Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGELOLAAN KEGIATAN BERBASIS SETRA DI KB DAN TPA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PAUD4407 Pengelolaan Kegiatan


Pengembangan Anak Usia Dini

Kelompok 4 :
1. Erna Munarti (850293694)
2. Ikah Nurhaekah (850293702)
3. Kurniawati ( 850295089)
4. Murti Ayu Setianingrum (850293616)
5. Rohyati (850293512)

DOSEN : IDAH NIAWATI, M.Pd

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN S1 BI PGPAUD
POKJAR BALARAJA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bermain di pandang sebagai kerja otak sehingga anak di beri kesempatan untuk
memulai dari mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “Start and
finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan
anak diberi keleleuasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan
pengalaman tentang dunia sekelilingnya.
Sentra yang dikembangkan tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan tampak
dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas memilih bermain yang
dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang
disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain,
yaitu bermain sensorimotorik, main peran,dan main pembangunan.
Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih
mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari sentra ke sentra
lainnya setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya dengan
menggunakan 4 pijakan, yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum
main, pijakan selama main, dan pijakan setelah bermain.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
“Bagaimana pengelolaan kegiatan berbasis sentra di KB dan TPA?”

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah dapat memahami pengelolaan kegiatan berbasis sentra di
Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA).
BAB II
MODUL 8
PENGELOLAAN KEGIATAN BERBASIS SENTRA DI KB DAN TPA

KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian, Manfaat, Jenis dan Prinsip Umum Pendekatan Sentra di KB dan TPA
A. PENGERTIAN DAN MANFAAT SENTRA
Istilah sentra sering disebut juga dengan area, sudut kegiatan (Activity center), sudut belajar
(Learning center) atau sudut minat (Interest center).setara dapat diartikan sebagai permintaan
dan kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan-kegitan
pembelajaran secara khusus, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik, seni,
sains, balok bangunan dan seni berbahasa (Gilley & Gilley, 1980)
Sebuah literatur tentang pendidikan anak SD menggunakan istilah “belajar atas kehendak
sendiri” (self Directing Learning atau SDL) untuk pendekatan sejenis sentra kegiatan di TL.
SDL ini merupakan adaptasi dari model yang digunakan di TK High Scope memiliki David
Weikart di Ypslanti, Michigan. Model dari High Scope ini disebut dengan proses “rencana –
tindakan –kaji ulang” (Plan-do-review atau PDR). PDR dikembangkan sekitar tahun 1960
dengan 3 langkah prosedur pokok untuk anak yaitu sebagai berikut :
1. Memikirkan rencana tentang apa yang akan dikerjakan selama waktu SDL.
2. Merealisasikan rencana tersebut
3. Mengkaji ulang, mencatat atau melaporkan hasilnya.
Ada delapan kunci suksesyang dianjurkan alam PDR agar pendidik dapat memperluas
perkembangan kognitif anak, yaitu sebagai berikut:
1. Belajar aktif (active learning) yang melibatkan menggunaan semua indra dan kemampuan
anak untuk memilih kegiatan dan alat-alat belajar.
2. Penggunaan Bahada (using language)me;a;ui percakapan, penulisan ide (baik ide sendiri
maupun dari guru) dan bermain dengan bahasa.
3. Representasi pengalaman dan gagasan (representingexperiences and ideals) melalui seni,
menulis, bermain peran dan penggunaan panca indra.
4. Pengelompokan (classification) terhadap macam-macam benda yang mengmungkinkan
anak untuk mempelajari ciri-ciri sesuatu benda dan mengelompokannya dengan berbagai
cara.
5. Pengurutan (seriation) yang mengembangkan kemampuan menyusun, membandingkan
dan mencocokan suatu benda.
6. Konsep angka (number concepts) yang memberikan fondasi tentang pemahaman
matematikan dan perhitungan sehingga anak dapat membilang, menjumlah, mengurangi
dan menyusun benda dalam pola korespondensi satu-satu.
7. Pola hubungan keruangan (spatial relationship) dimana anak dapat membingkan pasang
puzzle atau benda-benda lainnya dan menjelajah lengkungan dengan tubuhnya serta
menjelaskan suatu lokasi, posisi dan jarak suatu benda dalam lingkungan tersebut.
8. Kosep waktu (time concept) yang meliputi pemahaman uit waktu (jam, hari, bulan,
tahun) sekuensi waktu (kemarin, hari ini, besok, lusa, dulu).
Pendekatan PDR ini kemudian dikembangkan menjadi SDL. Untuk anak SD yaitu dengan
menambahakn sentra-sentra yang dibutuhkan, perencanaan tertulis dalam kertas kerja serta
pelaporan kegiatan secara tertulis pula.
Banyak manfaat yang akan diperoleh melalui pendekatan sentra, khususnya bagi anak, antara
lain berikut ini:
1. Meningkatkan kreativitas anak dengan memberikan kesempatan padanya untuk bermain,
bereksplorasi dan menemukan bahwa kegiatannya akan membantunya dalam
memecahkan masalah, mempelajari, keahlian-keahlian dasar dan memahami konsep-
konsep baru.
2. Melalui sentra anak dapat memanipulasi objek dalam sentra yang disediakan sesuai
tingkatan dan langkah-langkah yang dia inginkan.
3. Mengembangkan keahlian belajar yang mandiri karena adanya prinsip kehendak sendiri
(self derecting) dan koreksi diri (self correcting) yang alamiah terhadap berbagai alat di
sentra kegiatan.
Penggunaan sentra kegiatan ini juga sangat sesuai dengan apa yang disarankanoleh NAEYC
tentang strategi mengajar yang sesuai dengan perkembangan (Developmentally Appropriate
Practice atau DAP) untuk anak usia 0-4 tahun yaitu sebagai berikut :
1. Pembagian ruangan dirancang sedemikian rupa sehingga anak dapat menikmati saat
kegiatan tenang/istirahat, berguling-guling atau merangkak.
2. Ruangan tampak meriah dan dihiasi berbagai gambar yang dipasang dengan tinggi sesuai
mata bayi/anak.
3. Area untuk penggantian popok, tidur, pemberian makan, dan kegiatan bermain dibuat
terpisah atau bersekat-sekat untuk menjamin sanitassi serta menciptakan ketenangan dan
kenyamanan.
4. Area/sentra yang dipergunakan untuk bermain dipindah-pindah secara berkala dalam
sehari yang akan membuat bayi merasakan perspektif yng berbeda tentang berbagai
orang dan tempat.
5. Pendidik menyediakan lingkungan untuk anak belajar dengan cara aktif bereksplorasi dan
interaksi dengan orang dewasa, anak lain, dan alat-alat yang ada.
6. Pendidik mempersiapkan banyak bahan dan kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus, mengeksplor dan lingkungan, menyelidiki
alam, mengadakan percobaan dan mengembangkan kemampuan bahasa dan musik anak.
7. Anak-anak memilih beberapa kegiatan yang diinginkannya dari berbagai variasi kegiatan
diarea-area/sentra belajar yang telah disiapkan pendidik. Misalnya kegiatan di area
bermain drama, balok, sains, matematika, bermain (games) dan puzzel, buku, rekaman,
seni dan musik. Anak-anak diharapkan aktif secara fisik dan mental.
8. Anak memilih dari berbagai kegiatan yang telah disiapkan pendidik atau anak dapat
secara spontan mengusulkan kegiatan baru.
9. Mainan disiapkan dalam loker-loker yang terbuka dan tinggi loker yang sesuai sehingga
anak dapat memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik.

B. JENIS BERMAIN DAN JENIS SENTRA BAGI ANAK KB DAN TPA


Ada 3 jenis permainan dan sentra bagi anak KB dan TPA antara lain
1. Main Sensorimotor atau fungsional
Main Sensorimotor atau fungsional merupakan rangsangan untuk mendukung proses
kerja otak dalam mengelola informasi yang didapatkan anak dari lingkungan saat
bermain. Main sensorimotor berlangsung dari tahap yang paling sederhana dan
berkembang ke tahap yang makin kompleks. Main sensorimotor yang sederhana
contohnya “bayi yang menggeliat karena merasa dngin”. Main sensorimotor yang yang
cukup kompleks misalnya menendang, mencium dan menjepit benda. Tahap main
sensorimotor anak usia dini :
1. Tahap satu apabila anak mengulang gerakan beberapa kali untuk mengikuti beberapa
jenis perasaan yang timbulkan oleh tubuh (bodily sensation) dan reaksi pada saat
pertama melakukan. Contoh memercikan atau menepuk air dengan tangan, menepuk
pasir, bertepuk atau melambaikan tangan.
2. tahap dua, apabila anak terlibat dalam pengulangan tindakan dengan menggunakan
objek tertentu. Contoh memukul – mukul meja dengan sendok untuk menikmati
suaranya, mencelupkan saringan ke bak air dan memperhatikan air yang mengalir
kembali perlahan – lahan ke baknya. Menuang air dari kran dengan kedua tangan
tengadah.
3. Tahap tiga apabila anak terlibat dalam pengulangan rangkaian kegiatan sebab akibat
sederhana yang sudah memiliki tujuan tertentu. Contohnya mengisi mangkok dengan
pasir menggunakan sekop (anak sudah memiliki tujuan dan mengetahui urutan sebab
akibat yang sederhana yaitu mengisi sekop dengan pasir dulu baru menuangkannya
ke mangkok).
4. Tahap empat apabila anak melakukan trial dan error (coba ralat) tema atau tujuan
umum tetap dipertahankan tetapi perilaku untuk mencapai tujuan bersifat fleksibel
dengan berbaga cara anak melakukan pengulangan. Contoh mengisi teko dengan air
lalu menuangkannya kedalam wadah berbagai ukuran, menggunakan sendok, sekop
dan tangannya bergantian untuk menuang beras kedalam botol.
Menurut Piaget dan Smilansky (1968) anak usia dini belajar melalui
pancainderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Makin banya anak
diberi kesempatan bermain melalui panca indera dan lingkungannya semakin besar
kesempatan baginya untuk mengoptimalkan perkembangan dirinya. Main sensorimotor
sangat penting bagi anak untuk mempertebal sambungan antara neuron didalam otaknya.
Fasilitas yang disediakan pendidik untuk meningkatkan sensorimotor AUD :
a. menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi bermacam – macam
bahan dan alat permainan, baik didalam maupun diluar lingkungan.
b. memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak bebas bermain dihalaman.,
dilantai, meja, kursi, atau tempat lain yang memungkinkan. Anak tidak harus duduk
diam dan baru bergerak jika ada perintah.
c. menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengenali dan merasakan banyak teksture
dan berbagai jenis bahan bermain yang berbedadalam rangka mendukung setiap
kebutuhan perkembangan anak. Misalnya berbagai variasi bahan yang lembut(kapas,
gel, busa, bantal, kain, tepung). Variasi bahan yang kasar ( batuan, pasir, kerikil,
amplas, kulit buah salak, serat kayu kelapa, jalan berbatu, dinding tanpa plester)
bahan –bahan variasi panas( tekanan atau berat yang berbeda untuk mengasah
sensormotorik anak.

2. Main peran
Main peran disebut juga main simbolik, main pura – pura, imajinasi, fantasi, atau
main drama. Anak usia dini bermain peran dengan melakukan percobaan melalui
berbagai bahan dan peran. Saat bermain peran anak akan belajar menghadapi
pertentangan emosi, menguatkan diri untuk masa depan. Menciptakan masa lalu dan
mengembangkan imaginasi. Main peran sangat besar untuk perkembangan kognisi,
sosial, dan emosi anak. Main peran menjadi landasan bagi dasar perkembangan daya
cipta, daya ingat, kerjasama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan
kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan memahami spasial dan afeksi. Tujuan
akhir bermain peran adalah belajar bermain dan bekerja sama dengan ora g lain. Latihan
untuk pengalaman didunia nyata.
Erikson (1963) membagi bermain peran menjadi 2 jenis. Bermain peran makro
dan mikro. Bermain peran mikro adala bermain peran dengan bahan bahan berukuran
kecil seperti rumah boneka dan perabotannya., kereta dan relnya, pesawat udara, miniatur
kebun binatang, dan miniaturperkotaan yang dilengkapi mobil dan orang – orangnya.
Bermain peran jenis ini sering kita dapati pada anak. Bermain peran makro adalah
bermain peran dengan alat – alat berukuran sesungguhnya yang dapat digunakan anak
untuk memainkan peranan yang di pilihnya. Misalnya nak bermain peran menjadi profesi
tertentu (dokter, guru, polisi, tukang pos) dengan menggunakan peralatan asli atau
tiruannya.
3. Main pembangunan
Piaget menyatakan bahwa main pembangunan akan membantu anak untuk
mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keterampilan sekolahnya
dikemudian hari. Wolfgang menyatakan bahwa tahap main pembangunan anak dimulai
dari bermain dengan benda yang bersifat cair, (air, cat, pasir) sampai bahna yang sangat
terstruktur. Secara umum main pembangunan di bagi menjadi 2 yaitu main pembangunan
dengan bahan yang bersifat cair atau bahan alam contohnya bermain dengan ir, pasir, cat
dengan jari (finger painting), spidol, ublegh, lumpur, tanah liat, playdough, biji-bijian,
crayin, cat dengan kuas, pulpen dan pensil. dan main pembangunan dengan bahan
terstrukture misalnya bermain dengan balok unit balok berongga, balok berwarna, leggo,
puzzlw, tinker toys, britsle bloks, dan bahan – bahan lainnya dengan bentuk yang telah di
tentukan yang mengarahkan anak agar meletakkan dan menyusun bahan [bahan tersebut
menjadi sebuat karya.
Selain jenis bermain kita juga mengenal jenis sentra. Secara tradisional sentra – sentra
kegiatan yang biasanya disediakan KB dan TPA adalah sentra keaksaraan/persiapan, bahan
alam, sentra main peran, sentra sains, sentra pembangunan dan sentra seni. Isbel (1995) membagi
sentra tradisional ini menjadi sentra rumah tanggasentra balok, sentra seni, sentra pasir dan iar,
sentra perpustakaan, sentra musik dan lagu, sentra menulis, sentra sains dan alam). Rowen,
byrne, dan Winter mengatakan sentra yang sering dikembangkan di lembaga PAUD adalah
sentra perpustakaan, sentra seni, sentra manipulatif (bongkar pasang), sentra perumahan, sentra
bangunan, sentra pertukangan, sentra matematika, sentra sains, sentra bahasa dan sentra
mengimak.
Carrol (1991) mengembangkan berbagai sentra dengan nama sentra seni, sentra
bangunan, sentra bermain drama, sentra motorik kasar, sentra perpustakaan, sentra manipulatif,
sentra permainan, sentra komunikasi dan sentra mari kita temukan. Bright Horizons membagi
sentra menjadi 6 jenis, yaitu sentra bahasa dan literasi, sentra logila dan matematika, sentra
musik dan gerak, sentra hubungan sosial, sentra representasi kreatif, dan sentra inisiatif. Sekolah
Al-falah menerapkan jenis sentra bahan alam, sentra main peran besar, sentra man peran kecil,
sentra seni, sentra balok, sentra imtaq dan sentra persiapan. KB Istiqlal membagi kegiatan dalam
5 sentra atau disebut dengan sudut antara lain; sentra ibadah, sentra keluarga sakinah, sentra
kebudayaan karunia Allah, sentra alam sekitar dan ilmu pengetahuan, sentra pembangunan
karunia Allah.
Sentra modern :
a. Sentra yang berhubungan dengan sosiodramadikembangkan menjadi sentra toko kelontong,
sentra rumah sakit, sentra toko onderdil, sentra mal, sentra pabrik roti (bakery), sentra
restoran, sentra POM bensin, sentra konstruksi dan sentra pasar murah.
b. Sentra yang berciri khas tertentu (disesuaikan dengan lokasi KB atau TPA) dapat
dikembangkan menjadi sentra pertanian, sentra pantai, sentra perkemahan, sentra pembacaan
cerita, sentra rumah ramah lingkungan (greenhouse) sentra peduli lingkungan, sentra
kebugaran dan sentra sensoris.
c. Sentra yang berhubungan dengan dasar – dasar keaksaraan. Dapat dikembangkan menjadi
sentra topi, sentra malam hari, sentra masa lalu, sentra pesta, sentra hewan piaraan, dan
sentra toko material.

C. PIJAKAN DALAM PENDEKATAN SENTRA


Pemberian pijakan merupakan implikasi praktis dari teori kognitif Vgotsky yang antara
lain menyebutkan bahwa tingkat perkembangan intelektual yang tertinggio pada anak justru
terjadi pada saat anak berinteraksi dengan orang dewasa atau orang lain yang lebih tinggi
kemampuannya. Pijakan kadang disebut juga scaffolding.yang artinya adalah dukungan yang
berubah-ubah ,selama kegiatan belajar,yang jenis dan tingkatannya di sesuaikan dengan kinerja
dan perkembangan yang di capai anak,yang di berikan untuk mencapai perkembangan yang yang
lebih tinggi (Depdiknas.2006)
Pijakan pada pendekatan sentra terdiri dari 4 tahap,yaitu pijakan lingkungan
main,pijakan sebelum main,pijakan selama main, dan pijakan setelah main. Pijakan lingkungan
main dapat dilakukan pendidik KB/TPA dengan cara sebagai berikut:
1. Mengelola lingkungan main /sentra dengan bahan dalam jumlah dan jenis yang cukup
(biasanya 3 tempat main untuk tiap anak)
2. Merencanakan intensitas dan densitas permainan
3. Memiliki dan menyediakan berbagai bahan yang mendukung 3 jenis main
(sensorimotorik,pembangunan dan maina peran)
4. Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan
5. Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan social yang positif (Depdiknas ,2006)
Ketiga pijakan yang lain dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Pijakan pengalaman
sebelum main biasanya di lakukan selama 15 menit,dengan cara :
1. Bersama anak duduk melingkar,lalu memberi salam, dan menanya kabara pada anak-anak.
2. Meminta anak untuk memperhatikan teman-temannya,siapa yang tidak hadir hari ini.
3. Mengajak anak berdoa bersama.
4. Membecarakan tema hari ini,di kaitkan dengan kehidupan keseharian anak.
5. Membaca buku yang berkaitan dengan tema.
6. Menggabungkan kosa kata baru dan menunjukan konsep yang mendukung keterampilan
kerja.
7. Mengkaitkan kemampuan yang diharapkan muncul pada anak dengan rencana kegiatan yang
sudah disusun
8. Mengenalkan sebuah tempat dan alata main yang sudah di siapkan untuk hari itu dan
mendiskusikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan tersebut
9. Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main dan menjelaskan rangkaian
waktu main.
10. Mengelola untuk hubungan social anak.
11. Merancang dan menerapkan urutan transisi main.
Pijakan pengalaman selama anak main dilaksanakan dalam waktu 60 menit sambil
mendampingi anak bermain di sentra.yaitu dengan cara:
1. Memberi anak waktu untuk mengelola dan memperluas pengalaman main mereka.
2. Berkeliling diantara mereka yang sedang bermain.
3. Mencontohkan komunikasi yang tepat
4. Memberi dukungan dengan pernyataan positif( pujian ,arahan)terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan anak
5. Memperkuat dan memperluas bahasa anak dengan cara memancing dengan pertanyaan
terbuka untuk memperluas variasi dan cara main anak.
6. Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan pada hubungan teman sebaya.
7. Memberi bantuan pada anak yang membutuhkan
8. Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain dari alat main tertentu sehingga anaka
memiliki pengalaman main yang kaya.
9. Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan maina anak.
10. Jika kegiatan di sentra menghasilkan produk,hasil kerja anak perlu dikumpulkan dan
pendidik perlu mencatat nama anak dan tanggal lahir itu di lembar kerja/produk anak
tersebut.
11. Jika waktu main tinggal 15 menit, pendidik memberitahukan pada anak untk bersiap
menyelesaikan kegiatan.
Pijakan yang terakhir yaitu pijakan setelah bermain ,yang dilaksanakan selama 30
menit,dengan cara:
1. Mendukung anak mengingat kembali pengalaman mainnya dengan saling menceritakan
pengalaman tersebut
2. Menggunakan waktu beres-beres sebagai pengalaman belajar positif melalui
pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat.

KEGIATAN BELAJAR 2
A. PRINSIP-PRINSIP UMUM PENDEKATAN SENTRA DI KB DAN TPA
Langkah persiapan yang harus dilaksanakan, meliputi hal-hal berikut:
1. Penyiapan pendidikan dan pengelola melalui latihan dan pemagangan, pelatihan ini
akan dapat memberikan pembekalan konsep dan pengalaman praktik
2. Penyiapan tempat dan Alat Permainan Edukatif (APE) sesuai dengan jenis sentra
yang akan dibuka dan tingkatan usia anak.
3. Penyiapan administrasi kelompok dan catatan perkembangan anak, setiap sentra perlu
memiliki catatan tentang rencana kegiatan dan realisasinya, termasuk catatan
pencapaian anak yang berada disentra tersebut.
4. Pengenalan pendekatan sentra kepada para orang tua (Sosialisasi setiap awal tahun)
yang akan diterapkan sehingga tidak protes ketika kegiatan anaknya seolah-olah
hanya bermain.
Prinsip dalam persiapan pendekatan sentra yaitu;
1. Keseluruhan proses kegiatan dilaksanakan berlandaskan pada teori dan
pengalaman empirik (berdasarkan fakta yang terdapat dilapangan)
2. Tiap proses kegiatan harus diitujukan untuk merangsang seluruh aspek
kecerdasan anak melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan
pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan
3. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang
anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya
sendiri.
4. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran dengan
mengikuti alur keja berikut:
a. Pendidik menata lingkungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak
b. Ada pendeidik yang bertugas manyambut kedatangan anak dan mempersilahkan
untuk bernmain bebas dulu (waktu penyesuaian)
c. Semua anak mengikuti sesi pembukaan dengan bimbingan pendidik
d. Pendidik memberi waktu kepada anak untuk kekamar kecil dan minum secara
bergiliran, untuk membiasakan antri
e. Anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan bimbingan pendidik
f. Pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk
membverikan pijakan pengalaman sebelum main
g. Pendidik memberikan waktu yang cukup kepasda anak untuk melakukan kegiatan
disentra yang disiapkan sesuai jadwal hari itu
h. Selama anak berada di sentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan pada tiap
anak
i. Pendidik bersama anak-anak membereskan peralatan dan tempat main
j. Pedidik kembali memberi waktu pada anak untuk ke mkamar kecil dan minum
secra betgiliran
k. Pendidik duduk berasama anak membentuk lingkaran kembali untuk memberikan
pijakan setelah main
l. Pendidik bersama anak-ana makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisis
istirahat)
m. Pendidik melaksanakan kegiatan penutup
n. Anak-anak dipersilahkan pilang secara bergiliran
o. Pendidik memebreskan tempat bermain dan menyelesaikan catatan/kelengkapan
administrasi pada hari ini
p. Pendidik melakukan diskusi evaluasi kegiatan hari itu dengan teman sejawat dan
membuat rencana kegiatan untuk esok hari
q. Pendididk pulang kerumah
5. Pendidik dan pengelola KB/TPA sebaiknya telah menginkuti pelatihan tentang
pendekatan sentra sebelum penerapannya (Pelatihan BCCT)
6. Kegiatan ini perlu melibatkan orang tua dan keluarga sebagai salah satu orang
tua/keluarga anak sejak jauh hari perlu diberikan sosialisasi dilaksanakannya
pendekatan sentra bagi anaknya.

B. RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN PENDEKATAN SENTRA DI KB DAN TPA


Menurut penelitian dari Torreli & Durrent, 1998 ; Hohmann & Weikart, 1995;
Kritchevsky, Prescott, & Walling, 1996 dalam Depdiknas , 2004, bahwa dari penelitian terswbut
menunjukkan bahwa warna, penataan ruang dan bahan yang merencanakan dapat memberi
pengaruh positif atau negative pada anak usia dini.
Penelitian dari Kritchevsky, Prescott & Walling yang mengamati fasilitas perawatan
anak kaitannya dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas program pendidikan
menyimpulkan bahwa dua faktor yang paling berpengaruh dalam kualitas program pendidikan
adalah penataan dan jumlah bahan main yang tersedia untuk anak. Program-program yang
disediakan untuk anak dengan berbagai jenis bahan main yang rumit (karena dapat dimanipulasi
secara aktif dan memperlihatkan perubahan yang dapat diamati anak dengan segera) dan ditata
secara teratur merupakan program yang paling baik untuk anak, dipadukan dengan pendidik
yang peka , bersahabat dan mendukung perkembangan positif anak. Mereka mengatakan bahwa
pendidik anak usia dini seharusnya menggunakan system penghitungan tempat main untuk
menjaga agar bahan main tetap berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Jika dilakukan penghitungan indeks , mereka menyarankan bahwa tempat main dimana anak
dapat bergerak dengan bebas dan leluasa dalam memilih kegiatan idealnya adalah 2,5 tempat
main untuk setiap anak. Sedangkan menurut Phelps (1986), menyarankan 3 tempat main untuk
setiap anak.
Penelitian menurut Mueller dan Lucus, 1975; Mueller & Brunner, 1977; Phelps, 1986
dalam Depdiknas, 2004, bahwa bahan main akan mendukung anak untuk dapat bermain dengan
anak lain. Teori Piaget (1962) menyatakan bahwa hubungan dengan bahan main dan anak-anak
lainnya akan mendukung perkembangan kognisi anak. Sedangkan menurut Kritchevsky, 1969;
Phelps, 1986 dalam Depdiknas 2004, mereka berpendapat jika bahan main tidak cukup dan tidak
ditata agar mudah dijangkau, akan mengakibatkan banyak masalah pada perilaku sosial anak.
Berkaitan dengan hal tersebut NAEYC menyarankan bahwa rancangan ruangan kelas untuk
anak usia dini minimal 5m2 untuk setiap anak, sementara program Early Head Start menetapkan
7m2 atau lebih per anak untuk anak usia di bawah 3 tahun. Phelps (1986) menemukan bahwa
variable yang paling berdampak negative terhadap perilaku anak usia dini adalah jumlah dan
penataan kesempatan main yang tidak tepat.
Pendidik anak usia dini yang berkualitas menyadari bahwa anak tidak hanya perlu
berkembang dan akan selalu memperlihatkan perilaku yang tepat. Untuk itu sebagai pendidik
perlu melakukan berbagai upaya, antara lain sebagai berikut (Depdiknas, 2004).
1. Mengatur ruangan secara bijaksana untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak
yang mengikuti kegiatan.
2. Memberikan pijatan kegiatan dan perilaku anak sehingga anak dapat belajar
menggunakan bahan-bahan secara tepat dan bermain dengan anak lain.
3. Membuat catatan harian perkembangan anak untuk memantau kesiapan anak.
4. Mencontohkan ketrampilan Bahasa yang tepat dan mendorong anak mengungkapkan
perasaan dan pikirannya.
5. Memiliki perhatian yang besar pada anak.
6. Menulis rencana kegiatan sesuai perkembangan anak dan mencatat pengalaman dan
perkembangan harian secara tepat.
7. Tidak ada hari yang terbuang percuma dengan kegiatan yang tidak terencana atau main
bebas.
Ada beberapa pertimbangan yang bisa diajukan sebelum memutuskan pendekatan sentra,
yaitu sebagai berikut :
1. Apakah sentra akan dibuka sepanjang hari setiap hari, paruh waktu atau hanya hari
dalam beberapa hari dalam seminggu.
2. Apakah ruangan yang ada potensial untuk ditata dalam sentra-sentra.
3. Perlukah pembatasan jumlah anak dan bagaimana cara menentukannya.
4. Sentra apa saja yang dapat dikembangkan sesuai tema yang ada.
5. Bagaimana cara perpindahan anak keluar dan masuk pada tiap sentra.
6. Bagaimana agar anak tahu apa yang harus dikerjakan ditiap sentra.
Untuk merancang sentra-sentra kegiatan diperlukan beberapa langkah berikut :
1. Menentukan rencana, agar pendidik maupun anak paham akan apa yang diharapkan dari
penataan bahan main dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan.
2. Mempertimbangkan karakteristik anak yang akan menggunakan sentra
3. Menentukan konsep keahlian yang akan dikembangkan sehingga sentra-sentra harus
direncanakan untuk mengembangkan keahlian secara bertahap.
4. Merumuskan tujuan-tujuan yang diharapkan sehingga anak mendapatkan manfaat dari
sentra-sentra tersebut.
5. Memilih kegiatan dan alat-alat yang sesuai.
6. Mengevaluasi sentra-sentra.
7. Implementasi terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan (Sherley dan Huff, 1976,
dikutif tidak langsung oleh Alexander,et,al,1988).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sentra-sentra kegiatan, sebagai
berikut :
1. Mengembangkan tiap sentra sebagai suatu kesatuan yang mandiri , tidak tergantung pada
peralatan dari sentra-sentra lain.
2. Menentukan sentra mana yang paling mudah aksesnya dengan sumber listrik.
3. Menentukan sentra mana yang senantiasa memerlukan perediaan air.
4. Menentukan sentra yang memerlukan cahaya matahari, sehingga perlu ditempatkan dekat
jendela.
5. Menyusun semua sentra sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan didalamnya mudah
dipantau pendidik.
6. Mempertimbangkan alur perpindahan sentra dalam kelas dengan mengusahakan anak
tetap mandiri.
Kemudian Gilley & Gilley menambahkan beberapa rambu agar kegiatan di sentra dapat
berjalan lancer.
1. Membatasi jumlah anak ditiap sentra pada waktu yang bersamaan.
2. Mengarahkan anak untuk berpartisipasi dalam tiap sentra sesuai periode waktu yang
diberikan.
3. Menambahkan alat dan bahan-bahan bar uke tiap sentra yang disesuaikan dengan minat
anak.

C. PENGATURAN KEGIATAN BERBASIS SENTRA DI KB DAN TPA


Tabel 8.1 Jadwal Perputaran Sentra Per Bulan Berdasar Kelompok Usia
Pertemuan
Sentra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bahan Alam A B A C A B A DST*
Main Peran B A D A D C B A
Balok D C D B C D B
Persiapan C D B C D D C
Seni B A C B D A C D
Memasak C D A B C A B
Kegiatan
ABCD
bersama/ lainnya
Keterangan :
A = kelompok anak usia 2-3 tahun
B = kelompok anak usia 3-4 tahun
C = kelompok anak usia 4-5 tahun
D = kelompok anak usia 5-6 tahun
* mengulang kembali seperti pada pertemuan 1-12
** kegiatan bersama dapat diisi dengan pengenalan lingkungan, mendatangkan narasumber, atau
kegiatan lainnya, baik bersama-sama maupun oleh masing-masing kelompok.
Berikut contoh kegiatan harian untuk KB atau TPA (setengah hari) half day
Jadwal harian
08.00 main pembukaan
08.20 transisi untuk pembiasaan kebersihan diri
08.40 kegiatan inti sentra
10.10 makan bekal bersama
10.45 kegiatan penutup
11.0 Pulang
1. Contoh Jadwal Harian untuk KB
Tabel 8.3 Jadwal Harian untuk KB Setengah Hari Program 3 Jam
Waktu Kegiatan Uraian Kegiatan

08.30 Tiba di sekolah Anak tiba di KB, disambut dan bersalaman dengan
pendidik, mengobrol dengan teman-temannya dan
bermain si sentra-sentra standard yang ada di kelas
sambil menunggu semua anak datang.

08.45 Transisi untuk Bermain dan menyanyikan lag. Pendidik memainkan


membuat lingkaran beberapa tepuk/permainan jari untuk mengundang
anak-anak semua berkumpul dengan lingkaran.

08.55 Saat lingkaran Pendidik mengucapkan selamat pada anak-anak,


mengerjakan buku kerja yang diperlukan, membahas
tentang bahan-bahan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan hari itu.

09.15 Kegiatan sentra Anak-anak dapat memilih sendiri sentra-sentra yang


pilihan sendiri tersedia di kelas dan kegiatan di luar ruangan untuk
eksplorasi dan manipulasi alat.

10.30 Beres-beres, cuci Anak-anak seharusnya dapat membereskan mainan di


tangan dan makan sentranya masing-masing, mengecek jika ada teman
snack lain yang membutuhkan bantuannya, lalu pergi ke
kamar mandi untuk cuci tangan, mengambil snack
dan meletakkannya di meja untuk dimakan bersama-
sama. Setelah selesai makan anak-anak segera
melanjutkan dengan kegiatan yang lain

10.45 Kegiatan motorik - Di luar ruangan : anak-anak yang sudah


kasar selesai makan snack dapat mengambil sepatu
mereka, lalu 5-8 anak dipersilahkan keluar
dengan diingatkan batas waktu main di luar.
Anak-anak lainnya ke luar ruangan bersama
pendidik.

- Di dalam raungan : setelah anak


menyelesaikan makan snack-nya, pendidik
menghidupkan tape recorder dan anak-anak
melakukan berbagai kegiatan sampai seluruh
anak-anak berkumpul dalam lingkaran. Tape
recorder dimatikan begitu masuk saat
lingkaran

11.05 Saat lingkaran Waktunya pendidik membacakan cerita atau


informasi tetang sentra esok hari dan
mendemonstrasikan cara menggunakan bahan-bahan
baru (untuk esok hari), dengan melibatkan anak-
anak.

11,15 Kegiatan penutup Pendidik merangkum dan membahas seluruh


kegiatan hari itu bersama anak-anak.

11.25 Persiapan pulang Pendidik mengingatkan anal-anak untuk tidak lupa


dengan sepatu, topi dan mantel yang harus
dipakainya. Pendidik harus sabar karena hal ini
membutuhkan waktu cukup lama untuk anak-anak
tersebut.

2. Contoh Jadwal Harian untuk TPA


Untuk TPA yang memberikan layanan sehari penuh, yaitu biasanya selama 8 jam (480
menit) maka jadwal kegiatannya dapat dicontohkan sebagai berikut :
CONTOH JADWAL HARIAN TPA FULL DAY (8 JAM)
09.00 Main diluar (pengalaman motorik kasar)/Pembukaan
09.45 Transisi (toilet training)
10.00 Kegiatan di sentra
11.15 Makan bersama
11.45 Transisi/penutup
12.00 Persiapan tidur siang
12.10 Tidur siang
14.30 Bangu tidur
15.00 Mandi
15.30 Makan selingan (kue, susu)
16.00 Mendengarkan musik dan bermain bebas
17.00 Pulang (dijemput orang tua)
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis sentra adalah model pembelajaran yang dilakukan di dalam
“lingkaran” (circle time) dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat ketika guru duduk
bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang
dilakukan sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain adalah zona atau area bermain
anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat bermain, yang berfungsi sebagai pijakan
lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik. Tiap
sentra dikelola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan,
yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama
main, dan pijakan setelah bermain.

Anda mungkin juga menyukai