Nanda Putri Duiyanti Stroke Non Hemoragik 1018031086
Nanda Putri Duiyanti Stroke Non Hemoragik 1018031086
OLEH :
1018031086
PSIK 3B
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
Stroke Non Hemoragik
a. Definisi
Stroke non hemoragik atau iskemik adalah hilangnnya fungsi secara tiba – tiba
akibat gangguan suplai darah ke otak.
Stroke non hemoragik adalah gangguan aliran darah akibat tersumbatnya aliran
pembuluh darah.
b. Etiologi
Trombosis serebral
Thrombosis terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis
otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
Hypercoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik.
A. Patofisiologi
Pada serangan otak iskemik, terjadi gangguan aliran darah otak akibat obstruksi
pembuluh darah. Gangguan aliran darah ini memicu serangkaian peristiwa
metabolik seluler yang kompleks yang disebut sebagai kaskade iskemik.
Kaskade iskemik dimulai saat aliran darah otak berkurang hingga kurang dari 25
mL per 100 g darah per menit. Neuron tidak lagi mampu mempertahankan
respirasi aerobik. Mitokondria kemudian harus beralih ke respirasi anaerobik,
yang menghasilkan asam laktat dalam jumlah besar, menyebabkan perubahan
pH. Peralihan ke respirasi anaerobik yang kurang efisien ini juga membuat
neuron tidak mampu memproduksi adenosin trifosfat (ATP) dalam jumlah yang
cukup untuk memicu proses depolarisasi. Pompa membran yang menjaga
keseimbangan elektrolit mulai gagal, dan sel-sel berhenti berfungsi.
B. Menifestasi klinis
Mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau tungkai, terutama di
satu sisi tubuh
Kebingungan atau perubahan status mental
Kesulitan berbicara atau memahami pidato
Gangguan visual
Kesulitan berjalan, pusing, atau kehilangan keseimbangan atau
koordinasi
Sakit kepala parah yang tiba-tiba
C. Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram (EKG)
CT angiografi
Magnetic resonance imaging (MRI)
Magnetic resonasi artrografi (MRA)
Computed tomography scanner (ST Scan)
D. Penatalaksanaan medis
Warfarin
Asfirin
Dipyridamole
Clopidogrel (Plavix)
Ticlopidine (Ticlid)
Asuhan Keperawatan
1. Wawancara
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Alsan masuk RS
d. PQRST
e. RPS
f. RPD
g. RPK
h. Riwayat psikosoial dan spiritual
i. Aktivitas sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan GCS
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital
c. Inspeksi adanya luka pada kepala, wajah, cephal hematom, racun
eye, perdarahan hidung telinga dan mulut
d. Pemeriksaan syaraf kranial N I-XII
e. Kaji system motorik (koordinasi dan gaya berjalan) pemeriksaan
system motorik terdiri dari pemeriksaan ukuran otot, kekuatan otot,
tonus otot, koordinasi, gaya berjalan dan skiap tubuh klien
f. Kaji refleks fisiologis lengan : refleks bisep dan trisep
g. Kaji refleks fisiologis kaki : refleks patella dan gastrocnemius
h. Kaji refleks fatologis : Babinski, kaku kuduk, Brudzinski I dan II,
lasep atau kerning.
3. Diagnosa keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif
b. Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot
4. Rencana keperawatan