Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 5 NOMOR 1 JULI 2019: 44-49

Pelaksanaan Program Bina Diri bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi

Lina Mei Wulandari,Sinta Yuni Susilawati,Usep Kustiawan

Universitas Negeri Malang


E-mail: linameiw@gmail.com

Abstrak: Banyak sekolah inklusi hanya memperhatikan layanan akademik siswa berkebutuhan
khusus saja, padahal mereka memiliki kebutuhan dasar yang tidak mampu dipenuhi karena
keterbatasan yang dimiliki.Salah satu program yang bisa membantu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar adalah bina diri. Pada tingkat SMP, program bina diri yang dapat diberikan
yaitu memasak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program bina diri memasak di SMP Negeri 4
Sidoarjo berjalan dengan baik dan sesuai teori. Kendala meliputi siswa lupa jadwal pull
out memasak, mood siswa tidak menentu, dan jadwal bina diri memasak terbentur kegiatan
sekolah. Upaya untuk mengatasi kendala yaitu mengingatkan siswa dan orangtua sehari
sebelumnya,membujuk siswa sesuai karakternya, dan mengundur pelaksanaan atau merubah
jumlah kelompok. Dampak meliputi kemandirian, melatih motorik halus,mengembangkan
jiwa kewirausahaan, dan memahami penggunaan uang.
Kata Kunci: Bina diri; memasak; Inklusi

Abstract: Many inclusive schools only pay attention to academic services of special needs
students, even though they have basic needs that are not able to be fulfilled because of their
limitations. One program can help is self development. At the junior high school level, self
development program can be given is cooking. The method in this study was a case study
of qualitative research. Results of the research showed that implementation of self cooking
development program at SMP Negeri 4 Sidoarjo went well and in accordance with the theory.
Obstacles include students forgetting the pull out cooking schedule, uncertain mood of
students, and the schedule collided with school activities. Efforts to overcome obstacles are
reminding students and parents the day before, persuading students appropriate their character,
postponing the implementation or changing groups. Impacts include independence, fine motor
training, developing an entrepreneurial spirit, and understanding the use of money.
Keyword: Self-development;Cooking;Inclusive

Mudjito, dkk (2012) memaparkan bahwa anak di sekolah inklusif masih diperlukan kurikulum
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki tambahan (kurikulum khusus) yaitu kurikulum yang
karakteristik khusus baik secara fisik, mental,   atau berisi tentang materi maupun latihan yang menjadi
emosi dibandingkan dengan anak pada umumnya, kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang tidak ada
yang kemudian dikategorikan kedalam tunanetra, dalam kurikulum reguler.
tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autis,anak berbakat, Efendi (2006) menjelaskan bahwa anak
kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan anak- berkebutuhan khusus sebagaimana individu lainnya
anak dengan gangguan kesehatan. Salah satu bentuk mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi namun
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus kebutuhan tersebut sering kali gagal untuk dipenuhi
adalah pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah oleh anak berkebutuhan khusus karena keterbatasan
sistem pendidikan yang memberikan kesempatan bagi yang dimilikinya. Maka, sekolah yang menerima
abk untuk bersekolah bersama anak reguler sesuai anak berkebutuhan khusus hendaknya berupaya
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Namun pada menyediakan layanan pendidikan untuk melatih anak
kenyataannya, banyak sekolah inklusi yang cenderung bekrebutuhan khusus dapat mengoptimalkan diri untuk
hanya memperhatikan kemampuan akademik anak memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Salah
berkebutuhan khusus saja. Wahyuno,dkk (2014) satunya dengan penyelenggaraan program bina diri.
berpendapat bahwa sekolah inklusif selama ini Menurut Sudarsini (2017) program bina diri yaitu
hanya menggunakan kurikulum sekolah reguler yang program yang dilatihkan kepada anak berkebutuhan
dimodifikasi sesuai kemampuan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan karaketristiknya menyangkut
khusus, tidak ada kurikulum tambahan yang sesuai kebutuhan-kebutuhan hidup secara mandiri sehingga
dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus padahal bisa dijadikan bekal untuk beradaptasi di lingkungan

44
Lina Mei Wulandari,Sinta Yuni Susilawati,Usep Kustiawan, Pelaksanaan Program Bina Diri bagi Siswa . . . . . . . . . 45

masyarakat. Melalui pengadaan program bina diri Teknik pengumpulan data dalam peenlitian kualitatif
diharapkan siswa berkebutuhan khusus mendapatkan yaitu obserevasi, wawancara, dan dokumentasi.
bekal untuk mampu melaksanakan tugas sesuai Observasi yang digunakan untuk mengetahui
usia perkembangannya meskipun berada di sekolah kondisi lapangan yang diteliti, peneliti menggunakan
inklusi. Garnida (2016) menyebutkan pembelajaran observasi partisipatif dimana peneliti terlibat dengan
bina diri harus dilaksanakan dengan memperhatikan kegiatan sehrai-hari subjek yang sedang atau yang
prinsip-prinsip umum antara lain (a)berdasarkan hasil digunakan sebaagi sumber data penelitian. Wawancara
asesmen, (b) memperhatikan unsur keselamatan, yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
(c) memperhatikan unsur-unsur kehati-hatian, (d) wawancara mendalam (in-depth interview) dengan
mempertimbangkan kemandirian siswa berkebutuhan jenis wawancara semi terstruktur. Sedangkan
khusus, (e) meningkatkan kepercayaan diri siswa dokumentasi digunakan sebagai pelengkap dan
berkebutuhan khusus, (f) memperhatikan sosial dan pembuktian dari proses wawancara dan observasi yang
budaya tempat tinggal siswa, dan (g) disesuaikan diperoleh dari hasil pengumpulan data agar data dapat
dengan usia siswa. Program bina diri yang diterapkan dipercaya (akurat).
pada jenjang sekolah dasar tentu saja berebeda dengan Teknik analisis data yang digunakan adalah
kegiatan sekolah menengah pertama maupun menengah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/
atas. Pada tingkat SMP pengembangan bina diri tidak verifikasi. Sumber data pada penelitian kualitatif
hanya membelajarkan anak bagaimana cara makan diperoleh berdasarkan informan dan rekomendasi
saja tetapi cara mengolah makanan untuk dimakan informan sehingga diperoleh sumber data untuk
juga. Iswari (2007) menyebutkan kecakapan hidup diwawancarai, diobservasi, dan didokumentasikan.
dalam kehidupan sehari-hari bagi anak berkebutuhan Sumber data didapatkan dari hasil wawamcara dengan
khusus ditingkat SMP antara lain: (a) mengelola koordinator inklusi, waka sarana dan prasarana, tim
dan mengatur keuangan sendiri; (b) mengelola dan gpk, dan juga wali murid siswa berkebutuhan khusus
mengatur kebutuhan rumah tangga; (c) mengatur SMP Negeri 4 Sidoarjo.
kebutuhan sendiri; (d) kesadaran akan rasa aman; (e)
memasak dan menghidangkan makanan; (f) membeli
dan merawat pakaian; (g) menunjukkan sebagai warga HASIL DAN PEMBAHASAN
negara yang bertanggung jawab; dan (h) memahami
kehidupan di tengah masyarakat. Hasil
Berdasarkan studi pendahuluan pada februari Program bina diri memasak meruapakan
2018 di SMP Negeri 4 Sidoarjo, diketahui bahwa ada salah satu layanan pendidikan non akademik yang
pengadaan program bina diri bagi siswa berkebutuhan dilaksanakan bagi anak berkebutuhan khusus di SMP
khusus antara lain (a) mencuci dan menyetrika baju; Negeri 4 Sidoarjo. Pelaksanaan program bina diri
(b) menggosok gigi, merapikan baju dan rambut; memasak terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan,
(c) memasak; (d) menjahit; dan (3) berkebun. pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan program yang
Dari beberapa bina diri yang daiajarkan bagi anak ditetapkan melalui rapat koordinasi 1 dan II dengan
berkebutuhan khusus di SMP Negeri 4 Sidoarjo, mempertimbangkan kemampuan anak berkebutuhan
yang menarik untuk diteliti adalah pelaksanaan bina khusus, potensi guru pembimbing khusus, dan potensi
diri memasak. Lubis (2013) menjelaskan memasak sekolah inklusi. Setelah mendapat persetujuan,maka
merupakan proses pemberian panas terhadap bahan guru pembimbing khusus akan menyusun rancangan
mentah sampai menjadi mantang sehingga makanan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan
aman dimakan, memiliki rasa dan aroma yang sedap, pembelajaran memasak dibagi menjadi dua pertemuan.
dan memiliki kandungan gizi seimbang jika adanya Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran
kombinasi bahan makanan lain. Memasak merupakan penyampaian materi sedangkan pertemuan kedua
pembelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa yaitu praktik memasak. Evaluasi terdiri dari dua jenis
berkebutuhan khusus di SMP Negeri 4 Sidoarjo,hal yaitu evaluasi program dan evaluasi hasil belajar.
tersebut dibuktikan dari seringnya siswa bertanya
Kendala dalam proses pelaksanaan program
kepada GPK tentang kapan pelaksanaan memasak.
bina diri memasak antara lain siswa lupa jadwal pull
Pembelajaran memasak yang dilaksanakan memiliki
out, suasana hati yang tidak menentu, dan jadwal
banyak dampak positif bagi anak berkebutuhan khusus
pelaksanaan terbentur dengan kegiatan sekolah.
karena mencakup banyak ruang linkup bina diri
Kendala tersebut dapat teratasi dengan beberapa
antara lain menolong diri, komunikasi, sosialisasi dan
upaya yang dilakukan oleh GPK yang berkoordinasi
adaptasi, dan juga ketrampilan hidup sehari-hari.
dengan koordinator inklusi dan kepala sekolah yaitu:
(a) mengingatkan sehari sebelum pelaksanaan atau gpk
METODE menjemput satu persatu siswa berkebutuhan khusus
di kelas reguler; (b) membujuk dan memotivasi siswa
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan sesuai dengan karakter siswa berkebutuhan khusus;
pendekatan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. dan (c) pelaksanaan memasak diundur atau merubah
46 JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 5 NOMOR 1 JULI 2019: 44-49

jumlah kelompok. Dampak dari pelaksanaan program demonstrasi. Metode yang bervariasi digunakan sesuai
bina diri memasak yaitu kemandirian siswa untuk dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus agar
bisa memasak sendiri, meningkatkan kepercayaan mereka memahami materi yang disampaikan. Hal ini
diri, meningkatkan kerjasama antar siswa, melatih sesuai dengan pendapat Zain,dkk (2014) menjelaskan
kemampuan motorik, dan juga meningkatkan bahwa ketepatan penggunaan metode pembelajaran
pemahaman tentang penggunaan uang. yag sesuai dengan karakteristik peserta didik sanat
berpengaruh terhadap peningkatkan kemampuan
belajar peserta didik.
Pembahasan
Media yang digunakan adalah gambar dan
Pelaksanaan program bina diri memasak benda asli. Media digunakaan untuk mengenalkan
Proses pelaksanaan program bina diri di SMP alat,bahan, dan langkah-langkah memasak sederhana
Negeri 4 Sidoarjo memiliki tiga tahap. Tahap pertama materi memasak yang akan dipraktikkan. Penggunaan
yaitu perencanaan. Tahap perencanaan program bina media untuk menunjang kemudahan pemahanan anak
diri memasak bagi anak berkebutuhan khusus di berkebutuhan khusus terhadap pembelajaran memasak
SMP Negeri 4 Sidoarjo dilakukan dengan cara tim sehinga hasil belajar memuaskan. Hal ini sesuai
guru pembimbing khusus (GPK) menentukan dan dengan penelitian Sari,dkk (2014) menjelaskan bahwa
menyusun program bina diri memasak berdasarkan penggunaan media dapat memberikan pengaruh positif
kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan yaitu meningkatkan pemahaman terhadap materi yang
khusus yang diperoleh dari hasil identifikasi dan disampaikan sehingga hasil belajar siswa meningkat
assesmet yang telah dilakukan, potensi guru pembing juga.
khusus, dan juga potensi sekolah penyelenggara Pembelajaran bina diri memasak dilaksanakan
inklusi. Selanjutnya akan diadakan rapat koordinasi secara berkelompok heterogen dari kelas VII-IX yang
I antara tim gpk, koordinator inklusi, kepala sekolah, dibagi berdasarkan kemampuan siswa berkebutuhan
dan komiite sekolah. Rapat koordinasi II yang dihadiri khusus. Saat pelaksanaan, secara bersama-sama
kepala sekolah dan/koordinator inklusi, gpk, dan siswa berkebutuhan khusus dan gpk mempersiapkan
orangtua siswa berkebutuhan khusus, gpk memaparkan penunjang pembelajaran memasak dan setiap siswa
program bina diri memasak kepada orangtua siswa melaksanakan kegiatan memasak sesuai dengan tugas
berkebutuhan khusus. Setelah mendapat persetujuan yang telah dibagikan. Hal ini sesuai dengan pendapat
tim gpk akan menyusun rancangan pelaksanaan Sutirman (2014) model pembelajaran kooperatif
pembelajaran. Pernyataan diatas sesuai dengan merupakan rangkaian kegiatan belajar secara
penelitian Persada,dkk (2017) menjelaskan bahwa berkelompok dimana harus ada aturan dan pembagian
keterlibatan orangtua di sekolah anaknya tidak hanya tugas yang jelas untuk mencapai tujuan tertentu.
sekedar ikut memberikan partisipasi nominal, tetapi Program bina diri memasak dilaksanakan dalam
juga telah mampu merumuskan program dan kegiatan dua pertemuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama
tersebut dengan penuh tanggung jawab . dilaksanakan penyampaian materi resep masakan
Kurikulum program bina diri memasak yang yang akan dipraktekkan. Materi tersebut berisi tentang
digunakan merupakan kurikulum tambahan yang pengenalan bahan, pengenalan peralatan memasak,dan
berorientasi kecakapan hidup yang disesuaikan dengan juga penjelasan sederhana langkah-langkah memasak
kemampuan masing-masing siswa berkebutuhan sesuai dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
khusus dengan format K13 yang terdiir dari Guru pembimbing khusus juga memberikan tindak
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pendidikan lanjut untuk menulis resep masakan di buku tugas.
kecakapan hidup diberikan agar anak berkebutuhan Penyampaian materi dilakukan untuk memberikan
khusus dengan berani memenuhi kebutuhan hidupnya pengetahuan awal bagi siswa berkebutuhan khusus
secara mandiri ditengah ketebatasan yang dimilikinya. sehingga tidak kebingungan ketika praktik. Hal ini
Hal ini sesuai dengan pendapat Efendi (2009) bahwa sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2006) bahwa
pendidikan kecakapan hidup adalah kecakapanyang penyampaian materi jenis prosedur bertujuan agar
secara praktis diajarkan agar seseorang berani siswa dapat memahami komponen dan langkah-
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan langkah mengerjakan sesuatu secara berurutan sebelum
wajar tanpa merasa tertekan sehingga secara aktif dan dilaksanakan praktek.
proaktif menemukan solusi dan pada akhirnya mampu Pada pertemuan kedua yaitu pembelajaran
mengatasinya. praktek, siswa berkebutuhan khusus diajak untuk
Materi memasak bersumber dari internet atau berbelanja bahan masakan di pasar dengan cara
buku resep masakan yang disesuaikan dengan setiap siswa berkebutuhan khusus diberikan catatan
kemampuan siswa berkebutuhan khusus dan guru bahan yang akan dibeli. Tahap selanjutnya siswa dan
pembimbing khusus. Materi disampaikan dengan guru pembimbing khusus bersama-sama menyiapkan
metode yang bervariasi antara lain metode ceramah, peralatan memasak seperti kompor, wajan, pisau,
metode tanya jawab, metode penugasan, dan metode telenan,dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan
Lina Mei Wulandari,Sinta Yuni Susilawati,Usep Kustiawan, Pelaksanaan Program Bina Diri bagi Siswa . . . . . . . . . 47

memasak. Lalu mereka mencuci tangan, memakai belajar para siswa untuk mengetahui kelebihan dan
celemek, dan memakai sarung tangan. Sebelum kekurangannya dalam berbagai bidang studi yang
memasak, siswa diajak untuk mereview pengetahuan ditempuhnya sehingga dapat ditentukan tindak lanjut
tentang alat dan bahan yang telah diajarkan dengan cara untuk memperbaiki atau meningkatnya. Evaluasi hasil
mengidentifikasinya. Melalui proses mereview dengan belajar siswa dilakukan secara deskriptif dalam setiap
identifikasi diharapkan anak berusaha mengingat tahapan belajar.
kembali materi pembelajaran yang disampaikan
sebelumnya sehingga pemahamannya tentang materi
Kendala pelaksanaan program bina diri memasak
tersebut menguat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pelaksanaan program bina diri memasak bagi
Mansur (2015) bahwa dalam hukum belajar latihan
siswa berkebutuhan khusus tentu menemui kendala
(law of exercise), makin sering suatu materi diulang
apalagi dilaksanakan di sekolah inklusi dimana
maka akan semakin dikuasi materi tersebut.
lingkungannya mayoritas reguler. Kendala-kendala
Pada proses memasak, guru pembimbing khusus yang selama ini dihadapi adalah: a) siswa lupa adanya
memberikan tugas kepada masing-masing siswa sesuai jadwal pull out memasak, kendala ini biasanya
dengan kemampuannya. Setiap tugas yang diberikan, muncul ketika akan dilaksanakan praktek memasak
gpk akan mendemonstrasikan terlebih dahulu lalu yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB; b) suasana
diteruskan siswa secara mandiri namun tetap masih hati hati yang tidak menentu misalnya tiba-tiba tidak
ada arahan secara verbal maupun tindakan. Masakan mau terlibat, bercanda dengan teman,bahkan salah
yang sudah matang didinginkan lalu dikemas. Proses satu siswa autis jika sudah duduk sangat susah untuk
pembelajaran yang terakhir adalah berjualan yang bergerak; dan c) jadwal pelaksanaan terbentur dengan
dilaksanaan oleh siswa berkebutuhan khusus kepada kegiatan sekolah, program bina diri memasak yang
guru reguler. sudah dirancang terkadang dalam pelaksanaan akan
Sarana dan prasarana penunjang program bina diri terbentur kegiatan reguler sekolah seperti pulang pagi,
memasak yang disediakan sekolah cukup memadai. try out kelas 9, ataupun pensi.
Peralatan memasak yang dimiliki cukup lengkap
sehingga proses pembelajaran memasak berjalan Upaya mengatasi kendala pelaksanaan program bina
dengan baik. Hal ini sesuai dengan peneltian Fadhilah diri memasak
(2014) menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang Kendala-kendala yang terjadi dapat diatasi karena
memadai dan pemanfaatan yang tepat memberikan adanya kesadaran karena dan komitmen dari semua
dorongan terhadap aktivitas belajar yang dapat masyarakat sekolah untuk mendukung lingkungan
menghasilkan prestasi belajar sesuai dengan tujuan belajar yang inklusif. Upaya untuk mengatasi kendala
yang diharapkan. siswa lupa adanya jadwal pull out memasak khususnya
Evaluasi pelaksanaan programbina diri memasak ketika praktek memasak yang dimulai sejak pagi adalah
terdiri dari evaluasi program dan evaluasi hasil belajar. 1) mengingatkan kepada siswa yang bersangkutan dan
Proses evaluasi program bina diri memasak dilakukan mengirim pesan kepada wali murid sehari sebelumnya
melalui monitoring dan supervisi yang dilakukan oleh untuk mengingatkan anaknya bahwa ada pembelajaran
kepala sekolah dalam sebuah rapat dengan gpk dan memasak atau 2) guru pembimbing khusus akan
koordinator inklusi diketahui oleh wali murid setiap menjemput satu persatu siswa berkebutuhan khusus di
satu semester sekali dan satu tahun sekali. Widyoko kelas reguler.
(2014) menjelaskan evaluasi program pendidikan Selanjutnya upaya untuk mengatasi suasana
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk hati siswa berkebutuhan khusus yang tidak menentu
mengumpulkan,mendeskripsikan,menginterprestasi dengan cara membujuk siswa berkebutuhan khusus
kan, dan menyajikan informasi tentang pelaksanaan sesuai dengan karakteristiknya misalnya membujuk
program yang telah dilaksanakan untuk dapat dijadikan siswa tunagrahita dengan halus sedangkan untuk siswa
dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan autis sedikit lebih tegas. Selain itu siswa yang memang
maupun menyusun program selanjutnya. jarang terlibat memasak, guru pembimbing khusus
Sedangkan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan akan memberikan tugas untuk berjualan.
oleh guru pembimbing khusus melalui pengamatan Terkait jadwal pelaksanaan yang terbentur
dan tes lisan selama proses pembelajaran memasak kegiatan sekolah,guru pembimbing khusus atas
berlangsung. Evaluasi tersebut dilakukan agar sepengetahuan koordinator inklusi dan kepala sekolah
mengetahui perkembangan setiap anak berkebutuhan akan mengundur pelaksanaan program bina diri
khusus dalam pelaksanaan memasak, sehingga memasak atau juga dengan cara merubah jumlah
mengetahui kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan kelompok menjadi lebih sedikit, awalnya 4 kelompok
pendapat Sudjana (2013) bahwa tujuan evaluasi hasil menjadi 3 kelompok dimana anggotanya memiliki
belajar adalah untuk mendeskripsikan kecakapan kemampuan yang tidak jauh berbeda.
48 JURNAL ORTOPEDAGOGIA, VOLUME 5 NOMOR 1 JULI 2019: 44-49

Dampak pelaksanaan program bina diri memasak evaluasi yang terdiri dari evaluasi program dan evaluasi
Dampak dari kegiatan memasak yang pertama hasil belajar. Kendala yang selama ini dihadapi antara
adalah kemandirian, hal tersebut terbukti ketika lain: a) siswa lupa adanya jadwal pull out memasak;
ssiwa dapat memasak untuk diirnya atau membantu b) suasana hati siswa tidak menentu; dan c) jadwal
menyiapkan makanan untuk anggota keluarga lainnya pelaksanaan bina diri memasak terbentur kegiatan
di rumah. Bahkan siswa tertarik untuk mencoba materi sekolah. Upaya untuk mengatasi kendala antara lain:
memasak yang sudah diajarkan dipraktekkan di rumah. (a) mengingatkan siswa berkebutuhan khusus dan
Hal ini sesuai dengan penjelasan Mechling (2008) wali murid satu hari sebelum pembelajaran memasak
menjelaskan bahwa pengajaran ketrampilan fungisonal atau gpk menjemput satu persatu siswa berkebutuhan
seperti meamsak dapat meningkatkan kemandirian dan khusus di kelas reguler; (b) gpk membujuk siswa
peluang bagi orang berkebutuhan khusus. sesuai dengan karakteristiknya; dan (c) mengundur
Dampak kedua adalah mengembangakan jiwa pelaksanaan atau merubah jumlah kelompok. Dampak
kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan yang dimaksud yang ditimbulkan yaitu: kemandirian, melatih motorik
antara lain keberanian untuk mencoba dan berhadapan halus, mengembangkan jiwa kewirausahaan, dan
dengan orang lain, kreatif, selain itu program bina meningkatkan pemahaman mata uang.
diri yang dilaksanakn secara berkelompok dapat pula
mengembagkan kerjasama antar siswa berkebutuhan Saran
khusus untuk bersama-sama menyelesaikan tugas
memasak dengan penuh tanggung jawab. Hal ini Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran
sesuai dengan hasil peenlitian yang dilakukan Bhakti yang dikemukakan dalam penelitian ini antara lain
(2015) menjelaskan kegiatan cooking class dapat sebagai berikut: (1)Bagi Guru, Guru perlu meningkatkan
meningkatkan jiwa kewirausahaan antara lain: perhatian dan pengawasan kepada siswa berkebutuhan
kreativitas, keberanian, kerjasama, dan tanggung khusus saat peroses pelaksanaan dan juga hendaknya
jawab. penyampaian materi dilaksanakan tidak terlalu jauh
Aktivitas belanja bahan masakan di pasar dari praktek memasak. (2) Bagi lembaga, Sekolah
tradisional dan menjual hasil masakan dapat melatih penyelenggara inklusi dapat melakukan kerja sama
anak berkebutuhan khusus untuk belajar memahami dan dengan pihak kantin sekolah agar siswa berkebutuhan
menalar mata uang. . Dampak tersebut sesuai dengan khusus dapat menjual hasil masakannya.
pendapat Sulistiowati (2014) dalam penelitiannya
bahwa praktik jual beli pada anak tunagrahita dapat
DAFTAR RUJUKAN
meningkatkan kemampuan penalaran mata uang.
Kemampuan penalaran mata uang yang dimaksudkan Bhakti,Wida. (2015). Upaya Meningkatkan
yaitu mengenal (menyebutkan,menunjukkan, Entrepreneurship Anak Melalui Cooking Class
membedakan) mata uang baik kertas dan logam beserta Pada Kelompok B.Jurnal PG-PAUD Trunojoyo,
nominalnya, mampu untuk menghitung banyaknya 2(2),105-116 Retrieved From http://journal.
barang yang dibeli dengan uang yang harus dibayar, trunojoyo.ac.id/pgpaudtrunojoyo/article/
mampu untuk memberikan uang kembalian baik view/2607
dalam bentuk kertas dan logam. Kegiatan memasak Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun
juga dapat melatih motorik halus siswa berkebutuhan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas
khusus.hal tersebut sesuai dengan pendapat Efendi,M.(2006).Pengantar Psikopedagogik Anak
Muthoharoh (2012) yang menjelaskan motorik halus Berkelainan. Jakarta:Bumi Aksara
anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan memotong,
Fadhilah,N.I.(2014).Peranan Sarana Dan Prasarana
mengupas,membuat adonan dan mencetak pada kelas
Pendidikan Guna Menunjang Hasil Belajar Siswa
memasak.
Di SD Islam Al Syukro Universal.Skripsi tidak
diterbitkan.Jakarta:FITK UINSH
KESIMPULAN DAN SARAN Garnida,D.(2016). Modul Guru Pembelajar SLB
Tunagrahita Kelompok Kompetensi A. Jakarta:
Kesimpulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan;
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan Kependidikan; Taman Kanak-Kanak dan
bahwa pelaksanaan program bina diri memasak Pendidikan Luar Biasa. (Online), (http://tkplb.
dilaksanan melalui tahap: (a) perencanaan program yang kemendikbud.go.id),
disesuikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan
Iswari,Mega.(2017).Kecakapan Hidup Bagi Anak
khusus, potensi guru pembimbing khusus, dan potensi
Berkebutuhan Khusus.Jakarta: Departemen
sekolah penyelenggara; (b) program bina diri memasak
Pendidikan Nasional; Dirjen Pendidikan Tinggi;
yang dilaksanakan dalam dua pertemuan pembelajaran
Direktorat Ketenagakerjaan
yaitu penyampaian materi dan praktik memasak; dan (c)
Lina Mei Wulandari,Sinta Yuni Susilawati,Usep Kustiawan, Pelaksanaan Program Bina Diri bagi Siswa . . . . . . . . . 49

Lubis.Cidartaty.(2013).Boga Dasar 1: Bahan Ajar Sudarsini.(2017).Bina Diri Bina Gerak. Malang:


Sekolah Menengah Kejuruan Pelaksanaan Gunung Samudera
Tata Boga.Jakarta:Kemendikbud; Direktorat Sudjana,Nana.(2013).Dasar-Dasar Proses Belajar
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algesindo
Mansur,H.R.(2015). Menciptakan Pembelajaran Sulistiowati,Eni.(2014).Peningkatan Kemampuan
Efektif Melalui Apersepsi. Retrieved from LPMP Penalaran Mata Uang Siswa Tunagrahita Praktik
Sulsel: http://www. lpmpsulsel. net/v2/index. php. Jual Beli Pada Pembelajaran Siswa Vokasional
Mechling,L. C.(2008). High Tech Cooking: A Tata Boga Bagi Peserta Didik.Jurnal P3LB,1
Literarure Review Of Evolving Technologies For (2),112-119. Retrieved from http://journal2.um.ac.
Teaching a Functional Skill. Journal of education id/index.php/ jppplb/article/view/4310/2375
and training in developmental disabilities, 43 Sutirman.(2013). Media & model-model pembelajaran
(4), 474-485 Retreived From http://daddcec. inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
org/Portals/0/CEC/Autism_Disabilities/ Wahyuno, E. W. E., Ruminiati, R., & Sutrisno,S.(2014).
Research/Publications/Education_Training_ Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusif
Development_Disabilities/2008v43_Journals/ Tingkat Sekolah Dasar.  Jurnal Sekolah Dasar:
ETDD_200812v43n4p474-485_High_Tech_ Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, 23(1).77-
Cooking_A_Literature_Review_Evolving_ 84. Retreived from http://journal.um.ac.id/index.
Technologies.pdf php/jurnal-sekolah-dasar/article/view/6768
Mudjito, A. K., & Harizal, E. (2012). Pendidikan Widyoko,E.P.(2014).Evaluasi Program Pembelajaran.
Inklusif. Jakarta: Baduose Media Jakarta. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Muthohharoh,E.(2013).Upaya Meningkatkan Zain,A.R.,Ummah,U.S.,Huda,A.(2017). The Effect
Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan of Forward Chaining Method towards Self-
Memasak (Cooking Class) Pada Anak TK Plus Help Ability for Wearing Buttoned Clothe for
Tunas Bangsa Kelompok B kecamatan Sooko Students with Intellectual Disability in the Grade
Mojokerto.Jurnal Paud Teratai, 2(1): 1-16 VII. Jurnal P3LB 4(1): 131-135. Retreived from
Retrieved from http://jurnalmahasiswa.unesa. http://journal2.um.ac.id/index.php/jppplb/article/
ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/901 view/1882/1689
Persada,N.M.,Pramono,S.E.,Murwatiningsih.(2017).
Pelibatan Orangtua Pada Anak di SD Sains Islam
Al Farabi Sumber Cirebon.Journal of Educational
Management,6(2),100-108. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/
article/view/22774
Sari, N. W., & Samawi, A. (2014). Pengaruh
Penggunaan Media Animasi Terhadap Hasil
Belajar Ipa Siswa Slow Learner. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa, 1(2),
140-144. Jurnal P3LB,1 (2),112-119. Retrieved
from http://journal2.um.ac.id/index.php/jppplb/
article/view/4315/2380

Anda mungkin juga menyukai