Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terwujud. Paparan materi yang saya
sajikan dalam makalah ini mengacu pada “ TOTAL PARENTAL NUTRISI ”.
Makalah ini saya buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh
seluruh pembacanya. Namun saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran pembaca sangat saya harapkan untuk pembuatan
makalah berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
A. Definisi TPN................................................................. 3
B. Langkah-langkah TPN.................................................. 4
A. Kesimpulan ................................................................................ 19
B. Saran............................................................................................ 19
DAFTAR RUJUKAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Dukungan nutrisi merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
manajemen holistik terutama untuk pasien yang sakit kritis oleh karena tindakan
bedah atau non bedah. Pada banyak kasus keadaan pasien memburuk atau bisa
meninggal yang bukan disebabkan oleh penyakit utama namun sebagai
komplikasi sekunder dari malnutrisi. Hal ini penting bagi para klinisi untuk
memahami perubahan metabolisme tubuh yang terjadi pada proses tersebut. Hal
penting lain yang tidak bisa dilupakan adalah bagaimana mendukung pasien
dengan nutrisi yang baik. Nutrisi enteral merupakan pilihan pertama untuk pasien,
namun jika ada kontraindikasi, harus selalu dipertimbangkan untuk menggunakan
nutrisi parenteral (Surya B, 2006).
Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh
tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap
mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara
parentral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus,
karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal
kembali (Ramli, 2009).
Teknik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan penuh liku-liku
masaalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika digunakan
dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih
banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah
sakit. Contoh kesalahan yang masih banyak ditemukan di rumah sakit yaitu
pemberian protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup dan Pemberian cairan
melalui vena perifer dimana osmolaritas cairan tersebut lebih dari 900 m Osmol
yang seharusnya melalui vena sentral. Jika krisis katabolisme kecil sedang tubuh
mempunyai cukup cadangan tidak timbul masalah apapun. Penderita dewasa
mudah sehat dengan status gisi yang baik, dapat menjalani pembedahan, puasa 5-7
hari setelah operasi sembuh dan pulang dengan selamat hanya dengan kerugian
penurunana berat badan. Tetapi pada kenyataannya lebih banyak penderita yang
kondisi awalnya sudah jelek (berat badan kurang, kadar albumin < 3,5 gr/dl),
untuk penderita ini puasa puasa pasca bedah / pasca trauma 5-7 hari hanya
mendapat infus elektrolit sudah cukup untuk mencetuskan hipoalbuminemia,
hambatan penyenbuhan luka, penurunan daya tahan tubuh sehingga infeksi mudah
menyebar. Sehingga banyak diantara penderita pasca bedah laparotomi karena
perforasi ileum (typhus abdominalis), invaginasi, volvulus, atau hernia inkarserata
kemudian mengalami kebocoran jahitan usus yang menyebabkan peritonitis atau
enterofistula ke kulit . Dengan bantuan nutrisi yang baik penyulit-penyulit fatal ini
dapat dihindari (Ramli, 2009).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan.
Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena sesuatu hal,
misalnya: Malformasi Kongenital Intestinal, Enterokolitis Nekrotikans, dan
Distres Respirasi Berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat
dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan (Sulastri, 2009).
Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan energi secara
intravena yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan
bayi baru lahir yang mempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Bayi
Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan
untuk diberikan nutrisi enteral.
B. Langkah-langkah TPN
1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis)
maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk
cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava,
subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat
mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat
merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka
sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa
tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena
kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan
resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu.
Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi
basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis
ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi
kalori, agar asam amino tersebut tidak dibakar menjadi energi
(glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa
karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr
memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram
karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam
perhitungan kebutuhan kalori . Jangan memberikan asam amino jika
kebutuhan kalori belum dipenuhi.
3. Tidak melakukan perawatan aseptik.Penyulit trombplebitis karena iritasi
vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30
% Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada
penyulit atau ganti penutup luka infus.
Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60
kkal/kg BB/hari (to maintain weight) dan 100-200 kkal/kg BB/hari (to induce
weight-gain).
Kebutuhan Energi Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (WKPG)
usia 0-1 th :
P: 110 – 120(kkal/kg Bb)
W: 110 – 120(kkal/kg Bb)
usia 4-6 th :
P : 90(kkal/kg Bb)
W: 90(kkal/kg Bb)
usia 6-9 th :
P: 80-90(kkal/kg Bb)
W: 60-80(kkal/kg Bb)
usia 10-14 th :
P: 50-70(kkal/kg Bb)
W: 40-55(kkal/kg Bb)
usia 14-15 th :
P: 40-50(kkal/kg Bb)
W: 40(kkal/kg Bb)
Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia, kebutuhan yang diperlukan untuk bayi cukup bulan
adalah 6-8 mg/kg BB/menit dan bayi kurang bulan adalah 4 mg/kg BB/menit,
dapat ditingkatkan 0,5-1 mg/kg BB/menit setiap hari sampai 12-14 mg/kg
BB/menit dalam 5-7 hari. Kebutuhan akan meningkat pada keadaan stress
(misalnya : sepsis, hipotermia) atau bayi dengan ibu Diabetes Mellitus.
Protein
Pemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi
parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
a. Neonatus dengan BB < 1000 g
Pemberian awal dengan 0,5-1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan lagi 0,25-
0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kg BB/hari dan asam amino 2-2,5
g/kg BB/hari.
b. Neonatus dengan BB > 1000 g
Pemberian awal dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg
BB/hari sampai mencapai 1,5-3,5 g/kg BB/hari.
Pemberian asam amino tidak boleh diberikan jika pemberian kalori dalam
bentuk glukosa < kal/kg BB/hari, karena penggunaan asam akan rendah sehingga
timbul asidosis dan hiperammonia.
Lemak
Pemberian lemak dapat menggunakan emulsi lemak 10% yang
mengandung 10 g trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yang mengandung 20 g
trigliserida dan 2 kkal/ml.
Kebutuhan lemak pada pemberian NPT adalah sebagai berikut :
a. Nonatus dengan BB < 1000 g
Pemberian awal 0,5 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 0,25-0,5 g/kg
BB/hari sampai mencapai 2-2,5 g/kg BB/hari.
b. Neonatus dengan BB > 1000 g
Pemberian awal di mulai dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan
1 g/kg BB/hari sampai mencapai 3 g/kg BB/hari.
Unsur Kelumit :
Zinc 100-200 mcg 400-600 mcg
Copper (cupric sulfate) 10-20 mcg 20 mcg
Manganese sulfat 2-10 mcg 2-10 mcg
Kromium klorida 0,14-0,2 mcg 0,14-0,2 mcg
Flouride 1 mcg 1 mcg
Iodin 3-5 mcg 3-5 mcg
(Etika R, 2009)
Apabila dekstrose 10% yang digunakan, kalikan hasil diatas dengan 100 untuk
mendapatkan GIR (untuk rumus 2) dalam mg/kg/menit. Dimana untuk D10%,
D5% dst berlaku :
Contoh 1 :
Contoh 2
a. Rumus 1
GIR = (10 x (70 x 3)/24)
3x6
= 4,86 mg/kgbb/menit
b. Rumus 2
GIR= 70 x 10
144
= 4,86 mg/kgbb/menit
c. Rumus 3
GIR= 70 x 10 x 0,007
= 4,9 mg/kg/menit.
G. Kecepatan Infus Lipid dan perhitungan pada BBL
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukan asam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein
Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu
pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam
amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan
memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau
25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut
dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram
asam amino atau protein jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka
diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi parenteral
tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal.
Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric
feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman yang
tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan
mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang
berlebihan.
Morgan, Jane B., Kovar. The Low Birth Weight Infant and Parenteral Nutrition in
: Nutrition Research Review. Great Britain. 1992. 115-129 10. Wargo, Sharon
Groh. Parenteral Nutrition Guidelines for Newborn Infants. 2005. Diunduh 1 Juli
2011