DOSEN PENGAMPU :
Ns. Syalvia Oresti, M.Kep
DISUSUN OLEH :
Kelompok
Keperawatan 4B
1. Nova Fitriani saogo : 1710105022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang “Total Parenteral
Nutrisi”. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Anak yang
diberikan oleh ibu Ns. Syalvia Oresti, M.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan anak 4
A. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Ns. Syalvia Oresti M.Kep yang telah
memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil
mata kuliah keperawatan anak baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup STIKes
ALIFAH PADANG. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi
kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah keperawatan anak tentang “Total
Parenteral Nutrisi” Dan Anak ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal
menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi
(Denke, 1998: Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diimginkan
terhadap struktur dan fungsi hampi semua organ dan sistem tubuh (Suastika. 1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total,
namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan
suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan
pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi
(Bozzetn, 1989, Baron 2005, Shike 1996, Mahon, 2004, Trujil1o,2005)
Dukungan nutrisi parenteral merujuk pada anfusi formula nutisi lewat intravena ke
dalam aliran darah. Nutrisi parenteral total (TPN) berarti bahwa infus tersebut memberikan
kebutuhan lengkap nutrisi pasien. Nutrisi parenteral dapat diberikan baik secara sentral,
yaitu lewat vena cava superior, atau secara perifer, yaitu lewat vena-vena lainnya, dengan
segala keterbatasannya (Ferrie, 2011).
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutriss bukan
untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal Yang berat ringannya penyakit memegang
peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai
contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan
dimana dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
1.2 TUJUAN
4
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam memnerikan
total parenteral nutrisi pada bayi dan anak sesuai indikasi.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Defenisi TPN
2. Menjelaskan Langkah-Langkah TPN
3. Menjelaskan Kondisi Anak Dengan TPN
4. Menjelaskan Kebutuhan Dan Perhitungan Cairan Pada Bayi dan Anak
5. Menjelaskan Kebutuhan Dan Perhitungan Energi Pada Bayi dan Anak
6. Menjelaskan Kecepatan Infus Glukosa Dan Perhitungan Pada BBL
7. Menjelaskan Kecepatan Infus Lipid dan Perhitungan Pada BBL
8. Menjelaskan Kecepatan Infus Asam Amino (Protein) Dan Perhitungan Pada BBL
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI TPN
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya
menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui
intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah (Ferrie, 2011). Nutrisi
parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan,
gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989, Baron, 2005, Shike 1996, Mahon,
2004, Trujillo,2005).
B. LANGKAH-LANGKAH TPN
Persiapan
Botol-botol yang digunakan nutrisi parenteral diletakkan pada laminary flow dengan
cahaya ultraviolet dinyalakan, 2 jam kemudian sinarnya dimatikan. Dokter dan perawat
menggunakan gaun, tutup kepala, dan masker kemudian mencampur cairan sesuai
perhitungan dalam laminary flow. Petugas akan mengalami iritasi konjungtiva, jika ultraviolet
tidak dimatikan pada proses pencampuran. Botol dan kantung cairan harus diganti tiap 24
jam, dan selang (tubing) diganti tiap 72 jam. Khususnya untuk emulsi lipid dan selang
(tubing) lipid diganti tiap 24 jam. Beberapa
senter merekomendasikan bahwa
kontainer emulsi lemak harus
dilindungi dari sinir untuk
mengurangi kadar peroksidase. Hal tersebut
disebabkan karena paparan cahaya dalam
jumlah besar menghasilkan radikal bebas,
khususnya pada bayi prematur.Hal
tersebut dipercaya memiliki
6
Gambar 1 Rangkaian Nutrisi Parenteral
Sumber: Chaudry
oleh Sherlock dkk.yang menbandingkan partial light-protected dengan kelompok paparan
cahaya menyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan pada insidensi displasia
bronkopulmonal.
Metode Akses
Pemilihan jalur sentral atau perifer, tergantung dari konsentrasi dekstrosa dan osmolaritas
dari cairan.Konsentrasi maksimal dekstrose untuk vena perifer perifer adalah 12.5
%.Konsentrasi glukosa lebih dari 12.5% memiliki pH yang asam dan dapat mengiritasi vena
perifer.Sebagai tambahan terhadap glukosa, elektrolit dan mineral meningkatkan osmolaritas
cairan.Nutrisi parenteral jangka pendek kurang dari 3 hari dapat diberikan melalui vena
perifer.Peripherally inserted central cathether (PICC) telah memfasilitasi pemberian NP dan
mengurangi komplikasi akibat pemasangan vena sentral. Cairan hipertonik harus diberikan
melakukan vena sentral untuk mencegah inflamasi vena dan trombosis.Pada pemberian vena
sentral tidak terdapat pembatasan osmolaritas karena tingginya aliran. Nutrisi parenteral
dapat diberikan melalui vena umbilikalis pada bayi yang sakit berat, namun karena tingginya
risiko tromboemboli dan infeksi, akses ini hanya ditoleransi selama 1 minggu. Toleransi vena
perifer terhadap osmolaritas cairan nutrisi parenteral adalah 700–1000 mOsm/L. Osmolaritas
didapatkan dari rumus dibawah ini:
[phosphor (mg/L)x0,2-50]
7
Pencegahan Infeksi
Standar precaution selama persiapan nutrisi parenteral, penggunaan laminary flow, staf yang
terlatih, tidak menggunakan ulang cairan nutrisi parenteral, menggunakan bacterial filterpada
jalur asam amino-glukosa.
8
4. Berat lahir 1000–1500 gram, asupan nutrisi tidak akan tercapai dalam waktu 3 hari
5. Berat badan lahir > 1500, asupan nutrisi tidak akan tercapai dalam waktu 5 hari
6. Pertumbuhan janin terhambat yang berat
7. Masalah saluran percernaan, seperti malformasi kongenital saluran gastrointestinal,
seperti gastroschizis, meconium ileus, short bowel syndrome, Necrotizing
Enterocolitis (NEC), ileus paralitik
8. Malabsorpsi
9. Pasca operasi koreksi saluran cerna
Pada BBLASR sering terjadi gangguan cairan dan elektrolit, karena tingginya insensible
water loss (IWL) dan imaturitas ginjal.Selain itu, sering terjadi hilangnya cairan interstitial
pada kompartement ekstraseluler yang terlambat, sehingga terjadi keterlambatan kehilangan
berat badan serta ekspansi persisten dari kompartemen ekstraseluler. Eltgesst dkk.
menunjukkan bahwa TPN dini pada BBLASR memiliki efek minimal pada kadar elekrolit.
Bayi BBLASR memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan elektrolit dengan
memodifikasi natrium dan kalium dalam 36 jam kehidupan. Waktu pemberian natrium
masih kontroversial, namun sebaiknya dimulai setelah diuresis pascanatal, natriuresis hari
ke-2 dan ke-3, atau ketika berat badan berkurang 6% dari berat lahir. Sedangkan pedoman
terbaru di Belanda tahun 2006–2007 memberikan elektrolit dari hari pertama pelaksanaan
nutrisi parenteral total.
9
Tabel 1 Proses Adaptasi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Bayi Baru Lahir
Periode Redistribusi cairan dari ruang intraseluler ke ekstraseluler, sehingga
Transisi menyebabkan ekspansi dari cairan ekstraseluler.18 Pengukuran natrium dalam
tahap ini sebelum terjadi diuresis, dapat rendah (130–134 mEq/L),
merefleksikan ekspansi cairan ekstraseluler. Pemberian natrium pada periode
ini akan menyebabkan edema perifer seperti pada paru-paru. Pemberian
natrium hendaknya ditunda setelah tahap 1 terlewati. Akhir dari tahap 1
ditandai dengan berkurangnya output urin, peningkatan osmolaritas urin
dibandingkan osmolaritas darah, berkurangnya ekskresi fraksional natrium
urin dari >3% menjadi ≤1% dan gravitasi spesifik urin >1012. Transisi yang
baik bergantung pada kontraksi volume cairan ekstraseluler sekaligus
mempertahankan volume intravaskular dan stabilitas hemodinamik. Tahap ini
berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari( berakhir ketika kehilangan
berat badan maksimal 10%)
Periode Penambahan berat badan yang kontinyu dengan keseimbangan cairan dan
Pertumbuhan natrium yang positif. Kenaikan berat badan yang diharapkan 10–20
mg/kgBB/hari
KEBUTUHAN CAIRAN
Cairan merupakan komponen NP yang penting.Cairan dimulai dari 60–80 ml/kg/hari dan
dinaikan 15–20 ml/hari hingga maksimal tergantung maturitas dan kondisi lingkungan yang
mempengaruhi kehilangan cairan dari kulit Oleh karenanya penyesuaian cairan dilakukan pada
beberapa hari setelah lahir (5–7 hari) dikenal dengan fase stabilisasi berdasarkan kadarelektrolit,
status hidrasi, osmolalitas plasma, output urin,dan kondisi klinis dengan tujuan memberikan 130–
25,27,28
180 ml/kg/hari pada akhir minggu, dan diikuti dengan fase pertumbuhan stabil. ESPGHAN
10
tahun 2005 merekomendasikan kebutuhan cairan berdasarkan proses adaptasi neonatus (lampiran
1 tabel 1–3).
11
DUKUNGAN NUTRISI NEONATUS
Dukungan nutrisi pada neonatus bertujuan menyediakan kalori dan protein yang adekuat untuk
mencegah keseimbangan nitrogen negatif. Nutrisi parenteral (NP) adalah asupan nutrisi yang
diberikan secara intravena.Nutrisi parenteral total (TPN) adalah pemberian berbagai zat gizi atau
nutrisi (lemak, karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral) melalui intravena, yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan pertumbuhan.Nutrisi enteral (NE) adalah pemberian
nutrisi melalui oral atau gavage feedings. Larutan dekstrosa 10% mengandung energi sebesar
0,34 kkal/mL, atau atau mengandung 3,4 kkal/gram, larutan lemak 10% mengandung 0,9
kkal/mL dan larutan lemak 20% mengandung 1,1 kkal/mL. Keseimbangan sumber energi antara
nitrogen dan non-protein yaitu; rasio protein:energi 3–4 gr/100 kkal dibutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan protein. Keseimbangan antara karbohidrat dan lemak diperlukan
untuk mencegah penyimpanan lemak dan produksi CO2 yang berlebihan.Pembagian sumber
kalori yang ideal adalah: karbohidrat: 50−55%, protein: 10−15%, lemak: 30−35%.
12
asupan >50 kkal/hari setelah hari pertama mencegah gagal tumbuh pada bayi prematur. Setiap
gram penambahan berat badan meliputi cadangan energi dan energi yang diperlukan untuk
sintesis komponen tubuh memerlukan 3–4,5 kkal/kg/hari. Oleh karenanya untuk mencapai
kenaikan berat badan 15 g/kg/hari yaitu sesuai dengan kecepatan pertumbuhan minimal fetus
pada trimester ke dua dan 10 g/kg/hari pada bayi cukup bulan memerlukan kalori tambahan
sekitar 45–67 kkal/kg dan kalori yang lebih kecil pada bayi cukup bulan. Hasan dan Kaiser
merekomendasikan asupan energi total bayi prematur 120 kkal/kg/hari, sedangkan bayi cukup
bulan 90 kkal/kg/hari sesuai pendapatMicheli dkk.diatas kadar ini, energi kemungkinan disimpan
dalam jaringan adipose dan tidak lagi membatasi lean body mass. Chawla dkk.
merekomendasikan 120–130 kkal/kg/hari untuk bayi prematur sedangkan bayi cukup bulan 100–
120 kkal/kg/hari. Tabel berikut merupakan rekomendasi berbagai komite terhadap asupan bayi
prematur.
Sumber: Chawla
13
Total Energi Harian) : 9 = x gram
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari total (dalam persen) energi harian
dikurangi prosentase protein dan lemak.
Pemberian karbohidrat dalam bentuk dekstrosa diberikan pada kadar produksi glukosa oleh
hepar yaitu 4–6 mg/kg/menit untuk memastikan bahwa prematur yang mengalami stress
menerima karbohidrat yang cukup dan tidak berlebihan, dan 8–10 mg/kg/menit pada BBLASR
hingga tercapai euglikemia dicapai yaitu sekitar 120–150 mg/dl. Kemudian kecepatan
ditingkatkan perharinya hingga 12–15mg/kg/menit untuk 2-3 minggu setelah lahir. Kadar
hipoglikemia adalah kadar glukosa <50 mg/dl dan hiperglikemia >150mg/dl. Hiperglikemia
telah dihubungkan dengan kondisi retinopathy of prematurity, risiko kematian dini, perdarahan
intraventrikuler grade III-IV, dan peningkatan length of stay di rumah sakit. Bayi prematur yang
mengalami hipotermi dan distres napas memiliki kebutuhan glukosa lebih tinggi, oleh karenanya
pemberian glukosa sangat vital
Osmolaritas cairan glukosa secara signifikan meningkat dengan peningkatan konsentrasi dari
255 mmol/L pada dekstrose 5% hingga 1020 mosmol/L pada cairan glukosa 20%. Berdasarkan
pengalaman konsentrasi glukosa lebih 12,5% dapat ditoleransi melalui vena perifer tanpa adanya
substansi lain yang dapat meningkatkan osmolaritas cairan. Tabel berikut akan menerangkan
praktek penggunaan glukosa dalam beberapa penelitian menyangkut efektifitas dan
keamanannya.
Konsentrasi glukosa neonatus berhubungan sangat erat dengan kecepatan infus glukosa.
Glucose Infusion Rate (GIR)secara istilah menunjukkan seberapa banyak glukosa dalam
miligram (mg) per kilogram berat badan neonatus (kg) per menitnya (mg/kg/menit). GIR dapat
dihitung menggunakan salah satu rumus dibawah ini :
1. GIR (mg/kg/menit) = % dekstrose yang sedang dipakai infus x kebutuhan cairan (ml/jam)
dibagi berat badan (kg) x 6.
2. GIR = kebutuhan cairan (ml/kg/hari) x % dekstrose yang diinfus dibagi 144
3. GIR = kebutuhan cairan (ml/kg/hari) x % dekstore yang diinfus x 0,007
Untuk menghitung menggunakan metode 1 (sama dengan metode 2). Pertama, tentukan
kebutuhan cairan neonatus perharinya dalam ml/kgBB/hari (24 jam) dan dikonversi kedalam
ml/kg/menit dengan membaginya dengan 1440. Apabila dekstrose 10% yang digunakan, kalikan
hasil diatas dengan 100 untuk mendapatkan GIR (untuk rumus 2) dalam mg/kg/menit. Dimana
untuk D10%, D5% dst berlaku :
15
Hal yang cukup sulit kemudian adalah menentukan batas atas dari asupan lemak. Pada
bayi prematur asupan sekitar 3 g/kg/hari dianggap dapat ditoleransi secara baik berdasarkan
konsentrasi plasma trigliserida dan kolesterol dan juga rasio asal lemak nonesterisasi/albumin
(6:1). Pencegahan terhadap defisiensi asam lemak bebas bertujuan untuk mengurangi komplikasi
yang berhubungan dengan pembentukan radikal bebas seperti penyakit paru kronis, dan
retinopathy of prematurity.
Hasil meta analisis Simmer dan Rao tahun 2005 mengenai penggunaan lemak pada bayi
prematur yang membandingkan pemberian lemak dini (<12 jam hingga 5 hari kehidupan) dan
lanjut (6–14 hari kehidupan), menyatakan bahwa keluaran primer (indikator pertumbuhan,
kematian, dan penyakit paru kronis) dan sekunder (morbiditas respirasi meliputi lamanya
penggunaan support ventilasi, lama suplementasi oksigen, perdarahan paru, NEC, ROP, PDA,
sepsis, perdarahan intra ventricular, sepsis, ikterik yang signifikan) tidak berbeda signifikan,
sehingga pemberian lemak dini dapat diberikan. Pertimbangan pembatasan asupan lemak pada
bayi prematur:
1. Oksidasi maksimum oksidasi lemak adalah 4 g/kg/hari diperoleh pada bayi cukup bulan
dengan asupan glukosa <18 g/kg/hari (asupan lemak tergantung asupan glukosa)
2. Kemampuan metabolisme bayi ditandai oleh kadar kolesterol dan trigliserida. Trigliserida
akan dihidrolisis oleh lipoprotein lipase dari endotel kapiler, sedangkan jumlahnya pada
bayi bayi prematur dan malnutrisi kurang dibandingkan bayi cukup bulan. Kecepatan
pemberian harus seimbang dengan kecepatan hidrolisis pemberian lemak kontinyu(24
jam) lebih baik toleransinya dibandingkan intermitten (8–18 jam).43Pemberian lemak
hendaknya tidak melebihi 0,15 g/kg/jam, dan lebih lambat pada bayi small for gestation
age (SGA).
3. Pemberian lemak dapat mengakibatkan peningkatan peroksidase lemak dan pembentukan
radikal bebas. Nutrisi parenteral sebaiknya disuplementasi dengan preparat multivitamin
seperti vitamin C dan vitamin E (alpha tocoferol) yang memiliki efek anti oksidan.
Nutrisi parenteral dengan kandungan lemak 20% menghasilkan kadar fosfolipid dan
kolesterol yang lebih fisiologis, disebabkan kadar fosfolipid yang lebih rendah pada
nutrisi parenteral yang mengandung lemak 10% (0,12:0,06). Namun pada saat yang sama,
proporsi asam lemak rantai cabang yang lebih tinggi dihasilkan oleh emulsifien
fosfolipid.
16
4. Pemberian lemak dapat menyebabkan kenaikan asam lemak bebas yang dapat
mempengaruhi kapasitas ikatan albumin bilirubin dan meningkatkan risiko bilirubin
ensefalopati. Kadar bilirubin >150 mikromol/L merupakan kontraindikasi pemberian
lemak.
5. Kondisi berikut merupakan efek potensial pemberian lemak yang perlu mendapat
pertimbangan meliputi, penyakit paru kronis, peningkatan penyakit vaskular paru,
ganggungan difusi udara pulmonal, toksisitas bilirubin, sepsis, dan stress akibat radikal
bebas.
Emulsi lemak yang pertama kali diperkenalkan adalah berbahan dasar minyak kedelai,
dan kemudian berkembang hingga berbahan dasar minyak zaitun.Penelitan sekarang ini memiliki
fokus evaluasi terhadap perkembangan emulsi lemak baru yang merupakan kombinasi dari
berbagai bahan dasar.Emulsi lipid baru memiliki efek klinis jangka pendek yang baik dengan
keuntungan mengurangi lipid peroksidase dan inflamasi.Keuntungan lainnya adalah reduksi
kandungan asam lemak omega-6. Saat ini sebagian besar bayi prematur yang mendapatkan
nutrisi parenteral berminggu-minggu sebelum mampu diberikan nutrisi enteral mendapatkan
kombinasi asam lemak rantai panjang-polyunsaturated fatty acid (LC-PUFA) dengan
suplementasi DHA enteral memiliki efek perkembangan saraf yang lebih baik.
Komponen penting dari emulsi lemak adalah asam linoleat, oleat, palmitat, linonenat, dan
stearat. Infus lemak diberikan terpisah dari regimen PN lainnya dan memiliki efek asidifikasi
cairan nutrisi, sehingga kalsium dan fosfor memiliki kelarutan yang tinggi dan tidak mudah
mengendap pada peralatan PN.
17
sebelum tahun 1986 memperlihatkan bahwa kenaikan berat badan (g/kg) sebanding dengan
asupan protein lebih dari 3,6 g/kg/hari. Sedangkan penelitin oleh Kashyap
dkk.menunjukkankenaikan berat badan meningkatdengan asupan protein sekitar 4,2 g/kg/hari.
Hasil penelitian mengenai kebutuhan asupan protein dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Namun bukti mengubah praktek ini menjadi pemberian asam amino pada waktu yang
lebih awal pada minggu pertama dan terbukti tidak terdapat efek samping, dan kenaikan berat
badan yang lebih baik. Ketakutan kenaikan kadar asam amino di dalam plasma mengakibatkan
toksisitas tidak terbukti. Jumlah infus dapat dimulai 0–36 jam setelah lahir (2 jam setelah lahir),
dan dosis awal yang bervariasi dalam beberapa penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Scutzman merekomendasikan 2,5–3 g/hari asam amino segera setelah lahir pada bayi prematur,
dan 3,5–4 g/hari pada BBLASR.
Pertimbangan diberikan infus asam amino yang lebih agresif adalah berdasarkan penelitian
Thureen dkk.asam amino 3g/kg/hari pada bayi dengan berat <1300 memiliki gambaran asam
amino sama halnya dengan fetus pada trimester ke-2dan ke-3 kehamilan. Bayi prematur tidak
dapat tumbuh tanpa pemberian protein yang tinggi dan lebih tergantung dari bentuk energi yang
lain (karbohidrat dan lemak) untuk menjadikan keseimbangan protein energi positif ketika suplai
protein kurang. Ketiadaan sumber protein eksogen akan mengakibatkan seorang bari prematur
mengalami katabolisme protein 1g/kg/hari untuk memenuhi kebutuhannya. Kadar pemberian
asupan 1–1,5 g/kg/hari dianggap cukup untuk mencegah kondisi katabolik dan mencegah defisit
pertumbuhan selanjutnya pada BBLASR.
19
Bayi prematur yang tidak diberikan protein yang cukup akan memiliki dampak jangka
pendek (rentan infeksi, peningkatan keperluan bantuan ventilasi, gangguan akibat radikal bebas),
berakhir dengan pertumbuhan terlambat ketika di plot pada kurva pertumbuhan pasca natal dan
mengalami defisit pekembangan otak serta kognitif serta rentan terhadap penyakit
kardiovaskular.
Kebutuhan Vitamin
Vitamin ditambahkan pada cairan nutrisi parenteral untuk memenuhi asupan per harinya
berdasarkan table dibawah ini. Suntikan multivitamin (MV) ditambahkan ke dalam cairan
dengan dosis 1,5 ml/kg pada cairan glukosa-asam amino. Pemberian vitamin melalui jalur
20
parentral berkurang disebabkan fotodegradasi terhadap vitamin A, D, E, K, B2, B6, B12, C, asam
folat dan adsobsi vitamin A, D, E, K terhadap kandungan vinyl pada bag dan tubing. Dosis
suplementasi vitamin dapat dilihat pada lampiran 4.
Kebutuhan Mikronutrien
Mikronutrien seperti zink, cuprum, mangan, selenium, fluorine, dan iodine sebaiknya tersedia
pada cairan nutrisi parenteral. Zinc secara umum direkomendasikan pada nutrisi parenteral hari
pertama, sementara mikronutrien lainnya tersedia dalam 2, 4, 12 minggu tanpa pemberian makan
perenteral yang memadai. Dosis zink adalah 150-400 μgram/kg/hari bahkan pada pemberian
nutrisi parenteral jangka pendek, namun sediaan masih sulit ditemukan.
Suplemen Lainnya
Suplementasi arginin memiliki efek positif pada bayi baru lahir. Suplementasi karnitin terhadap
nutrisi parenteral apakah memperbaiki pertumbuhan dan metabolism lemak masih kontroversial,
bayi prematur memiliki cadangan karnitin yang lebih sedikit dari bayi cukup bulan, dan kadarnya
menurun drastis pada 2 minggu awal jika diet kekurangan karnitin, dikarenakan pentingnya
fungsi karnitin pada oksidasi asam lemak yang berkontribusi pada metabolism energi dan
pertimbahan, maka menjadi menarik menambahkan karnitin pada diet bayi baru lahir, namun
data klinis yang mendukung penambahan karnitin pada nutrisi parenteral, dan memerlukan
penelitian lebih lanjut.Dosis yang direkomendasikan untuk pemberian Lkarnitin adalah 2–
5mg/kg/hari. Sedangkan penelitian lain menggunakan 10 mg/kg/hari diberikan pada bayi
prematur dengan gejala hipertrigliseridemia yang tidak dapat dijelaskan. Walaupun demikian
terdapat sebuah metaanalisis yang menunjukkan tidak terdapat keuntungan pemberian karnitin,
sehingga karnitin tidak diberikan secara rutin.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nutrisi parenteral merupakan komponen nutrisi yang agresif untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas bayi dengan kondisi tertentu nutrisi enteral tidak dapat diberikan dengan
maksimal.Standar pedoman pemberian nutrisi parenteral diperlukan untuk upaya pelaksanaan
nutrisi yang terstandar paripurna dan dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga
memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang dan optimal.Berikut merupakan ringkasan yang
menjadi wacana standar pemberian nutrisi parenteral di institusi praktek seharihari, khususnya
dalam penanganan BBLSR dan BBLASR.
Komponen Rekomendasi
Cairan Hari 1: 60-80 ml/kg/hari dinaikkan 10-20 ml berdasarkan kondisi klinis pasien
Kehilangan berat badan neonatus berkisar 3–15% dapat diterima. Hal ini
dapat dicapai dengan meningkatkan cairan secara progresif 130–180
ml/kg/hari dalam akhir minggu.
Energi Asupan energi 50 kkal/kg/hari cukup untuk kebutuhan basal, namun tidak
untuk upaya tumbuh kembang. Upaya tumbuh kembang kebutuhan kalori
sekitar 100–135 kkal/kg/hari.
Protein Optimal asupan protein yang optimal adalah 3,5 g/kg/hari (maksimal 4 gram
pada bayi < 1500 gram) Dimulai pada hari pertama dengan dosis 1–1,5
g/kg/hari dinaikkan 0,5 g/kg/hari. Perbandingan kalor protein: non protein 3–4
22
g/100kkal.
Karbohidrat Dari hari pertama 1 dengan kecepatan GIR 6 ditingkatkan 2 mg/kg/menit tiap
hari hingga 12-14 mg/kg.menit disesuaikan untuk mencapai euglikemia (50–
150). Perbandingan Karbohidrat: Lemak 2: 1
Lemak Lemak intravena 1g/kg/hari dapat dimulai dari hari pertama bersamaan dengan
asam amino. Peningkatan 2g/kg dan 3 g/kg setiap 2 hari
Mineral & Mineral harus meliputi : Natrium, Klorida, Kalium, Kalsium, Phosphor, dan
Makronutrien Magnesium
Vitamin Mikronutrien seperti aink, cuprum, selenium, mangan, iodin, kromium, dan
molybdenum.
Vitamin harus ditambahkan ke dalam emulsi Lemak untuk mengurangi
kurangnya dosis pada saat pemberian melalui selang.
3.2 SARAN
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan
total peranteral pada pasien anak dan bayi sesuai dengan indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhatia J. Perinatal Nutrition: Optimizing infant health and development. New York: Marcel
Dekker; 2005.
2. Ben XM. Nutritional management of newborn infants: Practical guidelines. World J
Gastoenterol. 2008;28(14):6133–9.
3. Costoello DW, Friedman H, Minich X, Fanaroff A, Back M. Improved survival rates with
increase neurodevelopmental disability for extremely low birh weight infatnt in 1990.
Pediatrics. 2005;115(4):997–1003.
4. Hack M, Panaroff A. Outcomes of children of extremy low birthweight and gestation age in
1990. Semin Neonatol. 2000;5(2):89–106.
5. Smolkin T, Diab G, Shohat I, Jibran H, Blazer S, Rozen GS, et al. Standardized versus
individualized parenteral nutrition in very low birth weight infants: a comparative study.
Neonatology. 2010;98:170–8.
6. Puntis J. Nutritional support in neonatologi. Dalam: Sobotka, editor. Basics clinical
nutrition. Prage: Galen; 2004. h. 425–39.
7. Stephen BE, Walden RV, Gargus RA, Tucker R, McKinley L, Mance M, dkk. First week
protein and energy intake are associated with 18 month developmental outcomes in
extremely low birth weight infants. Pediatrics. 2009;123:1337–43.
8. Franz AR, Pohlandt F, Bode H, Mihatsch WA, Sander S, Kron M, dkk. Intrauterine, early
neonatal, and postdischarge groth and neurodevelopmental outcome at 5.4 years in
extremel preterm infants after intensive neonatal nutritional support. Pediatrics.
2009;123:101–9.
9. Hay WW. Strategies for feeding the preterm infant. Neonatology. 2008;94(4):245-54.
23
10. Hermann KR, Hermann KR. Early parenteral nutrition and succefull postnatal growth of
premature infants. Nutr Clin Pract. 2010;25:69–75.
11. AAP. Pediatric Nutrition Handbook. 2004.
12. Adamkin DH. Total parenteral nutrition-associated cholestasis: Prematurity or amino acids.
J Perinatol. 2003;23:437–8.
13. Hanson C, Sundermeier J, Dugick L, Lyden E, Anderson-Berry AL. Implementation,
process, and outcomes of nutrition best practices for infants <1500 g. Nutr Clin Pract.
2011;26:614–23.
14. Simmer K. Aggresive nutrition for preterm infants. Early Hum Dev 2007;83:631–4.
15. McCallie K, Lee H, Mayer O, Cohen R, Hintz S, Rhine W. Improved outcomes with a
standardized feeding protocol for very low birth infants. J Perinatol. 2011;31:61–7.
24