Anda di halaman 1dari 12

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.

4 Oktober 2018
PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA SABUN MANDI CAIR MEREK “LX”
DENGAN METODE TITRASI ASIDIMETRI

ROSMIDAH SIMANJUNTAK
AKADEMI FARMASI INDAH

ABSTRACT

Along with the increase in the community's need for bath soap, the number of products and types of bath soap on
the market is always increasing. Various bath soap industries are competing to promote the superiority of their
respective products so that they sometimes look so excessive and can mislead consumers. In determining the
levels of free fatty acids carried out by the method of acidimetry titration. The free fatty acid levels obtained in this
experiment were 4.75%.

Keywords: soap, fatty acid levels, acidimetric titration

Latar Belakang
Mandi adalah salah satu kebiasaan hidup manusia sehari-hari, yang berguna untuk membersihkan seluruh tubuh
dari keringat dan kotoran yang melekat lainnya. Salah satu cara untuk membersihkan tubuh pada waktu mandi
tersebut adalah dengan menggunakan sabun mandi. Sabun mandi saat ini sudah sangat populer di masyarakat
dan hampir seluruh lapisan masyarakat memakainya (Anonim, 2007). Seiring dengan peningkatan kebutuhan
masyarakat akan sabun mandi tersebut, jumlah produk dan jenis sabun mandi yang beredar di pasaran selalu
meningkat. Berbagai industri sabun mandi berlomba-lomba mempromosikan keunggulan produknya masing-
masing sehingga kadang-kadang terlihat begitu berlebihan dan dapat menyesatkan konsumennya. Di lain pihak
karena begitu ketatnya persaingan bisnis penjualan sabun mandi, para produsen berusaha menekan harga jual
serendah mungkin dengan cara mengurangi biaya produksi sehingga mengakibatkan kualitasnya terabaikan
(Anonim, 2007). Seperti diketahui bahwa proses dasar pembuatan sabun tersebut adalah dengan cara
menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi yang baik kualitasnya kadar alkali bebas jumlah
yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,22% yang dihitung sebagai NaOH. Batasan ini secara resmi ditetapkan
oleh World Health Organization Collaborating Centre for Quality Assurance of Essential Drugs (1990). Kelebihan
kadar alkali jumlah dari batasan resmi tersebut dapat menimbulkan kerugian konsumen, berupa kerusakan kulit
dan iritasi kulit lainnya. Oleh sebab itu semua produk sabun yang beredar di pasaran dan digunakan oleh
masyarakat luas hendaknya terjamin kualitasnya (Qisti, 2009). Sabun mandi kecantikan adalah suatu produk
sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan tubuh dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan
zat – zat gizi dan nutrisi yang sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan mempertahankan
kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika terjadi kerusakan sel kulit. Sabun mandi
kesehatan adalah suatu formulasi sabun yang dikategorikan sebagai anti dandruff dan pelindung kulit dan
banyak digunakan sebagai anti mikrobial dan sabun anti jerawat (Qisti, 2009).Alkali dapat merusak kulit dari pada
menghilangkan bahan berminyak dari kulit . walaupun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan
terjadi proses hidrolisis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH 5,8-10,5.
Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap
reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian cairan sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi
bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9, walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin
perubahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu.Parameter lain dalam penganalisaan sabun mandi
adalah kadar air dan kadar garam (NaCl). Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam
suatu sabun. Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun kecantikan maksimum 15%. Bila kandungan air terlalu
tinggi maka mutu sabun yang dihasilkan akan lembek mudah larut dalam air. Kadar garam juga sangat perlu
diperhatikan dalam analisa sabun mandi ini, karena kadar garam dapat mempengaruhi kualitas kulit pada
pemakai sabun mandi. Kadar garam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,6%. Kelebihan kadar garam juga dapat
mempengaruhi kesadahan air, sehingga sabun yang dipakai hanya menghasilkan sedikit busa dan
menghabiskan banyak sabun.(Anonim, 2009). Sampel ini dipilih karena sabun adalah suatu kebutuhan yang
banyak digunakan dikalangan masyarakat untuk membersihkan tubuh dan sebagai antiseptic serta juga ingin

59
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
mengetahui apakah sabun yang bermerk ini memenuhi mutu standard nasional Indonesia. Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan “Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Sabun Mandi Cair
Merek “LX” dengan Metode Titrasi Asidimetri”. Karena banyaknya masyarakat yang menggunakan produk
tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian sabun
Sabun adalah garam natrium atau kalium dan amonium yang dihasilkan oleh asam lemak dan dapat
larut dalam air. Sabun dapat dibagi dua berdasarkan konsistensinya yaitu sabun keras dan sabun lunak. Sabun
kalium, natrium disebut sebagai sabun keras sedangkan sabun amonium disebut sebagai sabun lunak. Asam
lemak yang digunakan untuk sabun umumnya adalah asam palmitat dan stearat (Poedjiadi, 2007).Air tidak dapat
membersihkan kulit dengan sempurna, karena air bukan pelarut untuk semua bahan. Air juga tidak dapat melekat
dengan baik pada kulit untuk melunakkan semua kotoran yang tak larut, sehingga tidak dapat dibilas dan
terlepas. Bila ditambahkan sabun, sifat membersihkannya ,menjadi lebih baik. Dalam hal ini antara air dan
kotoran akan terbentuk suatu emulsi dengan sabun karena sabun sebagai emulgator yang berfungsi melepaskan
kotoran.Sabun adalah kosmetik dengan daya pembersih dan dibuat dengan mempersenyawakan lemak-lemak
dengan basa dalam jumlah berlebih. Ini dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan dasar tersebut dan
memanaskannya. Karena pada proses ini basa tersedia dalam jumlah yang berlebih, maka dalam kebanyakan
sabun masih terdapaat sisa-sisa basa, sehingga kebanyakan sabun bersifat basa. Pada persenyawaan tersebut
berlangsung reaksi berikut.
Asam lemak + Basa Sabun + Gliserin
Sebagai basa digunakan kalium hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH) (Rostamailis, 2003).

Sifat – sifat sabun


Sabun memiliki sifat diantaranya :
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu
larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O = CH3(CH2)16COOH + OH
Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa+CaSO4=Na2SO4+Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun ( garam natrium dari
asam lemak ) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar .

Macam-macam bentuk dari sabun


Macam-macam bentuk dari sabun adalah sebagai berikut :
Sabun dengan bentuk batang atau cetakan yang padat adalah bentuk sabun secara umum. biasanya sabun ini
kita gunakan untuk mandi sehari-hari. Sabun berbentuk cair biasanya sabun ini digunakan untuk cuci piring, cuci
tangan serta untuk sabun mandi. Sabun dengan bentuk busa atau biasa disebut foam sabun yang satu ini
biasanya digunakan untuk membersihkan wajah. Sabun dengan krim atau gel sabun ini biasanya digunakan
untuk mencuci peralatan dapur, sabun colek serta sabun untuk mencuci wajah. Sabun dengan bentuk serbuk
atau yang biasanya sering kita sebut sebagai detergen : sabun ini biasanya digunakan untuk mencuci pakaian.
Kandungan asam benzene sulfonat merupakan bahan dasar untuk membuat sabun ini.
Sabun cair
Sabun cair adalah reaksi saponifikasi menggunakan minyak dan lemak yang mempunyai kandungan asam oleat
tinggi dan perbandingan yang tajam dari kalium, digunakan dalam kombinasi dengan soda kaustik untuk
memproduksi cairan yang setara normal warnanya agak gelap dan mempunyai bau yang kuat (Diah
Pramushinta, 2011).
Komposisi sabun mandi cair
Asam meristat, Asam laurat, KOH, Asam stearat, Texapon, Propilen glikol, Gliserin, KCI, EDTA, Pewarna,
Pewangi dan Air (Diah Pramushinta, 2011).

60
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Kegunaan sabun cair
Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak, jadi
sabun dapat berfungsi sebagai emulgator. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Hal ini tampak dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk (Poedjiadi, 2007).

Komposisi sabun
Akali

Akali yang biasa digunakan adalah soda kaustik natrium hidroksida (NaOH) atau basa lain seperti kalium
hidroksida (KOH) dan amonium (NH4OH). Sabun yang dibuat dengan NaOH dan KOH dikenal dengn sabun
keras, sedangkan sabun yang dibuat dengan NH4OH dikenal dengan sabun lunak. Dalam pembuatan sabun
senyawa ini perlu dilarutkan dalam air dengan konsentrasi tertentu agar pencampuran dan terbentuknya proses
reaksi penyabunan lebih merata dan tidak terbentuk butiran-butiran (Ketaren, 1996).

Asam stearat

Asam stearat merupakan asam lemak jenuh yang tidak mempunyai ikatan rangkap antara atom karbonnya.
Asam stearat banyak dipakai dalam industri sebagai pembuatan lilin, sabun, plastik, dan kosmetik. Asam stearat
berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin, praktis
tidak larut dalam air, suhu lebur tidak kurang dari 45oC bilangan iodium tidak lebih dari 4. Asam stearat juga
digunakan sebagai pengemulsi, dengan konsentrasi 1-20%, surfaktan, mengeraskan sabun dan menstabilkan
busa (Ketaren, 1996).

Minyak

Minyak yang digunakan adalah minyak jarak, yang mengandung 54% minyak yang disusun oleh beberapa asam
lemak sebagai gliserida diantaranya asam risinoleat (75-87,5%), oleat (7-15%), linoleat (3,5-8%), asam palmitat
(2-5%), asam stearat (0,5-2%), asam linolenat (0,5-2%) (Ketaren, 1996).

Gliserin

Gliserin berasal dari minyak-minyak atau hasil samping proses pembuatan sabun, merupakan humektan yang
dapat melembabkan kulit. Gliserin merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, berbau khas lemah, bukan
bau yang keras atau tidak enak, rasa manis, higroskopis. Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, tidak
larut dalam kloroform P, eter P, dan minyak atsiri (Ketaren, 1996).

Etanol

Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia C2H5OH banyak digunakan sebagai pelarut
berbagai bahan-bahan kimia seperti pada parfum, perasa, pewarna makanan dan obat-obatan. Etanol
merupakan ccairan jernih, mudah menguap, tidak berwarna, bau khas, rasa panas pada lidah, mudah terbakar,
mendidih pada suhu 78oC. Mudah bercampur dengan air, eter P, dan kloroform, digunakan sebagai pelarut,
pembuatan pada sabun.

Gula (Sukrosa)

Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum L. (Graminae), Beta vulgaris (Chenopodiaceae)
dan sumber lain. Berupa hablur, massa atau gumpalan hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara. Sangat mudah larut dalam air, terlebih lagi mendidih, sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut
dalam kloroform pekat, eter pekat. Digunakan sebagai humektan, perawatan kulit dan membantu mencerahkan
warna sabun.

61
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Syarat Mutu Sabun Mandi
Syarat mutu sabun mandi menurut Standar Nasional Indonesia 06-3235-1994 dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Syarat mutu sabun mandi
No Uraian Satuan Tipe I Tipe II Superfat
1 Kadar air % Maks. 15 Maks.15 Maks.15
2 Jumlah asam lemak % >70 64-70 >70
3 Alkali bebas
Dihitung sebagai NaOH % Maks.0,1 Maks.0,1 Maks.0,1
Dihitung sebagai KOH
Asam lemak bebas atau % Maks, 0,14 Maks 0,14 Maks. 0,14
lemah netral
4. Minyak mineral % < 2,5 < 2,5 < 2,5

5. - Negatif Negatif Negatif

Kadar air
Kadar air merupakan bahan yang menguap pada sabun dan bahan tertentu. Maksimal kadar air dalam sabun
adalah 15 %, hal ini sebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih efesien dalam pemakaian
dan sabun tidak mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun (Qisti 2009).
Jumlah asam lemak
Jumlah asam lemak merupakan lemak total seluruh asam lemak pada sabun yang telah ataupun yang belum
bereaksi dengan alkali. Sabun yang berkualitas baik mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal
ini berarti hal – hal yang ditambahkan sebagai pengisi dalam pembuatan sabun kurang dari 30 %. Tujuannya
untuk meningkatkan efesiensi proses pembersihan kotoran berupa minyak dan lemak pada saat sabun
digunakan. Bahan pengisi yang biasa ditambahkan adalah madu, gliserol, waterglass, protein, susu dan lain
sebagainya. Tujuan penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang kompak dan padat,
melembabkan, menambahkan zat gizi yang diperlukan oleh kulit (Qisti, 2009).

Alkali bebas
Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa. Kelebihan alkalis bebas dalam
sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na, dan 0,14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat
yang keras dan menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena
konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi
biasanya digunakan untuk sabun cuci (Qisti, 2009).
Asam lemak bebas
Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun yang tidak terikat sebagai senyawa natrium atau
senyewa trigliserida ( lemak netral ). Tingginya asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya
membersihkan sabun, karena asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses
pembersihan. Sabun pada saat digunakan akan menarik komponen asam lemak bebas yang masih terdapat
dalam sabun sehingga secara tidak langsung mengurangi kemampuannya untuk membersihkan minyak dari
bahan yang berminyak (Qisti, 2009).
Minyak mineral
Minyak mineral merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat penambahan air akan terjadi
elmusi antara air dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian
bahan organik oleh jasad renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral asam dengan minyak bumi beserta
turunanya. Contoh minyak mineral adalah bensin, minyak tanah, solar, oli, dan sebagainnya. Kekeruhan pada
pengujian minyak mineral dapat disebabkan juga oleh molekul hidrokarbon dalam bahan Kloroform P, eter P .
Digunakan sebagai humektan, perawatan kulit dan membantu mencerahkan warna sabun transparan.

Efek samping sabun pada kulit


Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran yang larut dalam air maupun dalam lemak. Namun dengan
penggunaan sabun kita akan mendapat efek lain pada kulit, yaitu:
Daya alkalinisasi kulit yang menyebabkan iritasi pada kulit.
62
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Daya alkalinisasi sabun dianggap sebagai faktor terpenting dari efek samping sabun konvensional yang
melepaskan ion OH sehingga pH larutan sabun ini berada antara 9-12 dianggap sebagai penyebab iritasi pada
kulit. Alkalinisasi dapat menimbulkan kerusakan pada kulit bila kontak berlangsung lama. Efek alkalinisasi pada
sabun sintetik sudah jauh berkurang karena sabun sintetik memakai berbagai bahan yang tidak alkalis. Pada
tahun-tahun terakhir beberapa peneliti membuktikan bahwa sifat iritasi sabun tidak tergantung pada pH sabun
tetapi pada lamanya sabun berada dikulit setelah dibilas dan bagaimana absorpsi kulit terhadap sabun
(Wasitaatmadja, 1997).
Daya pembengkakan dan pengeringan kulit.
Kontak air (pH 7) pada kulit yang lama akan menyebabkan kulit terhadap air. Cairan yang mengandung sabun
dengan pH alkalis akan mempercepat hilangnya mantel asam pada lemak kulit permukaan sehingga
pembengkakan kulit akan terjadi lebih cepat. Besarnya kerusakan lapisan lemak kulit yang terjadi bergantung
pada: temperatur, konsentrasi, waktu kontak, dan tipe kulit pemakai. Pembengkakan kulit inisial akan
menurunkan pula kapasitas sel untuk menahan air sehingga kemudian terjadi pengeringan yang akan diikuti oleh
kekenduran dan pelepasan ikatan antar sel tanduk kulit. Kulit tampak kusam, kasar, dan tidak elastic
(Wasitaatmadja, 1997).
Daya denaturasi protein dan ionisasi yang menyebabkan reaksi alergi kulit
Reaksi kimia sabun dapat mengendapkan ion kalsium dan magnesium dilapisan atas kulit. Pada kulit yang
kehilangan lapisan atas tanduk, pengendapan kalsium dan magnesium akan mengakibatkan reaksi alergi yang
disebabkan oleh tertutupnya folikel rambut dan kelenjar, sehingga menimbulkan infeksi kuman. Pada deterjen,
adanya gugus SH menyebabkan denaturasi keratin yang diawali oleh lepasnya gugus-gugus tersebut dari sistin
dan sistein. Sehingga gugus SH bebas tersebut memicu terjadinya iritasi kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Daya antimikroba
Sabun yang mengandung surfaktan, terutama kation, mempunyai daya anti mikroba, apalagi bila ditambahkan
bahan antimikroba. Daya antimikroba ini terjadi pula akibat kekeringan kulit, pembersih kulit, oksidasi di dalam sel
keratin, daya pemisah surfaktan dan kerja mekanis air (Wasitaatmadja, 1997).

Daya antiperspirasi
Kekeringan kulit juga di bantu oleh penekanan perspirasi. Pada percobaan dengan larutan natriun lauril sulfat,
didapat penurunan produksi kelenjar keringat antara 25-75% (Wasitaatmadja, 1997).

Mekanisme kerja sabun


Berdasarkan gugus fungsi yang terdapat dalam sabun menunjukkan bahwa sabun merupakan produk yang
cocok digunakan sebagai surfaktan karena struktur sabun dapat berinteraksi denga air. Bagian yang panjang dari
sabun terbentuk dari rantai karbon yang panjang, gugus alkali yang bersifat non polar sehingga dapat melarutkan
senyawa-senyawa non polar. Bagian non polar tersebut bersifat hidrofobik yang artinya tidak suka air.
Bagian lain mengandung gugus karboksil bersifat sangat polar dan hidrofilik yang berarti suka air. Bila sabun
dilarutkan dalam air maka ujung karboksilat akan larut, sedangkan bagian hidrokarbon tidak larut dalam air.
Sebaliknya bila sabun berhubungan dengan cairan/kotoran yang mengandung minyak maka bagian hidrokarbon
akan larut dalam minyak sedangkan gugus karboksilat yang polar tetap larut dalam air (Sastroharmidjojo, 2005).

Saponifikasi
Penambahan suatu triasilgliserol dengan panas dan basa, disebut saponifikasi, menimbulkan suatu
hidrolisis ireversibel dari molekul menghasilkan gliserol dan garam alkali dari tiga asam lemak. Saponifikasi dari
triasilgliserol merupakan asal sejarah dari industri sabun. Sabun keras merupakan garam Na+ dan K+ dari asam
lemak, contoh natrium oleat dan kalium stearat, dan aksi pembersih dari sabun mengandalkan pada
pembentukan dari micelles pada larutan air. Produk lain dari saponifikasi triasilgliserol, gliserol (gliserin), telah
lama digunakan pada industri kosmetik sebagai pelumas utama dari krim kulit, lotion tanagan dan sabun
(Armstrong, 1995).

Reaksi saponifikasi pada pembuatan sabun


Saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (sapon = sabun) dan fy adalah akhiran yang berarti
membuat. Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan

63
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang
pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak tumbuhan. Gugus induk
lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 samapai C-18) yang berikatan
membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkam sedikit busa,
reakasi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH). Saponifikasi adalah
jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak yang disebut dengan bilangan
penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon
pada lemak atau dapat dikatakan besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut.
Pada umumnya alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun hanya NaOH dan KOH, namun kadang
juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan natrium hidroksida (NaOH) lebih lambat larut dalam air
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan kalium hidroksida (KOH). Sabun yang terbuat dari alkali kuat
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0–10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah amonium
hidroksida (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebuh rendah yaitu 8,0–9,5. Mutu sabun sangat ditentukan
oleh kadar alkali bebas didalamnya. Basa alkali bebas dapat merusak kulit bila dipakai. Oleh karena itu, kadar
alkali bebas tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na dan 0,14% untuk sabun KOH. Kadar alkali bebas dapat
dipakai sebagai indikator dari tidak sempurnanya proses penyabunan (Nandawai, 2009). Sabun merek “LX”
adalah merek sabun kecantikan yang dikelola oleh Unilever. Selain sabun, lux juga termasuk merek shampoo,
shower gel dan kondisioner. Merek “LX” diperkenalkan pada tahun 1899 sebagai Sunlight Flakes. Sasaran
adalah konsumen diberbagai negara, seperti Afrika Selatan, Arab Saudi, Thailand, Brasil, India, dan Indonesia
(Rangkuti, 2002).Manfaat sabun mandi merek “LX” Menghilangkan jerawat
Menjaga kulit tetap bersih, halus dan lembut,Menyegarkan kulit, Serta keharumanya tahan lama

Komposisi sabun merek “LX”


Sodium Palmate, Sodium Palm Kemelate, Water, gliserin, perfume, sodium chloride, titanium diaxide, cetearyl
alkohol, cetearyl glucoside, sericin, kernel oil, xanthan gum, disadium EDTA, phenoxyethanol, pottasium sorbate.

Efek samping sabun pada kulit.


Berikut efek samping sabun mandi yang jarang diketahui antara lain:
Iritasi kulit.
Keseimbangan pH alami kulit adalah 7, sedangkan sabun pembersih sekitar 10, sehingga lebih banyak bersifat
alkali yang mengakibatkan kulit iritasi dan kekeringan.

Potensi infertilitas.
Studi terbaru FDA pada katak dan tikus memperlihatkan kandungan berbahaya sabun seperti triclosan yang
berpotensi menggangu regulasi hormon tiroid di dalam tubuh. Jika studi serupa dilakukan pada manusia potensi
gangguan kesuburan dan picu kegemukan atau obesitas.
Rusak kelenjar keringat.
Berkeringat merupakan cara alami tubuh buang racun berbahaya dan serap oksigen. Akan tetapi wewangian
pada sabun terbuat dari senyawa kimia sintetis dan “racun” yang memicu kanker. Bukan hanya merusak kelenjar
keringat, tapi berdampak negatif pada sistem saraf dan picu alergi.
Alkali Bebas
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali bebas pada
sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Dalam
sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na dan 0,14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat
yang keras dan menyebabkan iritasi pada kulit (Qisti, 2009).

Kandungan alkali bebas pada sabun


Kandungan alkali pada sabun yang cukup besar menandakan bahwa produk sabun yang dihasilkan
memiliki kualitas yang kurang baik, karena semakin besar kandungan/kadar alkali dalam produk sabun yang
dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan semakin menurun kualitasnya. Akan tetapi, produk sabun yang
bebas alkali tidak berarti bahwa kualitasnya lebih baik. Sabun yang bebas alkali justru dapat menyebabkan
kerusakan kulit (Zaelana, 2011).

64
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Efek samping alkali pada kulit
Efek samping alkali pada kulit juga dapat merusak kulit dibandingkan dengan menghilangkan bahan
berminyak pada kulit. Dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses hidrolis sehingga mendapatkan
sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH pH 5,8-10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan
pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian
cairan sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6 tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9,
walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal pada penyakit kulit tertentu.

Pengertian Asam Lemak


Asam lemak merupakan asam lemah, yang di dalam air akan terdisosiasi sebagian. Umumnya asam lemak
berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 °C). Semakin panjang rantai karbon penyusunnya, semakin mudah
membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak dapat bereaksi dengan senyawa lain membentuk
persenyawaan lipida.
Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dengan gugus karboksilat
pada ujungnya. Asam lemak memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun
fosfolipid dan glikolipid. Kedua, banyak proten dimodifikasi aoleh ikatan kovalen asam lemak yaitu menempatkan
proteinprotein tersebut kelokasilokasi pada membran. Ketiga, asam lemak merupakan molekul bahan bakar.
Keempat, asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel (Armstrong, Frank B, 1995)

Sifat-sifat asam lemak


Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (memiliki rantai karbon lebih
dari 6). Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya
memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki
paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya. Kedua jenis ikatan dalam asam
lemak inilah yang menyebabkan perbedaan sifat fisik antara asam lemak satu dengan lainnya (Poedjadi, M.
2008).
Keberadaan ikatan rangkap dan panjang rantai ini menyebabkan asam lemak penyusun lipida memiliki dua jenis
wujud yang berbeda pada suhu ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak.
Lemak pada suhu ruang berwujud padat sedangkan minyak pada suhu ruang berwujud cair (Poedjadi, M. 2008).
Lemak umumnya disusun oleh asam lemak rantai panjang yang memiliki ikatan tunggal atau jenuh sedangkan
minyak banyak disusun oleh asam lemak rantai panjang dengan ikatan rangkapatau tak jenuh (Poedjadi, M.
2008).

Rumus Asam Lemak


Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia R-COOH or R-CO2H.
Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang adalah asam format, H3C-COOH yang adalah
asam asetat, H5C2-COOH yang adalah asam propionat, H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya
mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus bangun alkana
(Brady, J. E. 1999)
CH3 – (CH2 )n – CH2 – CH2 – C

Gambar 2.1 Rumus umum asam lemak


Beberapa rumus asam lemak ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh
a. Ikatan Jenuh
i. Butirat CH3 (CH2)2 CO2H
ii. Palmitat CH3 (CH2)14 CO2H
iii. Stearat CH3 (CH2)16 CO2H
b. Ikatan Tak Jenuh
i. Palmitoleat CH3 (CH2)5 CH=CH (CH2)7 CO2H
ii. Oleat CH3 (CH2)7 CH=CH (CH2)7 CO2H

Titrasi Asam Basa

65
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga
ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Ralph, H.
2008).
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondan cepat, konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi
(Underwood, 1999).

Gambar 2.2 Alat Titrasi

Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan
yang dititrasi. Secara percobaan, perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH larutan yang dititrasi dengan
elektrode pada pH meter. Reaksi antara asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat
atau lemah.
Pada titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan bereaksi dengan basa sebagai penitrasi setelah
semua asam dititrasi (bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi (Syukri, 1999).
Titrasi dilakukan dengna cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi dengan zat yang
dititrasi(titrat). Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Harjadi, W. 1990).
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar, dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). bersenyawaan ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Harjadi, W. 1990).
Prinsip titrasi asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan den gan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrasi
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (Chadijah, Siti. 2011).
Ada 2 cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu :
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH
dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
Memakai indikator asam basa , indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi alkalimetri.
Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga
cukup tinggi.

66
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Titrasi Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam
yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri
merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam (Daintith, 1997).
Pada percobaan ini adalah penetapan kadar dengan metode asidimetri menggunakan indikator phenopthalein.
Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah phenopthalein yang memberikan warna pink dalam
lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam. Perubahan warna indikator ini terjadi dalam
rentangan pH diatas 7 (Rubinson dan Kenneth., 1998).
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar, dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). bersenyawaan ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian, tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain (Sugiono, 2012). Penelitian yang dilakukan adalah penetapan kadar asam
lemak bebas pada sabun mandi cair merek “LX”. dengan metode asidimetri.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Akademi Farmasi Indah Medan.
Tempat Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah sabun mandi cair merek “LX”. yang diperoleh dari Supermaket.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu : erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, labu tentukur, neraca analitik,
pipet tetes, pipet volume, waterbath, buret, statif.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : sampel ( sabun mandi cair merek “LX” ), etanol netral, indikator
pp, aquadest, dan HCl dalam etanol 0,1 N, NaOH dalam etanol 0,1 N, asam oksalat 0,1 N, Na2CO3 0,1 N.
Pembuatan Pereaksi
Pembuatan etanol netral
Sejumlah 50 ml alkohol 96% ditambah 5 tetes indikator phenolphtalein dan ditetesi dengan KOH 0,1 N tetes
demi tetes sampai larutan berwarna merah muda (Depkes RI . 1979).
Pembuatan indikator phenolphtalein
Di timbang 1 gram serbuk phenolphtalein dilarutkan dalam etanol 60 % dalam beker gelas , dicukupkan dalam
100 ml (Depkes RI . 1979).
Pembuatan HCl 0,1 N dalam etanol
Dipipet 4,16 ml asam klorida pekat diencerkan dengan alkohol, dicukupkan 500 ml (Depkes RI . 1979)
NaOH 0,1 N dalam etanol
Timbang 2 gram serbuk NaOH larutkan dalam alkohol 95% dan cukupkan volumenya hingga 500 ml.
Asam oksalat 0,1 N
Timbang asam oksalat 0,45 gram dalam labu ukur 100 ml dan cukupkan dengan aquadest hingga garis tanda.
Na2CO3 0,1 N
Timbang 0,52 gram Na2CO3 larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan aquadest.

Pembakuan Larutan Standart NaOH 0,1 N dalam etanol


Larutan standart NaOH 0,1 N dalam etanol
Pipet 10 ml asam oksalat dimasukkan dalam labu erlenmayer tambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dalam etanol.
Pembakuan Larutan Standart HCl 0,1 N
Larutan Standart HCl 0,1 N

67
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Pipet 10 ml Na2CO3 0,1 N masukkan dalam labu erlenmayer tambahkan 3 tetes metil red dan titrasi dengan
larutan HCl.
Pengujian Alkali Bebas/Asam Lemak Bebas ( SNI 06-3532-1994)
Timbang seksama 10 gram sampel sabun tambahkan 30 ml etanol netral tambahkan batu didih panaskan
dipenangas air atau waterbath, dinginkan. Kemudian tambahkan 3 tetes phenolphatalein, larutan tidak berwarna
merah berarti sampel bersifat asam lemak bebas dan dititrasi dengan NaOH.
Perhitungan Kadar:
( )
K= X 100%

Keterangan :
Vs = Volume sampel
Vb = Volume Blanko
W = Bobot Sampel
N = Normalitas HCl
1 ml HCl 0,1 N setara dengan 4 mg NaOH.

Prosedur Pengerjaan Sampel


Timbang sampel sebanyak 10 gr, masukkan dalam labu erlenmayer, Kemudian larutkan dengan etanol netral 30
ml, tambahkan 3 tetes indikator phenophetalein, pada penambahan indikator phenophetalein tidak berwarna
maka bersifat asam lemak bebas dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N, Hitung kadarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil yang dilakukan pada penetapan kadar asam lemak bebas pada sabun mandi cair merek “LX”
dengan metode titrasi asidimetri diperoleh kadar volume sampel 13,5 ml, kadar volume blanko 0,3 ml dan kadar
pembakuan H2C2O4 0,09 ml.
Tabel 4.1 Hasil Volume Sampel

No. Volume sampel Volume pembakuan H2C2O4 0,1 N Volume Blanko


1 15 ml 10 ml 0,4 ml
2 14 ml 10,3 ml 0,3 ml
3 11,5 ml 10,1 ml 0,2 ml

Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 36-37.


Asam lemak bebas adalah asam lemah yang terbentuk akibat proses hidrolisis yang terjadi pada lemak
sehingga menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar asam lemak bebas pada sabun cair merek “LX” ini dilakukan
dengan menggunakan metode Titrasi Asidimetri. Karena titrasi asidimetri merupakan titrasi yang menggunakan
larutan standard basa untuk menentukan asam.
Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak yang ada di dalam sabun agar dapat
larut dengan baik.
Fenolphtalein (phenolphthalein) atau biasa disingkat sebagai pp adalah suatu senyawa organik dengan rumus
C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan
berwarna merah muda bila dalam larutan basa
Fungsi penambahan indikator phenophetalein pada penelitian ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa
sampel tersebut bersifat basa atau asam pada saat penambahn indikator phenophetalein larutan tidak berwarnah
maka larutan tersebut bersifat asam lemak bebas maka dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna
menjadi warna merah muda, dengan itu kita dapat menghitung kadarnya.
Fungsi penambahan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam sabun. Titrasi dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu
yang tidak hilang dalam 30 detik. Penggunaan NaOH digunakan untuk mengukur beberapa asam lemak yang
bebas dari minyak.

68
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Dalam penelitian ini sabun mandi cair merek “LX” mengandung asam lemak bebas sebanyak 4,75% dan ini tidak
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Standard Nasional Indonesia yaitu tidak lebih dari 2,5%. Pada
penelitian ini ada beberapa faktor-faktor kesalahan yang menyebabkan tidak akuratnya hasil titrasi yang didapat
antara lain ialah:
Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH,
Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
Kurang teliti dalam membersihkan alat titrasi.
Terkontaminasinya larutan yang dibuat dengan udara.
Kelebihan Asam lemak bebas berhubungan dengan bau sabun, apabila asam lemak bebas melebihi Standar
Nasional Indonesia maka menyebabkan sabun berbau tengik, menghambat proses pembersihan permukaan kulit
oleh sabun dan menyebabkan iritasi pada kulit dan membuat kulit menjadi keriput.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan , maka kesimpulannya adalah :
Dalam penetapan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi asidimetri. Kadar asam lemak bebas
yang diperoleh pada percobaan ini sebanyak 4,75%.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran pada penelitian ini adalah :
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penetapan kadar asam lemak bebas pada produk yang
sama agar dapat dijadikan perbandingan.
Agar lebih berhati-hati untuk menggunakan sabun yang tidak memenuhi syarat SNI 06-3235-1994.

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong. (1995). Buku Ajar Kimia. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. Hal.32
Anonim a. (2007). Perbedaan Sabun Mandi Herbal Dan Sabun Mandi Biasa. http://www.elubsupernova.com.
Diakses tanggal 16 april 2017
Anonim b. (2009). Definisi Sabun. http://soapmakersdiary.wordpress.com. Diakses tanggal 16 April 2017
Anonim c. (2009). Pemisahan Dan Penentuan Kadar Asam Lemak Dari Sabun Dengan Menggunakan Ektraksi
Pelarut. http://www.scrib.com/doc/30328787. Diakses tanggal16 April 2017
Badan Standarisasi Nasional (1994). Sabun Mandi, SNI 06-3532-1994, Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Hal 1-10
Badan standarisasi Nasional (1996). Standar Mutu Sabun Mandi Cair , SNI 06-4085-1996, Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta. Hal 45-46
Bassett,J. (1994). Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. Hal.123
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara. Hal. 21-27
Chadijah, Sitti. (2011). Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: UIN Press. Hal. 71-72
Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal.35
Daintith, J, (1997). Kamus Lengkap Kimia, 7, 17. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 34-40
Diah Pramushinta, (2011. Pembuatan Sabun. Jakarta: Hal. 13
Depkes RI . (1979), Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 86
Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal. 53
Ketaren. (1996). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-press. Hal. 206
Nandawai. (2009). Sabun Mandi Cair. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 73
Poedjiadi, A. (2007). Dasar-Dasar Biokomia . Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 26
Poedjadi, M. (2008). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Hal. 64
Qisti, R. (2009), Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada Konsetrasi Yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 67
Rangkuti. (2002). Segala hal yang mengenai merek. Jakarta: Penerbit Pustaka Mandiri. Hal. 43

69
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.4 Oktober 2018
Kenneth dan Rubinson. (1998). Contemporary in Analytical Chemistry. Bandung: Penerbit Cakrawala. Hal.122-
123
Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta; C.V Andi Offset. Hal.45
Sari, Lely. (2003). Sabun Obat, Jurusan Farmasi, FMIPA-USU, USU Digital Library. Hal.18. Diakses pada tanggal
23 Maret 2017.
Sastrohamidjojo. (2005). Kimia Organik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.12
Syukri, S.1999. Kimia Dasar 1.Bandung: ITB. Hal. 28
Utomo, D.,D. (2008). Macam-Macam Sabun Berbahan Alami. Diakses tanggal16 April 2017
Wasitaatmadja, S.,M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. Hal.94,100-101.
Zaelana, Y. (2011). Saponifikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 98

70

Anda mungkin juga menyukai