Anda di halaman 1dari 3

Rasional

Bekisar Merah adalah novel karangan Ahmad Tohari tentang perjuangan hidup Lasi, seorang
wanita cantik yang setengah Indonesia dan Jepang, berasal dari Desa Karangsoga. Suaminya,
seorang penyadap nira, mengalami kecelakaan yang membuat alat kelaminnya tidak bisa
berhenti mengeluarkan air kencing. Namun, untuk membuktikan kejantananya, ia membuat
wanita lain hamil. Lasi pun melarikan diri ke Jakarta karena patah hati. Lasi yang naif terus
berjuang untuk hidup di kota besar Jakarta. Dengan wajahnya yang cantik dan khas orang
Jepang, ia berkali-kali dieksploitasi oleh orang-orang di sekitarnya.

Surat ini adalah surat dari Lasi kepada ibunya setelah ia melarikan diri ke Jakarta. Setelah Lasi
baru pindah ke Jakarta, ia penuh dengan perasaan sakit dari pengkhianatan Darsa dan merasa
bersalah karena meninggalkan semua yang ia cintai di Karangsoga, termasuk ibunya. Novel ini
lebih banyak fokus kepada berbagai peristiwa yang dialami Lasi dan orang-orang di sekitarnya
dan tidak terlalu banyak tentang ibunya. Beberapa kali Lasi memikirkan nasihat ibunya atau
mengungkapkan perasaan bersalah atau rindu untuk ibunya. Surat ini bertujuan menunjukkan
perasaan Lasi terhadap ibunya dengan lebih detail dan memperlihatkan yang Lasi ingin
sampaikan kepada ibunya yang ia buat cemas karena telah pergi tanpa mengatakan apapun.

188 kata
Jakarta, 21 Juli 1980

Untuk Emak,

Di Desa Karangsoga

Salam Rindu,

Apa kabar, Mak? Moga-moga Emak sehat-sehat saja. Bagaimana kabar Ayah? Apa dia
juga baik-baik saja? Saya tahu saya bukan anak yang baik karena meninggalkan Emak tanpa
memberitahu. Saya sudah merasa terhina oleh Darsa dan semua yang di desa dan saya tidak
tahan lagi. Walaupun ini adalah pilihan saya, saya tetap rindu dengan Mak dan suara Emak
masih terdengar di dalam pikiran ketika saya membutuhkan.

Sekarang saya ada di Jakarta, jauh dari desa, diantar oleh Pardi dan Sapon. Jangan
khawatir Mak, saya yang memaksa untuk ikut dengan mereka di dalam truk saat perjalanan
mengantar gula; bukan mereka yang membawa saya lari. Saya juga yang memaksa untuk tetap
tinggal di Jakarta, walaupun mereka sudah berusaha membujuk saya pulang ke Karangsoga.
Karena saya baru sampai dan tidak punya uang, saya tidak dapat jalan-jalan di kota besar ini.
Namun satu hal yang saya tidak suka adalah keramaian disini, terutama di pasar.

Saat ini, saya sedang tinggal dan bekerja di warung ibu yang baik sekali, namanya Bu
Koneng. Setiap hari saya membantu pekerjaan dapurnya seperti memasak, memcuci piring dan
membersihkan dapur. Bu Konenglah yang memberikan saya tempat untuk tinggal dan makanan
sehari-hari. Sebenarnya, walaupun Bu Koneng sudah berbaik hati memberikan ini semua, saya
tidak betah tinggal di sini. Di sini ada beberapa gadis yang juga tinggal, yang setiap hari hanya
memajang dirinya di depan warung dan bepergian dengan berbeda-beda lelaki yang ingin
membelinya. Jujur, saya risih dan sumpek sekali tinggal bersama mereka. Saya benci saat dikira
sama seperti mereka dan lelaki berusaha mendekati saya juga. Untungnya, Bu Koneng selalu
membantu mengusir mereka.

Mak, saya tidak tahan tinggal di sini. Karena itu, saya mau pindah ke rumah Bu Lanting.
Bu Lanting itu adalah teman akrab Bu Koneng yang beberapa kali datang ke warung dengan
suaminya. Dia kaya sekali. Kemarin saja, Bu Koneng diberikannya cincin mahal sebagai hadiah.
Katanya Bu Koneng, cincin itu bisa sampai jutaan. Tadi, ia datang dan memberikan saya baju
yang bagus dan kelihatan mahal. Ia menawarkan untuk tinggal bersamanya. Tadinya saya ragu-
ragu, tetapi saya teringat Mak pernah mengatakan bahwa tak ada pemberian yang tidak menuntut
imbalan. Bu Lanting sudah memberikan saya baju yang bagus, rasanya tidak enak kalau menolak
tawarannya. Ia bahkan mengatakan saya tidak usah bekerja di rumahnya. Besok saya akan mulai
pindah ke rumahnya. Kira-kira imbalan apa yang ia inginkan, Mak?
Sejak Darsa menyeleweng dengan Sipah, saya masih sakit hati. Setiap hari saya masih
memikirkan perbuatannya yang belum bisa saya maafkan. Maaf Mak, sepertinya saya belum
sanggup untuk kembali ke Karangsoga. Apa yang akan dikatakan orang-orang? Seandainya saya
pulang dan minta cerai, pasti saya akan diolok-olok janda. Pasti laki-laki yang jahat akan
mengganggu dan menghina saya. Saya sadar bahwa saya adalah anak Emak satu-satunya. Maka
itu, saya merasa bersalah telah meninggalkan Emak dan Ayah yang sudah membesarkan dan
menyusui saya dari kecil. Namun, tetap saya tangguh tidak ingin pulang. Saya masih butuh
waktu untuk menenangkan hati di tempat asing yang tidak ada yang mengenaliku. Mak, tolong
jangan paksa saya.

Emak tidak usah mencemaskan saya atau bahkan mencari saya. Saya akan baik-baik saja.
Mak, jangan menangis ya? Saya akan berusaha sesering-sering mungkin mengabari Emak lewat
surat. Kupikir untuk surat ini, aku sudah cukup bercerita dan saya sudahi di sini. Emak juga
kirimi saya surat balasan ya? Saya mau tahu kabar Emak dan Ayah serta teman-teman di desa.

Salam hangat,

Lasiyah

560 kata

Anda mungkin juga menyukai