Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“EDUKASI MENGENAI PENCEGAHAN DAN MENGHINDARI PENYEBAB PPOK


(PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS) PADA REMAJA”

Ketua :

Kholisshotun Nafiah (04.18.4697)

Anggota :

Ariska Ladomay (04.18.4687)

Dwi Meilina (04.18.4691)

Nurlita Karimah (04.18.4707)

Nur Alfianti Utami (04.18.4706)

Suha laily (04.18.4722)

Resa Purnama

Rina Anita (04.18.4713)

Ola Nadia Cahyani (04.18.4709)

Andi Jannatul Ma’wa (04.16.4391)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mengijinkan kami untuk melaksanakan Pendidikan Kesehatan kepada Remaja, yang
merupakan salah satu kewajiban dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1 di prodi Keperawatan Stikes Surya Global Yogyakarta. Pendidikan Kesehatan kami
yang berjudul “Edukasi Mengenai Pencegahan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
terhadap Remaja” merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja
tentang PPOK, dimana PPOK memiliki factor penyebab (etiologi) yang banyak dan tentunya
dengan berkembangnya zaman yang semakin pesat, dunia industry yang menghasilkan polusi
sehingga mencemari udara disekitar kita, serta perilaku remaja yang salah seperti merokok
dan sebagainya, dapat memicu timbulnya penyakit PPOK itu sendiri.

Kegiatan Pendidikan Kesehatan ini dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Andri
Setyorini S.Kep,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
1, serta semua pihak yang telah membantu pendidikan kesehatan ini. Kegiatan pendidikan
kesehatan ini masih belum mencapai target ideal karena keterbatasan waktu dan dana yang
tersedia, Namun demikian, besar harapan kami semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat. Aamiin.

Yogyakarta, 9 Desember 2019

Ketua Panitia,
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah penderita
PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 400 juta jiwa di tahun
2020 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk
negara Indonesia. Angka kejadian PPOK di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di
dunia yaitu 7,8 juta jiwa.

Jumlah penderita PPOK meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat,
asap rokok dan polusi udara. Tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK semakin
meningkat. Adapun catatan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health
Report pada tahun 2012 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari
seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis
3,0%, kaker paru/ trakea/ bronkus 2,1%, dan asma 0,3%. Berdasarakan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013, prevelensi PPOK di daerah Yogyakarta yaitu 3,1%.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan jumlah penduduk
yang terus meningkat, maka pola dan gaya hidup pun semakin beraneka ragam. Ditambah
dengan aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan, sehingga menimbulkan
polusi udara dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Berbagai macam penyakit yang
tanpa disadari dapat terjadi akibat polusi udara antara lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) (Kozier, 2010).

Penyakit paru Obstruksi Kronik (PPOK), merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama, yang tandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal PPOK adalah asma bronkhial,
bronkhitis kronis dan emfisema paru. Penyakit ini sering di sebut dengan chronic Air flow
Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease ( Grece & Borley, 2011).

PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di
tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting
yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih
dari 20-30 tahunan. (Smeltzer dan Bare. 2006).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat


menyebabkan kematian. Karena semakin banyaknya penderita PPOK di indonesia salah
satunya di Yogyakarta yang memiliki prevelensi merokok yang cukup tinggi sehingga kami
terdorong untuk memberikan Pendidikan Kesehatan kepada Remaja khususnya Mahasiswa
Prodi Kesehatan Masyarakat kelas B semester 3, agar dapat mencegah dan menghindari
penyebab terjadinya PPOK mulai sejak dini.

B. Nama Kegiatan

Pendidikan Kesehatan dengan tema “Edukasi Mengenai Pencegahan dan Menghindari


Penyebab PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) pada Remaja”

C. Tujuan Kegiatan

a. Tujuan Instruksi Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Mahasiswa mampu mengetahui
Pencegahan Penyakit PPOK dan dapat diaplikasikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Intruksi Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 1x 35 menit, diharapkan Mahasiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian PPOK
2. Mengetahui penyebab PPOK
3. Mengetahui tanda & gejala PPOK
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengobatan PPOK
5. Mampu mengetahui, menjelaskan, serta mengaplikasikan bagaimana cara pencegahan
PPOK

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat pendidikan kesehatan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya PPOK di


kalangan remaja mulai sejak dini, dan diharapkan mahasiswa mampu menghindari penyebab
terjadinya PPOK sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian PPOK itu sendiri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)


PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit menahun dengan gejala
yang dirasakan adalah sesak nafas yang berkepanjangan, hal itu menjadikan stressor yang
menyebabkan pasien menjadi cemas.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)adalah penyakit paru kronik yang ditandai
dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversible dan bersifat progresif (Depkes RI, 2004).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan jenis penyakit tidak menular
sistem pernapasan yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia. PPOK adalah penyakit
kronik yang terdiri dari sekelompok penyakit paru-paru yang berangsung lama serta
ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Padila, 2012). Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan PPOK adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru.
Penyakit ini sering juga disebut dengan Chronic Airflow Lamitation (CAL) dan
Chronic Obstruktive Lung Diseases (COLD) (Somantri, 2009).
Sekitar 600 juta orang di dunia diperkirakan mengidap penyakit PPOK dan akan
terus meningkat setiap tahunnya serta5% dari seluruh kematian di dunia atau 3,17
juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2016 (WHO, 2017). Jumlah
penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari 227 juta kasus pada
tahun 1990 menjadi 384 juta kasus tahun 2010. Prevalensi PPOK diperkirakan akan
meningkat dalam 30 tahun kedepan dan pada tahun 2030 mungkin ada 4,5 juta
kematian setiap tahun akibat PPOK. Data yang ada menunjukkan bahwa morbiditas
akibat PPOK meningkat dengan usia dan lebih besar terjadi pada pria daripada wanita
(GOLD, 2017).

B. Etiologi (Penyebab) PPOK


 Rokok
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama yang
dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Bahan kimia
berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan paru-paru dan jalan napas.
Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok aktif menderita PPOK. Menghentikan
kebiasaan merokok dapat mencegah kondisi PPOK bertambah parah.

 Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia.
Polusi udara dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit
paru obstruktif kronis.

 Usia

PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit


umumnya muncul di usia 40 tahunan.

 Penyakit asma

Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami penyakit paru
obstruktif kronis

 Faktor keturunan

Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga memiliki risiko
untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya defisensi antitripsin alfa-1 juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah zat yang
melindungi paru-paru. Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada usia di bawah
35 tahun, terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.

 Pertumbuhan dan perkembangan paru


Pertumbuhan dan perkembangan paru yang kemudian menyokong kepada terjadinya
COPD pada masa berikutnya lebih mengarah kepada status nutrisi bayi bayi pada
saat dalam kandungan, saat lahir, dan dalam masa pertumbuhannya. Dimana pada
suatu studi yang besar didapatkan hubungan yang positif antara berat lahir dan VEP1
pada masa dewasanya.
 Jenis Kelamin
Jenis kelamin sebenarnya belum menjadi faktor risiko yang jelas pada COPD. Pada
beberapa waktu yang lalu memang tampak bahwa prevalensi COPD lebih sering
terjadi pada pria di bandingkan pada wanita, tetapi penelitian dari beberapa negara
maju menunjukkan bahwa ternyata saat ini insidensi antara pria dan wanita ternyata
hampir sama, dan terdapat beberapa studi yang mengatakan bahwa ternyata wanita
lebih rentan untuk dirusak oleh asap rokok dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan
perubahan kebiasaan, dimana wanita lebih banyak yang merupakan perokok saat ini.
 Infeksi
Infeksi, baik viral maupun bakteri akan memberikan peranan yang besar terhadap
patogenesis dan progresifitas COPD dan kolonisasi bakteri berhubungan dengan
terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan dan juga memberikan peranan yang
penting terhadap terjadinya eksaserbasi. Kecurigaan terhadap infeksi virus juga
dihubungkan dengan COPD, dimana kolonisasi virus seperti rhinovirus pada saluran
nafas berhubungan dengan peradangan saluran nafas dan jelas sekali berperan pada
terjadinya eksaserbasi akut pada COPD. Riwayat tuberkulosis juga dihubungkan
dengan di temukannya obstruksi saluran nafas pada dewasa tua pada saat umur diatas
40 tahun.

C. Manifestasi Klinik PPOK

 Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna
agak kuning atau hijau

 Pernapasan sering tersengal-sengal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik.

 Mengi atau napas sesak dan berbunyi

 Lemas

 Penurunan berat badan

 Nyeri dada

 Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak

 Bibir atau kuku jari berwarna biru.

 Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat
gejala yang bertambah parah seperti:

o Bertambahnya sesak napas

o Kadang-kadang disertai mengi

o Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)


o Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna

o Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi

D. Pengobatan PPOK

 Penggunakan obat-obatan

Obat yang umumnya diberikan dokter paru untuk mengatasi gejala PPOK
adalah inhaler (obat hirup). Contohnya adalah kombinasi bronkodilator yang
melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi
peradangan pada jalan napas. Jika obat hirup belum bisa mengendalikan gejala PPOK,
maka dokter dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang
biasa diberikan adalah teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas,
mukolitik (misalnya ambroxol) untuk mengencerkan dahak atau lendir, kortikosteroid
untuk mengurangi peradangan jalan napas jangka pendek saat gejala bertambah parah,
serta obat antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru.

 Fisioterapi dada

Program fisioterapi dada atau dikenal juga dengan rehabilitasi paru-paru


merupakan program yang dilakukan untuk memberikan edukasi mengenai PPOK,
efeknya terhadap kondisi psikologi, dan pola makan yang sebaiknya dilakukan, serta
memberikan latihan fisik dan pernapasan untuk penderita PPOK seperti berjalan dan
mengayuh sepeda.

 Tindakan operasi

Tindakan ini hanya dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanya tidak
dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnya adalah transplantasi
paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan
paru-paru sehat dari donor.

Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh
penderita untuk menghambat bertambahnya kerusakan pada paru-paru. Di antaranya
adalah :

 Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah
utama agar PPOK tidak bertambah parah
 Menghindari polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor

 Memasang alat pelembap udara ruangan (air humidifier)

 Menjaga pola makan yang sehatRutin berolahraga

 Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus

 Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa tetap
terpantau

E. Pencegahan PPOK

Sebagian besar orang dengan PPOK memiliki kaitan secara langsung dengan
merokok, dan cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya PPOK adalah tidak
merokok sama sekali, atau berhenti merokok segera bagi yang memiliki kebiasaan
merokok.

Pada perokok jangka panjang, berhenti merokok dapat merupakan hal yang
sulit. Namun, sangat penting untuk mengidentifikasi program berhenti merokok yang
paling sesuai bagi masing-masing orang, agar dapat terhindar dari risiko terjadinya
PPOK. Ekspos terhadap asap, zat kimia, dan debu merupakan faktor risiko lain untuk
PPOK. Bila pekerjaan melibatkan bahan-bahan iritan tersebut, diskusikanlah
mengenai hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terekspos bahan-bahan
tersebut, seperti penggunaan alat pelindung diri.
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai PPOK kepada mahasiswa
(remaja) menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja mengenai penyakit yang
sering terjadi di masyarakat. Kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya
menjaga kesehatan juga menjadi factor tingginya peluang PPOK menjangkit pada
tubuh remaja. Pemberian edukasi kesehatan sangatlah penting untuk mencegah
terjadinya PPOK sedini mungkin, agar para mahasiswa dapat mengetahui penyebab
serta cara pencegahan agar tidak terjangkit PPOK. Seperti halnya penggunaan APD
adalah salah satu upaya yang cukup mudah dalam pencegahan pertama dari zat yang
berbahaya seperti karsinogen yang berasal dari asap rokok dan polusi udara yang
sering dijumpai para remaja di jalan ketika berkendara. Pendidikan kesehatan
mengenai PPOK dapat menumbuhkan kesadaran remaja akan pentingnya menjaga
kesehatan bagi dirinya sendiri agar terhindar dari PPOK maupun penyakit lainnya.
B. Realisasi Pemecahan Masalah
Untuk kegiatan pendidikan kesehatan mengenai PPOK yang dilaksanakan
pada hari Jum’at, 6 Desember 2019 pada jam 14.20 dengan durasi waktu 1 x 35 menit
kepada 20 mahasiswa kelas B Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Surya Global
Yogyakarta dibagi menjadi 5 sesi. Sebelumnya, kami memberikan snack untuk
menjamu para peserta yang hadir serta memberikan asupan energy agar mahasiswa
dapat focus menerima materi. Sesi pertama adalah pembukaan, sesi kedua adalah
Tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan peserta mengenai PPOK sebelum
diberikan materi, sesi ketiga adalah materi (inti) dengan pemaparan materi
menggunakn media leaflat dan power point serta kami juga menampilkan video
sehingga dapat menaraik perhatian agar pesarta tetap focus pada materi dan peserta
dapat lebih memahami materi tersebut. Sesi keempat adalah evaluasi dengan
menanyakan kembali tentang materi yang telah dijelaskan kepada peserta dan
selanjutnya perwakilan peserta memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
dipaparkan, kemudian ditambah lagi mengenai Tanya jawab dari peserta kepada
pemateri mengenai hal yang belum dimengerti mengenai materi tersebut. Sesi kelima
adalah penutup, kami memberikan doorprize sebagai wujud apresiasi kepada
mahasiswa yang aktif dalam pendidikan kesehatan berlangsung, kemudian dilanjutkan
dengan do’a penutup serta foto bersama.
C. Metode Pelaksanaan
Dalam pemberian Pendidikan Kesehatan mengenai PPOK, kami menggunakan
metode Ceramah dan Tanya jawab, kemudian kami juga menggunakan media power
point, leaflat, dan video untuk menarik perhatian peserta serta memberikan
pemahaman lebih terkait materi yang kami sampaikan.
D. Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/Tanggal : Jum’at, 6 Desember 2019
Waktu kegiatan : Pukul 14.20 - 14.55 WIB
Tempat kegiatan : Aula Wisma STIKes Surya Global Yogyakarta
E. Tolak Ukur Kegiatan
 Peserta : 20 peserta
 Waktu : 1 x 35 menit
 Peserta mengikuti pendidikan kesehatan dengan tenang dan hikmat
 Peserta ikut aktif dalam memberikan pertanyaan, kesimpulan dan menjawab
pertanyaan yang kami berikan.
 Peserta dapat menyebutkan upaya pencegahan PPOK
F. Sasaran Kegiatan
Mahasiswa kelas B KM 3 STIKes Surya Global Yogyakarta dengan jumlah peserta 20
orang remaja wanita.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengetahuan mahasiswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan mengenai


PPOK
Dengan metode kualitatif yaitu kami mengajukan pertanyaan (Pre-test) kepada
mahasiswa mengenai pengertian PPOK, tampak 95% mahasiswa menjawab dengan
serempak belum mengetahui mengenai PPOK. Hanya 5% mahasiswa dapat menjawab
dan mahsiswa tersebut pun hanya sebatas mengetahui bahwa PPOK adalah penyakit
yang menyerang bagian organ paru-paru manusia.

B. Pengetahuan mahasiswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai PPOK


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan kepada mahasiswa tersebut, kemudian kami
mengajukan pertanyaan (Post-test), apakah mahasiswa dapat memahami materi yang
telah disampaikan, kemudian 100% mahasiswa sudah mulai mengerti apa itu PPOK,
dilanjutkan dengan 10% mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada pemateri untuk
mengetahui pengetahuan lebih lanjut mengenai PPOK apa yang belum mereka pahami,
setelah itu 5% mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai materi yang kami
sampaikan dan 5% mahasiswa juga dapat menjawab pertanyaan yang kami ajukan.
Kemudian 20% mahasiswa yang aktif dalam pendidikan kesehatan yang kami adakan,
kami memberikan apresiasi berupa doorprize. Diantara pertanyaan dari peserta antara
lain :
1. Apakah olahraga renang dapat membahayakan penderita PPOK ?
2. Apakah PPOK itu penyakit yang tidak dapat disembuhkan ? dan bagaimana cara
memberikan support kepada penderita PPOK tersebut ?

Jawab pemateri :

1. Ya, olah raga renang dapat bersiko membahayakn keadaan penderita PPOK, karena
renang adalah olah raga yang berperan dalam melatih pernafasan, jika seorang
PPOK dengan keadaan yang sudah tidak memungkinkan untuk beraktivitas,
kemudian ia berenang, itu suatu hal yang dapat membahayakan nyawanya.
2. Di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa Allah yang memberikan penyakit dan
Allah juga yang akan memberikan penawarnya. Pengobatan yang dapat dilakukan
bagi penderita PPOK adalah operasi jika sudah memasuki stadium yang parah. Jika
masih dalam stadium awal dapat diobati dengan obat-obatan yang telah diresepkan
oleh dokter dan dengan fisioterapi dada. Tetapi pengobatan-pengobatan tersebut
tidak dapat menjamin penyakit tersebut akan sembuh total, itu adalah bentuk ikhtiar
kita kepada Allah ketika Allah beri suatu penyakit dalam diri kita. Dan selanjutnya
adalah menyerahkan segala nya kepada Allah setelah kita berusaha dalam
menghadapi suatu penyakit dalam diri kita, ikhlaskan hasilnya kepada Allah,
bagaimanapun hasilnya ada hikmah yang Allah sampaikan kepada kita agar kita
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dukungan keluarga terdekat merupakan
dukungan yang sangat berpengaruh penting bagi seseorang yang sedang berada pada
titik nol karena penyakit yang dideritanya.

Diantara pertanyaan yang kami ajukan kepada peserta, antara lain :

1. Apakah teman-teman paham mengenai materi yang telah disampaikan?


 Peserta menjawab “Paham”
2. Siapakah yang dapat menyimpulkan mengenai materi yang telah kami sampaikan?
 Salah satu peserta memberikan kesimpulan
3. Bangaimana cara pencegahan dari penyakit PPOK selain rokok?
 Salah satu peserta menjawab “Dengan menggunakan APD, seperti masker”
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit menahun dengan
gejala yang dirasakan adalah sesak nafas yang berkepanjangan, hal itu menjadikan
stressor yang menyebabkan pasien menjadi cemas.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible dan bersifat progresif (Depkes RI, 2004).
Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai PPOK kepada mahasiswa
(remaja) menyebabkan kurangnya pengetahuan remaja mengenai penyakit yang
sering terjadi di masyarakat. Kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya
menjaga kesehatan juga menjadi factor tingginya peluang PPOK menjangkit pada
tubuh remaja. Pemberian edukasi kesehatan sangatlah penting untuk mencegah
terjadinya PPOK sedini mungkin, agar para mahasiswa dapat mengetahui penyebab
serta cara pencegahan agar tidak terjangkit PPOK.
Untuk kegiatan pendidikan kesehatan mengenai PPOK yang dilaksanakan
pada hari Jum’at, 6 Desember 2019 pada jam 14.20 dengan durasi waktu 1 x 35 menit
kepada 20 mahasiswa kelas B Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Surya Global
Yogyakarta dibagi menjadi 5 sesi (pembukaan, Tanya jawab, inti, evaluasi, penutup).
Dengan metode kualitatif yaitu kami mengajukan pertanyaan kepada
mahasiswa mengenai pengertian PPOK, tampak 95% mahasiswa menjawab dengan
serempak belum mengetahui mengenai PPOK. Hanya 5% mahasiswa dapat menjawab
dan mahsiswa tersebut pun hanya sebatas mengetahui bahwa PPOK adalah penyakit
yang menyerang bagian organ paru-paru manusia.
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan kepada mahasiswa tersebut, kemudian
kami mengajukan pertanyaan, apakah mahasiswa dapat memahami materi yang telah
disampaikan, kemudian 100% mahasiswa sudah mulai mengerti apa itu PPOK,
dilanjutkan dengan 10% mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada pemateri untuk
mengetahui pengetahuan lebih lanjut mengenai PPOK apa yang belum mereka
pahami, setelah itu 5% mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai materi
yang kami sampaikan dan 5% mahasiswa juga dapat menjawab pertanyaan yang
kami ajukan. Kemudian 20% mahasiswa yang aktif dalam pendidikan kesehatan yang
kami adakan, kami memberikan apresiasi berupa doorprize.

B. SARAN
Penulis mengakui masih ada banyak kekurangan dalam penulisan laporan
maupun penyelenggaraan kegiatan. Harapan penulis, agar pembaca dapat memberikan
kritikan dan saran untuk laporan yang telah penulis susun. Semoga laporan yang
sudah terselesaikan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/450/

http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/15

http://repository.unair.ac.id/75302/

http://eprints.ums.ac.id/25502/2/04._BAB_I.pdf

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis

https://www.klikdokter.com/penyakit/penyakit-paru-obstruktif-kronis#Pencegahan
LAMPIRAN

Suasana saat berada di dalam ruang Kegiatan Pendkes

Pembukaan Kegiatan Pendkes oleh moderator


Suasana kegiatan Pendkes saat penyampaian materi oleh pemateri

Suasana saat peserta ikut aktif dalam kegiatan Pendkes

Pembagian doorprize kepada peserta yang aktif dalam kegiatan Pendkes


Sesi foto bersama panitia dan peserta kegiatan Pendkes

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN PENYAKIT PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

PADA MAHASISWA SEMESTER 3 DI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Pokok Pembahasan : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

Sub pokok pemahasan : Pencegahan Penyakit PPOK

Sasaran : Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Semester 3 (20


orang)

Hari/Tanggal Pelaksanaan : Jum’at, 06 Desember 2019

Jam/waktu : Pukul 14.20 WIB – selesai ( 35 menit)


Tempat : Aula Wisma STIKes Surya Global Yogyakarta

Penyuluh : 1. Kholisshotun Nafi’ah (Ketua)

2. Ariska Ladomay (Anggota)

3. Dwi Meilina (Anggota)

4. Nur Alfiyanti Utami (Anggota)

5. Nurlita Karimah (Anggota)

6. Ola Nadya Cahyani (Anggota)

7. Resa Purnama (Anggota)

8. Rina Anita (Anggota)

9. Suha Laily (Anggota)

10. Andi (Anggota)

A. Tujuan Instruksi Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Mahasiswa mampu mengetahui
Pencegahan Penyakit PPOK dan dapat diaplikasikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan Intruksi Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 1x 35 menit, diharapkan Mahasiswa mampu:
6. Menyebutkan Pengertian PPOK
7. Menyebutkan Penyebab PPOK
8. Menyebutkan Tanda & Gejala PPOK
9. Mampu Menjelaskan Bagaimana Pengobatan PPOK
10. Mampu Menjelaskan Bagaimana Pencegahan PPOK

C. Materi penyuluhan
Terlampir.

D. Metode pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab

E. Media penyuluhan
- Power point
- Leaflet
- Video
- Laptop
- Proyektor
F. Kegiatan pembelajaran
Konsep

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


.

1. 5 menit Pembukaan: Menyambut salam dan


mendengarkan
1. Memperkenalkan diri
(anggota kelompok)

2. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan

3. Melakukan kontrak
waktu

4. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan

2. 5 menit Tanya Jawab: Menjawab pertanyaan yang


diberikan.
1. Menanyakan kepada
siswa/I apakah mereka
mengetahui pengertian
dari penyakit PPOK

2. Menanyakan kepada
siswa/I apakah mereka
mengetahui penyebab
dari PPOK

3. Menanyakan kepada
siswa/I apakah mereka
mengetahui tanda &
gejala dari PPOK

3. 15 menit Inti :

1. Menjelaskan materi
penyuluhan

2. Memperlihatkan PPT
Memperhatikan materi
(Power Point)

4. 5 menit Evaluasi: Mengajukan pertanyaan

1. Memberikan
kesempatan kepada
siswa/I untuk bertanya

5. 5 menit Penutup : Menjawab salam

1 Salam penutup

2 Menutup dengan
Hamdallah

G. Evaluasi
H. Setting Tempat

PEMBICARA

AUDIEN AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN AUDIEN

AUDIEN AUDIEN AUDIEN AUDIEN


Lampiran

Materi Penyuluhan

A. Pengertian PPOK

PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit menahun dengan
gejala yang dirasakan adalah sesak nafas yang berkepanjangan, hal itu menjadikan
stressor yang menyebabkan pasien menjadi cemas.

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)adalah penyakit paru kronik yang


ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible dan bersifat progresif (Depkes RI, 2004).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan jenis penyakit tidak


menular sistem pernapasan yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia. PPOK
adalah penyakit kronik yang terdiri dari sekelompok penyakit paru-paru yang
berangsung lama serta ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Padila, 2012). Ketiga penyakit
yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan PPOK adalah asma bronkial,
bronkitis kronis, dan emfisema paru. Penyakit ini sering juga disebut dengan
Chronic Airflow Lamitation (CAL) dan Chronic Obstruktive Lung Diseases
(COLD) (Somantri, 2009).

Sekitar 600 juta orang di dunia diperkirakan mengidap penyakit PPOK dan
akan terus meningkat setiap tahunnya serta5% dari seluruh kematian di dunia
atau 3,17 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2016 (WHO, 2017).
Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari 227 juta
kasus pada tahun 1990 menjadi 384 juta kasus tahun 2010. Prevalensi PPOK
diperkirakan akan meningkat dalam 30 tahun kedepan dan pada tahun 2030
mungkin ada 4,5 juta kematian setiap tahun akibat PPOK. Data yang ada
menunjukkan bahwa morbiditas akibat PPOK meningkat dengan usia dan lebih
besar terjadi pada pria daripada wanita (GOLD, 2017).

B. Penyebab PPOK

 Rokok
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama
yang dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Bahan
kimia berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan paru-paru dan jalan napas.
Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok aktif menderita PPOK. Menghentikan
kebiasaan merokok dapat mencegah kondisi PPOK bertambah parah.

 Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia.
Polusi udara dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko
penyakit paru obstruktif kronis.

 Usia

PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala


penyakit umumnya muncul di usia 40 tahunan.

 Penyakit asma

Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami penyakit


paru obstruktif kronis

 Faktor keturunan

Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga memiliki
risiko untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya defisensi antitripsin
alfa-1 juga dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah
zat yang melindungi paru-paru. Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada
usia di bawah 35 tahun, terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.

 Pertumbuhan dan perkembangan paru

Pertumbuhan dan perkembangan paru yang kemudian menyokong kepada


terjadinya COPD pada masa berikutnya lebih mengarah kepada status nutrisi bayi
bayi pada saat dalam kandungan, saat lahir, dan dalam masa pertumbuhannya.
Dimana pada suatu studi yang besar didapatkan hubungan yang positif antara
berat lahir dan VEP1 pada masa dewasanya.

 Jenis Kelamin

Jenis kelamin sebenarnya belum menjadi faktor risiko yang jelas pada COPD.
Pada beberapa waktu yang lalu memang tampak bahwa prevalensi COPD lebih
sering terjadi pada pria di bandingkan pada wanita, tetapi penelitian dari beberapa
negara maju menunjukkan bahwa ternyata saat ini insidensi antara pria dan wanita
ternyata hampir sama, dan terdapat beberapa studi yang mengatakan bahwa
ternyata wanita lebih rentan untuk dirusak oleh asap rokok dibandingkan pria. Hal
ini dikarenakan perubahan kebiasaan, dimana wanita lebih banyak yang
merupakan perokok saat ini.

 Infeksi
Infeksi, baik viral maupun bakteri akan memberikan peranan yang besar
terhadap patogenesis dan progresifitas COPD dan kolonisasi bakteri berhubungan
dengan terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan dan juga memberikan
peranan yang penting terhadap terjadinya eksaserbasi. Kecurigaan terhadap
infeksi virus juga dihubungkan dengan COPD, dimana kolonisasi virus seperti
rhinovirus pada saluran nafas berhubungan dengan peradangan saluran nafas dan
jelas sekali berperan pada terjadinya eksaserbasi akut pada COPD. Riwayat
tuberkulosis juga dihubungkan dengan di temukannya obstruksi saluran nafas
pada dewasa tua pada saat umur diatas 40 tahun.

C. Tanda & Gejala PPOK

 Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna
agak kuning atau hijau

 Pernapasan sering tersengal-sengal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik.

 Mengi atau napas sesak dan berbunyi

 Lemas

 Penurunan berat badan

 Nyeri dada

 Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak

 Bibir atau kuku jari berwarna biru.

 Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat
gejala yang bertambah parah seperti:
o Bertambahnya sesak napas

o Kadang-kadang disertai mengi

o Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)

o Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna

o Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi

D. Pengobatan PPOK

 Penggunakan obat-obatan

Obat yang umumnya diberikan dokter paru untuk mengatasi gejala PPOK
adalah inhaler (obat hirup). Contohnya adalah kombinasi bronkodilator yang
melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi
peradangan pada jalan napas. Jika obat hirup belum bisa mengendalikan gejala PPOK,
maka dokter dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang
biasa diberikan adalah teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas,
mukolitik (misalnya ambroxol) untuk mengencerkan dahak atau lendir, kortikosteroid
untuk mengurangi peradangan jalan napas jangka pendek saat gejala bertambah parah,
serta obat antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru.

 Fisioterapi dada

Program fisioterapi dada atau dikenal juga dengan rehabilitasi paru-paru


merupakan program yang dilakukan untuk memberikan edukasi mengenai PPOK,
efeknya terhadap kondisi psikologi, dan pola makan yang sebaiknya dilakukan, serta
memberikan latihan fisik dan pernapasan untuk penderita PPOK seperti berjalan dan
mengayuh sepeda.

 Tindakan operasi
Tindakan ini hanya dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanya tidak
dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnya adalah transplantasi
paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan
paru-paru sehat dari donor.

Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh
penderita untuk menghambat bertambahnya kerusakan pada paru-paru. Di antaranya
adalah :

 Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah
utama agar PPOK tidak bertambah parah

 Menghindari polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor

 Memasang alat pelembap udara ruangan (air humidifier)

 Menjaga pola makan yang sehatRutin berolahraga

 Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus

 Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa tetap
terpantau

E. Pencegahan PPOK

Sebagian besar orang dengan PPOK memiliki kaitan secara langsung dengan
merokok, dan cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya PPOK adalah tidak
merokok sama sekali, atau berhenti merokok segera bagi yang memiliki kebiasaan
merokok.

Pada perokok jangka panjang, berhenti merokok dapat merupakan hal yang
sulit. Namun, sangat penting untuk mengidentifikasi program berhenti merokok yang
paling sesuai bagi masing-masing orang, agar dapat terhindar dari risiko terjadinya
PPOK. Ekspos terhadap asap, zat kimia, dan debu merupakan faktor risiko lain untuk
PPOK. Bila pekerjaan melibatkan bahan-bahan iritan tersebut, diskusikanlah
mengenai hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terekspos bahan-bahan
tersebut, seperti penggunaan alat pelindung diri.
Daftar Pustaka

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/450/

http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/15

http://repository.unair.ac.id/75302/

http://eprints.ums.ac.id/25502/2/04._BAB_I.pdf

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis

https://www.klikdokter.com/penyakit/penyakit-paru-obstruktif-kronis#Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai