Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan pada Gangguan Menstruasi”

Dosen : Ns.Cut Mutya Bunsal, S.Kep,.M.Kep

Oleh :
Kelompok II

INDAH M. ZACHAWERUS
CICILIA D Y SAREAN
YANTI G ESSING

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH MANADO
2020/202
Contents
BAB I..................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...............................................................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................................................2

B. Konsep haid..............................................................................................................................10

C. Fisiologi menstruasi.................................................................................................................10

a. Siklus Menstruasi..................................................................................................................11

b. Jenis-jenis gangguan haid.....................................................................................................15

c. Pathway Amenore.................................................................................................................24

d. Pathway Dismenore..............................................................................................................24

e. Pathway PMS (Pre Menstrual Sindrom)..............................................................................24

BAB II...............................................................................................................................................32

TINJAUAN KASUS.........................................................................................................................32

A. Kasus........................................................................................................................................32

B. Pengkajian................................................................................................................................32

C. Analisis Data............................................................................................................................34

D. Diagnosa keperawatan.............................................................................................................36

E. Intervensi keperawatan............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan menstruasi merupakan gangguan kesehatan reproduksi yang

sering dikeluhkan oleh banyak wanita, terutama remaja putri. Gangguan tersebut

dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan sampai berat, dan akan berdampak

pada aktivitas sehari-hari, sehingga dapat mengganggu produktifitas remaja

seperti sekolah.

Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Dharma Pancasila

Medan tahun 2017, dengan menanyakan kepada beberapa siswa/i apakah sering

libur sekolah atau tidak, siswa menjawab tidak pernah libur sekolah kecuali

kecelakaan atau sakit parah. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada siswi

mereka menjawab tidak libur sekolah juga kecuali sakit. Tetapi beberapa siswi

mengatakan sering libur sekolah karena nyeri perut yang sangat mengganggu

aktivitas saat menjelang menstruasi, sebagian siswi mengatakan mengalami nyeri

hebat bahkan pernah sampai pingsan, setelah mengalami kejadian seperti itu, saat

menjelang menstruasi selanjutnya mereka minum obat untuk menghilangkan rasa

nyeri. Akan tetapi apabila sakit yang ringan seperti flu, batuk, pusing, lemas,

selama sakitnya masih bisa dikontrol dan tidak terlalu mengganggu aktivitas maka

mereka tetap hadir.

Kemudian peneliti lanjut menanyakan apakah siswi pernah ada kejadian

gangguan menstruasi lain selain nyeri, siswi menjawab pernah mengalami

gangguan lainnya yaitu, sejak 5 bulan yang lalu periode menstruasi menjadi lama
kadang berlansung hingga 2 minggu lebih, tetapi darah menstruasi yang keluar

tidak terlalu banyak. Kemudian siswi lainnya mengatakan gangguan berupa siklus

menstruasinya yang terlalu dekat, misalnya awal bulan haid dan berakhir kira-kira

pada tanggal 10, dua mingu kemudian sekitar tanggal 23 haid lagi berarti dalam

sebulan mengalami dua kali haid. Selain itu siswi tersebut juga pernah mengalami

haid dengan jumlah darah yang keluar tiga kali lebih banyak dari biasanya.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan selama 2 hari pada bulan Juni

2017, diketahui bahwabeberapa siswi menyebut alasan tidak hadir sekolah karena

nyeri perut menjelang menstruasi, oleh karena alasan tersebut peneliti

mewawancarai 12 orang siswi lainnya tentang gangguan menstruasi. 2 siswi

mengatakan mengalami gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan setiap

bulannya, 1 siswi mengatakan pernah tidak menstruasi sampai 4 bulan berturut-

turut, 2 siswi mengatakan ketika menstruasi jumlah darah yang keluar hanya

sedikit seperti flek dan berlansung selama 3 hari saja, 2 siswi mengatakan setiap

menjelang menstruasi terasa nyeri dan pembengkakan pada payudara dan 5 siswi

yang mengatakan tidak pernah mengalami gangguan selama menstruasi. Dari

beberapa siswi yang memiliki keluhan gangguan menstruasi, 1 siswi memiliki

berat badan gemuk, 3 siswi memiliki berat badan kurus dan 3 siswi memiliki berat

badan ideal.

Menurut World Health Organization (WHO) gangguan menstruasi sering

mempengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda, terutama remaja

yang menderita dismenorea dan menstruasi berat. Organisasi Kesehatan Dunia

melaporkan bahwa 18 juta wanita berusia 30-55 tahun menganggap perdarahan


menstruasi yang dialaminya berlebihan. Gangguan menstruasi sering

memengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda dan bisa menjadi

indikator masalah mendasar yang serius. Gangguan menstruasi yang paling umum

terjadi adalah frekuensi menstruasi yang tidak teratur (80,7%), sindrom

pramenstruasi (54,0%), durasi menstruasi tidak teratur (43,8%), dismenorea

(38,1%), polimenorea (37,5% dan oligomenorea (19,3%) (1).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja

(PKRR) menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar

permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang

berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan

psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%). Gangguan menstruasi mejadi

permasalahan utama pada wanita di Indonesia (2).

Menurut data Riskesdas RI (2013), kelompok umur 13-15 tahun penilaian

status gizi berdasarkan IMT, prevalensi nasional kurus pada remaja umur 13-15

tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi

sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4%) dan paling tinggi di

Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak

sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah,

Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat,

Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat,

Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sumatera Barat termasuk

kedalam 17 propinsi tersebut dengan prevalensi 7%. Prevalensi kurus pada remaja

umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5%
kurus). Remaja usia 15-19 tahun resiko kekurangan energi kronik pada tahun

2007 30,9% dan pada tahun 2012 naik menjadi 46,6% (3).

Angka kejadian dismenorea di Amerika serikat 30-50% perempuan usia

reproduksi. Sekitar 10-15% diantaranya terpaksa kehilangan kesempatan kerja,

sekolah, dan kehidupan keluarga. Angka kejadian dismenorea pada wanita di

Swedia berumur 19 tahun sebanyak 72,42%. Sedangkan di Indonesia angka

kejadian dismenorea primer sekitar 54,89%, sisanya 45,11% dismenorea

sekunder. (4) Dalam penelitian Cakir M et al dikatakan bahwa dismenorea

merupakan gangguan dengan prevalensi yang terbesar (89,5%), diikuti

ketidakteraturan menstruasi (31,2%),serta siklus menstruasi yang panjang (5,3%).

Sedangkan dalam penelitian Bieniasz J et al mengenai gangguan menstruasi

didapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder

18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran

sebanyak 15,8%. Disminorea merupakan salah satu faktor alasan utama yang

menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah (5).

Dalam penelitian Deby Shinta tentang faktor yang berhubungan dengan

dysmenore di SMA 2 Medan tahun 2014, di dapatkan hasil untuk proporsi prevalensi

dismenore 85,9%, derajat kesakitan dismenore ringan 79,1%, sedang 8,2%, berat

12,7% sedangkan proporsi siswi yang mengalami dismenore yang tertinggi pada 14-

15tahun (86,0%), umur menarche kurang dari 12 (87,7%), lama menstruasi kurang

dari 7 hari (86,3%), siklus menstruasi normal (87,4%), sering berolah raga (96,9%),

status gizi lebih (100,0%) dan ada riwayat keluarga (90,5%) (6).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial

yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Rentang usia remaja

10 –19 tahun. Remaja dalam rentang usia tersebut mengalami berbagai perubahan

badan, perubahan status sosial, perubahan penampilan, perubahan sikap,

perubahan seks dan perubahan organ-organ reproduksi secara khusus ditandai

oleh menstruasi (7).

Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap remaja,

dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ

kandungan telah berfungsi dengan matang. siklus menstruasi berlansung selama

28 hari dengan lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti

darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Jumlah darah yang

keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita dengan anemia defisiensi

besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc

dianggap patologik (8).

Faktor- faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi yaitu faktor

biologis seperti tekanan hidup, stres, kecemasan, aktivitas fisik atau kelelahan

fisik maupun psikis, gangguan yang bersifat hormonal yaitu ketidakseimbangan

hormon estrogen maupun hormon progesteron dan prostaglandin, hormon

prolaktin berlebih yaitu meningkatnya hormon prolaktin secara otomatis akan

menurunkan hormon estrogen dan progesterone, kenaikan atau berkurangnya

berat badan secara signifikan, status gizi (underweight jika IMT <17,0 dan

obesitas jika IMT > 27,0) akan mempengaruhi kerja hormon berupa peningkatan,
keseimbangan, ataupun penurunan hormon dan kelainan organik seperti radang,

tumor, trauma dan sebagainya (9).

Perubahan emosional seperti stres, yang melibatkan sistem neuroendokrin

yang dapat memicu terjadinya gangguan menstruasi. Stres psikologis menyebabkan

perubahan sistemik dalam tubuh, yaitu terjadinya peningkatan Corticotropic

Releasing Hormone (CRH) sehingga menghambat stimulus sekresi GnRH oleh

hipotalamus dan memengaruhi proses menstruasi. Selain itu juga, adanya pengaruh

gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi. Jika terdapat

gangguan pada gizi yaitu gizi yang kurang atau berlebih akan mengganggu fungsi

reproduksi, fungsi ovulasi, perubahan kadar hormon steroid serta gangguan

pematangan folikel yang berdampak pada gangguan haid (10).

Aktivitas fisik diperkirakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi

terjadinya gangguan menstruasi. Semakin tinggi frekuensi aktifitas fisik yang

dikerjakan, maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan menstruasi.

sedangkan aktivitas fisik intesitas sedang menurunkan resiko gangguan

menstruasi. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat dimodifikasi

dengan mudah. Aktifitas fisik tidak harus dalam bentuk olahraga berat untuk

meningkatkan derajat kesehatan, melainkan dapat berupa aktivitas saat di tempat

kerja, dalam perjalanan, melakukan pekerjaan rumah dan olahraga rekreasi.

Aktivitas fisik berperan penting dalam usaha pencegahan penyakit tidak menular.

Terutama pada negara berkembang yang sebagian besar dari total pengeluaran

energi masyarakatnya digunakan dalam bekerja dan transportasi daripada olahraga


rekreasi. Olahraga teratur dapat mengatasi dismenorhea, serta dapat mencegah

obesitas (11).

Status gizi yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan atau

perubahan berat badan dalam jangka waktu yang lama atau menetap maka akan

mempengaruhi fungsi menstruasi dan gangguan hormon ovarium. (12) Masalah

yang sering terjadi pada remaja saat ini adalah kelebihan asupan gizi yang dapat

menyebabkan obesitas, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh

dan sistem reproduksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche.

(13) Kurangnya asupan gizi atau sebaliknya dari konsumsi makanan yang

dilakukan dapat mempengaruhi hormon ovarium yaitu estrogen, progesterone, LH

(lutenizing hormone), dan FSH (folikel stimulating hormone). (14) Status gizi

sangat mempengaruhi status pertumbuhan dan perkembangan, sehingga status gizi

perlu diperhatikan. Status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih

lambat dari yang seharusnya. Beberapa penelitian mengatakan status gizi dapat

mempengaruhi keteraturan menstruasi (15).

Sebagian orang tua khususnya seorang ibu jarang mendidik anak

perempuannya tentang berbagai hal terutama tentang menstruasi, awal menstruasi,

perawatan menstruasi dan bagaimana menjaga kesehatan wanita selama

menstruasi karena menurut sebagian masyarakat hal ini masih tabu untuk

dibicarakan dalam keluarga. Adanya anggapan orangtua yang salah bahwa hal ini

merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap bahwa anak

akan mengetahui dengan sendirinya akan menambahnya rumitnya permasalahan.

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh remaja dalam mengontrol emosi,


mengurangi kecemasan, memberikan motivasi karena keluarga menjadi tempat

remaja mengeluarkan segala keluhan atau sekedar tempat bercerita kegiatan sehari-

hari (16).

Akibat gangguan menstruasi, waktu lebih banyak digunakan untuk

beristirahat dan konsentrasi belajar menjadi menurun. Oleh sebab itu diperlukan

pengetahuan dan evaluasi secara dini terkait gangguan menstruasi. Jika gangguan

tidak ditangani, dapat mempengaruhi kualitas hidup karena menyebabkan

ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan mungkin dapat

menjadi masalah serius. Sehingga diperlukan penanganan yang lebih serius

terhadap gangguan menstruasi agar kualitas hidup wanita terutama siswi tidak

menurun dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu terlebih lagi bagi siswi.

Dari latar belakang diatas, di ketahui bahwa gangguan menstruasi terjadi

pada remaja dan menimbulkan dampak bagi penderita, oleh karena itu peneliti

tertarik untuk meneliti dan mengalisis faktor yang memengaruhi gangguan

menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA Dharma Pancasila Medan tahun

2017”.
B. Konsep haid
Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui
liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini terjadi pada
wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai
dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium.

Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada
manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi
pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya
teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan
hormonal yaitu estrogen dan progesteron (Hawari, 1997).

Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :

 Lamanya 3-6 hari

 Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari

 Satu siklus normal 21-35 hari

 Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi

C. Fisiologi menstruasi
 Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali pertama adalah
12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga datang bulan perlu di waspadai,
mungkin ada kelainan.

Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki masa menopause,
yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa menopause, haid tetap datang
hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/
menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama
haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal.
Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus
berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree
menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.

Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak teratur
misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang
terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali
pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia 11
tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun
haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid.

Haid Dipengaruhi berbagai hormon:

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu
hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon) memicu
pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen
akan mengakibatkan  proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen yang
tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing hormon).
LH  akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesterone.
Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium  sehingga terjadi Fase
sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang
berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur

a. Siklus Menstruasi
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid
berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi
(hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi
berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya
cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita  tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak
beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat
setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.

Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
kemudian ada yang  7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang
lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama
2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa
lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan
membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda
setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan
membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan
tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui
siklus anda.

Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14,
terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii
dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan
masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.

Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan
dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung  selama 3 – 5 hari kadang
sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada
siklus berikutnya.

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:

1.      Fase Folikuler

Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ov
arium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1
folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium
dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk
kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-
rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.

2.      Fase ovulasi

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang
matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada
saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini
dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.

3.      Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan
telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan
sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase
lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan
untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus
yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum
yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes
kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.

Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :

1.      Fase Menstruasi atau dekuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum
basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah
merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan
otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4
hari.

2.      Fase pasca haid atau fase regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan
ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai
sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

3.      Fase Proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:

a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang
tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.

b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat
dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).

c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan
kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.

4.      Fase pra haid atau fase sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada  fase ini
endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen
dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
b. Jenis-jenis gangguan haid
a). Hipermenore (Menorraghia)

1. Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang
disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

2. Etiologi

1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :


uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.

3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.

1. Hipertensi

2. Dekompensio cordis

3. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.

4. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.

5. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

3. Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon


(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal
ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron.
Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari
setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium
sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH,
tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum
yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan
cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan.
Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan
hebat.

4. Manifestasi Klinis

Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering
merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

b). Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)

1. Definisi

Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.

Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7
hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

2. Etiologi

1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin


2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan
hormonal.

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa
spotting.

c).Polimenorea (Epimenoragia)

1. Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah
perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

2. Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).
d). Oligomenorrhoe

1. Definisi

Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari

2. Etiologi

 Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )

 Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )

 Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

 Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali

 Perdarahan haid biasanya berkurang

e).Amenorea

1. Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.

2. Klasifikasi

a. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.

b. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami
haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.

3. Etiologi

1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina

2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen dan
progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress berat.

4. kelainan kongenital

5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.

4. Patofisiologi

Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini
menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe
keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.


Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan
adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak
pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan
gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-


ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara
fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran
darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
5. Manifestasi klinis

f). Metroragia

1. Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.

2. Klasifikasi

a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.

b. Metroragia diluar kehamilan.

3.Etiologi

a.Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia); hormonal.

b. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen,


hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit
akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.

4. Manifestasi klinis

Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan ini
sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.

Terapi : kuretase dan hormonal.

g). Pra Menstruasi Syndrom

1. Definisi

Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2
sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai. Disebabkan
oleh :

 Sekresi estrogen yang abnormal

 Kelebihan atau defisiensi progesteron

 Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin

 Kelebihan hormon anti diuresis

 Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

2. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.

 Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

3. Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang
akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen
dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut.
Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA).


Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon
esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

4. Manifestasi klinis

Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu makan
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya
perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.

h).Dismenore

1. Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.

2. Klasifikasi

1.Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri
haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan.

Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003):

1. Sering ditemukan pada usia muda.

2. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.

3.Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering disertai mual, muntah,
diare, kelelahan, dan nyeri kepala.

4. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.

6. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.

3. Etiologi

Psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit,


hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks,
kadar vasopresin tinggi).

4. Manifestasi klinis

Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas
bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah
marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga kerap
memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri, kram perut
bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal
dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.

Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.

2. Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal
ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio
uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.

5. Manifestasi klinis

Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997):

1.  Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama), yang
merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.

2.  Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.

3.  Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik: pertimbangkan


kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan pelvis),
dan adenomyosis.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya), pemberian obat analgetik (biasanya
diberikan aspirin, fenasetin dan kafein), terapi hormonal (Tujuannya untuk menekan ovulasi)

i).Mastodinia atau Mastalgia

1. Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.

2.Etiologi
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai
hiperemia didaerah payudara.

c. Pathway Amenore

d. Pathway Dismenore

e. Pathway PMS (Pre Menstrual Sindrom)


Kegagalan fungsi hipotalamus-hipofisis

Kelainan genetik

Amenore primer

hipogonadotropin

Siklus menstruasi tidak terjadi

Estrogen & progesteron tidak dihasilkan

Ovarium tidak

terangsang

FSH & LH

MK: ansietas, nyeri, kerusakan integritas jaringan

Amenore sekunder

Tidak terjadi siklus menstruasi

Siklus menstruasi terganggu

Penyakit stress, obat-obatan, dll

Tanda seks sekunder tidak terjadi

Tidak terjadi menstruasi

Ovarium berupa jaringan pengikat

Tidak dapat mengalami menstruasi

Ovarium gagal berkembang


Testis menggantikan ovarium

Tidak punya uterus

Disgenesis gonad

Testikular feminization

MK: gangguan citra tubuh, harga diri rendah


MK:Intoleran aktivitas

MK:nyeri

Nyeri haid

Dismenore sekunder

Penyakit :endometriosis, inflamasi pelvis, adenomiosis, kista ovarium, kelainan otak

Progesterone menurun

Enzim fosfolipase A2 meningkat

Labilisasi membrane lisosom (mudah pecah)

Regresi korpus luteum

Bila tidak terjadi kehamilan

Hidrolisis senyawa fosfolipid

Terbentuk asam arakidonat

prostaglandin

Meningkatkan kontraksi & disritmia uterus

iskemia

Miometrium terangsang

PGE 2 & PGF 2α dalam darah meningkat

 
PGF 2α

PGE 2

Dismenore primer

Meningkatkan sensitisasi & menurunkan ambang rasa sakit pada ujng saraf aferen nervus
pelvicus

MK: ansietas

MK: intoleransi aktivitas

MK: nyeri

Nyeri haid

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih dan lesu serta nyeri hebat
ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah.
Pasien juga mengeluh mual, muntah dan diare.

B. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara
mengenai aspek-aspek umum seperti:

1.  Riwayat Penyakit


a.  Riwayat penyakit dahulu

pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada
setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang
pasien mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.

b.  Riwayat Penyakit Sekarang

Tidak Ada

c.  Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

d. Nutrisi

e. Pola Latihan

f. Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya

g. Konsep diri (body image)

h. Skala nyeri 4-6

Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6

B1 (Breath)

i. Pernapasan tidak teratur

B2 (Blood)

j. Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)

k. Akral Basah dan dingin

B3 (Brain)

l. Penurunan Konsentrasi

m. Pusing
n. Konjungtiva Anemia

B4 (Bladder)

o. Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari

B5 (Bowel)

p. Nyeri pada adomen

q. Nafsu makan Menurun

B6 (Bone)

r. Badan mudah capek

s. Nyeri pada punggung

Pemeriksaan Fisik

t.  Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal

u.  Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.

C. Analisis Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1 DS: Menstruasi Nyeri akut


         Penyebab timbulnya         ↓
nyeri: disminore. Regresi korpus luteum
         Nyeri dirasakan         ↓
meningkat saat aktivitas progesteron↓
         Lokasi nyeri abdomen         ↓
         Skala nyeri 4-6 Miometrium terangsang
         Nyeri sering dan terus         ↓
– menerus Kontraksi&disritmia uterus↑
DO:         ↓
         Wajah tampak Aliran darah ke uterus↓
menahan nyeri        ↓
Iskemia
       ↓
Nyeri haid

2 DS: Menstruasi Intoleran aktivitas


         Pasien menyatakan        ↓
mudah lelah Pendarahan
DO:        ↓
         Nadi lemah (TD Anemia
90/60 mmHg)        ↓
         Px. terlihat pucat Kelemahan
         Sclera/ konjungtiva       ↓
anemi Intoleran aktivitas

3 DS: Menstruasi Ansietas


         Px. menyatakan        ↓
merasa gelisah Nyeri haid
DO:        ↓
         Pucat Kurang pengetahuan
Memperlihatkan kurang        ↓
inisiatif
Ansietas
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

E. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

 Tujuan:

Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

 Kriteria hasil:

 Skala nyeri 0-1

Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan


rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping

2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri


pemberian analgesic

3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya


nafas berirama lambat, nafas dalam, 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
bimbingan imajinasi farmakologi tambahan

4. Evaluasi dan dukung mekanisme 4. Penggunaan persepsi sendiri atau


koping px prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif

5. Kompres hangat
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

 Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula

 Kriteria hasil:

 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan intoleran
aktivitas

 Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
istirahat tanpa gangguan, dorong regenerasi seluler/ penyembuhan
istirahat sebelum makan jaringan

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2. Tirah baring lama dapat menurunkan


kemampuan

3. Menurunkan penggunaan energi dan


3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

 Tujuan:

 Pasien bisa kembali

 Kriteria hasil:

 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

 Pasien menunjukkan relaksasi

 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL

1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam 1. Keterlibatan akan membantu pasien


rencana perawatan merasa stres berkurang,memungkinkan
energi untuk ditujukan pada
penyembuhan

2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat


2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas

3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan


3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ pada penerimaan masalah stress saat
memerlukan perilaku koping yang ini, meningkatkan rasa control diri
digunakan pada masa lalu pasien

4. Bantu pasien belajar mekanisme koping 4. Belajar cara baru untuk mengatasi
baru, misalnya teknik mengatasi stres masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Barsom SH., et. al. 2004. Association Between Psychological Stress And Menstrual Cycle
Characteristics In Perimenopausal Women. Women's Health Issues, 2014. DOI:
10.1016/j.whi.2004.07.006

Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta :
EGC
Berek S.J “Novak’s Gynecology”, 13th Ed. Lippincott William & Wilkins ; 2002:518.
Bou-Rabee,N. M. Marsden,J. E. dan Romero,L. A. 2004.Tippe Top Inversion as aDissipation-
Induced Instability, SIAM J. Appl. Dyn. Syst. 3, 352–377.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani
D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006
Harahap, 2001, dalam Kurniawati D. 2008.Pengaruh Dismenore Terhadap Aktivitas Pada Siswi
SMK Batik 1 Surakarta. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2737/
Sarwono, 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, TBS-SP,
Jakarta.
Johnson, S.R., 2004. Premenstrual Syndrome, Premenstrual Dysphoric Disorder, and Beyond: A
Clinical Primer For Practitioners. Obstet Gynecol. 104: 845-859.
Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System. Burlington:
Elsevier Science, 2006.
Pinel, J. P. J. 2009. Biopsikologi.Ed. 7. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal 557-565
Rakhmawati.2013. Hubungan Kejadian Obesitas dengan gangguan menstruasi. Jurnal ilmiah
kebidanan.

Sianipar, Olaf. 2009. Pravelensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan
pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jaktim. Maj Kedokt Indon. Vol 59 No7. Juli
2009. Hal 312
Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol. 2008. 52(4): 389-397. Prevalence And Severity of
Dysmenorrhea: A Problem Related To Menstruation, Among First And Second Year
Female Medical Student. Available from: http://www.ijpp.com/vol52_4/389- 397.pdf

Anda mungkin juga menyukai