Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota ini, disusun sebagai
upaya menghimpun berbagai alternatif pilihan/solusi yang prioritas dari seluruh program
pembangunan sanitasi yang ada, dengan mengintegrasikan seluruh kemampuan yang dimiliki
masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti kelembagaan, keuangan,
partisipasi publik, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, dan lain-lain.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota berisi visi, misi, dan tujuan
pembangunan sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, berikut strategi-strategi pencapaiannya.
Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut
komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) akan meliputi :
a) Aspek Teknis; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi
yang terdiri dari (a) layanan sektor air limbah domestik, (b) layanan sektor
persampahan, dan (c) sektor drainase lingkungan, serta sektor air bersih dan aspek
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b) Aspek Pendukung; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen
(a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan (c) Komunikasi, (d)
Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, aspek Jender dan
Kemiskinan, (f) Monitoring dan evaluasi
Apakah kita menujuKemana tujuan
arah yang tepat ? Kita?
Strategi Sanitasi
Kota/Kab
Bagaimanamencapai tujuan? Mencapai tujuan?
Kerangka Kerja, Strategi
Rencana Tindak
ImplementasRencana Anggaran
MONEVEvaluasiAnggaran Tahunan
DOKUMEN RENCANA
RPJPD
RPJMD
DOKUMEN PENAWARAN
RENSTRA SKPD Diinternalisasikan
SSK
ke dalalam
RKPDKUA - PPS
Nota Kesepakata
RENJA SKPD
Per-KDH ttg Penyusunan
RKA - SKPD
APBD
DPA - SKPD
Berdasarkan gambar 1.2. di atas dapat dilihat bahwa dokumen SSK tidak lepas dari
dokumen rencana lain seperti RTRW, Renstra SKPD, Renja SKPD, RPJMD, RPIJM,
RPJP, RKPD. Untuk Kabupaten Lima Puluh Kota, acuan yang digunakan antara lain
RTRW, RPIJM, RPJMD, Renja SKPD, serta Renstra SKPD.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota ini disusun Pokja sanitasi secara
partisipatif dan terintegrasi melalui diskusi lokakarya dan pembekalan baik dilakukan oleh tim
pokja maupun dukungan fasilitasi dari tim fasilitator PPSP baik ditingkat kabupaten maupun
provinsi. Metode yang digunakan dalam penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk
menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metoda dilakukan
bersama pokja baik lokakarya, pelatihan, diskusi serta pembekalan. Penyusunan Strategi
Sanitasi Kabupaten (SSK) ini terdiri dari lima (5) proses yang terdiri dari :
Internalisasi dan Penyamaan Persepsi merupakan Proses pertama dan sangat penting
untuk dijalankan oleh Pokja Kabupaten. Proses ini dirancang dalam upaya memastikan
terbangunnya komitmen Pokja untuk menyusun dan melanjutkan kembali penyiapan
strategi pembangunan sanitasi didalam SSK untuk keberlanjutan pembangunan sanitasi
di Kabupaten. Sesuai dengan tujuan dilakukannya proses pertama ini, proses pencapaian
pemahaman dan kesamaan persepsi oleh Pokja setidaknya harus menjawab tiga (3)
pertanyaan berikut ini:
Untuk mencapai pemahaman dan kesamaan persepsi terutama atas 3 (tiga) pertanyaan
tersebut, dilakukan melalui proses advokasi yang dilakukan oleh Pokja Provinsi melalui
kegiatan Rapat Perdana Provinsi (kick off meeting) dan dilanjutkan untuk proses
pendalamannya dalam rangkaian kegiatan Rapat Perdana di Kabupaten. Meskipun disebut
sebagai rapat perdana, pertemuan tambahan selalu dapat dilakukan oleh Pokja apabila
dirasakan kebutuhan atas pemahaman dan penyamaan persepsi tersebut belum tercapai.
Terdapat tiga (3) langkah utama yang perlu dilakukan Pokja untuk memastikan
tercapainya tujuan dan output dari dilakukannya Proses ini, yaitu: a) Pembangunan
kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang pentingnya penyusunan dan pemutakhiran
SSK, b) Melakukan pemeriksaan kembali atas pemenuhan persyaratan keikutsertaan di
dalam PPSP, c) Melakukan penyusunan dan penyepakatan atas Rencana Kerja Pokja.
Penjelasan rinci mengenai tata cara pelaksanaan langkah-langkah ini dijelaskan di dalam
bagian langkah-langkah Pelaksanaan berikut ini. Langkah 1 sampai dengan Langkah 3
merupakan langkah yang perlu dilakukan secara berurutan.
Proses ke-2 (dua) dalam penyusunan dan pemutakhiran SSK pada dasarnya adalah
proses penyusunan atau pemutakhiran data terkait profil sanitasi serta mengidentifikasi
sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi di suatu
Kabupaten. Strategi pembangunan sanitasi selanjutnya akan tergantung dari informasi
yang dihasilkan dari proses ini dengan mempertimbangkan perkembangan atas
kebijakan-kebijakan baru yang ada terkait sanitasi, terutama kebijakan di tingkat Pusat
dan juga Provinsi. Dalam pelaksanaan proses kedua ini, telah disiapkan sebuah
Instrumen yang dikembangkan menggunakan perangkat lunak MS Excel dan diberi
nama Instrumen Profil Sanitasi. Instrumen ini diharapkan dapat memberikan kemudahan
dan kecepatan dalam proses analisis terutama terkait dengan Area Beresiko Sanitasi.
Instrumen ini dikembangkan menggunakan prinsip Diagram Sistem Sanitasi yaitu
melakukan pemetaan sanitasi mulai dari awal limbah ditimbulkan atau diproduksi
sampai limbah tersebut kembali ke lingkungan. Peran Pokja sebagai pengguna utama
instrumen tidak hanya sebatas pada memasukkan data dan menyepakati sumber data
yang digunakan, namun lebih dari itu yang perlu disepakati oleh Pokja adalah
interpretasi dari hasil yang dikeluarkan oleh Instrumen.
karena itu, didalam Proses ini perlu dilakukan langkah-langkah yang bersifat iteratif atau
berulang hingga didapatkan hasil yang optimal.
Proses berulang sebagaimana disebutkan di atas perlu dilakukan terutama untuk menguji
apakahsasaran yang ditetapkan sudah rasional (masuk akal). Ukuran yang digunakan
adalah kebutuhan investasi dan O&M yang dihasilkan menggunakan Instrumen
Perencanaan Sanitasi. Setelah pernyataan sasaran bersifat rasional, strategi dirumuskan
menggunakan metode Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT).
Selain itu, perlu dilakukan penyusunan daftar usulan program dan kegiatan beserta
urutan prioritasnya yang nantinya akan menjadi bahan pelaksanaan proses ke-empat
yaitu Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi. Daftar usulan program dan
kegiatan ini selain berisi daftar nama kegiatan juga mencantumkan indikasi kebutuhan
volume, indikasi waktu pelaksanaan dan
tentunya indikasi kebutuhan biaya dan sumber pendanaannya. Seperti di dalam Proses
ke-dua, dalam Skenario Pembangunan Sanitasi juga digunakan alat bantu berupa
instrumen yang dikembangkan berdasarkan MS Excel. Instrumen ini diberi nama
Instrumen Perencanaan Sanitasi. Instrumen ini akan membantu Pokja dalam perhitungan
kebutuhan investasi dan O&M berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Instrumen ini
juga terkait erat dengan hasil yang didapat dari Instrumen sebelumnya yaitu Instrumen
Profil Sanitasi yang digunakan di Proses ke-dua.
Sebagai hasil akhir dari Proses ini adalah penyusunan strategi monitoring dan evaluasi
capaian SSK dalam 5 (lima) tahun ke depan, termasuk didalamnya: menilai ulang
kerangka strategis / kerangka hasil SSK (tujuan, sasaran, input, kegiatan dan output)
sesuai kaidah SMART beserta indikator yang jelas; menetapkan mekanisme monitoring
dan evaluasi implementasi SSK; serta memasukkan informasi kerangka hasil kedalam
sistem monev berbasis web Nawasis PPSP.
Penyusunan daftar program, kegiatan dan indikasi pendanaan disusun berdasarkan proses
dan hasil yang telah dilakukan sebelumnya termasuk hasil analisis dari instrumen antara
lain: Instrumen profil, Kerangka Kerja Logis dan Instrumen Perencanaan. Daftar
program dan kegiatan ini selain berisi daftar
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
7
PEMUTAHIRAN SSK
Sumber pendanaan sanitasi dapat diperoleh dari berbagai sumber pendanaan baik sumber
pendanaan dari pemerintah maupun sumber dari non pemerintah. Sumber pendanaan dari
pemerintah dapat berasal dari APBD Kab/Kota, APBD Provinsi, APBN, Pinjaman,
Hibah, dsb. Sedangkan sumber
5. Finalisasi SSK
Proses Finalisasi bertujuan terutama untuk mendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah
terhadap strategi yang telah disusun untuk pembangunan sanitasi. Sebelum pengesahan
ini dilakukan, perlu dilakukan kegiatan Konsultasi Publik yang selain untuk menampung
masukan dari berbagai pihak
terhadap dokumen yang telah disusun, juga menjadi sarana advokasi pembangunan
sanitasi. Proses ke-lima ini akan menjadi akhir dari proses pemutakhiran SSK yang
dilakukan oleh Kabupaten. Selanjutnya, Pokja Provinsi akan lebih berperan di dalam
memfasilitasi Kabupaten untuk melakukan sinkronisasi sumber pendanaan yang berasal
dari Provinsi maupun Pusat. Fasilitasi ini dilakukan melalui mekanisme Lokakarya MPS
yang tata cara pelaksanaannya telah diatur di dalam Pedoman Lokakarya MPS yang
diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri, tahun 2014.
Dasar hukum dalam penyusunan strategi sanitasi kabupaten (SSK) Kabupaten Lima
Puluh Kota adalah:
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tetang Sumber Daya Air.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman;
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2015 tentang Percepatan
Pembangunan Sanitasi dan Air Minum
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.
H. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025
2. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 11 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2005 - 2025
4. Peraturan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 128 Tahun 2011 tentang
Pedoman Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Serta Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 6Tahun2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2016-2021
6. Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor274 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Struktur Organisasi dan Personalia Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten
Lima Puluh Kota dalam Formasi Jabatan Ex Officio
BAB I Pendahuluan
Bab I ini berisikan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang penyusunan
dokumen pemutakhiran SSK, metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika
penulisan dokumen pemutakhiran SSK.
Bab ini menjelaskan wilayah kajian SSK dan kondisi umum Kabupaten/Kota yang
mencakup: administratif, kependudukan, jumlah penduduk miskin, keuangan dan
perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, dan struktur organisasi serta tugas
dan tanggung jawab setiap perangkat daerah, komunikasi dan media.
Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek
teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi,
partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta aspek kesetaraan jender dan
keberpihakan pada masyakarat miskin) air limbah domestik, pengelolaan
persampahan, dan sistem drainase perkotaan.
Bab ini memberikan informasi detail mengenai program dan kegiatan yang
dihasilkan dari simulasi menggunakan Instrumen Perencanaan Sanitasi, dilengkapi
dengan informasi mengenai: lokasi kegiatan, kelompok sasaran/penerima manfaat
(beneficieries), tahun pelaksanaan, instansi pelaksana, dll.
Bab ini menjelaskan mekanisme monev implementasi SSK 5 (lima) tahun kedepan.
LAMPIRAN:
Lampiran 1 : Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko Sanitasi
Lampiran 1.2 : Lembar Analisa Area Beresiko Menggunakan Instrumen Profil Sanitasi
Lampiran 1.3 : Ringkasan Eksekutif Hasil Studi Ehra dan Kajian Lainnya