Anda di halaman 1dari 38

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR PARU DI


RUANG SAKURA RUMAH DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH:
Atmoko Cahyo Wiyono, S. Kep
NIM 182311101064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
OKTOBER, 2018
Format Laporan Pendahuluan
A. Konsep Teori
1. Anatomi Fisiologi
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua
lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru
terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil
yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh
selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura
pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru,
sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada.
Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.
Pada Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang
disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2
yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan
bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal
bakal bronchi dan cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio
berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir
dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Alveoli
bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,
pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus
sampai pertumbuhan somatic berhenti
Sistem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas dan
pernafasan bagian bawah.
1. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus paranasal,
dan faring.
2. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus paru (Guyton, 2007) Pergerakan dari dalam ke luar paru terdiri dari
dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari
atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam
paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan
fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot
pernafasan dibagi menjadi dua yaitu,
1. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
2. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus
2. Definisi
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan
baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh
lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor
mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk
simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan
sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995). Menurut Brooker,
2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau
jinak (benign).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor
paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar
3. Epidemilogi
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik. Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan
yang paling sering, berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki
dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada
perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000
kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-
laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537
orang meninggal karena kanker.
4. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang
dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis (Smeltzer, 2001). Ada
beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan insiden kanker paru, antara
lain:
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti
ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru
5. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase. Berikut ini tabel
Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru: American Joint Committee on
Cancer

Gambarn TNM Defenisi


Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Karsinoma in situ
TIS Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis
T1 yang normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah
T2 menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas
ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai
T3 jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra;
atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua
vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

T4
Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus
Kelenjar limfe regional (N) kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
N0 ipsilateral atau kontralateral.

N1 Tidak diketahui adanya metastasis jauh


Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).
N2

N3 Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada
Metastasis jauh (M) kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.
M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis
M1 pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada
kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis
Kelompok stadium jauh.
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal
kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau
Stadium 0 TISN0M0 setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis
Stadium I T1N0M0 kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
T2N0M0 Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Stadium II T1N1M0
T2N1M0
Stadium IIIa T3N0M0
T3N0M0

Stadium IIIb Setiap T N3M0


T4 setiap NM0

Stadium IV Setiap T, setiap


N,M1

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru:


a. Karsinoma Bronkogenik.
1) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang
melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke
kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor
ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel
bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat
dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar
limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ –
organ distal.
3) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan
secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.
4) Karsinoma sel besar.
5) Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel
– sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh.
6) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
7) Lain – lain.
a) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
b) Tumor kelenjar bronchial.
c) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
d) Tumor campuran dan Karsinosarkom
e) Sarkoma
f) Tak terklasifikasi.
g) Mesotelioma.
h) Melanoma.
(Sylvia & Price, 2006)

6. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan
resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen
genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal
ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai
tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil
(sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel
skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada
sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik
karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka

7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
Hilang nafsu makan dan berat badan

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran, dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebrae.
b. Bronkhografi Untuk melihat tumor dipercabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Hispatologi
a. Bronkoskopi Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui). b. Biopsi trans torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama
untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
mencapai 90-95 %.
c. Torakoskopi Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi Untuk mendapatkan tumor metastastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila
bermacammacam prosedur nonn invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4. Pecitraan
a. CT-Scanning untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukan keadaan mediasternum.
9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup pasien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

B. Clinical Pathway
C. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).

f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
 Sesak nafas, nyeri dada
 Batuk produktif tak efektif
 Suara nafas: mengi pada inspirasi
 Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
 tachycardia, disritmia
 menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
d) Sistem urinarius
 Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
 Perasaan takut/takut hasil pembedahan
 Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien mengeluh
sesak, batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan, peningkatan
frekuensi napas (RR> 20x/menit), terdapat penumpukan secret pada jalan
napas, terdapat suara napas tmbahan (ronchi).
2. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli
ditandai dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri abnormal, warna
kulit abnormal (pucat), sianosis, nafas cuping hidung, takikardia.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan pasien mengeluh sesak napas, RR >20x/menit, terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan, napas cuping hidung, takikardi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru), ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri dengan skala 1-10,
pasien tampak gelisah, pasien tampak meringis kesakitan, TD meningkat
(>120/80 mmHg), nadi meningkat (>100x/mnt), pasien tampak
memegangi bagian yang nyeri.
5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai
dengan suhu abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba hangat,
frekuensi napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi meningkat (>100x/menit).
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya asupan akibat iritasi gastrointestinal ditandai
dengan pasien mengeluh mual muntah, penurunan BB >20%, kadar
albumin serum < 3,4 g/dl, terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan
menurun, kelemahan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan,
ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan, peningkatan nadi dan
tekanan darah saat beraktivitas.
8. Ansietas berhubungan dengan
9. PK: ANEMIA
PK: INFEKSI
NANDA NIC NOC 2018
DIAGNOSA NOC NOC
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label >> Airway management
berhubungan dengan obstruksi jalan napas selama…x…jam diharapkan bersihan 1. Auskultasi bunyi napas tambahan,
(penumpukan secret berlebihan) ditandai jalan nafas pasien kembali efektif, dengan seperti ronchi, wheezing.
dengan pasien mengeluh sesak, batuk kriteria hasil: Rasional: adanya bunyi ronchi
berdahak namun tidak dapat dikeluarkan, NOC Label >> Respiratory status: menandakan terdapat penumpukan
peningkatan frekuensi napas (RR> airway patency sekret atau sekret berlebihan di jalan
20x/menit), terdapat penumpukan secret - Frekuensi pernapasan dalam batas napas.
pada jalan napas, terdapat suara napas normal (16-20 kali/menit) 2. Berikan posisi yang nyaman untuk
tmbahan (ronchi) - Pasien mampu mengeluarkan mengurangi dispnea.
sputum secara efektif Rasional: posisi memaksimalkan
- Tidak ada akumulasi sputum ekspansi paru dan menurunkan
- Irama pernapasan normal upaya pernapasan. Ventilasi
- Kedalaman pernapasan normal maksimal membuka area atelektasis
dan meningkatkan gerakan sekret ke
jalan napas besar untuk dikeluarkan.
3. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk
melakukan teknik batuk efektif.
Rasional: teknik batuk efektif dapat
membantu membersihkan jalan
napas pasien dari sekret.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan asupan cairan
(terutama air hangat) melalui oral.
Rasional: mengoptimalkan
keseimbangan cairan dan membantu
mengencerkan sekret sehingga
mudah dikeluarkan.
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Rasional: bronkodilator dapat
mendilatasi bronkus dan
mengencerkan sekret sehingga sekret
yang menumpuk di area tersebut
lebih mudah dikeluarkan.
6. Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: meringankan kerja paru untuk
memnuhi kebutuhan oksigen serta
mengoptimalkan kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
2. Gangguan pertukaran gas Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label >> Acid Base Management
berhubungan dengan perubahan kapiler selama ... x … jam diharapkan pertukaran 1. Monitor kadar pH darah melalui hasil
alveoli ditandai dengan pernafasan gas pasien adekuat dengan kriteria hasil: AGD
NOC Label >> Respiratory status
abnormal, pH darah arteri abnormal, Rasional: untuk Mengevaluasi proses
- RR dalam batas normal (30-
warna kulit abnormal (pucat), sianosis, penyakit, memudahkan menetukan
50x/mnt)
nafas cuping hidung, takikardia. terapi atau mengevaluasi keefektifan
- Kedalaman pernapasan normal
terapi yang telah diberikan
- Tidak tampak penggunaan otot
2. Monitor tanda-tanda gagal napas
bantu pernapasan
Rasional: dapat memberikan
- Tidak tampak retraksi dinding dad
tindakan penanganan yang tepat dan
- Tidak ada sianosis
cepat pada pasien
- Tidak ada dispnea
3. Pertahankan bersihan jalan napas
- Tidak ada kelemahan
Rasional: bersihan jalan napas
- Tidak ada akumulasi sputum
mempengaruhi intake oksigen dari
NOC Label >> Respiratory status: Gas
luar tubuh ke dalam tubuh
Exchange
4. Sarankan waktu istirahat yang
- PaO2 normal (80-100 mmHg)
adekuat
- PaCO2 normal (35-45 mmHg)
Rasional: untuk mengurangi kerja
- PH normal (7,35-7,45)
pernapasan
- SatO2 normal (95-100%) 5. Monitor status neurologis
- Tidak ada sianosis Rasional: Gelisah, mudah
- Tidak ada penurunan kesadaran terangsang, bingung, dan somnolen
dapat menunjukkan
hipoksemia/penurunan oksigenasi
serebral.
6. Kontrak dengan pengunjung untuk
membatasi kunjungan
Rasional: agar pasien dapat
beristirahat secara adekuat untuk
mebantu mengurangi kerja
pernapasan.
NIC Label >> Airway Management
7. Monitor status pernapasan dan status
oksigenasi pasien
Rasional: Manifestasi distress
pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
8. Berikan posisi semifowler pada
pasien
Rasional: Posisi kepala yang lebih
tinggi memungkinkan upaya nafas
lebih dalam dan lebih kuat. Tindakan
ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran secret
untuk memperbaiki ventilasi.
9. Lakukan fisioterapi dada
Rasional: Memudahkan pengenceran
dan pembuangan secret.
10. Menghilangkan sekret dengan
suction, jika diperlukan
Rasional: Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak
mampu melakukan karena batuk tak
efektif.
11. Atur intake cairan
Rasional: Cairan dalam jumlah yang
adekuat mampu membantu
pengenceran sekret sehingga lebih
mudah dikeluarkan.
12. Auskultasi bunyi napas dan adanya
suara napas tambahan (ronchi,
wheezing, krekels, dll)
Rasional: adanya area redup yang
menandakan adanya penurunan atau
hilangnya ventilasi akibat
penumpukkan eksudat.
13. Kolaborasi pemberian nebulizer, jika
diperlukan
Rasional: nebulizer dapat membantu
meningkatkan kelembaban udara
pernapasan sehingga membantu
mengencerkan sekret sehingga dapat
lebih mudah dikeluarkan
14. Kolaborasi pemberian oksigen, jika
diperlukan
Rasional: Tujuan terapi oksigen
adalah mempertahankan PaO2 diatas
60 mmHg. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien.
NIC Label >> Oxigen Therapy
15. Jaga kebersihan mulut, hidung, dan
trakea, jika diperlukan
Rasional: bersihan jalan napas yang
adekuat dapat memaksimalkan intake
oksigen yang dapat diserap oleh
tubuh.
16. Monitor volume aliran oksigen dan
jenis canul yang digunakan
Rasional: volume aliran oksigen
harus diberikan sesuai indikasi untuk
pasien anak (1-5 liter/menit).
17. Monitor keefektifan terapi oksigen
yang telah diberikan
Rasional: untuk membantu
menentukan terapi berikutnya
18. Monitor tanda-tanda keracunan
oksigen dan atelektasis
Rasional: oksigen yang berlebihan
dalam tubuh sangat berbahaya karena
oksigen dapat mengikat air dan dapat
menyebabkan dehidrasi.
19. Konsultasikan dengan tenaga
kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama aktifitas
dan/atau tidur
Rasional: membantu pasien
memenuhi kebutuhan oksigen saat
istirahat.
NIC Label >> Respiratory Monitoring
20. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan usaha napas pasien
Rasional: Kecepatan biasanya
meningkat. Dipsnea dan terjadi
peningkatan kerja nafas. Pernafasan
dangkal. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan
atau nyeri dada pleuritik.
21. Catat pergerakkan dinding dada, lihat
kesimetrisan dinding dada,
penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, dan retraksi otot
supraklavikular dan intercostal
Rasional: penggunaan otot bantu
pernapasan mengindikasikan adanya
disstress pernapasan.
22. Monitor pola napas pasien (takipnea,
hiperventilasi, pernapasan Kussmaul,
Cheyne-Stokes)
Rasional: Adanya takipnea,
hiperventilasi, pernapasan Kussmaul,
Cheyne-Stokes mengindikasikan
perburukkan kondisi pasien
23. Perkusi dada anterior dan posterior
dari apeks sampai basis bilateral
Rasional: Suara perkusi pekak
menunjukkan area paru yang terdapat
eksudat
24. Monitor hasil foto thoraks
Rasional: pada pneumonia biasanya
tampak konsolidasi dan infiltrat pada
lobus paru.
3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label>>Pain management
agen cedera biologi (tumor paru), ditandai selama…..x … jam diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian yang
dengan pasien mengeluh nyeri, pasien dapat berkurang, dengan kriteria hasil: komprehensif terhadap nyeri,
mengeluh nyeri dengan skala 1-10, pasien NOC Label>> Pain level: meliputi lokasi, karasteristik,
tampak gelisah, pasien tampak meringis - Pasien tidak melaporkan adanya onset/durasi, frekuensi, kualitas,
kesakitan, TD meningkat (>120/80 nyeri (skala 5 = none) intensitas nyeri, serta faktor-faktor
mmHg), nadi meningkat (>100x/mnt), - Pasien tidak merintih ataupun yang dapat memicu nyeri.
Rasional: pengkajian berguna untuk
pasien tampak memegangi bagian yang menangis (skala 5 = none) mengidentifikasi nyeri yang dialami
nyeri. - Pasien tidak menunjukkan ekspresi pasien meliputi lokasi, karasteristik,
wajah terhadap nyeri (skala 5 = durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
none) nyeri serta faktor-faktor yang dapat
- Pasien tidak tampak berkeringat memicu nyeri pasien sehinggga dapat
dingin (skala 5 = none) menentukan intervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda non verbal
- RR dalam batas normal (16-20
atau isyarat dari ketidaknyamanan.
x/mnt) (skala 5 = normal)
Rasional: dengan mengetahui rasa
- Nadi dalam batas normal (60-
tidak nyaman pasien secara non
100x/mnt) (skala 5 = normal)
- Tekanan darah dalam batas normal verbal maka dapat membantu
(120/80 mmHg) (skala 5 = normal) mengetahui tingkat dan
NOC Label >> Pain control perkembangan nyeri pasien.
c. Gunakan strategi komunikasi
- Pasien dapat mengontrol nyerinya
terapeutik dalam mengkaji
dengan menggunakan teknik
pengalaman nyeri dan
manajemen nyeri non farmakologis
menyampaikan penerimaan terhadap
(skala 5 = consistently demonstrated)
respon pasien terhadap nyeri.
- Pasien dapat menggunakan analgesik
Rasional: membantu pasien dalam
sesuai indikasi (skala 5 =
menginterpretasikan nyerinya.
consistently demonstrated) d. Kaji tanda-tanda vital pasien.
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol Rasional: peningakatan tekanan
(skala 5 = consistently demonstrated) darah, respirasi rate, dan denyut nadi
umumnya menandakan adanya
peningkatan nyeri yang dirasakan.
e. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan,
seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Rasional: membantu memodifikasi
dan menghindari faktor-faktor yang
dapat meningkatkan
ketidaknyamanan pasien.
f. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri non farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
Rasional: membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien, serta
membantu pasien untuk mengontrol
nyerinya.
g. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.
Rasional: membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien.

4. Hipertermi berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label >> Fever treatment
peningkatan metabolisme ditandai dengan selama...x...jam diharapkan hipertermi 1. Pantau tanda-tanda vital pasien
suhu abnormal (>37,50C), kulit teratasi, dengan kriteria hasil : terutama suhu tubuh setiap sebelum
kemerahan, kulit teraba hangat, frekuensi NOC Label>> Thermoregulation dan setelah medikasi.
napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi - Suhu tubuh pasien dalam batas Rasional: mengetahui intervensi yang
meningkat (>100x/menit). normal, 36,5-37,5 0C sesuai dan efektifitas intervensi yang
- HR teraba dan dalam batas normal, diberikan.
60-100x/menit 2. Pantau warna dan temperatur kulit
- Tidak terjadi dehidrasi (asupan pasien.
cairan pasien terpenuhi, yaitu ± Rasional: perubahan temperatur dan
1200-1500 ml/hari) warna kulit dapat menunjukkan
- Tidak terjadi perubahan warna derajat keparahan dari hipertermi.

kulit 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan


intake cairan melalui oral.
Rasional: Pasien dengan hipertermi
akan memproduksi keringat yang
berlebih yang dapat mengakibatkan
tubuh kehilangan cairan yang
banyak, sehingga dengan
memberikan minum peroral dapat
menggantikan cairan yang hilang
serta menurunkan suhu tubuh.
4. Anjurkan keluarga untuk
memberikan water tepid sponge pada
pasien.
Rasional: water tepid sponge dapat
membantu menurunkan suhu tubuh
dengan cara memvasodilatasi
pembuluh darah dan pori-pori kulit.
5. Kolaborasi pemberian cairan melalui
intravena.
Rasional: pemberian cairan melalui
intravena dapat membantu mengganti
kehilangan cairan tubuh yang banyak
melalui keringat selama hipertermi.
6. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional: pemberian antipiretik
dapat menurunkan suhu tubuh.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah diberikan asuhan keperawatan … NIC Label >> Terapi nutrisi:
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan a. Kaji status nutrisi pasien
x … jam diharapkan pemenuhan nutrisi
tidak adekuatnya asupan akibat iritasi Rasional: pengkajian penting untuk
adekuat, dengan kriteria hasil:
gastrointestinal ditandai dengan pasien mengetahui status nutrisi pasien
a. Status nutrisi:
mengeluh mual muntah, penurunan BB - Masukan nutrisi adekuat (skala 5 = No dapat menentukan intervensi yang
>20%, kadar albumin serum < 3,4 g/dl,
terjadi penurunan intake makanan, nafsu deviation from normal range) tepat.
- Masukan makanan dalam batas normal b. Monitor masukan makanan atau
makan menurun, kelemahan.
(skala 5 = No deviation from normal cairan dan hitung kebutuhan kalori
range) harian.
b. Status nutrisi : masukan nutrisi: Rasional: dengan mengetahui
- Masukan kalori dalam batas normal
masukan makanan atau cairan dapat
(skala 5= Totally adequate)
mengetahui apakah kebutuhan kalori
- Nutrisi dalam makanan cukup
harian sudah terpenuhi atau belum.
mengandung protein, lemak,
c. Tentukan jenis makanan yang cocok
karbohidrat, serat, vitamin, mineral,
dengan tetap mempertimbangkan
ion, kalsium, sodium (skala 5= Totally
aspek agama dan budaya pasien.
adequate) Rasional: memenuhi kebutuhan
c. Status nutrisi : hitung biokimia
nutrisi pasien dengan tetap
- Serum albumin dalam batas normal memperhatikan aspek agama dan
(3,4-4,8 gr/dl) (skala 5= No deviation budaya pasien sehingga pasien
from normal range) bersedia mengikuti diet yang
ditentukan.
d. Anjurkan untuk menggunakan
suplemen nutrisi sesuai indikasi.
Rasional: dapat membantu
meningkatkan status nutrisi selain
dari diet yang ditentukan..
e. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral
higiene pada pasien/keluarga.
Rasional: menjaga kebersihan mulut
dapat meningkatkan nafsu makan.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Rasional: untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
NIC Label >> Penanganan berat badan:
a. Timbang berat badan pasien secara
teratur.
Rasional: dengan memantau berat
badan pasien dengan teratur dapat
mengetahui kenaikan ataupun
penurunan status gizi.
b. Diskusikan dengan keluarga pasien
hal-hal yang menyebabkan
penurunan berat badan.
Rasional: membantu memilih
alternative pemenuhan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan dan
penyebab penurunan berat badan.
c. Pantau konsumsi kalori harian.
Rasional: membantu mengetahui
masukan kalori harian pasien
disesuaikan dengan kebutuhan kalori
sesuai usia.
d. Pantau hasil laboratorium, seperti
kadar serum albumin, dan elektrolit.
Rasional: kadar albumin dan
elektrolit yang normal menunjukkan
status nutrisi baik. Sajikan makanan
dengan menarik.
e. Tentukan makanan kesukaan, rasa,
dan temperatur makanan.
Rasional: meningkatkan nafsu
makan dengan intake dan kualitas
yang maksimal.
f. Anjurkan penggunaan suplemen
penambah nafsu makan.
Rasional: dapat membantu
meningkatkan nafsu makan pasien
sehingga dapat meningkatkan
masukan nutrisi.
D. Discharge Planning
Discharge planning pada pasien dengan Tumor Paru adalah:
1. Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuksegera menghubungi
tim kesehatan atau segera menuju ke pelayanan kesehatan apabila terjadi
tanda – tanda dan gejala infeksi.
2. Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuk mengamati respon
terhadap pengobatan dan memberitahu dokter tentang adanya efek samping.
3. Memberitahukan pada pasien dan keluarga tentang penjadwalan
pemeriksaan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. Dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: EGC

Sylvia & Price. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2013. Nursing Interventions


Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2016.
Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.
Wilson, Susan and Thompson, June (2013), Respiratory Disorders, Mosby Year
Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai