Anda di halaman 1dari 7

Wawasan Budaya Nusantara

Volume 1 Nomor 1 2019


e-ISSN : 0000-0000

Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang


Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda
Universitas Indraprasta PGRI
salmahusna2@gmail.com, oktaviantypuput@gmail.com,
herliyanarosalinda1990@gmail.com

Article History
accepted xx/xx/xxx approved xx/xx/xxx published
xx/xx/xxx

Abstrak

Tradisi adalah sesuatu yang biasa dilakukan berulang ulang dan dalam jangka waktu yang
panjang.Pengertian tradisi sama dengan pengertian kebudayaan. Tradisi biasanya dilakukan
oleh suatu kelompok atau lebih dalam satu wilayah yang secara turun temurun di wariskan
dari nenek moyang sampai saat ini.
Cerita rakyat Sangkuriang berasal dari daerah Jawa Barat tepatnya berada di Lembang
Bandung.Suasana di dalam cerita rakyat Sangkuriang bernuansa pegunungan dan
hutan.Sangkuriang,Dayang Sumbi dan Si Tumang tinggal di dalam rumah gubuk yang sangat
sederhana di tengah hutan. Karena mereka tinggal di tengah hutan,maka dari itu
Sangkuriang mempunyai hobi berburu yang selalu ditemani oleh Si Tumang.

Kata kunci: Cerita sunda,sangkuriang,tangkuban parahu

This work is licensed under a CC-BY-NC

PENDAHULUAN

Wawasan nusantara adalah cara suatu bangsa melihat tentang kebudayaan yang ada di
daerahnya sebagai tradisi yang selalu melekat di dalam kebudayaan. Wawasan nusantara
merupakan hasil dari cara berpikir suatu daerah dan keadaan sosial budaya suatu daerah yang
berhubungan dengan masyarakat di sekitarnya. Indonesia merupakan negara yang mempunyai
banyak keanekaragamannya yaitu mulai dari suku, budaya, ras, dan agama, sehingga Indonesia
mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mempunyai arti walaupun suku dan ras kita
berbeda tetapi tetap satu. Wawasan nusantara biasanya selalu berkaitan dengan Bhinneka
tunggal ika di Indonesia.Dimana di dalam Bhinneka Tunggal Ika selalu mengutamakan persatuan
dan kesatuan Indonesia.
Tradisi adalah sesuatu yang biasa dilakukan berulang ulang dan dalam jangka waktu
yang panjang.Pengertian tradisi sama dengan pengertian kebudayaan. Tradisi biasanya
dilakukan oleh suatu kelompok atau lebih dalam satu wilayah yang secara turun temurun di
wariskan dari nenek moyang sampai saat ini. Tradisi bisa berbentuk tertulis dan tidak

1
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

tertulis.Bentuk tradisi yang tertulis salah satunya adalah peraturan hukum adat yang ditulis
didalam buku buku adat kebudayaan di masing masing daerah yang biasanya dibuat oleh kepala
adat atau seorang raja.Tradisi yang tidak tertulis (lisan) salah satu contohnya adalah cerita
rakyat. Tetapi tradisi pada zaman sekarang ini sudah jarang sekali digunakan, mungkin karna
sekarang sudah zaman yang kekinian, seharusnya pemuda ataupun pemerintahan harus
mempertahankan tradisi yang sudah ada di Sunda. Jangan sampai tradisi yang sudah ada punah
dan sangat disayangkan kalau tradisi ini punah.
Cerita rakyat mempunyai beberapa macam jenis yaitu : Legenda, Mitos, Fabel, Hikayat,
dan Dongeng. Untuk penjelasan Legenda merupakan cerita yang lahir ditengah-tengah
masyarakat yang menghubungkan suatu peristiwa sehingga melahirkan asal-usul suatu daerah.
Mitos ialah merupakan cerita rakyat yang berlatar belakang pada zaman dahulu yang
berhubungan dengan makhluk halus. Fabel merupakan cerita yang tokoh utamanya yaitu hewan
tetapi kisah hidupnya seperti layaknya manusia. Hikayat merupakan cerita kehidupan seseorang
dari ia lahir sampai meninggal, biasanya menceritakan kisah kepahlawanan seseorang. Dongeng
merupakan karya sastra yang bersifat fiksi ataupun khayalan masyarakat setempat dan yang
dianggap tidak pernah terjadi, dongeng ini juga berfungsi sebagai alat penyampaian pesan moral
ataupun mendidik dan juga menghibur. Cerita rakyat adalah cerita atau kisah yang berkembang
secara turun temurun baik secara tertulis yang dimasukkan kedalam kisah sejarah kerajaan
suatu daerah maupun secara lisan yang mana cerita tersebut muncul secara turu temurun dari
zaman nenek moyang sampai kepada masyarakat umum di zaman sekarang.
Sangkuriang adalah cerita rakyat yang berasal dari suku Sunda tepatnya di daerah
Bandung. Cerita singkat dari Sangkuriang adalah di zaman dahulu Sangkuriang hidup dengan
ibunya yang bernama Dayang Sumbi dan seekor anjing bernama si Tumang.Sangkuriang tidak
mengetahui bahwa si tumang adalah bapak kandung. Pada suatu ketika Sangkuriang membunuh
si Tumang karena si tumang menghalangi Sangkuriang untuk memburu rusa.Dayang Sumbi
murka dan mengusir sangkuriang ketika mengetahui si Tumang di bunuh Sangkuriang.Setelah
lama tak berjumpa dengan dayang sumbi,sangkuriang tidak sadar jika wanita yang ia cintai
adalah ibunya.Dayang sumbi pun berusaha agar sangkuriang tidak menikahinya. Dayang Sumbi
pun memberi persyaratan untuk membuatkan danau yang besar dalam waktu satu
hari,Sangkuriang pun menyanggupinya dan Dayang Sumbi pun panik sehingga beliau membuat
rencana menggagalkan keberhasilan Sangkuriang dengan membangunkan ayam supaya
berkokok yang menandakan bahwasannya hari itu sudah pagi. Sangkuriang pun marah karena
gagal dan ia menendang perahu tersebut. Jadilah gunung tangkuban parahu yang ada di daerah
Lembang Bandung.
Dalam penulisan ini akan membahas tentang analisis tradisi, kearifan lokal, nilai sosial
dan kebudayaan suku Sunda yang terkandung di dalam cerita rakyat Sangkuriang.Tujuan dari
pembuatan penulisan ini adalah supaya pembaca mengetahui tradisi dan kebudayaan apa saja
yang ada di dalam cerita sangkuriang tersebut.

METODE
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif
dan teori struktural. Metode deskriptif adalah cara pelukisan data dan analisis dalam kritik sastra
sebagaimana adanya (Endraswara, 2013: 176). Teknik pengumpulan data menggunakan studi
pustaka (dokumentasi), yaitu mengumpulkan teks cerita rakyat yang sudah terdokumentasi
sebelumnya. Metode analisis data menggunakan metode struktural, yaitu menganalisis data
yang berupa teks cerita rakyat untuk melihat struktur naratif yang ada di dalam teks tersebut.
Penguraian struktur naratif tersebut dilakukan dengan menggunakan naratologi Propp. Dalam
penulisan penelitian ini digunakan langkah-langkah seperti menentukan fungsi cerita,
menggambarkan skema berdasarkan fungsi-fungsi yang ditemukan dalam cerita, dan

2
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

menentukan lingkaran tindakan yang terdapat dalam cerita.Serta menganalisis pesan moral
yang terkandung di dalam cerita berdasarkan sifat tokoh ceritanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Asal Tempat
Cerita rakyat Sangkuriang berasal dari daerah Jawa Barat tepatnya berada di
Lembang Bandung.Suasana di dalam cerita rakyat Sangkuriang bernuansa pegunungan dan
hutan.Sangkuriang,Dayang Sumbi dan Si Tumang tinggal di dalam rumah gubuk yang sangat
sederhana di tengah hutan.Karena mereka tinggal di tengah hutan,maka dari itu
Sangkuriang mempunyai hobi berburu yang selalu ditemani oleh Si Tumang.

B. Analisis Struktur Sifat dalam Cerita Rakyat Sangkuriang


Dalam analisis ini akan dijelaskan fungsi fungsi tokoh dalam situasi awal sampai
dengan akhir.Analisis ini akan menjelaskan bagaimana tokoh memerankan karakter dalam
cerita rakyat Sangkuriang. Fungsi Karakter Tokoh dalam Tokoh merupakan seseorang yang
terlibat atau yang ditampilkan dalam cerita. Tokoh memegang kendali dalam cerita karena
dapat memperkenalkan peristiwa-peristiwa dan menghubungkan antarperistiwa. (Suyitno ,
2009: 51) menyatakan bahwa tokoh-tokoh melakukan tindakan, peristiwa yang satu dengan
yang peristiwa lain dihubungkan oleh tokoh-tokoh. Tokoh memang sangat memegang
penting dalam cerita, bahkan apabila tidak ada tokoh berarti tidak ada peristiwa. Tokoh-
tokoh dapat memunculkan gambaran sifat-sifatnya.
Karakter setiap tokoh mempengaruhi fungsi atau peran dalam cerita. (Suyitno,
2009: 51) menyatakan bahwa watak-watak atau sifat-sifat tertentu memberikan alasan
mengapa seorang tokoh itu berbuat atau tidak berbuat sesuatu, apa fungsi tokoh itu di
dalam cerita. Hal ini senada dengan Propp (Eriyanto,2013: 65) bahwa di dalam narasi (cerita)
terdapat karakter, yakni orang atau tokoh yang mempunyai 15 sifat atau perilaku tertentu.
Karakter tersebut masing-masing mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi
koheren. Vladimir Propp (Eriyanto, 2013: 66) menyatakan bahwa menyusun karakter-
karakter yang hampir selalu ditemukan dalam narasi. Memotong cerita menjadi beberapa
bagian, kemudian menemukan bahwa setiap cerita mempunyai karakter, dan karakter-
karakter tersebut menempati fungsi tertentu dalam cerita. Fungsi di sini dipahami sebagai
tindakan dari sebuah karakter, didefinisikan dari sudut pandang signifikasinya sebagai
bagian dari tindakannya dalam teks. Menurut Propp (Eriyanto,2013: 66) mengutarakan
bahwa fungsi di sini dikonseptualisasikan lewat dua aspek. Pertama, tindakan dari karakter
tersebut dalam cerita. Kedua, akibat dari tindakan dalam cerita. dari hal tersebut dapat
menemukan peristiwa faktual dan fiksional dari segi tokoh atau karakter dari sebuah cerita.
Setiap tokoh memang memiliki karakter yang berbeda-beda dan karakter tersebut
menjalankan fungsi atau tindakan. Eriyanto (2013: 66) menyatakan bahwa tindakan dari
aktor atau karakter akan mempengaruhi karakter-karakter lain dalam cerita. Hal ini senada
dengan Sumardjo (1986: 145) yang menyatakan bahwa watak para tokoh itu bukan saja
merupakan pendorong untuk kejadian peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang
menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap karakter tokoh dapat
mempengaruhi karakter lain dan mempengaruhi peristiwa dalam cerita.

1. Situasi Awal
Situasi awal dalam cerita rakyat Sangkuriang digambarkan bahwa Sangkuriang,Dayang
Sumbi dan Si Tumang hidup bersama di dalam rumah gubuk sederhana di tengah

3
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

hutan.Sangkuriang dan Si Tumang selalu berburu bersama untuk mendapatkan santapan


makanan.Sangkuriang tidak mengetahui bahwasannya Si Tumang adalah ayah kandungnya.

2. Sifat Sangkuriang
Dalam cerita rakyat Sangkuriang digambarkan seorang Sangkuriang adalah sosok yang
berani,gagah dan tampan.Dari waktu ia kecil sudah terbiasa melakukan kegiatan berburu
untuk mencari makan bersama dengan Si Tumang(anjing yang selalu ikut bersamanya).
Dari adegan ketika Sangkuriang membunuh si tumang saat menghalangi ia memburu
rusa dapat diketahui sifat sangkuriang adalah pemarah dan egois. Sangkuriang selalu
memikirkan diri sendiri tanpa berfikir panjang terlebih dahulu.Tetapi dibalik sifat egoisnya
tersebut ada sisi baik yang dapat diinterpretasikan dalam kehidupan sehari hari yaitu
sangkuriang sangat patuh dengan orang tuanya yaitu Dayang Sumbi.

3. Sifat Dayang Sumbi


Dalam cerita rakyat Sangkuriang digambarkan seorang Dayang Sumbi adalah sosok yang
anggun, cantik dan awet muda.

C. Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Sangkuriang


Berdasarkan latar peristiwa dan tokoh yang ditampilkan, cerita Sangkuriang
termasuk ke dalam cerita rakyat dalam kategori legenda. Cerita Sangkuriang termasuk
legenda karena menceritakan tentang peristiwa terjadinya sebuah tempat atau gunung di
wilayah Jawa Barat tepatnya di daerah Lembang Bandung, yaitu menceritakan terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu. Dalam menganalisis nilai-nilai kebudayaan cerita Sangkuriang
ini, penulisan ini mengacu pada lima nilai budaya yang berlaku secara umum, yaitu :
(1) nilai hedonisme
(2) nilai kultural
(3) nilai artistik
(4) nilai etika, moral, agama
(5) nilai praktis.

1. Nilai Hedonisme
Nilai hedonisme adalah nilai yang berisikan pandangan bahwa seseorang harus
memiliki perasaan senang dan bahagia sebanyak mungkin tanpa harus memiliki perasaan
yang menyakitkan.Di dalam cerita rakyat Sangkuriang terdapat unsur hiburan. Isi kandungan
cerita sangkuriang mengisahkan tentang kegagahan dan kesaktian Sangkuriang serta
kecantikan dan keanggunan Dayang Sumbi. Hal tersebut yang menjadikan pembaca senang
dan terhibur dengan cerita rakyat Sangkuriang.

2. Nilai Kultural
Kultural berasal dari bahasa inggris culture yang berarti budaya. Dengan demikian
nilai kultural adalah nilai-nilai yang terkandung dan melekat di dalam suatu kebudayaan
yang lahir sejak jaman dahulu.Nilai kultural tidak dapat dilepaskan dari keberadaan nenek
moyang.Di dalam cerita rakyat Sangkuriang terdapat nilai kutural yang sangat melekat yaitu
adanya kepercayaan atau keyakinan terhadap benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
atau magis,misalnya benda berupa karembong boeh rarang yang dimiliki oleh Dayang
Sumbi. Di dalam cerita rakyat Sangkuriang juga ada makanan yang dipercaya untuk
membuat awet muda,mempercantik dan menyehatkan kulit dan wajah Dayang Sumbi yaitu
dedaunan (lalapan). Hal tersebut yang membuat kulit Dayang Sumbi selalu segar dan awet
muda

4
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

Kebudayaan suku Sunda juga mempunyai kebudayaan tidak diperbolehkannya


menikah dengan saudara kandung apalagi dengan orang tua kandung.Hal ini terlihat dalam
cerita rakyat Sangkuriang yang mengisahkan seorang anak laki-laki, yaitu Sangkuriang yang
ingin menikahi ibu kandungnya sendiri, Dayang Sumbi. Dalam cerita rakyat tersebut
digambarkan bahwa percintaan mereka tidak sampai ke pelaminan karena Dayang Sumbi
berusaha sekuat tenaga agar pernikahannya itu gagal. Sangkuriang bersikeras tetap ingin
menikahi ibunya. Untuk menggagalkan keinginan anaknya itu, akhirnya Dayang Sumbi
meminta persyaratan kepada Sangkuriang agar dibuatkan perahu dan bendungan Sungai
Citarum dalam waktu satu malam. Sangkuriang tidak bisa menyelesaikan persyaratan
tersebut dan menyebabkan pernikahan itu tidak terjadi.
Hal tersebut menggambarkan kebudayaan di suku Sunda yang sampai sekarang
masih berlaku. Tradisi tersebut bagi masyarakat Sunda masih dipegang teguh, seperti halnya
kepercayaan terhadap benda benda yang dianggap keramat, memakan dedaunan (lalapan),
dan larangan perkawinan antara orang tua kandung dengan anak.

3. Nilai Artistik
Nilai artistik berasal dari kata art dalam bahasa Inggris yang berarti seni. Maka dari
itu nilai artistik adalah nilai yang mengandung unsur kesenian dalam melakukan suatu
kegiatan sehari-hari. Dalam cerita rakyat Sangkuriang terdapat nilai artistik yang
digambarkan dengan keahlian dan keterampilan Sangkuriang dan Dayang Sumbi.
Sangkuriang mempunyai hobi berburu yang selalu ia lakukan bersama si Tumang. Hal
tersebut merupakan salah satu keterampilan Sangkuriang yang ditonjolkan di dalam cerita
rakyat Sangkuriang. Dayang sumbipun mempunyai keterampilan menenun kain di depan
rumahnya untuk mengisi kekosongan waktunya. Keterampilan yang dilakukan Sangkuriang
dan Dayang Sumbi merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang masih dilakukan
sampai saat ini yang tinggal di daerah pedesaan.

4. Nilai Etika, Moral, dan Agama


Nilai etika adalah nilai kesopanan dalam tingkah laku manusia.Nilai etika biasanya
selalu dikaitkan dengan nilai moral dan agama.Dalam ajaran semua agama pastinya selalu
mengajarkan nilai etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
a. Mengendalikan Nafsu
Nafsu amarah adalah gejolak dorongan jiwa yang dapat menimbulkan
malapetaka, baik bagi dirinya, maupun bagi orang lain. Dalam cerita rakyat Sangkuriang
terlihat pada tokoh Sangkuriang yang sanagt kukuh untuk menikahi Dayang Sumbi yang
ternyata beliau adalah ibu kandungnya. Sangkuriang tetap kukuh dengan keputusannya
walaupun ia telah mengetahui bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya. Untuk
menggagalkan rencana Sangkuriang, Dayang Sumbi pun memberi persyaratan agar
sangkuriang membuat perahu dan membendung Sungai Citarum dalam waktu satu
malam sebelum fajar tiba. Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut. Kemudian
Sangkuriang meminta bantuan bangsa jin untuk membendung Sungai Citarum dan
membuat perahu. Melihat pekerjaan Sangkuriang yang hampir selesai, Dayang Sumbi
menggelar karembong boeh rarang. Tiba-tiba fajar di ufuk timur muncul. Hal itu
membuat Sangkuriang marah dan kecewa. Sangkuriang pun menendang perahu
tersebut sampai telengkup.Sampai sekarang perahu tersebut berubah menajdi gunung
Tangkuban Parahu.Pesan dari cerita rakyat Sangkuriang ini adalah kita sebagai manusia
harus bisa mengendalikan hawa nafsu amarah dan janganlah kita terlalu mementingkan
diri sendiri dan lupa untuk mendengarkan penjelasan orang lain.

5
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

b. Percaya terhadap Adanya Kekuatan Gaib


Dalam cerita rakyat Sangkuriang digambarkan tentang adanya kepercayaan
terhadap adanya kekuatan gaib. Hal ini bisa dilihat ketika Dayang Sumbi berdoa kepada
dewa. Percaya terhadap adanya kekuatan gaib merupakan pengakuan dan keyakinan
diri terhadap adanya kekuatan lain. Hal ini digambarkan oleh Dayang Sumbi yang
meyakini adanya kekuatan Yang Maha Gaib. Percaya terhadap roh dan benda-benda
keramat di masyarakat Sunda masih berlaku sampai sekarang. Hingga kini tidak jarang
sebagian orang Sunda datang ke kuburan untuk meminta pertolongan. Selain itu, ada
juga orang Sunda yang memercayai adanya benda-benda keramat, seperti pada keris
dan batu akik.Pesan moral yang dapat diambil dari cerita rakyat Sangkuriang adalah
peringatan agar semua orang menghindari hal-hal yang berbau kemusyrikan.

5. Nilai Praktis
a. Sikap Jujur
Sikap jujur yang terdapat dalam cerita Sangkuriang bisa dilihat ketika
Sangkuriang berbicara jujur kepada ibunya, Dayang Sumbi. Sangkuriang mengakui terus
terang bahwa yang membunuh si Tumang itu adalah dirinya. Begitu juga dengan Dayang
Sumbi ketika mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anaknya, ia dengan jujur
menjelaskan kepada Sangkuriang bahwa dirinya adalah ibu kandungnya.

b. Sikap Tidak Sombong


Sikap tidak sombong dalam cerita Sangkuriang ini digambarkan oleh Dayang
Sumbi. Dayang Sumbi dilukiskan sebagai seorang wanita cantik dan awet muda.
Dengan kecantikannya itu tidak membuat Dayang Sumbi sombong. Ia tetap ramah
kepada setiap orang. Ia tidak memandang orang dari pangkat dan kedudukannya.
Dengan demikian, cerita Sangkuriang menyampaikan nilai-nilai agar manusia tidak
boleh sombong.

SIMPULAN

Tradisi adalah sesuatu yang biasa dilakukan berulang ulang dan dalm jangka waktu yang
panjang.Pengertian tradisi sama dengan pengertian kebudayaan. Tradisi biasanya dilakukan
oleh suatu kelompok atau lebih dalam satu wilayah yang secara turun temurun di wariskan dari
nenek moyang sampai saat ini.tradisi bisa berbentuk tertulis dan tidak tertulis.Bentuk tradisi
yang tertulis salah satunya adalah peraturan hukum adat yang ditulis didalam buku buku adat
kebudayaan di masing masing daerah yang biasanya dibuat oleh kepala adat atau seorang
raja.Tradisi yang tidak tertulis (lisan) salah satu contohnya adalah cerita rakyat. Tetapi tradisi
pada zaman sekarang ini sudah jarang sekali digunakan, mungkin karna sekarang sudah zaman
yang kekinian, seharusnya pemuda ataupun pemerintahan harus mempertahankan tradisi yang
sudah ada di Sunda. Jangan sampai tradisi yang sudah ada punah dan sangat disayangkan kalau
tradisi ini punah.
Cerita Sangkuriang merupakan cerita rakyat dari masyarakat Sunda. Cerita Sangkuriang
termasuk cerita rakyat berjenis legenda karena menceritakan peristiwa tentang terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu di wilayah Jawa Barat. Cerita Sangkuriang mengandung nilai nilai
kebudayaan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan hiburan.
2. Dapat menghindari perkawinan yang dilarang, yaitu perkawinan antara anak dengan orang
tua kandung.

6
Analisis Budaya dari Cerita Rakyat Sangkuriang
Salma Husna Maulida, Oktavianty Dwi Rizky Putri, Herliyana Rosalinda(© 2019)

3. Dapat mengenali keterampilan berburu dan menenun.


4. Dapat mengendalikan hawa nafsu amarah.
5. Dapat memiliki sifat sabar dan penyayang.
6. Dapat memercayai adanya kekuatan gaib.
7. Dapat bersikap jujur.
8. Dapat bersikap tidak sombong.

DAFTAR PUSTAKA

Nina H. Lubis. 2000. “Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda”. Bandung: Humaniora Utama
Press.

Adimihardja, Kusnaka. 1984. “Pertanian: Mata Pencaharian Hidup Masyarakat Sunda”, dalam
Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka.

Suryani, Elis. 2011. Calakan Aksara, Basa, Sastra, katut Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suryani, Elis. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia.

Endraswara dalam Yukiarti. 2014. “Kajian Semiotik Dan Nilai-Nilai Religius Islami Puisi Sapardi
Djoko Damono Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di MTs.
Cikajang Garut”. Garut: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyitno dalam Al Gadri. 2017. ”Analisis Fungsi Karakter Tokoh dan Nilai Pendidikan Karakter
dalam Foklor Mbah Sodong di Kecamatan Karangtengah,Kabupaten Cianjur”. Cianjur:
Universitas Mathla ul Anwar Banten.

Eriyanto dalam Al Gadri. 2017. ” Analisis Fungsi Karakter Tokoh dan Nilai Pendidikan Karakter
dalam Foklor Mbah Sodong di Kecamatan Karangtengah,Kabupaten Cianjur”. Cianjur:
Universitas Mathla ul Anwar Banten.

Sumardjo dalam Al Gadri. 2017. ” Analisis Fungsi Karakter Tokoh dan Nilai Pendidikan Karakter
dalam Foklor Mbah Sodong di Kecamatan Karangtengah,Kabupaten Cianjur”. Cianjur:
Universitas Mathla ul Anwar Banten.

Anda mungkin juga menyukai