Anda di halaman 1dari 15

PEMELIHARAAN

TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

A. PENDAHULUAN
Kegiatan pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) merupakan
rangkaian penting dalam kegiatan budidaya Kelapa Sawit, karena dalam
kegiatannya akan menentukan bentuk tegakan tanaman yang baik sehingga akan
berpengaruh terhadap produktivitas nya. Seperti kita ketahui bahwa kegiatan
TBM membutuhkan biaya investasi yang besar dalam pengelolaannya, sehingga
pemeliharaan TBM membutuhkan management yang serius dan konsisten
dalam pelaksanaannya.

B. PENYISIPAN TANAMAN
1. Dasar:
Tanaman yang pertumbuhan nya tidak normal perlu dilakukan penyisipan
secepatnya agar pertumbuhannya tidak ketinggalan dengan tanaman
yang pertumbuhannya normal

2. Tujuan :
- Untuk mengganti tanaman yang tidak baik pertumbuhannya, yaitu: pohon
mati, pertumbuhan tidak normal, hilang atau tidak mungkin ber produksi
dengan baik

3. Manajemen Penyisipan Tanaman


a.Perencanaan:
* Inventarisasi jumlah pokok yang dilakukan penyisipan per Blok
* Kebutuhan bibit untuk penyisipan harus diperhitungkan pada saat
periode tersebut.
* Kondisi bibit dalam keadaan baik dan normal.
* Kebutuhan dan prestasi tenaga kerja untuk penyisipan.
* Persiapan tranport bibit untuk mengangkut bibit pada lokasi/blok yang
sudah ditentukan.

b.Pelaksanaan
* Penyisipan dilakukan Blok by blok untuk memudahkan dalam pendataan
dan pengawasan.
* Bibit di ecer ke masing-masing Blok disesuaikan dengan jumlah hasil
inventarisasi jumlah pokok yang dilakukan sisip.
* Tanaman yang akan disisip diberi tanda/pancang untuk memudahkan
dan mempercepat penyisipan karena tanaman yang akan disisip tidak
mengelompok dalam satu lokasi.
* Bibit untuk penyisipan adalah bibit baru (kondisi baik)
* Pelaksanaan penyisipan dilaksanakan sama dengan tata cara
penanaman Kelapa sawit.

BGA-VI/Page 1 of 15
c.Organisasi
* Organisasi penyisipan dikoordinir oleh Askep, karena lokasi penyisipan
tidak hanya meliputi 1 Divisi tetapi beberapa Divisi.
* Bagian organisasi penyisipan adalah: Koordinator (Askep), sedangkan
pelaksanaan nya diatur oleh Assisten Divisi.
Sedangkan organisasi dibawah Assisten Divisi meliputi Mandor I
(mengkoordinasi Mandor) dan Mandor Angkut, Mandor Ecer dan
Mandor Tanam

d.Pengawasan
* Pengawasan dilakukan Blok by Blok untuk memastikan bibit tertanam
dengan sempurna sesuai standart.
Pengecekan tersebut dilakukan semua jajaran yang ada di kebun
* Assisten harus memastikan jumlah bibit yang dikirim dengan bibit yang
ditanam.

e.Administrasi
* Tanaman yang sudah dilakukan penyisipan dicatat jumlah dan lokasi
berdasarkan Blok/lokasi serta jenis bibit nya.
* Tanaman sisipan ditandai di peta tanaman sehingga memudahkan
dalam pemeliharaannya dan pencarian di lapangan.

Norma Penyisipan : 20 Pohon/Ha

C. KONSOLIDASI
1. Dasar:
- Hasil pengamatan dan sensus tanaman yang pertumbuhan nya tidak
normal pada TBM I, karena pada TBM II dan III pelaksanaan konsolidasi
sulit untuk dilakukan karena tanaman kelapa sawit sudah besar.

2. Tujuan :
- Memperbaiki tanaman kelapa sawit yang pertumbuhannya tidak normal,
yaitu: tanaman miring, kurang tegak.

3. Manajemen:
a.Perencanaan
* Inventarisasi tanaman yang akan di konsolidasi
* Persiapan tenaga kerja dan peralatan untuk pelaksanaan konsolidasi

b.Pelaksanaan
* Konsolidasidilakukan Blokby blok secara berurutan untuk memudahkan
dalam pendataan dan pengawasan.
* Tanaman ditimbun pada sisi yang miring kemudian dipadatkan, saat
dipadatkan diperhatikan kelurusannya/mata lima dengan tanaman
lainnya.

BGA-VI/Page 2 of 15
* Tanamanditopang dengan kayu atau bambu supaya pertumbuhannya
tegak

- Organisasi
* Organisasi dikoordinir oleh Assisten Divisi, dan di bawah pengaturan
Mandor I
* Sedangkan pelaksanaan nya dilakukan oleh Tenaga khusus yang sudah
diberi petunjuk tata cara konsolidasi pokok dan dibawah pengawasan
Mandor

- Pengawasan
* Pengawasan dilakukan untuk memastikan Pokok tanaman berdiri
tegak dan sesuai dengan kelurusannya/mata lima.

- Administrasi
* Tanaman yang sudah dilakukan konsolidasi dicatat jumlah dan lokasi
berdasarkan Blok/lokasi, sehingga dapat dievaluasi
perkembangannya

Norma Konsolidasi : 0,25 Ha/HK

D. PEMELIHARAAN PIRINGAN POHON


1. Dasar:
Gulma merupakan pesaing dalam perkembangbiakan tanaman dalam
penyerapan unsur hara.

2. Tujuan :
- Mengendalikan gulma yang mengganggu dalam pertumbuhan tanaman
Kelapa sawit di piringan pohon pada masa TBM.
- Untuk mengurangi kompetisi unsur hara dengan gulma pengganggu
- Tidak mengganggu pekerja dalam pemeliharaan tanaman
- Menghindari kerusakan kanopi tanaman Kelapa Sawit.
- Mendukung kegiatan pemeliharaan tanaman, antara lain: pemupukan .

3. Manajemen:
- Perencanaan
* Perencanaan disesuaikan dengan rotasi pengendalian gulma di piringan
Pohon dalam satu tahun.
* Program pemeliharaan piringan pohon harus disesuaikan dengan
program pemupukan.
* Program pengendalian gulma secara manual dan kimiawi harus
dibedakan lokasi/blok nya, supaya tidak overlapping
* Persiapan tenaga kerja dan sarana pendukung (alat semprot, herbisida,
cangkul, parang babat)

BGA-VI/Page 3 of 15
- Pelaksanaan
Manual
* Gulma digaruk dengan arah keluar dan kedalam piringan pohon secara
bergantian, supaya tanah hasil garukan tidak mengumpul disatu sisi.
* Dalam pelaksanaan agar diperhatikan kondisi akar tanaman Kelapa
Sawit.
* Pekerja tidak diperkenankan untuk mengurangi/memotong pelepah
kelapa sawit, dengan tujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
nya.
* Pembersihan gulma dilakukan sesuai dengan piringan pohon dengan
jarak/ radius dari pohon, dengan ukuran sebagai berikut:
TBM I : 1 meter, TBM II: 1,5 meter, TBM III: 2 meter.

Kimiawi
* Pengendalian gulma secara kimiawi sebaiknya dilaksanakan 12 bulan
setelah penanaman awal atau dilakukan pada TBM II.
* Pelaksanaan pengendalian secara kimiawi dilaksanakan secara hati-hati
supaya tidak terkena pelepah daun.
* Penyemprotan dilakukan herbisida Glifosat dan Paraquat dengan
memperhatikan jenis gulma pengganggu.

- Organisasi
* Assisten Divisi mengatur kegiatan pemeliharaan piringan pohon di TBM,
sedangkan Mandor I dan Mandor mengkoordinir dan mengawasi
kegiatan tersebut.
* Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luas (Ha) yang akan dilakukan
pekerjaan tersebut.

- Pengawasan
* Kualitas Pekerjaan pemeliharaan pohon harus sesuai dengan standart
yang telah ditentukan, sehingga memerlukan pengawasan yang ketat,
dan pada umumnya dilaksanakan dengan sistem pekerjaa borongan.
* Pengawasan dilaksanakan oleh semua jajaran di kebun (Manager,
Askep, Assisten).

- Administrasi
* Hasil pekerjaan pemeliharaan pohon harus diikuti setiap saat, karena
berhubungan dengan rotasi pekerjaan tiap tahun.
* Hasil pekerjaan yang dicantumkan di buku hasil adalah Luas (Ha) bukan
jumlah pokok nya.

Norma Pemeliharaan Piringan : 5 HK/Ha (Manual)


0,25 HK/Ha (Kimiawi)

BGA-VI/Page 4 of 15
D. PEMELIHARAAN KACANGAN
1. Dasar
Tanaman Kacangan yang telah ditanam harus dipelihara dengan baik
sehingga dapat berfungsi sesuai dengan tujuan penanamannya.

2. Tujuan :
- Untuk memperoleh penutupan Tanaman Kacangan secara penuh di
gawangan.

- Mencegah supaya Tanaman Kacangan mengganggu dan menutupi


tanaman pokok yang masih muda.

3. Manajemen:
- Perencanaan
* Mempersiapkan rencana pekerjaan dan alat/bahan untuk
pemeliharaan kacangan
*Jumlah tenaga kerja harus dipersiapkan dan diperhitungkan karena
pemeliharaan kacangan memerlukan tenaga kerja yang besar.

- Pelaksanaan
* Pekerjaan pemeliharaan kacangan meliputi: Pengendalian gulma dan
pemupukan.
* Pengendalian gulma dilakukan pada larikan kacangan, dengan cara
mencabuti dengan cangkul kecil, sedangkan di luar bagian kiri dan
kanan larikan digaruk dengan cangkul.
* Sedangkan pengendalian gulma diantara larikan dapat dilakukan
dengan penyemprotan herbisida Paraquat (0,2 %), dilakukan bila
pertumbuhan gulma sangat tebal.
Pelaksanaan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak mengenai
tanaman kacangan.
* Kacangan perlu dipupuk supaya pertumbuhannya subur dan cepat
menutup tanah (sesuai dengan fungsinya).

Dosis Pemupukan Kacangan

Umur Kacangan Jenis pupuk


(bulan) RP Urea
(Kg/Ha) (Kg/Ha)

0 200
1 20
6 100
12 200
18 200

BGA-VI/Page 5 of 15
- Organisasi
* Pekerjaan pemeliharaan kacangan memerlukan Tenaga Kerja yang
banyak sehingga perlu pengaturan jumlah yang akan dipelihara dan
prestasi yang disesuaikan dengan kondisi gulma nya.
* Mandor I dan Mandor Pelaksana mengkoordinir dan mengawasi
pekerjaan tersebut sesuai dengan standart.
* Assisten membuat rencana luas lokasi pemeliharaan dan jumlah
kebutuhan Tenaga Kerja yang disesuaikan dengan prestasi nya.

- Pengawasan
* Mandor I dan Mandor Pelaksana harus memastikan bahwa Tenaga
kerja sesuai dengan prestasi dan kualitas hasil pekerjaan.
* Assisten Divisi memastikan bahwa kebutuhan Tenaga Kerja sesuai
dengan rencana Lokasi yang akan dilakukan pekerjaan tersebut.

- Admnistrasi
* Rencana dan realisasi pekerjaan dicatat dan di data untuk dilakukan
evaluasi untuk rotasi pemeliharaan kacangan berikutnya.

Norma Pemeliharaan Kacangan : 8 HK/Ha


Norma Pemupukan Kacangan : 5 HK/Ha

E. PEMBUATAN DAN PEMELIHARAN JALAN RINTIS


1. Dasar
Sarana penunjang operasional dalam kegiatan TBM dan memudahkan
pengawasan.

2. Tujuan :
- Untuk memudahkan dalam menunjang pemeliharaan tanaman
(pemupukan, kastrasi dan sanitasi).

BGA-VI/Page 6 of 15
- Untuk memudahkan dalam melakukan pengawasan (jalan kontrol)

3. Manajemen:
- Perencanaan
* Jalan rintis dibangun secara bertahap, tahap I dengan membuat 1
jalan rintis untuk 8 baris tanaman, tahap II setiap 4 baris tanaman
dan tahap III setiap 2 baris tanaman dibuat 1 jalan rintis
* Pemeliharaan jalan rintis dilakukan secara rutin sehingga pada masa
fase panen persiapan jalan rintis sudah dapat digunakan untuk sarana
pengangkutan buah ke Tempat Penampungan Hasil (TPH).
* Perencanaan pembuatan dan pemeliharaan jalan rintis harus
direncanakan dengan baik, rencana tersebut harus disampaikan oleh
Assisten Divisi ke Mandor I dan Mandor pelaksana secara jelas.
* Kebutuhan Tenaga, sarana dan waktu pelaksanaan harus dipersiapkan
dengan baik.

- Pelaksanaan
* Pembuatan jalan rintis pada areal penutup tanah kacangan dapat
dilakukan penyemprotan secara kimiawi (Glifosfat), dengan lebar
semprotan 1 meter
* Sedangkan untuk jalan rintis yang terdapat berbagai jenis gulma agar
dilakukan pengendalian secara manual dan kimiawi.
* Jalan rintis yang terdapat rendahan atau parit kecil, dilakukan
penimbunan tanah dan pemberian titi kayu.

- Organisasi
* Pelaksanaan pembuatan jalan rintis secara manual dan kimiawi
dilaksanakan secara terpisah dan dilakukan oleh Tenaga Kerja yang
berbeda.

- Pengawasan
* Pembuatan dan pemeliharaan jalan rintis harus dilakukan secara
tuntas, yaitu harus diselesaikan sampai selesai untuk menghubungkan
pinggir CR ke CR yang lain dalam 1 Blok
* Pengawasan dilakukan bersamaan pada saat dilakukan kontrol Blok
dengan memanfaatkan Jalan Rintis sebagai Jalan Kontrol, sehingga
dapat dilakukan perencanaan untuk pemeliharaan lanjutan.

- Admnistrasi
* Data pembuatan dan pemeliharaan Jalan rintis dicatat untuk setiap
tahap, sehingga dapat direncanakan kebutuhan biaya untuk
pelaksanaan selanjutnya.

Norma Pembuatan Jalan Rintis : 500 meter/HK


Norma Pemeliharaan Jalan Rintis : 1 HK/Ha

BGA-VI/Page 7 of 15
F. PEMELIHARAAN GAWANGAN
1. Dasar:
Dalam pemeliharaan TBM kondisi sekitar tanaman harus bersih/bebas
gulma yang mengganggu dalam penyerapan unsur hara dan mengganggu
pandangan dalam melakukan kontrol tanaman yang masih kecil.

2. Tujuan :
- Untuk mengendalikan gulma yang mengganggu tanaman kelapa sawit di
luar piringan pohon.

- Bila gulma tidak dikendalikan pada awal pertumbuhannya maka akan


menyulitkan dalam pengendalian gulma di gawangan selanjutnya.
-
3. Manajemen:
- Perencanaan
* Sebelum melakukan pengendalian gulma di gawangan, maka harus
diketahui jenis gulma nya karena berhubungan dengan cara
pengendaliannya.

- Pelaksanaan
* Pemeliharaan Gawangan dapat dilakukan dengan kombinasi secara
manual dan kimiawi.
* Gulma yang pada umumnya terdapat di Perkebunan Kelapa Sawit,
antara lain:

Gulma Berkayu : Eupatorium odoratum


Melastoma malabathricum
Lantana camara
Clidemia hirta

Pengendalian: Secara manual dilakukan dengan cara didongkel


dengan cangkul, tidak diperkenankan dengan cara
menggunakan parang babat, karena akan tumbuh
kembali
Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan Herbisida (Metsulfuron methyl).

Paku-pakuan (Pakis): Stenochlaena palustris


Dicranopteris linearis
Pteridium osculentum

Pengendalian : Pengendalian dilakukan secara kimiawi dengan


menggunakan Herbisida (Metsulfuron methyl)

Gulma lainnya : Colocasia sp dan Caladium sp (Keladi liar)


Musa sp (Pisang liar)
BGA-VI/Page 8 of 15
Bamboo sp (Bambu liar)

Pengendalian : Pengendalian dilakukan secara kimiawi,


Keladi liar : disemprot dengan Metsulfuron methyl.
Pisang liar: ditebang dan dioles dengan Metsulfuron
Methyl.
Bambu liar: ditebang dan disemprot dengan Triklopir.

- Organisasi
* Pengendalian gulma di gawangan dilakukan sesuai dengan gulma
sasaran, sehingga penggunaan Tenaga Kerja dilakukan secara efektif

- Pengawasan
* Semua jajaran di kebun harus melakukan pengawasan secara ketat,
karena berhubungan dengan kualitas hasil pekerjaan.
* Mandor I dan Mandor Pelaksana mengatur Tenaga Kerja di lapang
agar pekerjaan dapat mencapai hasil yang baik

- Administrasi
* Rencana dan realisasi pekerjaan pemeliharaan Gawangan dicatat dan
di monitor, sehingga rotasi pekerjaan dapat dilakukan secara
konsekwen. Dengan melaksanakan dan memonitor hasil pekerjaan
maka biaya pemeliharaan dapat sesuai anggaran yang sudah
ditetapkan.

Norma Pemeliharaan Gawangan : 1 HK/Ha (Manual)


0,5 HK/Ha (Kimiawi)

kondisi yang tidak terawat kondisi pasar pikul yang terawat

G. PENGENDALIAN LALANG
1. Dasar:
Lalang merupakan salah satu gulma yang dapat mengganggu penyerapan
unsur hara bagi tanaman Kelapa sawit dan mengganggu pemeliharaan

BGA-VI/Page 9 of 15
lainnya.

2. Tujuan :
- Untuk mengendalikan lalang agar pertumbuhan tidak menyebar, karena
lalang penyebarannya dengan rimpang akar dan spora dari bunga lalang.

3. Manajemen:
- Perencanaan:
* Rencana pengendalian lalang harus ditinjau dari kondisi lalang nya,
bila kondisi spot spraying dilakukan dengan cara disemprot, sedangkan
bila kondisi lalang dapat dikontrol/normal maka dilakukan dengan cara
wiping lalang (buru lalang)
* Tenaga kerja dan parasarana harus dipersiapkan sesuai dengan luas
areal yang akan dilakukan pengendalian lalang.

- Pelaksanaan:
* Pengendalian lalang lebih efektif dilakukan dengan cara kimiawi
dengan herbisida sistemik dibanding dengan cara manual.
* Bila kondisi lalang mengelompok (sheet) atau terpencar-pencar (Spot)
dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan menggunakan alat
semprot.
* Sedangkan bila kondisi lalang sudah dapat dikontrol/normal maka
lalang dikendalikan dengan cara wiping lalang (buru lalang), dengan
menggunakan kain lap yang dibasahi dengan herbisida sistemik,
kemudian dioleskan pada daun lalang.
* Pelaksanaan dilakukan Blok by blok dengan rotasi 2 kali/tahun

- Organisasi
* Tenaga kerja untuk pelaksanaan pengendalian lalang dilakukan oleh
tenaga kerja khusus (tenaga kerja tetap)
* Mandor I dan Mandor melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
Blok yang akan dilakukan pengendalian dan sesuai rencana rotasi
selama 1 tahun.

- Pengawasan
* Untuk mengontrol lokasi pengendalian lalang, apakah sudah dilakukan
penyemprotan maka sebagian lalang diikat secara tali temali diantara
lalang tersebut.
* Sedangkan bila dilakukan pengendalian dengan cara wiping maka,
sebagai tanda apakah sudah dilakukan pengendalian adalah memotong
ujung daun lalang.

Norma Pengendalian Lalang : 0,5 HK/Ha (Spot)


0,2 HK/Ha (Wiping)

BGA-VI/Page 10 of 15
H. PEMUPUKAN
(lihat Bab Pemupukan)

Norma Pemupukan : 0,5 HK/Ha

I. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


(lihat Bab Pengendalian Hama Kelapa Sawit dan Sistem Monitoring Hama
Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) dan Pengendalian Penyakit Kelapa
Sawit)

Norma Pengendalian Hama dan Penyakit : 0,5 HK/Ha

J. PEMELIHARAAN KONSERVASI TANAH


1. Dasar
Sarana pencegah Erosi harus dipelihara secara rutin supaya dapat
berfungsi sesuai dengan tujuan pembuatannya.

2. Tujuan
- Untuk penyempurnaan pembangunan Sarana pencegah Erosi, karena
pada awal pembuatan belum sempurna, sehingga kondisi nya perlu
dilakukan penyesuaian.

3. Pelaksanaan
- Teras kontour dan tapak kuda dilakukan pemadatan tanah agar cukup
keras dan tidak cepat rusak.
- Rorak dan parit drainase perlu dilakukan penggalian tanah secara rutin.

Norma Pemeliharaan Kontour : 200 meter/HK


Norma Pemeliharaan Tapak Kuda : 20 pohon/HK
Norma Pemeliharaan Rorak : 200 meter/HK
Norma Pemeliharaan Parit Drainase : 100 meter/HK

K. TITI PANEN
1. Dasar
Antara lokasi potong buah di dalam Blok dan Tempat Pemungutan
Hasil (TPH) memerlukan jalan bantu yang dibatasi oleh parit sebagai
saluran drainase sehingga pemanen dapat dengan mudah mengeluarkan
hasil panennya

2. Tujuan
- Untuk membantu pekerja dalam melakukan kegiatan pemeliharaan

BGA-VI/Page 11 of 15
tanaman.

- Membantu Jajaran di kebun sebagai jalan kontrol dalam melakukan


pengawasan di lapangan

- Sebagai jalan untuk persiapan mengeluarkan buah menjelang masa


kegiatan panen.

3. Manajemen
a. Perencanaan
- Lokasi atau blok yang akan dipasang Titi Panen di data terlebih dahulu
berdasarkan tingkat kebutuhannya.

- Perencanaan pemasangan Titi Panen disusun secara bertahap sesuai


kondisi di lapangan, sehingga pada waktu memasuki masa Panen Titi
Panen sudah terpasang 100 %.

b. Pelaksanaan
- Titi panen dibuat dari kayu atau beton, dengan panjang ukuran 4 atau
6 atau 8 meter, lebar 30 Cm sedangkan tebalnya disesuaikan dengan
kondisi bahan.

- Pemasangan dilakukan secara bertahap, tahap I : 25 %, tahap II:25%


dan tahap III: 50% atau bertahap dengan mengacu ke baris tanaman
yaitu: tahap I : 8 baris tanaman, tahap II: 4 dan tahap III: 2.

- Dalam pengangkutan Titi Panen dari gudang ke lokasi/lapangan


dilakukan dengan hati-hati

- Titi panen sudah diecer ke lokasi/lapangan satu hari sebelum


pemasangan oleh Tenaga Pasang

c. Organisasi
- Tenaga untuk angkut dan pasang Titi Panen harus dipilih tenaga yang
terlatih.

- Transport untuk angkut Titi Panen harus dikoordinasikan oleh bagian


Transport, supaya kegiatan pemasangan Titi panen berjalan dengan
lancar dan sesuai rencana.

- Mandor I mengkoordinasikan antara pengangkutan dan pengeceran


Titi panen ke lapangan

d. Pengawasan
- Assisten Divisi agar memastikan bahwa Titi panen diecer sesuai
dengan jumlah dan ukuran nya di lokasi yang sudah ditetapkan.

- Assisten Divisi memastikan juga bahwa Titi panen yang diecer tidak

BGA-VI/Page 12 of 15
rusak atau patah.

e. Administrasi
- Titi panen yang sudah diecer dan dipasang harus di data supaya
dapat diketahui jumlah Titi panen yang masih terdapat di lapangan.

- Kebutuhan Titi Panen di blok/lokasi di data sehingga pada awal


memasuki tahap panen Titi panen sudah lengkap.

Norma Pasang Titi Panen : 20 meter/HK

L. PENGAMBILAN CONTOH DAUN


1. Tujuan
Pengambilan Contoh Daun untuk tujuan Analisa diambil dalam rangka
penyusunan Rekomendasi Pemupukan.

2. Pelaksanaan
- Dilakukan pada TBM III
- Tata cara pengambilan Contoh Daun:
(Lihat Bab Analisa Contoh Daun dan Tanah)

Norma Pengambilan Contoh Daun : 0,1 HK/Ha

M. KASTRASI DAN SANITASI

KASTRASI
1. Dasar
Membuang bunga dan buah yang belum memenuhi syarat untuk dikirim ke
Pabrik, sehingga pertumbuhan vegetatif nya tumbuh optimal.

2. Tujuan
- Untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tumbuh secara optimal dan
seragam, sehingga pada saat memasuki fase generatif tanaman dapat
menghasilkan buah yang sempurna.
- Untuk menghemat penggunaan unsur hara dan air untuk pertumbuhan
generatif, sehingga tanaman tetap tumbuh pada fase vegetatif
- Supaya kondisi tanaman menjadi lebih bersih, sehingga mengurangi
serangan hama dan penyakit (Tirathaba, Marasmius, tikus), dengan
demikian Sanitasi tidak diperlukan lagi.
- Dengan pertumbuhan buah yang sempurna, maka akan memudahkan
pengolahan di pabrik.

3. Manajemen
- Perencanaan
* Kastrasi dimulai pada saat tanaman umur 14 bulan setelah tanam

BGA-VI/Page 13 of 15
(TBM II)
* Kastrasi dilakukan selama 12 bulan dan dilakukan setiap 2 bulan
* Luas areal yang akan dilakukan Kastrasi harus diperhitungkan dengan
rencana rotasi pelaksanaan pekerjaan ini.

- Pelaksanaan
* Tandan bunga jantan dan betina yang muncul dibuang.
* Pelaksanaan dilakukan Blok by Blok sehingga memudahkan dalam
monitoring nya.
* Rotasi dilakukan secara rutin dan konsisten supaya memudahkan dalam
pembuangan bunga.
* Hasil kastrasi dikumpulkan ditempat tertentu, selanjutnya dibakar atau
dibenam. Pengumpulan dilakukan di Collection Road, dan tidak
diperkenankan dikumpulkan di jalan rintis atau gawangan.
* Pembuangan pelepah daun agar dihindari, kecuali pelepah kering.

- Organisasi
* Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan ini harus diberi petunjuk tata
cara pekerjaan ini.
* Mandor I dan Mandor Pelaksana mengkoordinir dan melakukan
pengawasan pekerjaan ini.

- Pengawasan
* Assisten Divisi memastikan bahwa tidak ada tandan bunga yang
dilakukan kastrasi masih ketinggalan di pohon.
* Assisten Divisi memastikan hasil kastrasi dikumpulkan di CR dan
dilakukan penanganan lanjutan yang benar sesuai dengan petunjuk.

- Administrasi
* Luas areal yang dilakukan Kastrasi harus dicatat dan di data sehingga
rotasi nya tidak terlambat atau terlalu cepat.

Norma Kastrasi : 0,5 HK/Ha

SANITASI
1. Dasar
Membuang pelepah daun Kelapa Sawit yang kering atau pelepah daun
kelapa sawit yang sakit.

2. Tujuan
- Mempersiapkan Tanaman dalam memasuki masa panen.

- Supaya kondisi tanaman menjadi lebih bersih, sehingga mengurangi


serangan hama dan penyakit.

3. Manajemen

BGA-VI/Page 14 of 15
- Perencanaan
* Sanitasi dilakukan pada saat tanaman umur 2,5 – 3 tahun setelah
tanam (TBM III) atau menjelang panen
* Sanitasi dilakukan selama 1 (satu) kali dalam pertumbuhan Kelapa sawit

- Pelaksanaan
* Pelepah daun yang kering atau sakit dibuang, terutama pelepah daun
bagian bawah sampai batas maksimum 15 cm dari permukaan tanah.
* Pelepah daun dipotong mepet/rapat ke pangkal pohon.
* Pelaksanaan dilakukan Blok by Blok sehingga memudahkan dalam
monitoring nya.
* Hasil potongan pelepah daun di susun secara teratur di gawangan mati
* Selain pembuangan pelepah daun, dilakukan juga membuang gulma
yang mengganggu di batang tanaman.

- Organisasi
* Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan ini harus diberi petunjuk tata
cara pekerjaan ini.
* Mandor I dan Mandor Pelaksana mengkoordinir dan melakukan
pengawasan pekerjaan ini.

- Pengawasan
* Assisten Divisi pekerjaan Sanitasi dilakukan dengan benar

- Administrasi
* Luas areal yang dilakukan Sanitasi harus dicatat dan di data untuk
pemeliharaan selanjutnya.

Norma Sanitasi : 0,5 HK/Ha

BGA-VI/Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai