Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas menganalisi
novel “Assalamualaikum, Beijing!” ini, yang merupakan tugas projek siswa kelas
XII pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Saya berterima kasih kepada Bapak Masrani, M.Pd, selaku guru Bahasa
Indonesia yang telah membimbing saya. Saya juga berterima kasih kepada kedua
orang tua saya yang mendukung saya dalam mengerjakan tugas projek ini. Terima
kasih pun saya sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi kritik dan
masukannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samarinda, Oktober 2017

Nabila Nurmalina

2
DAFTAR ISI

Sampul..................................................................................................1

Kata Pengantar......................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................3

Identifikasi Novel..................................................................................4

Sinopsis.................................................................................................6

Analisis Unsur Instrinsik.......................................................................7

Analisis Unsur Ekstrinsik.....................................................................15

Penutup.................................................................................................18

3
IDENTIFIKASI NOVEL

Judul                :  Assalamualaikum, Beijing!

Pengarang        :  Asma Nadia

Penerbit            :  Noura Books PT. Mizan Publika

Cetakan            :  Pertama

Tahun Terbit    :  Oktober 2013

Tempat Terbit  :  Jakarta

Tebal Buku      :  354 halaman ; 13x20 cm

4
SINOPSIS
Dewa dan Ra (Asma), menjalin hubungan kasih sejak duduk di bangku
kuliah, dan tinggal selangkah lagi menuju gerbang pernikahan. Namun satu
kekhilafan Dewa bersama Anita, rekan kerjanya yang memang telah lama jatuh
hati padanya, membuat rencana indah itu harus buyar selamanya, dan Dewa
terpaksa menikahi Anita yang hamil akibat kekhilafan tersebut.

Sementara itu, dalam perjalanannya di Beijing, Asma bertemu dan


berkenalan dengan Zhongwen, pemuda yang sangat terkesan dengan kisah cinta
sejati Ahei – Ashima, dan ngotot memanggil Asma dengan Ashima, karena
menurutnya keduanya memiliki kemiripan wajah.

Lewat pertemanannya dengan Asma, Zhongwen banyak mendapat


pencerahan tentang Islam, dan hidayah akhirnya menuntunnya menjadi muallaf,
meski sebagai konsekuensinya, Zhongwen terusir dari keluarga

Musibah kemudian menimpa Asma, saat ia divonis menderita sindrom


APS (Antibodi Antifosfolipid). Penyakit yang berhubungan dengan pengentalan
darah, yang membuatnya harus mengalami kesakitan luar biasa, serangan stroke,
sulit bergerak bahkan nyaris buta. Penyakit itu juga membuatnya sangat tidak
dianjurkan untuk hamil dan melahirkan.

Di sisi lain, Zhongwen yang mulai merasa jatuh cinta dengan Asma,
berusaha keras untuk mencari dan menemukan Asma yang mendadak hilang
berita. Sementara itu Dewa tak juga berhasil melepaskan bayang-bayang Ra dari
kehidupan rumah tangganya, pun sampai Anita nekad berusaha bunuh diri dan
anak mereka lahir, Dewa tetap gagal menerima kenyataan dan menyayangi Anita
sebagai istri secara layak.

Berhasilkah Zhongwen menemukan Asma? Akankah cintanya luntur saat


mengetahui kondisi Asma? Akankah pula kebahagiaan atau duka yang bertubi-

5
tubi terus mendera kehidupan Asma? Bagaimana pula dengan rumah tangga Dewa
dan Anita?

Cinta, pengkhianatan, kesetiaan, pengorbanan dan keteguhan hati. Inilah


makna yang terangkum dalam novel karya salah satu penulis wanita kaliber tanah
air ini. Makna Cinta terwakilkan oleh impian keempat tokohnya : Dewa,
Ra/Asma, Zhongwen dan Anita. Pengkhianatan pula terwakilkan oleh sosok
Dewa, kesetiaan dan pengorbanan oleh sosok Zhongwen, dan kesabaran serta
keteguhan hati oleh sosok Ra sekaligus Asma.

6
ANALISIS UNSUR INTRINSIK

No. Unsur Isi Kutipan novel

1. Tema Kisah percintaan, “Kata orang wajah mereka mirip.


pengorbanan, pengenalan Mudah membayangkan hubungan
budaya di Beijing serta keduanya akan berlanjut ke pernikahan
terselip unsur religius seperti yang memang sudah
direncanakan.”

“Lakukan apa yang menjadi prinsip


setiap lelaki dewasa dalam situasi
sama: bertanggung jawab!”

“Tentu saja tembok besar yang selesai


dibangun tahun 1368 oleh Jenderal Xu
Da dan Chang Yuchun ini, awalnya
tidak diniatkan sebagai tujuan wisata,
melainkan kepentingan militer untuk
melindungi negeri China…”

“Ada taaruf, proses perkenalan.


Sebagai muslimah kita boleh bertanya
apa saja untuk menjajaki kesamaan
visi, dan melihat apakah ada hal-hal
yang akan menimbulkan rasa sayang.”

2. Tokoh Asma/Ra, Dewa, “Dewa menuntun Ra berdiri, persis di


Zhongwen, Anita, Ibu tempat empat tahun lalu gadis itu
Asma, Sekar mengangguk….”

“Jika Sekar tahu, pasti angan-angan

7
romantis gadis bertubuh besar itu
bertebaran,..”

“Seketika ada keriangan kanak-kanak


di cercah senyum Zhongwen”

“Sebelum Anita, godaan serupa sudah


sering menghampirinya”

“Sementara mata mama mengaliri rasa


duka yang tak terhingga”

3. Penokohan Asma/Ra: Wanita muslim “Wajah gadisnya tidak pernah terlihat


yang selalu taat agama, seterluka itu. Namun suaranya tegas
tegar, bersabar, pekerja saat menatap tepat di titik hitam mata
keras dan senantiasa pemuda yang dicintainya.”
bersyukur atas cobaan
demi cobaan yang “Bersyukur bersyukur. Berpikir begitu,
dihadapinya dia meneruskan perjuangan untuk
menutup lembaran hati…”

“Suatu berkah tersendiri jika saat


traveling bisa berjalan bersama local,
seperti hari terakhir ini. Banyak detail
yang memperkuat reportase perjalanan
untuk majalah tempat Rabekerja. Hal-
hal yang tidak diperoleh hanya dengan
riset komputer atau pustaka, dan
biasanya di miliki penduduk
setempat.”

Dewa: Pengkhianat. Lalai “Satu kesalahan fatal. Nafsu sialan!”

8
karena telah mengikuti “Selama ini hatinya untuk Ra”
hawa nafsunya. Dewa
sebenarnya tulus
mencintai Ra

Zhongwen: Gigih, ramah, “Pemuda itu membalas dengan


cerdas, tertarik dengan senyum hangat”
Islam
“Zhongwen sengaja mengunjungi
tempat demi tempat yang menurutnya
biasa menjadi incaran turis.”

“Dengan fasih Zhongwen menjelaskan


posisi masjid—yang berbeda dengan
kuil-kuil Budha yang mengadap ke
selatan—tetapi langsung mengarah
lurus ke Mekkah”

“Berbulan-bulan obrolan lebih banyak


tentang Islam, nggak yang lain.”

Anita: Berkedudukan “Maka anita pun bersabar, melayani


sebagai istri berkerja keperluan laki-laki dari ujung kaki
menjadi wanita karir. sampai ujung kepala. Berdandan
Dalam novel ini, Anita sebelum dia bangun, dan baru
diceritakan sebagai sosok memicingkan mata setelah
yang merebut pacar Ra memastikan suaminya terurus dengan
(Dewa) baik.”
“Dan buruknya,walaupun tak
mengenal anita dengan baik, dia tahu
gadis itu teman sekantor dewa. kenal
nama, tetapi tak pernah curiga. Dan

9
sekarang.. Ya Allah.”
“Bagi Anita, hal tersebut sama sekali
bukan alasan untuk mundur, justru
menambah semangat menaklukkan
lelaki itu.”
Sekar: Sahabat yang selalu “Oh, ingin di sumpalnya bibir mungil
ada dalam keadaan apapun sekar,sahabatnya.kenyataannya,
dan selalu membantu begitu  selesai dengan  urusan
dalam keadaan Ra susah bagasi ,dia memerlukan waktu hampir
bukan hanya senang dan empat puluh menit dan enak orang
sahabat yang selalu mata sipit, hanya untuk menemukan
membarikan semangat bus yang akan membawanya kyouth
untuk Ra. Sekar juga hostel sederhana yang telah dipesan.”
digambarkan sebagai “Setia, menjaga diri dari bersentuhan,
sosok istri. tidak bersentuhan, tidak selingkuhan
.semakin dipikir, semakin masuk
kalimat itu di loginya.ditambah,
setelah menikah, sekar yang suaminya
alim sering memforward hadis, ayat al-
quran dan tausiyah.”
Ibu Asma: Ibu yang sangat “Perempuan separuh baya itu
setia dan penyanyang menganguk, lalu mengecup kedua pipi
kepada putrinya selalu anak gadisnya. Tak ada keraguan atau
menemani putrinya dalam kesedihan. Atau memang demikian
keadaan apapun sempurna cara seseorang ibu
mengemas warna hati agar anak-anak
mereka mantap menapaki masa depan,
tanpa terbeban hal-hal lain”
4. Alur Maju mundur: Pada bab 1 Kutipan pada bab 1: “Dewa menuntun
menceritakan kisah masa Ra berdiri, persis di tempat empat
lalu Asma saat masih tahun lalu gadis itu mengangguk…”
bersama Dewa. Pada bab 2

10
menceritakan kisah Asma Kutipan pada bab 2: “Jilbab warna
yang sekarang cerahnya tertiup angina kencang yang
menghembuskan hawa dingin
November.”

5. Latar Latar tempat: Beijing, “Ada tanda emoticon mungil berwarna


Masjid Raya Xi’an, merah mewakili kemarahan Sekar saat
Tembok China, Peking mereka chatting, pada malam pertama
Duck, Flea market, dll. Asma di Beijing”

“Sejak kecil, Zhongwen dan


sekeluarga sering melintasi bahkan
menikmati arsitektur masjid dan
bangunannya tidak seperti kebanyakan
masjid di Timur Tengah…”

“Di kejauhan, Tembok China tampak


seperti ular raksasa uang kian
mengecil.”

“Langkah tegap lelaki itu memasuki


restoran demi restoran Peking Duck,
lalu mampir ke beberapa flea market,
dengan satu tujuan: menemukan
Ashima-nya.”

Latar waktu: Malam hari, “Pukul 23.30 malam. Dengan hati-hati


tahun 996, enam bulan, Asma meletakkan kamera DSLR…”
empat tahun, sore hari, dll.
“ More than a thousand years. It was
build in 996.”

11
“Enam bulan pernikahan yang tak
bahagia.”

“Tak pernah ada lelaki lain selama


empat tahun hubungan mereka.”

“Namun, setelah pertemuan di masjid


sore itu, lalu hubungan…”

Latar suasana: Buru-buru, “Orang ketiga dan keempat bahkan


menegangkan, penuh hanya melengos dan buru-buru
kekesalan, menyenangkan, menggeleng tepat pada menit gadis…”
sedih, kecewa
“Kesabaran lelaki itu menipis.
Biasanya Ra selalu berhasil membuat
Dewa mengerti.”

“Sebuah botol minuman plastic yang


tergeletak tak jauh dari motornya
terparkir, dengan cepat menjadi
sasaran kekesalan.”

“Menurutnya ada berbagai macam tipe


tamu, dari yang ramah dan baik serta
menyenangkan seperti Asma…”

“Berpikir begitu, dia mulai memberi


deadline pada kesedihan.”

“Perasaan kecewa, marah, dan sedih


yang berkelanjutan bisa membuat diri
lupa akan begitu banyak hal yang perlu

12
disyukuri.”

6. Sudut Pengarang sebagai orang “Dengan begitu, dia berharap akan


Pandang ketiga memiliki kesempatan…”

7. Amanat Mengajarkan makna dari “Kesetiaan. Kemampuan bertahan, tak


cinta, pengkhianatan, berpaling, tetap menjaga cinta agar tak
kesetiaan, pengorbanan diberangus waktu.”
dan keteguhan hati.
Makna cinta dari karakter “Adakah yang lebih sakit daripada
Ra, pengkhianatan dari dikhianati? Pemuda yang dikira akan
karakter Dewa, juga mengiringi langkahnya ke pelaminan,
pengorbanan serta ternyata harus menjauh dari
keteguhan hati dari hidupnya.”
karakter Zhongwen.
Memiliki banyak pelajaran
hidup namun bebas dari
adegan asusila. Sebuah
kisah yang dapat
memberikan motivasi
untuk orang-orang frustasi
agar bangkit kembali.
Kisah ini mengajarkan
kepada kita: Jika tak kau
temukan cinta, biarkan
cinta menemukanmu. 

13
ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK
A. Tentang Pengarang

Asma Nadia memiliki nama asli Asmarani Rosalba. Perempuan manis berkulit
putih ini lahir di Jakarta 26 Maret 1972 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri
Susanti yang merupakan seorang mualaf berdarah Tionghoa. Asma nadia
memiliki seorang kakak perempuan bernama Helvy Tiana Rosa, ia juga memiliki
adik laki-laki bernama Aeron Tomino.

Ia tumbuh dalam keluarga yang mencintai seni menulis. Kedua saudaranya


menekuni bidang yang sama dengan Asma. Suaminya bahkan juga seorang
penulis dan dua anak Asma juga memiliki keinginan yang besar untuk
meneruskan jejak sang ibu dengan terjun ke dunia tulis-menulis. Mengenai
pendidikan Asma Nadia diketahui dari masa remajanya yang dihabiskan dengan
bersekolah di SMA Budi Utomo.

14
Ia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi ke Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Namun, kondisi yang kurang menguntungkan harus
membuat langkah Asma berhenti untuk menimba ilmu di perguruan tinggi. Sakit
yang kala itu diderita tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan kuliah.

Langkah yang terhenti di bangku kuliah tidak membuat Asma putus asa. Ia
terus menekuni hobi menulisnya. Dukungan dari keluarga dengan cinta kasih
yang tak pernah surut dan dorongan semangat yang tak pernah padam
membuatnya kuat menjalani hari-hari yang berat. Ia terus menulis meski dalam
kondisi yang tidak sehat.

Dari berbagai referensi mengenai yang mengulas mengenai biografi dan profil
Asma Nadia, diketahui bahwa prestasi Asma Nadia memang sudah tidak
diragukan lagi. Prestasi yang dihimpun Asma Nadia dari berbagai karyanya sudah
sangat banyak. Ia sudah sering memenangkan berbagai lomba di ajang nasional
maupun internasional.

Salah satu bukunya yaitu Rembulan di Mata Ibu menjadi pemenang dalam
kategori Buku Remaja Terbaik tahun 2001. Selain itu, Asma juga berhasil meraih
penghargaan dari Mizan Award karena keberhasilan dua buah karyanya yang
masuk dalam antologi cerpen terbaik di Majalah Annida.

Asma Nadia juga aktif melakukan perjalanan baik di dalam maupun luar
negeri untuk menjadi pembicara di berbagai acara. Kemampuannya yang sudah
sangat diakui membuatnya menjadi salah satu tokoh yang bisa menularkan
inspirasi dan ilmu terutama di bidang sastra. Tahun 2009 Asma bahkan
melakukan perjalanan keliling Eropa untuk mengisi seminar di beberapa kota
seperti Jenewa, Berlin, Roma, Manchester dan Newcastle.

Karyanya yang bernuansa islami juga ada beberapa yang telah diangkat ke
layar lebar. Film-film dari buku Asma yang telah menghiasi dunia seni peran di
Indonesia dintaranya adalah Assalamualaikum Beijing, Emak Ingin Naik Haji,
Rumah Tanpa Jendela dan Surga yang tak dirindukan.

15
Dikutip dari beberapa sumber, Bagi Asma Nadia, menulis baginya merupakan
sebuah ibadah. Dengan menulis ia dapat memberi inspirasi bagi banyak orang.
Selain itu ia juga dapat memberikan edukasi serta pencerahan dari tulisan-
tulisannya. Ia bahkan aktif menulis setiap hari.

B. Nilai-nilai yang terkandung

Nilai agama Mengandung nilai- “Di kota kelahirannya, berdiri Masjid


nilai Islam, mulai Raya Xi’an yang merupakan masjid
dari sejarah tertua dan terbesar di China, dan
peradaban Islam di menjadi jejak sejarah aktivitas dakwah
China, nilai-nilai para pedagang Arab dan Persia….”
pernikahan dalam
Islam, dll. “Islam itu rahmatan lil ‘alamin, hanya
kebaikan dan kebaikan.”

Nilai budaya Memperkenalkan “Selain Simatai, para wasatawan juga


budaya orang-orang bisa memilih perjalanan melalui
di China, arsitektur Shanhaiguan, dimana Tembok China
bangunan di China, bermula.”
dan sejarah-sejarah
lainnya. “Laolongtou, sekitar tiga jam dari ibu
kota, bisa menjadi alternatif lain jika
ingin mendapatkan pemandangan yang
sungguh berbeda dan perspektif lain
dari Tembok China.”

16
PENUTUP
Sebuah karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan
tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali
melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya, yang sangat menarik untuk
dianalisis, yaitu dengan analisis aspek intrinsik dan ekstrinsik.
            Analisis unsur intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra
itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut.
Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi
isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di
luar karya sastra itu sendiri.

17

Anda mungkin juga menyukai