Laporan Pendidikan Kesehatan KMB 1
Laporan Pendidikan Kesehatan KMB 1
Ketua :
Anggota :
Resa Purnama
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mengijinkan kami untuk melaksanakan Pendidikan Kesehatan kepada Remaja, yang
merupakan salah satu kewajiban dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 di prodi Keperawatan Stikes Surya Global Yogyakarta. Pendidikan Kesehatan kami
yang berjudul “Edukasi Mengenai Pencegahan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
terhadap Remaja” merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja
tentang PPOK, dimana PPOK memiliki factor penyebab (etiologi) yang banyak dan tentunya
dengan berkembangnya zaman yang semakin pesat, dunia industry yang menghasilkan polusi
sehingga mencemari udara disekitar kita, serta perilaku remaja yang salah seperti merokok
dan sebagainya, dapat memicu timbulnya penyakit PPOK itu sendiri.
Kegiatan Pendidikan Kesehatan ini dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Andri
Setyorini S.Kep,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
1, serta semua pihak yang telah membantu pendidikan kesehatan ini. Kegiatan pendidikan
kesehatan ini masih belum mencapai target ideal karena keterbatasan waktu dan dana yang
tersedia, Namun demikian, besar harapan kami semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat. Aamiin.
Ketua Panitia,
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah penderita
PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 400 juta jiwa di tahun
2020 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk
negara Indonesia. Angka kejadian PPOK di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di
dunia yaitu 7,8 juta jiwa.
Jumlah penderita PPOK meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat,
asap rokok dan polusi udara. Tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK semakin
meningkat. Adapun catatan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health
Report pada tahun 2012 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari
seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis
3,0%, kaker paru/ trakea/ bronkus 2,1%, dan asma 0,3%. Berdasarakan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013, prevelensi PPOK di daerah Yogyakarta yaitu 3,1%.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan jumlah penduduk
yang terus meningkat, maka pola dan gaya hidup pun semakin beraneka ragam. Ditambah
dengan aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan, sehingga menimbulkan
polusi udara dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Berbagai macam penyakit yang
tanpa disadari dapat terjadi akibat polusi udara antara lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) (Kozier, 2010).
Penyakit paru Obstruksi Kronik (PPOK), merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama, yang tandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal PPOK adalah asma bronkhial,
bronkhitis kronis dan emfisema paru. Penyakit ini sering di sebut dengan chronic Air flow
Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease ( Grece & Borley, 2011).
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di
tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting
yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih
dari 20-30 tahunan. (Smeltzer dan Bare. 2006).
B. Nama Kegiatan
C. Tujuan Kegiatan
D. Manfaat Kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA
Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia.
Polusi udara dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit
paru obstruktif kronis.
Usia
Penyakit asma
Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami penyakit paru
obstruktif kronis
Faktor keturunan
Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga memiliki risiko
untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya defisensi antitripsin alfa-1 juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah zat yang
melindungi paru-paru. Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada usia di bawah
35 tahun, terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.
Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna
agak kuning atau hijau
Lemas
Nyeri dada
Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat
gejala yang bertambah parah seperti:
D. Pengobatan PPOK
Penggunakan obat-obatan
Obat yang umumnya diberikan dokter paru untuk mengatasi gejala PPOK
adalah inhaler (obat hirup). Contohnya adalah kombinasi bronkodilator yang
melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi
peradangan pada jalan napas. Jika obat hirup belum bisa mengendalikan gejala PPOK,
maka dokter dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang
biasa diberikan adalah teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas,
mukolitik (misalnya ambroxol) untuk mengencerkan dahak atau lendir, kortikosteroid
untuk mengurangi peradangan jalan napas jangka pendek saat gejala bertambah parah,
serta obat antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru.
Fisioterapi dada
Tindakan operasi
Tindakan ini hanya dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanya tidak
dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnya adalah transplantasi
paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan
paru-paru sehat dari donor.
Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh
penderita untuk menghambat bertambahnya kerusakan pada paru-paru. Di antaranya
adalah :
Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah
utama agar PPOK tidak bertambah parah
Menghindari polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor
Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus
Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa tetap
terpantau
E. Pencegahan PPOK
Sebagian besar orang dengan PPOK memiliki kaitan secara langsung dengan
merokok, dan cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya PPOK adalah tidak
merokok sama sekali, atau berhenti merokok segera bagi yang memiliki kebiasaan
merokok.
Pada perokok jangka panjang, berhenti merokok dapat merupakan hal yang
sulit. Namun, sangat penting untuk mengidentifikasi program berhenti merokok yang
paling sesuai bagi masing-masing orang, agar dapat terhindar dari risiko terjadinya
PPOK. Ekspos terhadap asap, zat kimia, dan debu merupakan faktor risiko lain untuk
PPOK. Bila pekerjaan melibatkan bahan-bahan iritan tersebut, diskusikanlah
mengenai hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terekspos bahan-bahan
tersebut, seperti penggunaan alat pelindung diri.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Jawab pemateri :
1. Ya, olah raga renang dapat bersiko membahayakn keadaan penderita PPOK, karena
renang adalah olah raga yang berperan dalam melatih pernafasan, jika seorang
PPOK dengan keadaan yang sudah tidak memungkinkan untuk beraktivitas,
kemudian ia berenang, itu suatu hal yang dapat membahayakan nyawanya.
2. Di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa Allah yang memberikan penyakit dan
Allah juga yang akan memberikan penawarnya. Pengobatan yang dapat dilakukan
bagi penderita PPOK adalah operasi jika sudah memasuki stadium yang parah. Jika
masih dalam stadium awal dapat diobati dengan obat-obatan yang telah diresepkan
oleh dokter dan dengan fisioterapi dada. Tetapi pengobatan-pengobatan tersebut
tidak dapat menjamin penyakit tersebut akan sembuh total, itu adalah bentuk ikhtiar
kita kepada Allah ketika Allah beri suatu penyakit dalam diri kita. Dan selanjutnya
adalah menyerahkan segala nya kepada Allah setelah kita berusaha dalam
menghadapi suatu penyakit dalam diri kita, ikhlaskan hasilnya kepada Allah,
bagaimanapun hasilnya ada hikmah yang Allah sampaikan kepada kita agar kita
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dukungan keluarga terdekat merupakan
dukungan yang sangat berpengaruh penting bagi seseorang yang sedang berada pada
titik nol karena penyakit yang dideritanya.
A. KESIMPULAN
PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit menahun dengan
gejala yang dirasakan adalah sesak nafas yang berkepanjangan, hal itu menjadikan
stressor yang menyebabkan pasien menjadi cemas.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible dan bersifat progresif (Depkes RI, 2004).
Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai PPOK kepada mahasiswa
(remaja) menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja mengenai penyakit yang
sering terjadi di masyarakat. Kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya
menjaga kesehatan juga menjadi factor tingginya peluang PPOK menjangkit pada
tubuh remaja. Pemberian edukasi kesehatan sangatlah penting untuk mencegah
terjadinya PPOK sedini mungkin, agar para mahasiswa dapat mengetahui penyebab
serta cara pencegahan agar tidak terjangkit PPOK.
Untuk kegiatan pendidikan kesehatan mengenai PPOK yang dilaksanakan
pada hari Jum’at, 6 Desember 2019 pada jam 14.20 dengan durasi waktu 1 x 35 menit
kepada 20 mahasiswa kelas B Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Surya Global
Yogyakarta dibagi menjadi 5 sesi (pembukaan, Tanya jawab, inti, evaluasi, penutup).
Dengan metode kualitatif yaitu kami mengajukan pertanyaan kepada
mahasiswa mengenai pengertian PPOK, tampak 95% mahasiswa menjawab dengan
serempak belum mengetahui mengenai PPOK. Hanya 5% mahasiswa dapat menjawab
dan mahsiswa tersebut pun hanya sebatas mengetahui bahwa PPOK adalah penyakit
yang menyerang bagian organ paru-paru manusia.
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan kepada mahasiswa tersebut, kemudian
kami mengajukan pertanyaan, apakah mahasiswa dapat memahami materi yang telah
disampaikan, kemudian 100% mahasiswa sudah mulai mengerti apa itu PPOK,
dilanjutkan dengan 10% mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada pemateri untuk
mengetahui pengetahuan lebih lanjut mengenai PPOK apa yang belum mereka
pahami, setelah itu 5% mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai materi
yang kami sampaikan dan 5% mahasiswa juga dapat menjawab pertanyaan yang
kami ajukan. Kemudian 20% mahasiswa yang aktif dalam pendidikan kesehatan yang
kami adakan, kami memberikan apresiasi berupa doorprize.
B. SARAN
Penulis mengakui masih ada banyak kekurangan dalam penulisan laporan
maupun penyelenggaraan kegiatan. Harapan penulis, agar pembaca dapat memberikan
kritikan dan saran untuk laporan yang telah penulis susun. Semoga laporan yang
sudah terselesaikan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/450/
http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/15
http://repository.unair.ac.id/75302/
http://eprints.ums.ac.id/25502/2/04._BAB_I.pdf
https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
https://www.klikdokter.com/penyakit/penyakit-paru-obstruktif-kronis#Pencegahan
LAMPIRAN
C. Materi penyuluhan
Terlampir.
D. Metode pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
E. Media penyuluhan
- Power point
- Leaflet
- Video
- Laptop
- Proyektor
F. Kegiatan pembelajaran
Konsep
2. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
3. Melakukan kontrak
waktu
4. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2. Menanyakan kepada
siswa/I apakah mereka
mengetahui penyebab
dari PPOK
3. Menanyakan kepada
siswa/I apakah mereka
mengetahui tanda &
gejala dari PPOK
3. 15 menit Inti :
1. Menjelaskan materi
penyuluhan
2. Memperlihatkan PPT
Memperhatikan materi
(Power Point)
1. Memberikan
kesempatan kepada
siswa/I untuk bertanya
1 Salam penutup
2 Menutup dengan
Hamdallah
G. Evaluasi
H. Setting Tempat
PEMBICARA
Materi Penyuluhan
A. Pengertian PPOK
PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit menahun dengan
gejala yang dirasakan adalah sesak nafas yang berkepanjangan, hal itu menjadikan
stressor yang menyebabkan pasien menjadi cemas.
Sekitar 600 juta orang di dunia diperkirakan mengidap penyakit PPOK dan
akan terus meningkat setiap tahunnya serta5% dari seluruh kematian di dunia
atau 3,17 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2016 (WHO, 2017).
Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari 227 juta
kasus pada tahun 1990 menjadi 384 juta kasus tahun 2010. Prevalensi PPOK
diperkirakan akan meningkat dalam 30 tahun kedepan dan pada tahun 2030
mungkin ada 4,5 juta kematian setiap tahun akibat PPOK. Data yang ada
menunjukkan bahwa morbiditas akibat PPOK meningkat dengan usia dan lebih
besar terjadi pada pria daripada wanita (GOLD, 2017).
B. Penyebab PPOK
Rokok
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama
yang dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Bahan
kimia berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan paru-paru dan jalan napas.
Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok aktif menderita PPOK. Menghentikan
kebiasaan merokok dapat mencegah kondisi PPOK bertambah parah.
Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia.
Polusi udara dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko
penyakit paru obstruktif kronis.
Usia
Penyakit asma
Faktor keturunan
Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga memiliki
risiko untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya defisensi antitripsin
alfa-1 juga dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah
zat yang melindungi paru-paru. Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada
usia di bawah 35 tahun, terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin sebenarnya belum menjadi faktor risiko yang jelas pada COPD.
Pada beberapa waktu yang lalu memang tampak bahwa prevalensi COPD lebih
sering terjadi pada pria di bandingkan pada wanita, tetapi penelitian dari beberapa
negara maju menunjukkan bahwa ternyata saat ini insidensi antara pria dan wanita
ternyata hampir sama, dan terdapat beberapa studi yang mengatakan bahwa
ternyata wanita lebih rentan untuk dirusak oleh asap rokok dibandingkan pria. Hal
ini dikarenakan perubahan kebiasaan, dimana wanita lebih banyak yang
merupakan perokok saat ini.
Infeksi
Infeksi, baik viral maupun bakteri akan memberikan peranan yang besar
terhadap patogenesis dan progresifitas COPD dan kolonisasi bakteri berhubungan
dengan terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan dan juga memberikan
peranan yang penting terhadap terjadinya eksaserbasi. Kecurigaan terhadap
infeksi virus juga dihubungkan dengan COPD, dimana kolonisasi virus seperti
rhinovirus pada saluran nafas berhubungan dengan peradangan saluran nafas dan
jelas sekali berperan pada terjadinya eksaserbasi akut pada COPD. Riwayat
tuberkulosis juga dihubungkan dengan di temukannya obstruksi saluran nafas
pada dewasa tua pada saat umur diatas 40 tahun.
Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna
agak kuning atau hijau
Lemas
Nyeri dada
Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat
gejala yang bertambah parah seperti:
o Bertambahnya sesak napas
D. Pengobatan PPOK
Penggunakan obat-obatan
Obat yang umumnya diberikan dokter paru untuk mengatasi gejala PPOK
adalah inhaler (obat hirup). Contohnya adalah kombinasi bronkodilator yang
melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi
peradangan pada jalan napas. Jika obat hirup belum bisa mengendalikan gejala PPOK,
maka dokter dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang
biasa diberikan adalah teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas,
mukolitik (misalnya ambroxol) untuk mengencerkan dahak atau lendir, kortikosteroid
untuk mengurangi peradangan jalan napas jangka pendek saat gejala bertambah parah,
serta obat antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru.
Fisioterapi dada
Tindakan operasi
Tindakan ini hanya dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanya tidak
dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnya adalah transplantasi
paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan
paru-paru sehat dari donor.
Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh
penderita untuk menghambat bertambahnya kerusakan pada paru-paru. Di antaranya
adalah :
Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah
utama agar PPOK tidak bertambah parah
Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus
Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa tetap
terpantau
E. Pencegahan PPOK
Sebagian besar orang dengan PPOK memiliki kaitan secara langsung dengan
merokok, dan cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya PPOK adalah tidak
merokok sama sekali, atau berhenti merokok segera bagi yang memiliki kebiasaan
merokok.
Pada perokok jangka panjang, berhenti merokok dapat merupakan hal yang
sulit. Namun, sangat penting untuk mengidentifikasi program berhenti merokok yang
paling sesuai bagi masing-masing orang, agar dapat terhindar dari risiko terjadinya
PPOK. Ekspos terhadap asap, zat kimia, dan debu merupakan faktor risiko lain untuk
PPOK. Bila pekerjaan melibatkan bahan-bahan iritan tersebut, diskusikanlah
mengenai hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terekspos bahan-bahan
tersebut, seperti penggunaan alat pelindung diri.
Daftar Pustaka
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/450/
http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/15
http://repository.unair.ac.id/75302/
http://eprints.ums.ac.id/25502/2/04._BAB_I.pdf
https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
https://www.klikdokter.com/penyakit/penyakit-paru-obstruktif-kronis#Pencegahan