Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438

VOLUME VII No. 1, APRIL 2018


http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

HIDROLIKA PEMBORAN DAN PENGANGKATAN CUTTING

Ferdy Muhammad Zakhrifady

Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No.1 Grogol petamburan, Jakarta Barat
E-mail: ferdymzakhrifady@gmail.com
Phone : +628111101493

Abstrak
Sistem hidrolika lumpur pemboran mempunyai peranan yang penting selama operasi pemboran.
Perencanaan dan kontrol yang baik dapat mempercepat operasi pemboran dan secara keseluruhan dapat
menghemat biaya. Peranan utama sistem hidrolika lumpur pemboran yaitu pembersihan lubang bor dengan
mengangkat serbuk bor (cutting) sampai ke permukaan melalui annulus. Apabila serbuk bor (cutting) yang
mengendap tidak segera diangkat, maka akan menyebabkan berbagai macam problem pemboran seperti
penggerusan serbuk bor berulang kali oleh pahat (regriding), tersangkutnya serbuk bor pada sela-sela gigi pahat
(bit balling), bahkan dapat menyebabkan pipa terjepit (pipe sticking), dan juga hidrolika pahat yang tidak
optimum dapat pula menjadi salah satu penyebab turunnya laju penembusan (ROP). Evaluasi perhitungan
hidrolika pada pahat aktual menggunakan Metode BHI dengan membandingkan persentase antara hydraulic
horse power pada pahat dengan hydraulic horse power pompa di permukaan (BHHP/HHP) x 100 % dan Bit
Impact Force (BIF). Metode ini bisa dikatakan optimum jika hasil BHHP/HHP ≥ 48 %. Sedangkan
pengangkatan serbuk bor (cutting) adalah menghitung Cutting Transport Ratio (Ft) optimum jika harga Ft > 90
%, menghitung Cutting Concentration (Ca) optimum jika harga Ca < 5 % dan menghitung Particle Bed Index
(PBI) optimum jika PBI ≥ 1.

Kata kunci : perminyakan Indonesia, hidrolika pemboran, pengangkatan cutting

Abstract
The system of hydraulics mud on drilling projects has an important role during the operation of the
projects. Planning and good control can accelerate the operation and be able to save on the cost. A key role of
hydraulics system mud drilling projects to be namely cleaning a drill hole by lifting the cutting up to the surface
by an annular. When the cutting settles not immediately appointed, it will cause various problem of drilling
projects, such as regriding, bit balling, cause a pipe wedged or pipe sticking, and also of hydraulics circulation
that not optimum also can make rate of penetration drop. Evaluation of hydraulics bit uses the method bhi by
comparing the percentage between hydraulic the horsepower on a bit with horse power hydraulic pump in a
surface ( BHHP / HHP) x 100 % and bit impact force (BIF). This method can be steady if the result of the
BHHP / HHP > 48 %. And While removal of cutting is measuring Cutting Transport Ratio ( Ft ) optimum if the
value of Ft > 90 %, Cutting Concentration ( Ca ) optimum if the value Ca < 5 % and the Particle Bed Index
(PBI) optimum if PBI > 1.

Keywords : Indonesian petroleum, drilling hydraulic, cutting lifting

I. PENDAHULUAN berulang kali (regrinding) dan penumpukan serbuk


Dalam operasi pemboran sering terjadi bor di pahat (bit balling). Oleh karena itu, faktor-
berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah faktor penghambat dalam pemboran harus dihindari
menurunnya laju penembusan (rate of penetration). atau dicegah secepat mungkin agar laju penembusan
Penurunan laju penembusan ini dipengaruhi oleh tidak mengalami penurunan.
beberapa hal yaitu, banyaknya jumlah putaran pahat Penurunan laju penembusan terjadi di sumur
(rotation per minute) dan berat pada pahat (weight “X” di kedalaman 4481 ft – 4855 ft, dengan diameter
on bit). Jumlah putaran pahat yang rendah dan berat lubang bor 8-½”. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pada pahat yang berlebihan mengakibatkan penetrasi evaluasi lebih lanjut pada sumur “X”. Evaluasi
melambat. Kurang bersihnya lubang bor juga akan perhitungan hidrolika aktual menggunakan Metode
menimbulkan masalah lain seperti penggerusan Bit Hydraulic Impact (BHI) dengan membandingkan
presentase antara hydraulic horse power pada pahat

5 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

dengan hydraulic horse power pompa di permukaan


(HHPB/HHP) x 100% dan Bit impact Force (BIF). 2.2 Tujuan Evaluasi Hidrolika
Penggunaan metode Bit Hydraulic Impact (BHI) Tujuan Evaluasi hidrolika dalam operasi
dalam mengevaluasi sumur “X” sudah tepat, pemboran adalah untuk mengetahui kinerja pompa
dikarenakan sumur “X” adalah sumur dengan dimana laju pengangkatan cutting tersebut harus
pemboran vertikal. Prinsip dasar dari metoda ini, lebih cepat dari penetrasi mata bor menembus batuan
menganggap bahwa semakin besar impact yang dibor, sehingga dengan demikian akan
(tumbukan sesaat) yang diterima batuan formasi dari diperoleh kinerja pemboran yang optimal dan
lumpur yang dipancarkan dari bit, semakin besar effektif dengan biaya pemboran yang rendah. Untuk
pula efek pembersihannya, sehingga metoda ini mendapatkan kinerja seperti ini ada beberapa faktor
berusaha untuk mengoptimalkan impact pada bit. yang perlu diperhitungkan.
Dengan adanya evaluasi hidrolika dan pengangkatan
cutting pada sumur “X”, diharapkan dapat menjadi 2.3 Faktor - Faktor Yang
referensi untuk pemboran sumur-sumur selanjutnya Memperngaruhi Hidrolika
pada lapangan “Y”. Dalam penggunaan lumpur memainkan
peranan yang utama dalam aspek hidrolik.Salah satu
II. TEORI DASAR fungsi penting lumpur adalah mensirkulasikan dan
Operasi pemboran bertujuan untuk mencari membersihkan dasar lubang dari serpihan serbuk bor
hidrokarbon baik berupa gas, minyak ataupun dan membawanya kepermukaan melalui annulus.
kondensat.Tujuan utama atau objek yang paling Fungsi ini sebagai daya pengangkatan, dalam operasi
penting adalah mencapai kedalaman akhir dengan pemboran dilapangan factor-faktor yang biasanya
aman, cepat, dan ekonomis disamping menjaga agar mempengaruhi hidrolika lumpur adalah:
sumur tersebut dapat diproduksikan dengan jumlah  Sifat lumpur dan laju alir lumpur
dan tenggang waktu yang menguntungkan. Pada saat  Slip velocity
operasi pemboran terdiri 5 komponen utama, yaitu:  Laju penembusan (ROP)
komponen tenaga, komponen sirkulasi fluida,  Berat jenis lumpur
komponen pemutar, komponen peralatan  Kemiringan dan kedalaman lubang bor
pengendalian sumur/blow out preventer (BOP).  Pemilihan ukuran nozzle
Namun pada kesempatan ini penulis membahas
tentang system sirkulasi fluida lumpur pemboran. 2.4 Lumpur Pemboran
Lumpur pemboran menurut definisi API
adalah fluida sirkulasi yang digunakan dalam
2.1 Pengetian Evaluasi Hidrolika
pemboran dan memiliki peranan yang penting dalam
Konsep dari Evaluasi dalam operasi
keberhasilan proses pemboran tersebut.
pemboran adalah untuk mengetahui laju penetrasi
Lumpur pemboran terbagi menjadi:
dan penyebab hambatan yang terjadi, dengan
1. Waterbase mud
hidrolika yang tepat dan sesuai dengan praktek
2. Oil base mud
pemboran (drilling practice) yang ditetapkan.Dalam
3. Gaseous drilling fluid
hal ini yang dimaksudkan adalah laju aliran kembali
ke permukaan dan membawa serbuk bor (cutting)
harus lebih cepat dari kecepatan penetrasi mata bor Pada dasarnya, kegunaan lumpur pemboran
atau pahat yang menembus ke dalam batuan yang didasarkan pada kemampuaan mengatasi masalah
dibor. Dengan demikian lubang bor akan dapat dibor yang ditimbulkan oleh lempung (clay) yang
dengan cepat sampai dicapainya kedalaman reservoir dikandung pada lapisan bumi yang disebut
hidrokarbon yang ditentukan dengan kondisi lubang shale.Shale adalah batuan sediment (pelapisan) yang
yang stabil, dan diharapkan akan dapat diperoleh mengandung lempung dan semua formasi minyak
biaya pemboran yang rendah. Bila laju aliran cutting dan gas bumi berada di formasi sediment. Masalah
kepermukaan lebih kecil dari pada kecepatan yang ditimbulkan oleh lempung adalah bisa
penetrasi maka cutting tidak akan terangkat dengan mengembang setelah menyerap air dari lumpur
sempurna dan mengendap didasar lubang, sehingga pengeboran.
penumpukan cutting (cutting bed) didasar lubang bor
yang akan menghambat laju pemboran. Akibat 2.4.1 Fungsi Lumpur Pemboran
terburuk daripenumpukan cutting didasar lubang bor Fungsi utama lumpur pemboran adalah :
akan dapat menyebabkan terjepit (stuck pipe) 1. Mengangkat serbuk bor ke permukaan
rangkaian pipa bor. Oleh karena itu faktor rheology, 2. Mengontrol tekanan formasi
bit hydraulic impact dan jet velocity menjadi 3. Mendinginkan serta melumasi pahat dan
parameter penting dalam evaluasi hidrolika. drillstring
4. Membersihkan dasar lubang bor
5. Membantu dalam evaluasi formasi

6 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

6. Melindungi formasi produktif


7. Membantu stabilitas formasi 2.4.1.4 Membersihkan Dasar Lubang
8. Menahan serpihan batuan ketika pemboran Bor
dihentikan Secara umum, pembersihan dasar lubang bor
9. Menghantar daya hidrolika lumpur ke pahat dilakukan dengan menggunakan fluida yang encer
10. Mencegah dan menghambat korosi pada shear rate tinggi saat melewati nozzle pada
pahat. Ini berarti bahwa fluida yang kental
II.4.1.1. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan kemungkinan besar dapat digunakan untuk
Serbuk bor yang dihasilkan pada waktu membersihkan lubang bor, jika fluida tersebut
operasi pemboran harus segera diangkat ke mempunyai sifat shear thinning yang baik. Pada
permukaan agar tidak terjadi penumpukan serbuk umumnya, fluida dengan kandungan padatan (solid
bor di dasar lubang. Kapasitas pengangkatan serbuk content) yang rendah merupakan fluida yang paling
bor tergantung dari beberapa faktor, antara lain baik untuk membersihkan dasar lubang bor.
:kecepatan aliran di anulus, viskositas plastik, yield
point lumpur pemboran dan slip velocity dari serbuk 2.4.1.5 Membantu Dalam Evaluasi Formasi
bor yang dihasilkan. Sifat fisik dan kimia lumpur pemboran
Secara umum, resultan kecepatan (atau berpengaruh terhadap program well logging. Pada
kecepatan pengangkatan) serbuk bor adalah saat tertentu diperlukan informasi tentang kandungan
merupakan perbedaan antara kecepatan di annulus hidrokarbon, batas air-minyak, dan lainnya untuk
(Vf) dan slip velocity (Vs). korelasi, maka dilakukan well logging, yaitu
Lumpur pemboran juga harus mampu memasukkan sonde/alat kedalam sumur, misalnya
menahan serbuk bor dalam suspensi ketika sirkulasi log listrik, maka diperlukan media penghantar,
dihentikan, sehingga dapat mencegah dalam hal ini lumpur merupakan penghantar listrik.
terakumulasinya serbuk bor di dasar lubang bor yang Sebagai contoh, lumpur dengan kadar garam yang
dapat menyebabkan pipa terjepit (pipe stuck). tinggi akan menghambat pengukuran spontaneous
potensial (SP) karenagaram dari lumpur dan garam
2.4.1.2 Mengontrol Tekanan Formasi formasi hampir sama tingkat konsentrasinya.
Untuk keselamatan pemboran, tekanan Disamping itu, oil mud akan menghambat resistivitas
formasi yang tinggi juga harus di imbangi dengan karena minyak akan bertindak sebagai insulator dan
tekanan hidrostatik lumpur yang tinggi, sehingga dapat mencegah terjadinya aliran listrik. Oleh karena
tekanan hidrostatik lumpur lebih besar dari pada itu, pemilihan lumpur pemboran harus sesuai dengan
tekanan formasi. Secara efektif perbedaan antara program evaluasi formasi.
tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi
(overbalance pressure) harus sama dengan 0 (nol), 2.4.1.6 Melindungi Formasi Produktif
tetapi dalam praktek harganya sekitar 100 - 200 psi. Perlindungan formasi produktif sangat
Untuk mengontrol tekanan formasi tersebut penting. Oleh karena itu, pengendapan mud cake
dilakukan dengan mengatur berat jenis (density) pada dinding lubang bor dapat mengijinkan operasi
lumpur. pemboran terus berjalan dan tidak menyebabkan
kerusakan formasi produktif. Kerusakan formasi
2.4.1.3 Mendinginkan Serta Melumasi Pahat dan produktif biasanya akan menurunkan permeabilitas
Drill String disekitar lubang bor.
Perputaran pahat dan drill string terhadap
formasi akan menghasilkan panas, sehingga dapat 2.4.1.7 Membantu Stabilitas Formasi
mempercepat keausan pahat dan drill string. Selain Pada lubang bor sering dijumpai adanya
panas yang ditimbulkan akibat gesekan juga panas problem stabilitas yang disebabkan oleh fenomena
yang berasal dari formasi itu sendiri, dimana geologi, seperti zona rekahan, formasi lepas, hidrasi
semakin dalam formasi yang dibor, temperatur juga clay, dan tekanan tinggi. Lumpur pemboran harus
semakin tinggi. Dengan adanya lumpur pemboran, mampu mengontrol problem-problem tersebut,
maka panas tersebut dapat di kirim keluar dari sehingga lubang bor tetap terbuka dan proses
lubang bor. Lumpur pemboran dapat membantu pemboran dapat terus dilanjutkan. Perencanaan
mendinginkan drill string dengan menyerap panas sistem lumpur untuk menjaga stabilitas lubang bor
dan melepaskannya, melalui proses konveksi dan sering digunakan sebagai basis untuk pemilihan jenis
radiasi, pada udara di sekitar mud pit. Lumpur dan sifat lumpur.
pemboran juga dapat melumasi pahat dan drill string
dengan menurunkan friksi drill string dan pahat 2.4.1.8 Menahan Serbuk Bor Selama Sirkulasi
dengan formasi yang ditembus. Untuk mendapatkan Dihentikan
pelumasan yang lebih baik pada umumnya dapat Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau
ditambahkan sedikit minyak kedalam lumpur. mengapungkan serpihan bor pada saat tidak ada

7 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel (pound per gallon). Untuk menambah berat lumpur
strength). Daya agar adalah suatu sifat fluida bisa menggunakan material pemberat seperti barite,
thixotropis yang mempunyai kemampuaan galena, dan lain-lain. Namun bila tekanan hidrostatik
mengental atau mengagar jika didiamkan dan lebih besar dari tekanan formasi maka akan
kembali mencair jika diaduk atau digerak gerakan. menyebabkan rekahnya formasi dan hal itu sangat
dihindari pada saat pemboran.
2.4.1.9 Menghantar Daya Hidrolika Ke Pahat
Lumpur bor adalah media untuk menghantar 2.5.2 Viskositas Lumpur Pemboran
daya hidrolika dari permukaan ke dasar lubang. Viskositas adalah tahanan fluida terhadap
Daya hidrolika lumpur harus ditentukan dalam aliran gerakan yang disebabkan oleh adanya gesekan
membantu program pengeboran sehingga laju antara partikel partikel pada fluida yang mengalir,
sirkulasi lumpur kepermukaan di hitung sedemikian yang mana disebabkan oleh pergeseran antara:
agar pendayagunaan tenaga menjadi optimal untuk  Partikel partikel padatan itu sendiri
membersihkan lubang dan mengangkat serpihan bor.  Partikel padatan dengan molekul zat cair
 Molekul molekul zat cair
2.4.1.10 Mencegah dan Menghambat Laju Pada lumpur bor, viskositas merupakan
Korosi tahanan terhadap aliran lumpur disaat melakukan
Korosi adalah proses elektrokimia, karena itu sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena adanya
semakin banyak jumlah ion elektrolit di dalam pergeseran antara partikel partikel dari lumpur bor
lumpur atau semakin tinggi konduktivitas lumpur tersebut. Viskositas menyatakan kekentalan dari
semakin besar laju korosi. Banyak alternative yang lumpur bor, dimana viskositas lumpur memegang
digunakan agar menghambat laju korosi, misalnya peranan penting dalam pengangkatan serbuk bor ke
zat pengikat oksigen (oxygen scavenger) atau zat permukaan. Makin kental lumpur, maka
penghambat kerak (scale inhibitor), pembentuk pengangkatan cutting semakin baik apabila
lapisan tipis (film forming agents). kekentalan lumpur tidak sempurna maka dapat
mengakibatkan rangkaian pipa terjepit
2.5 Pengaruh Sifat Lumpur Terhadap Hidrolika Lumpur merupakan fluida non Newtonian.
Beberapa sifat lumpur yang berpengaruh Pada fluida non Newtonian di kenal dengan adanya
terhadap aspek hidrolika akan mempengaruhi plastic viscosity, yield point, dan apparent viscosity.
kelancaran sirkulasi lumpur pemboran. Karena Plastic viscosity adalah suatu tahapan aliran yang
dengan sifat sifat lumpur yang stabil, maka operasi disebabkan oleh gesekan gesekan antara padatan
pemboran akan dapat berjalan lancar. Disamping itu didalam lumpur, padatan cairan dan gesekan antara
laju penetrasi, effisiensi, keselamatan, dan biaya lapisan cairan, dimana plastic viscosity merupakan
pemboran sangat tergantung pada kondisi lumpur hasil torsi dari pembacaan pada alat Marsh funnel
yang digunakan. Sebaliknya bila kondisi lumpur viscometer. Yield Point adalah kemalasan fluida
tidak memenuhi syarat, maka akan membahayakan untuk mengalir karena gaya tarik menarik antar
sumur tersebut dan sekaligus akan membuat biaya partikel terdispersi. Gaya tarik menarik ini cuman
pemboran menjadi mahal. Sifat-sifat lumpur yang terjadi pada saat fluida di sirkulasikan. Apparent
berkaitan dnegan hidrolika antara lain: density, viscosity adalah keadaan dimana fluida non
viskositas, plastic viscocity, yield point, dan gel Newtonian pada shear rate tertentu seolah olah
strength. mempunyai viskositas seperti pada fluida
Newtonian.
2.5.1 Density Lumpur Pemboran dan Sand
Content 2.5.3 Plastic Viscosity
Density lumpur merupakan salah satu sifat Dalam operasi pemboran fungsinya mengukur
lumpur yang sangat penting, karena perannya gaya gesek antara padatan padatan, cairan cairan,
berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor yang berhubungan dengan presentase padatan dalam
sebagai pengimbang tekanan formasi, mengontrol lumpur. Plastic viscosity sering kali digambarkan
semburan liar. Lumpur dengan density terlalu besar sebagai bagian dari resistensi untuk mengalir yang
akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost disebabkan oleh friksi mekanik. Sifat ini
circulation), sedang density yang terlalu kecil akan berhubungan dengan presentasi padatan didalam
menyebabkan kick. Oleh karena itu density lumpur lumpur dan memiliki satuan centipoise. Alat yang
harus sesuai dengan keadaan formasi yang akan digunakan untuk mengukur plastic viscosity adalah
dibor. Di lapangan pengukuran density mud Marsh funnel viscosmeter.
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
mud balance. 2.5.4 Yield Point
Density lumpur dapat menggambarkan Yield point adalah titik dimana kondisi
gradient hidrostatik dari lumpur bor dalam psi/ft. lumpur dari cairan pada waktu pemboran berhenti
tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg

8 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

berubah mengagar. Yield point sangat mempengaruhi dapat mulai terangkat atau dalam prakteknya
pengangkatan serpih/ serbuk bor dan kehilangan merupakan pengurangan antara kecepatan lumpur
tekanan diannular, serta pola aliran yang terjadi dengan kecepatan jatuh cutting.
didalam lubang pemboran. Makin rendah yield point 2.7 Penentuan Kehilangan Tekanan di Dalam
makin kecil kehilangan tekanan. Alat untuk Sistem Sirkulasi
mengukur besarnya yield point adalah Fan vg meter Perhitungan hidrolika adalah perhitungan
dengan satuan lb/100 ft². Apabila yield point terlalu besarnya kehilangan total di dalam sistem sirkulasi.
besar maka pompa akan bekerja lebih berat pada Penurunan tekanan didalam sirkulasi aliran lumpur
awal pemompaan dan pressure loss akan besar pula, bor (pressure loss) sangat penting untuk diketahui
jika harga yield point terlalu rendah maka daya ketika mendesain parameter pengeboran yang
pengangkatan lumpur akan berkurang dan ini dapat optimal seperti laju debit pompa, ukuran nozzle yang
dinaikkan dengan menambah zat zat yang dapat dipakai, berat jenis sirkulasi. Dari perhitungan
menaikkan keaktifan partikel, misalnya soda api kehilangan tekanan aliran lumpur pada waktu
(NaOH), atau bentonite atau dapat juga operasi pengeboran dapat diramalkan sampai berapa
menambahkan zat zat pengental jenis polymer. Yield jauh kestabilan dinding formasi dapat dipertahankan
point ini berhubungan langsung dengan viscositas dari guguran shale, sehingga kehilangan tekanan
langsung di lapangan. dapat di cegah. Asumsi yang digunakan adalah aliran
turbulen didalam pipa dan laminar di dalam annulus.
2.5.5 Gel Strength Metoda optimasi hidrolika yang digunakan adalah
Harga gel strength dalam 100 lb/ft² diperoleh Bingham Plastic Suatu diagram dari system sirkulasi
secara langsung dari pengukuran dengan alat, fann fluida pemboran merupakan penjumlahan dari
vg meter. Simpangan skala penunjuk akibat seluruh kehilangan tekanan ini dapat dilihat pada
digerakannya rotor pada kecepatan 3 rpm, langsung pressure gauge atau manometer tekanan yang
menunjukkan harga gel strength 10 detik atau 10 biasanya dipasang pada stand pipe yang merupakan
menit dalam 100 lb/ft². kehilangan tekanan total dan ditunjukkan pada
gambar 2.3 Dimana kehilangan tekanan itu
2.5.6 Filtrasi dan Mud Cake ditunjukkan pada persamaan 2.15 berikut ini:
Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran Ps = Psc + Pdp + Pdc + Pb + Pdca + Pdpa 2.15
dengan batuan porous, batuan tersebut akan keterangan :
bertindak sebagai saringan yang memungkinkan Ps : kehilangan tekanan total, psi
fluida dan partikel partikel kecil tertahan. Fluida Psc : kehilangan tekanan pada alat alat di
yang hilang kedalam batuan tersebut disebut filtrate. permukaan, psi
Sedangkan lapisan partikel partikel besar tertahan Pdp : kehilangan tekanan pada bagian dalam drill
dipermukaan batuan disebut mud cake. Proses filtrasi pipe, psi
diatas hanya terjadi apabila terdapat perbedaan Pdc : kehilangan tekanan pada bagian dalam drill
tekanan positif kearah batuan. Pada dasarnya ada dua collar, psi
jenis filtration yang terjadi selama operasi pemboran Pb : kehilangan tekanan padabit, psi
yaitu static filtration dan dynamic filtration. Static Pdca : kehilangan tekanan didalam annulus drill
filtration terjadi jika lumpur berada dalam keadaan collar, psi
diam dan dynamic filtration terjadi ketika lumpur Pdpa : kehilangan tekanan didalam annulus
disirkulasikan. drill pipe, psi
Apabila filtration loss dan pembentukan mud
cake tidak dikontrol maka ia akan menimbulkan 2.8 Evaluasi Hidrolika Pahat
berbagai masalah, baik selama operasi pemboran Mekanisme aliran lumpur keluar dari bit
maupun dalam evaluasi formasi dan tahap produksi. menuju batuan formasi merupakan pokok
Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang pembicaraan dalam Bit Hydraulics, dengan kerja yag
baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang optimum maka di harapkan laju penembusan dapat
bor. Mud cake yang tebal dapat menyebabkan pipa ditingkatkan serta pengangkatan cutting seefektif
pemboran sulit diangkat dan diputar sedangkan mungkin sehingga penggilingan kembali
fluida filtrate yang masuk ke formasi dapat (regrinding) dapat dikurangi sekecil mungkin.
menimbulkan damage pada formasi. Dalam evaluasi hidrolika ini, ada 3 prinsip yang satu
sama lain saling berbeda dalam hal anggapan-
2.6 Slip Velocity anggapannya. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Dalam proses rotary drilling lumpur masuk 1. Bit Hydraulic Horse Power (BHHP)
lewat dalam pipadan keluar ke permukaan lewat Prinsip dasar dari metoda ini menganggap bahwa
annulus sambil mengangkat cutting, sehingga semakin besar daya yang disampaikan fluida
perhitungan kecepatan minimum yang diperlukan terhadap batuan akan semakin besar pula efek
untuk mengangkat cutting ke permukaan. Kecepatan pembersihannya, sehingga metode ini berusaha
slip adalah kecepatan minimum dimana cutting

9 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

untuk mengoptimasikan horse power (daya),


yang dipakai di bit dari horse power pompa yang 2.10. Evaluasi Pengangkatan Cuttings
tersedia di permukaan. Terdapat tiga metode analisa pengangkatan
cuttings dengan mengacu parameter yang berbeda,
2. Bit Hydraulic Impact (BHI) namun ketiganya sangat menentukan keberhasilan
Prinsip dasar dari metoda ini, menganggap bahwa pengangkatan cuttings yang baik, maka analisa
semakin besar impact (tumbukan sesaat) yang ketiga metode harus di optimalkan. Ketiga metode
diterima batuan formasi dari lumpur yang tersebut adalah:
dipancarkan dari bit, semakin besar pula efek  Cuttings Transport Ratio (Ft)
pembersihannya, sehingga metoda ini berusaha  Cuttings Concentration (Ca)
untuk mengoptimumkan impact pada bit.  Partical Bed Index (PBI)
3. Jet Velocity
Metoda ini berprinsip, semakin besar rate yang
terjadi di pahat akan berarti semakin besar III. GAMBAR DAN TABEL
efektivitas pembersihan dasar lubang, maka
metoda ini berusaha untuk mengoptimumkan
rate pompa supaya rate di bit maksimum.

2.9 Jenis Pompa Sirkulasi Pada Pemboran


Pompa pemboran adalah bagian unit
pemompaan yang terdiri dari fluid end yaitu bagian
yang mengisi dan mendorong lumpur pada waktu
sirkulasi, sedangkan power end adalah bagian yang
memberikan tenaga penggerak pada pompa tersebut.
Unit penggeraknya tidak terlalu menjadi
permasalahan, karena apapun jenisnya tidak banyak
bedanya terhadap unit pompa yang dipakai, misalnya
memakai mesin uap, mesin bensin, mesin diesel dan
lain lain.
Unit pompa bila di lihat dari mekanisme
pemindahaan dan pendorongan lumpur pemboran Gambar 2.1
dikenal ada dua jenis yang terdiri dari: Pengangkatan Partikel Cutting di Annulus
 Pompa Duplex (Sumber: id.wikipedia.org)
Pompa duplex merupakan pompa yang hanya
memiliki dua piston dan bekerja secara double
acting (dua arah kerja) atau dengan arti kata lain
pompa ini dalam satu langkah atau gerakan torak
(bolak/balik) terjadi dua kali pengisapan dan
penekanan.
 Pompa Triplex
Dilihat dari jumlah pistonnya, pompa ini
memiliki tiga piston dan arah kerja dapat berupa
singel acting (satu arah kerja). Yang dimaksud
dengan single acting yaitu dalam satu langkah
atau gerakan torak (bolak/balik) menghasilkan
satu kali pengisapan dan penekanan. Skema kerja
katup single acting dapat dilihat pada gambar 3.5
Gambar 2.2
di bawah ini
Nre Vs Frictional number
(Sumber: apo.sdsu.edu)
Dua tipe pompa di atas keduanya merupakan pompa
torak (piston). Tipe torak biasanya sering digunakan
dalam kegiatan operasi pemboran khususnya
sirkulasi lumpur, karena dapat dilalui fluida
pemboran yang berkadar solid tinggi dan abrasive,
pemeliharaan dan system kerjanya tidak terlalu rumit
atau keuntungan dapat dipakainya lebih dari satu
macam ukuran piston sehingga dapat mengatur rate
dan tekanan pompa yang diinginkan.

10 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

Sifat dan Rheologi Lumpur Sumur “X”


Plastic Viscosity (cp) 11
Yield Point (lb/100ft²) 16
Densitas (ppg) 9,2
Mud Cake (mm) 1

Tabel 3.2
Parameter Pemboran Sumur “X”
4441-
Interval (ft)
4855
Hole Diameter (in) 8-½
Flow Rate (gpm) 600
ROP (ft/hr) 37,87
Average Weight on Bit
40
(klbs)

Tabel 3.3
Ukuran Peralatan Rangkaian Pipa Bor
Rangkaian Pipa Bor Ukuran
Bit 8-½”
Nozzle 4x22; 2x16
DP 5" OD; 3" ID
Gambar 2.3
DC 6,5" OD; 2,8125" ID
Diagram Kehilangan Tekanan dalam Sistem
HWDP 5” OD; 3” ID
Sirkulasi
(Sumber: Petroleum-uir.blogspot.com) Casing 9 5/8" OD; 8,875" ID
Max. Stand pipe
3000 psi
pressure
Pada umumnya pola aliran di dalam
rangkaian pipa adalah turbulent, sedangkan aliran
Tabel 4.4
yang ada diannulus dapat terbentuk tipe aliran Data Pompa Sirkulasi Lumpur Pemboran
turbulent atau pun laminar. Perhitungan tekanan
tergantung pada pola aliran dan model aliran yang DATA POMPA        
dipakai.    
Jenis/ Model = Chengdu Jinlin (Triplex)
Jumlah Unit = 2 Unit
Diameter Liner (8.5) = 6 in
Diameter Liner (12.25) = 6,25 in
Panjang Langkah = 10 in
Effisiensi Pompa = 95%  
HP Pompa   = 1000 hp
Gambar 2.4
Skema Kerja Pada Pompa Double Acting Tabel 4.5
(Sumber: id.wikipedia.org) Data Spesifikasi Pompa
SPESIFIKASI
         
POMPA
Max Power 1500 HP  
Pump Speed 140 spm  
Stroke 10 in  
Diameter 6 6 6 5
6 5
Liner (in) ¾ ½ ¼ ½
23 25 27 30 35 43
Gambar 2.5 Pressure (psi)
70 58 65 00 70 20
Skema Kerja Katup Pada Pompa Single Acting Dispalcement 65 60 55 51 43 35
(Sumber: id.wikipedia.org) (gpm) 1 3 8 4 2 7
Tabel 3.1

11 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.4 Evaluasi Kehilangan Tekanan Pada Sistem
Kehilangan tekanan yang terjadi dalam Sirkulasi Di Sumur “X”
sirkulasi pemboran mencakup kehilangan tekanan di Setelah dipersiapkan data data yang
permukaan, drill pipe, drill collar, pahat, annulus berhubungan dengan kehilangan tekanan seperti data
drill collar, dan annulus drill pipe. Untuk evaluasi rheologi dan data drilling parameter, dari semua itu
pengangkatan cutting akan dilakukan dengan akan dilihat kehilangan tekanan sistem sirkualsi pada
menggunakan 3 metode yaitu, Cutting Transport pemboran sumur “X”. Dalam perhitungan dapat
Ratio (Ft), Cutting Consentration (Ca) dan Particle ditentukan nilai kehilangan tekanan total yang
Bed Index (PBI). Dimana harga Ft harus diatas 90%, dialami saat proses sirkulasi lumpur dan di dapatkan
Ca dibawah 5% dan PBI diatas atau sama dengan 1, beberapa besar horse power yang terjadi pada pahat
sebagai syarat agar cutting terangkat dan tidak dan horse power (HP) yang dibutuhkan pompa untuk
mengendap. dapat melakukan sirkualsi pada pemboran sumur
Analisa yang akan di bahas mencakup “X” tersebut.
perhitungan kehilangan tekanan dan kemampuan Pada sirkulasi lumpur sumur “X” data yang
suatu pompa untuk dapat melakukan sirkulasi akan digunakan untuk perhitungan hidrolika adalah
pengangkatan cutting ke permukaan. Di bawah ini lubang bor, drill pipe, drill colar,dan bit nozzle
merupakan hasil perhitungan kehilangan tekanan seperti yang terlihat pada table 3.3.
pada pemboran sumur “X”. Selain itu diperlukan juga dua pompa seperti
tipe pompa, ukuran liner, stroke length, pump output
4.1 Data Umum Sumur “X” (PO), SPM sesuai dengan data yang ada pada
Sumur “X” adalah sumur kedua yang pemboran tersebut yang dapat dilihat dari tabel 4.4
dilakukan untuk mendukung target produksi pada dant tabel 4.5.
tahun 2014. Nama Rig sumur “X” ini adalah Pada perhitungan kehilangan tekanan
“Discoverer 9” dengan Rig Type “Land Rig. Sumur (hidrolika) sirkulasi lumpur pemboran sumur “X”
“X ini diharapkan dapat mencapai Total Depth 5200 dilakukan hanya untuk pahat 8-½” dengan interval
ft. kedalaman yang dibor dengan kedalaman 4885 ft.
Hasil perhitungan rinci kehilangan tekanan
4.2 Sifat Fisik dan Rheologi Lumpur tersebut tercantum pada lampiran B. Hasil
Didalam membahas evaluasi hidrolika kehilangan tekanan sebagai berikut.
diperlukan informasi tentang sifat dan rheologi
lumpur yang digunakan dalam sirkulasi pemboran a. Kehilangan tekanan di permukaan
sumur “X” tersebut. Keberhasilan dari suatu operasi P1 = 50.61 psi
pemboran, sangat ditentukan dari jenis lumpur yang b. Kehilangan tekanan di dalam drill pipe (3" ID)
digunakan dalam sirkulasi dan sifat-sifat lumpur P2 = 1838.8 psi
tersebut. Bahwa data data yang digunakan adalah c. Kehilangan tekanan di HWDP (3" ID)
data aktual yang dipersiapkan perusahaan untuk P3 = 188.13 psi
pemboran sumur “X” ini. Berdasarkan data yang d. Kehilangan tekanan di dalam drill collar (3"
berhubungan dengan sifat sifat fisik lumpur pada ID)
lapangan dapat di lihat pada tabel 3.1. P4 = 29.43 psi
e. Kehilangan tekanan pada pahat (8.5”)
4.3 Drilling Parameter P5 = 86.61 psi
Drilling parameter sangat berpengaruh f. Kehilangan tekanan di annulus DC (6,5" OD)-
terhadap laju penembusan yang diperoleh dalam OH (8.5”)
operasi pemboran di lapangan. Faktor faktor yang P6 = 15.11 psi
harus diperhatikan dalam operasi pemboran sumur g. Kehilangan tekanan di annulus HWDP (5"
“X” adalah faktor formasi dari lithologi batuan yang OD)-OH (8.5”)
akan ditembus, serta kombinasi WOB (weight on P7 = 4.39 psi
bit), SPM (stroke per minute) dan laju alir (flow rate) h. Kehilangan tekanan di annulus HWDP (5"
yang tepat untuk mendapatkan parameter yang OD)-casing (9" ID)
optimum seperti ROP (rate of penetration). Dimana P8 = 6.34 psi
dengan penerapan drilling paramter tersebut dapat i. Kehilangan tekanan di annulus DP (5" OD)-
dilihat pada tabel 3.2 casing (9" ID)
P9 = 102.96 psi

12 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

j. Kehilangan tekanan total (Pp) Perhitungan yang digunakan untuk


P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9 menganalisa pengangkatan serbuk bor oleh lumpur
= 2322.38 psi pemboran adalah dengan menggunakan metode
Cutting Transport Ratio (Ft), Cutting Concentration
Hasil perhitungan parasitic pressure loss (Ca) dan Particle Bed Index (PBI).
dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan Hasil perhitungan rinci evaluasi pengangkatan
optimasi pada hidrolika pahat. Sehingga dalam serbuk bor tercantum pada lampiran B. Hasil
melakukan optimasi dapat menentukan pressure pada perhitungan evaluasi pengangkatan serbuk bor
pompa dalam mengoptimasi hidrolika pada pahat, sebagai berikut.
perhitungan dapat dilihat pada lampiran A a. Cutting Ratio Transport (FT) HWDP (5”OD)
. 96.387 %
4.5 Evaluasi Menggunakan Metode BHI Pada b. Cutting Ratio Transport (FT) DC (6.5”OD)
Sumur “X” 96.164 %
Evaluasi perhitungan menggunakan Metode c. Cutting Concentration (Ca) HWDP (5”OD)
BHI dengan membandingkan presentase antara 0.321
hydraulic horse power pada pahat dengan hydraulic d. Cutting Concentration (Ca) DC (6.5”OD)
horse power pompa di permukaan (HHPb/HHP) x 0.322
100 % dan Bit Impact Force (BIF). Persentase e. PBI HWDP
kehilangan tekanan pada pahat dibandingkan dengan 1
tekanan pompa di permukaan dapat diketahui setelah f. PBI DC
diketahui besarnya parasitic pressure loss (Pp) Hasil 1
perhitungan rinci menggunakan metode BHI tersebut
tercantum pada lampiran B. Hasil menggunakan Cutting Ratio Transport (Ft) yang di peroleh
metode BHI sebagai berikut. dari evaluasi sudah menunjukan di ataas 90%,
a. Jet Velocity Cutting Concentration (Ca) baik karena di bawah 5,
JV = 102.58 ft/sec dan PBI sudah sama dengan 1 sehingga
b. Bit Hydraulic Impact pengangkatan cutting sudah baik, perhitungan dapat
BHI = 293 lbs diliihat pada lampiran A.
c. Bit Hydraulic Horse Power
BHHP = 30.31 HP V. KESIMPULAN
d. Hydroulic Horse Power Berikut beberapa kesimpulan yang
HHP = 1050.2 HP didapatkan setelah mengevaluasi hidrolika pahat dan
e. Carrying Capacity Index HWDP pengangkatan serbuk bor yang berkaitan terhadap
CCI: 4.819 laju penetrasi di sumur “X” Lapangan “Y”:
f. Carrying Capacity Index DC 1. Penurunan ROP pahat 8-½” pada sumur “X”
CCI: 7.185 dikarenakan hidrolika pahat yang tidak optimum.
g. BHHP/HHP 2. Hidrolika pahat 8-½” pada kondisi aktual
3% diperoleh dari hasil perhitungan persentase
BHHP/HHP sebesar 3 % dengan diameter liner
Setelah melakukan perhitungan evaluasi pada pompa 6” dengan ukuran nozzle 4 x 22; 2 x 16.
trayek 8-½” didapatkan BHI/HPs < 48 % sehingga 3. Perhitungan pengangkatan serbuk bor aktual
sudah didapatkan hasil yang baik, karena hasil
tidak maksimal dalam laju penembusan oleh karena
parameter nilai Cutting Rasio Transport (Ft)
itu diperlukan optimasi lebih lanjut seperti
sudah ≥ 90 %, dan Cutting Concentration (Ca)
penambahan laju alir pada pompa atau perubahan
sudah ≤ 5 %.
nozzle yang sesuai, perhitungan dapat dilihat pada 4. Evaluasi perhitungan Particle Bed Index (PBI)
lampiran A. juga sudah sangat baik karena PBI ≥ 1.
.
4.6 Evaluasi Pengangkatan Serbuk Bor Pada UCAPAN TERIMA KASIH
Sumur “X” Melalui kesempatan ini, penulis juga tidak lupa
Dalam melakukan evaluasi dan optimasi untuk mengucapkan terimakasih kepada:
diperlukan data-data hidrolika seperti laju alir (Q), 1. Bapak Ir. H. Abdul Hamid, MT. selaku Ketua
tekanan pompa (P) dan data sifat fisik lumpur seperti Juruan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti.
density (ρ), plastic viscosity (PV), yield point (YP) 2. Bapak Rizky Akbar, ST selaku pembimbing.
dan data penunjang lainnya. 3. Bapak Djan Harwidyarso, selaku pembimbing
lapangan yang telah memberikan kesempatan

13 Jurnal Petro  April, Th, 2018


Jurnal Petro 2018 P-ISSN : 1907-0438
VOLUME VII No. 1, APRIL 2018
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297

serta meluangkan waktu untuk membimbing dan


mengajar penulis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, Neal. J., “Complete Well Planning
Approach”, drilling Enggineering Pennwel
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma,1985.
2. Amyx, J. W., Bass, D. M. Jr., Whitting, R. L.,
Petroleum Reservoir Engineering, Mc. Graw
Hjill Book Company, New York, 1960.
3. Bambang T. Ir., Teknik Pemboran I dan II,
Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan,
Patra, ITB, Bandung, 1983.
4. Bourgoyne A.T. et. Al., “Applied Drilling
Engineering”, First Printing Society of Pe7.
5. Ferguson. C. K., and Klotz. J. A., Filtration
from Muds During Drilling, AIME Volume
201, Dallas, Texas, 1954.
6. Moore, P. L., “Drilling Practice Manual”,
Publishing, Co., Tulsa, 1974
7. Moore P.L., “Drilling Practices Manual”, Penn
Well Publishing Company, Second Edition,
Tulsa-Oklahoma, 1986
8. Rheology and Hydraulics”, Drilling Handbook,
Baroid, 1997.
9. Rubiandini Rudi., Teknik Pemboran I dan II,
Jurusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung,
1994
10. Rubiandini Rudi., Diktat Kuliah Teknik dan
Alat Pemboran, Jurusan Teknik Perminyakan
ITB, Bandung

14 Jurnal Petro  April, Th, 2018

Anda mungkin juga menyukai