Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang ditunjukkan


pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas kehidupan dan
disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan sebagai akibat
dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang
salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah
ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan
jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).
Keluarga merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan dan perawatan
langsung pada setiap anggota dalam keadaaan sehat maupun sakit. Keluarga
merupakan orang yang terdekat bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan.
Pada pasien gangguan jiwa, keluarga memiliki peran penting. Keluarga berperan
dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien dirumah. Keberhasilan
perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan oleh anggota keluarga
dirumah sehingga klien bisa kembali dirawat di rumah sakit. Faktor yang
menyebabkan klien mengalami kekambuhan adalah ketidaktahuan keluarga cara
penanganan klien di rumah.
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien
dirumah, pemenuhan kebutuhan fisik, seperti pangan, sandang, dan papan.
Keluarga berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan social, membantu
memberikan dan memantau klien saat minum obat, mempunyai sikap positif
untuk mencegah kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian gangguan jiwa ?
2. Bagaimana kesehatan jiwa dalam islam ?
3. Bagaimana gangguan jiwa dalam Al-Qur’an ?
4. Bagaimana aspek spiritual gangguan jiwa ?
5. Bagaimana hukum kepala keluarga gangguan jiwa dalam islam ?
6. Bagaimana motivasi pada pasien gangguan jiwa dalam islam ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan mampu
melakukan motivasi dan kekuatan pada pasien penderita
Gangguan Jiwa.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian gangguan jiwa
2. Mengetahui kesehatan jiwa dalam islam
3. Mengetahui gangguan jiwa dalam Al-Qur’an
4. Mengetahui aspek spiritual gangguan jiwa
5. Mengetahui hukum kepala keluarga gangguan jiwa dalam
islam
6. Mengetahui motivasi pada pasien gangguan jiwa dalam islam
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu menambah ilmu dan pengetahuan tentang cara untuk
menguatkan dan bisa memberi motivasi bagi pasien gangguan jiwa.

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian gangguan jiwa


Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan
kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi
psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun
konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013).
Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa merupakan pola
perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan
penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu
fungsi kehidupan manusia.
Menurut American Psychiatric Association atau APA
mendefinisikan gangguan jiwa pola perilaku/ sindrom, psikologis secara
klinik terjadi pada individu berkaitan dengan distres yang dialami,
misalnya gejala menyakitkan, ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi
lebih penting dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan, nyeri,
kehilangan kebebasan yang penting dan ketunadayaan (O’Brien, 2013).
Gangguan jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan
perilaku akibat distorsi emosi sehingga ditemukan tingkah laku dalam
ketidak wajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena semua fungsi kejiwaan
menurun (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).

2.2 Kesehatan Jiwa dalam pandangan islam


Konsep kesehatan mental (kesehatan jiwa) atau al-tibb al-ruhani
pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter
dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934).
Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan
untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit
antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani

3
untuk menjelaskan kesehatan spritual dan kesehatan psikologi.
Sedangkan untuk kesehatan mental dia kerap menggunakan istilah Tibb
al-Qalb. Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula
sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan
ketidakseimbangan.Ketidakseimbangn dalam tubuh dapat menyebabkan
demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan,
ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan,
kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan
kejiwaan lainnya (Ariadi, 2013)
Kesehatan mental (kesehatan jiwa) merupakan dua kata yang dialih
bahasakan dari istilah Mental Hygiene, yaitu suatu disiplin ilmu yang
membahas kesehatan mental atau kesehatan jiwa, yang dalam bahasa arab
disebut alSihhah al-Nafsiyah
Di dalam pandangan Islam, kesehatan mental atau kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik
(biologic), intelektual (rasio/cognitive), emosional (affective) dan spiritual
(agama) yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain. Islam sebagai agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhamad Saw
sangat sarat nilai dan bukan hanya mengenai satu segi, namun mengenai
berbagai segi dari kehidupan manusia, sebagaimana yang terkandung di
dalam al-Qur’an. Quraish Shihab menyebutkan bahwa Islam mempunyai
aturan-aturan atau syariat yang melindungi agama, jiwa, keturunan, akal,
jasmani dan harta benda. Tiga dari keenam hal tersebut yakni jiwa,
jasmani dan akal sangat berkaitan erat dengan kesehatan, oleh karena itu
ajaran Islam sangat sarat dengan tuntutan bagaimana memelihara
kesehatan (suhaimi, 2015).

2.3 Gangguan jiwa menurut Qur’an dan Hadist


Istilah yang digunakan dalam al-quran untuk menjelaskan
mengenai jiwa adalah Nafs, sebagai ruh yang menyatu dengan jasad

4
berfungsi mendorong manusia untuk bertingkah laku. Firman Allah dalam
surat Asy-Syams (91: 7-10).

 )10( ‫) َوقَ ْد َخ َاب َمنْ َد َّساهَا‬9( ‫) قَ ْد أَ ْفلَ َح َمنْ زَ َّكاهَا‬8( ‫) فَأَ ْل َه َم َها فُ ُجو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬7( ‫س َو َما َس َّواهَا‬
ٍ ‫َونَ ْف‬

 jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan jiwa,


kemudian memberikan kesempatan kepadanya untuk memilih jalan
kefasikan atau ketakwaan. Jiwa manusia memiliki sisi keburukan
(pengingkaran) dan kebaikan (ketakwaan). Jiwa mendorong manusia
untuk berbuat kebaikan atau kejahatan.

2.4 Aspek Spiritual


Menurut Ariadi, 2013 Manusia yang mengaku hamba Allah
pasti terbiasa melaksanakan ibadah-ibadah mahdhah. Namun, sejauh
mana ibadah itu dilakukan dan pengaruhnya terhadap jiwa? Kajian
berikut akan mengulas beberapa bentuk ibadah dan efeknya secara
psikis, yang kemudian dikenal dengan psikoterapi melalui amalan ibadah.
1. Sholat
Dalam hukum syara’ bahwa shalat akan sah jika
muslim telah menunaikan wudhu. Air suci dan
mensucikan menjadi media wajib untuk berwudhu.
Seperti diketahui, air memiliki sifat jernih, mengalir dan
menyegarkan. Sehingga dengan air kotoran-kotoran yang
menempel pada tubuh dapat dibersihkan dengan
sempurna. Secara maknawi, kotoran-kotoran baik secara
fisik maupun psikis luntur dan mengalir mengikuti aliran
air wudhu. Wudhu disebut juga sebagai salah satu bentuk
dari terapi air ( water of therapy). Terapi air merupakan
bentuk terapi dengan memanfaatkan air sebagai media

5
terapis. Selain dampak psikis, wudhu juga memiliki
pengaruh fisiologis, sebab dengan dibasuhnya bagian
tubuh sebanyak lima kali sehari, lebih-lebih ditambah,
maka akan membantu mengistirahatkan organ-organ
tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis. Secara
etimologi kata shalat berarti doa memohon kebaikan.
Sholat memiliki pengaruh yang sangat efektif untuk
mengobati rasa sedih dan gundah yang menghimpit
manusia. Saat sholat didirikan dengan menyempurnakan
wudhu, niat yang ikhlas, adab-adab seperti tuma’ninah (
tenang sejenak), gerakan tidak terlalu cepat, memahami
bacaan sholat maka akan mendatangkan kekhusukan dan
menjadi terapi tersendiri bagi jiwa. Dengan kata lain,
jiwa akan tenang jika shalat dilakukan sesuai dengan
tuntunan Rasulullah SAW. Melalui shalat, kepribadian
seseorang akan terbimbing dalam menyikapi berbagai
persoalan kehidupan. Tidak mudah putus asa bila
mengalami kegagalan.
2. Dzikir
Firman Allah swt surat ar-Ra’ad: 28.“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”
Alquran menjelaskan begitu penting melakukan
dzikrullah untuk menentramkan hati hamba-Nya yang
beriman. Rasulullah saw. pernah bersabda: “Tidaklah
suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan mereka
akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka mendapat
limpahan rahmat dan mencapai ketenangan. Dan Allah
swt akan mengingat mereka dari seseorang yang
diterima di sisi-Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
3. Membaca Al-Qur’an

6
Di beberapa tempat telah dibuka pusat-pusat
pengobatan ruhani atau pengobatan yang menggunakan
Alquran. Pengobatan tersebut biasa dikenal dengan istilah
ruqyah syar’iah. Namun, secara umum sebagian
masyarakat memandang ruqyah sebagai bentuk terapi atau
pengobatan alternatif guna membantu kesembuhan dari
penyakit yang disebabkan gangguan jin atau roh jahat di
dalam tubuh manusia. Paradigma tersebut keliru dalam
memahami Alquran sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Alquran adalah kalamullah yang suci, diturunkan
oleh Allah dengan sebagai petunjuk bagi manusia yang
membedakan antara hak dan bathil. Membaca Alquran
disertai mentadabburi setiap bacaan ayat dapat
membimbing jiwa agar ikhlas beramal dan tawadhu dalam
bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Alquran.
4. Puasa
Ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang
besar, di antaranya menguatkan kemauan dan
menumbuhkan kemampuan jiwa manusia dalam
mengontrol nafsu syahwatnya. Puasa merupakan sarana
latihan untuk menguasai dan mengontrol motivasi atau
dorongan emosi, serta menguatkan keinginan untuk
mengalahkan hawa nafsu dan syahwat. Rasulullah Saw
menganjurkan kepada para pemuda yang belum mampu
menikah untuk berpuasa agar dapat membantu mereka
mengontrol seksualnya. Selain itu, kesabaran menahan
rasa lapar dan dahaga membuat seseorang yang berpuasa
merasakan penderitaan orang lain yang serba kekurangan.
Sehingga muncul rasa kasih saying terhadap sesame dan
mendorong untuk membantu fakir miskin. Perasaan dan

7
sikap peka secara sosial di masyarakat inilah yang dapat
melahirkan rasa kedamaian dan kelapangan jiwa.

2.5 Hukum Kepala Keluarga Gangguan Jiwa Dalam Islam


Dalam pandangan agama sebagaimana yang diterangkan oleh
Rasulullah SAW, bahwa orang-orang yang terganggu jiwanya oleh
berbagai faktor atau keadaan sebagaimana yang diterangkan di atas
tidaklah disebut sebagai orang gila. Orang-orang semacam itu hanya
disebutkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang sakit atau yang
mendapat musibah dari Allah SWT. Dan secara hukum mereka termasuk
dalam kelompok yang dibebaskan dari melaksanakan kewajiban syariat
seperti sholat; puasa; zakat; haji dan lain sebagainya, kecuali pada suatu
ketika mereka telah sembuh dari kondisi gila tersebut. Atau dengan kata
lain; tidak ada dosa atas diri mereka jika melanggar perintah dan ketentuan
Allah SWT, sampai mereka sembuh dari penyakitnya.
Sesungguhnya Allah mewajibkan berbagai bentuk ibadah kepada
manusia jika memang ia berhak diberi beban kewajiban, yaitu ia harus
berakal yang bisa digunakan untuk mengetahui segala sesuatu. Sedangkan
orang yang tidak berakal tidak diberi kewajiban-kewajiban syar’i. Oleh
karena itu orang gila, anak kecil dan orang yang belum baligh tidak diberi
kewajiban syariat. Dan ini adalah rahmat Allah. Contoh lainnya adalah
orang yang akalnya tidak normal meski belum sampai pada tingkat gila,
atau orang tua yang sudah kehilangan ingatan maka tidak wajib atasnya
shalat dan puasa karena ingatannya telah hilang yang mana ia sama
kedudukannya seperti bayi yang tidak bisa membedakan. Maka terlepaslah
beban syariat darinya. Adapun kewajiban yang terkait dengan harta tetap
harus ditunaikan meskipun ia telah kehilangan ingatan. Zakat misalnya, ia
harus ditunaikan atas hartanya, maka orang yang mengurusnya harus
mengeluarkan zakatnya, karena kewajiban zakat itu kaitannya dengan
harta

2.6 Motivasi pada pasien gangguan jiwa menurut islam

8
Dasar dan tujuan memotivasi kesembuhan pasien Dapat dinyatakan bahwa
motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu
yang dihadapinya. Karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan
motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi
tertentudibandingkan dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi
yang sama. Bahkan seseoarang akan menunjukkan dorongan tertentu
dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan
pula.

Pengertian motivasi adalah “Daya pendorong yang mengakibatkan


seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan
kemampuan
dalam bentuk keahlian atau ketrampilan– tenaga dan waktunya untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya”.
Sebagai kahalifah dimuka bumi, tidak seperti makhluk lainnya,
manusia diberi Allah SWT kebebasan. Namun , dalam buku Escape From
Freedom, Erich Fromm menyatakan bahwa semakin manusia merasa
bebas, manusia semakin merasakan kesepian dan keterasingan.
Kebebasan menjadi kondisi negative yang ingin mereka hindari.
Untuk mengatasi kesepian dan keterasingan tersebut, manusia dapat
melakukan berbagai hal yang sehat. Manusia dapat bertindak otoriter,
menjadi sadistic atau masokhkhis. Selain itu, manusia juga dapat
berorientasi pada perbuatan konformitas yang membabi buta, yang
membuat seseorang menjadi diri yang semu (pseudo-self) yang hanya
melakukan sesuatu semata-mata berdasarkan harapan orang lain.
Demikian pula halnya dengan pengembangannya dan akumulasi
teori tentang motivasi. Artinya, makna semua usaha pengembangan dan
akumulasi tersebut terlihat pada aplikasinya dalam memperkaya kehidupan
berkarya manusia sebagai insane organisasional. Erich Fromm
menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan eksistensial.

9
Semula, fromm menyatakan bahwa terdapat lima kebutuhan eksistensial.
Kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk berhubungan (need for
relatedness), kebutuhan transedental (need for transcendence), kebutuhan
akan keterakaran (need for rootedness), kebutuhan akan identitas (need for
identity), kebutuhan akan kerangka orientasi (need for identity), Fromm
kemudian menambahkan kebutuhan keenam, yaitu kebutuhan akan
kegairahan dan rangsangan (need for excitation and stimuli) yang
membuat manusia bertindak kreatif dalam kehidupannya.

Namun Islam memandang bahwa untuk mengatasi keresahan


eksestensialnya, manusia harus kembali kepada Allah. Islam memandang
bahwa kebutuhan eksistensial manusia berakar kepada Allah dalam bentuk
keimanan kepada-Nya.
Ketika manusia kehilangan segala yang mendasari kehidupan
rasionalnya, baik secara fisik maupun psikologis, maka manusia akan
kembali pada Allah yang Maha Pencipta, Maha Pengasih Dan Maha
Penyayang, yang memberikan resep kehidupan sepanjang masa. Dalam
Al-qur’an dijelaskan bahwa keimanan kepada Allah merupakan dasar dari
segala sesuatu. Seperti dalam Q.S Al-Nahl ayat 53

Artinya : dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allahlah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya
kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
Iman kepada Allah merupakan hal utama dan terpenting bagi
keseimbangan spiritualnya. Hanya keimanan kepada Allah yang dapat
memberikan kedamaian dan ketenangan sejati yang penting dalam
kesehatan manusia. Al-qur’an juga menggambarkan, dalam berbagai ayat,
tentang kedamaian dan ketenangan yang didapat dari kepercayaan
terhadap Allah. Dengan demikian Al-qur’an memberi pedoman
pentingnya keimanan untuk mencapai kehidupan yang berkualitas.

10
Segala sesuatu untuk mencapai sebuah harapan seharusnya
memiliki sebuah dasar sebagai pedoman dan pegangan dalam proses
motivasi kesembuhan pasien. Dalam peran pendidikan agama Islam yaitu
Al-qur’an dan Al-hadits. Allah SWT berfirman dalam surat Al–Baqoroh
ayat 155-156:

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan


sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji'uun."
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa orang yang ditimpa musibah
sakit dianjurkan untuk bersabar. Berkaitan dengan bentuk pendidikan
agama Islam , orang sakit perlu dirawat secara intensif dan perlu
perawatan, orang yang menderita sakit agar lebih dekat kepada Allah SWT
dan bila sampai ajal menjemput atau meninggal dunia, semoga termasuk
golongan yang khusnul khotimah.
Pengertian sabar sebenarnya disertai dengan upaya untuk
melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan demikian orang
yang sakit harus melakukan upaya agar dirinya sehat kembali. oleh karena
itu agama Islam memberikan bimbingan kepada orang sakit agar berobat
diperbolehkan dan diwajibkan oleh agama, serta tidak bertentangan
dengan kewajiban untuk bersikap sabar dan tawakal. Dan juga disebutkan

11
dalam surat Yunus ayat 57 bahwa pendidikan agama Islam membantu
memotivasi dalam kesembuhan pasien.

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran


dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Dari ayat tersebut didalam terdapat pedoman–pedoman yang
berguna bagi manusia dan juga dalam agama Islam sangat menghargai
nilai kesehatan. Islam menghendaki kesehatan sebagai alat untuk berbakti
dan beribadah kepada Allah SWT,.
a. Menyadarkan penderita pasien agar pasien dapat memahami dan
menerima cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas
menerimanya.
b. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan
yang
sedang dideritanya.
c. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam
melaksanakan. kewajiban keagamaan harian yang dikerjakan
dalam batasan kemampuannya.
d. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman
tuntunan agama.
e. Menunjukkan perilaku dan bicara yang sesuai dengan kode etik
kedokteran dan tuntunan agama.
Pemberian doa kepada pasien sebagai wujud dari rasa simpati
beserta usaha untuk mendukung moral kepada pasien sangat dibutuhkan.
Doa kalau ditinjau dari segi kesehatan jiwa mengandung unsur psikoterapi
yang mendalam. Psikoreligius terapi ini tidak kalah pentingnya bila

12
dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena ia mengandung
tekanan spiritual yang membangkitkan kepercayaan diri (self confident)
dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi
penyembuhan penyakit disamping obat–obat dan tindakan medis yang
diberikan, Doa adalah obat yang sangat manjur bagi pasien yang sedang
menderita sakit. Jika seseorang sedang mengalami sakit tentu ia akan
merasakan seolah–olah merasakan dekat dengan sang kholiknya dan
mempunyai harapan bahwa dari Tuhan yang akan memberikan
kesembuhan dan pertolongan, bahkan bagi yang telah mempunyai stadium
lanjut kadang menunggu keajaiban dari Allah SWT.
Oleh karena itu setiap orang yang menderita sakit terutama apabila
dia memerlukan perawatan dari rumah sakit (rawat inap), selalu akan
timbul goncangan dalam jiwanya, baik pada dirinya maupun pada
keluarganya. Hal itu bisa dimaklumi dari keadaan mereka yang harus
meninggalkan kehangatan keluarganya dan berganti menghadapi penyakit
dengan pengharapan sembuh atau tidak, penyakitnya akan berlangsung
lama atau sebentar. Hal tersebut ditegaskan juga oleh H.M.Barien Isham
bahwa: “disamping pasien butuh perawatan dan pengobatan medis,
seorang pasien juga membutuhkan sentuhan rohani ,karena betapapun
ringan penyakit yang dideritanya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi
keadaan rohaninya“.
Berkaitan dengan perawatan tersebut dalam surat Al-balad 17

Artinya:
Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling
berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Dalam upaya dibidang kerohanian membantu penyembuhan pasien
ada beberapa teknik yang yang hampir sama dengan metode terapi
keagamaan yang ditonjolkan oleh pesantren.
a. Dengan Lisan

13
Dengan lisan ini di sampaikan dengan metode tatap muka face to face
kepada pasien, ini dilakukan dengan cara mendatangi pasien atau satu
persatu kekamar atau keruangan pasien dalam suasana yang tidak terlalau
formal dan penuh keakraban, karena penderita sangat heterogen, santunan
spiritual cara seperti ini sangat efektif , disamping itu penderita yang
dilarang berjalan dapat juga didatangi.

Kita sadar bahwa segala sesuatu didunia ini milik Allah SWT ,
begitu juga sakit atau kesusahannya juga. Dalam firman Allah Q.S. Asy
Syu’ara’ ayat 80.

Artinya:
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa bukan berarti Allah SWT
yang langsung memberikan obat pil atau suntikan, tetapi dengan
perantaraan orang ahli, maka SWT akan menyembuhkan Seperti dalam
Hadits Nabi SAW:
Berdoalah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak
mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali
penyakit tua. (H.R. Tirmidzi).
Selain berdo’a Allah SWT memberikan kepada hambanya untuk
memohon kepadaNya yang berkaitan dengan hajat hidupnya. Misal jika
dalam kesusahan atau dirundung sakit, maka ia memohon kepada Allah
SWT untuk kesembuhan penyakitnya. Hal ini diperintahkan oleh Allah
SWT. Dalam Q.S. Almu’minuun ayat 60 sebagai berikut :

Artinya: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka


berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.

14
Alah SWT memerintahkan kepada hambaNya untuk selalu
memohon do’a kepadaNya seperti didalam Qur’an Surat
Al-Mu’min: 60

Artinya :dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahanam
dalam Keadaan hina dina".
Dari isi kandungan ayat diatas mengandung tujuan
dalam pemberian do’a supaya:
1. Agar pasien yakin Allah SWT adalah penolong dari
segala kesulitan dan permasalahan.
2. Agar manusia sadar bahwa tidak ada manusia yang
bebas dari masalah dan kesulitan hidup.
3. Dapat memberikan rasa ketenangan kebahagiaan dan
optimesme dalam menjalani hidup
Oleh karena itu manusia harus beriktiar berusaha dan berdoa agar
dapat menghadapi masalah secara wajar dan mencegah masalah sesuai
dengan tuntunan Allah SWT. Ketika seseorang memanjatkan do’a, dia
akan merasakan ketenangan jiwa, ketentreman dan kebahagiaan. Dia juga
akan mengetahui bahwasanya ketika kenikmatan hidup di dunia terputus
darinya, maka kenikmatan itu akan ia temukan pada Allah SWT. Yang
pada gilirannya kekutan spiritual akan semakin bertambah, dan
keimanannya semakin kuat, sehingga jiwanya terbebas dari segala
penyakitjiwa yang hendak menyerangnya.
b. Dengan Tulisan
Yang dimaksud dengan tulisan disini adalah suatu proses bimbingan
rohani dengan menggunakan tulisan dan gambar–gambar yang
bernafaskan Islami, ayat ayat suci Al–qur’an, gambar orang berwudlu,
gambar orang melakukan sholat dan ungkapan hadits dan lain-lain yang

15
bertemakan kesehatan. Selain itu juga menerbitkan buku tuntunan agama
untuk orang sakit, menyelenggarakan perpustakaan yang dilengkapi
dengan buku-buku, yang bernafaskan Islami.
Buku tuntunan doa-doa keseharian bulletin Islami dan buku
tuntunan ibadah juga sangat membantu bagi pasien yang sedang menjalani
perawatan. Karena tidak semua mengetahui amalan–amalan apa yang yang
dapat ia lakukan selama ia sakit dan dalam perawatan. Maka dengan
diterbitkannya buku untuk tuntunan rohani ini sangat membantu pasien
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mengetahui.
disamping itu akan mebantu pasien untuk selalu ingat kepada Allah SWT
dan akan selalu sabar dalam mengahadapi cobaan yang diberikan Allah
SWT.
seperti firman Allah SWT Q.S Luqman Ayat 17 :

Artinya:Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)


mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
Dengan buku panduan ini para pasien yang tidak bisaberdoa akan
dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT. Seperti firman Allah SWT
Dalam Q.S Almu’min ayat 60:

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman:"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

16
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam
dalam Keadaan hina dina".
Buku ini didalamnya memuat doa doa yang biasa diamalkan setiap
hari yang erat hubungannya dengan kebutuhan pasien, petunjuk untuk
bertoharoh (bersuci) dan hukumnya berpuasa bagi orang sakit.

c. Dengan media audio visual


Melaksanakan bimbingan rohani Islam sebagai sentuhan spiritual dengan
cara memasang televisi dan player DVD (home theatre) di ruangan
perawatan dan ruang ruang lain yang strategis, sumber siarannya
disentralisir dengan materi antara lain, pelantunanya ayat-ayat suci Al–
qur’an dan terjemahannya, pengumandangan azan disetiap waktu sholat
tiba, ini dimaksudkan dalam bidang kerohanian mempunyai program
khusus berupa kajian atau ceramah kegamaan yang disiarkan disetiap
bangsal di rumah sakit agar kajian atau ceramah keagamaan tersebut dapat
didengar oleh para pasien sebagai dakwah harian yang ada di rumah sakit,
agar selalu ingat kepada Allah SWT, selalu bersabar dan ikhlas terhadap
semua cobaan yag diberikan oleh Allah SWT, serta selalu memohon
kepadaNya akan kesembuhan penyakit yang sedang dideritanyan, kerena
tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari Allah SWT, Seperti
firman Allah SWT Q.S Asy- syu’ara’ayat 80:

Artinya: Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.


Pada kesempatan ceramah keagamaan ini disampaikan oleh para
petugas tetapi tidak menutup kemungkinan para dokterpun juga ikut andil
bahkan para ustadz disekitar rumah sakitpun juga terlihat didalamnya yaitu
di masjid Nurul Iman yang ada didalam komplek rumah sakit Grhasia

17
Pakem. Karena mereka merasa terpanggil dengan firman Allah SWT.
Dalam QS,An- nahl ayat 125:

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.

18
BAB 3
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Jurnal 1
Judul : KOMETENSI PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
GANGGUAN JIWA
Penulis : Ah. Yusuf
Tahun : 2016
Jurnal : Ners Vol.11: 2 Oktober 2016
Hasil : Presepsi perawat tentang kompetensi perawat dalam merawata
pasien gangguan jiwa adalah melaksanakan asuhan keperawatan,
melaksanakan standart prosedur operasional (SOP) diruangan dan
melaksakan terapi modalitas perawatan jiwa. Dalam
mengaplisikasikan kompetensi sebagai perawat jiwa.

3.2 Jurnal 2

Judul : DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWTAAN DIRI


PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA

Penulis : Hermanto, Livana PH, Nanda Putra Pratama

Tahun : 2018

Jurnal : Kesehatan manarang

19
Hasil : Mayoritas responden berumur 41-50 tahun, berjenis kelamin laki-
laki berpendidikan SMA, mempunyai dukungan baik, melakukan perawatan
diri baik. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri
pasien

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca
indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita
(dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos
yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang
salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat
(Notosoedirjo, 2005).
4.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya


perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan

20
keperawatan jiwa serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses
keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2010. Agama, kesehatan dan keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Pokja, tim SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Pokja, tim SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Pokja, tim SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/334970082_Kesehatan_Mental_dalam_Pers
pektif_Islam
https://www.researchgate.net/publication/313531193_KESEHATAN_JIWA_MENURUT_P
ARADIGMA_ISLAM_KAJIAN_BERDASARKAN_Al_QURAN_DAN_HADIST
https://www.academia.edu/28063321/Pendidikan_Agama_Islam_Kesehatan_Jiwa_Dala
m_Perspektif_Islam?auto=download

21
22

Anda mungkin juga menyukai