Anda di halaman 1dari 51

TIMBANG TERIMA/OPERAN SETIAP PERGANTIAN SHIFT (UMI)

1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu di
antaranya handover, handoffs, shift report, sign out, sign over dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan
tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk
tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi
yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat
sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
2. Tujuan timbang terima
Tujuan dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan pasien (data fokus).
Menyampaikan masalah setiap pasien dan menjelaskan keadaan terkini
pasien
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Dalam pelaksanannya, ada 3 langkah dalam timbang terima yaitu:
a. Lisan adalah melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
b. Tertulis adalah melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada status
rekam medis saja atau media tertulis lain
c. Kunjungan ke pasien, atau bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback
4. Langkah-langkah dalam timbang terima
Langkah-langkah dalam timbang terima sebagai berikut:
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
Shift yang akan selesai dan yang akan berdinas sudah siap untuk
menerima operan.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
Shift yang akan selesai dinas sudah menyiapkan laporan selama dinas di
buku operan jaga. Di buku tersebut sudah ditulis tentang nama pasien,
diagnosa, ruangan pasien, keadaan pasien terkini, perjalanan perawatan
selama shift, dan semua terapi dan advis dokter. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
c. Penanggungjawab shift menyampaikan kepada perawat shift selanjutnya,
meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
Meliputi diagnosa terakhir dan keadaan pasien terkini
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan.
Meliputi apa yang harus dilakukan shift selanjutnya
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.
Berupa terapi untuk pasien dan tindakan medis
d. Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang
kurang jelas. Dalam penyampaian timbang terima dilakukan secara singkat
dan jelas.
e. Penanggung jawab shift dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.
f. Pada saat keliling ruangan dari satu pasien ke pasien yang lain, petugas
melakukan 5S terlebih dahulu, kemudian bisa menanyakan keluhan pasien,
dan memperkenalkan ke pasien untuk petugas jaga shift berikutnya.
g. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
PELAYANAN SELAMA PANDEMI COVID ( LINA)

I. Skrining Covid-19
Skrining Covid-19 merupakan tindakan awal yang dilakukan petugas kesehatan
terhadap pasien yang datang ke rumah sakit. Tindakan ini menentukan langkah
selanjutnya, apakah pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit khusus rujukan
Covid-19, perlu menjalani tes permulaan, atau bisa diperiksa secara umum sesuai
dengan keluhan. Beberapa pertanyaan yang akan diajukan terkait Covid-19
adalah:
a. Tanyakan pada pasien apakah ada riwayat batuk, demam, nyeri tenggorokan,
pilek, sesak nafas, nyeri kepala, dan mata berair.
b. Tanyakan riwayat perjalanan 2 minggu.
c. Adakah kontak dengan orang yang positif Covid-19 jika iya, kapan terakhir
kontak, seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan
atau berkunjung.
d. Adakah riwayat menghadiri atau bekerja di keramaian. Seperti pernikahan,
selamatan, seminar, rapat, pengajian, dan peribadatan lain.
e. Jika salah satu pertanyaan diatas terdapat jawaban “iya”, maka isikan biodata
dan hasil skrining ke formulir skrining kewaspadaan Covid-19
f. Konsultasikan ke dokter jaga, apakah pasien harus diobati, dirujuk, karantina,
atau bisa berobat seperti biasa sesuai dengan keluhannya.
2. Peraturan Penunggu Pasien
Dalam menghadapi wabah Covid-19, Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari
mengambil kebijakan sebagai berikut:
2.1 Pengukuran suhu oleh security setiap masuk rumah sakit.
Pengukuran suhu dilakukan pada setiap orang yang akan masuk ke rumah
sakit. Baik pasien, penunggu, ataupun karyawan
2.2 Penunggu pasien rawat inap hanya 2 orang dan tidak boleh bergantian.
Penunggu pasien dibatasi 2 orang saja dan tidak diperkenankan
bergantian. Penunggu tersebut yang boleh keluar masuk rumah sakit
2.3 Dipastikan penunggu tidak dalam keadaan sakit, tidak pulang dari luar kota
Selain pasien, penunggu pasien juga harus dipastikan dalam keadaan sehat.
Tidak ada gejala Covid-19 seperti batuk, pilek, demam, ataupun riwayat
perjalanan dari luar kota
2.4 Wajib pakai masker
Penunggu dan pasien wajib menggunakan masker selama berada di area
rumah sakit
2.5 Jaga jarak
Penunggu tidak boleh bergerombol dengan penunggu pasien lain (jaga jarak)
2.6 Cek TTV penunggu
Penunggu wajib di periksa suhu sama seperti pasien. Cek suhu dilakukan 3
kali dalam sehari.
PELAYANAN POLI KANDUNGAN (ICI)

1. Anamnesis dan Skrining Awal

Anamnesis adalah teknik pemeriksaan medis pertama yang dilakukan


secara langsung untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien melalui wawancara
antara dokter/ahli kesehatan lainnya.
Anamnesis bertujuan untuk mengumpulkan data tentang masalah
kesehatan dan riwayat medis sehingga mereka dapat mengidentifikasi perkiraan
diagnosis/masalah medis yang dihadapi pasien.
Pemeriksaan skrining covid sangat perlu dilakukan pada setiap ibu hamil
yang akan USG di poli kandungan.
Pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat badan dilakukan pada
setiap ibu hamil yang akan USG, ini sangat penting untuk memantau Kesehatan
ibu dan janin serta akan mempengaruhi tindakan selanjutnya yang akan diambil.

1.1 Pelayanan Ibu Hamil


1.1.1 Pasien Baru
Pasien baru adalah pasien yang baru datang pertama kali ke Rumah
Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari
Berikut langkah-langkah anamnesa pada pasien baru adalah:
a. Tanyakan nama, tanggal lahir, dan alamat sesuai dengan lembar
status rawat jalan yang telah diberikan oleh rekam medik dan
pendaftaran.
b. Tanyakan hamil pertama atau hamil kedua, pernah keguguran atau
tidak.
c. Bila masih kunjungan pertama ditanyakan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT), pemeriksaan PP tes positif atau negatif.
d. Keluhan yang dirasakan sekarang.
e. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat
badan
f. Dokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan tekanan darah, dan
penimbangan berat badan ke lembar status rawat jalan pada kolom
subyektif
1.1.2 Pasien Lama
Pasien lama adalah pasien yang sudah pernah datang ke Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tanjungsari.
Berikut langkah-langkah anamnesa pada pasien lama adalah:
a. Tanyakan keluhan pasien
b. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat
badan
c. Dokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan tekanan darah, dan
penimbangan berat badan ke lembar status rawat jalan pada kolom
subyektif
1.2 Anamnesa Pasien Program Hamil (Promil)
1.2.1 Pasien Baru
Pasien promil baru biasanya di-USG dahulu untuk mengetahui kondisi
rahim dan saluran sel telur. Berikut Langkah-langkah anamnesa pada
pasien promil baru adalah:
a. Tanyakah menikah ke berapa
b. Tanyakan sudah punya anak atau belum, usia anak terakhir (bila
sudah pernah punya anak), jika belum pernah cukup di tulis P0000
yang artinya belum pernah punya anak, dan lama menikah.
c. Tanyakan haid teratur atau tidak.
d. Tanyakah riwayat KB yang digunakan (jika sudah pernah).
e. Tanyakan haid terakhir kapan
f. Tanyakan adakah keluhan lain, seperti kista atau miom
g. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat
badan
h. Dokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan tekanan darah, dan
penimbangan berat badan ke status rawat jalan pada kolom
subyektif
1.2.2 Pasien lama;
Pasien lama program hamil biasanya sudah terjadwal untuk
pemeriksaan USG transvaginal dan pemberian ijeksi. Berikut
langkah-langkah anamnesa pada pasien promil lama adalah:
a. Tanyakan sampai mana program hamil dengan dokter Kandungan
RSIA Tanjungsari dan apakah waktunya kontrol
b. Tanyakan haid hari ke berapa
c. Tanyakan adakah keluhan lain
d. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat
badan
e. Dokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan tekanan darah, dan
penimbangan berat badan ke status rawat jalan pada kolom
subyektif

1.3 Anamnesa Pasien Kontrol Operasi


Berikut langkah-langkah anamnesa pada pasien kontrol operasi:
a. Tanyakan ke pasien operasi dimana
b. Tanyakan kontrol operasi ke berapa
c. Tanyakan keluhan pasien
d. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat badan
e. Dokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan tekanan darah, dan
penimbangan berat badan ke status rawat jalan pada kolom subyektif

1.4 Pembacaan Hasil Laboratorium Oleh DPJP


Untuk membaca hasil laboratorium sperma, suami (pasien) dan istri
disediakan tempat untuk proses pembacaan hasil oleh Dokter Spesialis
Kandungan RSIA Tanjungsari. Pembacaan ini menggunakan media video
hasil pemeriksaan sperma secara mikroskopik untuk mengetahui jumlah
sperma, aktif atau tidaknya sperma tersebut (banyak mati). Berikut langkah-
langkah pembacaan hasil laboratorium oleh DPJP adalah:
a. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan pasien
b. Sediakan kursi (3 kursi) dan kertas resep dokter
c. Pastikan video yang akan ditampilkan sudah tersimpan di komputer
tempat pembacaan hasil laboratorium
d. Persilahkan pasien dan istri untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan
e. Informasikan ke DPJP bahwa pasien yang akan dibacakan hasil
laboratorium sudah siap
f. Setelah selesai pembacaan hasil laboratorium, arahkan pasien dan istri
ke kasir.

2. Asistensi Dokter Spesialis Kandungan RSIA Tanjungsari


Yang dilakukan saat menjadi asisten adalah sebagai berikut:
2.1 Menyiapkan poli kandungan
Sebelum poli dimulai, beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh asisten
adalah:
a. Nyalakan AC poli kandungan
b. Cek ketersediaan gel USG, kondom, kasa, hepafix, alat AJ, dan tisu
c. Cek ketersediaan resep obat, surat ijin, dll.
d. Bersihkan face shield DPJP yang akan digunakan
2.2 Memanggil pasien
Memanggil pasien untuk masuk ke poli kandungan harus disesuaikan dengan
nomor antrian pasien. Apabila pasien yang dipanggil tidak ada, maka pasien
akan dilompati 2 pasien saat pasien sudah datang. Panggil pasien beserta
nomor antrian pasien. Misalnya untuk memanggil pasien kontrol operasi:
“Kontrol Operasi, Nomor 1, Ny. Senja dan untuk memanggil pasien USG:
“Nomor antrian 4, Ny. Umi”.
2.3 Menyiapkan pasien (USG 2D dan 4D, USG TVS)
Memposisikan pasien sesuai pemeriksaan pasien. Berikut memposisikan
pasien berdasarkan pemeriksaan USG:
2.3.1 USG 2D dan 4D
a. Arahkan pasien berbaring ke tempat tidur
b. Selimuti pasien
c. Buka pakaian pasien pada daerah perut
d. Setelah USG selesai, bersihkan gel pada perut pasien
e. Bantu pasien berdiri
f. Arahkan pasien duduk di kursi pasien
2.3.2 USG TVS
a. Arahkan pasien untuk melepas pakaian bagian bawah, dan asisten
menutupi pasien dengan selimut
b. Arahkan pasien ke tempat tidur, posisikan pasien pada posisi
litotomi dan kaki pasien menghadap ke dokter kandungan
c. Pakai handscoon
d. Siapkan bengkok dan tisu di samping bawah tempat tidur
e. Setelah USG TVS selesai, lepas kondom dari tranduser dan taruh
pada bengkok
f. Bersihkan gel pada transduser dan kembalikan ke tempatnya
dengan hati-hati
g. Bantu pasien berdiri, tutupi pasien dengan selimut dan arahkan
pasien memakai pakaian bagian bawah
2.4 Dokumentasi
Dokumentasikan hasil USG, TVS, Baca hasil sperma yang sudah di bacakan
oleh Dokter Spesialis Kandungan RSIA Tanjungsari ke dalam buku register
poli kandungan
2.5 Membersihkan alat USG 2D dan 4D
Membersihkan transduser dari gel USG ketika pasien USG sudah habis.
Hanya membersihkan saja, tanpa mematikan alat USG
KOMUNIKASI DENGAN DOKTER MELALUI TELEPON DAN PEMBUATAN SBAR
(HANIK)

1. PENGERTIAN
Komunikasi dengan dokter melalui telepon adalah komunikasi efektif
yang dilakukan oleh perawat untuk melaporkan segala bentuk keluhan ,
keadaan dan permasalahan pasien kepada dokter .
SBAR adalah metode struktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera DPJP/tenaga kesehatan yang
lain. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan kedalam
situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan
kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan
lainnya.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation).
2. Tujuan
Tercapainya keselamatan pasien terutama sasaran mengenai komunikasi yang
efektif.
3. PROSEDUR
3.1. Langkah langkah komunikasi melalui telepon
a) Mengucapkan salam
b) Menginformasikan keadaan pasien yang akan dilaporkan, atau
menginformasikan hasil pemeriksaan yang sudah dikirim via WA .
3.2. Langkah-langkah penulisan SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation) dan konfirmasi ulang
a) Berilah bubuhkan stempel petugas yang melakukan komunikasi SBAR
b) Berilah tanggal dan jam lapor
c) S (Situation): kondisi terkini yang terjadi pada pasien
Contoh: ibu mengatakan hamil ke 1, keluar cairan sejak jam 12.00 dan
mules sejak jam 09.00
d) B (Background): info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
Contoh: pemeriksaan yang dilakukan mulai dari TTV/tanda-tanda vital,
TFU/tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, his, VT, dan hasil
laboratorium
e) A (Assessment): hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini
Contoh: diagnosa dari hasil pemeriksaan seperti G1P0000 uk 40 minggu
dengan inpartu kala 1 fase laten+KPD
f) R (Recommendation): intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga
Contoh: instruksi yang diberikan oleh dokter penanggungjawab. Misalnya
drip/SC/evaluasi 4jam.
g) Berilah stempel SBAR yang berisi paraf dari pemberi dan penerima
informasi beserta tanggal dan jamnya
Persalinan Normal Bidan (DESY)

1. Pengertian
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala.
2. Tujuan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap,
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
3. Persiapan Sebelum Persalinan Normal
Segala sesuatu yang dipersiapkan dalam hal menyambut kelahiran. Menyiapkan
semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan.
3.1 BHP dan Perlengkapan Ibu:
BHP adalah bahan habis pakai, yang artinya adalah semua obat-obatan dan
peralatan medis yang telah digunakan oleh pasien selama masa dirawat di
rumah sakit.
Adapun BHP dan perlengkapan lainnya meliputi;
a) Kresek hitam besar (1)
b) Kresek kuning besar.(1)
c) Gendok dan kresek hitam sedang (1)
d) Underpad ( sesuai kebutuhan)
e) T-towel (1)
f) Handscoon steril nomor disesuaikan ( sesuai kebutuhan)
g) Syntocinon (2)
h) Metergin (1)
i) Lidocain (bila perlu).
j) Spuit 3 cc (2)
k) Venflon nomor 16 (1)
l) Dan lain-lainnya (infus D5 untuk pasien drip)

3.2 Partus set

Partus set adalah set alat bedah yang digunakan oleh petugas medis
untuk persalinan normal.
Partus set berada di almari VK. Adapun partus set yang berada dalam
bak instrumen meliputi:
a) ½ kotcher (1)
b) Gunting episiotomi (1)
c) Pinset cirurgi (1)
d) Gunting tali pusat (1)
e) Klem tali pusat (1)
f) Nalfuder (1)
g) Jarum hecting ( sesuai kebutuhan)
4. Melakukan Asuhan Persalinan
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari
setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat
dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan.
Tujuannya adalah untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan
dalam upaya pertolongan persalinan yang terintegrasi dan lengkap dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
tetap terjaga.
Tahapan melakukan asuhan persalinan normal;
a) Cek DJJ teratur, HIS adekuat, pastikan pembukaan lengkap, efficement
100%, kepala Hodge II, ditandai dengan doran (dorongan pada anus), teknus
(tekanan pada anus), perjol (perineum menonjol) , vulka (vulva membuka).
b) Memposisikan dengan posisi litotomi.
Litotomi adalah posisi kedua kaki terbuka, tungkai diangkat dan lutut ditekuk.
c) Mengajarkan cara mengejan yang baik dan benar.
Mengejan yang baik dan benar seperti mengejan saat BAB dan bukan
mengejan di leher.
d) Pimpin persalinan saat his adekuat.
His adekuat dirasakan dengan kontraksi uterus yang sering (minimal 3x dalam
10 menit)
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan kebutuhan cairan/minum di sela-sela
kontraksi.
Cairan/minum yang dianjurkan adalah minum-minuman yang manis atau
mengandung ion
f) Pimpin persalinan dan beri semangat kepada ibu untuk mengejan.
g) Jika bayi sudah lahir, lihat jam dan pastikan bayi menangis dengan kuat.
Bayi diterima dan dirawat oleh perawat perinatologi
h) Klem tali pusat bayi area proksimal dan distal.
Jarak antara kedua klem kurang lebih 2-3 jari
i) Potong tali pusat bayi di tengah-tengah kedua klem
j) Injeksi syntosinon 10IU secara IV atau IM.
k) Lakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali) dan lahirkan plasenta.
l) Cek kelengkapan plasenta, pastikan tidak ada perdarahan dari jalan lahir dan
uterus kontraksi baik.
m) Injeksi syntosinon dan metergin 1 ampul secara IV/IM.
n) Cek adanya laserasi, jika ada lakukan hecting
Berdasarkan kedalaman atau panjangnya robekan, ruptur perineum dapat
digolongkan menjadi 4 tingkat, yaitu:
1) Ruptur perineum tingkat 1
Ruptur perineum tingkat 1 merupakan tipe robekan yang
tergolong kecil dan paling ringan. Pada tingkat ini, bagian yang robek
adalah kulit di sekitar permukaan mulut vagina atau kulit perineum.
Ruptur perineum tingkat 1 biasanya tidak memerlukan jahitan dan bisa
sembuh dalam waktu sekitar 1 minggu.
Meski robekan tergolong ringan, kondisi ini dapat menyebabkan sedikit
rasa nyeri atau perih ketika buang air kecil, duduk, batuk, bersin, atau
berhubungan seksual.
2) Ruptur perineum tingkat 2
Pada ruptur perineum tingkat 2, bagian yang robek adalah kulit
dan otot-otot perineum di bagian dalam vagina. Kondisi ini perlu
ditangani dengan jahitan dan membutuhkan waktu sekitar beberapa
minggu untuk sembuh.
Sama seperti ruptur perineum tipe 1, robekan tipe ini juga akan
menimbulkan rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas tertentu.
3) Ruptur perineum tingkat 3
Ruptur perineum tingkat 3 terjadi ketika robekan terjadi pada
kulit dan otot vagina, perineum, hingga anus. Kondisi ini perlu
mendapatkan penanganan dokter karena bisa menyebabkan
perdarahan yang berat.
4) Ruptur perineum tingkat 4
Ruptur perineum tingkat 4 adalah tingkatan ruptur perineum
yang paling berat. Kondisi ini terjadi ketika robekan sudah mencapai
anus dan rektum atau bahkan usus besar. Kondisi ini perlu ditangani
dengan operasi.
5. Perawatan Post Partum
Post partum atau masa post partum adalah masa sesudah persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil dan lamanya masa post partum kurang lebih 6 minggu.
Tujuan dari perawatan post partum adalah memberikan kenyamanan fisik,
nutrisi, hidrasi, keamanan, dan eliminasi. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,,
pemberian imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
5.1 Perawatan post partum
Perawatan post partum meliputi :
5.1.1 Menyeka pasien
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang belum mampu
mandi secara mandiri atau memerlukan bantuan dengan cara
membersihkan pasien dengan menggunakan T-towel.
Tata cara menyeka pasien:
a) Siapkan t-towel
b) Lakukan 5S dan mohon izin untuk mulai menyeka pasien
c) Bantu pasien melepas baju
d) Usap wajah pasien dengan pelan hingga leher
e) Seka badan hingga kaki
f) Anjurkan ibu untuk miring kanan dan kiri untuk menyeka tubuh bagian
belakang
g) Bantu ibu memakai baju dan jarit
h) Ucapkan terimakasih

5.1.2 KIE
Komunikasi, Informasi, dan edukasi kebidanan dalam pelayanan pada
pasien setelah melahirkan. KIE pada ibu post partum meliputi :
a. Mobilisasi
KIE mobilisasi yaitu mengajarkan ibu untuk bergerak dengan bertahap,
mulai dari miring-miring, duduk, berdiri, kemudian berjalan.
b. Personal Hygiene
KIE personal hygiene yaitu mengajarkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri dan alat genetalia serta cara cebok yang benar untuk menghindari
terjadinya infeksi.
c. Pemenuhan nutrisi
KIE pemenuhan nutrisi yaitu memberikan edukasi kepada ibu untuk
tidak pantang terhadap makanan tertentu dan menganjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan gizi dengan cara makan makanan yang
mengandung tinggi protein dan kandungan gizi lainya.
5.1.3 Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A pada masa post partum untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan saat
melahirkan. Membantu mata dalam penyesuaian diri pada perubahan
cahaya terang ke gelap.
5.1.5 Mencuci dan mensterilkan alat
Upaya menghilangkan semua mikroorganisme pada peralatan
medis yang sudah digunakan. Tujuannya untuk membunuh semua
bentuk mikroorganisme hidup termasuk spora pada alat-alat yang
disterilkan.
Adapun cara mencuci dan steril alat sebagai berikut;
a) Rendam alat habis pakai dengan air ditambah gygazim
(perbandingan 1:9), gygazim 100ml, air 900ml.
b) Rendam kurang lebih 15 menit.
c) Cuci dengan detergent, bilas dan keringkan.
d) Sterilkan dalam mesin steril
6 Observasi pasien 2 jam
Pemantauan berkala yang dilakukan setelah persalinan untuk memastikan
keadaan ibu dan menghindari adanya komplikasi. Observasi yang dilakukan
meliputi:
a) TTV/ tanda-tanda vital meliputi tensi darah, nadi, napas, dan suhu.
Pemantauan TTV ini dilakukan selama 2 jam (setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada 1 jam yang kedua).
b) Kontraksi uterus.
c) Pengeluaran darah.
7 Memindahkan Pasien Ke Rawat Inap
Memindahkan pasien dari ruang observasi menuju ke ruang perawatan.
Jika pasien sudah bisa jalan, setelah observasi dua jam usai, maka pindah ke
kamar sesuai kelasnya.
8 Menjelaskan Orientasi Ruangan dan penggunaan nurse call
Nurse call adalah alat untuk memanggil petugas medis menuju kamar
perawatan. Setiap kamar memiliki kode nomor berbeda-beda untuk
mempermudah petugas menuju kamar perawatan pasien.
Cara menggunakan nurse call adalah dengan memencet tombol ujung
nurse call, setelah itu alarm pemanggil akan berbunyi dan petugas akan
menghampiri pasien.
PERSALINAN SECTIO CAESAREA (SENJA)

1. PENGERTIAN
Persalinan sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per
abdominal dengan membuat sayatan pada dinding perut dan rahim atas indikasi
tertentu.
2. TUJUAN
Tujuan sectio caesarea adalah untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.
3. PEMERIKSAAN
Persiapan dalam melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
3.1 Pengkajian, meliputi:
3.1.1 Data subjektif: identitas pasien, keluhan utama, riwayat haid, riwayat
hamil ini, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, riwayat KB, dan psiko-sosio-spiritual.
3.1.2 Data objektif:
a. Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien, kesadaran, GCS, tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan, BB sebelum hamil, BB saat ini, tinggi
badan, lila (lingkar lengan).
b. Inspeksi:
1) Muka simetris/tidak.
2) Mata normal/kabur, konjungtiva normal/anemis, sklera
putih/merah/kuning.
3) Hidung normal/sekret.
4) Mulut normal/karies/stomatitis.
5) Telinga normal/tidak, pendengaran normal/tuli/berdenging.
6) Leher normal/pembesaran kelenjar.
7) Dada simetris/tidak, sistem pernafasan dada/perut, payudara
simetris/tidak.
8) Anogenital varises/bengkak, pengeluaran pervaginam ada/tidak.
c. Palpasi dilakukan untuk memeriksa:
1) Leopold I (menentukan tinggi fundus uteri).
2) Leoplod II (menentukan letak jantung janin).
3) Leopold III (menentukan bagian terendah janin).
4) Leopold IV (menentukan bagian terendah janin sudah masuk
pintu atas panggul atau belum).
5) His (kontraksi janin dalam 10 menit berapa lama dan berapa
kali).
d. Auskultasi: mendengarkan dan menghitung DJJ dalam 1 menit berapa
kali.
e. Perkusi: ekstremitas, reflek patela
f. Pemeriksaan dalam (VT) dilakukan untuk memeriksa:
1) Pembukaan (1cm-10cm),
2) Effacement (25%-100%),
3) Ketuban (sudah pecah atau belum, jika pecah atau merembes
warnanya apa),
4) Bagian terendah janin (kepala, bokong, atau bagian kecil),
5) Penurunan bagian terendah janin.
g. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu:
1) NST
NST adalah alat untuk merekam denyut jantung janin, yang
dilakukan oleh bidan dan untuk hasil bacaan yang menentukan
dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari. Hasil NST ada 3 yaitu reaktif (baik), suspecius
(pertengahan) dan patologis (buruk/gawat janin).
2) USG
USG baik di ruang VK atau Poli Kandungan dilakukan oleh
dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari.
3) Laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan, pasien dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang meliputi pemeriksaan: hemoglobin, leukosit,
trombosit, golongan darah, HIV, HbsAg, dan Sifilis
h. Analisa Diagnosa
Berdasarkan dari pemeriksaan tersebut dapat menentukan diagnosa
sementara, misalnya: GIIP1001 UK 38-39 minggu dengan BSC 2th+SC
elektif+MOW.
i. Masalah Keperawatan
Berdasarkan dari analisa diagnosa contoh kasus di atas, dapat
ditentukan masalah, yaitu bekas SC (BSC) 2th.
j. Rencana asuhan
Rencana asuhan yaitu melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter
penanggung jawab pelayanan.

3.2 Persiapan Sebelum Persalinan SC


Sebelum melakukan persalinan secara SC ada beberapa persiapan
yang harus dilakukan, meliputi:
a. KIE pada pasien dan keluarga, dengan menjelaskan indikasi
dilakukan persalinan SC.
b. Minta tanda tangan informed consent pada pasien sebelum dilakukan
tindakan.
c. Konsultasikan dengan dokter spesialis anestesi jika ada rencana
operasi, pada saat konsultasi laporkan hasil laboratorium pasien, ada
alergi makanan/tidak, ada alergi obat/tidak, pasien makan minum
terakhir jam berapa, dan ada penyakit penyerta/tidak. Dan laporkan
dengan dokter spesialis anak jika ada rencana operasi.
d. Menghubungi tim OK jika ada operasi.
Jika operasi dilakukan pada saat jam dinas pagi/siang, bidan cukup
menghubungi ruang OK dan menginfokan bahwa akan ada rencana
operasi serta diagnosa pasien. Tapi jika operasi dilaksanakan pada
jam dinas malam, maka bidan menghubungi “HP OK” (telepon seluler
ruang operasi)
e. Mengambil paketan SC di farmasi, menyiapkan gendok yang ditaruh
di dalam kantong plastik sedang warna hitam, dan meminta
perlengkapan ibu seperti gurita ibu, pamper, baju, dan jarit.
f. Membantu pasien untuk melepas baju dan diganti baju operasi,
membantu pasien untuk melepas perhiasan yang dipakai, jika pasien
memakai kutek, membersihkan kutek tersebut sebelum dikirim ke
ruang operasi. Jika pasien memakai make-up, jangan lupa untuk
meminta pasien membersihkan make-up terlebih dahulu sebelum
dikirim ke ruang operasi.
g. Memasang infus pasien dengan cara yang benar sesuai pada materi
cara pemasangan infus dalam bab pelayanan pasien rawat inap.
h. Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi skiren
dalam bab pelayanan pasien rawat inap.
i. Mengantar pasien ke ruang OK dengan brankar atau kursi roda
(menyesuaikan kondisi pasien).
j. Melakukan timbang terima pada tim OK dengan membacakan daftar
pengecekan persiapan operasi. Isinya meliputi:
1) Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
2) Diagnosa berangkat operasi
3) Tindakan operasinya apa saja, misalkan SC+MOW
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Hasil laboratorium
7) Persiapan darah
8) Obat-obatan yang sudah diberikan
9) Data pengecekan
10)Tanda tangan serah terima

b. Persiapan Post SC
Hal-hal yang perlu disiapkan post SC adalah sebagai berikut:
1) Mencatat data bayi dengan meminta data pada perawat perinatologi
meliputi jam bayi lahir, jenis kelamin, berat badan bayi, panjang badan
bayi, lingkar kepala bayi, lingkar dada bayi, APGAR SCORE, dan
keadaan air ketuban.
2) Serah terima berisi:
a) Identitas pasien
b) Diagnosa post op
c) Tindakan operasi
d) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
e) Pengukuran Vital Sign
f) Laboratorium
g) Data pengecekan
h) Tanda tangan serah terima
3) Memindahkan pasien ke ruang HCU, dilakukan dengan teman sejawat
atau dengan bantuan security. Posisi pasien di atas bed, posisi kaki
yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup pelindung
pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik.
4) Membaca dan melakukan tindakan sesuai dengan advis DPJP.
5) Mengobservasi pasien mulai dari tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, banyaknya urine yang keluar, dan banyaknya darah yang
keluar. Melengkapi dokumen rekam medis dengan hasil observasi
pasien dan mengisikan ke dalam lembar skala bromage
6) KIE pasien untuk puasa selama 6 jam setelah operasi, tidak boleh
minum ataupun makan terlebih dahulu. Jika sudah 6 jam boleh minum
sedikit terlebih dahulu, jika tidak mual dan muntah maka boleh
dilanjutkan. Jika pasien sudah buang angin, diet bisa dilanjutkan
dengan bubur halus, apabila tidak mual, muntah, dan kembung maka
untuk diet selanjutnya bisa dinaikkan dengan makanan tinggi kalori
tinggi protein (TKTP).
7) Menyeka pasien dengan meminta perlengkapan yang sudah di
siapkan oleh keluarga seperti pamper, gurita ibu, baju ibu, dan jarit.
Menyeka pasien dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siapkan T-Towel untuk menyeka pasien
2) Lakukan 5S dan mohon ijin kepada pasien dan keluarga bahwa
pasien akan diseka
3) Bila di ruangan HCU ada keluarga pasien lain (laki-laki), mohon
keluarga pasien lain tersebut untuk keluar terlebih dahulu. Kunci
ruang HCU
4) Lepaskan semua pakaian dan selimut pasien
5) Bersihkan wajah pasien terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan tangan, badan, dan kaki pasien
6) Pastikan bekas Betadine dan darah bersih dari badan pasien
7) Minta pasien untuk mengangkat pantat dan gantilah underpad
yang kotor dengan pamper ukuran dewasa, rekatkan pamper, dan
pastikan pasien merasa nyaman
8) Minta pasien untuk mengangkat pantat lagi dan pasang gurita ibu
dengan pelan-pelan, pasanglah tali gurita dengan kekencangan
yang pas, jangan terlalu longgar ataupun terlalu kencang. Ini bisa
dikonfirmasikan kepada pasien, apakah gurita sudah nyaman
9) Pakaian baju ibu, jarit, dan selimuti ibu kembali
10) Ucapkan terimakasih kepada pasien
8) Memberikan vitamin A (2 butir) kepada pasien dan menjelaskan
aturan minum yaitu 1 butir/hari selama 2 hari. Minum 1 butir selama 2
hari pada jam yang sama.
9) Memindahkan pasien ke ruang rawat inap, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Dengan posisi kepala pasien di
atas bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan
lupa menutup pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti
dengan baik. Jelaskan jika pasien memerlukan bantuan bisa menekan
tombol nurse call atau pihak keluarga datang ke ruang bersalin, serta
pastikan kaki bed sudah terkunci.
LAPAROTOMI (YULIA)

1. Pengertian
Laparotomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong,
2010). Laparotomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Tindakan bedah
obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparotomi adalah berbagai jenis
operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang
meliputi histerektomi baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvik,
salpingooferektomi bilateral (Smeltzer, 2014).
2. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen. Laparotomi eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan (Smeltzer, 2014).
3. Persiapan Pasien Sebelum Operasi
a. Pemeriksaan Fisik
Berupa tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi
b. Menghubungi Petugas Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang sebelum dilakukan laparotomi
yaitu:
1. Laboratorium: darah lengkap dan analisis urin
2. Radiologi (foto thorax): Pemeriksaan foto thorax dilakukan di rumah sakit
yang sudah mempunyai fasilitas radiologi dan sudah bekerjasama
dengan RSIA Tanjungsari, dikarenakan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari belum memiliki ruang radiologi. Prosedurnya setelah
pemeriksaan laboratorium pasien dimintakan surat pengantar foto thorax
ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari,
setelah itu pasien diantar foto thorax dengan menggunakan ambulans
rumah sakit.
3. EKG: elektrokardiogram merupakan tes diagnostik umum yang
digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung
4. USG: ultrasonografi adalah sebuah pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi untuk menggambarkan kondisi organ-
organ dalam tubuh. USG yang dilakukan sebelum tindakan laparotomi
adalah USG rahim.
c. KIE
KIE sebelum tindakan laparotomi adalah menjelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa tindakan laparotomi perlu dilakukan karena adanya
kista/miom yang ditemukan di rahim pasien berdasarkan dari hasil USG yang
sudah dilakukan oleh dokter spesialis kandungan RSIA Tanjungsari.
d. Informed Consent
Informed consent adalah proses komunikasi dua arah antara pasien
dengan petugas medis sebelum memberikan keputusan. Selain itu, poin
penting lain dari informed consent adalah membantu pasien lebih teredukasi
terkait penanganan medis yang akan dilakukan.
Pemberian informasi dan persetujuan tindakan ada 2:
1. Pemberian informasi dan persetujuan laparotomi
Sudah ada form persetujuan tindakan laparotomi yang berisi tentang
dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi, jenis
informasi, dan isi informasi. Setelah pasien dan keluarga sudah dijelaskan
dan sudah mengerti maka pasien mengisi persetujuan tindakan
laparotomi
2. Pemberian informasi dan persetujuan anestesi
Sudah ada form persetujuan tindakan anestesi yang berisi tentang
dokter pelaksana tindakan, pemberi informasi, penerima informasi, jenis
informasi, isi informasi, setelah pasien dan keluarga sudah dijelaskan dan
sudah mengerti maka pasien mengisi persetujuan tindakan anestesi.
e. Skiren
Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi skiren dalam bab
pelayanan pasien rawat inap.
f. Mengantar pasien ke ruang OK dengan brankar atau kursi roda
(menyesuaikan kondisi pasien).
g. Melakukan timbang terima pada tim OK dengan membacakan daftar
pengecekan persiapan operasi. Isinya meliputi:
1). Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
2). Diagnosa berangkat operasi
3). Tindakan operasinya apa
4). Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5). Pengukuran Vital Sign
6). Hasil laboratorium
7). Persiapan darah
8). Obat-obatan yang sudah diberikan
9). Data pengecekan
10). Tanda tangan serah terima
4.Post Operasi
a. Serah terima dari OK, apa saja tindakan dan bagaimana keadaan pasien
saat operasi dan setelah operasi. Serah terima berisi:
1) Identitas pasien
2) Diagnosa post op
3) Tindakan operasi
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Laboratorium
7) Data pengecekan
8) Tanda tangan serah terima
b. Memindahkan Pasien ke HCU
Memindahkan pasien ke ruang HCU, dilakukan dengan teman sejawat atau
dengan bantuan security. Posisi pasien di atas bed, posisi kaki yang berjalan
terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup pelindung pada bed pasien.
Pastikan pasien terselimuti dengan baik. Membaca dan melakukan tindakan
sesuai advis dokter
Membaca status pasien dan melakukan tindakan sesuai advis dokter
yang sudah tertulis.
c. Mengobservasi Pasien
Mengobservasi pasien dengan benar sesuai pada materi mengobservasi
pasien dalam bab persalinan sectio caesarea.
d. KIE untuk Puasa
Memberikan KIE tentang puasa sesuai advis dokter spesialis kandungan.
e. Menyeka Pasien
Menyeka pasien dengan benar sesuai pada materi menyeka pasien
dalam bab persalinan sectio caesarea.
f. Memindahkan Pasien ke Ruang Rawat Inap dan Orientasi Ruangan
Memindahkan pasien ke ruang rawat inap, dilakukan dengan teman
sejawat atau dengan bantuan security. Dengan posisi kepala pasien di atas
bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih dahulu, dan jangan lupa menutup
pelindung pada bed pasien. Pastikan pasien terselimuti dengan baik.
Jelaskan jika pasien memerlukan bantuan bisa menekan tombol nurse call
atau pihak keluarga datang ke ruang bersalin, serta pastikan kaki bed sudah
terkunci.
LAPAROSCOPY (Susan)

1. Pengertian
Laparoscopy atau jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah
untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat
sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang
kunci atau operasi invasif minimal. Bila dibandingkan dengan tindakan bedah
konvensional, di mana rata–rata membutuhkan sayatan minimal 10cm,
tindakan laparoscopy hanya membutuhkan sayatan sebesar 1cm.
2. Persiapan Pasien
a. Pemeriksaan
Dalam pemeriksaan kita melakukan anamnesa dan melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk mengetahui keadaan pasien.
Pengisiannya bisa memberikan tanda centang pada kotak yang sudah
tersedia atau mengisi pada titik–titik. Pemeriksaan fisik meliputi:
k. Tanda–tanda vital, berat badan, dan tinggi badan.
l. Sistem pernafasan pasien.
m. Sistem sirkulasi darah.
n. Kulit dan selaput lendir.
o. Sistem pernafasan dan kesadaran.
p. Sistem otot dan tulang.
q. Sistem penglihatan.
r. Sistem pendengaran.
s. Sistem pencernaan.
t. Sistem reproduksi.
u. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
v. Pola kebiasaan sehari–hari.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan langsung oleh petugas
laboratorium. Saat pasien datang kita langsung menelepon petugas
laboratorium. Macam-macam pemeriksaan yang biasanya dilakukan
yaitu:
1. Hematologi.
2. Kimia klinik.
3. Fungsi ginjal.
4. Gula darah.
c. Foto Thorax
Pemeriksaan foto thorax dilakukan di rumah sakit yang sudah
mempunyai fasilitas radiologi dan sudah bekerjasama dengan RSIA
Tanjungsari, dikarenakan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari belum
memiliki ruang radiologi.
Prosedurnya setelah pemeriksaan laboratorium pasien dimintakan
surat pengantar foto thorax ke dokter spesialis kandungan Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tanjungsari, setelah itu pasien diantar foto thorax dengan
menggunakan ambulans rumah sakit.
d. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaaan EKG dilakukan setelah pasien pulang dari foto
thorax. Sebelum melakukan EKG pasien diistirahatkan.
e. Konsul Dokter Umum, Sp.PD, Sp. An dan Sp. OG :
 Dokter Umum: dilakukan setelah hasil laboratorium, foto thorax dan
EKG sudah jadi. Disediakan lembar formulir pemeriksaan pre op
untuk diisi oleh Dokter Umum.
 Dokter Sp. PD: dilakukan dengan cara mengirimkan hasil
laboratorium, foto thorax dan EKG melalui pesan. Setelah itu
mengkonfirmasi terapi yang didapat pasien.
 Dokter Sp. An: dilakukan dengan cara mengirimkan hasil
laboratorium, foto thorax, EKG, foto pasien yg tengadah dan
menjulurkan lidah untuk menetukan skor mallampati melalui pesan
WhatsApp. Setelah itu mengkonfirmasi terapi yang didapat pasien.
 Setelah semua hasil konsultasi keluar dilaporkan ke dokter Sp. OG
dan mengkonfirmasikan pada dokter umum untuk jadwal dilakukan
tindakan laparoscopy.
f. Persetujuan Rapid Test
Menjelaskan kepada pasien tentang perlunya rapid test sebelum
tindakan operasi dilakukan oleh Dokter Umum. Pemeriksaan rapid test
dilakukan malam sebelum pasien operasi. Pasien dianjurkan datang ke
RSIA Tanjungsari jam 19.00 untuk pengambilan sampel darah. Sampel
akan dikirim ke rumah sakit lain untuk dilakukan pemeriksaan rapid test..
Sebelum dilakukan rapid dimintakan informed consent terlebih dahulu.
Untuk pemeriksaannya dilakukan bagian laboratorium.
g. Informed consent.
Dimintakan saat pemeriksaan pre op selesai, pada pasien sendiri
dan suami, atau jika suami di luar kota bisa dimintakan pada perwakilan
keluarga kandung.
h. Pemberian gastrul per vaginam
Dilakukan malam sebelum pasien dilakukan operasi (jam 20.00
WIB). Setelah memasukkan gastrul 2 tablet per vaginam pasien
dianjurkan untuk istirahat terlebih dahulu kurang lebih 15 menit.
Sebelum pasien pulang, pasien di KIE untuk puasa mulai jam 04.00 WIB
atau sesuai dengan kebutuhan, biasanya 8 jam sebelum operasi.
Pasien diberitahu untuk datang ulang besok pagi jam 07.00 WIB atau
jam 07.30 WIB.
i. Skiren
Melakukan skiren pasien dengan benar sesuai pada materi
skiren dalam bab pelayanan pasien rawat inap.
j. Memasang venflon/infus.
Dipasang sebelum tindakan operasi, sesuai advis dokter untuk
terapi yang diberikan. Persiapan alat sebagai berikut:
1. Venflon terutama nomer 16
2. Spuit 3cc
3. NaCl 10cc
4. Hipavik 5cm
5. Alkohol swab
6. Hansaplas
7. Tegaderm
8. Handscoon
9. Jika diperlukan infus ditambahkan jenis kebutuhan infusnya dan infus
set atau blood set.
5. Serah terima ke OK
Serah terima dilakukan sesuai tindakan pre op dan tindakan apa yang
direncanakan. Isinya meliputi:
a. Identitas Pasien (nama, alamat, tanggal lahir dan usia, ruang kelas,
tanggal operasi, nomor RM, nomor register, berat badan, dan tinggi
badan)
b. Diagnosa berangkat operasi
c. Tindakan operasinya apa saja, misalkan laparoscopy
d. Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
e. Pengukuran Vital Sign
f. Hasil laboratorium
g. Persiapan darah
h. Obat-obatan yang sudah diberikan
i. Data pengecekan
j. Tanda tangan serah terima
6. Post Tindakan
a. Serah terima dari OK
Serah terima dari OK, apa saja tindakan dan bagaimana keadaan
pasien saat operasi dan setelah operasi. Serah terima berisi:
1) Identitas pasien
2) Diagnosa post op
3) Tindakan operasi
4) Dokter yang merawat, dokter bedah dan dokter anestesi
5) Pengukuran Vital Sign
6) Laboratorium
7) Data pengecekan
8) Tanda tangan serah terima
b. Memindahkan pasien ke HCU
Dilakukan dengan teman sejawat atau dengan bantuan security.
Dengan posisi pasien di atas bed dan posisi kaki yang berjalan terlebih
dahulu. Jangan lupa menutup pelindung pada bed pasien.
c. Memberikan terapi sesuai advis DPJP
Pemberian terapi disesuaikan dengan advis dokter. Biasanya untuk
pasien post laparoscopy hanya observasi sampai sadar penuh,
observasi bising usus, dan intake output. Setelah 2 jam observasi
pasien diperbolehkan pulang.
d. Rekening pasien pulang
Perekeningan disesuaikan dengan banyaknya tindakan dan BHP
yang digunakan pasien saat dilakukan tindakan.
TRANSFUSI DARAH (OKTA)

1) Pengertian
Transfusi darah adalah prosedur untuk menyalurkan darah yang
terkumpul dalam kantung darah kepada orang yang membutuhkan darah,
melalui pembuluh darah vena (intravena). Darah yang disalurkan berasal dari
pendonor.
Transfusi darah merupakan bagian dari penanganan dokter untuk
menyelamatkan nyawa pasien yang kekurangan darah atau sedang menderita
penyakit tertentu. Darah yang ditransfusikan bisa dalam bentuk komponen
darah secara keseluruhan (whole blood), atau salah satu komponen darah
saja, antara lain:
a. Sel darah merah (packed red cell/PRC). Merupakan komponen darah
yang paling sering ditransfusikan. Sel darah merah berfungsi mengalirkan
oksigen dari jantung ke seluruh tubuh serta membuang karbon dioksida
dan zat-zat sisa tubuh.
b. Trombosit (thrombocyte concentrates/TC). Trombosit merupakan bagian
dari sel darah merah yang berfungsi untuk membantu proses pembekuan
darah. Trombosit juga bisa disebut sebagai platelet darah. Berperan
dalam menghentikan perdarahan.
c. Faktor pembekuan (cryoprecipitate). Sama seperti trombosit, berperan
dalam menghentikan perdarahan.
d. Plasma darah (fresh frozen plasma/FFP). Plasma darah merupakan
komponen darah yang bersifat cair, yang mengandung faktor pembekuan,
protein, vitamin, kalsium, natrium, kalium, dan hormon.
2) Indikasi Transfusi Darah
Transfusi darah akan diberikan bila pasien mengalami kekurangan salah
satu atau seluruh komponen darah. Jenis darah yang diberikan akan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang mengacu pada situasi atau
kondisi yang dialami, antara lain:
a) Transfusi PRC. Anemia atau Hb yang rendah merupakan kondisi yang
mendasari seseorang diberikan PRC. Anemia bisa terjadi pada anak-anak
maupun orang dewasa. Beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan
anemia dan membutuhkan transfusi sel darah merah, yaitu talasemia,
anemia aplastik, atau anemia karena perdarahan.
b) Transfusi TC atau cryoprecipitate. Trombosit atau cryoprecipitate akan
diberikan kepada seorang pasien bila pasien tersebut mengalami
perdarahan atau dicurigai akan mengalami perdarahan karena memiliki
gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia atau trombositopenia.
c) Transfusi FFP. Dibutuhkan saat mengalami infeksi berat, penyakit liver
atau luka bakar parah. FFP juga berisi faktor pembekuan, sehingga pada
beberapa kasus perdarahan, FFP dapat diberikan.
3) Pre Transfusi
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum transfusi darah sebagai berikut:
a. Pengambilan Sampel
Sebelum transfusi darah pasien akan diambil sampel darahnya untuk
dilakukan cek golongan darah, berdasarkan golongan darah ABO (A, B, AB,
atau O) dan berdasarkan rhesus (Rh) yang dibagi rhesus positif dan negatif.
Setelah golongan darah sudah sesuai, akan dilakukan pemeriksaan kembali
dengan mencocokkan golongan darah yang diambil dari pendonor dengan
golongan darah penerima, dinamakan dengan crossmatch. Pada saat
crossmatch, tidak hanya mencocokkan kembali golongan darah pendonor
dengan penerima, namun juga dilihat munculnya antibodi yang kemungkinan
dapat menyerang sel darah pendonor dan membahayakan tubuh si penerima.
b. KIE Keluarga dan Pasien
Tujuan dari KIE adalah meningkatkan pemahaman dan penerimaan
pasien dan keluarga terhadap tindakan pemberian transfusi.
c. Informed Consent
Informed consent adalah proses komunikasi dua arah antara pasien
dengan petugas medis sebelum memberikan keputusan. Selain itu, poin
penting lain dari informed consent adalah membantu pasien lebih teredukasi
terkait pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah.

d. Menghubungi PMI
Sebelum keluarga pasien diminta untuk mengambil darah, petugas medis
harus menghubungi Kantor PMI terlebih dahulu untuk memastikan apakah
darah yang diminta/dibutuhkan stoknya masih tersedia di PMI. Langkah-
langkah dalam menghubungi PMI adalah:
1) Menyiapkan catatan yang isinya golongan darah pasien, jenis darah yang
diperlukan, jumlah darah yang diperlukan, dan nama pasien yang akan
dilakukan transfusi darah.
2) Hubungi PMI terdekat dahulu, jika di PMI terdekat tidak tersedia baru
menghubungi PMI lain yang jaraknya terdekat dahulu. Misal di PMI Kota
Blitar tidak ada, baru menghubungi PMI Kabupaten Blitar.
e. Persiapan Surat Pengantar dan Sampel Darah
Setelah petugas medis menghubungi kantor PMI dan memesan darah
yang dibutuhkan, petugas medis mengisi surat pengantar dari rumah sakit
untuk diberikan ke PMI. Surat pengantar diisi sesuai dengan kondisi pasien
dan darah yang dibutuhkan sesuai dengan format yang ada di surat
pengantar. Surat pengantar diberikan kepada keluarga pasien yang akan
berangkat mengambil darah ke PMI dan mengarahkan keluarga pasien ke
laboratorium untuk mengambil sampel darah pasien yang sudah dimasukkan
ke wadah penyimpanan darah (cool box).
f. Serah Terima dengan Petugas Laboratorium
Jika keluarga pasien datang dan sudah membawa darah yang dibutuhkan,
keluarga pasien langsung diarahkan ke laboratorium rumah sakit untuk
menyerahkan darah. Petugas laboratorium akan melakukan crosscheck
apakah darah sudah sesuai dengan permintaan dan dilakukan pencatatan
kode darah. Darah yang belum akan diberikan kepada pasien akan disimpan
oleh petugas laboratorium. Darah yang akan segera diberikan kepada pasien
akan diserahkan oleh petugas laboratorium kepada petugas medis.
g. Observasi reaksi transfusi darah
Darah yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien akan disesuaikan
suhunya dulu dengan suhu ruangan. Pada 15 menit awal transfusi darah,
kondisi pasien akan terus dipantau untuk memastikan pasien tidak mengalami
reaksi alergi. Bila gejala-gejala reaksi alergi terjadi, prosedur dapat segera
dihentikan. Setelah satu jam tes berjalan dan reaksi alergi tidak ditemukan,
dokter atau perawat bisa mempercepat proses transfusi darah.
Reaksi yang dapat muncul pada saat transfusi darah atau beberapa waktu
setelahnya, di antaranya:
3) Demam. Dapat terjadi secara tiba-tiba ketika transfusi darah. Walau
demikian, demam merupakan bentuk respon tubuh terhadap sel darah
putih pendonor yang masuk ke dalam tubuh penerima. Kondisi ini bisa
ditangani dengan pemberian obat pereda demam atau dicegah dengan
memberikan jenis darah yang sudah dibuang sel darah putihnya
(leukodepleted).
4) Reaksi alergi. Menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri dada atau punggung,
sulit bernapas, demam, mengigil, kulit memerah, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, dan mual.
h. Penanganan Reaksi Transfusi
Apabila ada salah satu reaksi transfuse yang terjadi, langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
1) Matikan transfuse darah
2) Bila pasien mengalami sesak, segera berikan oksigen melalui masker O2
3) Segera lapor ke DPJP
4) Berikan terapi ke pasien sesuai advis DPJP
Insisi Kelenjar Bartholini (ULUL)

1. Pengertian
Insisi adalah pembuatan jalan keluar abses secara bedah (dengan scapel).
Tujuan dari insisi yaitu mencegah terjadinya perluasan abses kejaringan lain,
mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya,
memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vaskularisasi
jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang
ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut
akibat drainase spontan dari abses.
Kelenjar bartholini dapat mengalami penyumbatan dan peradangan,
sehingga tumbuh kista di lubang vagina. Kelenjar bartholini yang meradang
disebut sebagai bartholinitis. Infeksi kelenjar biasanya disebabkan oleh bakteri,
yang dapat menimbulkan abses. Kelenjar yang terinfeksi akan terasa sakit dan
panas serta berwarna merah menyala.
2. Persiapan Pasien
Persiapan awal, pasien akan menjalani beberapa pemeriksaan fisik untuk
mendiskusikan gejala dan menentukan apakah pembedahan diperlukan.
2.1 Anamnesa Pasien
Pada anamnesis pasien dengan abses bartholini, biasanya mengeluh
adanya benjolan di daerah vulva, bisa nyeri atau asimtomatik. Abses
bartholini sering bersifat kronis, umumnya tidak menunjukkan gejala akut.
Perlu ditanyakan juga apakah nyeri terasa saat beraktivitas, seperti saat
berjalan, duduk, berdiri, atau saat berhubungan seksual. Keluhan lain
seperti demam, gatal, keluar cairan purulenta, perdarahan vagina, rasa
mengganjal, faktor yang memperberat, riwayat berganti pasangan seksual.
Riwayat penyakit menular seksual, dan riwayat abses bartholini
sebelumnya. Selain itu, penting untuk menanyakan durasi keluhan dan
perlu dipertimbangkan usia pasien, karena keganasan kelenjar bartholini,
walaupun jarang, dapat memiliki presentasi yang sama. Dengan
pemeriksaan fisik dan ginekologis, diagnosis abses bartholini dapat
ditegakkan. Pada pemeriksaan ginekologis dengan posisi litotomi, abses
dapat teraba di bagian unilateral vulva, yaitu pembengkakan di arah jam 4
atau 8 labia minora posterior, teraba nyeri dan fluktuasi.
2.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui keadaan kesehatan umum dan mengetahui adanya kelainan
pada pasien. Yang dilakukan saat pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
b. Kulit dan Selaput Lendir
Memeriksa kulit dan selaput lendir dalam keadaan baik
c. Sistem Otot dan Tulang
Memeriksa tidak ada nyeri tulang, patah tulang ataupun kelainan
d. Sistem Penglihatan
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada mata
e. Sistem Pendengaran
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada telinga
f. Sistem Pencernaan
Memeriksa apakah ada kelainan pada pencernaan
g. Sistem Reproduksi
Mengkaji HPHT, keputihan, nyeri haid, dan riwayat persalinan yang lalu
h. Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga
Mengkaji adakah penyakit yang sedang diderita pasien atau penyakit
keturunan dari keluarga
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Mengkaji nutrisi pasien sebelum sakit dan kondisi sekarang
2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan insisi dilakukan pemeriksaan laborat
yang meliputi pemeriksaan:
a. Hemoglobin
b. Leukosit
c. Trombosit
d. Golongan darah
e. HIV
f. HbsAg
3 Konsul DPJP
Setelah ada hasil laboratorium, konsultasikan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium tersebut ke DPJP untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.
4 Informed Consent
Setelah mendapatkan advis atau tindakan insisi kelenjar bartholini dari DPJP
kita jelaskan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan oleh DPJP. Bila pasien dan keluarga sudah memahami tentang
penjelasan yang diberikan, kita bisa meminta persetujuan untuk dilakukan
tindakan insisi kelenjar bartholini.
5 Persiapan Alat Insisi Kelenjar Bartholini
5.1 Alat insisi kelenjar bartholini meliputi:
1) Cucing
2) Betadin
3) Kasa
4) Tampon Tang
5) Mess
6) Gunting
7) Gygazime
8) Handscoon
9) Meja Mayo
10)Duk Steril
5.2 Menyiapkan BHP dan Obat Insisi
5.2.1 BHP (Barang Habis Pakai) adalah barang atau alat medis yang
digunakan oleh pasien selama akan dilakukan tindakan kuretase,
barang tersebut meliputi:
a Underpad
b Venflon
c Ns 10 ml
d Spuit 3 cc
e Spuit 5 cc
f Spuit 10 cc
g Handscoon
h Nasal
5.2.2 Obat Insisi kelenjar bartholini, meliputi:
a Valisanbe
b Dexamethason
c Petidin
6 Pemasangan Venflon

Definisi atau pengertian IV catheter (Intra venous catheter) adalah kateter


yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena. Pemasangan venflon ini
dilakukan pada pembuluh vena tangan. Bertujuan untuk memasukkan obat
injeksi IV selama tindakan insisi kelenjar bartholini.
7 Persiapan pasien sebelum tindakan
Untuk persiapan tindakan diantaranya:
7.1 Memberitahukan ke pasien akan dilakukan tindakan
Menjelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan, jika ada keluarga
yang sedang mendampingi pasien diminta untuk keluar terlebih dahulu
7.2 Jaga privasi pasien
Tutup tirai, dan kelambu IGD
7.3 Memasang Oksien
Memasang Oksigen nasal 5 lpm
7.4 Posisikan pasien
Memasang penyangga pundak pasien dengan botol infus di pundak pasien
ke posisi fleksi. Melonggarkan BH pasien, dan memposisikan pasien pada
posisi litotomi
7.5 Mendekatkan semua peralatan
Menyalakan lampu sorot dan mendekatkan meja mayo, serta kursi untuk
DPJP ke pasien
7.6 Memasukkan obat-obatan
Memasukkan obat-obatan sesuai advsise DPJP
7.7 Tindakan dilakukan oleh dokter Sp.OG
Bidan sebagai asisten.
8 Asistensi dokter saat tindakan
Tugasnya adalah mengosongkan urin dengan kateter, memengangi spekulum,
memeriksa tekanan darah, dan memasukkan obat sesuai advis dokter.
9 Post Insisi
Post Insisi kelenjar bartholini adalah selesainya tindakan insisi kelenjar
bartholini yang telah dilakukan oleh DPJP. Setelah selesai tindakan insisi kelenjar
bartholini maka:
9.1 Observasi
Observasi adalah pemantauan keadaan pasien setelah tindakan
kuretase yang meliputi dari tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan,
perdarahan, dan kesadaran pasien. Jika pasien sudah sadar penuh,
oksigen bisa dimatikan dan nasal kanul dapat dilepas
9.2 KIE

KIE pada tindakan kuretase yaitu suatu tindakan atau penyuluhan


terhadap pasien dan keluarga tentang efek samping setelah dilakukan
tindakan kuretase dan pengaruh obat yang telah dimasukkan selama
proses tindakan. KIE ini bertujuan supaya keluarga tidak panik selama
keadaan pemulihan kesadaran pasien berlangsung. Bila pasien sudah
tampak sadar, maka pasien disarankan untuk belajar mobilisasi secara
bertahap. Anjurkan pasien untuk miring kanan kiri terlebih dahulu, bila
miring ke kanan kiri pasien tidak pusing, anjurkan pasien untuk belajar
duduk. Apabila pasien sudah tidak ada keluhan dianjurkan untuk minum
sedikit-sedikit setelah itu makan, dan minum obat sesuai jadwal yang
tertulis pada etiket obat. Kemudian dianjurkan ke kamar mandi untuk
buang air kecil. Untuk kasa yang di direkatkan pada luka insisi, jangan
dilepas.
1.1 Rekening Pasien
Administrasi pasien pulang adalah proses pembayaran biaya
perawatan selama pasien berada di rumah sakit, sebagai acuan dalam
pelaksanaan pemulangan pasien.
1.2 Timbang Terima dengan Kasir
Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka PJ shift
meneliti semua tindakan yang masuk dalam form tindakan, dan mengecek
kelengkapan seperti:
a) Tindakan yang dilakukan
Periksa apakah tindakan yang dilakukan sudah lengkap. Seperti insisi
kelenjar bartholini oleh dokter Sp.OG
b) BHP yang digunakan
Periksa lagi apakah semua bahan habis pakai sudah lengkap beserta
jumlahnya. Karena terkadang ada bahan habis pakai yang
membutuhkan jumlah lebih dari satu.
c) Pengerjaan status dari awal sampai dengan ringkasan pulang pasien.
Lengkapi jika ada lampiran dan kolom-kolom yang belum terisi.
d) Jika form tindakan sudah diteliti, tulis tanda tangan dan nama terang
pada pojok kiri atas form tindakan
e) Mengantar status ke farmasi
Ini bertujuan agar pihak farmasi dapat merekening bahan habis pakai
yang sudah dipakai pasien.
f) Crosscheck ulang dengan kasir apabila ada yang disampaikan,
misalnya pasien pulang menunggu observasi atau yang lainnya.
REPAIR VAGINA (ALFI)

1. Pengertian
Repair vagina adalah cara untuk mengembalikan, mengencangkan atau
memperbaiki vagina yang sudah kendor. Biasanya banyak terjadi pada ibu-ibu
setelah melahirkan secara spontan.
2. Tujuan
Repair vagina bertujuan untuk mengencangkan, merekonstruksi dan
mengembalikan tampilan asli vagina.
3. Persiapan Pasien
Persiapan awal, pasien akan menjalani beberapa pemeriksaan fisik untuk
menentukan apakah pembedahan perlu dilakukan.
3.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui keadaan kesehatan umum dan mengetahui adanya kelainan pada
pasien. Yang dilakukan saat pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
a) Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
b) Kulit dan Selaput Lendir
Memeriksa kulit dan selaput lendir dalam keadaan baik
c) Sistem Otot dan Tulang
Memeriksa tidak ada nyeri tulang, patah tulang ataupun kelainan
d) Sistem Penglihatan
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada mata
e) Sistem Pendengaran
Memeriksa apakah ada kelainan atau alat bantu pada telinga
f) Sistem Pencernaan
Memeriksa apakah ada kelainan pada pencernaan
g) Sistem Reproduksi
Mengkaji HPHT, keputihan, nyeri haid, dan riwayat persalinan yang lalu
h) Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga
Mengkaji adakah penyakit yang sedang diderita pasien atau penyakit
keturunan dari keluarga
i) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Mengkaji nutrisi pasien sebelum sakit dan kondisi sekarang
3.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas laboratorium dengan
mengambil sampel darah pada pasien. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi:
a) Hemoglobin
b) Leukosit
c) Trombosit
d) Golongan Darah
e) HIV
f) HbsAg
3.3 Konsul DPJP
Setelah hasil laboratorium jadi, mengkonsulkan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium tersebut ke DPJP untuk mendapatkan terapi selanjutnya.
3.4 Informed Consent
Setelah mendapatkan advis atau tindakan repair vagina dari DPJP kita
jelaskan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan oleh DPJP. Bila pasien dan keluarga sudah memahami tentang
penjelasan yang diberikan, kita bisa meminta persetujuan untuk dilakukan
tindakan repair vagina.
4. Persiapan Alat
4.1 Alat yang digunakan untuk repair vagina:
a. Meja mayo
b. Duk steril
c. Cucing
d. Tampon tang
e. Benang catgut
f. Jarum
g. Nalfuder
h. Pinset anatomi
i. Gunting
4.2 Menyiapkan BHP dan Obat repair vagina:
4.2.1 BHP (Barang Habis Pakai) adalah barang atau alat medis yang
digunakan oleh pasien selama akan dilakukan tindakan repair vagina,
barang tersebut meliputi:
a. Underpad
b. Venflon
c. Ns 10 ml
d. Spuit 3 cc
e. Spuit 5 cc
f. Spuit 10 cc
g. O2 nasal
h. Handscoon steril
i. Kasa
j. Betadin
k. Mess pisau bedah
l. Benang catgut
4.2.2 Obat repair vagina meliputi:
a. Valisanbe
b. Dexamethason
c. Petidin
4.3 Pemasangan Venflon
Dalam memasang venflon pilih vena yang paling besar, tidak
bercabang dan tidak berdenyut. Pemasangan venflon bertujuan untuk
memasukkan obat saat tindakan berlangsung.
Cara memasang venflon sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat (handscoon, tourniquet, alkohol swab, leukoplat, plaster,
venflon, tegaderm)
b. Mencuci tangan
c. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
d. Memakai handscoon
e. Memilih vena yang besar, tidak bercabang dan tidak berdenyut
f. Memasang tourniquet
g. Desinfeksi vena dengan alkohol swab secara memutar dari dalam keluar
h. Membuka venflon, dan memastikan venflon tidak rusak
i. Menusukkan venflon pada vena yang telah dipilih
j. Mengaspirasi untuk memastikan venflon sudah terpasang dengan benar
k. Melepaskan tourniquet
l. Menutup venflon agar darah tidak mengalir
m. Memberikan plaster pada ujung venflon tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi
n. Menutup dengan tegaderm
o. Membereskan alat-alat dan membuang sampah pada tempatnya
p. Mencuci tangan
q. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

5. Persiapan pasien sebelum tindakan


Untuk persiapan tindakan diantaranya:
9.3 Memberitahukan ke pasien akan dilakukan tindakan
Menjelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dilakukan, jika ada keluarga
yang sedang mendampingi pasien diminta untuk keluar terlebih dahulu
9.4 Jaga privasi pasien
Tutup tirai, dan kelambu IGD
9.5 Memasang Oksien
Memasang Oksigen nasal 5 lpm
9.6 Posisikan pasien
Memasang penyangga pundak pasien dengan botol infus di pundak pasien
ke posisi fleksi. Melonggarkan BH pasien, dan memposisikan pasien pada
posisi litotomi
9.7 Mendekatkan semua peralatan
Menyalakan lampu sorot dan mendekatkan meja mayo, serta kursi untuk
DPJP ke pasien
9.8 Memasukkan obat-obatan
Memasukkan obat-obatan sesuai advsise DPJP
9.9 Tindakan dilakukan oleh dokter Sp.OG
Bidan sebagai asisten.
6. Asistensi dokter saat tindakan
Tugasnya adalah memeriksa tekanan darah dan memasukkan obat sesuai
advis dokter.
7. Post Repair Vagina
Post repair vagina adalah selesainya tindakan repair vagina yang telah dilakukan
oleh DPJP. Setelah selesai tindakan repair vagina maka:
a. Observasi
Observasi yang dilakukan meliputi keadaan umum pasien, kepulihan
pasien dari obat bius, jalan nafas pasien sesak atau tidak dan mobilisasi
pasien.
b. KIE
KIE pada tindakan repair vagina yaitu suatu tindakan atau penyuluhan
terhadap pasien dan keluarga tentang efek samping setelah dilakukan
tindakan repair vagina dan pengaruh obat yang telah dimasukkan selama
proses tindakan. KIE ini bertujuan supaya keluarga tidak panik selama
keadaan pemulihan kesadaran pasien berlangsung. Bila pasien sudah tampak
sadar, maka pasien disarankan untuk belajar mobilisasi secara bertahap.
Anjurkan pasien untuk miring kanan kiri terlebih dahulu, bila miring ke kanan
kiri pasien tidak pusing, anjurkan pasien untuk belajar duduk. Apabila pasien
sudah tidak ada keluhan dianjurkan untuk minum sedikit-sedikit setelah itu
makan, dan minum obat sesuai jadwal yang tertulis pada etiket obat.
Kemudian dianjurkan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan
membersihkan darah yang masih menempel di vagina.
c. Rekening Pasien
Administrasi pasien pulang adalah proses pembayaran biaya perawatan
selama pasien berada di rumah sakit, sebagai acuan dalam pelaksanaan
pemulangan pasien.
d. Timbang Terima dengan Kasir
Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka PJ shift meneliti
semua tindakan yang masuk dalam form tindakan, dan mengecek
kelengkapan seperti:
9.10 Tindakan yang dilakukan
Periksa apakah tindakan yang dilakukan sudah lengkap. Seperti repair
vagina oleh dokter Sp.OG
9.11 BHP yang digunakan
Periksa lagi apakah semua bahan habis pakai sudah lengkap beserta
jumlahnya. Karena terkadang ada bahan habis pakai yang membutuhkan
jumlah lebih dari satu.
9.12 Pengerjaan status dari awal sampai dengan ringkasan pulang pasien.
Lengkapi jika ada lampiran dan kolom-kolom yang belum terisi.
9.13 Jika form tindakan sudah diteliti, tulis tanda tangan dan nama terang
pada pojok kiri atas form tindakan
9.14 Mengantar status ke farmasi
Ini bertujuan agar pihak farmasi dapat merekening bahan habis pakai
yang sudah dipakai pasien.
9.15 Crosscheck ulang dengan kasir apabila ada yang disampaikan,
misalnya pasien pulang menunggu observasi atau yang lainnya.
Pengisian dan Kelengkapan Status Rawat Jalan (IGD)

Kelengkapan status rawat jalan diperlukan untuk memastikan semua identitas


dan data pasien sudah terisi sebelum masuk ke rekam medis. Adapun yang harus
diperhatikan dalam kelengkapan status rawat jalan adalah sebagai berikut:
1. Memastikan identitas pasien terisi lengkap dan benar
Berikut langkah-langkah pengisian identitas pasien di dalam lembar lidi-lidi rawat
jalan:
a. Nama
Diisi nama pasien, ada di status rawat jalan
b. No. RM
Diisi nomor RM pasien, ada di status rawat jalan
c. Tgl MRS
Diisi tanggal kapan pasien datang
d. Tgl KRS
Diisi tanggal kapan pasien keluar rumah sakit
e. Kelas
Diisi poli/IGD.
f. Tindakan
Diisi tindakan apa yang diberikan ke pasien
2. Pengisian Status Rawat Jalan
Berikut langkah-langkah dalam mengisi status rawat jalan:
a. Tanyakan keluhan pasien dan diisikan pada kolom subyektif
b. Untuk hasil pemeriksaan fisik diisikan pada kolom obyektif. Seperti
tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, pemeriksaan dalam, djj, dll.
3.Memastikan kelengkapan form BHP dan tindakan medis yang dipakai
Memastikan dan mengecek untuk semua bahan habis pakai yang digunakan
pasien, dan semua tindakan yang sudah dilakukan ke pasien. Untuk tindakan
medis yang sudah dilakukan dituliskan ke lembar lidi-lidi. Untuk bahan habis
pakai, ditulis ke lembar resep untuk ditebus ke apotek oleh pasien.
4. Memastikan pembubuhan tanda tangan perawat atau bidan di form BHP dan
tindakan medis

Anda mungkin juga menyukai