Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK

PADA KLIEN AN. D DENGAN DIAGNOSA THYPOID


DI DESA SEMPU KABUPATEN BATANG

DI SUSUN OLEH

1. INGGRID LOLEO (2008031)

2. NELA SAGITHA DEWI (2008056)

3. SEPTINA ASIH SUJIANTI (2008079)

4. VEGA ADZIMA KHOIRUNNISA (2008093)

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah


mencurahkan rahmat dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan “Asuhan
Keperawatan Anak dengan Typhoid pada An. D” yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Maksud dan tujuan penulisan “Asuhan Keperawatan Anak dengan Typhoid” untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan, dan dengan adanya askep ini diharapkan dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Kami menyusun tugas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Typhoid”
banyak mengalami gangguan dan hambatan, untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Ns. Niken Sukesi., M.Kepselaku Ketua Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Widya Husada Semarang

2. Ns. Wahyuningsih, M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan kepada kami.

Saya menyadari bahwa tugas yang saya susun ini masih ada kekurangan dan
kelemahan, Kami menyusun tugas ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai buku
dan sumber, Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaanya , kami
berharap semoga tugas kelompok ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut
data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan
sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak
diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan
makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan
bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Penyakit tifus umumnya berawal dari konsumsi makanan ataupun minuman yang
tercemar oleh bakteri Salmonella typhi dan Salmonella typhimurium. Keduanya biasa
terdapat pada makanan dan minuman yang kurang higienis ataupun dari sumber air yang
tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, bibit penyakit masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.Proses
perkembangbiakan bakteri ini cepat, yaitu 24-72 jam setelah masuk ke dalam tubuh. Meski
belum menimbulkan gejala, bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu,
limpa, sumsum tulang, dan ginjal. Rentang waktu antara masuknya kuman sampai timbulnya
gejala penyakit sekitar 7 hari.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan thypoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya
kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Demam Typhoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid.

B.     Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam thypoid serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
2. Tujuan khusus :
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada pasien anak dengan masalah demam thypoid.
b. Dapat mengetahui metoda cara mendiagnosis atau merumuskan masalah
keperawatan pada pasien demam thypoid.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien anak dengan masalah demam
thypoid.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan masalah demam
thypoid.
e. Dapat mengetahui hasil evaluasi pada pasien anak dengan masalah demam thypoid
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran (Rampengan, 2012).
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistematik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (Sumarmo, 2013).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2013).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi. Infeksi umumnya
diperoleh dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri dari tinja yang terinfeksi
(Valman, 2012).
Etiologi penyakit demam typhoid menurut Rampengan (2012) disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhos atau Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram
negative, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada
suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70˚c
ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang
manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar).
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flgela dan bersifat termolabil.
c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella typhosa
juga memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotic.

Ada 3 spesies utama, yaitu :


a. Salmonella typhosa (satu serotipe).
b. Salmonella choleraesius (satu serotipe).
c. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).

C. PATOFISIOLOGI
Penyakit typhoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari
feses dan urine, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar dari kuman tersebut
(Ngastiyah, 2013).
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid
dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan
organ-organ lainnya ( Suriadi, 2013).
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh,
terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi
Hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua
terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi Ulserasi plaks player. Pada minggu
keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar
mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelaianan pada usus halus (Suriadi,
2012).
Perjalanan penyakit demam typhoid juga di sampaikan oleh Rohim (2012)
adalah: pada fase awal demam typhoid biasa ditemukan adanya gejala saluran napas
atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui
jaringan limfoid di faring. Terbukti dalam suatu penelitian bahwa Salmonella typhi
berhasil diisolasi dari jaringan tonsil penderita demam typhoid, walaupun pada
Salmonella typhi percobaan lain seseorang yang berkumur dengan air yang mengandung
hidup ternyata tidak menjadi terinfeksi. Pada tahap awal ini penderita juga sering
mengeluh nyeri telan yang disebabkan karena kekeringan mukosa mulut. Lidah tampak
kotor tertutup selaput berwarna putih sampai kecoklatan yang merupakan sisa makanan,
sel epitel mati dan bakteri, kadang-kadang tepi lidah tampak hiperemis dan tremor. Bila
terjadi infeksi dari nasofaring melalui saluran tuba eustachi ke telinga tengah dan hal ini
dapat terjadi otitis media.
Perubahan pada jaringan limfoid didaerah ileocecal yang timbul selama demam
typhoid dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: hyperplasia, nekrosis jaringan,
ulserasi, dan penyembuhan. Adanya perubahan pada nodus peyer tersebut menyebabkan
penderita mengalami gejala intestinal yaitu nyeri perut, diare, perdarahan dan perforasi.
Diare dengan gambaran pea soup merupakan karakteristik yang khas, dijumpai dari
50% kasus dan biasanya timbul pada minggu kedua. Karena respon imunologi yang
terlibat dalam patogenesis demam typhoid adalah sel mononuklear maka keterlibatan sel
poli morfonuclear hanya sedikit dan pada umumnya tidak terjadi pelepasan
prostaglandin sehingga tidak terjadi aktivasi adenil siklase. Hal ini menerangkan
mengapa pada serotipe invasif tidak didapatkan adanya diare. Tetapi bila terjadi diare
seringkali hal ini mendahului fase demam enterik. Penulis lain mengatakan bahwa diare
dapat terjadi oleh karena toksin yang berhubungan dengan toksin kolera dan
enterotoksin E. coli yang peka terhadap panas.
Nyeri perut pada demam typhoid dapat bersifat menyebar atau terlokalisir di
kanan bawah daerah ileum terminalis. Nyeri ini disebabkan karena mediator yang
dihasilkan pada proses inflamasi (histamine, bradikinin, dan serotonin) merangsang
ujung saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu rasa nyeri dapat disebabkan
karena peregangan kapsul yang membungkus hati dan limpa karena organ tersebut
membesar.
Perdarahan dapat timbul apabila proses nekrosis sudah mengenai lapisan mukosa
dan submukosa sehingga terjadi erosi pada pembuluh darah. Konstipasi dapat terjadi
pada ulserasi tahap lanjut, dan merupakan tanda prognosis yang baik. Ulkus biasanya
menyembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut, tetapi ulkus dapat menembus
lapisan serosa sehingga terjadi perforasi. Pada keadaan ini tampak adanya distensi
abdomen. Distensi abdomen ditandai dengan meteorismus atau timpani yang
disebabkan konstipasi dan penumpukan tinja atau kurangnya tonus pada lapisan otot
intestinal atau lambung.

D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut ngastiyah (2012), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang
biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil
dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
Soedarto (2012) mengemukakan bahwa manifestasi klinis klasik yang umum
ditemui pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris remitter atau demam yang
bertahap naiknya dan berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan dengan
perincian :
1. Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat dikrotik, dengan
denyut nadi 80-100 per menit.
2. Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering
mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat diraba.
3. Minggu ketiga, jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan
berkurang. Jika keadaan memburuk : penderita mengalami delirium, stupor, otot-otot
bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi meteorisme dan
timpani, dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian
kolaps, dan akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi mikardial toksik.
4. Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami penyembuhan
meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau
tromboflebitis vena femoralis.
E. PATHWAYS
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah (2012) antara
lain:
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia.
c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun
diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi,
yaitu 100 mg/kg berat badan/hari (makanan 2 gram per hari), diberikan empat
kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis
tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek
negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu
cepat dimusnahkan.
f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi keperawatan menurut
Ngastiyah (2012), adalah Pasien typhoid harus dirawat di kamar isolasi yang
dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit
menular seperti desinfektan mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau
urinal bekas pakai pasien. Yang merawat atau sedang menolong pasien agar
memakai celemek.
Masalah pasien typhoid yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik
sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam
lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan
sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang
pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, pasien typhoid
menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga
makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan ialah makanan yang
mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan
gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien.

1) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak dengan lauk
pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak
lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang
direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis
diberikan ekstra susu.
2) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per
sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3
jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang
dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara bertahap ke
lunak.
3) Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan cairan glukosa dan
NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde di samping
infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah
dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap dengan
melihat kemajuan pasien, beralih ke makanan biasa.
b. Gangguan suhu tubuh.
Pasien tifus abdominalis menderita demam lama, pada kasus yang khas
demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kondisi
tubuh lemah, dan mengakibatkan kekurangan cairan, karena perspirasi yang
meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir mulut dan bibir
menjadi kering dan pecah-pecah.
Penyebab demam, karena adanya infeksi basil Salmonella typhosa,
maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya
secara adekuat, istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi,
kemudian mobilisasi bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui sonde,
obat dapat diberikan bersama makanan tetapi berikan pada permulaan
memasukkan makanan, jangan dicampur pada semua makanannya atau
diberikan belakangan karena jika pasien muntah obat akan keluar sehingga
kebutuhan obat tidak adekuat.
Ruangan diatur agar cukup ventilisi. Untuk membantu, menurunkan
suhu tubuh yang biasanya pada sore hari dan malam hari lebih tinggi jika suhu
tinggi sekali cara menurunkan lihat pada pembahasan tentang hiperpireksia. Di
samping kompres berikan pasien banyak minum boleh sirup, teh manis, atau air
kaldu sesuai kesukaan anak.
Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu
lebih lancar. Jika menggunakan kipas angin untuk membantu menurunkan suhu
usahakan agar kipas angin tidak langsung kearah tubuh pasien.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman.
Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama dengan pasien
lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat tidur, jika ia
sudah dalam penyembuhan. Khusus pada pasien typhoid, karena lidah kotor,
bibir kering, dan pecah-pecah menambah rasa tak nyaman disamping juga
menyebabkan tak nafsu makan. Untuk itu pasien perlu dilakukan perawatan
mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) dengan sering dan sering
berikan minum. Karena pasien apatis harus lebih diperhatikan dan diajak
berkomunikasi. Jika pasien dipasang sonde perawatan mulut tetap dilakukan
dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorok
tidak kering. Selain itu sebagai akibat lama berbaring setelah mulai berjalan
harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil duduk di
pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil
berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari
mobilisasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2013) meliputi:
1. Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid
dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.
2. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi hasil
negative tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Telah mendapat terapi antibiotik.
b. Volume darah yang timbul kurang.
c. Riwayat vaksinasi.
3. Uji Widal.
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella
typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella
typhi dengan antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka
typhoid yaitu :
a. Aglutinin O (dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (flagella kuman).
c. Aglutinin Vi (sampai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan.
Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotik.
b. Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid.
c. Waktu pengambilan darah.
d. Darah endemik atau non endemik.
e. Riwayat vaksinasi.
f. Reaksi anamnestik.
g. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin silang dan strain
Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.

H. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

b. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan

kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).

c. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama

suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari

dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus

berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun dan

normal kembali pada akhir minggu ketiga.

d. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak beberapa dalam,

yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali bila

penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di samping gejala-gejala

tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler

kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang

ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

e. Pemeriksaan fisik

1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (Cated tongue), sementara

ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.

2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa

terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

f. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis

relative, dan aneosiniofilia pada permulaan sakit.

2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

3) Bukan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien

pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin

dan feces.

4) Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah liter zat anti

terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan

yang progresif (Nursalam, 2012).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan tidak adanya nafsu makan, mual, dan kembung.
b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurang intake cairan dan

peningkatan suhu tubuh.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan tidak adanya nafsu makan dan mual

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam di harapkan

keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi metabolisme

Kriteria Hasil (L.03030) :

a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat

b. Kekuatan otot pengunyah meningkat

c. Kekuatan otot menelan meningkat

d. Verbalisasi keingignan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

e. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

f. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

g. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat

Intervensi :

Manajemen Nutrisi (l.03119)

Observasi

a. Identifikasi status nutrisi

Rasional : untuk mengetahui dan memantau nutrisi pasien.

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.


Rasional : untuk mengetahui alergi dan makanan yang perlu dipantau

c. Monitor berat badan

Rasional: untuk mengetahui peningkatan berat badan.

Terapeutik

a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

Rasional : meningkatkan nafsu makan pada pasien.

b. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Rasional : membantu proses peningkatan intake nutrisi yang adekuat.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan

pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal

Kriteria hasil: (L.14134)

- Kulit merah menurun

- Kejang menurun

- Pucat menurun

- Suhu tubuh menurun

- Tekanan darah rentang normal

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi.

Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang hipertermi.

b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.

Rasional : mengetahui keadaan umum klien.

c. Beri minum yang cukup.

Rasional : mencegah dehidrasi.


d. Berikan kompres air biasa.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

e. Lakukan tepid sponge (seka).

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

f. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

g. Pemberian obat antipireksia.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

h. Pemberian cairan parenteral (iv) yang adekuat.

Rasional : mencegah kekurangan volume cairan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan

masalah nyeri akut teratasi seluruhnya

Kriteria Hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan

karakteristik nyeri

Rasional : mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien

b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh : ubah posisi)

Rasional : mencegah penekanan pada jaringan yang luka

c. Berikan lingkungan yang tenang


Rasional : agar pasien dapat beristirahat

d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analetik, kaji efektifitas dari

tindakan penurunan rasa nyeri

Rasional : untuk mengurangi rasa sakit/nyeri

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan
klien mengatakan memahami poses belajar
Kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat
d. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topic meningkat
e. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
f. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
a. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan pada pasien dan supaya pasien mampu
menganalisa tanda dan gejala yang dialaminya sesuai penjelasan perawat/tim
kesehatan lainnya.
c. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Rasional : agar pasien mampu mengidentifikasi kemungkinan penyebab
penyakit yang terjadi pada dirinya
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Rasional : membantu pasien untuk dapat menentukan perilaku yang harus
dirubah supaya terhindar dari kambuhnya penyakit dan mampu mengontrol
kesehatan diri.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
Hari/ tgl pengkajian : Selasa, 4 Mei 2021
Tempat : Desa Sempu Kabupaten Batang
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : An. D
Tanggal lahir/Umur : 1 Mei 2012/ 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Desa Sempu, Limpung Batang
Diagnosa medis : Thypoid
b. Identitas Penanggung jawab
Nama Ayah : Tn. B
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan badan klien panas sejak kemarin.
3. Status Kesehatan saat ini
Saat dilakukan Pada tanggal 4 Mei 2021, ibu klien mengatakan sejak kemarin suhu
badan anaknya panas dengan suhu badan 38,6 0C. Ibu klien juga mengatakan klien
merasakan nyeri pada bagian perut kanan bawah yaitu bagian ulu hati. Klien juga
mengalami mual dan muntah lebih dari 3 kali dengan frekuensi 300 cc. Lalu
kemarin Ibu klien membawa klien ke klinik terdekat dan diberikan obat oleh dokter
penurun demam dan nyeri. Ibu klien mengatakan 4 bulan yang lalu pulang dari
Puskesmas, sempat dirawat di Puskesmas selama 4 hari dengan diagnose thypoid,
diberikan terapi infus dan terapi oral.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : P1A0, hamil aterm, pemeriksaan ANC di bidan, TI : 2 kali, TII :
2 kali dan TIII : 4 kali, selama kehamilan tidak ada keluhan

b. Intranatal : Partus spontan di bidan, tidak terdapat penyulit


c. Postnatal : Bayi lahir spontan, langsung menangis, PB : 43 cm, BB : 2800gr

4. Riwayat Kesehatan Masa Lampau


a. Penyakit waktu kecil
Ibu klien mengatakan klien pada umur 5 tahun menderita panas tinggi, tetapi
tidak terjadi kejang, kemudian melakukan pemeriksaan dipuskesmas dan diberi
obat lalu sembuh.
b. Pernah dirawat di RS
Ibu klien mengatakan klien belum pernah di rawat di RS
c. Obat-obatan yang digunakan
Ibu klien mengatakan obat yang digunakan adalah obat yang diberi dokter untuk
sakit yang sekarang ini
d. Tindakan operasi
Ibu klien mengatakan klien tidak pernah dioperasi
e. Alergi
Ibu klien mengatakn klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat
ataupun pada makanan dan minuman
f. Kecelakaan
Ibu klien mengtakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap.

5. Riwayat Kesehatan keluarga


a. Genogram

An. A

Keterangan :
Meninggal :
Laki-laki :
Perempuan :
Klien An. D :
Tinggal serumah :

Keterangan: Klien merupakan anak pertama dalam keluarga, hanya klien


yang mempunyai penyakit typhoid. Keluarga klien tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien adalah dirinya sendiri.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluraga baik, klien
kadang bermain dengan ayahnya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan klien jika diajak bermain oleh teman
sebayanya, tampak senang.
d. Pembawaan secara umuum
Klien tampak tenang, jika ada orang asing klien menatapnya, klien lebih dominan
bersama ibunya.
e. Lingkungan rumah
Jarak antar 1 rumah dengan rumah yang lain cukup dekat, lingkungan bersih dan
nyaman.
7. POLA SEHARI-HARI
a. Pola istirahat/ tidur
- Sebelum sakit : Ibu Klien mengatakan sebelum sakit tidur selama 7-8 jam/hari,
tidur siang 2 jam, kualitas tidur baik, pulas, dan terbangun saat tengah malam
untuk ketoilet
- Selama sakit : Ibu Klien mengatakan selama sakit tidur kurang lebih 7-6 jam
dan tidur siang hari 1 jam, kualitas tidur kurang karena terkadang terbangun.
b. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit: Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.
- Selama sakit: Ibu klien mengatakan klien tidak mandi karena sakit, hanya cuci
muka dan gosok gigi.
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan BAK lancar ± 4-6x/hari dengan warna
kuning jernih, BAB lancar 1x/hari konsistensi lunak, tidak menggunakan obat-
obatan untuk mempermudah BAK dan BAB.
- Selama sakit : Ibu klien mengatakan BAK ± 4-6x/hari dengan warna kuning
jernih, BAB 1x/hari konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas.
d. Pola Aktivitas Dan Latihan
Selama sakit : Ibu klien mengatakan mampu melakukan aktivitas makan dan
minum dengan mandiri karena makan dan minum sudah disiapkan disamping
tempat tidur, aktivitas berpindah dilakukan mandiri.
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √

Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

Olah raga yang dilakukan yaitu ibu klien mengatakan klien tidak melakukan olah
raga secara rutin, berolahraga ketika disekolah ada jadwal olahraga saja.
e. Pola Nutrisi : Analisa z- Score
Ibu klien mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi sedikit dan tidak habis
karena anak tidak nafsu makan dan anaknya mual dan muntah. Makan dengan
nasi, sayur, dan lauk. Minum air putih 5-6 gelas perhari, tidak pernah minum susu
formula.
BB : 20kg
TB : 125 cm
Usia : 9 tahun
Bila Nilai Riel lebih besar dari nilai median menggunkan rumus
Z Score = Nilai Riel – Nilai Median
SD Upper
Bila nilai riel lebih kecil dari nilai median menggunakan rumus
Z Score = Nilai Riel – Nilai Median
SD Law
1) BB menurut umur (WAZ)
UMUR ANAK LAKI-LAKI
(Bulan) MEDIAN SD LOW SD UPPER
108 28,1 3,80 5,90

Z Score = 20kg - 28,1


3,80
= -2
Dengan hasil status gizi BB/ U : berat badan normal (Gizi normal)
Kategori status gizi BB/TB :
>+2 SD = Berat badan lebih (Gizi Lebih)
+2 s/d – 2 SD = Berat Badan Normal (Gizi Normal)
-3 s/d < - 2 SD = Berat Badan Rendah (Gizi Kurang)
<-3 SD = Berat Badan Sangat Rendah (Gizi Buruk)

2) TB menurut umur (HAZ)


UMUR ANAK LAKI-LAKI
(Bulan) MEDIAN SD LOW SD UPPER
108 137,5 6,10 6,10

Z score = 125cm – 137,5


5,70
= -2
Dengan hasil status gizi TB/U : Tinggi badan normal
Kategori status gizi BB/TB :
>+2 SD = Jangkung
+2 s/d – 2 SD = Normal
-3 s/d < - 2 SD = Pendek
<-3 SD = Sangat pendek

3) BB Menurut TB (WHZ)
TINGGI ANAK LAKI-LAKI
(cm) MEDIAN SD LOW SD UPPER
125 24,3 2,0 2,9

Z score = 20kg – 24,3


2,0
= -2
Dengan hasil status gizi BB/TB Normal
Kategori status gizi BB/TB :
>+2 SD = Gemuk
+2 s/d – 2 SD = Normal
-3 s/d < - 2 SD = Kurus
<-3 SD = Sangat kurus
Input : Minum = 1200 cc
Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 6
= 126 cc
Urin : 600 cc
Feses : 300 cc
Muntah : 400 cc
Urin + feses + muntah= 1300 cc
Jumlah Output : 126+1300 = 1426 cc
Balance cairan : Input – output
: 1200 – 1426
: -226 cc

8. PemeriksaanFisik
a. KU :baik,kesadaran comphosmetisE4 M6 V5
b. Tanda – tanda Vital
TD : 100/ 70 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Suhu : 38,6 0C
RR : 22 x/menit
c. Tb/BB : 125 cm/20 kg
d. Mata : Mata cekung, sklera ikterik, conjungtiva ananemis,
bentuksimetris, sejajardengan daun telingabagian atas
e. Hidung :Bentuksimetris,tidakadapernafasancupinghidung
f. Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir kering, tidakadastomatitis
g. Telinga :Bentuksimetris,tidakadaOMA/OMK
h. Dada :Bentuksimetris,tidakadaretraksiototdada,
Jantung :Normaltidakadakelainan
I : Ictus cordis tidak Nampak
Pa : Ictus cordis terba pada ICS 5 midclavicula
Pe : Pekak
A : Reguler
Paru-paru
I : Simetris antara dada kanan dan kiri, tidak ada benjolan
Pa : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor
A : Vesikuler

i. Abdomen
I :Normal,tidaktampakasitesdanbentuksimetris

A :Peristaltikusus25x/menit
Pe : Ada nyeri tekan dibagian perut bawah kanan
Pa : turgornormal, ada masa feses
j. Punggung :bentuksimetris,tidakadakelainan
k. Gentalia :Nampak bersih, tidak ada luka, tidak ada infeksi, tidak terpasang
kateter, tidak ada hemoroid
l. Ekstremitas :Dapat bergerak bebas
m. Kulit :Capillary refill kurang dari 3detik, turgor kulit normal
9. Therapy
a. Amoxicillin 20mg/8 jam untuk mengatasi infeksi bakteri
b. Paracetamol 15mg untuk menurunkan panas

B. ANALISA DATA
Tgl / jam Data Fokus Masalah Etiologi TTD
4 Mei 2021 DS: Ibu klien mengatakan tubuh Hipertermi Proses √
Jam 08.00 anaknya panas. (D.0130) penyakit
DO: - Kulit klien teraba panas (Bakteri
- Tekanan Darah: Salmonella
110/70mmHg typhi)
- Respirasi : 20x/menit
- Nadi : 110x/menit
- Suhu Tubuh: 38,6⁰C
4 Mei 2021 DS: Klien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Agen √
Jam 08.20 daerah ulu hati (D.0077) pencedera
P : perjalanan penyakit fisiologis
Q : seperti tertusuk- tusuk (Infeksi
R : di daerah ulu hati bakteri
S : skala nyeri 4 salmonella
T : sering thypi)
DO: - Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak tidak nyaman
- Nadi meningkat 110x/mnt
4 Mei 2021 DS : Ibu klien mengatakan klien Risiko Output yang
Jam 08.30 muntah lebih dari 3 kali dalam ketidakseimbanga berlebihan
sehari dengan frekuensi 300 cc. n cairan
DO:
- Asupan cairan klien menurun
- Membran mukosa klien bibir k
ering
-Asupan makanan klien menurun

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Bakteri
Salmonella typhi) (D.0130)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi
bakteri salmonella thypi) (D.0077)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan (D.0036)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl / Diagnosa Tujuan &
Intervensi Rasional TTD
jam keperawatan Kriteria Hasil
4 Mei Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia - Untuk √
2021 berkaitan dengan Tindakan Keperawatan (I.15506) mengetahui
proses penyakit 3x8 jam maka Regulasi Temperatur suhu tubuh
(infeksi) ditandai diharapkan: suhu badan (I.14578) klien
dengan suhu tubuh normal, dengan kriteria Observasi - Mengetahui
diatas normal hasil: (L.14134) - Monitor suhu tubuh angka normal
(D.0130) - Kulit merah menurun - Monitor TD, RR dan pada TD, RR,
HR HR
- Kejang menurun
Terapeutik - Meningkatkan
- Pucat menurun
- Tingkatkan nutrisi yang nutrisi pada
- Suhu tubuh menurun adekuat klien

- Tekanan darah - Berikan kompres dingin - Menurunkan


pada dahi, leher, dada, suhu tubuh
rentang normal
dan aksila. klien agar
- Ganti linen/ sprei setiap normal
hari, jika perlu - Menjaga
Edukasi kebersihan pada
- Anjurkan tirah baring klien
Kolaborasi - Mencegah
- Kolaborsi pemberian infeksi dan
antipiretik, jika perlu penurun panas
- Untuk
meminimalkan
fungsi semua
sistem organ
klien
- Untuk
menurunkan
panas
4 Mei Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Mengetahui √
2021 berkaitan dengan Tindakan Keperawatan (I.08238 ) karakterisitik
agen pencedera 3x8 jam maka Observasi nyeri
fisiologis ditandai diharapkan: suhu badan - Identifikasi - Mengurangi
dengan klien normal, dengan kriteria karakteristik nyeri rasa nyeri pada
mengeluh nyeri hasil: (L.08066) Terapeutik klien
(D.0077) - Klien tidak - Berikan teknik - Mengontrol
merasakan nyeri nonfarmakologis untuk keadaan
- Klien tampak mengurangi rasa nyeri lingkungan
nyaman - Kontrol lingkungan penyebab nyeri
- Nadi membaik yang memperberat rasa - Memberikan
nyeri pengetahuan
Edukasi pada klien
- Jelaskan penyebab, terkait nyeri
periode, dan pemicu - Memberikan
nyeri pengetahuan
- Jelaskan strategi cara meredakan
meredakan nyeri nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4 Mei Risiko Tujuan : Setelah Manajemen Cairan a.Untuk


2021 ketidakseimbanga dilakukan tindakan ( l.03098) mengetahui status
n cairan
keperawatan selama Observasi : hidrasi
berhubungan
dengan output 3x8 jam di harapkan a. Monitor status hidrasi b.Untuk
yang berlebihan ekuilibrium antara (mis. Frekuensi nadi, kek mengetahui berat
(D.0036) volume cairan diruang uatan nadi, akral, kelemb badan normal
intraselular dan apan mukosa, turgor kuli c.Untuk
ekstraselular tubuh. t, tekanan darah) mengetahui
Kriteria Hasil b. Monitor berat badan har balance cairan
(L.03020) : ian normal atau tidak
a. Asupan cairan meni Terapeutik : d. Untuk
ngkat a. Catat intake-output dan h mengatasi
kekurangan cairan
b. Kelembaban memb itung balance cairan 24 jam
ran mukosa meningka b. Berikan asupan cairan, s
t esuai kebutuhan
c. Asupan makanan m Kolaborasi :
eningkat a. Kolaborasi pemberian di
uretik, jika perlu

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl / jam Dx Implementasi Respon TTD


4 mei 1 Memonitor tanda-tanda vital DS : Ibu klien mengatakan bersedia
2021 DO :
Jam - Tekanan Darah: 100/70mmHg
09.00
- Respirasi : 24x/menit
- Nadi : 110x/menit
- Suhu Tubuh: 38,7⁰C

DS : Ibu klien mengatakan bersedia


Meningkatkan nutrisi yang adekuat DO :
09.10 1
- Makanan klien tampak habis
separo
-Klien tampak tidak nafsu makan
09.20
Memberikan kompres hangat DS : Ibu klien mengatakn bersedia
1
DO :
- Suhu tubuh klien teraba hangat
- Kulit klien tampak merah
DS: Klien mengatakan nyeri pada
2 Mengidentifikasi karakteristik nyeri
09.40 daerah ulu hati
P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
10.00 S : skala nyeri 4
T : sering
DO:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
10.20
2 Memberikan teknik
DS : Ibu klien mengatakan bersedia
nonfarmakologis untuk mengurangi DO :
rasa nyeri (relaksasi nafas dalam) - Klien tampak rileks
- Klien tampak meringis

3 Memonitor status hidrasi DS : Ibu klien mengatakan klien


muntah lebih dari 3 kali dalam
sehari
DO:
- Asupan cairan klien menurun
- Membran mukosa klien bibir k
10.30 ering
-Asupan makanan klien menurun

Mencatat intake-output dan hitung DS : Ibu klien mengatakan bersedia


3 DO :
balane cairan 24 jam Input : Minum = 1200 cc
Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 6
= 126 cc
Urin : 600 cc
Feses : 300 cc
Muntah : 400 cc
Urin + feses + muntah= 1300 cc
Jumlah Output : 126+1300 =
1426 cc
Balance cairan : Input – output
: 1200 – 1426
: -226 cc
Klien tampak kekurangan cairan

DS : Ibu klien mengatakan bersedia


10.50 3 DO :Klien tampak menerima
Memberikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan asupan cairan

5 Mei 1 DS : -
2021 Memonitor TD, RR, HR dan suhu DO :
Jam - Tekanan Darah: 100/70mmHg
09.00
- Respirasi : 22x/menit
- Nadi : 100x/menit
- Suhu Tubuh: 37,8⁰C

09.10 1 DS : Ibu klien mengatakan bersedia


Memberikan kompres hangat DO :
- Kulit klien tampak sedikit
merah
- Suhu tubuh klien masih teraba
hangat

1 Mengganti linen/ sprei setiap hari, DS : Ibu klien mengatakan selalu


09.30 mengganti sprei
jika perlu DO : Klien tampak kooperatif

Mengidentifikasi karakteristik nyeri DS: Ibu klien mengatakan nyeri


09.40 2
pada anaknya sedikit
berkurang nyeri pada daerah
ulu hati
P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
S : skala nyeri 2
T : kadang-kadang
DO:
- Klien tampak sedikit meringis
kesakitan
- Klien tampak sedikit gelisah

Mengkolaborasi dengan antipiretik DS : Klien mengatakan bersedia


09.50 2
DO :
- Suhu tubuh klien masih diatas
normal
- Klien tampak mengikuti arahan
perawat

Mengontrol lingkungan yang DS :Ibu klien mengatakan


10.00
2 memperberat rasa nyeri lingkungan sudah nyaman tenang
DO : Klien tampak nyaman dengan
lingkunganya

10.20
3 Memonitor status hidrasi DS : Ibu klien mengatakan klien
muntah 2 kali dengan frekuensi
sedikit 200 cc
DO:
- Membran mukosa klien bibir ke
ring
- Turgor kulit sedikit kering
Mencatat intake-output dan hitung
10.25 DS : Ibu klien mengatakan bersedia
balane cairan 24 jam Input : Minum = 1250 cc
3
Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 7
= 147 cc
Urin : 700 cc
Feses : 300 cc
Muntah : 250 cc
Urin + feses + muntah= 1250 cc
Jumlah Output : 147+1250 =
1397
Balance cairan : Input – output
: 1250 – 1397
: -147cc
Klien tampak masih kurang cairan

Memberikan asupan cairan, sesuai DS : Ibu klien mengatakan bersedia


10.40 kebutuhan DO :Klien tampak menerima
3 asupan cairan

Memonitor TD, RR, HR dan suhu DS : -


6 Mei
1 DO :
2021
TD : 100/70 mmHg
09.00
RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit
Suhu : 36,8 0C

DS : Ibu klien mengatakan sudah


Mengganti linen/ sprei setiap hari,
mengganti spreinyaa
09.10 jika perlu DO : Sprei klien tampak sudah
1
diganti dan tampak bersih

DS : Ibu klien mengatakan bersedia


Mengajarkan cara kompres hangat DO :
10.30 1 dengan bawang merah - Kulit klien sudah tidak memerah
- Suhu tubuh klien sudah tidak
teraba panas

Mengidentifikasi karakteristik nyeri DS: Klien mengatakan nyeri pada


09.20 daerah ulu hati sudah
2
berkurang
P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
S : skala nyeri 1
T : kadang-kadang
DO:
- Klien tampak sudah tidak gelisah
dan tidak meringis kesakitan

Menjelaskan penyebab, periode, DS : Ibu Klien mengatakan dapat


dan pemicu nyeri mengetahui penyebab nyeri
09.40
DO : Ibu klien tampak
2 mendengarkan dan bertanya

Menjelaskan strategi meredakan DS : Ibu klien mengatakan sudah


nyeri paham
09.50 DO : Ibu klien dapat menjelaskan
2 kembali

Memonitor status hidrasi DS : Ibu klien mengatakan anaknya


sudah tidak muntah lagi
10.00
DO:
3 - Membran mukosa klien sudah l
embab
- Turgor kulit normal

Mencatat intake-output dan hitung


DS : Ibu klien mengatakan bersedia
balane cairan 24 jam DO :
10.10 Input : Minum = 1200 cc
Output :
3 IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 7
= 147 cc
Urin : 800 cc
Feses : 200 cc
Muntah :-
Urin + feses = 1000 cc
Jumlah Output : 147+1000 =
1147 cc
Balance cairan : Input – output
: 1200 – 1147
: +53 cc
Kebutuhan cairan klien tampak
terpenuhi
Memberikan asupan cairan, sesuai DS : Ibu klien mengatakan bersedia
kebutuhan DO :Klien tampak menerima
10.20 asupan cairan
3

F. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl / jam Diagnosa Catatan Perkembangan TTD


Kep
4 Mei 2021 1 S :Ibu klien mengatakan badan anaknya teraba
Jam 11.00 panas sejak kemarin
O:
- Tubuh klien teraba hangat
- Kulit klien tampak memerah
- Tekanan Darah: 100/70mmHg
- Respirasi : 24x/menit
- Nadi : 110x/menit
- Suhu Tubuh: 38,7⁰C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor TD, RR, HR dan suhu
- Memberikan kompres hangat
- Mengganti linen/ sprei setiap hari, jika perlu

Jam 11.20 2 S: Klien mengatakan nyeri pada daerah ulu hati


P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
S : skala nyeri 4
T : sering
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Mengidentifikasi karakteristik nyeri
- Mengkolaborasi dengan antipiretik
- Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri

Jam 11.30
3 S : Ibu klien mengatakan klien muntah lebih
dari 3 kali dalam sehari
O:
- Asupan cairan klien menurun
- Membran mukosa klien bibir kering
Input : Minum = 1200 cc
Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 6
= 126 cc
Urin : 600 cc
Feses : 300 cc
Muntah : 400 cc
Urin + feses + muntah= 1300 cc
Jumlah Output : 126+1300 = 1426 cc
Balance cairan : Input – output
: 1200 – 1426
: -226 cc
Klien tampak kekurangan cairan

5 Mei 2021
1 S : Ibu klien mengatakan tubuh anaknya masih
Jam 11.00
teraba hangat
O:
- Tekanan Darah: 100/70mmHg
- Respirasi : 22x/menit
- Nadi : 100x/menit
- Suhu Tubuh: 37,8⁰C
- Kulit klien tampak sedikit merah
- Suhu tubuh klien masih teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor TD, RR, HR dan suhu
- Memberikan kompres hangat
- Mengganti linen/ sprei setiap hari, jika perlu

S: Ibu klien mengatakan nyeri pada anaknya


Jam 11.10 2
sedikit berkurang nyeri pada daerah ulu
hati
P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
S : skala nyeri 2
T : kadang-kadang
O:
- Klien tampak sedikit meringis kesakitan
- Klien tampak sedikit gelisah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Jam 11.20 3
- Mengidentifikasi karakteristik nyeri

S : Ibu klien mengatakan klien muntah 2 kali


dengan frekuensi sedikit 200 cc
O:
- Membran mukosa klien bibir kering
- Turgor kulit sedikit kering
Input : Minum = 1250 cc
Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 7
= 147 cc
Urin : 700 cc
Feses : 300 cc
Muntah : 250 cc
Urin + feses + muntah= 1250 cc
Jumlah Output : 147+1250 = 1397
Balance cairan : Input – output
: 1250 – 1397
: -147cc
Klien tampak masih kurang cairan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor status hidrasi
- Mencatat intake-output dan hitung balance
cairan 24 jam
6 Mei 2021 1 - Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Jam 11.10 - Kolaborasi pemberian diuretik

S : Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah


tidak teraba panas lagi
O:
- Klien tidak teraba panas
- Suhu badan anak normal
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Jam 11.20 2 A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S: Klien mengatakan nyeri pada daerah ulu hati


sudah berkurang
P : Infeksi bakteri salmonella thypi
Q : seperti tertusuk- tusuk
R : di daerah ulu hati
S : skala nyeri 1
T : kadang-kadang
O:
- Klien tampak sudah tidak gelisah dan tidak
meringis kesakitan
A : Masalah teratasi
Jam 11.30 3
P : Hentikan Intervensi

S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak


muntah lagi
O:
- Membran mukosa klien sudah lembab
- Turgor kulit normal

Input : Minum = 1200 cc


Output :
IWL = 30 - (usia tahun)x cc/kg BB
= (30 – 9) x 7
= 147 cc
Urin : 800 cc
Feses : 200 cc
Muntah :-
Urin + feses = 1000 cc
Jumlah Output : 147+1000 = 1147 cc
Balance cairan : Input – output
: 1200 – 1147
: +53 cc
Kebutuhan cairan klien tampak terpenuhi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan


komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu data
dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis
data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan komponen dasar
dalam proses keperawatan, sehingga dengan pengkajian yang tepat akan menentukan langkah
berikutnya (Potter & Perry, 2013).
Menurut Nursalam (2014) keluhan utama pada pasien dengan demam thypoid adalah
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat serta nafsu
makan berkurang (terutama selama masa inkubasi). Pada kasus yang khas, demam
berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada
dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama
demam.
Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana keperawatan, melakukan
implementasi dan evaluasi, yaitu :
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian pada An. D dengan demam thypoid diperoleh data yang
tidak jauh berbeda dengan manifestasi klinis dari penyakit demam thypoid . Saat dilakukan
Pada tanggal 4 Mei 2021, ibu klien mengatakan sejak kemarin suhu badan anaknya panas
dengan suhu badan 38,6 0C. Ibu klien juga mengatakan klien merasakan nyeri pada bagian
perut kanan bawah yaitu bagian ulu hati. Klien juga mengalami mual dan muntah lebih dari
3 kali dengan frekuensi 300 cc. Lalu kemarin Ibu klien membawa klien ke klinik terdekat
dan diberikan obat oleh dokter penurun demam dan nyeri. Ibu klien mengatakan 4 bulan
yang lalu pulang dari Puskesmas, sempat dirawat di Puskesmas selama 4 hari dengan
diagnose thypoid, diberikan terapi infus dan terapi oral.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan diagnosa
keperawatan pada An. D dengan demam thypoid yang sesuai dengan teori yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Hipertermia berhubungan proses infeksi
(penyakit), Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan napsu
makan.
3. Rencana Keperawatan
Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada kesenjangan
rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnose yang sama.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak
semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam melakukan tindakan
lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses pengobatan dan penyembuhan
pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan perubahan yang dialami pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan untuk kembali
melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health education mengenai menganjurkan
kepada klien untuk selalu melakuan teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali
dirasakan dan menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan istirahat, juga
menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup dan menganjurkan
keluarga untuk selalu menemani klien serta mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai
dengan instruksi.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Rampengan, 2012). Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistematik
bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Sumarmo, 2013). Penyebab penyakit
ini adalah bakteri Salmonella typhi. Infeksi umumnya diperoleh dari makanan atau air yang
terkontaminasi bakteri dari tinja yang terinfeksi (Valman, 2012). Etiologi penyakit demam
typhoid menurut Rampengan (2012) disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhos atau
Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative, motil dan tidak menghasilkan
spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang
sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini,
diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Perjalanan penyakit demam typhoid
juga di sampaikan oleh Rohim (2012) adalah: pada fase awal demam typhoid biasa
ditemukan adanya gejala saluran napas atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk
ke dalam peredaran darah melalui jaringan limfoid di faring. Terbukti dalam suatu penelitian
bahwa Salmonella typhi berhasil diisolasi dari jaringan tonsil penderita demam typhoid,
walaupun pada Salmonella typhi percobaan lain seseorang yang berkumur dengan air yang
mengandung hidup ternyata tidak menjadi terinfeksi. Pada tahap awal ini penderita juga
sering mengeluh nyeri telan yang disebabkan karena kekeringan mukosa mulut. Lidah
tampak kotor tertutup selaput berwarna putih sampai kecoklatan yang merupakan sisa
makanan, sel epitel mati dan bakteri, kadang-kadang tepi lidah tampak hiperemis dan
tremor. Bila terjadi infeksi dari nasofaring melalui saluran tuba eustachi ke telinga tengah
dan hal ini dapat terjadi otitis media.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran, antara lain :
1. Bagi klien dan keluarga klien
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga klien dengan perawat
dalam proses keperawatan. Sehingga didapatkan proses keperawatan yang
berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih
memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data yang
diperoleh pada saat pengkajian.

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC. Jakarta.

Rampengan, T.H. 2013. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC. Jakarta.

Rohim Abdul.2012 . Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan: Edisi 1. Jakarta.

Suriadi. 2012. Asuhan Keperawatan pada Anak: Edisi 2. Jakarta.

M,Nurs, Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: Edisi 1. Jakarta

S.Poorwo Soedarmo, Sumarmo. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Anak. Jakarta.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Valman Bernad. 2013. Gangguan & Penyakit Yang Sering Menyerang Anak Serta Cara
Mengatasinya: Edisi pertama. Yogyakarta.

W. Sudoyo. Aru. 2011 Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai