Anda di halaman 1dari 17

PEMUTAHIRAN SSK

1.1. LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia sejak tahun 2015 memasuki periode Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Negara(RPJMN) 2015-2019 yang menetapkan target baru yaitu 100-0-100
(universal access) akses sanitasi layak di akhir tahun 2019. Sementara itu, pada tahun 2015
beberapa dokumen perencanaan sanitasi kab/kota sudah habis masa berlakunya. Dalam
rangka mendukung pencapaian universal access tersebut, maka Program PPSP akan
dilanjutkan kembali pada periode RPJMN selanjutnya melalui Program PPSP Tahap II 2015-
2019. Melalui Program PPSP Tahap II, kab/kota yang dokumen BPS, SSK dan MPS sudah
habis habis masa berlakunya akan dilakukan updating/review kembali agar dapat segera
diimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan yang telah direview tersebut dinamai
SSK Pemutakhiran dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja.

Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) atau pemutakhiran SSK


Kabupaten Lima Puluh Kota adalah dokumen perencanaan yang berisikan kebijakan dan
strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang
dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan
sanitasi Kabupaten Pembangunan sanitasi di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan tujuan agar
pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota ini, disusun sebagai
upaya menghimpun berbagai alternatif pilihan/solusi yang prioritas dari seluruh program
pembangunan sanitasi yang ada, dengan mengintegrasikan seluruh kemampuan yang dimiliki

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


1
PEMUTAHIRAN SSK

masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti kelembagaan, keuangan,
partisipasi publik, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, dan lain-lain.

Strategi Sanitasi Kabupaten disusun sebagai penjabaran operasional dari Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya,
khususnya bidang sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan
partisipatif.

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota berisi visi, misi, dan tujuan
pembangunan sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota, berikut strategi-strategi pencapaiannya.
Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut
komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) akan meliputi :

a) Aspek Teknis; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi
yang terdiri dari (a) layanan sektor air limbah domestik, (b) layanan sektor
persampahan, dan (c) sektor drainase lingkungan, serta sektor air bersih dan aspek
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b) Aspek Pendukung; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen
(a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan (c) Komunikasi, (d)
Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, aspek Jender dan
Kemiskinan, (f) Monitoring dan evaluasi

Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) adalah dokumen rencana strategis berjangka


menengah untuk percepatan pembangunan sector sanitasi suatu kota/kabupaten yang berisi
tentang potret sanitasi kota/kabupaten saat ini, rencana dan strategi tindak lanjut
pembangunan sanitasi jangka menengah. Strategi Sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota
merupakan penjabaran dari strategi sanitasi yang memuat sector air limbah domestik, sector
sebagai penyempurnaan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada seperti Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Renstra SKPD, Rencana Teknik Tata Ruang Wilayah (RTRW), RPIJM,
Renja SKPD dan dokumen perencanaan lain. Berikut ini merupakan posisi dokumen strategi
sanitasi kabupaten/kota terhadap dokumen lainnya pada gambar 1.1 dan gambar 1.2

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


2
PEMUTAHIRAN SSK

Gambar 1.1. Posisi Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Profil Sanitasi Tahunan Buku Putih Sanitasi


Laporan Tahunan Dimana kita
sekarang?
Survei “demand &
supply”, EHRA & studi –
studi lainnya

Apakah kita menujuKemana tujuan
arah yang tepat ? Kita?

Strategi Sanitasi
Kota/Kab
Bagaimanamencapai tujuan? Mencapai tujuan?
Kerangka Kerja, Strategi
Rencana Tindak

ImplementasRencana Anggaran
MONEVEvaluasiAnggaran Tahunan

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


3
PEMUTAHIRAN SSK

Gambar 1.2. Posisi Dokumen SSK terhadap Rencana Kerja Pemerintah

DOKUMEN  RENCANA

RPJPD

RPJMD

DOKUMEN PENAWARAN
RENSTRA SKPD Diinternalisasikan
SSK
ke  dalalam

RKPDKUA - PPS

Nota Kesepakata
RENJA SKPD

Per-KDH ttg Penyusunan

RKA  - SKPD

APBD

DPA  - SKPD

Berdasarkan gambar 1.2. di atas dapat dilihat bahwa dokumen SSK tidak lepas dari
dokumen rencana lain seperti RTRW, Renstra SKPD, Renja SKPD, RPJMD, RPIJM,
RPJP, RKPD. Untuk Kabupaten Lima Puluh Kota, acuan yang digunakan antara lain
RTRW, RPIJM, RPJMD, Renja SKPD, serta Renstra SKPD.

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


4
PEMUTAHIRAN SSK

1.2. METODOLOGI PENYUSUNAN

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota ini disusun Pokja sanitasi secara
partisipatif dan terintegrasi melalui diskusi lokakarya dan pembekalan baik dilakukan oleh tim
pokja maupun dukungan fasilitasi dari tim fasilitator PPSP baik ditingkat kabupaten maupun
provinsi. Metode yang digunakan dalam penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk
menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metoda dilakukan
bersama pokja baik lokakarya, pelatihan, diskusi serta pembekalan. Penyusunan Strategi
Sanitasi Kabupaten (SSK) ini terdiri dari lima (5) proses yang terdiri dari :

1. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi

Internalisasi dan Penyamaan Persepsi merupakan Proses pertama dan sangat penting
untuk dijalankan oleh Pokja Kabupaten. Proses ini dirancang dalam upaya memastikan
terbangunnya komitmen Pokja untuk menyusun dan melanjutkan kembali penyiapan
strategi pembangunan sanitasi didalam SSK untuk keberlanjutan pembangunan sanitasi
di Kabupaten. Sesuai dengan tujuan dilakukannya proses pertama ini, proses pencapaian
pemahaman dan kesamaan persepsi oleh Pokja setidaknya harus menjawab tiga (3)
pertanyaan berikut ini:

a. Apa manfaat yang diperoleh Kabupaten dengan dilakukannya penyusunan dan


pemutakhiran SSK?
b. Apa dasar hukum dari penyusunan rencana strategis sanitasi ini?
c. Apa kaitan antara dokumen rencana strategis sanitasi ini dengan proses dan dokumen
penganggaran formal yang ada di daerah?

Untuk mencapai pemahaman dan kesamaan persepsi terutama atas 3 (tiga) pertanyaan
tersebut, dilakukan melalui proses advokasi yang dilakukan oleh Pokja Provinsi melalui
kegiatan Rapat Perdana Provinsi (kick off meeting) dan dilanjutkan untuk proses
pendalamannya dalam rangkaian kegiatan Rapat Perdana di Kabupaten. Meskipun disebut
sebagai rapat perdana, pertemuan tambahan selalu dapat dilakukan oleh Pokja apabila
dirasakan kebutuhan atas pemahaman dan penyamaan persepsi tersebut belum tercapai.

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


5
PEMUTAHIRAN SSK

Terdapat tiga (3) langkah utama yang perlu dilakukan Pokja untuk memastikan
tercapainya tujuan dan output dari dilakukannya Proses ini, yaitu: a) Pembangunan
kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang pentingnya penyusunan dan pemutakhiran
SSK, b) Melakukan pemeriksaan kembali atas pemenuhan persyaratan keikutsertaan di
dalam PPSP, c) Melakukan penyusunan dan penyepakatan atas Rencana Kerja Pokja.
Penjelasan rinci mengenai tata cara pelaksanaan langkah-langkah ini dijelaskan di dalam
bagian langkah-langkah Pelaksanaan berikut ini. Langkah 1 sampai dengan Langkah 3
merupakan langkah yang perlu dilakukan secara berurutan.

2. Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi

Proses ke-2 (dua) dalam penyusunan dan pemutakhiran SSK pada dasarnya adalah
proses penyusunan atau pemutakhiran data terkait profil sanitasi serta mengidentifikasi
sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi di suatu
Kabupaten. Strategi pembangunan sanitasi selanjutnya akan tergantung dari informasi
yang dihasilkan dari proses ini dengan mempertimbangkan perkembangan atas
kebijakan-kebijakan baru yang ada terkait sanitasi, terutama kebijakan di tingkat Pusat
dan juga Provinsi. Dalam pelaksanaan proses kedua ini, telah disiapkan sebuah
Instrumen yang dikembangkan menggunakan perangkat lunak MS Excel dan diberi
nama Instrumen Profil Sanitasi. Instrumen ini diharapkan dapat memberikan kemudahan
dan kecepatan dalam proses analisis terutama terkait dengan Area Beresiko Sanitasi.
Instrumen ini dikembangkan menggunakan prinsip Diagram Sistem Sanitasi yaitu
melakukan pemetaan sanitasi mulai dari awal limbah ditimbulkan atau diproduksi
sampai limbah tersebut kembali ke lingkungan. Peran Pokja sebagai pengguna utama
instrumen tidak hanya sebatas pada memasukkan data dan menyepakati sumber data
yang digunakan, namun lebih dari itu yang perlu disepakati oleh Pokja adalah
interpretasi dari hasil yang dikeluarkan oleh Instrumen.

3. Skenario Pembangunan Sanitasi

Proses ketiga dalam pemutakhiran SSK dilakukan untuk menyiapkan skenario


pembangunan sanitasi. Penyiapan skenario ini bertujuan untuk menghasilkan skenario
pembangunan sanitasi yang paling optimal dari sisi kebutuhan pendanaan dan
ketersediaan anggaran maupun dari sasaran pembangunan yang ingin dicapai. Oleh

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


6
PEMUTAHIRAN SSK

karena itu, didalam Proses ini perlu dilakukan langkah-langkah yang bersifat iteratif atau
berulang hingga didapatkan hasil yang optimal.

Proses berulang sebagaimana disebutkan di atas perlu dilakukan terutama untuk menguji
apakahsasaran yang ditetapkan sudah rasional (masuk akal). Ukuran yang digunakan
adalah kebutuhan investasi dan O&M yang dihasilkan menggunakan Instrumen
Perencanaan Sanitasi. Setelah pernyataan sasaran bersifat rasional, strategi dirumuskan
menggunakan metode Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT).

Selain itu, perlu dilakukan penyusunan daftar usulan program dan kegiatan beserta
urutan prioritasnya yang nantinya akan menjadi bahan pelaksanaan proses ke-empat
yaitu Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi. Daftar usulan program dan
kegiatan ini selain berisi daftar nama kegiatan juga mencantumkan indikasi kebutuhan
volume, indikasi waktu pelaksanaan dan

tentunya indikasi kebutuhan biaya dan sumber pendanaannya. Seperti di dalam Proses
ke-dua, dalam Skenario Pembangunan Sanitasi juga digunakan alat bantu berupa
instrumen yang dikembangkan berdasarkan MS Excel. Instrumen ini diberi nama
Instrumen Perencanaan Sanitasi. Instrumen ini akan membantu Pokja dalam perhitungan
kebutuhan investasi dan O&M berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Instrumen ini
juga terkait erat dengan hasil yang didapat dari Instrumen sebelumnya yaitu Instrumen
Profil Sanitasi yang digunakan di Proses ke-dua.

Sebagai hasil akhir dari Proses ini adalah penyusunan strategi monitoring dan evaluasi
capaian SSK dalam 5 (lima) tahun ke depan, termasuk didalamnya: menilai ulang
kerangka strategis / kerangka hasil SSK (tujuan, sasaran, input, kegiatan dan output)
sesuai kaidah SMART beserta indikator yang jelas; menetapkan mekanisme monitoring
dan evaluasi implementasi SSK; serta memasukkan informasi kerangka hasil kedalam
sistem monev berbasis web Nawasis PPSP.

4. Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi

Penyusunan daftar program, kegiatan dan indikasi pendanaan disusun berdasarkan proses
dan hasil yang telah dilakukan sebelumnya termasuk hasil analisis dari instrumen antara
lain: Instrumen profil, Kerangka Kerja Logis dan Instrumen Perencanaan. Daftar
program dan kegiatan ini selain berisi daftar
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
7
PEMUTAHIRAN SSK

nama kegiatan juga mencantumkan indikasi kebutuhan volume, indikasi waktu


pelaksanaan dan tentunya indikasi kebutuhan biaya dan sumber pendanaannya.

Sumber pendanaan sanitasi dapat diperoleh dari berbagai sumber pendanaan baik sumber
pendanaan dari pemerintah maupun sumber dari non pemerintah. Sumber pendanaan dari
pemerintah dapat berasal dari APBD Kab/Kota, APBD Provinsi, APBN, Pinjaman,
Hibah, dsb. Sedangkan sumber

pendanaan non-pemerintah dapat berasal dari perusahaan penyelenggara CSR, Lembaga


Swadaya Masyarakat (LSM), Masyarakat peduli sanitasi dsb. Sumber pendanaan non-
pemerintah dapat diperoleh di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi maupun di tingkat
Pusat.

5. Finalisasi SSK

Proses Finalisasi bertujuan terutama untuk mendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah
terhadap strategi yang telah disusun untuk pembangunan sanitasi. Sebelum pengesahan
ini dilakukan, perlu dilakukan kegiatan Konsultasi Publik yang selain untuk menampung
masukan dari berbagai pihak

terhadap dokumen yang telah disusun, juga menjadi sarana advokasi pembangunan
sanitasi. Proses ke-lima ini akan menjadi akhir dari proses pemutakhiran SSK yang
dilakukan oleh Kabupaten. Selanjutnya, Pokja Provinsi akan lebih berperan di dalam
memfasilitasi Kabupaten untuk melakukan sinkronisasi sumber pendanaan yang berasal
dari Provinsi maupun Pusat. Fasilitasi ini dilakukan melalui mekanisme Lokakarya MPS
yang tata cara pelaksanaannya telah diatur di dalam Pedoman Lokakarya MPS yang
diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri, tahun 2014.

1.3. DASAR HUKUM

Dasar hukum dalam penyusunan strategi sanitasi kabupaten (SSK) Kabupaten Lima
Puluh Kota adalah:

A. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


8
PEMUTAHIRAN SSK

1. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene

3. Undang-undangRepublikIndonesiaNomor4 Tahun1992TentangPerumahan dan


Pemukiman;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah tentang Perubahan Kedua atas; Undang-Undang No. 12 Tahun 2008

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tetang Sumber Daya Air.

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah;

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


9
PEMUTAHIRAN SSK

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman;

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah


Daerah.

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2015 tentang Percepatan
Pembangunan Sanitasi dan Air Minum

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2008 tentang Air Tanah;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2011 tentang Sungai;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


10
PEMUTAHIRAN SSK

C. Peraturan Presiden Republik Indonesia


1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2008 tentang Dewan Sumber Daya Air.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah Pusat Dalam
Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 –
2014;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air;
D. Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun
2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123
Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
E. Keputusan Mentri
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi degan AMDAL
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan
Sehat Pakai Air (SPA).
F. Peraturan Mentri
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
11
PEMUTAHIRAN SSK

1. Peraturan Menteri PU Nomor 2 Tahun 2013 tentang


Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air;
2. Peraturan Menteri PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
3. Peraturan Menteri PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
4. Peraturan Menteri PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
5. Peraturan Menteri PU Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
G. Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang
Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan
Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur
Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa
Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan
Sampah Organik Skala Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


12
PEMUTAHIRAN SSK

9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.
H. Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025
2. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 11 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2005 - 2025
4. Peraturan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 128 Tahun 2011 tentang
Pedoman Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Serta Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 6Tahun2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2016-2021
6. Keputusan Bupati Lima Puluh Kota Nomor274 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Struktur Organisasi dan Personalia Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten
Lima Puluh Kota dalam Formasi Jabatan Ex Officio

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam dokumen pemutakhiran SSK ini terdiri dari :

BAB I Pendahuluan

Bab I ini berisikan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang penyusunan
dokumen pemutakhiran SSK, metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika
penulisan dokumen pemutakhiran SSK.

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


13
PEMUTAHIRAN SSK

BAB II Profil Sanitasi Saat ini

Bab ini menjelaskan wilayah kajian SSK dan kondisi umum Kabupaten/Kota yang
mencakup: administratif, kependudukan, jumlah penduduk miskin, keuangan dan
perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, dan struktur organisasi serta tugas
dan tanggung jawab setiap perangkat daerah, komunikasi dan media.

BAB III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab ini menjelaskan kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup minimum


informasi: (i) Visi dan misi Sanitasi, (ii) Tahapan Pengembangan Sanitasi (Sistem
dan zonasi), (iii) tujuan dan sasaran sanitasi, (iv) skenario pencapaian sasaran, dan
(v) kemampuan pendanaan sanitasi daerah.

BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi

Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek
teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi,
partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta aspek kesetaraan jender dan
keberpihakan pada masyakarat miskin) air limbah domestik, pengelolaan
persampahan, dan sistem drainase perkotaan.

BAB V Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

Bab ini memberikan informasi detail mengenai program dan kegiatan yang
dihasilkan dari simulasi menggunakan Instrumen Perencanaan Sanitasi, dilengkapi
dengan informasi mengenai: lokasi kegiatan, kelompok sasaran/penerima manfaat
(beneficieries), tahun pelaksanaan, instansi pelaksana, dll.

BAB VI Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK

Bab ini menjelaskan mekanisme monev implementasi SSK 5 (lima) tahun kedepan.

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


14
PEMUTAHIRAN SSK

LAMPIRAN:

Lampiran 1 : Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko Sanitasi

Lampiran 1.1 : Keuangan Daerah dan Struktur Organisasi Daerah

Lampiran 1.2 : Lembar Analisa Area Beresiko Menggunakan Instrumen Profil Sanitasi

Lampiran 1.3 : Ringkasan Eksekutif Hasil Studi Ehra dan Kajian Lainnya

Lampiran 1.4 : Peta Rencana Pengembangan Berdasarkan Masterplan (Apabila ada)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Swot

Lampiran 3 : Tabel Kerangka Kerja Logis

Lampiran 4 : Hasil Pembahasan Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan

Lampiran 5 : Deskripsi Program/Kegiatan

Lampiran 6 : Daftar Perusahaan Penyelenggara CSR yang Potensial

Lampiran 7 : Kesiapan Implementasi

Lampiran 7A.1: Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penggaran Tahun Depan

Lampiran 7A.2: Pemutakhiran Kriteria Kesiapan

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


15
PEMUTAHIRAN SSK

Lampiran 7B.1: Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penggaran Tahun Depan

Lampiran 7B.2: Pemutakhiran Kriteria Kesiapan

Lampiran 8 : Rencana Kerja Tahunan

1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................1

1.2. METODOLOGI PENYUSUNAN..........................................................................................................5

1.3. DASAR HUKUM...............................................................................................................................8

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


16
PEMUTAHIRAN SSK

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................................................................12

Gambar 1.1. Posisi Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK).....................................................................3

Gambar 1.2. Posisi Dokumen SSK terhadap Rencana Kerja Pemerintah................................................4

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


17

Anda mungkin juga menyukai