuk puasa mulai jam 04.00 WIB atau sesuai dengan
kebutuhan, biasanya 8 jam sebelum operasi. Pasien diberitahu untuk
datang ulang besok pagi jam 07.00 WIB atau jam 07.30 WIB.
2.9 Skiren
Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi skiren
dalam bab pelayanan pasien rawat inap.
2.10 Memasang venflon/infus.
Dipasang sebelum tindakan operasi, sesuai advis dokter untuk
terapi yang diberikan. Persiapan alat sebagai berikut:
1) Venflon terutama nomer 16
2) Spuit 3cc
3) NaCl 10cc
4) Hipavik 5cm
5) Alkohol swab
6) Hansaplas
7) Tegaderm
8) Handscoon
9) Jika diperlukan infus ditambahkan jenis kebutuhan infusnya dan
infus set atau blood set.
3. Serah terima ke OK
Serah terima dilakukan sesuai tindakan pre op dan tindakan apa yang
direncanakan. Isinya meliputi:
a. Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
b. Diagnosa berangkat operasi
c. Tindakan operasinya apa saja, misalkan laparoscopy
d. Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
e. Pengukuran Vital Sign
f. Hasil laboratorium
g. Persiapan darah
h. Obat-obatan yang sudah diberikan
i. Data pengecekan
j. Tanda tangan serah terima
4. Post Tindakan
a. Serah terima dari OK
Serah terima dari OK, apa saja tindakan dan bagaimana keadaan
pasien saat operasi dan setelah operasi. Serah terima berisi:
1) Identitas pasien
2) Diagnosa post op
3) Tindakan operasi
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Laboratorium
7) Data pengecekan
8) Tanda tangan serah terima
b. Memindahkan pasien ke HCU
Dilakukan dengan teman sejawat atau dengan bantuan security.
Dengan posisi pasien di atas bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih
dahulu. Jangan lupa menutup pelindung pada bed pasien.
c. Memberikan terapi sesuai advis DPJP
Pemberian terapi disesuaikan dengan advis dokter. Biasanya untuk
pasien post laparoscopy hanya observasi sampai sadar penuh,
observasi bising usus, dan intake output. Setelah 2 jam observasi
pasien diperbolehkan pulang.
d. Rekening pasien pulang
Perekeningan disesuaikan dengan banyaknya tindakan dan BHP
yang digunakan pasien saat dilakukan tindakan.
TRANSFUSI DARAH
1. Pengertian
Transfusi darah adalah prosedur untuk menyalurkan darah yang
terkumpul dalam kantung darah kepada orang yang membutuhkan darah,
melalui pembuluh darah vena (intravena). Darah yang disalurkan berasal dari
pendonor.
Transfusi darah merupakan bagian dari penanganan dokter untuk
menyelamatkan nyawa pasien yang kekurangan darah atau sedang
menderita penyakit tertentu. Darah yang ditransfusikan bisa dalam bentuk
komponen darah secara keseluruhan (whole blood), atau salah satu
komponen darah saja, antara lain:
a. Sel darah merah (packed red cell/PRC). Merupakan komponen darah
yang paling sering ditransfusikan. Sel darah merah berfungsi mengalirkan
oksigen dari jantung ke seluruh tubuh serta membuang karbon dioksida
dan zat-zat sisa tubuh.
b. Trombosit (thrombocyte concentrates/TC). Trombosit merupakan bagian
dari sel darah merah yang berfungsi untuk membantu proses pembekuan
darah. Trombosit juga bisa disebut sebagai platelet darah. Berperan
dalam menghentikan perdarahan.
c. Faktor pembekuan (cryoprecipitate). Sama seperti trombosit, berperan
dalam menghentikan perdarahan.
d. Plasma darah (fresh frozen plasma/FFP). Plasma darah merupakan
komponen darah yang bersifat cair, yang mengandung faktor pembekuan,
protein, vitamin, kalsium, natrium, kalium, dan hormon.
2. Indikasi Transfusi Darah
Transfusi darah akan diberikan bila pasien mengalami kekurangan salah
satu atau seluruh komponen darah. Jenis darah yang diberikan akan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang mengacu pada situasi atau
kondisi yang dialami, antara lain:
a. Transfusi PRC. Anemia atau Hb yang rendah merupakan kondisi yang
mendasari seseorang diberikan PRC. Anemia bisa terjadi pada anak-anak
maupun orang dewasa. Beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan
anemia dan membutuhkan transfusi sel darah merah, yaitu talasemia,
anemia aplastik, atau anemia karena perdarahan.
b. Transfusi TC atau cryoprecipitate. Trombosit atau cryoprecipitate akan
diberikan kepada seorang pasien bila pasien tersebut mengalami
perdarahan atau dicurigai akan mengalami perdarahan karena memiliki
gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia atau trombositopenia.
c. Transfusi FFP. Dibutuhkan saat mengalami infeksi berat, penyakit liver
atau luka bakar parah. FFP juga berisi faktor pembekuan, sehingga pada
beberapa kasus perdarahan, FFP dapat diberikan.
3. Pre Transfusi
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum transfusi darah sebagai berikut:
a. Pengambilan Sampel
Sebelum transfusi darah pasien akan diambil sampel darahnya untuk
dilakukan cek golongan darah, berdasarkan golongan darah ABO (A, B, AB,
atau O) dan berdasarkan rhesus (Rh) yang dibagi rhesus positif dan negatif.
Setelah golongan darah sudah sesuai, akan dilakukan pemeriksaan kembali
dengan mencocokkan golongan darah yang diambil dari pendonor dengan
golongan darah penerima, dinamakan dengan crossmatch. Pada saat
crossmatch, tidak hanya mencocokkan kembali golongan darah pendonor
dengan penerima, namun juga dilihat munculnya antibodi yang
kemungkinan dapat menyerang sel darah pendonor dan membahayakan
tubuh si penerima.
b. KIE Keluarga dan Pasien
Tujuan dari KIE adalah meningkatkan pemahaman dan penerimaan
pasien dan keluarga terhadap tindakan pemberian transfusi.
c. Informed Consent
Informed consent adalah proses komunikasi dua arah antara pasien
dengan petugas medis sebelum memberikan keputusan. Selain itu, poin
penting lain dari informed consent adalah membantu pasien lebih teredukasi
terkait pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah.
d. Menghubungi PMI
Sebelum keluarga pasien diminta untuk mengambil darah, petugas
medis harus menghubungi Kantor PMI terlebih dahulu untuk memastikan
apakah darah yang diminta/dibutuhkan stoknya masih tersedia di PMI.
Langkah-langkah dalam menghubungi PMI adalah:
i. Menyiapkan catatan yang isinya golongan darah pasien, jenis darah
yang diperlukan, jumlah darah yang diperlukan, dan nama pasien yang
akan dilakukan transfusi darah.
ii. Hubungi PMI terdekat dahulu, jika di PMI terdekat tidak tersedia baru
menghubungi PMI lain yang jaraknya terdekat dahulu. Misal di PMI Kota
Blitar tidak ada, baru menghubungi PMI Kabupaten Blitar.
e. Persiapan Surat Pengantar dan Sampel Darah
Setelah petugas medis menghubungi kantor PMI dan memesan darah
yang dibutuhkan, petugas medis mengisi surat pengantar dari rumah sakit
untuk diberikan ke PMI. Surat pengantar diisi sesuai dengan kondisi pasien
dan darah yang dibutuhkan sesuai dengan format yang ada di surat
pengantar. Surat pengantar diberikan kepada keluarga pasien yang akan
berangkat mengambil darah ke PMI dan mengarahkan keluarga pasien ke
laboratorium untuk mengambil sampel darah pasien yang sudah
dimasukkan ke wadah penyimpanan darah (cool box).
f. Serah Terima dengan Petugas Laboratorium
Jika keluarga pasien datang dan sudah membawa darah yang
dibutuhkan, keluarga pasien langsung diarahkan ke laboratorium rumah
sakit untuk menyerahkan darah. Petugas laboratorium akan melakukan
crosscheck apakah darah sudah sesuai dengan permintaan dan dilakukan
pencatatan kode darah. Darah yang belum akan diberikan kepada pasien
akan disimpan oleh petugas laboratorium. Darah yang akan segera
diberikan kepada pasien akan diserahkan oleh petugas laboratorium
kepada petugas medis.
g. Observasi reaksi transfusi darah
Darah yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien akan disesuaikan
suhunya dulu dengan suhu ruangan. Pada 15 menit awal transfusi darah, kondisi
pasien akan terus dipantau untuk memastikan pasien tidak mengalami reaksi
alergi. Bila gejala-gejala reaksi alergi terjadi, prosedur dapat segera dihentikan.
Setelah satu jam tes berjalan dan reaksi alergi tidak ditemukan, dokter atau
perawat bisa mempercepat proses transfusi darah.
Reaksi yang dapat muncul pada saat transfusi darah atau beberapa
waktu setelahnya, di antaranya:
1) Demam. Dapat terjadi secara tiba-tiba ketika transfusi darah. Walau
demikian, demam merupakan bentuk respon tubuh terhadap sel darah
putih pendonor yang masuk ke dalam tubuh penerima. Kondisi ini bisa
ditangani dengan pemberian obat pereda demam atau dicegah dengan
memberikan jenis darah yang sudah dibuang sel darah putihnya
(leukodepleted).
2) Reaksi alergi. Menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri dada atau
punggung, sulit bernapas, demam, mengigil, kulit memerah, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, dan mual.
h. Penanganan Reaksi Transfusi
Apabila ada salah satu reaksi transfuse yang terjadi, langkah-langkah
yang dilakukan adalah:
a. Matikan transfuse darah
b. Bila pasien mengalami sesak, segera berikan oksigen melalui masker
O2
c. Segera lapor ke DPJP
d. Berikan terapi ke pasien sesuai advis DPJP
Insisi Kelenjar Bartholini
1. Pengertian
Insisi adalah pembuatan jalan keluar abses secara bedah (dengan scapel).
Tujuan dari insisi yaitu mencegah terjadinya perluasan abses kejaringan lain,
mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya,
memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vaskularisasi
jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi
yang ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya
jaringan parut akibat drainase spontan dari abses.
Kelenjar bartholini dapat mengalami penyumbatan dan peradangan,
sehingga tumbuh kista di lubang vagina. Kelenjar bartholini yang meradang
disebut sebagai bartholinitis. Infeksi kelenjar biasanya disebabkan oleh bakteri,
yang dapat menimbulkan abses. Kelenjar yang terinfeksi akan terasa sakit dan
panas serta berwarna merah menyala.
2. Persiapan Pasien
Persiapan awal, pasien akan menjalani beberapa pemeriksaan fisik untuk
mendiskusikan gejala dan menentukan apakah pembedahan diperlukan.
2.1 Anamnesa Pasien
Pada anamnesis pasien dengan abses bartholini, biasanya mengeluh
adanya benjolan di daerah vulva, bisa nyeri atau asimtomatik. Abses
bartholini sering bersifat kronis, umumnya tidak menunjukkan gejala akut.
Perlu ditanyakan juga apakah nyeri terasa saat beraktivitas, seperti saat
berjalan, duduk, berdiri, atau saat berhubungan seksual. Keluhan lain
seperti demam, gatal, keluar cairan purulenta, perdarahan vagina, rasa
mengganjal, faktor yang memperberat, riwayat berganti pasangan seksual.
Riwayat penyakit menular seksual, dan riwayat abses bartholini
sebelumnya. Selain itu, penting untuk menanyakan durasi keluhan dan
perlu dipertimbangkan usia pasien, karena keganasan kelenjar bartholini,
walaupun jarang, dapat memiliki presentasi yang sama. Dengan
pemeriksaan fisik dan ginekologis, diagnosis abses bartholini dapat
ditegakkan. Pada pemeriksaan ginekologis dengan posisi litotomi, abses
dapat teraba di bagian unilateral vulva, yaitu pembengkakan di arah jam 4
atau 8 labia minora posterior, teraba nyeri dan fluktuasi.
2.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui keadaan kesehatan umum dan mengetahui adanya
kelainan pada pasien. Yang dilakukan saat pemeriksaan fisik adalah
sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
b. Kulit dan Selaput Lendir
Memeriksa kulit dan selaput lendir dalam keadaan baik
c. Sistem Otot dan Tulang
Memeriksa tidak ada nyeri tulang, patah tulang ataupun kelainan
d. Sistem Penglihatan
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada mata
e. Sistem Pendengaran
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada telinga
f. Sistem Pencernaan
Memeriksa apakah ada kelainan pada pencernaan
g. Sistem Reproduksi
Mengkaji HPHT, keputihan, nyeri haid, dan riwayat persalinan yang lalu
h. Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga
Mengkaji adakah penyakit yang sedang diderita pasien atau penyakit
keturunan dari keluarga
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Mengkaji nutrisi pasien sebelum sakit dan kondisi sekarang
2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan insisi dilakukan pemeriksaan laborat
yang meliputi pemeriksaan:
a. Hemoglobin
b. Leukosit
c. Trombosit
d. Golongan darah
e. HIV
f. HbsAg
3. Konsul DPJP
Setelah ada hasil laboratorium, konsultasikan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium tersebut ke DPJP untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.
4. Informed Consent
Setelah mendapatkan advis atau tindakan insisi kelenjar bartholini dari DPJP
kita jelaskan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan oleh DPJP. Bila pasien dan keluarga sudah memahami tentang
penjelasan yang diberikan, kita bisa meminta persetujuan untuk dilakukan
tindakan insisi kelenjar bartholini.
5. Persiapan Alat Insisi Kelenjar Bartholini
5.1 Alat insisi kelenjar bartholini meliputi:
1) Cucing
2) Betadin
3) Kasa
4) Tampon Tang
5) Mess
6) Gunting
7) Gygazime
8) Handscoon
9) Meja Mayo
10)Duk Steril
5.2 Menyiapkan BHP dan Obat Insisi
5.2.1 BHP (Barang Habis Pakai) adalah barang atau alat medis yang
digunakan oleh pasien selama akan dilakukan tindakan kuretase,
barang tersebut meliputi:
1. Underpad
2. Venflon
3. Ns 10 ml
4. Spuit 3 cc
5. Spuit 5 cc
6. Spuit 10 cc
7. Handscoon
8. Nasal
5.2.2 Obat Insisi kelenjar bartholini, meliputi:
a. Valisanbe
b. Dexamethason
c. Petidin
6. Pemasangan Venflon
Definisi atau pengertian IV catheter (Intra venous catheter) adalah kateter
yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena. Pemasangan venflon ini
dilakukan pada pembuluh vena tangan. Bertujuan untuk memasukkan obat
injeksi IV selama tindakan insisi kelenjar bartholini.
7. Persiapan pasien sebelum tindakan
Untuk persiapan tindakan diantaranya:
7.1 Memberitahukan ke pasien akan dilakukan tindakan
Menjelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan, jika ada keluarga
yang sedang mendampingi pasien diminta untuk keluar terlebih dahulu
7.2 Jaga privasi pasien
Tutup tirai, dan kelambu IGD
7.3 Memasang Oksien
Memasang Oksigen nasal 5 lpm
7.4 Posisikan pasien
Memasang penyangga pundak pasien dengan botol infus di pundak pasien
ke posisi fleksi. Melonggarkan BH pasien, dan memposisikan pasien pada
posisi litotomi
7.5 Mendekatkan semua peralatan
Menyalakan lampu sorot dan mendekatkan meja mayo, serta kursi untuk
DPJP ke pasien
7.6 Memasukkan obat-obatan
Memasukkan obat-obatan sesuai advsise DPJP
7.7 Tindakan dilakukan oleh dokter Sp.OG
Bidan sebagai asisten.
8. Asistensi dokter saat tindakan
Tugasnya adalah mengosongkan urin dengan kateter, memengangi
spekulum, memeriksa tekanan darah, dan memasukkan obat sesuai advis
dokter.
9. Post Insisi
Post Insisi kelenjar bartholini adalah selesainya tindakan insisi kelenjar
bartholini yang telah dilakukan oleh DPJP. Setelah selesai tindakan insisi
kelenjar bartholini maka:
9.1 Observasi
Observasi adalah pemantauan keadaan pasien setelah tindakan
kuretase yang meliputi dari tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan,
perdarahan, dan kesadaran pasien. Jika pasien sudah sadar penuh,
oksigen bisa dimatikan dan nasal kanul dapat dilepas
9.2 KIE
KIE pada tindakan kuretase yaitu suatu tindakan atau penyuluhan
terhadap pasien dan keluarga tentang efek samping setelah dilakukan
tindakan kuretase dan pengaruh obat yang telah dimasukkan selama
proses tindakan. KIE ini bertujuan supaya keluarga tidak panik selama
keadaan pemulihan kesadaran pasien berlangsung. Bila pasien sudah
tampak sadar, maka pasien disarankan untuk belajar mobilisasi secara
bertahap. Anjurkan pasien untuk miring kanan kiri terlebih dahulu, bila
miring ke kanan kiri pasien tidak pusing, anjurkan pasien untuk belajar
duduk. Apabila pasien sudah tidak ada keluhan dianjurkan untuk minum
sedikit-sedikit setelah itu makan, dan minum obat sesuai jadwal yang
tertulis pada etiket obat. Kemudian dianjurkan ke kamar mandi untuk buang
air kecil. Untuk kasa yang di direkatkan pada luka insisi, jangan dilepas.
9.3 Rekening Pasien
Administrasi pasien pulang adalah proses pembayaran biaya
perawatan selama pasien berada di rumah sakit, sebagai acuan dalam
pelaksanaan pemulangan pasien.
9.4 Timbang Terima dengan Kasir
Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka PJ shift
meneliti semua tindakan yang masuk dalam form tindakan, dan mengecek
kelengkapan seperti:
a) Tindakan yang dilakukan
Periksa apakah tindakan yang dilakukan sudah lengkap. Seperti
insisi kelenjar bartholini oleh dokter Sp.OG
b) BHP yang digunakan
Periksa lagi apakah semua bahan habis pakai sudah lengkap
beserta jumlahnya. Karena terkadang ada bahan habis pakai yang
membutuhkan jumlah lebih dari satu.
c) Pengerjaan status dari awal sampai dengan ringkasan pulang pasien.
Lengkapi jika ada lampiran dan kolom-kolom yang belum terisi.
d) Jika form tindakan sudah diteliti, tulis tanda tangan dan nama terang
pada pojok kiri atas form tindakan
e) Mengantar status ke farmasi
Ini bertujuan agar pihak farmasi dapat merekening bahan habis pakai
yang sudah dipakai pasien.
f) Crosscheck ulang dengan kasir apabila ada yang disampaikan,
misalnya pasien pulang menunggu observasi atau yang lainnya.
REPAIR VAGINA
1. Pengertian
Repair vagina adalah cara untuk mengembalikan, mengencangkan atau
memperbaiki vagina yang sudah kendor. Biasanya banyak terjadi pada ibu-ibu
setelah melahirkan secara spontan.
2. Tujuan
Repair vagina bertujuan untuk mengencangkan, merekonstruksi dan
mengembalikan tampilan asli vagina.
3. Persiapan Pasien
Persiapan awal, pasien akan menjalani beberapa pemeriksaan fisik untuk
menentukan apakah pembedahan perlu dilakukan.
3.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui keadaan kesehatan umum dan mengetahui adanya kelainan
pada pasien. Yang dilakukan saat pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
a) Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
b) Kulit dan Selaput Lendir
Memeriksa kulit dan selaput lendir dalam keadaan baik
c) Sistem Otot dan Tulang
Memeriksa tidak ada nyeri tulang, patah tulang ataupun kelainan
d) Sistem Penglihatan
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada mata
e) Sistem Pendengaran
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada telinga
f) Sistem Pencernaan
Memeriksa apakah ada kelainan pada pencernaan
g) Sistem Reproduksi
Mengkaji HPHT, keputihan, nyeri haid, dan riwayat persalinan yang lalu
h) Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga
Mengkaji adakah penyakit yang sedang diderita pasien atau penyakit
keturunan dari keluarga
i) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Mengkaji nutrisi pasien sebelum sakit dan kondisi sekarang
3.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas laboratorium dengan
mengambil sampel darah pada pasien. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi:
a) Hemoglobin
b) Leukosit
c) Trombosit
d) Golongan Darah
e) HIV
f) HbsAg
3.3 Konsul DPJP
Setelah hasil laboratorium jadi, mengkonsulkan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium tersebut ke DPJP untuk mendapatkan terapi selanjutnya.
3.4 Informed Consent
Setelah mendapatkan advis atau tindakan repair vagina dari DPJP kita
jelaskan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan oleh DPJP. Bila pasien dan keluarga sudah memahami tentang
penjelasan yang diberikan, kita bisa meminta persetujuan untuk dilakukan
tindakan repair vagina.
4. Persiapan Alat
4.1 Alat yang digunakan untuk repair vagina:
a. Meja mayo
b. Duk steril
c. Cucing
d. Tampon tang
e. Benang catgut
f. Jarum
g. Nalfuder
h. Pinset anatomi
i. Gunting
4.2 Menyiapkan BHP dan Obat repair vagina:
4.2.1 BHP (Barang Habis Pakai) adalah barang atau alat medis yang
digunakan oleh pasien selama akan dilakukan tindakan repair vagina,
barang tersebut meliputi:
a. Underpad
b. Venflon
c. Ns 10 ml
d. Spuit 3 cc
e. Spuit 5 cc
f. Spuit 10 cc
g. O2 nasal
h. Handscoon steril
i. Kasa
j. Betadin
k. Mess pisau bedah
l. Benang catgut
4.2.2 Obat repair vagina meliputi:
a. Valisanbe
b. Dexamethason
c. Petidin
4.3 Pemasangan Venflon
Dalam memasang venflon pilih vena yang paling besar, tidak
bercabang dan tidak berdenyut. Pemasangan venflon bertujuan untuk
memasukkan obat saat tindakan berlangsung.
Cara memasang venflon sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat (handscoon, tourniquet, alkohol swab, leukoplat, plaster,
venflon, tegaderm)
b. Mencuci tangan
c. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
d. Memakai handscoon
e. Memilih vena yang besar, tidak bercabang dan tidak berdenyut
f. Memasang tourniquet
g. Desinfeksi vena dengan alkohol swab secara memutar dari dalam keluar
h. Membuka venflon, dan memastikan venflon tidak rusak
i. Menusukkan venflon pada vena yang telah dipilih
j. Mengaspirasi untuk memastikan venflon sudah terpasang dengan benar
k. Melepaskan tourniquet
l. Menutup venflon agar darah tidak mengalir
m. Memberikan plaster pada ujung venflon tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi
n. Menutup dengan tegaderm
o. Membereskan alat-alat dan membuang sampah pada tempatnya
p. Mencuci tangan
q. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
1. Persiapan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah:
1.1. Persiapan alat :
Persiapan alat merupakan persiapan berupa benda yang akan
digunakan selama tindakan. Alat yang diperlukan untuk pelayanan di
IGD adalah:
a. Tempat tidur ginekologi
b. Thermometer
c. Sfigmomanometer
1.2. Persiapan lingkungan
Persiapan lingkungan merupakan persiapan tempat atau ruangan
tindakan untuk menjaga keamanan, memberikan rasa nyaman pada
pasien dan memperlancar proses pelayanan. Persiapan yang perlu
dilakukan adalah:
a. Siapkan tempat tidur dan mengaturnya pada posisi horizontal,
bantal, selimut, dan pasangkan underpad sebagai alas.
b. Atur tangga agar pasien sampai ke tempat tidur dengan mudah.
c. Pastikan ruangan memiliki pintu dan tirai yg berfungsi dengan baik
untuk menjaga privasi pasien.
1.3. Persiapan pasien:
Persiapan pasien yang perlu dilakukan adalah:
a. Sambut pasien dan keluarga dengan hangat. Lakukan dengan
menerapkan budaya 5S Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari
(senyum, sapa, salam, sopan, dan santun).
b. Antarkan pasien dan keluarga menuju bed pasien.
c. Lakukan pengkajian atau anamnesa, pastikan pasien dengan
nama yang tertulis di status rawat jalan pasien sama, lalu tanyakan
keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
d. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan .
e. Meminta pasien berbaring ke tempat tidur yang sudah disiapkan,
lalu pakaikan selimut untuk menutupi tubuh pasien.
f. Periksa tanda-tanda vital pasien.
g. Catat hasil pengkajian dan pemeriksaan pada status rawat jalan
pasien.
h. Minta keluarga meninggalkan ruangan kecuali bila mereka memilih
untuk membantu pasien melepas pakaian. Tutup pintu dan korden.
Bantu pasien melepas pakaiannya dan bantu pasien mendapat
posisi yang nyaman .
1.4. Persiapan petugas
Persiapan petugas adalah persiapan yang bertujuan untuk melindungi
atau menjaga diri dari penularan penyakit atau kontaminasi antara
pasien dengan petugas. Persipan yang perlu dilakukan adalah:
a. Mencuci tangan pakai sabun
b. Memakai Alat Perlindungan Diri (APD)
2. Asistensi dokter
Asistensi dokter adalah seorang profesional yang membantu dokter
selama pemeriksaan dan pengobatan pasien. Asisten bertugas membantu
dokter mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol TTV, memposisikan
pasien, membantu jalannya proses perawatan/asuhan/tindakan yang
diberikan oleh dokter kepada pasien.
3. Tindakan di IGD/rawat jalan
3.1. Evaluasi serviks
Evaluasi serviks adalah proses menilai kondisi serviks
berdasarakan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan diagnosa
dan pengobatan selanjutnya.
3.1.1 Alat yang diperlukan untuk evaluasi serviks:
a. Duk/linen steril
b. Cucing
c. Spekulum sims
d. Tampon tang
3.1.2 Bahan habis pakai yang diperlukan:
a. Handscoon steril (7,5)
b. Betadine
c. Handscoon bersih
d. Gigazyme
e. Kresek kuning besar
f. Underpad
g. Kasa kotak
3.1.3 Persiapan pasien:
a. Berikan penjelasan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Posisikan pasien pada posisi litotomi
c. Dekatkan peralatan ke dekat pasien
d. Tindakan dilakukan oleh dokter kandungan
e. Bidan sebagai asistensi
3.1.4 Asistensi dokter:
a. Memegangi kaki pasien
b. Mengambilkan peralatan yang mungkin dibutuhkan dokter
Setelah dokter selesai melakukan evaluasi serviks asisten
mencatat tindakan dan bahan habis pakai yang digunakan selama
proses asuhan ke dalam lembar lidi-lidi. Jika ada resep yang harus
ditebuskan oleh pasien serahkan lembar lidi, resep, dan status rawat
jalan pasien ke apotek untuk direkening.
3.2. Pasang lepas IUD
IUD atau biasa dikenal dengan spiral atau disebut juga AKDR
adalah alat kontrasepsi berupa kumparan kecil panjangnya 3 cm,
berbentuk T dengan benang dan dirancang agar ukurannya sesuai
dengan rahim. IUD berbahan plastik yang aman dan tidak berbahaya
bagi tubuh. Sebelum dilakukan pemasangan IUD, lakukan informed
consent terlebih dahulu.
3.2.1 Alat yang diperlukan untuk pasang lepas iud
a. Duk/linen steril
b. Cucing
c. Tampon tang
d. Spekulum sim
e. Tenaculum
f. Sonde uterus
g. Alligator Forceps
h. Gunting benang
3.2.2 Bahan habis pakai yang diperlukan:
a. IUD (NovaT/CopperT)
b. Kasa kotak
c. Betadine
d. Handscoon steril (7,5)
e. Handscoon bersih
f. Gigazyme
g. Kresek kuning besar
h. Underpad
3.2.3 Persiapan pasien:
a. Berikan penjelasan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Posisikan pasien pada posisi litotomi
c. Dekatkan peralatan ke dekat pasien
d. Tindakan dilakukan oleh dokter kandungan
e. Bidan sebagai asistensi
3.2.4 Asistensi dokter:
a. Memegangi kaki pasien
b. Mengambilkan peralatan yang mungkin dibutuhkan dokter
c. Mengatur lampu sorot
Setelah dokter selesai melakukan pemasangan/pelepasan IUD
asisten mencatat tindakan dan bahan habis pakai yang digunakan
selama proses asuhan kedalam lembar lidi-lidi. Jika ada resep yang
harus ditebuskan oleh pasien serahkan lembar lidi, resep, dan status
rawat jalan pasien ke apotek untuk direkening.
3.2.3. Biopsi
Biopsi adalah prosedur pengambilan sebagian kecil jaringan dari
tubuh pasien untuk diperiksa menggunakan mikroskop. Melalui biopsi,
dokter dapat mengetahui apakah seseorang mengalami kanker atau
tidak, dan apakah suatu benjolan merupakan tumor ganas (kanker)
atau tumor jinak.
3.3.1 Alat yang diperlukan untuk biopsi:
a. Duk/linen steril
b. Cucing
c. Spekulum sims
d. Tampon tang
e. Tang biopsy
f. Botol berisi formalin
3.3.2 Bahan habis pakai yang diperlukan:
a. Kasa kotak
b. Betadine
c. Handscoon steril (7,5)
d. Handscoon bersih
e. Gigazyme
f. Kresek kuning besar
g. Underpad
3.1.3 Persiapan pasien:
a. Berikan penjelasan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Posisikan pasien pada posisi litotomi
c. Dekatkan peralatan ke dekat pasien
d. Tindakan dilakukan oleh dokter kandungan
e. Bidan sebagai asistensi
3.1.4 Asistensi dokter:
a. Memegangi kaki pasien
b. Mengambilkan peralatan yang mungkin dibutuhkan dokter
Setelah dokter selesai melakukan biopsi asisten mencatat
tindakan dan bahan habis pakai yang digunakan selama proses
asuhan kedalam lembar lidi-lidi. Jika ada resep yang harus ditebuskan
oleh pasien serahkan lembar lidi, resep, dan status rawat jalan pasien
ke apotek untuk direkening. Asisten juga menghubungi petugas
laboratorium untuk mengambil sampel jaringan agar segera dikirim
untuk proses pemeriksaan.
3.1.4. Pap Smear
Pap smear adalah sebuah tes untuk mendeteksi kanker serviks
pada wanita. Pemeriksaan yang juga disebut Pap test ini juga bisa
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan sel-sel leher
rahim (serviks) yang berisiko menjadi kanker. Pada proses
pemeriksaan Pap smear, dokter akan mengambil sedikit sampel
jaringan serviks. Sampel ini kemudian diperiksa di bawah mikroskop
untuk mendeteksi kondisi leher rahim.
3.4.1 Alat yang diperlukan untuk pap smear:
a. Duk/linen steril
b. Cucing
c. Spekulum sim
d. Tampon tang
3.4.2 Bahan habis pakai yang diperlukan:
a. Kasa kotak
b. Betadine
c. Handscoon steril (7,5)
d. Handscoon bersih
e. Gigazyme
f. Kresek kuning besar
g. Underpad
h. Spatel pap smear
i. Obyek glass
3.4.3 Persiapan pasien:
a. Berikan penjelasan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Posisikan pasien pada posisi litotomi
c. Dekatkan peralatan ke dekat pasien
d. Tindakan dilakukan oleh dokter kandungan
e. Bidan sebagai asistensi
3.4.4 Asistensi dokter:
a. Memegangi kaki pasien
b. Mengambilkan peralatan yang mungkin dibutuhkan dokter
Setelah dokter selesai melakukan pap smear asisten mencatat
tindakan dan bahan habis pakai yang digunakan selama proses asuhan
kedalam lembar lidi-lidi. Jika ada resep yang harus di tebuskan oleh
pasien serahkan lembar lidi, resep, dan status rawat jalan pasien ke
apotek untuk di rekening. Asisten juga menghubungi petugas laboratorium
untuk mengambil sampel agar segera dikirim untuk proses pemeriksaan.
Setelah semua tindakan di IGD selesai asisten membantu pasien
kembali ke posisi semula (berbaring) membantu pasien memakai
pakaiannya dan bangun dari tempat tidur. Asisten mengarahkan pasien
dan keluarga untuk administrasi. Setelah semua prosedur selesai asisten
membersihkan bahan yang sudah tidak dipakai lagi, dibuang ke tempat
sampah sesuai dengan jenisnya. Alat yang selesai digunakan direndam ke
larutan desinfektan, lalu dicuci bersih, keringkan, dan disteril agar siap
digunakan lagi saat tindakan selanjutnya.
Pelayanan Pasien Rawat Inap
1. Anamnesa
Anamnesa adalah suatu tehnik pemeriksaan paling awal dalam
pelayanan kedokteran yang dilakukan lewat percakapan atau wawancara
antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan pasien baik secara
langsung atau melalui orang lain yang paling mengetahui tentang kondisi
kesehatan pasien. Anamnesa bertujuan untuk mendapatkan data kesehatan
dan permasalahan medis pasien, sehingga dapat menentukan perkiraan
diagnosa/masalah medis apa yang dihadapi pasien. Anamnesa meliputi
identitas pasien, keluhan utama, riwayat haid, riwayat kehamilan, riwayat
kesehatan pasien, riwayat kesehatan keluarga, riwayat persalinan dan nifas,
riwayat KB, dan psiko-sosio-spiritual.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui keadaan kesehatan umum dan mengetahui adanya kelainan
pada pasien. Dalam pemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yaitu:
2.1 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi:
2.1.1 Pemeriksaan Tanda–Tanda Vital
a) Mengukur suhu
Mengukur suhu badan dengan menggunakan
termometer. Tujuannya mengetahui suhu badan pasien
untuk menentukan tindakan dan membantu
menentukan diagnosa. Suhu tubuh normal yaitu
36,5ºC-37,5 ºC.
b) Mengukur Tekanan Darah
Melakukan pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan spignomanometer. Tujuannya
mengetahui keadaan pasien dan keadaan kesehatan
menyeluruh. Tekanan darah normal yaitu 90/60 mmHg
hingga 120/80 mmHg.
c) Menghitung Denyut Nadi
Menghitung frekuensi denyut nadi melalui
perabaan pada nadi selama 1 menit. Tujuannya
mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui
integritas sistem kardiovaskuler dan mengetahui
perkembangan jalannya penyakit. Denyut nadi normal
berkisar 60-100x/menit.
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
a) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis,
lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan
pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai
secara rutin.
b) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari
lengan atau medial di lipatan siku. Digunakan
untuk mengukur tekanan udara.
c) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus
telinga, di mana terdapat arteri karotis berjalan di
antara trakhea dan otot sternokleidomastoideus.
d) Menghitung Pernapasan
Menghitung jumlah pernapasan (inpirasi yang
diikuti ekspirasi) dalam satu menit. Tujuannya
mengetahui keadaan umum pasien dan membantu
menegakkan diagnosa. Pernapasan normal berkisar
12-16x/menit.
Kemudian Inspeksi: mulai dari muka simetris/tidak, mata
normal/kabur, konjungtiva normal/anemis, sklera
putih/merah/kuning, hidung normal/scret, mulut
normal/caries/stomatitis, telinga normal/tidak, pendengaran
normal/tuli/berdenging, leher normal/pembesaran kelenjar. Dada
simetris/tidak, sistem pernafasan dada/perut, payudara
simetris/tidak, anogenetal varises/bengkak, pengeluaran per vagina
ada/tidak.
2.2 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus meliputi:
2.2.1 Leopold (Pemeriksaan Abdomen)
Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan
metode perabaan yang berfungsi untuk memperkirakan posisi
bayi dalam rahim. Kemudian ditentukan perkiraan usia
kehamilannya. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan
menggunakan metode Leopold yakni:
a) Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada dalam fundus, dengan cara
pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap ke
muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut
dan lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk
mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang
ada dalam fundus.
b) Leopold II, digunakan untuk menentukan letak punggung
dan letak bagian kecil janin. Caranya letak 2 tangan
pada sisi uterus, dan tentukan dimanakah bagian
terkecil janin.
c) Leopold III digunakan untuk menentukan bagian yang
terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah
janin sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah
pada salah satu tangan secara lembut dan masuk
kedalam abdomen pasien di atas simpisis pubis..
d) Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut kedalam rongga panggul. Caranya,
letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan
kedalam dan gerakan jari-jari ke arah rongga panggul,
dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian
presentasi telah masuk.
2.2.2 Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dilakukan dengan menggunakan doppler. DJJ dapat
terdengar pada usia lebih dari 20 minggu. Caranya dengan
menentukan posisi janin sesuai pemeriksaan leopold 2 dan 3,
kemudian menempelkan ujung permukaan doppler pada
posisi di mana diperkiraan letak punggung atau dada janin.
Penghitungan DJJ ini dilakukan selama 1 menit. DJJ normal
berkisar 120-160x/menit.
2.2.3 Non-Stress Test (NST)
NST merupakan jenis tes yang sederhana dan tidak
bersifat invasif yang dilakukan pada usia kehamilan lebih dari
36 minggu. Tujuan dari NST adalah merekam DJJ serta
respon gerakannya. Berikut langkah-langkah pemasangan
NST:
a. Terapkan 5S
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Pasang dua sabuk pada perut pasien dengan posisi
telentang yang terhubung dengan monitor.
d. Nyalakan NST
e. Untuk tranduser yang bertuliskan UC, dipasangkan pada
fundus. Tujuannya untuk melihat kontraksi.
f. Untuk tranduser bertuliskan Dop, dipasangkan pada DJJ.
Tujuannya untuk melihat detak jantung bayi.
g. Anjurkan pasien untuk menekan tombol putih apabila bayi
bergerak selama tindakan NST.
h. Tekan tombol -0-
i. Tunggu beberapa saat, kemudian tekan tombol
bergambar kertas. Untuk mencetak perekaman hasil
NST .
j. Setelah hasil NST keluar 2 lembar, NST dimatikan.
k. Bersihkan jelli dan rapikan alat.
2.2.4 Vaginal Toucher/ VT (Pemeriksaan Dalam)
Vaginal Toucher adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan memasukkan jari ke dalam jalan lahir untuk
memantau perkembangan proses persalinan.
a. Tujuan dilakukan VT:
1) Untuk menentukan apakah pasien sudah sungguh-
sungguh in partu atau belum
2) Untuk menentukan keadaan yang menjadi tolak ukur
dari rencana pimpinan persalinan.
3) Untuk menentukan ramalan persalinan dengan lebih
tepat.
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah
kemajuan proses persalinan sesuai dengan yang
diharapkan.
5) Sebagai bagian dalam menegakkan diagnosa
kehamilan muda.
b. Indikasi VT:
1) Ketuban pecah
2) Pasien ingin mengejan
3) Keluar lendir dan darah pada usia kehamilan 37
minggu keatas
c. Kontraindikasi VT: Perdarahan
1) Hymen intake
2) Infeksi vagina
3) Perdarahan pada kehamilan muda
4) Plasenta previa
d. Teknik dalam melakukan VT:
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
periksa dalam :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan
bersih.
2) Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area
genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan
bersih.
3) Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan. Tutup tirai/kelambu
4) Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan
dilakukan selama pemeriksaan.
5) Bantu ibu melepas pakaian bagian bawah, bantu
ibu posisi litotomi, dan anjurkan ibu untuk rileks.
6) Pakai sarung tangan dan lakukan VT
e. Pada saat VT yang dipriksa adalah:
1) Pembukaan: penilaian terhadap pembukaan servik
dengan menggunakan jari tangan
2) Effisment: melakukan penilaian terhadap penipisan
servik
3) Selaput ketuban: utuh atau sudah pecah
4) Bagian terendah janin: kepala, bokong, ekstremitas
5) Penurunan bagian terendah: penilaian penurunan
kepala terhadap bidang hodge, jika bagian terendah
janin adalah bokong maka lakukan penilaian
penurunan bokong sampai dengan SIAS
6) Adakah bagian terkecil janin yang masuk bagian
terendah: ekstremitas, talipusat
7) Pengeluaran vagina: lendir, darah, air ketuban
2.2.5 Elektrokardiogram atau EKG
Elektrokardiogram atau EKG adalah tes untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung menggunakan
mesin pendeteksi impuls listrik (elektrokardiograf). Alat ini
menerjemahkan impuls listrik menjadi grafik yang ditampilkan
pada layar pemantau.
Sebelum melakukan EKG pasien diberi penjelasan
tindakan apa yang dilakukan dan tujuan dilakukan tindakan
tersebut.
1. Persiapan pasien
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan tindakan
adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan 5S
b. Pasien diminta membuka baju, memaparkan bagian
dada dengan melepaskan bra, pergelangan tangan dan
pergelangan kaki untuk memasang alat. Pergelangan
tangan dan pergelangan kaki dibersihkan, apabila
memakasi perhiasan dilepas terlebih dahulu.
c. Mesin atau alat perekam didekat pasien disebelah
kanan pasien yang terdiri dari enam elektroda
prekordial dan empat elektroda ekstremitas.
d. Gel untuk menempelkan elektroda dengan kulit pasien
e. Tisu untuk membersihkan sisa gel
f. Kertas EKG
2. Prinsip pemasangan:
a. Elektroda dipasangkan distal dari bahu dan pinggang,
sehingga tidak harus dipasang tepat pada pergelangan
tangan dan pergelangan kaki.
b. Walaupun tidak harus dipasangkan pada pergelangan,
pemasangan elektroda tepat pada pergelangan tangan
dan kaki masih menjadi pilihan utama. Hal ini
disebabkan karena ditemukan perbedaan durasi dan
voltase EKG apabila elektroda dipasangkan di tempat
lain.
Warna
Jenis Elektroda Lokasi Pemasangan
Elektroda
Elektroda lengan kanan Lengan kanan, proksimal dengan
Merah
(Right arm/RA) pergelangan tangan
Elektroda lengan kiri (Left Lengan kiri, proksimal dengan
Kuning
arm/LA) pergelangan tangan
Elektroda kaki kiri (Left Kaki kiri, proksimal dengan pergelangan
Hijau
leg/LL) kaki
Elektroda kaki kanan (Right Kaki kanan, proksimal dengan
Hitam
leg/LL) pergelangan kaki
Jenis Warna
Lokasi Pemasangan
Elektroda Elektroda
V1 Merah Sela iga 4 pada ujung sternum kanan
V2 Kuning Sela iga 4 pada ujung sternum kiri
V3 Hijau Di antara V2 dan V4
V4 Coklat Sela iga 5 pada linea midklavikula kiri
Sejajar dengan V4 pada linea aksilaris anterior
V5 Hitam
kiri
Sejajar dengan V4 dan V5 pada linea mid
V6 Ungu
aksilaris kiri
1.5 Skiren
Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi skiren dalam
bab pelayanan pasien rawat inap.
1.6 Mengantar pasien ke ruang OK dengan brankar atau kursi roda
(menyesuaikan kondisi pasien).
1.7 Serah terima dengan OK
Melakukan timbang terima pada tim OK dengan membacakan daftar
pengecekan persiapan operasi. Isinya meliputi:
1). Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
2). Diagnosa berangkat operasi
3). Tindakan operasinya apa
4). Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5). Pengukuran Vital Sign
6). Hasil laboratorium
7). Persiapan darah
8). Obat-obatan yang sudah diberikan
9). Data pengecekan
10).Tanda tangan serah terima
2. Post Operasi
a. Serah terima dari OK, apa saja tindakan dan bagaimana keadaan pasien saat
operasi dan setelah operasi. Serah terima berisi:
1) Identitas pasien
2) Diagnosa post op
3) Tindakan operasi
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Laboratorium
7) Data pengecekan
8) Tanda tangan serah terima
b. Memindahkan Pasien ke HCU
Memindahkan pasien ke ruang HCU, dilakukan dengan teman sejawat
atau dengan bantuan security. Posisi pasien di atas bed, posisi kaki yang
berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup pelindung pada bed
pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik. Membaca dan melakukan
tindakan sesuai advis dokter.
Membaca status pasien dan melakukan tindakan sesuai advis dokter
yang sudah tertulis.
c. Mengobservasi Pasien
Mengobservasi pasien dengan benar sesuai pada materi mengobservasi
pasien dalam bab persalinan sectio caesarea.
d. KIE untuk Puasa
Memberikan KIE tentang puasa sesuai advis dokter spesialis kandungan.
e. Menyeka Pasien
Menyeka pasien dengan benar sesuai pada materi menyeka pasien
dalam bab persalinan sectio caesarea.
f. Memindahkan Pasien ke Ruang Rawat Inap dan Orientasi Ruangan
Memindahkan pasien ke ruang rawat inap, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Dengan posisi kepala pasien di atas
bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup
pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik.
Jelaskan jika pasien memerlukan bantuan bisa menekan tombol nurse call
atau pihak keluarga datang ke ruang bersalin, serta pastikan kaki bed sudah
terkunci.
Histerescopy
1. PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
masa kehamilan, melebihi morning sickness. Kondisi ini dapat menyebabkan
dehidrasi, penurunan berat badan, gangguan cairan dalam tubuh, kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta membahayakan keadaan janin di
dalam kandungan.
2. PERSIAPAN
2.1 Persiapan Pasien
a. Memperkenalkan diri ke pasien
b. Pemeriksaan Fisik dan menanyakan keluhan pasien
c. Pemeriksaan Laborat
d. Konsul dengan DPJP
3. Persiapan Alat dan BHP:
3.1 Persiapan Alat
a. Tensi meter
b. Termometer
c. DJJ/Doppler
d. Metlin
e. Jelly
4. Pemeriksaan
Yang dilakukan saat pemeriksaan adalah sebagai berikut:
4.1 Pengkajian, meliputi :
a. Data subyektif : identitas pasien, keluhan utama, riwayat haid,
riwayat hamil ini, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kehamilan, persalinan, nifas, riwayat KB, psikososio
spiritual.
b. Data obyektif :
1) Pemeriksaan fisik : keadaan umum pasien, kesadaran,
GCS, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, BB sebelum
hamil, BB saat ini, tinggi badan,lila
2) Inspeksi : mulai dari muka simetris/tidak, mata
normal/kabur, konjugtiva normal/anemis, sklera
putih/merah/kuning, hidung normal/scret, mulut
normal/caries/stomatitis, telinga normal/tidak, pendengaran
normal/tuli/berdenging, leher normal/pembesaran kelenjar.
Dada simetris/tidak, sistem pernafasan dada/perut,
payudara simetris/tidak, anogenetal varises/bengkak,
pengeluaran per vagina ada/tidak.
3) Palpasi : leopold I, leoplod II, leopold III, leopold IV, his
4) Auskultasi : DJJ
5) Perkusi : ekstremitas, reflek patela
6) Pemeriksaan dalam (VT): pembukaan, effisment, ketuban,
bagian terendah, penurunan
7) Pemeriksaan penunjang : NST, USG, laboratorium
4.2 Analisa diagnosa misalnya G1P0000 UK 8-9 minggu dengan HEG
4.3 Masalah keperawatan
Misalnya: HEG
4.4 Rencana asuhan, yaitu melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter
penanggung jawab pelayanan.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan insisi dilakukan pemeriksaan laborat yang
meliputi pemeriksaan:
a. Hemoglobin
b. Leukosit
c. Trombosit
d. Golongan darah
e. HIV
f. HbsAg
g. Sifilis
6. Konsul DPJP
Setelah ada hasil laboratorium, konsultasikan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium tersebut ke DPJP untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.
7. Tindakan sesuai advis dokter
Tindakan yang dilakukan pada pasien HEG adalah sebai berikut:
1. Memasang infus pada pasien, yang disiapkan yaitu tegaderm, torniquet,
handsaplas, alkohol swab, spuit 3 cc, NS 25 cc, hepafik 5cm, venvlon no
16, dan handscoon.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien.
3. Melakukan tindakan sesuai advis dokter penanggung jawab pelayanan.
4. Jika pasien keadaannya sudah membaik, pasien dipindahkan ke ruang
rawat inap, dilakukan dengan teman sejawat atau dengan bantuan
security. Dengan posisi pasien diatas bed dan posisi kaki yang berjalan
terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup pelindung pada bed pasien
atau bisa menggunakan kursi roda. Setelah itu orientasi ruangan, jika
pasien memerlukan bantuan pasien bisa memencet bel atau pihak
keluarga datang ke ruang bersalin, dan memastikan bed pasien aman
digunakan dengan mengunci kaki bed.
ADMINISTRASI PASIEN PULANG/REKENINGAN/KELENGKAPAN ADMINISTRASI
SEBELUM PASIEN PULANG
1. Pengertian
Administrasi pasien pulang adalah proses pembayaran biaya perawatan
selama pasien berada di rumah sakit, sebagai acuan dalam pelaksanaan
pemulangan pasien.
2. Timbang terima dengan kasir
Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka PJ sift meneliti
semua tindakan yang masuk dalam lidi-lidi tindakan, cek kelengkapan seperti:
a. Tindakan yang dilakukan
Pastikan semua tindakan sesuai dengan yang dilakukan, apabila ada
tindakan operasi, pastikan adakah tambahan tindakan yang lain atau
tidak. Konfirmasi ke OK apabila ada tambahan tindakan yang belum
dipahami.
b. BHP yang digunakan
Cek kelengkapan resep BHP, cocokkan dengan lembar injeksi dan
lampiran CPPT, pastikan tidak ada obat yang belum tertulis pada resep.
c. Mengecek di kotak obat pasien
Pastikan obat pada kotak pasien sudah terpakai, apabila ada obat sisa
maka retur/kembalikan ke apotek. Jangan sampai obat tertinggal.
d. Pengerjaan status dari awal sampai dengan ringkasan pulang pasien
(lengkapi jika ada lampiran yang belum terisi).
Memastikan semua lembaran sudah terisi, apabila ada yang belum
terisi maka dilengkapi terlebih dahulu.
e. Mengecek tanggal masuk pasien di halaman depan RM
Memastikan jam dan tanggal masuk pasien sudah sesuai, pastikan
sudah tertulis dengan benar.
f. Memastikan semua tandatangan sudah terisi
Cek kelengkapan tanda tangan pasien, mintalah tanda tangan apabila
ada lampiran yang belum lengkap terisi seperti lampiran pemberian
injeksi.
g. Jika lembar lidi-lidi tindakan sudah diteliti, tulis tanda tangan dan nama
terang pada pojok kiri atas lembaran lidian tindakan
Pastikan pengecekan lidian tindakan tidak terlewati, pemberian
tandatangan tersebut menandakan jika status sudah dicek
kelengkapannya
h. Mengantar status ke apotek, jika sudah dikerjakan akan dikembalikan ke
unit ruangan
Apabila rekeningan di waktu selain malam, maka petugas unit ruangan
mengantarkan rekeningan ke apotik dan apabila rekeningan untuk malam
hari/pulang di hari besok, maka petugas apotek yang akan mengambil
status unit ruangan.
i. Memberikan hasil laboratorium dan surat kontrol, pastikan nama dan
alamat sudah sesui dengan pasien tersebut
Sebelum memberikan amplop yang berisi hasil lab dan hasil
pemeriksaan lainnya, pastikan nama dan alamat sudah sesuai dengan
pasien. Apabila ada hasil lab yang belum masuk pada amplop, misalnya
seperti hasil golongan darah, maka tanyakan kepada petugas lab dahulu
apakah hasil tersebut masih berada di unit lab sebelum memberikan ke
pasien. Jangan sampai hasil tersebut tertukar,
j. Tunggu kasir datang dan berikan status rekeningan kepada kasir
k. Croscheck ulang dengan kasir
Apabila ada yang disampaikan, jelaskan kepada kasir sebelum rincian
biaya diberikan kepada pasien. Misalnya jika visite akan dilakukan pagi
dan status nantinya harus kembali ke unit ruangan. Jelaskan apabila ada
pasien pulang menunggu observasi jam sekian, atau yang lainnya.
3. Pengecekan Kwitansi Pulang
Penunjukkan kwitansi saat pasien akan pulang dari rumah sakit
digunakan sebagai bukti terjadinya transaksi pembayaran. Apabila pasien
sudah melunasi pembayaran dan menuju unit perawatan, maka lakukan
pengecekan seperti:
a. Melakukan cek ulang kwitasi pembayaran, cek nama dan total
pembayaran. Untuk kwitansi rawat inap berjumlah lebih dari satu lembar
b. Konfirmasi via telepon kepada kasir
Telepon kepada kasir dan tanyakan untuk mengkonfirmasi apakah Ny
X sudah admin atau belum. Tanyakan ulang jenis administrasi ibu dan
bayi atau ibu saja.
c. Menanyakan kepada pasien/keluarga apakah pasien masih menunggu
jemputan
Tanyaka kepada pasien atau keluarga apakah masih menunggu
jemputan atau langsung pulang. Apabila pasien masih menunggu
jemputan, maka anjurkan menunggu di kamar dan kembali ke unit
ruangan apabila jemputan sudah datang, agar pasien tidak menunggu
terlalu lama.
d. Jika kendaraan sudah siap, menganjurkan pasien menuju unit perawatan
dan melakukan KIE
e. Meminta nomor HP dan tandatangan sebelum pulang
Hal ini dilakukan mengingatkan pasien untuk kontrol sesuai jadwal
yang sudah disepakati. Tim marketing yang akan menghubungi pasien.
f. Mengisi buku kritik dan saran
Pastikan semua pasien yang di rawat inap jika akan pulang mengisi
lembar kritik dan saran. Hal ini sangat diperlukan sebagai acuan untuk
perbaikan pelayanan RSIA Tanjungsari.
g. Melepas gelang
Lepas gelang pasien sebelum pulang, jangan sampai gelang masih
terpakai. Pelepasan gelang ini menandakan bahwa pasien sudah lepas
perawatan dari RSIA Tanjungsari.
h. Meminta maaf kepada pasien dan keluarga apabila selama perawatan
pasien merasa tidak nyaman
KIE PASIEN PULANG
1.4PERSONAL HYGIANE
Pengertian dan Tujuan Perawatan diri atau personal hygiene adalah salah
satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
h. Menciptakan keindahan.
Sesuai keadaan pasien dan resep dari dokter , dan anjurkan minum obat
secara teratur
2.6 Kontrol
Setelah melahirkan kontrol satu minggu
3. KIE Pulang Pasien Post Kuret
3.1 Bedrest
Usai menjalani kuret, biasanya kondisi tubuh pasien lemah. Jika
sangat lemah, dokter akan menyarankan bedrest, bisa di rumah sakit atau
di rumah. Jikapun sudah diizinkan pulang, bukan berarti pasien boleh
langsung beraktivitas berat. Berisitirahatlah lagi selama 5-7 hari dan hindari
aktivitas berat agar luka rahim dapat sembuh dengan baik.
3.2 KIE pemenuhan nutrisi.
Pasien di anjurkan mengonsumsi makanan yang beraneka ragam dan
bervariasi, terdiri atas makanan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral. Supaya luka di rahim cepat kering, pasien bisa mengonsumsi
makanan yang mengandung protein tinggi, seperti: telur, ikan, daging, dan
kacang-kacangan. Ingatlah selalu untuk makan sayur dan buah yang
mengandung tinggi serat supaya BAB lebih lancar.
3.3 Kontrol ke dokter
Biasanya dokter meminta pasien untuk kontrol kembali 7 hari
(semingu) setelah kuret. Sebaiknya pasien patuhi meski sudah merasa
sehat. Dokter akan memastikan apakah pasien sudah benar-benar sehat
lewat beberapa pemeriksaan. Akan tetapi, jika pasien mengalami
perdarahan banyak, baiknya segera periksakan ke dokter meski jadwalnya
belum tiba. Sebenarnya, wajar saja terjadi perdarahan usai kuret. Biasanya
darah masih akan keluar sedikit demi sedikit lewat vagina hingga 7-10 hari
pasca kuret. Namun, jika darah yang keluar banyak disertai nyeri di perut
bagian bawah, mungkin saja telah terjadi infeksi. Jika benar, pasien akan
diberikan antibiotik.
PENGISIAN DAN KELENGKAPAN STATUS RAWAT INAP
1. Pengertian
Definisi pengisian penulisan tentang identitas pemeriksaan pengobatan
dan tindakan pasien terhadap rekam medis yang merupakan dokumen pasien
selama di rawat/berobat di rumah sakit. Tujuannya adalah untuk
mengukur/meningkatkan kualitas asuhan kinerja bidan/perawat dengan
mengembangkan standar asuhan berfokus pada hasil pasien dan
menggunakan standar praktek bidan atau profesi perawat. Rekaman asuhan
kebidanan/keperawatan harus segera dilakukan kurang dari 24 jam setelah
pasien masuk dirawat di ruang rawat inap.
2. Tata Cara Pengisian Status Rawat Inap
Tata cara pengisian status rawat inap adalah sebagai berikut:
2.1 Kolom Identitas Pasien (ditulis sesuai dengan data rekam medis pasien,
meliputi nama, jenis kelamin, ruang/kelas, nomor rekam medis) diisi oleh
bidan/perawat penanggung jawab pasien saat masuk di rawat inap.
2.2 Biodata (ditulis sesuai dengan hasil anamnesa dan data rekam medis),
meliputi:
a. Hari, tanggal dan jam pengkajian
b. Tanggal masuk
c. Nama (diisi nama pasien sesuai dengan nama yang tercantum dalam
rekam medis. Ny. untuk yang sudah menikah, Nn. untuk yang belum
menikah)
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. Pendidikan
g. Agama
h. Alamat (diisi oleh perawat penanggungjawab pasien saat masuk di
ruang rawat inap)
2.3 Pengkajian Keperawatan (ditulis dan dicentang sesuai dengan hasil
anamnesa,meliputi:
a. Data subyektif: identitas pasien, keluhan utama, riwayat haid,
riwayat hamil ini, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kehamilan, persalinan, nifas, riwayat KB, psikososio
spiritual.
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
Ditulis dan dicentang sesuai dengan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik (head to toe) meliputi:
a) Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan)
b) Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya
cloasmagravidarum, pucat atau tidak pada selaput mata, dan
ada tidaknya edema. Pemeriksaan pada leher untuk menilai
ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe. Pemeriksaan dada
untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
kesamping, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae
gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan
perineum, ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor.
Kemudian pemeriksaan ektremitas untuk menilai ada tidaknya
varises.
c) Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak
dalam rahim. Auskultasi dilalukan umumnya dengan stetoskop
monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung janin. Bunyi
jantung janin dapat didengar pada akhir bulan ke-5. Dalam
keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali permenit.
Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1
menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari
140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin.
c. Perkusi : ekstremitas, reflek patella
d. Pemeriksaan dalam (VT): pembukaan, effisment, ketuban, bagian
terendah, penurunan
e. Pemeriksaan penunjang : NST, USG, laboratorium
2.4. Analisa diagnosa misalnya G1P0000 UK 38-39 minggu dengan inpartu
2.5. Masalah keperawatan
Misalnya: diagnosa tambahan (KPD, gawat janin, PE dsb.)
2.6. Rencana asuhan, yaitu melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter
penanggung jawab pelayanan.
2.7. Tanda tangan bidan/perawat yang mengkaji ditulis lengkap tanggal, bulan,
tahun dan nama lengkap bidan/perawat yang mengkaji, kemudian diakhiri
dengan membubuhkan tanda tangan. Diisi oleh perawat penanggungjawab
pasien saat masuk di ruang rawat inap.
2.8. Resume keperawatan Merupakan rangkuman hasil asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Ditulis lengkap berdasarkan data hasil perawatan
dan penatalaksanaan medis, kemudian diakhiri dengan membubuhkan
tandatangan. Diisi oleh kepala ruang dan atau katim saat pasien dinyatakan
pulang oleh DPJP.
BUKU REGISTER POLI KANDUNGAN
1. Pengertian
Adalah pengisian buku register berdasarkan status rekam medik,
dimana pasien pertama kali datang dan mendaftarkan ke bagian pendaftaran
untuk pelayanan poli kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari.
Pengisian tersebut sesuai dengan kondisi dimana pasien datang ke poli
kandungan.
2. Form Pengisian Buku Register Poli Kandungan
Form tersebut meliputi:
a. Isi nomor RM (yang sudah ditentukan oleh pendaftaran)
Melihat dari status RM
b. Isi nama pasien dan suami (hamil/promil)
Melihat dari status RM
c. Alamat pasien
Melihat dari status RM
d. Pasien baru/lama (hamil/promil)
Berdasarkan dari kunjungan pasien, sudah pernah datang atau masih
pertama kali
e. Kasus baru/lama (hamil/promil)
Berdasarkan dari keluhan pasien saat kunjungan
f. Usia pasien (hamil/promil)
Dihitung dari tanggal kelahiran pasien
g. Pasien domisili kota atau kab
Melihat dari alamat pasien di status RM
h. Hamil pertama atau ke berapa
Berdasarkan dari anamnesa saat kunjungan
i. Usia kehamilan
Berdasarkan hasil USG saat kunjungan
j. Kunjungan K1 (pertama), K2 (kunjungan lanjutan TM 2) dan K4
(kunjungan TM 3)
Berdasarkan dari usia kehamilan saat kunjungan
k. Diagnosa pasien (hamil/promil)
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan saat kunjungan
l. Termasuk resiko tinggi atau tidak
Dihitung dari hasil anamnesa saat kunjungan
m. Skor Poeji Rochyati adalah kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah
kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis
keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya
mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi
obstetrik pada saat persalinan.
3. Form Pengisian Buku Regiter Poli Kandungan
No. No.R Nama Alam Kunjung Kasu Kota/Ka Usia Hamil U Diagnos K
M Px/Sua at an s b ke K a pasien E
mi T
B L B L B L
1.
2.
....
Nb: untuk pasien promil kolom hamil anak ke (tidak di isi), kunjungan K1/K2/K4
(tidak diisi). Skor dan resiko tinggi (tidak diisi)
KRONOLOGI KEMATIAN (AMP)
1. Pengertian
Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah serangkaian kegiatan
penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna
mencegah kesakitan dan kematian serupa di masa yang akan datang. Audit
Maternal Perinatal (AMP) adalah proses penelaahan bersama kasus
kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan
menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok
terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat
dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.
Audit Maternal Perinatal (AMP) merupakan kegiatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan melalui pengkajian dan pembahasan
kasuskesakitan, kematian ibu dan perinatal sebagai upaya pembelajaran
bersama dalam menyikapi kasus kematian yang telah terjadi sehingga ditemui
cara penanganan yang lebih baik dalam menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi dan Balita (AKB) dimasa yang akan datang.
2. Tujuan dilaksanakannya AMP antara lain:
a. Menentukan sebab dan factor terkait dalam kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal (3 terlambat dan 4 terlalu)
b. Memastikan dimana dan mengapa berbagai system dan program gagal
dalam mencegah kematian
c. Menentukan jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
3. Kematian Pasien yang Sudah Diduga dan yang Tidak Terduga
Secara umum, kematian seorang pasien dapat dikategorikan menjadi
dua, yakni kematian yang sudah diduga dan kematian yang tidak terduga.
Pada kasus yang pertama, keluarga pasien sudah mengetahui riwayat
penyakit terminal pasien. Kematian merupakan suatu hal yang sudah dapat
diperkirakan, sehingga keluarga pasien biasanya lebih bisa menerima.
Namun, pada kasus kematian yang tidak terduga, keluarga pasien cenderung
akan memberikan reaksi yang lebih emosional. Banyak dokter, perawat,
maupun praktisi kesehatan darurat lainnya mengalami kesulitan untuk
mendukung keluarga pasien saat kerabat yang dicintainya sedang
diresusitasi, atau untuk menyaksikan kesusahan keluarga pasien setelah
kerabat mereka meninggal. Ketika peristiwa itu terjadi, praktisi darurat hanya
memiliki waktu yang singkat untuk segera dapat terlibat secara benar dan
efektif dengan keluarga. Konsekuensinya, mereka harus dapat memberikan
informasi secara sensitif, belas kasih, dan empati kepada keluarga yang
berduka.
4. Kontak Pertama dengan Keluarga
Kontak pertama dengan keluarga sebaiknya dilakukan secara langsung.
Namun, jika anggota keluarga tidak berada di rumah sakit maka kontak dapat
dilakukan melalui telepon dengan meminta keluarga datang ke rumah sakit
segera. Hindari menyampaikan berita kematian melalui telepon, kecuali
keluarga pasien tinggal di tempat yang sangat jauh. Jika menyampaikan
berita kematian harus melalui telepon, pastikan ada yang mendampingi
penerima kabar ketika kabar buruk disampaikan. Menyampaikan kabar buruk
dapat dibedakan sesuai dengan keadaan pasien saat itu, yaitu masih hidup
dan dalam tahap resusitasi atau sudah meninggal. Saat menerima keluarga di
rumah sakit, baik di unit gawat darurat maupun di unit intensif, dokter yang
menangani pasien dapat didampingi oleh seorang perawat. Dokter dan
perawat harus memperkenalkan diri dan kenali keluarga pasien yang datang.
Ajak keluarga pasien ke ruangan yang lebih tenang, hindari menyampaikan
berita kematian di koridor rumah sakit. Kabar buruk, jika memungkinkan, lebih
baik disampaikan kepada anggota keluarga pasien yang sudah mengetahui
riwayat penyakit pasien.
5. Menginformasikan Pasien Masih Hidup dan Dalam Tahap Resusitasi
Tujuan menyampaikan kabar buruk pada tahap ini adalah
mempersiapkan keluarga untuk menghadapi kemungkinan terburuk, yakni
kematian. Beberapa poin yang harus disampaikan oleh dokter adalah:
a. Ketahui keadaan pasien sebelumnya dan jelaskan kemungkinan
penyebab penurunan kondisi pasien
b. Berikan informasi yang tepat, lengkap, dan baik kepada keluarga
c. Berikan kesempatan keluarga bertanya
d. Jelaskan mengenai prognosis pasien dan kemungkinan untuk bertahan
hidup
e. Berikan kesempatan kepada pembimbing spiritual untuk menyampaikan
doa terakhir jika diminta oleh keluarga pasien
f. Berikan informasi mengenai perkembangan dari tindakan resusitasi
secara berkala kepada keluarga pasien
Salah satu anggota keluarga yang sudah mengetahui riwayat penyakit
pasien dapat diajak masuk untuk melihat tindakan resusitasi. Berikan
penjelasan mengenai tindakan resusitasi yang dilakukan, dan tanda-tanda
kehidupan yang dinilai pada pasien, seperti nafas spontan, detak jantung
yang terlihat pada monitor, atau pergerakan anggota tubuh. Hal ini bertujuan
agar anggota keluarga yang melihat langsung dapat meyakinkan keluarganya
bahwa segala tindakan sudah diupayakan.
6. Menginformasikan Berita Kematian Pasien
Jika tindakan resusitasi tidak berhasil maka berita kematian pasien
sebaiknya disampaikan kepada anggota keluarga yang sudah mengetahui
riwayat penyakit pasien. Beberapa poin yang harus diperhatikan oleh dokter
adalah:
a. Awali dengan mengkonfirmasi identitas pasien, yaitu menyebutkan nama
pasien, umur, dan daerah tempat tinggal
b. Sampaikan berita kematian dengan menggunakan kata-kata yang
sederhana dan jelas, yaitu kata “meninggal”. Hindari penggunaan kata
seperti "tidak bersama kita lagi” atau “pergi"
c. Untuk membantu keluarga pasien memahami berita kematian, dapat
didahului dengan keadaan pasien sebelum sampai ke rumah sakit
7. Memberikan Kesempatan Kepada Keluarga Pasien untuk Berduka
Setelah menyampaikan berita kematian, berikan kesempatan kepada
keluarga pasien untuk menyalurkan reaksi terhadap kabar buruk tersebut.
Dokter sebaiknya berdiam sejenak bersama keluarga pasien dengan gestur
yang menunjukkan empati. Jika keluarga sudah dapat terbuka untuk
berbicara, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menjelaskan penyakit dan usaha yang sudah dilakukan tim dokter untuk
menyelamatkan pasien
b. Memberikan apresiasi terhadap usaha keluarga pasien dalam mencari
pengobatan, untuk meringankan keluarga pasien yang mungkin merasa
bersalah
c. Pada kasus pasien yang meninggal setelah mengalami koma, dapat
dijelaskan bahwa pasien meninggal dalam keadaan damai dan tidak
merasakan sakit
d. Jika keluarga pasien adalah keluarga yang religius maka dapat
disampaikan bahwa seluruh tim dokter telah berusaha maksimal, tetapi
Tuhan yang menentukan
Jika keluarga pasien belum bisa menerima dan menyalahkan pihak
rumah sakit, sebaiknya dokter tetap tenang dan tidak langsung merespon.
Pada umumnya keluarga pasien akan meminta maaf ketika mereka sudah
dapat mengendalikan emosinya.
8. Mempersiapkan Keluarga untuk Melihat Tubuh Pasien yang Sudah Meninggal
Tahap berikutnya adalah memberikan kesempatan pihak keluarga untuk
melihat tubuh pasien yang sudah meninggal. Sebelumnya dibutuhkan
persiapan sebagai berikut:
a. Pastikan pasien yang sudah meninggal terlihat rapi dan tertutup
b. Bersihkan wajah dan tubuh pasien dari darah atau cairan tubuh lainnya
c. Lepaskan alat bantu kehidupan seperti endotracheal tube, ventilator, dan
cardiac monitor
d. Sebaiknya keluarga pasien yang masih sangat emosional tidak
diperkenankan melihat tubuh pasien langsung, karena berisiko akan
pingsan atau mengganggu ketenangan pasien lainnya
9. Membantu Pihak Keluarga untuk Mengurus Prosedur Formal
Staff dari rumah sakit dapat membantu pihak keluarga mengurus
prosedur untuk mengurus prosedur formal, seperti mendapatkan sertifikat
kematian. Jika harus dilakukan otopsi atau pembuatan visum et repertum,
maka dokter bertanggung jawab untuk menjelaskan prosedur tersebut kepada
pihak keluarga. Pastikan ketika menyerahkan tubuh pasien yang sudah
meninggal dan barang pribadi pasien kepada pihak keluarga dilakukan tanpa
hambatan.
10. Menjaga Kerahasiaan Pasien
Salah satu kewajiban dokter terhadap pasien, berdasarkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia pasal 12 adalah setiap dokter wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia. Karena itu, semua informasi yang
teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien, termasuk diagnosis,
prognosis, tindakan medis, serta semua informasi lain yang bersifat pribadi,
harus dijaga kerahasiaannya. Kecuali untuk keluarga pasien, mungkin
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi terutama jika terkait dengan
risiko kesehatan mereka. Dokter harus sensitif terhadap budaya dan faktor-
faktor personal saat memberitahukan kabar buruk, terlebih lagi berita
kematian. Dokter berkewajiban memberikan informasi kepada keluarga
pasien yang sudah meninggal tentang penyebab kematian. Pembeberan
beberapa rahasia dapat dibenarkan tetapi harus tetap dijaga seminimal
mungkin. Selain itu, kepada siapa disampaikan informasi rahasia tersebut
harus dipastikan sadar untuk tidak menyebarkan lebih jauh untuk kebaikan
pasien.
11. Kesimpulan
Menyampaikan berita kematian kepada keluarga pasien harus dilakukan
secara baik dan disertai dengan sikap empati. Menunjukkan sikap empati
kepada keluarga pasien di saat mereka membutuhkan, dapat mempererat
hubungan dokter-pasien dan juga melindungi pihak dokter dan rumah sakit
dari konflik yang mungkin tercipta karena kematian pasien tersebut.
Terkadang dokter merasa terbebani untuk menyampaikan berita kematian
kepada keluarga pasien. Dokter harus menyadari bahwa dirinya bukanlah
penyebab duka yang dialami keluarga pasien. Sebaliknya, dokter berperan
besar untuk membuat kondisi duka tersebut menjadi sedikit lebih baik.
Kutipan bijak dari Hippocrates tentang peran dokter adalah “to cure
sometimes, to relieve often, to comfort always”.
12. Alur Pelaporan
Bila ada kejadian kematian maternal perinatal, maka dari bidan wilayah
asal pasien tersebut berasal akan mengirimkan surat permintaan kronologi
kematian pasien tersebut. Selanjutnya pihak RS membuatkan surat kronologi
kematian pasien tersebut yang berisi tentang keseluruhan tindakan
perawatan yang sudah dilakukan kepada pasien tersebut dari mulai
kedatangan sampai meninggalnya pasien tersebut disertai dengan waktu.
Kemudian surat kronologi tersebut diketahui dan ditandatangani oleh dokter
kandungan selaku DPJP. Setelah surat kronologi jadi, dikirimkan kepada
bidan wilayah pasien tersebut dan Kepala Ruang akan melakukan pelaporan
kepada Dinas Kesehatan. Pelaporan tersebut dilakukan maksimal 3 hari dari
kejadian kematian.
13. Formulir Kematian
PROGRAM PRIORITAS
PIC/ Penanggungjawab program prioritas ini adalah Mba Umi dan Mba Mira.
HUBUNGAN ANTAR BAGIAN DI RUANG BERSALIN (VK)
1. Pendaftran
a. Konfirmasi pasien baru
b. Konfirmasi pasien pindah kelas
2. Ruang Perinatologi
a. Pemberitahuan informasi diagnosa ibu
b. Pemberitahuan pemeriksaan dalam (VT)
c. Pemberitahuan SC
d. Permintaan data bayi baru lahir
3. Ruang Operasi
a. Pemberitahuan adanya operasi
b. Konfirmasi ulang jadwal operasi
c. Serah terima pasien di preeop
4. Ruang Farmasi
a. Rekeningan pasien pulang
b. Permintaan persediaan obat
c. Permintaan bahan habis pakai
5. Laundry
a. Permintaan linen bersih
b. Pemberitahuan linen kotor
6. Laboratorium
a. Pemberitahuan pasien baru
b. Konfirmasi hasil laboratorium
c. Konfirmasi pemeriksaan PA
7. Cleaning Service
a. Konfirmasi kelas pasien baru
b. Pemberitahuan ada sampah
c. Pemberitahuan ada darah atau muntahan di lantai
d. Permintaan safety box
8. Kasir
a. Rekeningan pasien pulang
b. Konfirmasi administrasi pasien pulang
c. Permintaan belanja kantor (alat tulis, buku, sabun cuci tangan, silet,
materai, tisu, dsb)
9. Personalia
a. Kontrak kerja
b. Permintan form cuti
c. Perizinan tidak mengikuti kegiatan
10. Security
a. Konfirmasi penunggu pasien
b. Permberitahuan tabung oksigen habis
c. Pemberitahuan air habis
d. Meminta tolong membantu memindahkan pasien
e. Permintaan gendok
f. Permintaan air galon
11. Tehnisi
a. Pemberitahuan adanya kerusakan alat
12. Gizi
a. Pemberitahuan diit pasien
b. Permintaan keringan saat gizi kosong
13. RM
a. Permintaan form
b. Permintaan status rawat jalan
c. Pemberian sensu pasien rawat inap