Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2020-2021

Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran


Kode M.K : 1302R03A
Hari/Tanggal : Jumat /18 Juni 2021
Dosen : TIM
Sifat : Take Home

KETENTUAN UAS MP

1. Silahkan mahasiswa menjawab semua soal yang ada di bawah ini dengan baik dan
jujur (dikerjakan secara individu).
2. Jika ada jawaban yang relatif sama antar mahasiswa, dosen akan mengklarifikasi
kepada yang bersangkutan dan mendapat pengurangan nilai.
3. Jawaban disimpan dalam format pdf, font TNR 12, dan diupload di ULS pada kolom
yang telah disediakan.
4. Upload jawaban UAS sesuai dengan KP dan jangan terlambat. Pastikan jawaban UAS
sudah terupload di ULS.
5. Total ada 4 soal, bobot nilai setiap soal adalah 25 point.
6. UAS diupload paling lambat tgl 20 Juni 2021 pk 23.00 WIB

Selamat Mengerjakan #dirumahaja

SOAL NO 1

Cermati Iklan shampoo Clear berikut ini :


Pertanyaan:
a) Menurut Anda, iklan tersebut menggunakan daya tarik Informational Appeals atau
Transformational Appeals? Mengapa?
b) Uraikan seluruh tahap dalam mengembangkan komunikasi pemasaran yang efektif.

SOAL NO 2

Jelaskan secara detail dan lengkap beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan berada
pada posisi price-cutting traps dan beri masing-masing aplikasinya (minimal satu
kasus/contoh untuk setiap faktor) dengan menggunakan contoh riil dalam dunia bisnis di
Indonesia?

SOAL NO 3

Perusahan hand wash dapat melakukan sosial marketing yang tepat saat pandemic satunya
yaitu dengan campaign mengikuti protocol kesehatan 5 M. Dalam persiapan pelasanaan,
marketing perlu menerapkan empat panduan. Jika perusahaan yang dimakut adalah kasus ini
adalah Dettol Antibacterial Hand Wash.

Pertanyaan:
a. Jelaskan secara detail pantai mendetail/ memasri
b. Bagaimana cara Dettol melakukan kontrol terhadap program social marketing?

SOAL NO 4

Prihatin! Giant Tutup Semua Gerai, Gimana Nasib Peritel RI?


Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi sektor ritel di Tanah Air semakin memprihatinkan.
Dampak pembatasan pergerakan orang-orang akibat pandemi Covid-19 dan perubahan
preferensi berbelanja konsumen ke platfom daring (online) tampaknya semakin mempercepat
kejatuhan peritel modern.

Pada Selasa (25/5) pekan lalu, manajemen PT Hero Supermarket Tbk. (HERO)
mengungkapkan semua gerai Giant akan ditutup pada Juli 2021. Selain itu, Hero akan
mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan.
"Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi
gerai Hero Supermarket," kata Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, dalam
keterbukaan informasi di BEI, Selasa lalu (25/5/2021).

Dia menjelaskan perusahaan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat perusahaan yang
diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar, terlebih terkait beralihnya
konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, sebuah
fenomena yang juga terjadi di pasar global.

Kabar kurang menggembirakan tersebut sontak semakin menambah awan gelap sektor ritel
Tanah Air, setelah sebelumnya pengelola Centro Departement Store, PT Tozy Sentosa,
dinyatakan pailit, serta 'babak belurnya' kinerja keuangan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
(RALS) dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).

Hingga Maret 2021, gerai Giant hanya tersisa 75 gerai, untuk Giant Ekstra maupun Giant
Ekspres. Sepanjang 2019 hingga Maret 2021 ada 25 gerai Giant yang ditutup. Pada awal
2021 setidaknya ada tiga gerai Giant yang terkonfirmasi yang tutup yakni Giant Ekstra di
Margo City Depok, Giant Mayasari Plaza Tasikmalaya dan Giant Kalibata. Kemudian pada
April 2021, penutupan gerai hypermarket Giant milik PT. Hero Supermarket

Kinerja Keuangan Tertekan


Memang, bila dilihat dari sisi fundamental, kinerja keuangan HERO pada tahun 2020 cukup
tertekan. Hal ini terlihat dari kerugian tahun berjalan 2020 yang lebih dalam sebesar Rp 1,21
triliun, bengkak 4.203% dibanding tahun sebelumnya rugi bersih Rp 28,21 miliar.
Anjloknya kerugian bersih ini tercermin dari pendapatan bersih HERO sepanjang tahun 2020
yang mengalami penurunan sebesar 26,98% menjadi Rp 8,89 triliun dari sebelumnya Rp
12,18 triliun.

Penurunan terbesar terjadi di segmen penjualan makanan sebesar 32,67% menjadi Rp 6,05
triliun. Sedangkan, penjualan di segmen non makanan juga turun hampir 11 persen menjadi
Rp 2,84 triliun. Kinerja keuangan perseroan juga masih cukup tertekan pada kuartal pertama
di tahun ini meski dari segi nilai kerugian sudah berkurang.

Pada kuartal I tahun ini, HERO kembali membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,65 miliar
secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini mengecil tinimbang rugi bersih pada periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 43,56 miliar.

Meruginya HERO diiringi dengan anjloknya penjualan dan pendapatan usaha, sebesar
30,20% menjadi Rp 1,76 triliun. Apabila ditilik per kuartalan, HERO terakhir membukukan
laba bersih pada akhir Juni 2019. Sementara, apabila ditilik secara tahunan emiten ini terakhir
meraup laba bersih pada 2016 atau sekitar 5 tahun lalu.
Bila menilik secara lebih luas, data penjualan ritel Tanah Air memang masih berdarah-darah.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil
(IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Naik 6,1%dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-
month/mtm).

Namun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), masih
terkontraksi 14,6%. Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah
pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun.
Prospek penjualan ritel ke depan masih sangat menantang. Ini terlihat dari Indeks Ekspektasi
Penjualan (IEP) yang hanya bergerak tipis-tipis.
IEP untuk tiga bulan mendatang pada Maret 2021 adalah 149, turun tipis dibandingkan bulan
sebelumnya yang sebesar 150,5. Penyebabnya adalah berakhirnya musim perayaan Hari Raya
Idul Fitri sehingga permintaan masyarakat menurun.

Sedangkan IEP untuk enam bulan ke depan pada Maret 2021 tercatat 151,6, naik sedikit
ketimbang Februari 2021 yaitu 151,4. BI menilai pengusaha ritel masih wait and see karena
belum adanya aturan baru terkait pembatasan kegiatan masyarakat pada September 2021
(enam bulan lagi).

Nasib Karyawan Giant


Rencana penutupan gerai Giant pada tahun ini pun bakal berpengaruh besar terhadap nasib
karyawan. Data Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) yang menjadi induk
Serikat Pekerja Hero Supermarket menyebut bahwa mulanya Giant memiliki karyawan
sekitar 15.000 orang.

Namun, karena mengalami kerugian, maka sejak dua tahun lalu perusahaan mulai
mengurangi karyawan, baik karyawan tetap maupun kontrak. Bagi karyawan tetap,
manajemen di antaranya menawarkan pensiun dini. Sekitar setengahnya sudah keluar. Kini,
perusahaan bakal melepas sisanya, yakni mencapai 7.000 karyawan.

Manajemen pengelola gerai Giant, Hero Supermarket, memastikan keputusan penutupan


seluruh gerai Giant mulai Juli mendatang akan berimbas pada nasib seluruh karyawan. Diky
Risbianto, Head of Corporate and Consumer Affairs HERO menjelaskan, perseroan juga saat
ini masih mempertimbangkan jumlah gerai yang akan dikonversi menjadi gerai IKEA atau
Hero Supermarket.

"Dengan berat hati, kami menyampaikan, seluruh karyawan gerai Giant akan terdampak oleh
keputusan ini. Kami masih mempertimbangkan jumlah gerai yang akan dikonversi menjadi
gerai IKEA atau Hero Supermarket," kata Dicky, kepada CNBC Indonesia, Rabu
(26/5/2021).

Berdasarkan laporan keuangannya, sejak akhir periode Desember 2017 hingga 31 Maret 2021
perusahaan telah mengurangi jumlah karyawan hingga 6.667 orang.
Pengurangan jumlah karyawan ini membuat perusahaan mengalami penurunan biaya. Di mana pada
akhir 2017 biaya yang dikeluarkan perusahaan mencapai Rp 1,34 miliar, sedangkan pada akhir Desember 2020
biaya karyawan ini hanya Rp 1,16 miliar.
Baca:
Saham Ritel Grogi, Antisipasi Kenaikan Kasus Covid-19

Fenomena Tiap Hari 1 Toko Tutup


Penutupan Giant diproyeksikan layaknya fenomena gunung es yang bakal terus terjadi ke
depannya. "Kenyataannya kita lihat, Aprindo menghitung tahun 2020 setiap hari bahwa tutup
hampir 5-6 toko, di 2021 tutup 1-2 toko," jelas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) Roy Mandey dalam Closing Bell CNBC Indonesia, Selasa (25/5/21).
Ia menyebut bahwa pandemi membuat peritel modern mengalami kondisi fluktuatif, bahkan
under perform, salah satu penyebabnya karena perubahan cara konsumsi dari konsumen.
Namun, ada juga penyebab lainnya.

"Ini mengisyaratkan terjadi akibat pelaku usaha ritel belum dapat akses dana pemulihan
ekonomi nasional (PEN). Kita belum jadi satu sektor prioritas dari sektor-sektor lain yang
juga tergerus di masa pandemi," kata Roy.

Banyak ritel yang menjalankan usahanya dengan dana cadangan, setidaknya untuk bisa
bertahan enam bulan. Ketika dalam rentang waktu tersebut belum ada tanda pulih secara
signifikan, maka pelaku usaha bakal memilih untuk menutup operasional secara keseluruhan.

Roy juga mengungkit bagaimana seperti ada beda perlakuan antara sektornya dengan sektor
lain. Terlihat dari bantuan yang belum datang hingga saat ini. Padahal, ritel bersentuhan
langsung dengan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pokoknya.
Sementara, analis PT NH Korindo Sekuritas Putu Chantika mengatakan pemulihan sektor
ritel ini tergantung kepada dua hal.

Pertama, bagaimana caranya pemerintah bisa kembali meningkatkan daya beli masyarakat.
Daya beli yang membaik dan kembali ke normal itu akan memberikan dampak positif bagi
sektor ritel, terutama ke peningkatan penjualannya.

Kedua, dari sisi perusahaan ritel itu sendiri. Bagaimana manajemen melakukan strategi agar
tidak mengalami kerugian yang besar. Misalnya bisa melakukan efisiensi biaya operasional
agar tidak berbanding jauh dengan pemasukan yang alami penurunan.

"Jadi memang tergantung dari apa yang mereka tawarkan ke konsumen dan bagaimana
perusahaan itu bergerak menghadapi situasi ini," ujarnya dalam program InvesTime CNBC
Indonesia, dikutip Minggu (30/5/2021).

Menurutnya, langkah manajemen yang tepat bisa membuat perusahaan ritel terlepas dari
kerugian yang besar. Hal itu terlihat dari beberapa perusahaan yang bisa bertahan di tengah
kondisi sulit ini.

"Tapi sebenarnya tidak semua perusahaan ritel alami kerugian, ada juga beberapa perusahaan
yang bisa survive [bertahan] di pandemi ini," jelasnya. Terkait dengan banyakya penutupan
gerai ritel, dan yang terbaru adalah Giant yang dikelola HERO, ia menilai ini adalah salah
satu langkah yang mungkin tepat. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh PT Mitra
Adiperkasa Tbk (MAPI) yang melakukan efisiensi beban.

Di tahun 2017 lalu, diketahui MAPI melakukan restrukturisasi besar-besaran. Namun, setelah
melakukan hal tersebut, MAPI justru mencatatkan penjualan yang bagus. Dengan demikian,
Chantika menilai langkah penutupan gerai ini pasti sudah dipikirkan matang manajemen
perusahaan untuk mengurangi dampak kerugian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sumber : cnbcindonesia 2 juni 2021 13;10

Pertanyaan :
1. Menurut kalian apakah pandemic ini memberikan perubahan besar bagi toko retail di
Indonesia ? Jelaskan !
2. Apakah tidak ada celah untuk bertahan bagi toko retail untuk mempertahankan
indsutri retail di Indonesia ? Jelaskan argument/pendapat anda dengan jelas !
3. Jika kalian menjadi direktur utama dari Giant, langkah apa yang kalian ambil untuk
menyelamatkan Giant tanpa harus menutup gerai. ? Jelaskan dengan detail !

SOAL NO 2

Anda mungkin juga menyukai