Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

DEDDY KURNIAWAN, SKM

DISUSUN DALAM RANGKA DIKLAT JABFUNG ADMINKES AHLI MUDA

LATKESMAS MURNAJATI LAWANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang mendunia dan


menjadi salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia. Hasil
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi secara nasional
34,1 % lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu sebesar (25,8%). Pengukuran tekanan
darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko PTM
seperti Hipertensi, Stroke, Jantung. Jumlah estimasi penduduk berisiko hipertensi
(>18 tahun) di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2020 adalah 303.309. Merokok
telah menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap tahun. Pada penelitian yang telah
banyak dilakukan, dijelaskan bahwa efek akut yang disebabkan oleh merokok antara
lain meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dengan adanya peningkatan
kadar hormon epinefrin dan norepinefrin karena aktivasi sistem saraf simpatis.
Banyak penelitian juga mengatakan bahwa efek jangka panjang dari merokok adalah
peningkatan tekanan darah karena adanya peningkatan zat inflamasi, disfungsi
endotel, pembentukan plak, dan kerusakan vaskular.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah: “Bagaimana hubungan merokok terhadap kejadian hipertensi?”

III. TUJUAN
i. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

merokok dengan kejadian hipertensi.

ii. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain.


1. Untuk mengetahui hubungan jenis rokok terhadap kejadian hipertensi.

2. Untuk mengetahui hubungan derajat merokok terhadap kejadian hipertensi.

IV. MANFAAT
i. Manfaat Ilmiah

Untuk mengetahui dampak merokok terhadap peningkatan tekanan darah pada

desa Gunungjati, kecamatan Pagedongan kabupaten Banjarnegara.

ii. Manfaat Praktis

Sebagai referensi data perokok yang menderita hipertensi pada masyarakat

desa Gunungjati, kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara sebagai

data untuk membuat kebijakan publik mengenai kebiasaan merokok.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pasal 1 Ayat 1, yang

dimaksud dengan rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk

cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung

nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Berdasarkan bahan bakunya, rokok terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan

efek rasa dan aroma tertentu (Tawbariah et al, 2014).

Berdasarkan penggunaan filter, rokok terbagi menjadi dua yaitu:

1. Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

2. Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus

Asap rokok (tembakau) mengandung kurang lebih 4000 komponen.

Beberapa di antaranya bersifat racun (toksik), beberapa lainnya dapat


mengubah sifat sel-sel tubuh menjadi ganas (onkogenik). Setidaknya ada 43

zat dalam tembakau yang sudah diketahui dapat menyebabkan kanker. Zat-zat

dalam rokok yang paling besar memberikan dampak kesehatan antara lain

nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO).

1. Nikotin

Nikotin merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam

daun tembakau. Apabila diisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan

psikologis bagi perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Dalam rokok, nikotin

berpengaruh terhadap beratnya rasa isap. Semakin tinggi kadar nikotin rasa isapnya

semakin berat, sebaliknya tembakau (rokok) yang berkadar nikotin rendah rasanya

hambar (Tirtosastro, 2010).

2. Tar

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat

merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-

paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok diisap, tar masuk

ke dalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Tar adalah substansi

hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, mengandung

bahan-bahan karsinogen. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk

endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.

Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar

dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter

dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, agen
karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru (Tirtosastro, 2010).

3. Karbon monoksida (CO)

Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan

kendaraan bermotor. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna

dari unsur zat arang atau karbon. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya

dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh

darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah,

menyebabkan pembuluh darah tersumbat (Tirtosastro, 2010).

4. Derajat dan Klasifikasi Perokok

Derajat merokok dapat diukur menggunakan Indeks Brinkman. Derajat

merokok menurut Indeks Brinkman adalah hasil perkalian antara rata-rata jumlah

rokok yang dihisap perhari dengan lama merokok dalam satuan tahun (Tawbariah et

al, 2014).

 Dikatakan sebagai perokok ringan apabila hasilnya kurang dari 200

 Dikatakan sebagai perokok sedang apabila hasilnya antara 200 – 599

 Dikatakan perokok berat apabila hasilnya lebih atau sama dengan 600.

Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang

diisap perhari, maka derajat merokok akan semakin berat (Tawbariah et al, 2014).

Kemudian untuk klasifikasi lainnya ada pula yang membedakan antara

perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengonsumsi

rokok secara langsung (diisap), sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan

perokok tetapi menghirup asap rokok dari orang lain (Tawbariah et al, 2014).
5. Hipertensi

Hampir semua konsensus atau pedoman utama, baik dari dalam

maupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi

atau tekanan darah tinggi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130

mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat

atau tenang (Weber et al, 2014).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi:

1. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),

walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%

penderita hipertensi (Kemenkes RI, 2014).

2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar

1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu, misalnya pil KB (Kemenkes RI, 2014).

Ada pula yang disebut sebagai krisis hipertensi oleh karena jenis

hipertensi ini memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat dalam

menurunkan tekanan darah (kasus gawat darurat). Krisis hipertensi

terbagi atas:

1. Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah hebat


(>180/120 mmHg) yang tidak mengancam nyawa namun

berhubungan dengan gejala (seperti sakit kepala berat) atau

kerusakan sedang organ target. Disarankan untuk terapi obat oral

dan evaluasi dalam 24-72 jam (American Heart Association, 2017

dan National Heart Foundation of Australia, 2016).

2. Hipertensi emergensi adalah keadaan di mana tekanan darah

meningkat sangat tinggi (> 180/120 mmHg) dan terdapat kerusakan

atau disfungsi organ target akut (gagal jantung, edema paru akut,

infark miokard akut, gagal ginjal akut, defisit neurologi berat,

ensefalopati hipertensif, papilloedema, infark serebri, strok

hemoragik). Dapat diindikasikan untuk perawatan inap (intensive

care unit), monitor tekanan darah, dan terapi antihipertensi

parenteral (American Heart Association, 2017 dan National Heart

Foundation of Australia, 2016).

Adapun klasifikasi tekanan darah disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kriteria AHA 2017


Sistolik Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Meningkat 120 – 129 Atau < 80
Hipertensi 130 – 139 Atau 80 – 89
derajat 1
Hipertensi ≥ 140 Atau ≥ 90
derajat 2
BAB III
KERANGKA KONSEP

Kebiasaan merokok Kejadian hipertensi

Faktor risiko lainnya yang mempengaruhi:


Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Jumlah rokok 1. Genetik
Jenis rokok 2. Obesitas
Lama menghisap rokok 3. Stress
4. Pola makan (asupan garam/Na)
5. Olah raga (aktivitas)

Keterangan:
Variabel lain Variabel
Variabel independen Variabel dependen yang turut diteliti peranc
u
METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain

penelitian cross sectional untuk mengetahui dampak kebiasaan merokok

terhadap peningkatan tekanan darah masyarakat desa Gunungjati kecamatan

Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.

Variabel Dependen

 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

Variabel Independen

 Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok

2. Populasi dan Sampel

 Populasi

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi desa

Gunungjati

 Sampel

Dalam menentukan besar sampel, jumlah populasi (N) dapat

diketahui dari jumlah penduduk desa Gunungjati. Sampel dipilih

dengan metode simple random sampling.

Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini antara lain:

 Merupakan warga desa Gunungjati yang dibuktikan dengan

kartu identitas (KTP atau SIM)

 Berusia ≥ 18 tahun

 Bersedia menjadi responden dalam


penelitian ini

Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini

antra lain:

 Masyarakat Gunungjati yang sedang menjalani terapi hipertensi

 Masyarakat yang tidak bersedia mengisi kuesioner

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai pencatatan data

karakteristik sampel dan menggunakan tensimeter digital untuk

pemeriksaan tekanan darah.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS dengan

metode analisis uji Chi-Square.

5. Prosedur Penelitian

 Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi:

1. Penyusunan proposal dan kelengkapan lampiran berupa kuesioner.

2. Pengurusan izin etik dan izin penelitian.

3. Pendataan awal sampel.

 Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi:

1. Peneliti memberi pengantar dan penjelasan mengenai

penelitian kepada partisipan.

2. Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah


menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop serta

meminta partisipan untuk mengisi kuesioner yang meliputi

karakteristik kebiasaan merokok partisipan (jumlah rokok,

lama merokok, dan jenis rokok yang digunakan) dan

indikator lain yang merupakan faktor risiko hipertensi

selain kebiasaan merokok.

3. Peneliti melakukan input data dalam sebuah tabel dan

menganalisis data tersebut.

4. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.

 Tahap pelaporan

Tahap pelaporan penelitian meliputi:

1. Penulisan hasil analisis dan kesimpulan penelitian.

2. Evaluasi hasil data bersama pembimbing.

3. Pencetakan hasil dan publikasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai