Pediatric Kasus Farmasi Klinik Tentang P
Pediatric Kasus Farmasi Klinik Tentang P
KASUS 1
Seorang bayi berusia 9 bulan demam selama 3 hari, telah diberikan Paracetamol drop
tetapi setelah 4 jam suhunya kembali naik, suhu tertinggi mencapai 38,5⁰C. Anak tersebut
rewel dan nafsu makan serta minum ASI turun. Pada hari ketiga anak tersebut diare dengan
konsistensi cair dan frekuensi 3 kali sehari tanpa lendir atau darah. Ibu anak tersebut datang
ke apotek untuk mengatasi permasalahan pada bayinya
2. Pertanyaan
1. Mengapa pemberian parasetamol dalam kasus tidak menyembuhkan demam?
2. Apa penyebab konsistensi diare cair pada kasus?
3. Apa definisi demam dan mekanisme demam?
4. Berapa dosis parasetamol untuk bayi 9 bulan?
5. Apa obat diare yang aman untuk bayi 9 bulan?
6. Apa saja macam-macam diare?
7. Apa terapi non farmakologi untuk demam?
8. Berapa berat badan anaknya?
9. Mengapa bayi rewel dan nafsu makan menurun?
10. Bagaimana mekanisme Parasetamol?
11. Bagaimana mekanisme diare?
12. Apa ada interaksi obat anatara Parasetamol dengan diarenya?
13. Apakah penyakit diare bayi berhubungan dengan ASI yang dikonsumsinya? Apa
penyakit dari bayi itu ada hubungannya dari sang ibu yang menyusui?
14. Apa saja penyebab diare?
15. Apakah dengan meminum ASI, bayi jadi lebih resisten untuk terkena diare atau tidak?
3. Pembahasan
a. Malabsorpsi makanan
Diare akut bercampur air yaitu termasuk kolera yang berlangsung selama beberapa
jam / hari, bahaya utama yaitu dehidrasi, penurunan BB bila tidak diberi makan.
Diare akut bercampur darah atau disentri yang bahaya utamanya yaitu kerusakan usus
halus dan sepsis.
Diare persisten yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang memiliki bahaya
utama yaitu malnutrisi dan infeksi serius di luar usus halus.
Diare dengan malnutrisi berat memiliki bahaya utama infeksi sistemik berat, dehidrasi
dan gagal ginjal
14. Apa ada interaksi obat antara Parasetamol dengan obat diarenya?
Tidak ada interaksi obat yang terjadi antara Parasetamol dengan obat diare.
15. Apakah dengan meminum ASI, bayi jadi lebih resisten untuk terkena diare atau tidak?
Tidak ada hubungan antara konsumsi ASI dengan diare pada bayi karena ASI
bukan sebagai penyebab diare pada bayi. Namun untuk hubungannya dengan si ibu maka
bisa jadi ibu dari bayi mengonsumsi obat tertentu yang berbahaya atau kontraindikasi
pada ibu menyusui atau dapat juga si ibu tidak mau makan makanan yang bergizi
sehingga dapat berpengaruh pada produksi ASI. Karena ASI itu untuk kekebalan bayi,
sehingga bayi meminum ASI maka konsumsi baik makanan atau obat ibu menyusui harus
diperhatikan dan dimonitoring agar produksi ASI tetap berkualitas dan tidak berbahaya
bagi bayi (bisa membuat bayi sakit seperti pada kasus). Dengan adanya ASI yang
berkualitas, maka bayi tidak terkena serangan dari infeksi bakteri. Dari sini dapat
diketahui bahwa ASI tidak menimbulkan diare, dengan catatan konsumsi si ibu
dimonitoring.
4. Kesimpulan :
Pemberian Parasetamol drop pada bayi sudah tepat, dosis 60 mg di bawah 1 tahun.
Anak rewel dan nafsu makan turun akibat demam. Terapi non farmakologi dari demam
yaitu memberi cairan dalam jumlah banyak, tidak memakaikan baju yang terlalu tebal
dan dengan mengkompres anak dengan air hangat. Selain itu penggunaan obat
Paracetamol untuk bayi menggunakan jenis Paracetamol drop (tetes) untuk memudahkan
bayi dalam meminum obat. Terapi diare menggunakan Oralit dan Zinc. Pengobatan ada 5
yaitu Oralit sebagai pertolongan pertama karena untuk mencegah dehidrasi. Penanganan
kedua itu dengan Zinc karena bisa menghentikan diare dan menambah nafsu makan,
mengurangi volume tinja dan mengurangi keparahan diare. Penanganan ketiga, ASI tetap
di berikan. Tahap keempat diberi antibiotik selektif dan terakhir memberi edukasi pada
orang tua tentang penyakit diare dan cara penanggulangannya terhadap anak bayi maupun
anak kecil, termasuk penggunaan antibiotik yang tidak boleh digunakan sembarangan
karena bisa mengakibatkan resisten pada anak. Konsumsi ibu menyusui, baik makanan
atau obat yang dikonsumsi harus diperhatikan dan dimonitoring agar produksi ASI tetap
berkualitas dan tidak berbahaya bagi bayi.
5. KASUS 2
Seorang mahasiswa bernama Saiful 21 tahun datang ke apotek dengan keluhan pusing,
mual, gatal-gatal di tangan dan kaki serta berwarna kuning. Sebelumnya dia telah ke dokter
dan di resepkan obat sebagai berikut:
R/ Sumagesic
Spr
Calamin Lot
Sue
TD 120/70 mmHg
RR 118/menit
HR 75/ menit
SGPT 100U/L
SGOT 140U/L
GGT 93 UI/L
6. Pembahasan Kasus 2
Setelah di tanyakan pada pasien diketahui bahwa pasien memiliki riwayat penyakit TBC
dan pasien telah mengkonsumsi obat INH, Rifampisin dan Vit B6. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pusing, mual dan gatal-gatal pada tangan kaki hingga berwarna kuning
disebabkan karena konsumsi obat TBC. Pada pengobatan TBC pasien haruslah meminum
obat tersebut secara rutin dan sesuai dengan anjuran dokter, tidak boleh dihentikan secara
tiba-tiba karena jika hal itu terjadi maka saat TBC kembali kambuh, pasien harus mengulang
pengobatan dari awal dan pengobatan akan menjadi lebih lama lagi. Pada keluhan pasien
dokter meresepkan obat sumagesic dan calamin lotion. Obat sumagesic ini berisi Paracetamol
padahal dari data lab pasien memperlihatkan bahwa keadaan hati pasien kurang baik sehingga
jika pasien mengkonsumsi sumagesic akan memperparah fungsi hatinya yang kurang baik.
Dan obat calamin lotio ini berfungsi untuk mengobati gatal-gatal pada pasien dan ini aman
untuk digunakan pada pasien. Untuk perawatan fungsi hatinya bisa diberikan terapi
nonfarmakologi dengan konsumsi curcumin. Dan untuk pasien TBC sebaiknya memakai
masker dimana pun untuk mencegah penularan penyakitnya ke orang lain.
Daftar pustaka
Dalal, S., and Zhukovsky D.S., 2006. Pathophysiology and Management of Fever. J Support
Oncol., 2006 (4), 9–16. Available from: www.supportiveoncology.net/
journal/articles/0401009.pdf. [Updated May 2014]
Dinarello & Gelfand, 2005. Fever and Hyperthermia. In : Kasper, D.L., et. al., ed. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGraw-Hill Company, 104-
108.
Furst, D.E., and Ulrich, R.W., 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease-Modyfing
Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, & Drugs Used In Gout. In: Katzung, B.G.,
ed. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Singapore: The McGraw-Hill Company,
591-592
Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit
IDAI.
Poorwo, Sumarso et all. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
University of Alberta. 2009. Acetaminophen. Available from:
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00316. [Updated May 2014]
www.ayahbunda.co.id
www.bidanku.com
www.guideline.gov
www.ibudananak.com
www.penyakitdiare.com
www.tipskesehatan.we.id
www.wbkesehatan.com
http://www.penyakitdiare.com