Anda di halaman 1dari 22

Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam APBN

Oleh:

Dungtji Munawar

Widyaiswara Utama BDK Cimahi

Abstrak
Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga
yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Belanja subsidi
terdiri dari subsidi energi (subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV serta subsidi listrik)
dan subsidi nonenergi (subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi PSO, subsidi
bunga kredit program, dan subsidi pajak/DTP).

Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah selalu menimbulkan pendapat pro dan
kontra. Ada kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu tidak sehat sehingga berapapun
besarnya, subsidi harus dihapuskan dari APBN. Sementara pihak lain berpendapat bahwa
subsidi masih diperlukan untuk mengatasi masalah kegagalan pasar.

Pelaksanaan subsidi perlu pengubahan pola subsidi sesuai dengan kondisi.


Misalkan, pengalihan subsidi secara bertahap dari subsidi harga yang kurang efektif dan
tidak tepat sasaran kepada subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat kurang
mampu (targeted subsidy).

Walaupun penyediaan anggaran subsidi oleh Pemerintah dalam beberapa tahun


terakhir ini jumlahnya mengalami peningkatan yang cukup besar, penyediaan anggaran
subsidi tersebut harus tetap memperhatikan kemampuan keuangan negara.

Dungtji Munawar@2013| Memahami Pengertian dan Kebijakan Subsidi dalam APBN 1


Pendahuluan
Wacana pembahasan subsidi dalam kebijakan publik yang dilakukan pemerintah
Indonesia seringkali menciptakan pro-kontra dalam tahap penyusunannya ataupun
pembahasannya. Hal ini terjadi pula di seluruh negara yang masih menerapkan kebijakan
subsidi. Malah tidak jarang kebijakan subsidi sering berdampak meningkatnya suhu politik
pemerintahan. Apalagi kebijakan subsidi tersebut pada umumnya akan berdampak pada
berbagai aspek kehidupan sebagian besar masyarakat. Pada umumnya pergolakan di
negeri mereka akibat wacana untuk pengurangan ataupun penghapusan subsidi.

Ambil contoh saja, kasus subsidi BBM yang sering menjadi pemicu berbagai
demontrasi masyarakat di Indonesia. Subsidi BBM adalah jenis subsidi energi yang
berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Subsidi BBM jelas
berbeda dengan kasus subsidi lain (subsidi non BBM). Sebagai ilustrasi untuk subsidi
pupuk, pihak pemerintah mengeluarkan anggaran yang dibayarkan kepada industri pupuk
dalam bentuk insentif. Misalnya seperti menjual gas alam (LNG, bahan baku utama
pembuatan urea) dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, memberikan potongan
harga untuk pasokan energi (listrik dan BBM), dan bentuk insentif lainnya yang dapat
menurunkan harga pokok. Tulisan ini akan membahas subsidi dimulai dari pengertian,
konsepsi kebijakan dan arah kebijakan subsidi yang dituangkan dalam RAPB 2014.

Pengertian Subsidi
Arti kata subsidi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bantuan uang dan
sebagainya kepada yayasan, perkumpulan, dan sebagainya (biasanya dari pihak
pemerintah). Menurut Milton H. Spencer dan Orley M. Amos, Jr. dalam
bukunyaContemporary Economics Edisi ke-8 halaman 464 sebagaimana dikutip oleh Rudi
Handoko dan dan Pandu Patriadi menulis bahwa subsidi adalah pembayaran yang
dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan
tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk
dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah. Secara ekonomi,
tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah keluaran (output).

Selanjutnya, menurut Suparmoko, subsidi (transfer) adalah salah satu bentuk


pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah
pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan pendapatan riil
apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah
dengan harga jual yang rendah. Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu subsidi

Dungtji Munawar@2013| Pendahuluan 2


dalam bentuk uang (cash transfer) dan subsidi dalam bentuk barang atau subsidi innatura
(in kind subsidy).

Pengertian tentang subsidi ini dapat pula ditemukan dalam tulisan Erwan dalam
blognya (Erwan, 2010) yang menjelaskan lebih jauh tentang subsidibahwa subsidi adalah
suatu pemberian (kontribusi) dalam bentuk uang atau finansial yang diberikan oleh
pemerintah atau suatu badan umum (public body). Kontribusi pemerintah tersebut dapat
berupa antara lain:

a. penyerahan dana secara langsung seperti hibah, pinjaman, dan penyertaan,


pemindahan dana atau jaminan langsung atas hutang;
b. hilangnya pendapatan pemerintah atau pembebasan fiskal (seperti keringanan
pajak); penyediaan barang atau jasa diluar prasarana umum atau pembelian barang;
c. pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau memberikan
otorisasi kepada suatu badan swasta untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam
hal penyediaan dana.
d. Disamping hal tersebut, semua bentuk income dan price support juga merupakan
subsidi apabila bantuan tersebut menimbulkan suatu keuntungan.

Pengertian dari subsidi juga dapat diterapkan dalam bidang perdagangan


internasional yaitu setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan, industri, eksportir atau setiap bentuk
dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak
langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke negara yang
berkembang (Erwan, 2010).

Menurut Wikipedia, mengutip tulisan Michael P Todaro, subsidi (juga disebut


subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau
sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau
distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya
karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau
hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi
upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor; subsidi di beberapa
bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan
subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada
produksi pangan.(Todaro, 2009)

Subsidi juga dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang
perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap
barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi

Dungtji Munawar@2013| Pengertian Subsidi 3


yang besar.Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan,
namun istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain,
seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah (http://id.wikipedia.org/wiki/Subsidi).

Adapun menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2014, subsidi merupakan alokasi
anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yangmemproduksi, menjual barang
dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga
jualnya dapat dijangkau masyarakat.

Dengan demikian, subsidi merupakan upaya pemerintah melalui penyaluran


anggaran kepada produsen barang dan jasa dalam rangka pelayanan publik sehingga
masyarakat dapat memenuhi hajat hidupnya dengan harga beli yang lebih terjangkau atas
barang dan jasa publik yang disubsidi tersebut. Jadi bisa disimpulkan bahwa subsidi
adalahbantuanpemerintahdalam bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan
kepadaprodusendankonsumensuatu bisnis atau sektor ekonomiatas barang/jasa tertentu.

Pendekatan dalam Perhitungan Subsidi

Menurut pandangan Leo Kusuma dalam tulisannya di


http://leo4kusuma.blogspot.com,pengertian subsidi ditinjau dalam ilmu ekonomi terdapat dua
pendekatan yang berbeda sehingga sering menimbulkan kontroversi. Dua pendekatan
tersebut menghasilkan dua definisi yang berbeda dan berlawanan. Sejatinya memang tidak
ada yang salah dari keduanya secara definitif, tetapi tidak akan bisa bertemu dalam satu
kesamaan pandang. Keduanya diakui dan disebutkan dalam buku-buku ilmu ekonomi.
Pendekatan pertama mengatakan bahwa subsidi tidak perlu mengeluarkan biaya atau
disebut pendekatan profit loss. Sedangkan pendekatan kedua mengatakan subsidi perlu
mengeluarkan biaya atau menggunakan pendekatan cost loss. Pendekatan profit loss
diterapkan dalam lingkup mikroekonomi. Sedangkan pendekatan cost loss digunakan untuk
kebijakan ekonomi. Titik temu di antara kedua pendekatan tersebut sebenarnya hanya
terletak pada sasarannya, yaitu harga (price equilibrium).

Pada pendekatan profit loss istilah subsidi ditemukan pada penghitungan biaya
pokok dan umumnya digunakan dalam lingkup mikroekonomi. Sebagaimana dimaklumi,
tujuan organisasi dalam melakukan produksi adalah untuk memperoleh keuntungan dari
selisih antara harga pokok dan harga jual. Harga pokok adalah harga yang diperoleh dari
komponen-komponen biaya dengan menggunakan metode perhitungan tertentu. Harga jual
adalah besarnya harga pokok ditambah besarnya laba atau keuntungan yang dikehendaki.

Dungtji Munawar@2013| Pengertian Subsidi 4


Harga jual biasanya ditentukan pula berdasarkan pertimbangan ekonomi, seperti harga
persaingan atau harga pasar dan besarnya nilai manfaat atas produk. Dengan demikian,
pengertian subsidi berdasarkan pendekatan profit loss merupakan kebijakan atas penentuan
harga jual yang besarnya sama dengan harga pokok.

Dengan demikian, dalam pendekatan profit lossini seperti dijelaskan di atas, pihak
produsen tidak mendapatkan keuntungan, tetapi tidak pula mengalami kerugian. Produsen
dikatakan rugi apabila harga yang dijual di bawah harga pokoknya. Penghitungan harga
pokok sudah memperhitungkan keseluruhan ongkos produksi yang dibayarkan oleh pihak
konsumen. Sebagai ilustrasi, apabila Pertamina(yang ditunjuk pemerintah) memproduksi
bensin premium dengan harga pokok sebesar Rp 6.500 per liter. Tentu saja, harga pokok
tersebut sudah memperhitungkan pula biaya distribusi dan sebagainya. Jika
Pertaminakemudian menjual bensin premium dengan harga jual sebesar Rp 6.500 per liter,
maka disebutkan Pertamina menjual dengan memberikan subsidi atas produknya. Jika
harga pasar untuk bensin premium sejenis sebesar Rp 9.900 per liter, maka seharusnya
Pertamina akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 3.400 per liter bensin premium. Ini
berarti apabila bensin premium tersebut dijual sebesar harga pokoknya, maka Pertamina
memberikan subsidi sebesar Rp 3.400 per liter bensin premium yang dijual.

Berbeda halnya apabila Pertamina tadi kemudian menjual bensin premium di bawah
harga pokoknya. Pertamina sebagai produsen bensin premium tadi tidak bisa disebut
memberikan subsidi, melainkan telah mengalami kerugian. Besarnya kerugian yang
ditanggung oleh Pertamina adalah selisih antara besarnya harga pokok dan harga jual di
mana harga jualnya di bawah atau lebih rendah daripada harga pokok. Sekali lagi, harga
yang dijual di mana produsen mengalami kerugian tidak bisa dikatakan bahwa produsen
memberikan subsidi, melainkan produsen mengalami kerugian dalam penjualan.

Selanjutnya Leo Kusuma menjelaskan, bahwa pengertian subsidi dalam pendekatan


kebijakan pemerintah memiliki perspektif yang berbeda dengan definisi menurut ilmu
ekonomi. Sasarannya masih sama, yaitu harga. Dalam hal ini, kebijakan subsidi bertujuan
untuk menekan harga penjualan di bawah harga yang umumnya berlaku. Harga jual bisa
memiliki dua pengertian, yaitu harga jual yang ditetapkan oleh produsen atau harga jual
yang mengikuti harga pasar (market price). Harga jual dalam arti ditetapkan atau ditentukan
oleh produsen merupakan harga pokok ditambahkan besarnya keuntungan yang
dikehendaki. Besarnya subsidi bisa jadi menggantikan tambahan keuntungan atau
tambahan keuntungan ditambah beberapa ongkos produksi yang terhitung pada harga
pokok. Ilustrasi tersebut merupakan mekanisme subsidi harga dalam APBN yang
digambarkan Leo Kusuma seperti dilihat pada gambar di bawah ini.

Dungtji Munawar@2013| Pengertian Subsidi 5


Mekanisme subsidi harga dalam APBN (Leo Kusuma, 2012)

Berdasarkan mekanisme subsidi harga tersebut di atas, harga normal yang


ditetapkan oleh produsen (misalnya Pertamina dalam hal bensin premium) sebesar Pm
(misalnya = Rp 9.900 per liter bensin premium) atau disebut juga harga pasar. Pertamina
mendapatkan untung (laba) sebesar Rp3.400 apabila menjual di antara harga Po hingga
Pm. Dalam contoh ini apabila Po (harga pokok Pertamina) sebesar Rp 6.500. Dimana
untung (laba) dihitung dari Pm– Po= Rp9.900 – Rp6.500 = Rp3.400. Dengan adanya
kebijakan subsidi, pihak pemerintah membayar kepada pihak Pertamina sebesar rentang
harga Ps. Dengan demikian, besarnya subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah sebesar
keuntungan/laba(dalam contoh ilustrasi di atas yaitu Rp3.400 per liter bensin premium) atau
sebesar keuntungan ditambahkan sebagian besarnya harga pokok apabila penetapan harga
jual bensin premium ditetapkan pemerintah lebih rendah dari harga pokok Pertamina.Dalam
kasus kedua tentu saja besarnya subsidi yang harus ditanggung pemerintah menjadi lebih
besar. Misalnya, apabila pemerintah menetapkan harga jual bensin premium Rp4.500 per
liter, maka besarnya subsidi yang dibayarkan pemerintah sebesar Rp 5.400 per liter bensin
premium. Hal ini didasarkan pada perhitungan harga pasar (Pm) – harga jual = Rp9.900 –
Rp4.500 = Rp5.400.

Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar


Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena itu ia sering juga
disebut pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan

Dungtji Munawar@2013| Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar 6


pasarberbalikan dengan pengaruh pajak. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan
sesuatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan
adanya subsidi, biaya produksi suatu barang atau jasa menjadi lebih rendah sehingga
produsen bersedia menjual produknya lebih murah.

Dalamrangka menganalisa dan memecahkan masalah-masalah ekonomi, fungsi


linear sangat lazim diterapkan dalam ilmu ekonomi. Fungsi linier adalah suatu fungsi yang
sangat sering digunakan oleh para ahli ekonomi dan bisnis. Hal ini dikarenakan bahwa
kebanyakan masalah ekonomi dan bisnis dapat disederhanakan atau diterjemahkan ke
dalam model yang berbentuk linier. Dua variable ekonomi maupun lebih yang saling
berhubungan acapkali diterjemahkan kedalam bentuk sebuah persamaan linear. Dengan
menerapkan persamaan linear, pengaruh subsidi terhadap keseimbangan pasar dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Adanya subsidi yang diberikan pemerintah atas penjualan suatu barang atau jasa
akan menyebabkan produsen menurunkan harga jual barang atau jasa tersebut sebesar
subsidi per unit (s), sehingga fungsi penawarannya akan berubah yang pada akhirnya
keseimbangan pasar akan berubah pula. Fungsi penawaran dapat digambarkan dalam
kurva sebagai berikut:

P
15

Q s Tanpa subsidi
Q ' s Setelah diberi subsidi
E
7 E'
6
3 Qd
1,5
0 8 9 15 Q

Dari ilustrasi di atas, apabila tidak diberikan subsidi, keseimbangan pasar terjadi di
titik E yaitu pada penawaran 8 unit dengan harga 7. Setelah diberikan subsidi (s) sebesar
1,5, maka kurvanya bergeser turun. Dengan subsidi, harga jual yang ditawarkan oleh
produsen menjadi lebih murah, persamaan penawaran berubah dan titik keseimbangan
pasar bergeser ke titik E’ yaitu pada penawaran dengan jumlah 9 unit dan harga 6. Jadi
harga barang atau jasa menjadi lebih murah dan jumlah produksi barang atau jasa bisa
bertambah.

Dungtji Munawar@2013| Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar 7


Berdasarkan ilustrasi di atas, besarnya bagian dari subsidi yang diterima secara
tidak langsung oleh konsumen (sk) adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa subsidi
(Pe) dan harga keseimbangan dengan subsidi (P’e). Dalam contoh kasus diatas,
sk = Pe - P'e maka sk= 7 – 6 = 1.

Sedangkan bagian subsidi yang dinikmati produsen, dalam contoh kasus di atas,
sp = s - sk maka sp = 1,5 – 1 = 0,5.

Adapun jumlah subsidi yang harus dibayarkan oleh pemerintah, dalam hal ini
besarnya jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah subsidi (Q’e) dengan besarnya subsidi per
unit barang (s) yang besarnya 1,5. Dalam contoh kasus diatas, S = Q'e ´s maka S = 9 x

1,5 = 13,5.

Manfaat dan Dampak Negatif Pelaksanaan Subsidi

Manfaat Subsidi

Kebijakan pemberian subsidi biasanya dikaitkan kepada barang dan jasa yang
memiliki positif eksternalitas dengan tujuan agar untuk menambah output dan lebih banyak
sumber daya yang dialokasikan ke barang dan jasa tersebut. Dalam ini meliputi pula bidang
pendidikan dan teknologi tinggi.

Secara umum pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, dirasakan


manfaatnya oleh masyarakat konsumen maupun produsen antara lain:

(1) Membantu peningkatan kualitas ekonomi;


(2) Membantu golongan yang berpendapatan rendah dalam hal pemenuhan kebutuhan
ekonomi;
(3) Mencegah terjadinya kebangkrutan bagi pelaku usaha.

Dampak negatif dari Subsidi

Namun, pelaksanaan subsidi juga punya dampak negatif antara lain:

(1) Subsidi menciptakan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Karena konsumen
membayar barang dan jasa pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar
maka ada kecenderungan konsumen tidak hemat dalam mengkonsumsi barang yang
disubsidi. Karena harga yang disubsidi lebih rendah daripada biaya kesempatan
(opportunity cost) maka terjadi pemborosan dalam penggunaan sumber daya untuk
memproduksi barang yang disubsidi.
Dungtji Munawar@2013| Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar 8
(2) Subsidi menyebabkan distorsi harga.
Menurut Basri, subsidi yang tidak transparan dan tidak well-targeted akan
mengakibatkan:
a. Subsidi besar yang digunakan untuk program populis cenderung
menciptakan distorsi baru dalam perekonomian
b. Subsidi menciptakan suatu inefisiensi
c. Subsidi tidak dinikmati oleh mereka yang berhak (Basri, 2002)
(3) Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar.
(4) Mematikan para pesaing, dalam arti pihak swasta yang dirugikan.

Konsep Subsidi dalam APBN


Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada konsumen atau
produsen agar barang dan jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah dan jumlah yang
dibeli masyarakat lebih banyak. Subsidi (government transfer payment) merupakan alat
kebijakan pemerintah untuk redistribusi dan stabilisasi. Menurut Nota Keuangan dan RAPBN
2014, subsidi adalah salah satu mekanisme dalam RAPBN2014 yang digunakan untuk
melaksanakan fungsi distribusi. Penerapan fungsi distribusi Pemerintah dalam RAPBN 2014
dijalankan dalam kaitannya dengan upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, subsidi yang dibayarkan oleh Pemerintah dalam membuat suatu barang/jasa
menjadi lebih murah untuk dibeli, digunakan, atau dihasilkan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Subsidi tetap diberikan untuk membantu menstabilkan harga barang dan jasa yang
berdampak luas ke masyarakat. Pelaksanaannya diupayakan untuk mempertajam sasaran
subsidi agar lebih terarah dan menyentuh kehidupan masyarakat miskin. Namun, tetap
memperhitungkan sisi efisiensi dan kemampuan keuangan negara.

Arah Kebijakan Subsidi


Selama ini, kebijakan subsidi bertujuan untuk menjaga stabilitas harga barang dan
jasa, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan
produksi pertanian, serta insentif bagi dunia usaha dan masyarakat.

Pada tahun anggaran 2013, kebijakan subsidi diarahkan melalui :

ü Kebijakan subsidi yang efisien dengan penerima subsidi yang tepat sasaran, yaitu
melalui pengendalian besaran subsidi energi dan subsidi non‐energi;
ü Menyediakan tambahan anggaran untuk antisipasi subsidi tepat sasaran;

Dungtji Munawar@2013| Konsep Subsidi dalam APBN 9


Arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 akan
difokuskan antara lain pada upaya untuk menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat
sasaran. Adapun pelaksanaannya melalui Redesign subsidi dengan penyediaan berbagai
jenis subsidi yaitu melalui :

ü Subsidi harga barang-barang kebutuhan pokok barang/jasa tertentu (price


subsidies), dengan target dicapainya subsidi tepat sasaran;
ü Subsidi langsung ke objek sasaran dan/atau tertutup sesuai dengan target sasaran
(targeted subsidies).;

Implementasi kebijakan subsidi yang ditempuh oleh pemerintah ini perlu didukung
dengan pendataan penduduk dan statistik pelaporan yang lebih baik. Pemerintah Daerah
juga diharapkan dapat membantu mengawasi pelaksanaan pemberian subsidi agar tepat
sasaran dan meminimalkan kebocoran.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut dari belanja subsidi sebagaimana dijelaskan dalam
Nota Keuangan dan RAPBN 2014. Belanja subsidi ditujukan untuk menjaga stabilitas harga
barang dan jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat
berpendapatan rendah, meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi
dunia usaha dan masyarakat.

Belanja subsidi dialokasikan dalam rangka meringankan beban masyarakat untuk


memperolehkebutuhan dasarnya, dan sekaligus untuk menjaga agar produsen mampu
menghasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan
harga yang terjangkau.

Pemberian subsidi juga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di
dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah,
meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan
masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat
tersedia dalam jumlah yangmencukupi, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi belanja subsidi yang lebih tepat sasaran
menuju pencapaian belanja yang berkualitas, maka arah kebijakan subsidi dalam tahun
2014 mencakup antara lain:

1. peningkatan efisiensi subsidi energi serta ketepatan target sasaran dalam rangka
peningkatan kualitas belanja;
2. pengendalian konsumsi BBM bersubsidi;
3. penyaluran subsidi nonenergi secara lebih efisien; dan

Dungtji Munawar@2013| Arah Kebijakan Subsidi 10


4. penajaman penetapan sasaran dan penyaluran dengan memanfaatkan data
kependudukan yang lebih valid.

Adapun arah kebijakan subsidi dalam periode jangka menengah (2015—2017),


kebijakan belanja pemerintah pusat akan disusun dengan mengacu pada rencana
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN 2015—2019). RPJMN 2015—2019
yang merupakan tahapan ketiga dari rencana pembangunan jangka panjang nasional
(RPJPN) 2005—2025, juga akan disusun dengan mengacu pada visi dan misi Presiden
terpilih pada Pemilu 2014 mendatang.

Secara umum, salah satu kebijakan belanja pemerintah pusat dalam periode 2015—
2017 khususnya di bidang belanja subsidi adalah melanjutkan kebijakan subsidi yang efisien
dengan penerima subsidi yang tepat sasaran.

Kebijakan belanja subsididalam periode 2015—2017, berdasarkan Nota Keuangan


dan RAPBN 2014 adalah sebagai berikut.

(1) menata ulangkebijakan subsidi agar makin adil dan tepat sasaran;
(2) menyusun sistem seleksi yang ketatdalam menentukan sasaran penerima
subsidi;
(3) menggunakan metode perhitungan subsidiyang didukung basis data yang
transparan;
(4) menata ulang sistem penyaluran subsidi agar lebih akuntabel;
(5) mengendalikan anggaran subsidi BBM jenis tertentu, LPG tabung 3 kgdan
LGV, serta subsidi listrik melalui pengendalian volume konsumsi BBM
bersubsidi; dan peningkatan penggunaan energi alternatif seperti gas, panas
bumi, bahan bakar nabati(biofuel), dan batubara untuk pembangkit listrik
(sebagai pengganti BBM).

Jenis Subsidi

Dalam APBN, belanja subsidi terdiri dari subsidi energi dan subsidi nonenergi yang
masing-masing terdiri dari:

A. Subsidi Energi:

1.SubsidiBahan Bakar Minyak (BBM);

2. Subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN);

Dungtji Munawar@2013| Jenis Subsidi 11


3. LPG tabung 3 kg;

4. dan LGV, serta

5.Subsidi Listrik.

B. SubsidiNon-Energi:

1.Subsidi Pertanian terdiri dari : Subsidi Pangan, Subsidi Benih, dan Subsidi Pupuk;

2.Subsidi Bunga Kredit Program;

3.Public Service Obligation (PSO);

4.SubsidiPajak/DTP;

5.SubsidiLainnya.

A. Subsidi Energi
Subsidi energi adalah alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga
yangmenyediakan dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar nabati
(BBN), liquefied petroleum gas (LPG) tabung 3 kilogram, dan liquefied gas for vehicle (LGV)
serta tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.

Kebijakan Subsidi BBM


Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 dijelaskan bahwa subsidi BBM, BBN,
LPG tabung 3 kg dan LGV diberikan dalam rangka mengendalikan harga jualBBM, BBN,
LPG tabung 3 kg dan LGV bersubsidi, sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat,
sehingga dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat, terutama yang berpenghasilan
rendah. Hal ini disebabkan harga pasar (keekonomian) BBM sangat dipengaruhi oleh
perkembangan berbagai faktor eksternal, antara lain harga minyak mentah di pasar dunia,
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat ini, subsidi BBM hanya
diberikan pada beberapa jenis BBM tertentu (minyak tanah/kerosene, minyak solar/gas oil,
dan premium). Selain itu, Pemerintah juga memberikan subsidi untuk LPG tabung 3 kg dan
LGV serta biofuel dalam rangka mendorong pemanfaatan energi nonfosil.

Konsep Subsidi BBM

1. Subsidi BBM adalah selisih harga BBM yang ditetapkan oleh Peraturan Presiden
(harga eceran) dengan harga patokan BBM.

Dungtji Munawar@2013| Subsidi Energi 12


2. Disediakan untuk membantu menstabilkan harga barang (BBM) yang berdampak
luas kepada masyarakat.

3. BBM yang disubsidi adalah bahan bakar yang menyangkut hajat hidup orang banyak
dan mempunyai kekhususan karena kondisi tertentu, seperti jenisnya/kemasannya
dan penggunanya sehingga masih harus disubsidi dan ditetapkan sebagai Bahan
Bakar Tertentu (BBT).

4. Diterapkan kebijakan administered price untuk jenis BBM Premium, Minyak Tanah,
dan Solar, sehingga harga jual komoditinya lebih murah dari harga pasar.

5. Disalurkan melalui perusahaan negara (Pertamina) dan diupayakan lebih tepat


sasaran.

Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung


mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, realisasi konsumsi BBM bersubsidi mencapai
38,2 juta kiloliter dan pada tahun 2012 realisasinya mencapai 43,3 juta kiloliter. Pada
APBNP tahun 2013 volume konsumsi BBM bersubsidi mencapai 48,0 juta kiloliter.

Mengingat kenaikan volume konsumsi BBM bersubsidi secara terus menerus, maka
untuk mengendalikan realisasi konsumsi BBM bersubsidi tersebut, pemerintah menetapkan
kebijakan kenaikan harga jual BBM bersubsidi. Pelaksanaan kebijakan kenaikan harga jual
BBM bersubsidi dilaksanakan Pemerintah mulai 22 Juni 2013. Kebijakan penyesuaian
harga BBM bersubsidi yang dilakukan pada tahun 2013 tersebut dimaksudkan untuk
memberikan ruang guna peningkatan belanja modal dan infrastruktur.

Formula Perhitungan Subsidi BBM


(Berdasarkan PP No.71 Tahun 2005, pasal 1 ayat 4)

Rumusnya adalah :

Subsidi BBM = [ Harga Patokan BBM - ( Harga Jual Eceran BBM - Pajak) ] x
VolumeBBM

Penjelasan :

ü Harga jual eceran BBM merupakan harga jual eceran per liter BBM dalam negeri.

ü Pajak adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5%.

ü Harga patokan BBM adalah harga yang dihitung berdasarkan MOPS ditambah biaya
distribusi dan margin.

Dungtji Munawar@2013| Formula Perhitungan Subsidi BBM 13


ü Harga patokan BBM = MOPS + α

o α adalah biaya distribusi + margin

o Mid Oil Platt’s Singapore (MOPS) adalah harga transaksi jual beli pada bursa
minyak di Singapore.

Kebijakan Subsidi Listrik

Menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2014, anggaran subsidi listrik diberikan dengan
tujuan agar harga jual listrik dapatterjangkau oleh pelanggan dengan golongan tarif tertentu.
Subsidi listrik dialokasikan karena rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)-nya lebih rendah
dari biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik pada golongan tarif tersebut. Anggaran
subsidi listrik juga dialokasikan untuk mendukung ketersediaan listrik bagi industri,
komersial, dan pelayanan masyarakat. Selain itu, pemberian subsidi listrik diharapkan dapat
menjamin program investasi dan rehabilitasi sarana/prasarana dalam penyediaan tenaga
listrik.

Sementara itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi listrik yang terus meningkat,
Pemerintah dan PT PLN (Persero) berupaya menurunkan BPP tenaga listrik, antara lain
melalui:

(1) program penurunan susut jaringan (losses); dan


(2) program diversifikasi energi primer di pembangkit listrik dengan melakukan
optimalisasi penggunaan gas, panas bumi, batubara, biodiesel, dan
penggantian high speed diesel (HSD) menjadi marine fuel oil (MFO).

Dalam rangka mengendalikan subsidi listrik, Pemerintah bersama DPR-RI sepakat


untuk menurunkan subsidi listrik secara bertahap, dengan tidak mengorbankan masyarakat
berpenghasilan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan
penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) rata-rata sebesar 15 persen pada tahun 2013 secara
bertahap.

B. Subsidi NonEnergi

Nota Keuangan dan RAPBN 2014 menjelaskan bahwa subsidi nonenergi adalah
alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau
menjual barang dan/atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain produk energi

Dungtji Munawar@2013| Kebijakan Subsidi Listrik 14


(BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, LGV, dan tenaga listrik), sehingga harga jualnya terjangkau
oleh masyarakat berpendapatan rendah.

Subsidi Pangan
Subsidi pangan adalah subsidi yang diberikan dalam bentuk penyediaan beras
murah untuk masyarakat miskin (Raskin) melalui program operasi pasar khusus (OPK)
beras Bulog.Subsidi pangan bertujuan untuk menjamin distribusi dan ketersediaan beras
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat miskin. Subsidi ini disalurkan melalui Bulog.
Melalui subsidi pangan ini, setiap Kepala Keluarga miskin yang menjadi target subsidi akan
menerima 20 kilogram beras per bulan selama 12 bulan.

Perkembangan realisasi anggaran subsidipangan dipengaruhi oleh beberapa


parameter, antara lain: (1) jumlah RTSyang diberi hak untuk membeli raskin;(2) harga tebus
raskin; (3) kuantum raskin yang diberikan per RTS per bulan; (4) durasi penyaluran raskin;
dan (5) harga pembelian beras (HPB) oleh Perum Bulog. Kenaikan realisasi anggaran
subsidi pangan dalam kurun waktu tersebut berkaitan dengan: (1) bertambahnya volume
raskin yang disalurkan; (2) makin tingginya RTS penerima raskin; (3) makin tingginya subsidi
harga raskin; dan (4) adanya kebijakan tambahan durasi penyaluran raskin.

Subsidi Pupuk
Beban subsidi ini timbul sebagai konsekuensi dari adanya kebijakan pemerintah
dalam rangka penyediaan pupuk bagi petani dengan harga jual pupuk yang lebih rendah
dari harga pasar.

Tujuan utama subsidi pupuk adalah agar harga pupuk di tingkat petani dapat tetap
terjangkau oleh petani, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas petani, dan
mendukung program ketahanan pangan.

Sementara itu, dalam kurun waktu 2008–2013, realisasi subsidi pupuk bagi petani
yangdisalurkan melalui BUMN produsen pupuk, menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat. Kenaikan realisasi anggaran subsidi pupuk tahun 2008-2013 berkaitan dengan:
(1) meningkatnya volume pupuk bersubsidi; (2) bertambahnya anggaran untuk kurang bayar
subsidi pupuk tahun sebelumnya; dan (3) semakin besarnya subsidi harga pupuk (selisih
antara harga pokok produksi/HPP dengan harga eceran tertinggi/HET).

Subsidi Benih
Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi benih. Subsidi benih
adalah subsidi untuk pengadaan benih unggul padi, kedelai, jagung hibrida, jagung
komposit, dan ikan budidaya, sehingga petani bisa mendapatkan benih berkualitas dengan

Dungtji Munawar@2013| Subsidi NonEnergi 15


harga yang terjangkau. Pemberian subsidi benihtersebut ditujukan untuk menyediakan benih
padi, jagung, dan kedelai dengan harga terjangkau oleh para petani. Dalam kurun waktu
2008–2013, dalam pos subsidi benih, selain menampung subsidi harga juga menampung
anggaran belanja untuk bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan cadangan benih
nasional (CBN).

Subsidi Public Service Obligation (PSO)


Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi/bantuan dalam
rangkakewajiban pelayanan publik (public service obligation/PSO) kepada BUMN tertentu,
sehinggaharga jual pelayanan yang diberikan dapat terjangkau masyarakat. Pemerintah
dapat menggunakan BUMN untuk menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan
fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan
BUMN.Penugasan ini disebut juga sebagai kewajiban pelayanan umum atau public service
obligation (PSO).

Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak fisibel, pemerintah
harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkanoleh BUMN
tersebut termasuk margin yang diharapkan.Ini berarti BUMN wajib menyisihkan sebagian
pendapatannya untuk membiayai penugasan PSO. Jadi biaya penugasan PSO berasal dari
subsidi silang (cross-subsidy) unit usaha BUMN yang menguntungkan atau subsidi
pemerintah. Terdapat intervensi politik dalam penetapan harga.

Contoh penugasan PSO adalah jasa transportasi di daerah terpencil, pendidikan


kejuruan, pelayanan kesehatan, reforestasi di Sumatera dan Kalimantan, penyediaan vaksin
di bawah ongkos produksi untuk sistem kesehatan masyarakat, menyediakan pelayanan
pengiriman yang tidak menguntungkan, mengoperasikan pelabuhan udara dan laut di
daerah terpencil. (Rudi & Pandu, 2005)

Anggaran belanja subsidi PSO tersebut dalam RAPBN 2014 dialokasikan masing-
masing kepada :

(1) PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk penugasan layanan jasa angkutan kereta
api penumpang kelas ekonomi;
(2) PT Pelni (Persero) untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang kapal laut
kelas ekonomi;

Dungtji Munawar@2013| Subsidi NonEnergi 16


(3) PT Posindo (Persero) untuk penugasan layanan jasa pos di daerah terpencil (untuk
PSO PT Posindo telah direalokasi ke Belanja Lain-Lain pada APBN tahun 2013); dan
(4) Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara untuk penugasan layanan
berita kepada masyarakat.

Subsidi Bunga Kredit Program

Sementara itu, subsidi bunga kredit program adalah subsidi yang disediakan untuk
menutup selisih antara bunga pasar dengan bunga yang ditetapkan lebih rendah oleh
pemerintah untuk berbagai skim kredit program seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP),
Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA),Kredit Usaha Tani, Kredit Koperasi, Kredit
Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS) dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
(KPRSS), termasuk beban resiko (risk sharing) bagi kredit yang tidak dapat ditagih kembali
(default).

Tujuan subsidi bunga kredit program adalah untuk membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pendanaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari bunga
pasar. Perkembangan realisasi subsidi bunga kredit program dalam kurun waktu 2008-2013,
tumbuh rata-rata 5,9 persen per tahun. Kenaikan realisasi anggaran subsidi bunga kredit
program yang signifikan dalam kurun waktu tersebut, selain dipengaruhi oleh perkembangan
suku bunga kredit, juga ditentukan oleh besarnya outstanding kredit program, berasal dari
skema kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E), termasuk risk sharing KKP-E dan
kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP).

Selain itu, peningkatan realisasi subsidi bunga kredit program juga berkaitan dengan
penambahan skema kredit baru yaitu Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD Nias (KPP
NAD Nias), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Skema Subsidi Resi Gudang (SSRG),
dan imbal jasa penjaminan untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam rangka membantu
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta subsidi bunga untuk air bersih.

Subsidi Pajak
Selain berbagai jenis subsidi tersebut, pemerintah juga mengalokasikan anggaran
subsidi pajak untuk mendukung program stabilisasi harga kebutuhan pokok dan
perkembangan industri nasional yang strategis. Perkembangan realisasi subsidi pajak ini

Dungtji Munawar@2013| Subsidi NonEnergi 17


sangat tergantung kepada jenis komoditas atau sektor-sektor tertentu yang diberikan
fasilitas pajak dalam bentuk pajak ditanggung pemerintah (DTP).

Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi

Dalam rentang waktu 2008-2013, seperti tercantum dalam Nota Keuangan dan
RAPBN 2014, realisasi anggaran belanja subsidi cukup berfluktuasi, dan secara nominal
sampai dengan APBN-P 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp72,8 triliun yaitu dari
Rp275,3 triliun pada tahun 2008, dan sebesar Rp348,1 triliun pada APBNP tahun 2013 atau
tumbuh rata-rata 4,8 persen per tahun. Namun, dalam RAPBN 2014, alokasi belanja subsidi
turun sebesar Rp11,8 triliun menjadi Rp336,2 triliun dari sebelumnya Rp348,1 triliun pada
APBN-P 2013 atau terdapat penurunan sebesar 3,4%. Penurunan belanja subsidi yang
diajukan pada RAPBN 2014 antara lain karena dampak kebijakan pemerintah pada tahun
2013, yaitu sejak 22 Juni 2013 pemerintah menetapkan kenaikan harga jual BBM
bersubsidi. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL)
rata-rata sebesar 15 persen secara bertahap pada tahun 2013.

Alokasi anggaran belanja subsidi dalam RAPBN tahun 2014 merupakan


implementasi fungsi pelayanan umum, terutama diperuntukkan bagi pembayaran berbagai
jenis subsidi yang merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas
perekonomian, sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Meskipun belanja subsidi pada RAPBN 2014 terjadi penurunan, namun secara
alokasi anggaran belanja pada RAPBN 2014 yang besarannya sangat signifikan

Dungtji Munawar@2013| Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi 18


ternyataadalah belanja subsidi. Apabila dibandingkan dengan jenis belanja lainnya seperti
belanja pegawai, belanja modal atau belanja lainnya, belanja subsidi di RAPBN 2014
dialokasikan 27,33 % dari total seluruh belanja pemerintah pusat.

Perkembangan belanja pemerintah pusat di RAPBN 2014 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Dalam RAPBN tahun 2014 alokasi anggaran subsidi mencapai Rp336,2 triliun.
Alokasi anggaran belanja subsidi dalam RAPBN tahun 2014 tersebut, direncanakan akan
disalurkan untuk subsidi energi (subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV serta subsidi
listrik) sebesar Rp284,7 triliun. Sementara itu, sebesar Rp51,6 triliun direncanakan akan
disalurkan untuk subsidi nonenergi yang meliputi: subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi
benih, bantuan/subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak.

Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, maka alokasi anggaran subsidi dalam


RAPBN tahun 2014 direncanakan mencapai Rp336,2 triliun. Jumlah tersebut menurun
Rp11,9 triliun bila dibandingkan dengan pagu belanja subsidi yang ditetapkan dalam APBNP
tahun 2013 sebesar Rp348,1 triliun. Sebagian besar dari alokasi anggaran belanja subsidi
dalam RAPBN tahun 2014 tersebut direncanakan akan disalurkan untuk subsidi energi
(Rp284,7 triliun), yaitu subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp194,9
triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp89,8 triliun.

Sementara itu, anggaran untuk subsidi nonenergi Rp51,6 triliun, yang meliputi:

(1) subsidi pangan sebesar Rp18,8 triliun;


(2) subsidi pupuk sebesar Rp21,0 triliun;
(3) subsidi benih sebesar Rp1,6 triliun;

Dungtji Munawar@2013| Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi 19


(4) subsidi PSO sebesar Rp2,2 triliun;
(5) subsidi bunga kredit program sebesar Rp3,2 triliun; dan
(6) subsidi pajak sebesar Rp4,7 triliun

Komposisi belanja subsidi tersebut dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini.

Anggaran belanja subsidi tersebut, menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2014,
diserap melalui pencapaian dari kelanjutan pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
pada fungsi pelayanan umum dalam periode 2008-2013, antara lain yaitu:

(1) terlaksananya penyaluran subsidi BBM kepada masyarakat;


(2) terlaksananya penyediaan pasokan listrik dengan harga yang terjangkau kepada
masyarakat;
(3) terlaksananya penyaluran subsidi pangan dan penyediaan beras bersubsidi
untuk masyarakat miskin;
(4) terlaksananya penyaluran subsidi pupuk dan subsidi benih dalam bentuk
penyediaan pupuk dan benih unggul dengan harga terjangkau bagi petani;
(5) terlaksananya penyaluran subsidi transportasi umum untuk penumpang kereta
api kelas ekonomi dan kapal laut kelas ekonomi.

Dungtji Munawar@2013| Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi 20


Penutup

Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah selalu menimbulkan pendapat pro dan
kontra. Ada kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu tidak sehat sehingga berapapun
besarnya, subsidi harus dihapuskan dari APBN. Sementara pihak lain berpendapat bahwa
subsidi masih diperlukan untuk mengatasi masalah kegagalan pasar.

Pelaksanaan subsidi perlu pengubahan pola subsidi sesuai dengan kondisi.


Misalkan, pengalihan subsidi secara bertahap dari subsidi harga yang kurang efektif dan
tidak tepat sasaran kepada subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat kurang
mampu (targeted subsidy).

Pemerintah diharapkan tetap mempertahankan kebijakan subsidi baik subsidi energi


maupun subsidi nonenergi karena subsidi ini masih diperlukan terutama oleh golongan yang
memiliki daya beli rendah. Kebijakan subsidi non-energi supaya lebih fokus kepada program
subsidi untuk mengurangi beban masyarakat miskin, dan membantu usaha kelompok kecil
dan menengah. Misalkan lebih fokus kepada subsidi pupuk atau subsidi benih, dan apabila
pemerintah akan menerapkan kebijakan pengurangan subsidi secara bertahap, maka harus
dipilih terlebih dahulu skenario yang berdampak paling kecil dan berdasarkan database
kependudukan yang akurat.

Kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi di dalam negeri yang telah


dilaksanakan Pemerintah sejak 22 Juni 2013 jelas telah mampu menurunkan beban belanja
subsidi. Peningkatan harga BBM bersubsidi yang disertai kebijakan pengelolaan konsumsi
BBM diharapkan dapat mendorong penghematan konsumsi BBM dalam negeri dan
menghambat pertumbuhan impor migas yang terlalu tinggi.

Adapun subsidi nonenergi masih diperlukan oleh mereka yang memiliki


keterbatasan daya beli. Ketahanan pangan dan stabilisasi harga akan tetap dilanjutkan.
Alokasi dana subsidi nonenergi tersebut antara lain akan digunakan untuk kebijakan subsidi
pangan untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan pasokan (subsidi beras, benih, dan
pupuk), serta alokasi dana cadangan untuk melakukan operasi pasar dan penyediaan beras
untuk rakyat miskin. Alokasi dana cadangan juga disediakan untuk mengantisipasi tekanan
kelangkaan bahan pangan di pasar domestik.

Adapun permasalahan utama subsidi nonenergi adalah subsidi yang diberikan


pemerintah cenderung masih kurang daripada yang dibutuhkan masyarakat. Namun, hal ini
dapat dipahami karena alasan keterbatasan kemampuan anggaran yang dimiliki oleh
pemerintah.

Dungtji Munawar@2013| Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi 21


DAFTAR PUSTAKA

Faisal Basri, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi
Indonesia, Erlangga, 2002, Jakarta

http://erwan29680.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-mengenai-subsidi-dan-
contervailling-di-dalam-perdagangan

http://id.wikipedia.org/wiki/Subsidi

http://leo4kusuma.blogspot.com/2012/01/definisi-subsidi-menelaah-kontroversi.html

http://www.economist.com, "Economics A-Z – Economist.com". The Economist.

Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, Economic Development (ed. 10th). Addison Wesley.
(2009).

Milton H. Spencer & Orley M. Amos, Jr., Contemporary Economics, Edisi ke-8, 1993, Worth
Publishers, New York.

M. Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik, Edisi ke-5, 2003, BPFE,
Yogyakarta.

Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN 2014, 2013, Jakarta

Rudi Handoko dan Pandu Patriadi, “Evaluasi Kebijakan Subsidi NonBBM”, Kajian Ekonomi
dan Keuangan, Volume 9, Nomor 4, Desember 2005

Dungtji Munawar@2013| Perkembangan Anggaran Belanja Subsidi 22

Anda mungkin juga menyukai