Anda di halaman 1dari 98

BAB II

PENILAIAN KINERJA

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESSENSIAL

A. PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN

1. Cakupan RT yang ber PHBS

a. Pengertian :

1) Sasaran indikator ini adalah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas;

2) Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga


dengan mengukur 10 (sepuluh) indikator. Adapun sasaran nya yaitu :

a) Pasangan usia subur;

b) Ibu hamil dan ibu menyusui;

c) Anak dan remaja (usia mulai dari 10 tahun);

d) Usia lanjut;

e) Pengasuh anak.

3) Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan secara berjenjang oleh


Tim Penggerak PKK mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan
sampai Kelurahan melalui langkah- langkah sebagai berikut :

a) Sosialisasi PHBS di rumah tangga;

b) Pengumpulan data PHBS di rumah tangga;

c) Pengumpulan data dan pemetaan PHBS;

d) Perencanaan;

e) Penggerakan dan Pelaksanaan;

f) Pemantauan dan Penilaian.

3|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b. Definisi Operasional :

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan


anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.

c. Satuan :

Persentase (%)

d. Sasaran :

Rumah Tangga di wilayah kerja puskesmas dengan menggunakan


sampel sebanyak 210 rumah tangga.

e. Target:

Tahun Tahun Tahun Tahun


2021 2022 2023 2024

60% 60% 60% 60%

f. Rumus Perhitungan Kinerja :

Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat di bagi dengan


seluruh rumah tangga yang dipantau yang ada di kelurahan dikali
dengan 100%.

Rumah Tangga Sehat =Jumlah rumah tangga yang dikatagorikan sehat X 100 %

Seluruh jumlah rumah tangga yg dipantau di kelurahan

g. Pembuktian/Sumber Data :

Form penilaian indikator PHBS

h. Referensi :

Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama


dengan Tim Penggerak PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.
4|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
2. Persentase Sekolah yang melaksanakan PHBS

a. Pengertian :

1) Sasaran indikator ini adalah Sekolah SD-SLTP di wilayah Kota Pontianak;

2) Sasaran PHBS di Sekolah adalah seluruh Sekolah dengan


mengukur 10 (sepuluh) indikator. Adapun sasaran nya yaitu :

a) Anak – anak dari tingkat SD sampai SLTP.

3) Pembinaan PHBS di Sekolah dilakukan secara berjenjang oleh


Tim Penggerak PKK mulai dari Pusat, Provinsi, Kota, Kecamatan
sampai Kelurahan melalui langkah – langkah sebagai berikut :

a) Sosialisasi PHBS di Sekolah;

b) Pengumpulan data PHBS di Sekolah;

c) Pengumpulan data dan pemetaan PHBS

d) Perencanaan;

e) Penggerakan dan Pelaksanaan;

f) Pemantauan dan Penilaian.

b. Definisi Operasional :

PHBS di Sekolah adalah upaya untuk memberdayakan Anak-anak


Sekolah agar tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.

c. Satuan :

Persentase (%)

d. Sasaran :

Sekolah di wilayah kerja puskesmas.

5|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Tahun Tahun Tahun Tahun
2021 2022 2023 2024

50% 50% 50% 50%

e. Target:

f. Rumus Perhitungan Kinerja :

Jumlah rumah Sekolah yang dikatagorikan sehat di bagi dengan


seluruh Sekolah yang dipantau yang ada di kelurahan dikali dengan
100%.

Jumlah Sekolah SD-SLTP yang dikatagorikan sehat


Sekolah PHBS = X 100%
Seluruh jumlah Sekolah SD-SLTP yg
dipantau di kelurahan

g. Pembuktian/Sumber Data :

Form penilaian indikator PHBS

h. Referensi :

Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan bekerjasama


dengan Tim Penggerak PKK Pusat Tahun 2007, Pedoman Pelatihan
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.

6|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


3 Persentase Posyandu Purnama Mandiri

a. Pengertian

1) Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan


kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50%
serta mampu menyelenggarakan Program Tambahan seta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari
50% KK di wilayah kerja Posyandu;

2) Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-
rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari
kegiatan utamanya >50%, mampu menyelenggarakan Program
Tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50%
KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi
yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana
sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.

b. Definisi Operasional

Posyandu purnama adalah jumlah posyandu purnama dan posyandu


mandiri yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Seluruh Posyandu di wilayah Kota Pontianak.

7|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target

Tahun 2021 Tahun Tahun Tahun 2024


2022 2023

65% 65% 65 % 65%

f. Rumus perhitungan Kinerja


Jumlah posyandu purnama
Persentase Posyandu Purnama Mandiri = x 100%
Jumlah seluruh posyandu

1) Pembilang : Jumlah posyandu purnama mandiri di satu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu;

2) Penyebut : Jumlah seluruh posyandu di satu wilayah kerja pada


kurun waktu yang sama;

3) Ukuran/konstanta : Persentase (%).

Contoh Perhitungan

Jumlah seluruh posyandu purnama mandiri di satu wilayah


kerja ada = 75 buah Persentase Posyandu Purnama Mandiri
di satu wilayah kerja ada = 30 buah
30 x 100% = 40 %

Persentase posyandu Purnama Mandiri =


75
g. Pembuktian/ Sumber Data

Laporan Bulanan Posyandu

h. Referensi

1) Pedoman buku ARRIF (manajemen ARRIF);

2) Pedoman Revitalisasi Posyandu.

4 Indeks Keluarga Sehat

8|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


a. Pengertian :

Sasaran indikator ini adalah : seluruh jumlah anggota keluarga yang


tinggal dan menetap di suatu keluarga disuatu wilayah (sesuai
definisi BPS). Adapun Anggota Keluarga adalah semua orang yang
mempunyai hubungan dengan kepala keluarga (istri/suami dan
anak). Seseorang selain suami/istri dan anak dapat dimasukkan
sebagai anggota keluarga jika ikut tinggal dan makan di keluarga
tersebut dan pada periode pendataan ada di keluarga tersebut.
Anggota Keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih dan
anggota keluarga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan
tujuan pindah/akan meninggalkan keluarga 6 bulan atau lebih atau
yang telah tinggal dikeluarga kurang dari 6 bulan tetrapi berniat
tinggal di keluarga tersebut 6 bulan atau lebih.

b. Definisi Operasional :

Pendekatan pelayanan oleh puskesmas yang mengintegrasikan


upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat secara
berkesinambungan dengan target keluarga didasarkan pada data dan
informasi dari profil kesehatan keluarga dengan 12 Indikator utama
yaitu :

1) Keluarga mengikuti program keluarga berencana;

2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;

3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;

4) Bayi mendapat air susu ibu;

5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;

6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;

7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;

8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;

9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok;

10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional;

9|DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


11) Keluarga mempunyai akses air bersih;

12) Keluarga mempunai akses atau menggunakan jamban sehat.

Berdasarkan indikator tersebut dilakukan penghitungan indeks


keluarga sehat dari setiap keluarga, dengan katagori :

Indeks > 0,800 dikatagorikan Keluarga Sehat;

Indeks 0,500 – 0,800 dikatagorikan


Keluarga Pra Sehat; Indeks <0,500
dikatagorikan Keluarga Tidak Sehat.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Jumlah Keluarga Sehat dalam kurun waktu satu tahun

10 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target:

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

23% 24% 25% 26%

f. Cara Perhitungan :

£ Keluarga dengan IKS >0,800


IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan = x 100%
£ Seluruh Keluarga di RT/RW/Kelurahan

g. Pembuktian / Sumber Data :

1) Instrumen Keluarga Sehat / Profil Kesehatan Keluarga;

2) Aplikasi Web Keluarga Sehat;

3) Raw Data Keluarga Sehat.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2014 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga;
2) Kementerian Kesehatan RI, Badan PPSDM Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan 2017, Modul Pelatihan Keluarga Sehat.
B. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Persentase Tempat Fasilitas Umum yang memenuhi syarat kesehatan

a. Pengertian

1) Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau


perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang
meliputi: sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas), sarana
sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), Pasar, Hotel berbintang
dan non bintang (Fropil Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia);

2) Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat adalah: TFU


yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil penilaian
11 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai standar
(berdasarkan Form IKL).

b. Definisi Operasional

Persentase Tempat Fasilitas Umum (TFU) memenuhi syarat


kesehatan adalah: TFU yang memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar
dalam tahun berjalan dibagi jumlah TFU yang terdaftar disuatu
wilayah pada kurun waktu tertentu dikali seratus.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

1) Rumah Sakit;

2) Puskesmas;

3) Sekolah dan Kantin Sekolah;

4) Hotel;

5) Pasar Tradisional.

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

78,21% 78,90% 79,59% 80,28%

f. Perhitungan / Rumus

Jumlah TFU Yang Memenuhi Syarat


Persentase Tempat-Tempat Kesehatan
Fasilitas (TFU) memenuhi = X 100 %
syarat kesehatan Jumlah TFU Yang Teregistrasi

1) Pembilang
Jumlah TFU yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil
Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar.
2) Penyebut
12 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Jumlah TFU yang teregistrasi
3) Konstanta
Persentase (%)
Cara Perhitungan

Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat-


Fasilitas umum tergeristrasi, dan hanya lima (5) Tempat-Fasilitas
umum dikelurahan tersebut yang memenuhi persyaratan kesehatan
maka perhitungannya adalah : lima (5) Tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan dibagi Sepuluh (10) Tempat-tempat
umum yang teregistrasi di kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X
100%).

g. Pembuktian Sumber Data

1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;

2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TTU;

3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TTU (form profil


Kesling).

h. Referensi

1) Permenkes No. 80 / Menkes / Per / II / 1990 tentang Persyaratan Kesehatan


Hotel;

2) Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

3) Kepmenkes No. 1204 /Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

4) Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;

5) Peraturan Daerah Kota Pontianak No 17 TAhun 2002 tentang


Perizinan Usaha Hotel dan Penginapan.

13 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2. Persentase Tempat Pengolahan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan

a. Pengertian

1) Tempat Pengolahan Makanan adalah Usaha Pengelolaan


Makanan Siap Saji Terdiri dari:

a) Jasa Boga atau Katering yaitu: usaha atau kegiatan pengolahan


makanan yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar
pesanan yang dilaksanakan oleh badan Hukum maupun
perorangan;

b) Rumah Makan yaitu: usaha komersial yang ruang lingkup


kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk
umum di tempat usahanya;

c) Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang


bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan
dan minuman bagi masyarakat umum ditempat usahanya;

d) Depot Air Minum yaitu: Badan Usaha yang mengelola air


minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan
tidak dikemas;

e) Kantin adalah yaitu: Salah satu jenis usaha jasa makanan yang
di lokasinya berada dilingkungan institusi dan sebagian besar
konsumennya adalah masyarakat di institusi tersebut, seperti
kantin sekolah, kantin yang berada di kantor;

f) Sentra Jajanan yaitu usaha makanan dan minuman yang diolah


pengrajin makanan di tempat penjualan dan /atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain
yang di sajikan jasa boga, Rumah Makan/Restoran, dan Hotel.

2) Tempat Pengolahan Makanan memenuhi syarat adalah: TPM


yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil penilaian

14 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar;

3) TPM yang teregestrasi yaitu TPM yang tercatat diwilayah kerja


Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota Pontianak didukung
dengan aspek Legal Hukum;

15 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b. Definisi Operasional

Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) memenuhi syarat


kesehatan adalah: TPM yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
dalam tahun berjalan dibagi jumlah TPM yang terintegrasi disuatu
wilayah pada kurun waktu tertentu di kali serratus.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

1) Industri Rumah Tangga Pangan di wilayah kota Pontianak;

2) Jasa boga / catering di wilayah kota Pontianak;

3) Sentra jajanan di wilayah kota Pontianak;

4) Rumah makan dan restoran di wilayah kota Pontianak;

5) Depot air minum (DAMIU) di wilayah kota Pontianak.

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

36% 38% 40% 42%

16 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Perhitungan/Rumus

1) Rumus

Jumlah TPM Yang Memenuhi Syarat


Kesehatan
Persentase Tempat Pengolahan = x 100 %
Makan (TPM) memenuhi Jumlah TPM Yang Terdaftar
syarat kesehatan

2) Pembilang

Jumlah TPM yang memenuhi syarat

3) Penyebut

Jumlah TPM yang terdaftar

4) Konstanta

Persentase (%)

Cara Perhitungan :

Contoh : Apabila kelurahan X Memiliki sepuluh (10) Tempat


pengolahan makanan yang terdata, dan hanya lima (5) Tempat
pengolahan makanan dikelurahan tersebut yang memenuhi
persyaratan kesehatan maka perhitungannya adalah : lima (5)
Tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan
dibagi Sepuluh (10) Tempat pengolahan makan yang terdata di
kelurahan X dikali seratus persen (5:10 X 100%)

g. Pembuktian dan Sumber Data

1) Aplikasi e-Monev Kementerian Kesehatan;

2) Form hasil Inspeksi Sanitasi Kesehatan Lingkungan (IKL) TPM;

3) Laporan Triwulan Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan TPM (form profil


Kesling).

h. Referensi
1) Kepmenkes RI No. 942 Menkes / SK / VII / 2003 tentang
pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan;
2) Kepmenkes No. 1098 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang persyaratan
hygiene sanitasi rumah makan dan restoran;
3) Kepmenkes No. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah;
4) Permenkes RI. No. 1096 / Menkes / Per/ VI / 2011 tentang hygiene sanitasi Jasa
boga;
5) Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air
Minum, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian
Kesehatan tahun 2010;

17 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


6) Peraturan Daerah Kota Pontianak No 16 Tahun 2002 tentang
Perizinan usaha restoran, rumah makan dan Bar.

3. Angka Bebas Jentik


a. Pengertian :
1) Semua rumah/bangunan yang ada dilakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
dan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN );
2) Yang dimaksud dangan Angka Bebas Jentik ( ABJ ) > 95 % adalah Persentase
jumlah rumah/bangun tidak terdapat Jentik ( ABJ = > 95 % );
3) Kader Jumantik adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan
pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes Aegipty dan Aedes
Albupictus;
4) Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah peran serta dan pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan,
pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes Aegipty dan
Aedes Albupictus;
5) Jumantik rumah tangga adalah kepala keluarga/anggota keluaga/penghuni
dalam satu rumah yang disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan
jentik di rumahnya. Kepala keluarga sebagai penanggung jawab Jumanti
Rumah Tangga;
6) Jumantik Lingkungan adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh
pengelola Tempat-Tempat Umum (TTU) atau Tempat-Tempat Institusi (TTI)
untuk melaksanakan pemantauan jentik;
7) Koordinator Jumantik adalah satu atau lebih Jumantik/kader yang ditunjuk oleh
Ketua RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan jumantik
dan jumantik lingkungan (crosscheck);
8) Supervisor Jumantik adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang
yang ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan
pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan jumntik di lingkungan RT.
b. Definisi Operasional
Angka Bebas Jentik adalah Jumlah Rumah /Bangunan tidak terdapat jentik dibagi
jumlah rumah/bangunan diperiksa dikali 100%.
c. Satuan
Persen (%)
d. Sasaran
Jumlah Semua rumah/bangunan yang ada dilakukan Pemantauan Jentik Berkala.
e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

95% 95% 95% 95%

18 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :

Jumlah rumah/bangunan tidak terdapat


Angka Bebas Jentik = jentik X 100%
Jumlah rumah/bangunan diperiksa

19 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Contoh :
Jumlah rumah di Kota X yang tidak terdapat jentik sebanyak 350.000
Jumlah rumah yang diperiksa (PSN-PJB) 400.000
Angka Bebas Jentiknya adalah :
(350.000 rumah / 400.000 rumah) x 100 % =
96.25 %
Jadi ABJ = > 95 %

g. Pembuktian / Sumber Data


1) Petugas PSN Puskesmas;
2) Kader Jumantik;
3) Register/buku catatan PSN ABJ.

h. Rujukan :
1) Pencegahan dan Pemberantasan DBD Di Indonesia ( Dep-Kes RI 2005 );
2) Permenkes RI No.374/MenKes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor;
3) Juknis Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD oleh Jumantik ( Kemenkes RI 2012 );
4) Pedoman Pengendalian DBD Di Indonesia ( Kemenkes RI 2020 );
5) Juknis Implementasi PSN 3 M-Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (
Kemenkes RI 2021 ).

4. Jumlah penemuan penderita DBD


a. Pengertian :
1) Pelayanan DBD Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada
seluruh Penderita Demam Berdarah Dengue ( DBD ) yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di Fasyankes baik pemerintah
maupun swasta.
2) Pelayanan yang diberikan sesuai dengan Pedoman Pengendalian Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) yang berlaku, antara lain :
a) Penegakan diagnosa DBD;
b) Di lakukan pemeriksaan klinis dan Laboratorium antara lain :
i) Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas;
ii) Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji tourniquet positif );
iii)Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali);
iv)Trombositopenia (Trombosit < 100.000 /ul);
v) Peningkatan Hematokrit (Ht > 20 %);
- Tatalaksana penderita DBD;
- Surveilans kasus dan Surveilans Vektor (PE);
- Pengendalian DBD dilapangan (Penyuluhan, PSN dan Fogging).

20 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b. Definisi Operasional
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang
ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu yang sama.

21 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


c. Satuan :
Persen (%)
d. Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

f. Cara Perhitungan :

Jumlah Penderita DBD yang ditangani


Cakupan Penderita di satu wilayah dalam satu tahun
Demam Berdarah Dengue = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
(DBD) yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama

Catatan:
Nominator : Jumlah penderita DBD di dalam wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator : Jumlah estimasi Jumlah penderita DBD di dalam yang berada di
dalam wilayah kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama.
Contoh Perhitungan :
Pada tahun 2024 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73 kasus,
dan yang ditangani sesuai standar 73 kasus :

Penderita DBD yang 73


= X 100 % = 100 %
ditangani 73

g. Faktor pendukung program DBD


1) Persentase jumlah kasus DBD/terduga DBD yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan atau PSN dan atau fogging;
2) Persentase jumlah bangunan sekolah/pondok pesantren yang dilakukan PSN
(bebas jentik) dan Fogging;
3) Jumlah TTU bebas jentik yg diperiksa jentik;
4) Jumlah fogging focus;
5) Jumlah RW berisiko penularan DBD;
6) Jumlah RW yang dilakukan PSN dengan 3 plus.
h. Pembuktian /Sumber Data :
1) Sistem Informasi Puskesmas;
2) Sistem Informasi Rumah Sakit;
3) Sistem Informasi Kesehatan.

22 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


i. Referensi :
1) Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Kemenkes RI
Dirjen P2PL) Tahun 2013;

23 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2) Petunjuk Teknis PSN DBD oleh Jumantik (Kemenkes RI Dirjen P2PL
Direktorat P2B2).
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI (No.374/Menkes/Per/III/2010) tentang
Pengendalian Vektor;
4) Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2012 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
5) Peraturan Walikota Pontianak No. 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
6) Peraturan Walikota Pontianak No 32 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

5. Cakupan Penderita DBD yang ditangani


a. Pengertian :
1) Pelayanan DBD Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada
seluruh Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di Fasyankes baik pemerintah
maupun swasta.
2) Pelayanan yang diberikan sesuai dengan Pedoman Pengendalian Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang berlaku, antara lain :
a) Penegakan diagnosa DBD;
b) Di lakukan pemeriksaan klinis dan Laboratorium antara lain :
i. Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas;
ii. Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji tourniquet positif );
iii. Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali);
iv. Trombositopenia (Trombosit < 100.000 /ul);
v. Peningkatan Hematokrit (Ht > 20 %);
c) Tatalaksana penderita DBD;
d) Surveilans kasus dan Survelans Vektor (PE);
e) Pengendalian DBD dilapangan (Penyuluhan, PSN dan Fogging).
b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi Penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD
yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu yang sama.
c. Satuan :
Persen (%)
d. Sasaran :
Jumlah penderita DBD yang ditangani dalam kurun waktu satu tahun.

24 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

f. Cara Perhitungan :

Jumlah Penderita DBD yang ditangani


Cakupan Penderita Demam di satu wilayah dalam satu tahun
Berdarah Dengue (DBD) = Jumlah penderita DBD yang ditemukan X 100 %
yang ditangani di satu wilayah dalam satu tahun yang
sama

Contoh Perhitungan
Pada tahun 2016 di Kota Pontianak ditemukan penderita DBD sebanyak 73
kasus, dan yang ditangani sesuai standar 73 kasus :

Penderita DBD 73
= X 100 %
yang ditangani 73
g. Pembuktian /Sumber Data :
1. Sistem Informasi Puskesmas;
2. Pengelola Program DBD dan PSN Puskesmas.
h. Rujukan :
1) Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (Kemenkes
RI Dirjen P2PL) Tahun 2013;
2) Petunjuk Teknis PSN DBD oleh Jumantik (Kemenkes RI Dirjen P2PL
Direktorat P2B2);
3) Peraturan Menteri Kesehatan RI (No.374/Menkes/Per/III/2010) tentang
Pengendalian Vektor;
4) Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 13 Tahun 2012 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular;
5) Peraturan Walikota Pontianak No. 14 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
6) Peraturan Walikota Pontianak No 32 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Demam Berdarah Dengue;
7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar

25 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Pelayanan Minimal Bidang Kesehata

26 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


C. PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA

1. Jumlah Kematian ibu

a. Pengertian

Banyaknya kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan


dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa
tertentu. Angka pengukuran risiko kematian wanita yang berkaitan
dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita
dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6
minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun
yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.

b. Definisi Operasional

Jumlah Kematian Ibu adalah Jumlah Ibu meninggal yang


dikarenakan hamil, bersalin dan nifas di wilayah Kota Pontianak.

c. Satuan

Orang

d. Sasaran

Kematian ibu hamil, bersalin dan nifas di wilayah Kota Pontianak

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

6 Orang 6 Orang 6 Orang 6 Orang

27 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Rumus Perhitungan Kinerja

1) Jumlah
Kematian Ibu
= 3 Orang
Contoh :

Jumlah Kematian Ibu tgl. 1 januari 2019 sebanyak 1 kasus karena


hamil dengan perdarahan, tgl. 15 November tahun 2019 terjadi 1
kasus kematian Ibu karena Preeklampsi dan tgl. 30 Desember
tahun 2019 terjadi 1 kasus Kematian Ibu karena Infeksi setelah 20
hari pasca persalinan . Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas A
adalah 1+1+1 =3 orang, maka jumlah kematian ibu di Puskesmas
A pada tahun 2019 adalah 3 orang.

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Kematian Ibu di Puskesmas;

2) Laporan Kematian Ibu di RS di Kota Pontianak;

3) Laporan Kematian Ibu di Klinik di Kota Pontianak.

h. Referensi

1) Pedoman Surveilans Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Tahun 2017;

2) Pedoman Audit Material Perinatal (AMP), Kementerian


Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Tahun
2010;

3) Aplikasi MDN (Maternal Death Notification) Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018.

2. Jumlah Kematian Bayi

a. Pengertian

Banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran


hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai

28 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

29 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b. Definisi Operasional

Jumlah Kematian Bayi Umur Kurang dari 1 Tahun di wilayah Kota Pontianak.

c.

d. Satuan

Orang

e. Sasaran

Kematian bayi usia kurang dari 1 tahun di wilayah Kota Pontianak.

f. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

27 Orang 26 Orang 25 Orang 24 Orang

g. Rumus
Perhitungan
Kiinerja
Jumlah
Kematian Bayi
= 21 Orang
Contoh :

Jumlah Kematian bayi tgl. 1 januari 2019 umur 1 jam sebanyak 8


kasus, tgl. 15 juli tahun 2019 umur 6 bulan sebanyak 4 kasus, tgl. 30
November 2019 terjadi kematian bayi umur 7 sampai 11 bulan
sebanyak 9 kasus. Jumlah Kematian bayi di Puskesmas A adalah
8+4+9 =21 kasus, maka jumlah kematian bayi pada tahun 2019 di
Puskesmas A adalah 21 orang

h. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Kematian Bayi di Puskesmas;

2) Laporan Kematian Bayi di RS di Kota Pontianak;

3) Laporan Kematian Bayi di Klinik di Kota Pontianak.

25 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


i. Referensi

1) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis, dan


Hepatitis dari Ibu ke Anak, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;

2) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru


Lahir, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;

3) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial,


Kementerian Kesehatan Tahun 2019.

3. Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil (SPM)

a. Pengertian

Pelayanan antenatal yang sesuai standar yang meliputi:

1) Standar kuantitas;

2) Standar kualitas.

b.
Pernyataan
Standar

Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.


Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar kepada semua ibu
hamil di wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

b. Definisi Operasional

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam


memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran

Semua ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai


standar di wilayah Kota Pontianak.
26 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100 % 100 % 100 % 100 %

27 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah ibu hamil yang


mendapatkan pelayanan antenatal
Persentase ibu sesuai standar di wilayah kerja
hamil kabupaten/kota tersebut dalam
mendapatkan kurun waktu satu tahun
pelayanan
kesehatan (Nominator) x 100%
ibu hamil =

Jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja


kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun yang sama
(denominator)

Catatan:

1)Nominator yang dihitung adalah Ibu hamil yang telah selesai menjalani masa
kehamilannya (bersalin) di akhir tahun berjalan;

2)Ibu hamil yang belum selesai menjalani masa kehamilannya pada akhir tahun berjalan
tidak di hitung sebagai nominator akan tetapi dihitung sebagai nominator dan
denominator pada tahun berikutnya.

Contoh Perhitungan

Kabupaten “A” terdapat 3 Puskesmas B,C,dan D. Terdapat estimasi 1000 ibu hamil dan
dari hasil pendataan terdapat 750 ibu hamil. Adapun rincian yang berkunjung ke
Puskesmas dan fasyankes swasta:

Lokasi Jumla Ibu hamil di Mendap Sesuai standar


Pelayanan h Kab at
(proyeksi) pelayan
an

Puskesmas B, 350 15 10 100 ibu hamil


28 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
(data laporan 0 0 tidak
termasuk dari mendapatkan
poskesdes,polinde pelayanan
s, Pustu dan sesuai standar
fasyankes swasta) misalnya ibu
hamil tidak
mendapatkan
tablet tambah
darah.

Puskesmas C, 500 30 10 Fasyankes


(data laporan 0 0 swasta
termasuk dari termasuk
poskesdes,polinde rumah sakit
s, harus
Pustu dan melapor
fasyankes ke
swasta) puskesmas
C

Puskesmas D, 150 10 0 Tidak ada


(data laporan 0 fasyankes
termasuk dari swasta di
poskesdes,polinde wilayah
s,
Puskesmas C
Pustu)

Total 1000 55 20
Kabupaten A (X) 0 0
(Total (Y) (Z)
Puskesmas
B+C+D)

Capaian indikator ibu hamil yang mendapat pelayanan standar di Kab. A

= Y x 100%

= _550_ x 100% = 55%

1000
29 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Capaian SPM kabupaten A untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil adalah 55 %.
Catatan:

a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 55%), sehingga kabupaten A


harus menganalisis penyebabnya seperti :

(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan antenatal;

(2) akses ke fasyankes sulit;

(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskemas;

(4) ibu hamil mendapatkan pelayanan di fasyankes luar wilayah kerja kabupaten/kota;

(5) kendala biaya;

(6) Sosial budaya.

Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga pada tahun berikutnya


capaian SPM untuk indikator pelayanan kesehatan ibu hamil mencapai 100%.

b. Ibu hamil di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani dan dicatat tetapi tidak
masuk sebagai cakupan pelayanan di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke
Kab/Kota sesuai dengan alamat tinggal ibu hamil tersebut.

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

h. Referensi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

30 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


4. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan (SPM)

a. Pengertian

Pelayanan persalinan sesuai standar meliputi:

1) Persalinan normal;

2) Persalinan komplikasi.

b. Pernyataan Standar

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai


standar. Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib
memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar
kepada semua ibu bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.

b. Definisi Operasional

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam


memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Semua ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan persalinan sesuai


standar di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Pontianak.

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

31 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Rumus Perhitungan
Kinerja :

Jumlah ibu bersalin yang


mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar
Persentase ibu
bersalin di fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah
kerja kabupaten/kota
dalam

mendapatkan = kurun waktu satu tahun x 100%


pelayanan
persalinan Jumlah
sasaran ibu
bersalin di
wilayah kerja

kabupaten/kota
tersebut dalam
kurun waktu
satu tahun yang
sama.

Contoh Perhitungan

Kabupaten “D” terdiri dari 3 Puskesmas A,B, dan C. Terdapat


3.500 sasaran ibu bersalin (proyeksi) . Rincian ibu yang
mendapatkan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas dan
jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
sebagai berikut :

32 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Lokasi Jumlah ibu Dilayani Dilayani Keterangan
Pelayanan bersalin Sesuai Tidak
sesuai
(proyeksi) standar standar
Puskesmas A 800 500 0

Bersalin oleh 0 20 Tidak


dihitung,
tenaga karena tidak
kesehatan
di Rumah bersalin di

fasyankes. Tetapi

dipakai
sebagai
bahan evaluasi
dan
perencanaan

Puskesmas

selanjutnya

Bersalin oleh 0 20 Tidak


dihitung,
Dukun kecuali
pemerintah
daerah
menjamin
polindes dan

poskesdes telah

dilengkapi SDM,

sarana dan

prasarana sesuai

33 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


standar
pelayanan
persalinan

Bersalin di 200 0 Fasyankes


primer
Fasilitas dan
pelayanan
rujukan
kesehatan melaporkan
swasta
pelayanan

persalinan ke

Puskesmassesuai

dengan
wilayah
kerjanya

Total Puskesmas 800 700 50


A
Total Puskesmas 1300 900 10
B 0
Total Puskesmas 1400 1000 0
C
Kabupaten D 3.500 2.60 15
0 0
(Total (X) (Y) (Z)
Puskesmas
A+B+C)

34 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


*data bersalin dirumah, Polindes, poskesdes, oleh dukun
dilaporkan ke Puskesmas walaupun tidak dihitung dalam
cakupan.

Capaian indikator Ibu bersalin mendapat pelayanan standar di Kab. D

= Y x 100%

=
_
2
6
0
0
_
x
1
0
0
%

7
4
,
3
%

3
5
0
0

Capaian SPM kabupaten D untuk indikator pelayanan

35 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


kesehatan ibu bersalin adalah 74,3%.

Catatan:

a) Capaian SPM kabupaten A belum mencapai 100% ( 74,3%),


sehingga kabupaten A harus menganalisis penyebabnya seperti :

(1) Kurangnya informasi mengenai pelayanan persalinan;

(2) akses ke fasyankes sulit;

(3) pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskemas;

(4) ibu bersalin mendapatkan pelayanan bukan oleh nakes dan atau tidak
difasyankes;

(5) ibu bersalin mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja kab/kota;

(6) kendala biaya;

(7) Sosial budaya.

Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga


pada tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator
pelayanan kesehatan ibu bersalin mencapai 100%.

b) Ibu bersalin di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani


dan dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan di
Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota sesuai
dengan alamat tinggal ibu bersalin tersebut.

g. Pembuktian/ Sumber Data

1)Laporan Rumah Sakit;

2)Laporan masyarakat;

3)Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4)Laporan Puskesmas;

5)Laporan Posyandu;

6)Register Kohort Ibu.

h. Referensi

36 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan

5. Cakupan komplikasi nenonatus yang ditangani

a. Pengertian

1) Neonatus adalah bayi yang berumur 0 – 28 hari;

2) Pelayanan Neonatus Komplikasi meliputi : Pencegahan dan


penanganan asfiksia, Pencegahan dan penanganan
hipotermia, Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR),
Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang
neonatus, ikterus ringan– sedang, Pencegahan dan
penanganan gangguan minum serta Stabilisasi komplikasi
neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan;

3) Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah


neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih, dokter, bidan dan perawat di sarana
pelayanan kesehatan;

a) Indikator ini mengukur kemampuan menejemen


program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan
komplikasi;

b) Sarana pelayanan kesehatan adalah Polindes, Praktik


Bidan, Puskesmas, Puskesmas Perawatan( PONET),
Rumah Bersalin Dan Rumah Sakit Pemerintah Atau
Swasta;

c) Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir


pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
37 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.

b. Definisi Operasional

Cakupan neonatus dengan komplikasi di tangani secara definitif


oleh tenaga kesehatan yang kompeten di Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan


penanganan definitif di Kota Pontianak.

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

f. Rumus Perhitungan Kinerja :

Pembilang : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang tertangani secara


definitive

disuatu wilayah kerja tertentu

Penyebut : 15 % dari Jumlah sasaran bayi di seluruh wilayah


dalam kurun waktu 1 tahun.
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Rumus : X 100 %
15 X jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Contoh Perhitungan

38 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Jumlah neonatus pada daerah X yang mendapat penanganan
definitif sebanyak 75 orang, dengan jumlah sasaran bayi
sebanyak 1243 orang. Sehingga persentase cakupan neonatus
komplikasi yang di tangani adalah :

75
X 100 % = 0,40
15 x 1243

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

h. Referensi

1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun


2011;

2) Modul Pelatihan Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),


Tahun 2006;

3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan dan gangguan Tumbuh Kembang;

4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


284/MenKes/SK/III/2004 Tentang buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) Tahun 2004;

5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak Tahun
2014;

6) Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir berbasis

39 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Perlindungan Anak Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2010;

7) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sipilis,


dan Hepatitis dari Ibu ke Anak, Kementerian Kesehatan
Tahun 2019;

8) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi


Baru Lahir, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;

9) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Kementerian Kesehatan Tahun 2019.

6. Cakupan komplikasi kebidanan ditangani

a. Pengertian

1) Komplikasi Kebidanan adalah Komplikasi yang dimaksud


adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang
dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.

2) Komplikasi dalam kehamilan :

a) Abortus,

b) Hiperemesis Gravidarum,

c) perdarahan pervagina,

d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia),

e) kehamilan lewat waktu,

f) ketuban pecah dini.

3) Komplikasi dalam nifas :

a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),

b) Infeksi nifas,

c) pendarahan nifas.

40 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b. Definisi Operasional

Cakupan ibu hamil dengan faktor resiko dan komplikasi yang


ditemukan oleh tenaga kesehatan, kader, dukun bayi atau
masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini bisa
keluarga, ataupun ibu hamil itu sendiri.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Semua Ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan


mendapatkan penanganan definitif di wilayah kota Pontianak.

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

f. Rumus Perhitungan Ditangani


Kinerja
Ju
mla
h
ko
Contoh Perhitungan mpl
Cakupan ika
Komplikasi si
Kebidanan keb
41 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
idanan yang kerja dalam 1 tahun
mendapatkan
penanganan definitif di
suatu wilayah kerja
pada kurun waktu

tertentu

= 20% x jumlah sasaran ibu


hamil di suatu wilayah
X 100%

Jumlah komplikasi kebidanan pada daerah X yang mendapat


penanganan definitif sebanyak 85 orang, dengan jumlah sasaran
ibu hamil sebanyak 1258 orang. Sehingga persentase cakupan
neonatus komplikasi yang di tangani adalah :

85 x 100 = 6,75

1258

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

h. Referensi

1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS- KIA) tahun


2011;

2) Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi


Dasar (PONED), tahun 2006;

3) Buku KIA tahun 2019;

4) Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker, Kementerian
42 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Kesehatan tahun 2010;

5) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 284/MenKes/SK/2004


tentang buku Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2004;

6) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1464/X/Menkes/2010


tentang penyelenggaraan Praktek Bidan tahun 2010;

7) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 43 tahun 2019 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat;

8) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 97 tentang tahun 2014


Pusat Kesehatan Masyarakat tentang Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil, masa hamil

9) Persalinan, dan masa sesudah melahirkan, Penyelenggaraan


Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan seksual.

10) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV,


Sipilis, dan Hepatitis dari Ibu ke Anak, Kementerian
Kesehatan Tahun 2019;

11) Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan


Bayi Baru Lahir, Kementerian Kesehatan Tahun 2019;

12) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial Kementerian Kesehatan Tahun 2019.

7. Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar (SPM)

a. Pengertian

1) Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :

a) Pelayanan kesehatan balita sehat;


b) Pelayanan kesehatan balita sakit.

b. Definisi Operasional

Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam


memberikan pelayanan kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai
dari cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan balita
43 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Balita usia 12-59 bulan di wilayah Kota Pontianak

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

f. Rumus Perhitungan Kinerja


Cakupan Pelayanan Kesehatan Jumlah Balita usia 12-23 bulan yang
mendapat Pelayanan Kesehatan sesuai
Balita sesuai Standar Standar 1 + Jumlah Balita usia 24-35
bulan mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai
standar 2 + Balita usia 36-59 bulan
mendapakan pelayanan sesuai standar 3

Jumlah Balita usia 12-59 bulan di


wilayah kerja Kabupaten/kota tersebut
= pada kurun waktu satu tahun yang X 100%
sama

Catatan :

A. Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun

44 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


berjalan, tidak di hitung sebagai cakupan. Perhitungan balita
usia 0-11 bulan dilakukan setelah balita berulang tahun yang
pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan);

B. Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun


berjalan tidak di hitung sebagai cakupan balita usia 24-35
bulan. Perhitungan dilakukan setelah berulang tahun yang
kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan);

C. Balita yang belum mencapai usia 36 bulan, di akhir tahun


berjalan tidak di hitung sebagai cakupan balita usia 36-59
bulan. Perhitungan di lakukan setelah berulang tahun yang
ketiga (balita genap berusia 3 tahun/36 bulan).

Contoh
Perhitungan
Contoh 1

Balita A lahir pada 1 Juni 2018, di akhir tahun berjalan


(Desember 2018) balita A berusia 6 bulan, sudah
mendapatkan penimbangan 4 kali, pengukuran panjang badan
2 kali, pemantauan perkembangan 1 kali dan vitamin A 1
kali, imunisasi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali,
Polio 4 kali dan IVP 1 kali. Balita A di akhir tahun berjalan
(Desember 2018) belum di hitung sebagai cakupan, karena
belum mencapai usia 1 tahun dan belum mendapatkan
pelayanan sesuai standar;

Contoh 2

Balita B lahir pada 1 Oktober 2017, di akhir tahun berjalan


(bulan Desember 2018), balita B berusia 14 bulan. Dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir (Jan-Des 2018) Balita B
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali dalam kurun waktu
6 bulan), pengukuran panjang badan sebanyak 2 kali,
pemantauan perkembangan 2 kali, pemberian vitamin A 2

45 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


kali dan imunisasi dasar nya sudah lengkap. Balita B di
hitung sebagai cakupan Balita usia 12-23 bulan pada tahun
2018 karena sudah mendapatkan pelayanan sesuai standar.

Contoh 3

Balita C lahir pada 1 November 2016, di akhir tahun berjalan


(bulan Desember 2018), balita C berusia 25 bulan. Dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir ( Jan-Des 2018) Balita C
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6
bulan), pengukuran panjang badan 2 kali, pemantauan
perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali , Imunisasi lanjutan
Campak Rubella 1 kali dan DPT-HB-Hib 1 kali. Balita C di
hitung sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan karena
mendapatkan pelayanan sesuai standar Contoh 4

Balita D lahir pada 1 November 2015, di akhir tahun berjalan


(bulan Desember 2018), bayi D berusia 37 bulan. Dalam
kurun waktu 1 tahun terakhir ( jan-Des 2018) Balita D sudah
mendapatkan penimbangan 8 kali ( 4 kali di kurun waktu 6
bulan ), pengukuran panjang badan 2 kali, pemantauan
perkembangan 2 kali, vitamin A 2 kali

. Balita D di hitung sebagai cakupan balita usia 36—59 bulan


karena mendapatkan pelayanan sesuai standar.

Cara Menghitung Cakupan Pelayanan

Di Kabupaten D, terdapat Puskesmas A dan B. Jumlah


sasaran balita (0-59 Bulan) yang ada di wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama sebanyak 300 orang Balita. Jumlah
balita yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan
rincian sebagai berikut :

Balita Balita Tidak


Mendapat mendapat
Lokasi Jumlah pelayanan pelayanan Keterangan
Pelayanan Balita
sesuai sesuai
46 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
standar standard

Puskesmas 200 150 50 Pelayanan tidak


A dan sesuai standar
Jaringanny misalnya balita
a hanya

Puskesmas 100 70 30 mendapatkan


B dan pengukuran
Jaringanny Panjang
a badan/TB 1 kali
/setahun
Jumlah 300 (X) 220 (Y) 80
(Z)

Capaian SPM Balita mendapat pelayanan standar di Kab. D

= Y x 100%

X
220
X 100 = 73,3 %
300
Capaian SPM kabupaten D untuk indikator
pelayanan balita adalah 73,3 %. Catatan:

a) Capaian SPM kabupaten D belum mencapai 100%


(73,3%), sehingga kabupaten D harus menganalisis
penyebabnya seperti :

(1) Kurangnya Informasi mengenai pelayanan balita;

(2) akses ke fasyankes sulit;

(3)pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan


fasyankes swasta ke puskemas;

(4) balita mendapatkan pelayanan dil luar wilayah kerja kab/kota;

(5) kendala biaya;

(6) Sosial budaya.

Untuk dilakukan intervensi penyelesaian masalah sehingga


pada tahun berikutnya capaian SPM untuk indikator
pelayanan balita mencapai 100%.

47 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


b) Balita di luar wilayah kerja Kabupaten/Kota tetap dilayani
dan dicatat tetapi tidak masuk sebagai cakupan pelayanan
di Kab/Kota tersebut melainkan dilaporkan ke Kab/Kota
sesuai dengan alamat tinggal bayi dan anak balita tersebut
:

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

h. Referensi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

48 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


8. Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar (SPM)

a. Pengertian

Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi :

1)Skrining kesehatan.

2)Tindaklanjut hasil skrining kesehatan.

Keterangan: Dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah


minimal satu kali dalam satu tahun ajaran dan usia 7 sampai 15 tahun diluar
sekolah.

b. Pernyataan Standar

Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan


kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
wajib melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar pada anak
usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan dasar
di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun
ajaran.

c. Definisi Operasional

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam


memberikan pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan
dasar dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan anak setingkat
pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun ajaran.

d. Satuan

Persen (%)

e. Sasaran

Semua anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan


kesehatan sesuai standar yang ada di wilayah kota Pontianak.

49 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

g. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah anak usia pendidikan dasar


yang mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar yang ada di wilayah
kerja kabupaten/kota
dalam kurun waktu satu tahun ajaran

Persentase anak usia Jumlah semua anak usia pendidikan


pendidikan dasar yang dasar yang ada di wilayah kerja
mendapatkan pelayanan kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun ajaran
kesehatan sesuai
standar yang sama.
= X 100%

Contoh perhitungan

Di Kabupaten “E” terdapat 17.000 anak usia pendidikan dasar.


Rincian anak yang mendapatkan pelayanan kesehatan di satuan
pendidikan dasar dan di luar satuan pendidikan dasar (pondok
pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebagai
berikut :

Hasil rekapitulasi pada tahun itu, anak usia pendidikan dasar didalam satu
tahun ajaran

50 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Fasilit Jumlah Jumlah Jumlah Anak Tidak Tida
as Anak Usia Anak Usia Usia Pendidikan mendapa k
Pelaya Pendidikan Pendidikan Dasar yang t menda
nan Dasar Dasar yang mendapat pelayana pat
Keseh mendapat pelayanan n pelaya
atan pelayanan kesehatan sesuai kesehata nan
kesehatan standar di pondok n sesuai keseha
sesuai pesantren/panti/L standar tan
standar di KSA
sekolah/
madrasah /lapas/
LPKA/posyand
u remaja

Puskesmas 7.500 7.400 55 40 5


A
Puskesmas 6.000 5750 42 200 8
B

Puskesmas 3.500 2677 33 600 19


C 0

Jumlah 17.000 15.827 130 840 20


3

sebanyak 17.000 anak, yang mendapatkan pelayanan skrining


kesehatan sesuai standar di sebanyak 15.957 orang (jumlah anak
usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar di sekolah sebanyak 15.827 orang +
jumlah anak usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di pondok
pesantren/panti/LKSA/lapas/LPKA/posyandu remaja sebanyak
130 orang).

51 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten “E” dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak usia pendidikan
dasar sesuai standar :

15957_ x 100%= 93,86 %


17000

Catatan:

Capaian Kinerja pemerintah Daerah Kabupaten E belum


mencapai 100%, karena masih terdapat 1.043 anak yang belum
mendapat skrining kesehatan (penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala) sesuai dengan standar, sehingga perlu
untuk dilakukan analisis penyebab (faktor sarana prasarana,
keterbatasan tenaga kesehatan puskesmas dan/atau kurangnya
koordinasi lintas sektor, dan sebagainya).

h. Pembuktian/ Sumber data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

i. Referensi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

9 Persentase Balita mempunyai buku KIA/KMS

a. Pengertian

1) Balita adalah Anak Usia 0 – 5 tahun;

52 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan
dan Alat Pemantauan KIA milik ibu/keluarga yang dapat
digunakan pada semua fasilitas pelayanan kesehatan. Bahan
Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak,
Materi Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;

3) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan


kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru
lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun), gabungan dari
kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS
Balita, Perkembangan Anak;

4) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi Catatan


dan Alat Pemantauan KIA milik ibu/keluarga yang dapat
digunakan pada semua fasilitas pelayanan kesehatan. Bahan
Informasi cara menjaga dan merawat kesehatan ibu anak,
Materi Penyuluhan kesehatan ibu dan anak;

5) Buku Kesehatan ibu dan Anak (KIA) adalah berisi catatan


kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru
lahir, bayi dan anak usia sampai 6 tahun), gabungan dari
kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS
Balita, Perkembangan Anak.

b. Definisi Operasional

Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak


(KIA) di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.

c. Satuan

Persen (%)

d. Sasaran

Semua Balita yang mempunyai Buku KIA di wilayah kota Pontianak.

53 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

54 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah Balita yang mempunyai Buku


KIA di suatu wilayah kerja pada kurun
Persentase Balita waktu tertentu
mempunyai Buku
KIA/KMS X 100%
=
Jumlah Balita di Kota Pontianak di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun

Contoh Perhitungan

Jumlah Balita yang mempunyai Buku Kesehatan Ibu dan Anak


(KIA) di Kota Pontianak, sebanyak 1587 orang, dan Jumlah
Balita di wilayah Kota Pontianak sebanyak 1986 orang,
sehingga Persentase balita yang mempunyai Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), sebagai berikut:

1587 x 100 = 79,90


1986

g. Pembuktian/ Sumber Data

1) Laporan Rumah Sakit;

2) Laporan Masyarakat;

3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan Puskesmas;

5) Laporan Posyandu;

6) Register Kohort Ibu.

h. Referensi

1) Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS - KIA) Tahun


2011;

2) Modul Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi


Dasar (PONED) Tahun 2006.

55 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


10 Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar (SPM)

a. Pengertian

Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi :

1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;

2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

b. Pernyataan Standar

Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan


pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar. Pemerintah
Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai
standar pada Warga Negara usia 60 tahun ke atas di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

c. Definisi Operasional

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam


memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada warga
negara usia 60 tahun atau lebih dinilai dari cakupan warga
negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

d. Satuan

Persen (%)

e. Sasaran

Semua warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapat


skrining kesehatan sesuai standar di wilayah kota Pontianak.

56 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

g. Rumus Perhitungan Kinerja Jumlah warga negara berusia 60 tahun atau lebih
yang mendapat skrining kesehatan sesuai standar
minimal 1 kali yang ada di suatu wilayah kerja
kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun
Persentase warga negara usia 60 (Nominator)
tahun ke atas mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar X 100%
Jumlah semua warga negara berusia 60 tahun atau
lebih yang ada di suatu wilayah kerja
kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun
yang sama (Denominator)

h. Pembuktian/ Sumber data

1) Laporan Rumah Sakit;


2) Laporan masyarakat;
3) Laporan Bidan Praktek Mandiri;
4) Laporan Puskesmas;
5) Laporan Posyandu;
6) Register Kohort Ibu.

i. Referensi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

57 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


D. PELAYANAN GIZI

1. Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

a. Pengertian :

1) Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang
bersekolah di SMP/SMA atau sederajat

2) TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi


setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang
disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh secara mandiri

3) Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri yang


mendapat TTD secara rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet.

4) Kartu Kontrol Tablet Tambah Darah Remaja Putri adalah kartu


yang digunakan untuk mencatat konsumsi tablet tambah darah
oleh remaja putri

b. Definisi Operasional

Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


adalah jumlah remaja putri yang mendapat TTD secara rutin setiap
minggu terhadap jumlah seluruh remaja putri usia 12-18 tahun di
sekolah dikali 100%

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Remaja putri usia12-18 tahun di sekolah

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

52% 54% 56% 58%

58 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :
Jumlah remaja putri
mendapat TTD
Persentase Remaja Darah (TTD)
Putri mendapat
Tablet Tambah = x 100%
Darah (TTD)
Jumlah seluruh
remaja putri usia 12-
18

Contoh Cara Perhitungan:


TWI TW II

No Nama Jumla Jumlah Mendapat TTD Jumlah Minum TTD


Sekola h ≤ 50% 51- 81- ≥100% ≤ 50% 51- 81- ≥100%
h Siswi
80% 99% 80% 99%
1 SMP A 300 10 150 90 50 150 90 30 30

2 SMA B 310 20 130 120 30 80 150 50 20

3 SMA C 280 15 160 85 20 40 130 50 60

Total 890 55 440 295 100 280 370 130 110

Formulir : Pemantauan Program TTD Remaja Putri di


Puskesmas A Triwulan 1 Tahun 2020

N Nama Jumlah Jumlah rematri/siswi % rematri


o Sekolah rematri / mendapat dapat
siswi TTD TTD

1 SMP A 30 10+150+90+50 = 300 100


0
2 SMA B 31 20+130+120+30=300 96.7
0 7

3 SMA C 28 15+160+85+20=280 100


0
Total 89 88 98,8
0 0 8

59 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Rekapitulasi Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) Puskesmas A Triwulan 1 Tahun 2020

Jadi Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah


Darah (TTD) Puskesmas A pada tahun 2020 adalah :
880/890 = 98,88%

Catatan :

1) Nama remaja putri yang dicatat tidak berulang

2) Untuk remaja putri di sekolah, tablet tambah darah diberikan


kepada semua tingkatan kelas (kelas 7 – 9, kelas 10 – 12)
selama remaja putri tersebut masih terkategori usia 12 – 18
tahun

g. Pembuktian /Sumber Data

1) Formulir Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Puskesmas;

2) Kartu kontrol tablet tambah darah remaja putri;

3) Pencatatan pada Posyandu Remaja;

4) Laporan UKS;

5) Laporan bulanan surveilans gizi.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans
Gizi

60 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2. Cakupan Balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan

a. Pengertian :

1) Balita kurus (gizi kurang) adalah anak usia 6 bulan 0 hari


sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus/gizi
kurang (BB/PB atauBB/TB -3 SD sampai dengan kurang dari -2
SD)

2) Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai


tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk
makanan tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan
pangan lokal

b. Definisi Operasional

Persentase balita kurus (gizi kurang) mendapat makanan tambahan


adalah jumlah balita kurus (gizi kurang) yang mendapat makanan
tambahan terhadap jumlah balita kurus (gizi kurang) yang ada
dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Balita kurus

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

92% 94% 96% 98%

f. Cara Perhitungan :
Jumlah balita kurus (gizi
kurang) yang
mendapatkan makanan
Persentase balita kurus tambahan
(gizi kurang) mendapat
makanan tambahan = x 100%
Jumlah seluruh balita
kurus (gizi kurang)
61 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Contoh cara perhitungan:

Jumlah balita kurus di suatu Puskesmas X pada tahun 2020


adalah 48 orang. Dari jumlah tersebut 1 balita diantaranya
menolak pemberian Makanan Tambahan dan 2
balita masih berusia 4 bulan (ASI). Maka Persentase balita
kurus yang mendapatkan makanan tambahan Puskesmas X
tahun 2020 adalah :

45 / 48 *100% = 93,75%

Catatan : jumlah balita kurus yang mendapatkan makanan


tambahan adalah jumlah kasus yang ada (48 balita) dikurangi
3 balita yang tidak mendapat Makanan Tambahan (menolak
dan masih ASI)

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register Balita dengan masalah gizi

2) Buku KIA

3) Laporan bulanan surveilans gizi

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

62 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


3. Cakupan Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S)

a. Pengertian :

1) Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)

2) S Balita adalah jumlah seluruh sasaran balita yang ada di suatu wilayah.

3) D Balita adalah jumlah balita yang ditimbang (D) disuatu wilayah

b. Definisi Operasional

Persentase balita yang ditimbang berat badan nya adalah jumlah


balita yang ditimbang terhadap sasaran balita dikali 100%

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Balita

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

71% 72% 73% 74%

f. Cara Perhitungan :
Jumlah balita yang
ditimbang di suatu
wilayah
Persentase balita
ditimbang
= x 100%
Jumlah balita yang ada

63 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Contoh cara perhitungan:

Pada bulan November tahun 2020 jumlah balita yang dapat


ditimbang di wilayah kerja puskesmas A adalah 1000 orang.
Sasaran balita Puskesmas A adalah 1500 orang. Maka persentase
balita yang ditimbang berat badan nya pada bulan November
2020 adalah :

1000 / 1500 *100% = 66,67%

g. Pembuktian /Sumber Data

1) Register pemantauan pertumbuhan balita

2) Sistem Informasi Posyandu (SIP)

3) Buku KIA/KMS balita

4) Laporan bulanan surveilans gizi

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

64 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


4. Cakupan Remaja Putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

a. Pengertian :

1) Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang
bersekolah di SMP/SMA atau sederajat

2) TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi


setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang
disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh secara mandiri

3) Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri yang


mendapat TTD secara rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet.

4) Kartu Kontrol Tablet Tambah Darah Remaja Putri adalah kartu


yang digunakan untuk mencatat konsumsi tablet tambah darah
oleh remaja putri

b. Definisi Operasional

Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


adalah jumlah remaja putri yang mendapat TTD secara rutin setiap
minggu terhadap jumlah seluruh remaja putri usia 12-18 tahun di
sekolah dikali 100%

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Remaja putri usia12-18 tahun di sekolah

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

52% 54% 56% 58%

65 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :

Jumlah remaja putri


Persentase Remaja Putri mendapat TTD
=
mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) Jumlah seluruh remaja putri X 100%
Contoh Cara Perhitungan: usia 12-18
TW TW II
I
No Nama Jumla
Sekola h Jumlah Mendapat TTD Jumlah Minum TTD
h Siswi
≤ 50% 51- 81- ≥100% ≤ 50% 51- 81- ≥100%
80% 99% 80% 99%
1 SMP A 300 10 150 90 50 150 90 30 30

2 SMA B 310 20 130 120 30 80 150 50 20

3 SMA C 280 15 160 85 20 40 130 50 60

Total 890 55 440 295 100 280 370 130 110

Formulir : Pemantauan Program TTD Remaja Putri di


Puskesmas A Triwulan 1 Tahun 2020

Rekapitulasi Remaja Putri mendapat Tablet Tambah Darah


(TTD) Puskesmas A Triwulan 1 Tahun 2020

N Nama Jumlah Jumlah rematri/siswi % rematri


o Sekolah rematri / mendapat dapat
siswi TTD TTD

1 SMP A 30 10+150+90+50 = 300 100


0
2 SMA B 31 20+130+120+30=300 96.7
66 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
0 7

3 SMA C 28 15+160+85+20=280 100


0
Total 89 88 98,8
0 0 8

Jadi Persentase Remaja Putri mendapat Tablet Tambah


Darah (TTD) Puskesmas A pada tahun 2020 adalah :
880/890 = 98,88%
Catatan :

1) Nama remaja putri yang dicatat tidak berulang

2) Untuk remaja putri di sekolah, tablet tambah darah


diberikan kepada semua tingkatan kelas (kelas 7 – 9, kelas
10 – 12) selama remaja putri tersebut masih terkategori usia
12 – 18 tahun

g. Pembuktian /Sumber Data

1) Formulir Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Puskesmas;

2) Kartu kontrol tablet tambah darah remaja putri;

3) Pencatatan pada Posyandu Remaja;

4) Laporan UKS;

5) Laporan bulanan surveilans gizi.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

67 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


68 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
5. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan

a. Pengertian :

1) Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)

2) Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis


gizi buruk dan atau indeks Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari-3 SD.

3) Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah


balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai
dengan tata laksana gizi buruk.

b. Definisi Operasional

Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan


adalah jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
terhadap jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di suatu
wilayah pada periode tertentu dikali 100%.

c. Satuan :

d. Persen (%)

Balita gizi buruk

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

100% 100% 100% 100%

69 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Jumlah kasus balita gizi
f. Cara Perhitungan : buruk yang mendapat
perawatan di suatu
wilayah
Persentase kasus
balita gizi buruk yang = x 100%
mendapat perawatan
Jumlah kasus balita gizi
buruk yang ditemukan
di suatu wilayah

Contoh cara perhitungan:

Distribusi penemuan kasus dan perawatan kasus gizi buruk Puskesmas A bulan
Oktober

– Desember Tahun 2019

Bulan ditemu diraw Memba % gizi buruk


Maka kan at ik dirawat
kasus
Oktober 2 1 1 50%
balita
Nopember 4 2 2 50%
gizi
buruk Desember 1 0 0 0%

yang Total 7 3 3 42,85%

mendapat perawatan Puskesmas A bulan Oktober – Desember tahun 2019


adalah :

3 / 7 *100% = 42,85%

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register Balita dengan masalah gizi

2) Buku KIA

3) Laporan bulanan surveilans gizi

70 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

3) Kepmenkes Nomor1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30


Desember 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak;

4) Bagan Tatalaksana Gizi Buruk (Buku I);

5) Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II);

6) Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk;

7) Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi.

6. Cakupan Bayi Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Pengertian :

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai


segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke
kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan
berlangsung minimal 1 (satu) jam.

b. Definisi Operasional

Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi
baru lahir hidup yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru
lahir hidup dikali 100%

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

71 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Bayi Baru Lahir

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

77% 78% 78% 79%

f. Cara Perhitungan : Jumlah bayi baru lahir


hidup yang mendapat
Persentase jumlah bayi IMD
baru lahir yang = X 100 %
mendapat IMD
Jumlah seluruh bayi
baru lahir hidup

Contoh cara perhitungan:

Jumlah bayi lahir hidup di Puskesmas A pada tahun 2020


adalah 581 orang. Dari jumlah tersebut 30 bayi tidak
mendapat IMD karena kelahiran ditolong dukun dan 5 bayi
dilahirkan asfiksia. Maka bayi baru lahir yang mendapat IMD
Puskesmas A tahun 2020 adalah :

546 / 581 *100% = 89,67%

Catatan:

Bayi lahir hidup tidak mendapat IMD diatas yaitu 30 bayi


yang ditolong dukun, 5 bayi dengan asfiksia sehingga total
adalah 35 bayi. Jumlah bayi lahir hidup yang mendapat IMD
adalah jumlah bayi lahir hidup (581 bayi) dikurangi 35 bayi
yaitu 546 bayi.

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register bayi

2) Buku KIA

3) Laporan IMD dari RS, Puskesmas rawat inap, Bidan Praktik Mandiri
72 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
4) Laporan bulanan surveilans gizi

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

7. Cakupan Bayi Usia 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

a. Pengertian :

1) Bayi usia 6 bulan adalah seluruh bayi yang telah mencapai umur 5 bulan
29 hari.

2) Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi usia 6


bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain
kecuali obat, vitamin dan mineral sejak lahir.

b. Definisi Operasional

Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah


jumlah bayi mencapai usia 5 bulan 29 hari mendapat ASI
Eksklusif terhadap jumlah seluruh bayi mencapai usia 5 bulan 29
hari dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Bayi 5 bulan 29 hari

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

73 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


40% 45% 50% 55%

74 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :

Jumlah bayi telah mencapai usia


5 bulan 29 hari mendapat ASI
Persentase bayi usia 6 Eksklusif
bulan mendapat ASI = X 100 %
Eksklusif
Jumlah bayi telah mencapai 5
bulan 29 Hari

Contoh cara perhitungan:

Jumlah bayi usia 5 bulan 29 hari Puskesmas A yang terdata


pada register ASI eksklusif tahun 2020 adalah sebanyak 371
orang. Dari jumlah tersebut 200 bayi diantara nya diberikan
ASI eksklusif saja sejak lahir hingga usia 6 bulan. Maka
persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Puskesmas A tahun 2020 adalah :

200/ 371 *100% = 53,91%

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register bayi

2) Register Posyandu

3) Buku KIA/KMS balita

4) Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta

5) Laporan bulanan surveilans gizi

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.

75 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

76 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


8. Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

a. Pengertian :

Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0


bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari.

Bayi mendapat ASI Ekslusif kurang dari 6 bulan adalah bayi


kurang dari 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan
recall 24 jam.

b. Definisi Operasional

Persentase bayi kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif


adalah jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang masih mendapat
Asi Eksklusif terhadap jumlah seluruh bayi kurang dari 6
bulan yang direcall dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Bayi usia 0 bulan 1 hari sanpai 5 bulan 29 hari

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

45% 50% 55% 60%

f. Cara Perhitungan :

Jumlah bayi kurang dari 6


Persentase Bayi kurang dari 6 bulan masih mendapat ASI
bulan mendapat ASI Eksklusif = Eksklusif x 100%
Jumlah bayi kurang dari 6
bulan yang direcall

77 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Contoh cara perhitungan:

Jumlah bayi usia 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari


Puskesmas A yang terdata pada register ASI eksklusif tahun
2020 adalah sebanyak 250 orang. Dari jumlah tersebut 150
bayi diantaranya diberikan ASI eksklusif saja sejak lahir
hingga usia saat dilakukan recall. Maka persentase bayi usia
kurang 6 bulan mendapat ASI Eksklusif Puskesmas A tahun
2020 adalah :

150/ 250 *100% = 60%

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register bayi

2) Register Posyandu

3) Buku KIA/KMS balita

4) Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta

5) Laporan bulanan surveilans gizi.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans
Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

78 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


9. Cakupan balita ditimbang Naik Berat Badannya (N/D)

a. Pengertian :
1) Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun ( 0 – 59 bulan 29 Hari).

2) Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0 – 59 bulan 29 hari yang ditimbang

3) Berat Badan Naik (N) adalah hasil penimbangan berat badan


dengan grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimum atau lebih. Kenaikan berat badan ditentukan dengan
membandingkan hasil penimbangan bulan ini dengan bulan
lalu.

4) Balita tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah Balita yang tidak
memiliki catatan hasil penimbangan bulan lalu

5) Balita Baru (B) adalah balita yang baru pertama kali datang
dan tidak terdaftar sebelumnya.

b. Definisi Operasional

Persentase Balita yang naik berat badannya adalah jumlah balita


yang naik berat badannya terhadap jumlah balita yang ditimbang
dikurangi balita tidak ditimbang bulan lalu dan balita baru dikali
100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Balita

79 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

82% 84% 86% 88%

80 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :

jumlah Balita naik berat


badannya
Persentase Balita Naik
Berat Badannya = x 100%
jumlah seluruh balita yang
ditimbang – (balita tidak
ditimbang bulan lalu +
balita baru)

Contoh cara perhitungan:

Jumlah seluruh Balita yang ditimbang di Puskesmas A pada


bulan Februari 2020 adalah 100 anak. Dari 100 balita, 15
diantaranya tidak datang timbang bulan lalu, dan 10 balita
yang baru pertama kali mendaftar dan datang timbang.
Terdapat 20 Balita yang naik berat badannya setelah di plot
dalam grafik pertumbuhan dalam buku KIA. Maka Persentase
balita yang naik berat badannya pada bulan februari tahun
2020 adalah:

20 / 100 – ( 15 +10) *100% = 26,7 %

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register Penimbangan Balita


2) Buku KIA/KMS
3) Laporan bulanan surveilans gizi.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

81 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

82 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


10. Cakupan Balita 6 – 59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A

a. Pengertian :

1) Bayi umur 6 – 11 bulan adalah bayi umur 6 – 11 bulan yang ada


di suatu wilayah Kab / Kota

2) Balita umur 12 – 59 bulan adalah balita umur 12 – 59 bulan


yang ada disuatu wilayah Kab / Kota

3) Kapsul Vitamin A adalah Kapsul yang mengandung Vitamin A


Dosis Tinggi yaitu 100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi
umur 6 – 11 bulan dan 200.000 SI untuk anak Balita 12 – 59
bulan

b. Definisi Operasional

Persentase Balita mendapat Kapsul Vitamin A adalah Jumlah bayi


6 – 11 bulan ditambah jumlah balita 12 – 59 bulan yang mendapat
1 (satu) kapsul vitamin A pada periode 6 ( enam) bulan terhadap
jumlah seluruh Balita 6 – 59 bulan dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Balita 6 – 59 bulan

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

87% 88% 89% 90%

83 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


f. Cara Perhitungan :

jumlah bayi 6 – 11 bulan +


Balita 12–59 bulan yang
Persentase Balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A
Mendapat Kapsul Vitamin A = x 100%
jumlah Balita 6 – 59 bulan

Contoh cara perhitungan:

Jumlah Sasaran balita 6 – 59 bulan di Puskesmas A pada


tahun 2020 adalah 1200 orang. Pada bulan Februari tahun
2020 jumlah bayi usia 6 – 11 bulan yang mendapat Kapsul
Vitamin A sebanyak 50 orang, Untuk usia 12 – 59 bulan
mendapat kapsul Vitamin A sebanyak 1000 orang.. Maka
Persentase Balita 6 – 59 bulan yang mendapat Kapsul
Vitamin A di bulan Februari adalah :

(50+1000) / 1200 *100% = 87,5%

Untuk menghitung Data Tahunan dengan menggabungkan data cakupan


bayi umur 6

– 11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan


Agustus, sedangkan data cakupan balita umur 12 – 59 bulan
yang mendapat vitamin A menggunakan data Bulan Agustus.

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register Balita

2) Laporan pemberian Kapsul Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus

3) Buku KIA

4) Laporan bulanan surveilans gizi

84 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

11. Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A

a. Pengertian :

1) Ibu Nifas adalah ibu baru melahirkan sampai hari ke – 42;

2) Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A adalah ibu nifas


mendapat 2 kapsul vitamin A , satu kapsul diberikan segera
setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24
jam setelah pemberian pertama;

3) Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas adalah kapsul yang mengandung vitamin
A Dosis

200.000 Satuan Internasional (SI).

b. Definisi Operasional

Persentase Ibu Nifas mendapat Kapsul Vitamin A adalah Jumlah


ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A terhadap jumlah ibu
yang ada dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Ibu Nifas

85 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

73% 76% 79% 82%

f. Cara Perhitungan :

jumlah Ibu Nifas yang


mendapat kapsul vitamin A
Persentase Ibu Nifas Mendapat
Kapsul Vitamin A = x 100%
jumlah seluruh ibu nifas

Contoh cara perhitungan:

Jumlah ibu nifas yang terdata di Puskesmas A pada tahun 2020


adalah 500 orang. Per 31 Desember 2020 jumlah ibu nifas yang
mendapat kapsul Vitamin A sebanyak 400 orang.. Maka
Persentase Ibu Nifas yang mendapat Kapsul Vitamin A adalah :

400 / 500 *100% =80 %

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register / Kohort Ibu

2) Laporan pemberian Kapsul Vitamin A pada ibu nifas

3) Buku KIA

4) Laporan bulanan surveilans gizi

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu

86 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

12. Cakupan Balita Mempunyai Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) /


Kartu Menuju Sehat (KMS)

a. Pengertian :

1) Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun ( 0 – 59 bulan 29 Hari);

2) Buku KIA adalah buku yang berisi catatan Kesehatan ibu


( hamil, bersalin dan nifas) dan anak ( bayi baru lahir, bayi
dan anak Balita) serta berbagai informasi cara memelihara
dan merawat Kesehatan ibu serta grafik pertumbuhan anak
yang dapat dipantau setiap bulan;

3) Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu digunakan untuk


mencatat berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap
bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan Kesehatan;

b. Definisi Operasional

Persentase Balita mempunyai Buku KIA/KMS adalah jumlah


balita mempunyai Buku KIA/KMS terhadap jumlah Balita yang
ada dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :

Balita

87 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

70% 75% 80% 85%

f. Cara Perhitungan :

Jumlah Balita mempunyai


buku KIA/KMS
Persentase Balita mempunyai
Buku KIA/KMS = x 100%
Jumlah seluruh balita yang
ada

Contoh cara perhitungan:

Pada bulan November tahun 2020 Di Wilayah Kerja


Puskesmas A tercatat jumlah balita yang mempunyai buku
KIA / KMS adalah 1000 orang. Jumlah seluruh balita yang
terdata di wilayah kerja Puskesmas A adalah 1500 orang.
Maka persentase balita yang mempunyai Buku KIA/KMS pada
bulan November 2020 adalah :

1000 / 1500 *100% = 66,67%

g. Pembuktian /Sumber Data :

1) Register Penimbangan Balita;

2) Buku KIA/KMS;

3) Laporan bulanan surveilans gizi.

h. Rujukan :

88 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans
Gizi;

3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi.

13. Cakupan Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beriodium

a. Pengertian :

1) Garam beriodium adalah produk bahan makanan yang


komponen utamanya Natrium Klorida (NaCl) dengan
penambahan Kalium Iodat (KIO3).

2) Alat Tes Cepat Garam Beriodium (larutan uji garam


beriodium) adalah larutan yang digunakan untuk menguji
kandungan iodium dalam garam secara kualitatif yang dapat
membedakan ada / tidaknya Iodium dalam garam melalui
perubahan warna menjadi ungu.

3) Rumah Tangga mengonsumsi garam beriodium adalah seluruh


anggota rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium.

b. Definisi Operasional

Persentase Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beriodium


adalah jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beriodium terhadap jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa
dikali 100%.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran :
89 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Rumah Tangga

e. Target

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

90% 90% 90% 90%

f. Cara Perhitungan :

Jumlah rumah tangga


yang mengkonsumsi
Persentase Rumah Tangga garam beriodium
mengkonsumsi garam = x 100%
beriodium
jumlah rumah tangga
yang diperiksa

Contoh cara perhitungan:

Pada bulan Agustus tahun 2020 Di Wilayah Kerja Puskesmas


A dilakukan pemeriksaan garam dengan menggunakan alat tes
cepat garam beriodium terhadap 500 Rumah Tangga. Dari 500
Rumah Tangga tersebut ditemukan sebanyak 450 Rumah
Tangga yang mengkonsumsi garam beriodium yang ditandai
dengan adanya perubahan warna

ungu pada garam yang telah dites.. Maka persentase Rumah


Tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di wilayah
kerja Puskesmas A adalah:

90 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


450 / 500 *100% = 90 %

g. Pembuktian / Sumber Data :

1) Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi;

2) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

91 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


D. PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

1. Persentase Anak Usia 0-11 Bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

a. Pengertian :

1) Anak usia 0-11 bulan adalah seluruh anak usia 0-11 bulan (sebelum
usia 1 tahun) yang berdomisili di Kota Pontianak pada waktu satu
tahun;

2) Imunisasi dasar lengkap (IDL) adalah imunisasi yang diperoleh


seorang anak berusia 0-11 bulan yang meliputi imunisasi HB O,
BCG, DPT-HB-Hib 1-3, Polio 1-4 dan MR.

b. Definisi Operasional

Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar


lengkap dalam satu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.

c. Satuan :

Persen (%)

d. Sasaran

Jumlah anak usia 0-11 bulan di wilayah kerja Kab/Kota dalam waktu satu tahun.

e. Target :

Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024

93,6% 94,1% 95% 95%

f. Cara Perhitungan : Jumlah anak usia 0-11 bln yg


mendapat IDL dalam waktu
satu Tahun
Persentase Anak usia 0-11 bln x 100%
=
yg mendapat IDL
Jumlah seluruh anak usia 0-11
bln dalam satu Tahun

92 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


93 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024
Catatan :

Nominator : Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat


imunisasi dasar lengkap di satu wilayah tertentu dalam waktu
satu tahun.

Denominator : Jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di satu


wilayah tertentu dalam waktu yang sama

Contoh cara perhitungan:

Jumlah anak usia 0-11 bln yang mendapatkan imunisasi dasar


lengkap di Puskesmas “C” sebanyak 200 anak. Sedangkan
jumlah seluruh anak usia 0-11 bulan di wilayah Puskesmas ”C”
sebanyak 250 anak. Jadi % anak usia 0-11 bulan yang mendapat

200

IDL adalah: X 100% = 80 %


250

g. Pembuktian/Sumber Data:

1) Laporan hasil pelayanan Puskesmas;

2) Laporan hasil pelayanan Posyandu;

3) Laporan hasil pelayanan Bidan Praktek Mandiri;

4) Laporan hasil pelayanan Dokter Praktek Swasta;

5) Laporan hasil pelayanan RS/RSIA.

h. Rujukan :

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi;

2) Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas Tahun 2019.

94 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJ A PUSKESMASKAMPUNGBALI TH. 2020-2024


2. Persentase Penanggulangan KLB yang direspon < 24 jam

a. Pernyataan Standar

Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24


jam oleh Kab/Kota sesuai dengan standar penanganan KLB.

b. Pengertian :

1) Desa/Kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan kesakitan atau


kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan
makanan.

2) KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau


kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
Desa/Kelurahan dalam waktu tertentu

3) Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB

4) Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1 diterima sampai


penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W1 dapat juga
berupa fax atau telepon.

5) Penyelidikan KLB adalah serangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara


epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui
gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-cara
penanggulangannya.

6) Penanggulangan KLB adalah upaya untuk menemukan penderita atau


tersangka penderita, penatalaksanaan penderita, pencegahan peningkatan,
perluasan dan menghentikan suatu KLB

c. Definisi Operasional

Persentase Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang


ditangani < 24 jam oleh Kab/Kota sesuai dengan standar penanganan KLB
dalam kurun waktu tertentu.

d. Satuan :

Persen (%)

e. Sasaran

Jumlah KLB di Desa/Kelurahan yang ditangani < 24 jam


95 | D E F I N I S I OPERASIONAL INDIKATOR KINERJA PERUBAHAN PUSKESMAS TH. 2020-
2024

Anda mungkin juga menyukai