LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Atmoko Cahyo Wiyono, S. Kep
NIM 182311101064
T4
Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus
Kelenjar limfe regional (N) kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
N0 ipsilateral atau kontralateral.
N3 Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada
Metastasis jauh (M) kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.
M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis
M1 pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada
kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis
Kelompok stadium jauh.
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal
kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau
Stadium 0 TISN0M0 setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis
Stadium I T1N0M0 kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
T2N0M0 Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Stadium II T1N1M0
T2N1M0
Stadium IIIa T3N0M0
T3N0M0
6. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan
resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen
genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal
ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai
tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil
(sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel
skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada
sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik
karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
Hilang nafsu makan dan berat badan
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran, dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebrae.
b. Bronkhografi Untuk melihat tumor dipercabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Hispatologi
a. Bronkoskopi Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui). b. Biopsi trans torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama
untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
mencapai 90-95 %.
c. Torakoskopi Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi Untuk mendapatkan tumor metastastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila
bermacammacam prosedur nonn invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4. Pecitraan
a. CT-Scanning untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukan keadaan mediasternum.
9. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup pasien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
B. Clinical Pathway
C. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
tachycardia, disritmia
menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
d) Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
Perasaan takut/takut hasil pembedahan
Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
4. Hipertermi berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label >> Fever treatment
peningkatan metabolisme ditandai dengan selama...x...jam diharapkan hipertermi 1. Pantau tanda-tanda vital pasien
suhu abnormal (>37,50C), kulit teratasi, dengan kriteria hasil : terutama suhu tubuh setiap sebelum
kemerahan, kulit teraba hangat, frekuensi NOC Label>> Thermoregulation dan setelah medikasi.
napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi - Suhu tubuh pasien dalam batas Rasional: mengetahui intervensi yang
meningkat (>100x/menit). normal, 36,5-37,5 0C sesuai dan efektifitas intervensi yang
- HR teraba dan dalam batas normal, diberikan.
60-100x/menit 2. Pantau warna dan temperatur kulit
- Tidak terjadi dehidrasi (asupan pasien.
cairan pasien terpenuhi, yaitu ± Rasional: perubahan temperatur dan
1200-1500 ml/hari) warna kulit dapat menunjukkan
- Tidak terjadi perubahan warna derajat keparahan dari hipertermi.
Mansjoer, Arief. Dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: EGC