Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI MEMBUAT GAMBAR ATAU DIAGRAM

TUGAS KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pemecahan Masalah Matematika


Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Hj.Rahayu Kariadinata., M. Pd.
Muhammad Rifqi Mahmud., M. Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 11 (6-A)

Alfia Hamda Septiani (1182090006)


Dzulfa Aulia Zahra (1182090030)
Fahmi Nurpauziah (1182090037)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
A. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika

Soedjadi (1994, dalam Abbas, 2000: 2) menyatakan bahwa melalui pelajaran


Matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih
bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik
di masa depan. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah.

Lebih lanjut Ruseffendi (1991, dalam Abbas, 2000: 2) menyatakan bahwa


kemampuan memecahkan masalah amatlah penting, bukan saja bagi mereka yang
dikemudian hari akan mendalami Matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan
menerapkannya, baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Goos et.al. (2000 : 2), seseorang dianggap sebagai pemecah masalah yang
baik jika ia mampu memperlihatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi
dengan memilih dan menggunakan berbagai alternatif strategi sehingga mampu mengatasi
masalah tersebut.

Menurut Goos et.al. (2000 : 2), cara berpikir secara matematis yang efektif dalam
memecahkan masalah meliputi tidak saja aktivitas kognitif, seperti menyajikan dan
menyelesaikan tugas serta menerapkan strategi untuk menemukan solusi, tetapi juga meliputi
pengamatan metakognisi yang digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas serta untuk
membuat keputusan sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki.

Dalam Suherman et.al. (2001 : 95) dinyatakan bahwa menurut berbagai penelitian
dilaporkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih
tinggi dalam dalam tes pemecahan masalah dibandingkan dengan anak yang latihannya
sedikit.

Hayes (dalam Mataka, dkk, 2014) menjelaskan bahwa masalah (problem) muncul
ketika ada jarak antara apa yang kita ketahui dan apa yang kita inginkan, dan kita berusaha
menemukan cara untuk menghilangkan jarak tersebut. Dengan demikian, kemampuan
seseorang menemukan cara untuk memecahkan masalah merupakan sesuatu yang penting
dalam pemecahan masalah (problem solving).
Sementara Resnick dan Glaser (dalam Liljedahl, 2016) menjelaskan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak dapat kita selesaikan. Menurut Liljedahl (dalam Liljedahl, 2016),
sesuatu dikatakan sebagai sebuah masalah apabila ada sebuah upaya yang dicurahkan untuk
menyelesaikannya dan tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan usaha yang biasa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah ialah suatu kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada pada pertanyaan atau soal dengan cara
menggabungkan berbagai materi atau konsep yang sudah dipelajari sebelumnya, dimana
tingkat dari masalah yang harus dipecahkan membutuhkan strategi tertentu dan cara
menyelesaikannya tidaklah mudah.

B. Strategi Pemecahan Masalah Matematika


1. Strategi membuat gambar atau diagram
2. Strategi membuat daftar terurut
3. Strategi membuat tabel
4. Strategi terka dan uji kembali
5. Strategi membuat pola
6. Strategi membuat perumpamaan/pemisalan
7. Strategi langsung mengerjakan
8. Strategi bekerja mundur
9. Strategi sebelum dan sesudah
10. Strategi menyatakan kembali masalah
11. Strategi menyederhanakan masalah
12. Strategi menyelesaikan bagian masalah menjadi sub bab

C. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika


Polya menyatakan bahwa langkah-langkah dalam pemecahan masalah matematika
adalah (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) melaksanakan
perencanaan, dan (4) memeriksa kembali proses dan hasil (Roebyanto dan Harmini,
2007). Gagne menyatakan bahwa terdapat lima tahap pemecahan masalah yaitu: (1)
Penyajian masalah; (2) menyatakan masalah dalam bentuk operasional; (3) penyusunan
prosedur kerja yang baik yang diperkirakan dapat dipergunakan dalam memecahkan
masalah itu; (4) mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya; (5)
memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar (Wahyudi dan
Anugraheni, 2017). Dewey menyatakan bahwa terdapat lima tahap pemecahan masalah
yaitu: (1) tahu bahwa ada masalah, (2) mengenali masalah, (3) menggunakanpengalaman
yang lalu, (4) menguji secara berturut-turut hipotesa atau kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian, (5) mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti yang ada (Wahyudi dan Anugraheni, 2017). Dari beberapa pendapat diatas,
langkah-langkah pemecahan masalah sebenarnya bermuara pada langkah-langkah
pemecahan masalah menurut Polya.
Untuk melaksanakan keempat tahap penyelesaian masalah ini dibutuhkan ketelitian
dan kesabaran, yakni pada setiap tahap yang dilakukan diperlukan refleksi sehingga
menjadikannya semacam siklus. Misalkan setelah memahami masalah, akan
melanjutkannya dengan membuat rencana dengan memilih strategi penyelesaian. Ketika
gagal membuatnya, maka kembali kepada masalah dan mencari informasi tambahan yang
relevan untuk dapat mendukung penerapan strategi tersebut agar dapat digunakan.
Tahap pertama yang harus dilakukan siswa adalah menentukan hal-hal yang diketahui
dengan tepat dan apa yang harus diselesaikan. Untuk itu, siswa terkadang perlu
mempresentasikan masalah tersebut ke dalam bentuk gambar, tabel, maupun notasi
matematika. Selain itu, mengetahui apa yang harus diselesaikan membantu siswa
mengetahui arah yang menjadi tujuan penyelesaian masalah tersebut sehingga
memudahkan siswa membuat rencana penyelesaian dengan menetapkan strategi yang
tepat.
Tahap kedua yang harus dilakukan adalah mencari alternatif jawaban yang mungkin
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap ini, kreativitas,
pengetahuan terkait masalah, mental belajar, dan konsentrasi siswa sangat dibutuhkan
untuk menentukan berbagai cara penyelesaian masalah. Ada lima cara yang dapat
digunakan dalam mencari cara penyelesaian masalah, yaitu 1) mencoba-coba (guess and
check), 2) membuat/menemukan pola (look for pattern), 3) membuat dan menyusun
daftar secara sistematis (make a systematic list), 4) membuat dan menggunakan gambar
maupun model (make and use a drawing or model), 5) mempertimbangkan/meniadakan
suatu kemungkinan yang dapat terjadi (eliminate possibilities) (Sheffield dan Cruikshank,
1996: 35). Pemilihan strategi ini umumnya disesuaikan dengan masalah yang diajukan.
Beberapa cara lebih efektif dibandingkan cara yang lain pada suatu masalah. Namun pada
masalah lainnya, cara tersebut malah tidak dapat digunakan. Oleh karena itu harus jeli
dalam memilih strategi yang tepat dan cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Dalam hal meniadakan suatu kemungkinan, ada tiga cara yang dapat diterapkan.
Menurut Sheffield dan Cruikshank (1996: 37), cara tersebut adalah 1) menyelesaikan
masalah secara mundur/dari belakang (working backwards), 2) menyelesaikan masalah
secara langsung (acting out the problem), dan 3) mengubah cara pandang terhadap
masalah (changingyour point of view).
Tahap ketiga adalah melaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tahap
ini cukup mudah dilaksanakan karena yang dibutuhkan hanyalah kesabaran. Prosedur
yang telah ditetapkan dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan
konsep algoritma matematika sehingga masalah yang diajukan telah benar-benar
terselesaikan. Peran guru pada tahap ini sangat penting dalam membantu siswa
menyelesaikan masalahnya. Berbagai pertanyaan dapat diajukan guru untuk membantu
siswa menemukan arah penyelesaian masalah dengan benar dan juga sebagai upaya untuk
memberikan umpan balik kepada siswa. Alternatif penyelesaian masalah yang dibuat
siswa belum tentu merupakan konsep yang formal.
Untuk itu pada tahap terakhir (keempat) ini, siswa diajak untuk melakukan
penyelidikan terhadap semua prosedur penyelesaian masalah yang dibuat. Berdasarkan
hal tersebut, siswa akan dapat menghubungkan konsep-konsep yang diketahuinya dengan
konsep lain sebagai pengetahuan yang baru serta dapat mengembangkan kemampuan
mereka dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

D. Pengertian Strategi Membuat Gambar atau Diagram


Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung
dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam masalah tersebut dapat
terlihat lebih jelas. Pada saat guru mengajarkan strategi ini, hal yang perlu digambar atau
dibuat diagramnya adalah bagian-bagian terpenting diperkirakan mampu memperjelas
permasalahan yang dihadapi serta penekanan perlu dilakukan dilakukan bahwa gambar
atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail. Strategi
menggambar diagram melibatkan situasi masalah dengan membuat sketsa atau diagram.
Ini adalah salah satu strategi yang penting dalam pemecahan masalah karena
penggunaannya yang luas dalam masalah nonrutin. Hembree (1992) dalam Holmes
(1995:44) menyimpulkan dari analisis terhadap 487 pemecahan masalah bahwa siswa
mendapat keuntungan dalam strategi membuat diagram daripada strategi yang lain.
Strategi  ini diupayakan untuk menampilkan masalah ke dalam bentuk gambar atau
diagram, sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami masalah. Melalui
gambar atau diagram, diharapkan siswa mendapatkan gambaran umum penyelesaian
masalahnya. Gambar atau diagram dapat digunakan untuk melacak berbagai tahapan dari
penyelesaian masalah. Untuk membuat gambar atau diagram ini, kita tidak
perlu  membuatnya secara detail, tetapi cukup yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada. 

E. Contoh Soal dan Penyelesaiannya


1. Remaja masjid Al-Ikhlas mengadakan kajian islam khusus para akhwat. Para akhwat
yang menghadiri kajian tersebut duduk di bangku yang telah disediakan. Jumlah kursi
disetiap barisnya sama. Sayidah duduk di baris ketiga dari depan dan kedua dari
belakang. Dari sebelah kanannya ada 5 akhwat dan sebelah kirinya ada dua akhwat.
Berapakah jumlah akhwat seluruhnya yang mengikuti kajian tersebut?

 Diketahui :
• Setiap akhwat yang hadir duduk di bangku masing-masing yang telah disediakan
• Jumlah bangku disetiap barisnya sama
• Sayidah duduk dibari ketiga dari depan dan kedua dari belakang
• Disebelah kanan sayidah ada lima akhwat dan disebelah kiinya ada dua akhwat

 Ditanyakan :
Berapakah jumlah akhwat seluruhnya yang megikuti kajian tersebut?

Penyelesaian :
 Melaksanakan strategi :
Berdasarkan yang diketahui maka dibuat gambar

Jumlah kursi pada setiap baris sama, maka jumlah baris ada 4 dan jumlah bangku
disetiap baris ada 8 jadi, jumlah seluruh akhwat yang mengikuti kajian islam tersebut
ada 4 ×8=32akhwat.

 Periksa kembali

X X X X X X X X
X X X X X X X X
X X Sayidah X X X X X
X X X X X X X X

Jadi jumlah akhwat yang mengikuti kajian islam tersebut berjumlah 32 akhwat.

2. Pak Rahmat adalah seorang ustadz. Dia akan pergi ke masjid untuk mengisi ceramah
kajian. Dia akan memilih pakaian untuk kajian tersebut. Untuk badannya, memiliki
baju koko dan sarung. Untuk kepala, memiliki kopiah putih dan kopiah hitam. Untuk
kaki, memiliki sepatu dan sandal. Maka, ada berapa macam variasi kostum yang
dapat digunakan oleh pak Rahmat untuk kajian?
1) Memahami masalah
Diketahui :
• Pak Rahmat memiliki pakaian untuk kajian
• Untuk kepala : kopiah putih dan kopiah hitam
• Untuk badan : baju koko dan sarung
• Untuk kaki : sandal dan sepatu
Ditanyakan :
Berapa macam variasi kostum yang dapat digunakan pak rahmat untuk kajian?

2) Membuat rencana pemecahan


Strategi yang digunakan dalam pemecahan soal ini dengan menggunakan strategi
diagram

3) Melaksanakan rencana pemecahan

Kopiah Putih Sepatu

Sandal
Baju Koko

Sepatu
Kopiah Hitam

Sandal

Sepatu
Kopiah Putih
Sandal
Sarung
Sepatu
Kopiah Hitam

Sandal

Jadi, variasi kostum yang dapat pak Rahmat gunakan untuk pergi kajian adalah 8
variasi kostum.

4) Memeriksa kembali

1. 1. Baju koko, kopiah putih,


sepatu
22 2. Baju koko, kopiah putih, sandal
2. 3. Baju koko, kopiah hitam,
sepatu
3. 4. Baju koko, kopiah hitam,
sepatu
4. 5. Sarung, kopiah putih, sepatu
5. 6. Sarung, kopiah putih, sandal
6. 7. Sarung, kopiah hitam, sepatu
7. 8. Sarung, kopiah hitam, sandal

F. Latihan Soal
1. Pak Saleh memiliki sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 m
dan 8 m. Sebagian tanah tersebut akan dibuat sebuah mushola berbentuk persegi
dengan ukuran 6 m. Berapa luas tanah pak Saleh yang tidak dibuat mushola ?

2. Dalam perlombaan cerdas cermat islami terdapat 8 tim yang akan mengikuti
perlombaan tersebut untuk merebutkan juara 1,2 dan 3. Untuk itu hal-hal yang dapat
diperhatikan adalah :

a) Berapa jumlah pertandigan yang harus dimenangkan oleh sebuah tim


b) Berapa banyak kesempatan bermain setiap tim
c) Berapa banyak pertandingan untuk mendapatkan juara 1,2 dan 3

G. Kunci Jawaban
1. Langkah-langkah yang harus dilakukan :
1) Memahami masalah
Diketahui : panjang tanah ₌ 10 m, lebar tanah ₌ 8 m, ukuran mushola ₌ 6 m.
Ditanyakan : luas tanah yang tidak dibuat mushola ?

2) Perencanaan pemecahan masalah


Penyajian masalah dengan membuat gambar agar siswa memiliki gambaran dari
masalah tersebut.

3) Pelaksanaan perencanaan
 Gambar tanah
Luas tanah ¿ p ×l=10 m× 8 m=80 m ²

8m
10 m

 Gambar mushola
Luas
mushola (persegi) ¿ s × s=6 m× 6 m=36 m²
6m

 Gambar tanah yang akan dibuat mushola

Mushola 8m
Tanah
6m
10 m

Jadi, luas tanah – luas mushola ₌80 m ²−36 m² ₌ 44 m ²

4) Pemeriksaan kembali
1. Mengukur luas tanah pak Saleh yang memiliki panjang 10 m dan lebar 8 m
menggunakan rumus p ×l, diperoleh hasil 80 m ².
2. Mengukur luas mushola yang ukurannya 6 m menggunakan rumus s × s,
diperoleh hasil 36 m ².
3. Untuk mengetahui luas tanah yang tidak dibuat mushola yaitu dengan
mengurangkan hasil luas tanah dengan luas mushola yang diperoleh 80 m²
−36 m2=44 m2 .
2. Diketahui : ada 8 tim yangakan mengikuti perlombaan cerdas cermat islami untuk
merebutkan juara 1, 2, dan 3.
Ditanyakan : a) Berapa jumlah pertandigan yang harus dimenangkan oleh sebuah
tim
b) Berapa banyak kesempatan bermain setiap tim
c) Berapa banyak pertandingan untuk mendapatkan juara 1,2 dan 3

Penyelesaian :

a) Terdapat 4 pertandingan di putaran ke-1, 2 pertandingan di putaran ke-2, dan 1


pertadingan di putaran ke-3
b) Setiap tim mendapat kesempatan bermain sebanyak 1 kali
c) Terdapat 10 pertandingan untuk mendapatkan juara 1,2 dan kemudian 11
pertandingan untuk juara 3
DAFTAR PUSTAKA

Abbas.N, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Intruction)


dalam Pembelajaran Matematika di SMU. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

Apriani, F. (2018). Kesalahan mahasiswa calon guru SD dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematika. Journal of Mathematics Science and Education, 1(1), 102-117.

Goos, et.al.(2000). A Money Problem : A Source of Insight Into Problem Solving Actioan.

Liljedahl, P. 2016. Problem solving in mathematics education: Creative problem solving.

Mataka, L.M., Cobern, W.W., Grunert, M., Mutambuki J., & Akom, G. 2014. The effect of using
an explicit general problem solving teaching approach on elementary pre-service
teachers’ ability to solve heat transfer problems. International Journal of Education in
Mathematics, Science and Technology. 2(3), 164-174.

Syahlan. (2017). Sepuluh Strategi Dalam Pemecahan Masalah Matematika. Indonesian Digital
Journal of Mathematics and Education. Vol.4, No.6

Umar, W. (2016). Strategi Pemecahan Masalah Matematis Versi George Polya dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.1,
No.1

http://darmawan95.blogspot.com/2016/04/strategi-pemecahan-masalah-heuristik-1.htm (diakses
pada 14 maret 2021, pukul 21.00)

Anda mungkin juga menyukai