Anda di halaman 1dari 2

NAMA : PANDU AL FARIZ

NIM : 14030119130130

TUGAS 1

PELUANG BISNIS RITEL di INDONESIA


Ritel merupakan sebuah bisnis yang kegiatannya adalah memasarkan barang dan jasa
secara eceran atupun satuan kepada para konsumen. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh
para pelaku usaha yang menjadi jembatan antara produsen dengan konsumen. Dengan adanya
pelaku usaha pada bisnis ritel, produsen akan merasa terbantu menyampaikan produknya ke
masyarakat. Oleh karena itu, bisnis ritel memegang peranan penting dalam rantai pasokan.
Seiring perkembangan teknologi, kegiatan ritel terbagi menjadi dua yaitu ritel
tradisonal dan ritel modern. Ritel tradisonal masih menerapkan kegiatan secara konvensional
pada pengelolaan usaha seperti kegiatan jual beli di pasar tradisonal. Sedangkan untuk ritel
modern terjadi pengembangan kearah yang lebih modern karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti ekonomi, gaya hidup masayarakat, dan juga teknologi tentunya. Contoh
perkembangan ritel dari tradisonal ke modern adalah banyaknya muncul swalayan, pasar
modern, dan juga specialty store. Usaha ritel akan selalu mengalami perkembangan seiring
dengan perkembangan perekonomian, gaya hidup, dan juga teknologi.
Negara Indonesia memiliki potensi yang besar untuk perkembangan usaha ritel modern.
Dengan adanya Keputusan Presiden No. 118 tahun 2000 yang dimana isi dari keputusan itu
membawa angin segar bagi para penanam modal untuk membuat usaha ritel di Indonesia
karena dinilai menguntungkan. Hal ini terbukti dengan maraknya pembangunan ritel modern
yang berformat seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket yang sudah masuk ke
berbagai daerah di Indonesia. Perkembangan ritel yang cukup besar di Indonesia memiliki
dampak positif bagi perekonomian negara.
Menurut Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, pada tahun 2019 industri ritel di
Indonesia memiliki peran yang penting dalam mendukung perekonomian nasional melalui
sisi perdagangan dan konsumsi. Pada sisi perdagangan terjadi pertumbuhan 13,02% pada
triwulan ketiga tahun 2019 dan pada sisi konsumsi terjadi pertumbuhan 56,52% dari total
PDB. Badan Pusat Statistik juga mencatat bahwasanya terjadi peningkatan perekonomian
Indonesia sekitar 5,04% pada tahun 2019. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwasanya
industri ritel membantu dalam meningkatkan perekonomian negara. Selain itu, sektor ritel
juga membantu produk UMKM dan produk lokal dalam memasarkan produknya agar lebih
dikenal oleh masyarakat.
Perkembangan Ritel di Indonesia juga dipengaruhi faktor demografi, angka demografi
yang tinggi di Indonesia juga sangat membantu sektor ritel. Semakin tingginya angka
demografi maka akan semakin banyak pula tingkat pembelian masyarakat terhadap barang
dan jasa yang dipasarkan melalui sektor ritel. Selain itu, perusahaan yang berjalan pada
sektor ritel akan lebih mudah mendapatkan tenaga kerja yang beragam sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Adanya bonus demografi juga akan membawa keuntungan pada
perekonomian negara terutama pada sektor ritel dikarenakan akan banyak jumlah penduduk
yang berada pada usia produktif dari usia 18 – 64 tahun, dengan begitu akan banyak tenaga
kerja yang terpakai.
Meskipun sektor ritel memiliki dampak bagus bagi perekonomian, akan tetapi
pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia masih mengalami naik turun terutama pada tahun
2020 – 2021. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengatakan bahwasanya pada
tahun 2020 industri sektor ritel akan melemah, penyebabnya adalah adanya pandemi Covid-
19 yang menyebabkan banyaknya perubahan mulai dari kebiasaan masyarkat sampai dengan
kebijakan pereknomian. Pada kuartal 1 tahun 2020, pertumbuhan ritel di Indonesia hanya
mencapai 3 – 3,5 persen berbeda cukup jauh dari tahun sebelumnya yang mencapi 8 – 8,5
persen. Adanya kebijkan pemerintah untuk melakuakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) pada April 2020 menjadi penyebab turunnya penjualan. Meskipun pada pertengahan
Juni 2020 sudah ada beberapa pusat perbelanjaan yang mulai buka, pendapatan yang didapat
dari penjualan ritel masih belum sesuai dengan target yang diharapkan para pelaku usaha
sektor ritel. Pada bulan Agustus 2020 – Juli 2021 pertumbuhan ritel masih belum stabil
bahkan cenderung mengalami penurunan. Pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia mulai
tumbuh pada bulan Maret 2021 dan pada bulan April terjadi pertumbuhan signifikan. Pada
bulan Juli 2021 penjualan ritel mengalami penurunan kembali sebesar -6,2% dibandingkan
bulan sebelumnya yang mencapi kenaikan 2,5%.
Perkembangan penjualan ritel di Indonesia dalam 1 dekade dari 2011 – 2021 selalu
diperbaharui setiap bulan. Berdasarkan laporan CEIC, fata penjualan ritel tertinggi terjadi
pada bulan Desember tahun 2013 yang meningkat sebesar 28,2% sedangkan penurunan
penjualan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2020 yang dimana pada saat itu sedang
diberlakukaknnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah yang
menyebabkan penjualan turun sebesar -20,6%.
Industri sektor ritel yang berkembang di Indonesia turut membantu mengatasi salah
satu permasalahan sosial yaitu pengangguran yang cukup banyak, banyaknya sektor
penjualan ritel membuat banyak tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan. Pada tahun 2016,
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor ritel berhasil menyerap tenaga kerja
sebanyak 22,4 juta orang atau 31,81% dari tenaga kerja non pertanian. Pada tahun 2017
terjadi penurunan penyerapan dikarenakan adanya penurunan daya beli masyarakat dan
hasilnya penjualan ritel menjadi tertekan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
mencatat hanya 345.243 orang yang terserap. Penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor ritel
juga disebabkan perusahaan melakukan efisiensi dikarenakan meningkatnya beban
operasional perusahaan, gempuran teknologi juga menyebabkan perusahaan melakukan
penurunan jumlah tenaga kerja.
Adanya pandemi pada awal tahun 2020 sampai dengan saat ini yang tidak tahu kapan
selesainya pandemi ini membuat industri sektor ritel kewalahan. Pemberlakuan PPKM pada
bulan Juni 2021 yang membuat jam operasional tempat usaha membuat perusahaan mau tidak
mau merumahkan beberapa karyawannya. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO), Roy N. Mandey memperkirakan sebanyak 10 – 15 persen dari 2 juta
tenaga kerja pada sektor ritel akan dirumahkan dalam beberapa waktu kedepan. Menurut
Roy, para pekerja yang dirumahkan tetap akan mendapat gaji sebesar 50 – 60 persen dari gaji
biasanya. Selain tenaga kerja yang dirumahkan, pandemi Covid-19 juga menyebabkan
karyawan yang terkena kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Salah satu contoh yaitu
pada Toko Ramayana City Plaza, Depok yang melakukan PHK terhadap 87 orang
karyawannya dan menutup toko lantaran penjualan mengalami penurunan hingga 80%. Hal
inilah yang menyebabkan peluang bisnis ritel di Indonesia pada saat pandemi menjadi turun
dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai