Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah KMB 1
Disusun oleh :
Abdul manap
Dalim Daryanto
Yusrizal pamungkas
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari
tiga bulan. Gagal ginjal kronis dapat menimbulkan simtoma, yaitu laju filtrasi glomerular
berada di bawah 60 ml/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut yang disertai dengan
kelainan sedimen urine. Selain itu, adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi gagal
ginjal kronis pada penderita kelainan bawaan, seperti hioeroksaluria dan sistinuria.
Menurut brunner dan suddarth, gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible (tumbuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit), sehingga
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal
kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya
berlangsung selama beberapa tahun).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penderita penyakit
ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan. Dengan demikian,
gagal ginjal merupakan stadium terberat dari ginjal kronis. Oleh karena itu, penderita
harus menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu cuci darah (hemodialisis) atau cangkok
ginjal.
4
2. Gagal Ginjal Akut
Seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang pesat
dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya
reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
(Price & Wilson, 2006)
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
5
posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua
lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan
cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang
menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian
segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian
korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron.
Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang
terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul
(Price,1995 : 773).
b. Mikroskopis Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-
1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron
terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus
proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri
keduktus pengumpul. (Price, 1995) Unit nephron dimulai dari pembuluh darah
halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati
glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang
masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan
melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
6
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
d. Persarafan Pada Ginjal Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari
nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang
masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal”.
2. Fisiologi ginjal
7
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan” darah.
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut
disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus.
Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal
menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal adalah:
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g. Produksi hormon erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
8
tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh
permeabilitas dinding kapiler.
2. Reabsorpsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu: non
elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi
selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
a. Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak
terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang
secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta
ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier
yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.
Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan
tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular
“perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,
hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang
akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari
ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation
dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan
9
yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia
atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika
asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
C. Etiologi
Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
D. KLASIFIKASI
Secara konsep gagal ginjal kronik, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai
stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan
10
klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan
istilah CRF.
1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
Kreatinin serum dan kadar BUN normal
Asimptomatik
Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b. Stadium II : Insufisiensi ginjal
Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
Kadar kreatinin serum meningkat
Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
1) Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2) Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
3) Kondisi berat
4) 2% - 20% fungsi ginjal normal
c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1) Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2) Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
3) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
11
e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
E. Manifestasi Klinis
1. Gagal Ginjal Kronik
Menurut perjalan klinisnya:
a. Menuratnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
hingga 25% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nokturia,
GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinine serum dan BUN sedikit
meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal staium akhir (ESRD) atau sidrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang sampai
koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahana biokimia dan gejala
yang komplek.
12
Gejala komplikasi antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidisis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida).
F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi CKD beragam, tergantung pada proses penyakit penyebab
PENYEBAB PATOFISIOLOGI
Penyakit ginjal polisistik Kista bilateral multipel menekan jaringan ginjal yang
13
merusak perfusi ginjal dan menyebabkan iskemia,
remodeling vaskular ginjal, dan pelepasan mediator
inflamasi, yang merusak dan menghancurkan jaringan
ginjal normal.
14
G. PATHWAY
infeksi
zat toksin vaskular Obstruksi saluran kemih
Reaksi antigen antibodi Anterio skerosis Tertimbun ginjal Batu besar & kasar
Retensi urin
GFR turun
Nyeri pinggang Hematuria
GGK
Anemia
Ketidakseimbangan Keletihan
nutrisi kurang dari COP turun Bendungan atrium kiri naik
kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran
Kelebihan vol cairan Fatigu, nyeri sendi gas
Nyeri Akut
16
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui volume, warna, sedimen, berat
jenis, kadar kreatinin, dan kadar protein dalam urine.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi bun/kreatinin, hitung darah lengkap, sel darah merah,
natrium, serum, kalium, magnesium fosfat, protein, dan osmolaritas serum.
3. Pemeriksaan pielografi intravena
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui abnormalitas pelvis ginjal dan ureter,
serta pielografi ada obstruksi yang reversibel. Selain itu, pemeriksaan ini juga
untuk mengetahui arteriogram ginjal serta mengkaji siklulasi ginjal,
mengidentifikasi ekstravaskular, dan adanya massa.
4. Sistouretrogram berkemih
Pemeriksaan ini menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter,
dan retensi.
5. Ultrasono ginjal
Pemeriksaan ini untuk menunjukkan ukuran kandung kemih, adanya massa, kista,
dan obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
6. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dilakukkan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis
7. Endoskopi ginjal nefroskopi
Pemeriksaan ini dilakukkan untuk menentukan pelvis ginjal, seperti ada atau
tidaknya batu ginjal, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
8. EKG
Keadaan abnormal menunjukkan adanya ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa, aritmia, hipertrofi ventrikel, dan tanda-tanda perikarditis.
I. PENATALAKSANAAN
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko
untuk penyakit kardiovaskular.pengelolaan dapat meliputi :
1. Terapi penyakit ginjal
17
18
J. KOMPLIKASI
1. Perikarditis
2. Hipertensi
3. Anemia (kurang darah)
4. Penyakit tulang
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Didalam identitas adalah nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, agama, pekerjaan
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Prabowo & Pranata (2014) adalah: urine output menurun (oliguria), urine
18
19
rasa askit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
19
20
a. Pola makan
badan (malnutrisi), anoreksia, neri ulu hati, mual dan muntal (Muttaqin,
2011)
b. Pola minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik
7. Pola eliminasi
a. BAB
b. BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine < 400 ml/ hari sampai anuria
(tidak kencing), warna urine keruh atai berwarna coklat, merah dan
20
21
panggul, sakit kepala dan kram otot/ kaki (memburuk pada malam hari)
(Muttaqin, 2011).
kronik ini pada tingkat ansietas sedang samai berat (Muttaqin, 2011).
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena
2) Role/ peran
(Muttaqin, 2011).
21
22
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak
(Muttaqin, 2011).
sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,
Biasanya terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan (Muttaqin, 2011).
c. Pemeriksaan fisik
pasien gagal ginjal menurut Anymous (2008) Judith (2002) dalam Prabowo &
Pranata (2014) adalah: urine output menurun (oliguria), urine yang keluar
lelah, keringat berlebihan, napas berbau urine, mual, muntah, pusing, kejang,
22
23
2. Tingkat kesadaran: kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatique),
<18,50 Kg/m² (IMT normal 18,5-24,49 Kg/m²). lingkar lengan atas (LILA)
sputum kental, bunnyi nafas adventisius, bunyi nafas ronchi, (Prabowo &
Pranata, 2014).
berat, selain itu terjadi akral dingin, CRT <3 deti, palpitasi jantung, chest
2014).
23
24
anuria (tidak adanya urine output, urin keruh, urinemia (urine berwarna
ulseratif duodenal, lesi pada usus halus/ usus besar, colitis, dan
(pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema, kuku rapuh dan
kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
foot drop, tonus otot menurun <5, nyeri pada area panggul, (Prabowo &
2. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : Tekanan kapiler naik Gangguan
- Dispnea pertukaran gas
24
25
Edema paru
25
26
- sulit tidur
- TTD meningkat nyeri
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Berfokus pada diri sendiri
- Menarik diri
- Diaforesis
DS : COP turun Kelebihan volume
- Ortopnea cairan
- Dispnea Aliran darah ginjal turun
- Paroxysmal Noctural dyspnea
(PND) RAA turun
DO :
- Edema anasarka dan/atau Retensi Na dan H2O
edeme perifer
- Berat Badan meningkat
Kelebihan volume cairan
dalam waktu singkat
- Jugular venous pressure
(JVP) dan/atau central venous
pressure (CVP) meningkat
- Refleks hepatojugular positif
- Distensi vena jugularis
- Terdengar suara nafas
tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif)
- Kongesti paru
DS : Gg keseimbangan asam Ketidakseimabangan
- Cepat kenyang setelah makan basa nutrisi kurang dari
26
27
intermiten)
DO : Oksihemoglobin turun
- Pengisian kapiler > 3 detik
- Nadi perifer menurun atau Suplai O2 kasar turun
tidak teraba
- Akral teraba dingin Ketidakefektifan perfusi
- Warna kulit pucat jaringan perifer
- Turgor kulit menurun
- Edema
- Penyembuhan luka lambat
- Indeks ankle-brachial < 0,90
- Bruit femoral
DS : Sekresi eritropoitis turun Intoleransi
- Mengeluh lelah aktivitas
- Dispnea saat/setelah aktifitas Produksi Hb turun
- Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas Suplai nutrisi dalam darah
- Merasa lemah turun
DO :
- Frekuensi jantung meningkat Oksihemoglobin turun
>20% dari kondisi istirahat
- Tekanan darah berubah >20% Suplai O2 kasar turun
dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG Intoleransi aktivitas
menunjukksn aritmia
27
28
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2) Nyeri akut
3) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium
4) Ketidakseimabangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa
mulut
5) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh
6) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7) Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic
sekunder
4. INTERVENSI
28
29
29
30
eliminasi
4. Monitor serum dan
elektrolit urine
4. Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi tentang
Ketidakseimabanga
keperawatan selama... kebutuhan nutrisi
n nutrisi kurang
Diharapkan asupan nutrisis 2. Kolaborasi dengan ahl gizi
dari kebutuhan
tercukupi untuk memenuhi untuk menentukan jumlah
tubuh b.d
kebutuhan tubuh dengan kalori dan nutrisi yang
anoreksia, mual
kriteria hasil : dibutuhkan pasien
dan muntah,
3. Jadwalkan pengobatan dan
pembatasan diet, - Tidak ada tanda tanda
tindakan tidak selama jam
dan perubahan malnutrisi
makan
membrane mukosa - Berat
4. Monitor mual dan mutah
mulut
30
31
- level kelemahan
7. Kerusakan Setelah dilakukkan tindakan 1. jaga kulit agar tetap
integritas kulit b.d keperawatan selama ... jam bersih dan kering
pruritus, gangguan diharapkan tidak ada 2. monitor kulit akan
status metabolic kerusakan pada jaringan kulit adanya kemerahan
sekunder dengan kriteria hasil : 3. monitor status nutrisi
pasien
- ketebalan dan tekstur
jaringan normal
31
32
LAPORAN KASUS
Ny.Z usia 50 thn, IRT, lulusan SMP, sudah menikah kewaganegaraan Indonesia dating ke
IGD RS E pada 29 mei 2021 jam 16:30 dengan keluhan sesak nafas serta nyeri dada
kemudian di pasang infus dan maske O2 NRBM 8 lpm, kemudian di pindah keruang
dahlia pada 30 mei 2021 jam 01:00 pada 30 mei di bawa keruang hemodialisa untuk
menjalani cuci darah pada jam 08:00 riwayat penykit dahulu klien mengatakan sudah
menderita penyakit gagal ginjal sejak 5 tahun yang lalu, dan telah menjalani cuci darah
16 bulan di Jakarta, dan di RS X selama 2 bulan. Riwayat Kesehatan keluarga klien
mengatakan ada Riwayat hipertensi. Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama. Penampilan klien tampak lemas, hanya berbaring di
tempat tidur kesadarannya komposmentis GCS nya 4-5-6 TTV nya TD 190/110 mmHg N
96X/menit S 370C RR 30x/menit infus kidmin 200 ml life line injeksi lansoprazole 1x40
mg, metoclopramide 3x1 mg, allopurinol 100 mg x 1/48 jam callos 1x1mg epodion 25 iu
peroral clonidin 1x0,15 mg /nebul Pulmicort 3x1mg NRBM 10 lpm
I. Pengkajian
a. Identitas klien
a. Nama : NY. Z
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis kelamin :Perempuan
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan terakhir : SMP
f. Status : menikah
g. Kewarganegaraan : Indonesia
c. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama :
32
33
d. Pemeriksaan Fisik
3) Terapi
33
34
Epodion 25 iu
- Per oral : clonidin 1sx 0,15 mg
- Per nebul :
Pulmicort 3x1 mg
NRBM 10 lpm
34
35
Edema paru
DS : COP turun
35
36
nyeri
Intoleransi aktivitas
IV. intervensi
36
37
37
38
38
vi
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Jilid 2. Aplikasi Nanda NIC-NOC. Jogjakarta;
MediAction
Tim Pokja SDKI PPNI. 2016. Jilid 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jogjakarta
selatan; DPP PPNI
LeMone, Priscilla, Burke, Karen M. & Bauldoff, Gerene. 2016. Vol. 3 Edisi 5. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta; EGC
https://www.academia.edu/15561353/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_HEMODI
ALISA
https://www.academia.edu/8391592/asuhan_keperawatan_pasien_hemodialisis_I._pengkajian_k
eluhan_klien_dengan_hemodialisis_biasanya_mengeluh_lemas
vi