Analisis :
- Berdasarkan Etika Deontologi, perbuatan Asep adalah buruk (salah) ketika dia
berbohong karena berbohong termasuk melanggar norma. Hal tersebut dilihat dari
prosesnya ketika berbohong.
- Berdasarkan Etika Teleologi, perbuatan Asep yaitu berbohong adalah baik (benar)
karena tujuan dia berbohong adalah untuk kebaikan (membantu). Hal tersebut
dilihat dari tujuannya.
- Berdasarkan Etika Keutamaan, perbuatan Asep yaitu adalah baik (benar) karena
perbuatan tersebut sesuai dengan keutamaan suka membantu.
http://ilmukomunikasi16.blogspot.com/2017/02/aliran-aliran-besar-etika.html
Sebagai mana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu sistem nilai,
artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila saling berhubungan, saling
ketergantungan secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki
tingkatan. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam pancasila
merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa nilai religious, nilai adat istiadat, kebudayaan dan setelah
disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus di
jabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dalam penyelenggaraan
kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau etika. Sebagaimana
diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam suatu peraturan
perundang-undangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan dalam tertib hukum Indonesia.
Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang merupakan dasar pijak
pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun baiknya suatu peraturan perundang-
undangan kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur dalam pelaksanaannya dan penyelenggaraan
Negara, maka niscahaya hukum tidak akan mencapai suatu keadilan bagi kehidupan kemanusiaan.
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif dan subjektif.
Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain barangkali
namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi bahwa Negara
berketuhana, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka Negara
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.
1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia dan
mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam
kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di
Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum hukum Indonesia berkedudukan
sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga
terlekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya dengan pembubaran Negara
proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung di dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966,
diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No. IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai bangsa kausa
materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi fiosofis
bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga merupakan
jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang manifestasinya sesuai dengan
budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan. Dengan
kata lain bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus
diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein.
Di era sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan
kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan
kebangsaan dalam berbagai aspek
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap
jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong-menolong di
antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada dengan itu juga menghidupkansuburkan kembali
budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta menjujunjung
tinggi hak asasi manusia.
Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi, maupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik dan realitas.
Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan menghindarkan peggunaan
hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.
Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara Negara dan
warga Negara berprilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya. Etika
kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum. Namun sebagai semacam kode etik, pedoman
etik berbangsa memberikan sanksi moral bagi siapa saja yang berprilaku menyimpang dari norma-
norma etik yang baik. Etika kehidupan berbangsa ini dapat kita pandang sebagai norma etik Negara
sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar Pancasila.
Etika dan moral bagi manusia dalam kehiduan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,
senantiasa bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi, namun secara relasioanal senantiasa
memiliki hubungan dengan yang lain baik kepada Tuhan yang maha esa maupun kepada manusia
lainnya.
Sumber:
http://almachaniago.blogspot.com/2013/02/pancasila-sebagai-dasar-etika-kehidupan.html
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis.
2.Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan
kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas-
asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau
jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak
etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai
berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya.
Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan
kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan
(Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemonisme,
hedonisme, utilitarianisme.
https://malvaspalette.wordpress.com/2017/12/12/penjelasan-dan-jenis-jenis-aliran-etika/