Anda di halaman 1dari 4

Pidato Eggi Sudjana –Sebenarnya bisa disebut Makar

atau bukan?
Makar merupakan tindak pidana yang berat dan menyerang kepentingan hukum dari tegaknya
suatu pemerintahan yang sah. Apakah pidato Eggi dapat disebut makar? Atau apakah
pemerintah dan netizen hanya berlebihan?

Nama advokat serta tokoh politik Eggi Sudjana sudah sering didengar oleh masyarakat di
media sosial serta koran online maupun cetak. Seringkali, namanya telah memantik kontroversi
karena perkataan dan tindakannya yang bersifat anarkis. Kali ini, ia ditangkap dalam
pemeriksaan sebagai tersangka dalam kasus dugaan makar pada hari Selasa, 14 Mei 20191.
Alasannya adalah karena isi pidato yang ia ucapkan di Rumah Kertanegara di hari pencoblosan
pada tanggal 17 April 20192.

Dalam pidatonya, Eggi sering menyebut ‘people’s power’ yang dapat ditafsirkan sebagai ajakan
reformasi. Ia mengatakan, “Kalau people power itu terjadi, kita tidak perlu lagi mengikuti
konteks tahapan-tahapan, karena ini udah kedaulatan rakyat”. Pidatonya juga menuduh Jokowi
akan kecurangan dalam kemenagannya dalam pemilu terakhir.

Eggi membantah tuduhan makar dan mengatakan bahwa pidatonya hanya menjelaskan soal
konsekuensi logis dari kecurangan pemilu. Pada 19 September 2019, Eggi mengirim surat
meminta Presiden Joko Widodo untuk memberikan klarifikasi dan menghetikan kasus hukum
yang menjeratnya saat ini. Surat tersebut memohon klarifikasi bahwa Jokowi tidak diganggu
atau merasa digulingkan oleh tindak Eggi3.

Tindak Pidana Makar

Sebelum membelah dan mengkaji kasus ini, lebih baik jika makna makar diluruskan dahulu.
Menurut Ahli Besar ilmu Hukum Pidana Andi Hamzah, ‘makar’ merupakan  terjemahan dari
Bahasa Belanda “aanslag” yang terdapat dalam pasal 104 KUHP yang merupakan salinan dari
Pasal 92 KUHP Belanda. Dalam terjemahan Inggrisnya, aanslag adalah “An attempt made with
the object of taking the life or liberty of the King, the reigning Queen or the Regent, or with the

1
https://tirto.id/sejarah-hidup-eggi-sudjana-hingga-ditangkap-terkait-dugaan-makar-dFXi
2
https://news.detik.com/berita/d-4542473/ini-isi-pidato-eggi-sudjana-yang-membuatnya-jadi-tersangka-makar
3
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190919135724-12-431951/eggi-sudjana-kirim-surat-memohon-
jokowi-setop-kasus-makarnya
object of rendering any of them incapable of reigning”. 4 ‘Attempt’ atau ‘percobaan’ menjadi kata
kunci dalam pembahasan delik ini.

Menurut Soesilo, aanslag sama dengan penyerangan yang hendak membunuh, merampas


kemerdekaan atau menjadikan presiden tidak cakap memerintah. Penyerangan yang dimaksud
Soesilo harus dalam bentuk kekerasan fisik.

Namun untuk konteks pembahasan hukum pidana Indonesia, definisi ‘makar’ dari KUHP tentu
harus dijadikan sumber utama. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur makar dalam
Pasal 87, yang berbunyi: “dikatakan ada makar untuk melakukan suatu perbuatan, apabila niat
untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan seperti yang dimaksud dengan
Pasal 53 KUHP”. Mengacu pada pasal tersebut, ada dua unsur yang harus terpenuhi agar bisa
disebut makar, yaitu (1)niat dan (2)permulaan pelaksanaan. Maka dampak dan penyelsaian
tindak yang dari niat tidak harus tercapai agar bisa disebut makar. Selain pasal 87, makar juga
tersebar diantaranya dalam Pasal 87, 104, 106, dan 107 KUHP.

Makar dapat dikualifikasi sebagai delik formil, yaitu delik yang menekankan rumusan pada
perbuatan dan bukan pada akibatnya. Terdakwa sudah dapat dibuktikan salah jika sudah
terbukti ada perbuatan yang melawan hukum, tidak penting akan akibatnya atau jika niatnya
sudah menjadi nyata atau tidak.

Kasus Makar Eggi Sudjana

Dalam pidato Eggi Sudjana, ia menyebut ‘people’s power’ sebagai ajakan untuk reformasi
dengan kekuatan masyarakat Indonesia secara kolektif untuk menggulingkan Presiden Jokowi
dengan spekulasinya bahwa ada kecurangan dalam pemiluan dan hasilnya yang tidak
mencerminkan keinginan masyarakat yang sebenarnya. Selain itu, ia juga sudah telah diperiksa
bergabung dalam grup WhatsApp 'Fisabilillah' yang di dalamnya membahas soal perencanaan
upaya menggagalkan pelantikan presiden pada 20 Oktober lalu5. Ini bisa dijadikan bukti
perencanaan yang menunjukan adanya niat. Pidatonya juga dapat diartikan sebagai upaya
permulaan pelaksanaan. Dengan ia berpidato, ia sudah menunjukan usahanya untuk
mengumpulkan pendukung yang selaras dengan tujuannya, serta mengajak masyarakat yang
lain untuk bersependapat dengannya.

4
https://business-law.binus.ac.id/2017/05/31/tafsir-delik-makar/
5
https://news.detik.com/berita/d-4754988/eggi-sudjana-ditangkap-lagi-gegara-dijapri-pembuat-bom
Delik makar, seperti yang telah dijelaskan, merupakan delik formil. Telah dijelaskan juga
sebelumnya bahwa perumusan makar hanya membutuhkan niat dan permulaan pelaksanaan
agar bisa dipidana. Maka saat Eggi berusaha mencari pembenaran dengan mengirimkan surat
kepada Presiden Jokowi dengan harapan klarifikasi bahwa ia tidak merasa diancam,
sebenarnya tidak penting karena unsur akibat bukan merupakan bagian dari perumusan delik
makar. Tidak penting apa yang dirasakan presiden sebagai akibat (walaupun dukungan politik
tentu akan membantu). Jika Eggi ingin mencari alasan untuk melepaskan dirinya dari hukuman
pidana, ia seharusnya mencari alasan untuk membuktikan bahwa ia tidak memiliki niat maupun
permulaan pelaksanaan. Akibat perbuatannya ini, Eggi disangkakan dengan Pasal 107 KUHP
dan/atau Pasal 110 KUHP jo Pasal 87 KUHP dan/atau Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 dan/atau
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946.6

Namun ada juga pihak yang mengatakan bahwa pidato Eggi belum bisa dikategorikan sebagai
makar. Muhammad Isnur, Ketua Bidang Advokasi YLBHI mendukung argumen ini dengan
mengembalikan lagi definisi makar oleh Soesilo, yaitu harus dalam bentuk kekerasan fisik.
Salah satu argumen yang lain adalah bahwa makar tidak hanya bedasarkan rumusan delik
saja, namun juga dari pra-kondisi saat perbuatan itu terjadi. Direktur Pusat Kajian Politik UI,
Aditya Perdana, mengatakan pra-kondisinya yang biasanyan bisa disebut makar adalah jika
ekonomi negara dalam keadaan sekarat atau sudah banyak pihak yang tidak mendukung
pemerintah lagi. Ia mengatakan bahwa kejadian ini hanya sekdar bentuk pihak yang tidak puas
dengan hasil pemilu dan seharusnya tidak ada respon berlebihan7.

Ada juga yang berpendapat bahwa pidato Eggi belum bisa disebut bentuk ‘perbuatan
pelaksanaan’ sebagai salah satu syarat makar. Advokat Albert Aries berpendapat bahwa
Perbuatan Pelaksanaan diwujudkan dengan cara membentuk suatu organisasi tertentu yang
mempunyai rencana yang terstruktur dengan tujuan utama untuk menggulingkan pemerintahan
yang sah8. Pidato Eggi belum mencapai perbuatan pelaksanaan yang diartikan Aries.

Jadi Apakah Pidato Eggi Bisa Disebut Makar?

Bukan pertama kalinya Eggi Sudjana terjerat dalam kasus provokatif. Sebelumnya, Eggi
dijatuhkan vonis 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan karena telah terbukti

6
https://news.detik.com/berita/d-4542473/ini-isi-pidato-eggi-sudjana-yang-membuatnya-jadi-tersangka-makar
7
https://tirto.id/mengapa-people-power-ala-eggi-tak-perlu-dikategorikan-makar-dzo9
8
https://news.detik.com/kolom/d-4556692/meluruskan-makna-makar
bersalah melakukan penghinaan terhadap presiden yang dilanggar dalam Pasal 134 jo dan
Pasal 136 bis KUHP (Pasal penghinaan terhadap presiden sekarang sudah dicabut)9.

Dalam kasus terbaru Eggi, disebut sebagai ‘makar’ mungkin terlalu dini. ‘Perbuatan
pelaksanaan’ sebagai syarat makar sulit untuk ditentukan dalam membedah kasus tersebut,
maka masalah ini bisa diperdebatkan. Namun dalam pemeriksaannya, mungkin pula ada bukti
lain selain pidato Eggi yang menjadi bukti makar yang lebih kuat. Melihat sejarah pergerakan
Eggi yang sering kali bertentangan dengan Pancasila, mungkin ada niat dan perbuatan
pelaksanaan yang dapat dicegah.

9
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16258/eggy-divonis-3-bulan-penjara/

Anda mungkin juga menyukai