Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Universitas Esa Unggul merupakan universitas yang memilik program pasca
sarjana Magister Manajemen Administrasi Rumah Sakit (MARS). Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan, program Magister Administrasi Rumah Sakit
mewajibkan bagi mahasiswa untuk mengikuti program residensi yang akan
dilaksanakan di Rumah Sakit selama waktu tertentu dengan bimbingan dari
pembimbing Rumah Sakit serta pembimbing Akademik. Residensi ditujukan agar
mahasiswa memahami masalah manajemen Rumah Sakit dalam keadaan nyata,
terlibat langsung dalam masalah manajemen sehari-hari, mencari hubungan
antara teori yang diperoleh di fakultas dengan kenyataan (implementasi) di
lapangan, sekaligus terlibat dalam pemecahan masalah, sehingga setelah
menyelesaikan pendidikan akan lebih siap menghadapi tugas pekerjaan.
Pemilihan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo sebagai salah satu
tempat residensi dengan pertimbangan yang sangat tepat, dimana Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo telah mendapatkan sertifikasi Akreditasi
Paripurna, klasifikasi Rumah Sakit adalah Kelas B dan memiliki Sarana dan
Prasarana yang lengkap.
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
diharapakan mampu menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit diwajibkan memberi
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan
standar pelayanan di Rumah Sakit.
Rumah Sakit merupakan suatu organisasi pelayanan jasa yang
mempunyai keunikan dalam hal sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
Rumah Sakit merupakan organisasi yang padat modal, padat sumber daya

1
manusia, padat teknologi dan ilmu pengetahuan serta padat regulasi. Padat
modal karena Rumah Sakit memerlukan investasi yang tinggi untuk
memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumber daya manusia karena didalam
rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang
banyak. Padat teknologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit
terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai
disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak
regulasi atau peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat -
syarat pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit.
Pengelolaan Rumah Sakit yang khas menjadikan studi pengelolaan unit
Radiologi Rumah Sakit merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Pelayanan
Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing terintegrasi merupakan bagian
integral dari pelayanan penunjang medik bersama dengan sarana penunjang
medik lainnya, dimana memerlukan perhatian khusus. Instalasi radiologi
sebagai salah satu penunjang diagnostik memiliki peranan yang besar dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit, disamping adanya resiko bahaya karena
penggunaan sumber radiasi pengion dan atau sumber radiasi aktif lainnya,
baik terhadap pekerja pasien maupun lingkungan.
Oleh karena itu pelayanan Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing
terintegrasi harus dikelola secara professional oleh mereka yang benar-benar
professional di bidangnya demi keselamatan kerja.

Melihat gejala yang terjadi maka penulis merumuskan masalah pokok


yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Gambaran Pengelolaan Unit
Kerja Radiologi Di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo”.

1.2 Tujuan Residensi


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk lebih memahami pengelolaan unit radiologi di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo yang didasarkan pada teori yang diperoleh saat kuliah dan
menerapkannya di lapangan.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus residensi pada Unit Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo :
1. Memahami bagaimana pengelolaan unit radiologi di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo.
2. Memahami bagaimana proses pelayanan radiologi di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo.

1.3 Manfaat Residensi


1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapat pengalaman nyata dan terpapar dengan pelaksanaan
manajemen baik di unit kerja maupun ditingkat Rumah Sakit
2. Mendapat pengalaman mengenai penerapan teori yang didapat selama
kuliah di Rumah Sakit
3. Mampu mengidentifikasi masalah masalah manajemen secara lebih
komperhensif berdasarkan kajian dengan metoda yang telah
dipelajari,sekaligus mempunyai kesempatan ikut serta dalam proses
pemecahan masalah manajemen Rumah Sakit
4. Mempunyai kesempatan menggali isu isu yang dapat dijadikan topik
penulisan thesis
5. Merupakan kesempatan untuk menunjukan kemampuan pribadi sebagai
calon manajaer yang handal

1.3.2 Bagi Pihak Rumah Sakit


1. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan manajemen
Rumah Sakit
2. Mempuyai kesempatan untuk merekrut tenaga manajerial yang memadai
3. Mempunyai sumber informasi tentang pendidikan di MARS
UEU,sehingga terbuka kemungkinan untuk meakukan kerjasama lebih
lanjut dalam bidng manajerial maupun teknis perumah sakitan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Rumah Sakit


Menurut Iskandar (2008), WHO mendeskripsikan rumah sakit sebagai
sebuah usaha yang memberikan layanan penginapan dan medis dalam jangka
pendek dan panjang, terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik
dan rehabilitative untuk orang yang menderita sakit, terluka atau melahirkan.
Dalam pelaksanaannya, rumah sakit juga memberikan pelayanan dasar
berobat jalan untuk pasien yang tidak membutuhkan pelayanan rawat inap.
Adapun fungsi rumah sakit adalah sebagai penyedia pelayanan kesehatan
yang holistik kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitative dengan
menjangkau keluarga dan lingkungan, sekaligus sebagai pusat untuk
mengadakan latihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian (Ilyas,
2011).
Berdasarkan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dengan menyedikan pelayanan rawat inap. Rawat jalan dan
gawat darurat. Rumah sakit umum, dalam UU tersebut di definisikan sebagai
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk semua bidang dan
semua jenis penyakit. Sementara itu Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.

2.2 Manajemen Pelayanan Unit Radiologi


2.2.1 Pengertian pelayanan radiologi

Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan


sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut

4
mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi
penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat
berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.

Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan


gambar bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan
pencitraan diagnostik. Menurut Patel , radiologi merupakan ilmu kedokteran yang
digunakan untuk melihat bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau
radiasi gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Modalitas
pencitraan (modality) merupakan istilah dari alat-alat yang digunakan dalam bidang
radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit. Pemeriksaan radiologi
memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal sehingga akan
meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Jenis pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi
serta teknologi elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas
kesehatan, peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar dari seluruh
anggaran yang diperlukan.

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan
temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun
radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas
hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi
intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah
termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan
simptom suatu penyakit akut secara bertahap (gradually).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi sebagai bagian
yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian
dari amanat Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

5
Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah
selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan
pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah
dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana
pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–klinik swasta,
maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit
kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi
dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion (gelombang mekanik).
Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami
kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

2.2.2 Tugas Radiologi

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan
temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien.
Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi
tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga
berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti
aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan)
atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut secara bertahap (gradually).

1.2.3 Jenis Pemeriksaan Rradiologi


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan menyatakan, dalam pelayanan
radiologi diagnostik memiliki tiga jenis. Tiga pelayanan radiologi diagnostik
meliputi:
1. Pelayanan Radiodiagnostik.

6
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain
pelayanan sinar- X konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan)
dan mammografi.
Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain
pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan
ultrasonografi (USG).
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi
sinar-X (angiografi, CT Scan). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan
radiasi non pengion. Ilmu Radiologi intervensi adalah area spesialisasi
dalam bidang radiologi yang menggunakan teknik radiologi seperti
radiografi sinar-X, pemindai CT, pemindai MRI, dan ultrasonografi untuk
menempatkan kabel, tabung, atau instrumen lain di dalam pasien untuk
mendiagnosa atau mengobati berbagai kondisi.
Berikut ini dijelaskan macam-macam pemeriksaan radiologi yang umum
dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaan ini dijelaskan secara garis besar
berdasarkan modalitas radiodiagnostik maupuan pencitraan diagnostik
lainnya yang digunakan.
1. Radiografi dan Fluoroskopi
Pemeriksaan sinar-X klasik adalah metode radiologi tertua. Secara
umum, radiogram dapat membedakan antara tulang, udara, dan jaringan,
tetapi sulit membuat penggambaran yang tepat dari struktur oleh karena
tumpang tindih. Saat ini, pemeriksaan sinar-X klasik terutama digunakan
untuk memeriksa paru-paru dan tulang.
Selama pemeriksaan sinar-X dilakukan, sinar-X akan menembus tubuh.
Jaringan tubuh, seperti tulang dan organ-organ tubuh akan melemahkan
sinar - X dengan berbagai tingkat perlemahan yang berbeda, sinar yang

7
mampu melewati tubuh sepenuhnya akan mengenai sebuah film yang
sensitif terhadap cahaya, membentuk pola paparan. Ini adalah radiogram
klasik. Sedangkan pada sebuah radiogram digital, film sinar-X digantikan
dengan detektor datar yang bekerja berdasarkan teknik semikonduktor.
2. Computed Tomography
Sama seperti sinar-X konvensional, tomografi komputer (computed
tomography atau CT) bekerja dengan sinar-X, tetapi memberikan gambar
yang tidak tumpang tindih yang disebut tomografi. Ini berarti bahwa daerah
yang akan diperiksa adalah disinari dengan sinar-X pada banyak irisan tipis
yang terpisah, yang dapat dilihat secara individual atau dapat
dikombinasikan untuk membentuk tampilan tiga dimensi, sehingga
memudahkan diagnosis yang lebih baik.
Selama pemeriksaan CT, tubuh dipindai dalam bagian-bagian individu
sementara pasien bergerak di atas meja melalui gantry. Sebuah tabung sinar-
X, yang terletak di dalam cincin berbentuk donat, diarahkan menuju pusat
cincin, di mana pasien berbaring. Seberkas sinar-X berbentuk kipas dengan
ketebalan 1 – 10 mm melewati pasien menuju detektor irisan berganda pada
sisi yang berlawanan, memungkinkan gambar dalam bentuk volume dibuat.
3. Ultrasound atau Sonography
Sonografi paling cocok untuk pencitraan terus menerus atau pemantauan,
karena ini adalah teknik yang sama sekali bebas risiko diagnostik
dibandingkan dengan radiografi, yang menggunakan radiasi berbahaya.
Bahkan pemeriksaan gema berganda (multiple echo) benar-benar aman bagi
pasien. Untuk alasan ini, sonografi, sebagai contoh, telah menjadi prosedur
standar untuk pemantauan kehamilan. USG mengkonversi pulsa elektrik ke
gelombang suara, yang ditransmisikan dari transduser atau probe ke tubuh.
Tergantung pada berbagai jenis jaringan tubuh, gelombang suara diserap
dan dipantulkan secara berbeda. Mereka dideteksi oleh probe dan komputer
kemudian dihitung waktu kembalinya gema dan intensitas gema,
mengkonversi gelombang suara yang dipantulkan ke dalam gambar.

8
4. Magnetic Resonance Imaging
MRI adalah pilihan metode pencitraan saat diperlukan diferensiasi
jaringan lunak ditambah dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan
pencitraan fungsional. Seperti CT, MRI juga merupakan metode tomografi,
tapi tidak seperti CT, tidak menggunakan sinar-X. Sebaliknya, MRI
menggunakan medan magnet yang kuat yang terbentuk dalam cincin
menyebabkan perubahan orientasi proton hidrogen dalam tubuh. Jaringan
yang berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda, yang direkam oleh
peralatan dan diubah menjadi gambar dengan computer..
5. Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan sinar-X khusus yang memungkinkan
untuk memvisualisasikan pembuluh darah. Aplikasi klinis khas berkisar dari
visualisasi pembuluh darah koroner, kepala, dan pembuluh arteri serviks dan
vena, ke pembuluh perifer di panggul dan ekstremitas. Metode ini
memudahkan diagnosis stenosis (penyempitan) dan trombosis
(penyumbatan) dan bahkan penyembuhan kondisi ini menggunakan teknik
invasif khusus.
Angiografi menggunakan media kontras untuk memvisualisasikan
pembuluh darah. Media kontras diberikan melalui kateter yang ditempatkan
sedekat mungkin dengan pembuluh darah yang akan divisualisasikan.
Sebuah sistem sinar-X berbentuk lengan C (C-arm) yang dibutuhkan untuk
melakukan radiografi pembuluh darah. Alat ini dilengkapi dengan lengan
berbentuk C yang dapat bergerak dengan tabung sinar- X di satu ujung dan
detektor panel datar pada sisi yang lain.

1.2.4 Struktur Organisasi


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan. Setiap unit pelayanan radiologi

9
diagnostik memilki visi dan misi. Visi merupakan suatu gambaran tentang
keadaan ideal yang diharapkan ingin dicapai. Dalam penetapan visi, unit
pelayanan radiologi diagnostik memperhatikan hal-hal antara lain :
1. Mengacu pada visi Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat yang
Mandiri untuk Hidup Sehat.
2. Menjadi acuan dari setiap kegiatan pelayanan radiologi diagnostik.
Secara umum visi yang ditetapkan mencapai pelayanan radiologi diagnostic
prima.
Sedangkan misi merupakan pernyataan atau rumusan tentang apa yang
diwujudkan oleh organisasi dalam rangka mencapai visi yang telah
ditetapkan.
Penetapan misi mempertimbangkan:
1. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang dimiliki masa kini dan akan
datang.
2. Kemampuan atau potensial yang dimiliki saat ini.
3. Ruang lingkup dari peran dan fungsi pelayanan radiologi diagnostik.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, dalam setiap instalasi atau unit
pelayanan diagnostik ada struktur organisasi yang mengatur jalur komando
dan jalur koordinasi dalam penyelenggaraan dan pelaksanaa pelayanan
radiologi diagnostik. Struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam upaya manajemen pelayanan radiologi
diagnostik.
Bagan dan komponen dalam struktur organisasi disesuaikan dengan jenis
kegiatan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi serta struktur
organisasi induk sarana pelayanan kesehatan tersebut. Komponen yang ada
dalam struktur organisasi adalah :
1. Kepala instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik.
2. Kepala Pelayanan Radiologi diagnostik.
3. Staf fungsional.

10
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi/Unit dapat dibantu oleh
Koordinator yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan efektivitas.
Bagan struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing tenaga ditetapkan
atau disahkan oleh Pimpinan atau Direktur sarana pelayanan kesehatan
tersebut.
1.3 Analisis Kebutuhan Tenaga
1.3.1 Metode Analisis Kebutuhan Tenaga
Terdapat beberapa metode untuk menghitung kebutuhan personel di
rumah sakit secara garis besar, yaitu berdasarkan target pelayanan
kesehatan, berdasarkan permintaan (demand) pelayanan kesehatan,
berdasarkan rasio tenaga dan tempat tidur (Ilyas, 2011). Kali ini hanya akan
dibahas beberapa dari metode diatas, yaitu Metode Work Indikator of
Staffing Need (WISN) yang berdasarkan kepada indikator beban kerja riil
dan rasio kapasitas seseorang dalam melakukan tugasnya pada suatu sarana
kesehatan dan Metode Ilyas yang berdasarkan kepada prinsip demand.
A. Metode WISN
Metode ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan
tenaga dalam skala yang besar, misalnya di kantor dinas kesehatan dan
rumah sakit tingkat propinsi, kabupaten/kota dan telah disahkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.81/Menkes/Sk/2004 (Kementerian
Kesehatan, 2004). Metode ini mengandalkan beban kerja sebagai
indikator kebutuhan tenaga, sehingga alokasi/realokasi tenaga akan lebih
mudah dilakukan. Metode ini mudah diterapkan secara teknis dan
sifatnya holistik. Adapun kelemahan metode WISN menurut Departemen
Kesehatan adalah sangat mengandalkan kelengkapan pencatatan data
karena akan digunakan sebagai dasar untuk input data yang selanjutnya
akan menentukan besaran jumlah hasil penghitungan kebutuhan
ketenagaan.
B. Formula Hasil Lokakarya Keperawatan Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI)

11
Sebenarnya formula ini tidak berbeda dengan yang dikembangkang oleh
Gillies, hanya saja satuan hari diubah menjadi minggu. Selanjutnya
jumlah hari kerja efektif juga dihitung dalam minggu sebanyak 41
minggu dan jumlah jam kerja perhari selama 40 jam per minggu. Tampak
pada formula PPNI tidak ada sesuatu yang baru dengan konsep dengan
formula Gillies. PPNI berusaha menyesuaikan lama hari kerja dan libur
yang berlaku di Indonesia.
Pada formula ini, komponen A adalah jumlah waktu perawatan yang
dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam. Jam waktu perawatan berkisar
antara 3 sampai dengan 4 jam tergantung jenis penyakit, tindkan dan
aplikasi keperawatan di rumah sakit. BOR rumah sakit adalah prosentase
rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu
misalnya selama satu semester, atau setahun. Hari kerja efektif selama 41
minggu yang dihitung sebagai berikut : 365 – 52 (hari minggu) - 12 (hari
libur nasional) – 12 (hari libur cuti tahunan) = 289 hari : 7 hari/minggu =
41 minggu.
Hasil penghitungan tenaga perawat dikali 125%, karena tingkat
produktivitas diasumsikan perawat oleh PPNI dihitung hanya sebesar
75% sehingga jumlah tenaga perawat dengan formula ini lebih besar.
C. Depkes
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Depkes, (2002)
dihitung berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit, yaitu unit
rawat inap dewasa, rawat inap anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat
darurat, kamar bersalin, kamar operasi dan rawat jalan dengan
menggunakan rumus kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan.
Untuk penghitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan
diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan.
D. Metode Ilyas

12
Dalam perkembangannya, metode Ilyas dikenal sebagai metode
penghitungan beban kerja yang relatife cepat dengan keakuratan yang
tinggi sehingga mampu menghasilkan informasi yang akurat untuk
dijadikan dasar dari pengambilan keputusan manajemen (Ilyas, 2011).
Dasar dari metode ini adalah melalui pendekatan demand, yang
maksudnya adalah metode ini digunakan untuk menghitung beban kerja
berdasarkan kepada permintan atas dihasilkannya suatu produk/unit yang
dibutuhkan. Dengan kata lain, beban kerja secara spesifik tergantung
kepada transaksi bisnis yang dilakukan setiap unit kerja. Untuk
melakukan perhitungan yang baik, diperlukan informasi yang akurat
terkait : (Ilyas, 2001)
a. Transaksi bisnis utama atau penunjang setiap personel dalam unit
organisasi sejelas – jelasnya
b. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis utama atau
penunjang sejelas-jelasnya
c. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan atau
per tahun yang berhasil dilakukan setiap personel
d. Jumlah jam kerja efektif (produktif) per hari
e. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi
Formula ilyas dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang
dilakukan, jumlah kegiatan yang dilakukan dan waktu transaksi bisnis.
Beban kerja setiap unit per hari dapat disajikan dalam satuan menit atau
jam perhari kerja.

1.4 Sumber Daya Manusia


Menurut Mardianto (2014:8) diartikan sebagai suatu proses untuk
mendapatkan calon karyawan yang memiliki kemampuan yang sesuai
dengan kualifikasi dan kebutuhan suatu organisasi/perusahaan.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, setiap tenaga yang ada dalam

13
instalasi atau unit pelayanan radiologi diagnostik mempunyai tugas dan
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan
mutu teknis dan proteksi atau keamanan pelayanan pencitraan
radiodiagnostik atau intervensional.
Tenaga yang melakukan pemeriksaan radiologi diagnostik khusus untuk
kesehatan gigi dan jantung perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk
bidang tersebut. Tugas pokok masing – masing sumber daya manusia yang
bertugas pada departemen radiologi adalah:
1. Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Radiologi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP (Standar
Operasional Prosedur) tindak medik radiodiagnostik, pencitraan
diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi
bila perlu.
2. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang
telah ditetapkan dalam SOP . Melaksanakan pemeriksaan dengan
kontras dan fluroskopi bersama dengan radiografer. Khusus
pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan
oleh dokter spesialis radiologi atau dokter lain atau tenaga
kesehatan (perawat) yang mendapat pendelegasian.
3. Menjelaskan dan menandatangani informed consent atau izin
tindakan medik kepada pasien atau keluarga pasien.
4. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radio
diagnostik, pencitraan diagnostik dan tindakan radiologi
intervensional.
5. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional sesuai
kebutuhan.

14
6. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
7. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap
pasien.
8. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk
mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan
mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.
9. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya.
10. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
11. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
radiologi.
2. Radiografer
Radiografer atau Penata Rontgen memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pasien, obat – obatan dan peralatan untuk
pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi.
2. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus
untuk pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan
dikerjakan bersama dengan dokter spesialis radiologi.
4. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work
station) atau pencetakan hasil pemeriksaan secara digital.
Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
5. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan
masyarakat di
6. sekitar ruang pesawat sinar-X.
7. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan
8. yang diterima pasien sesuai kebutuhan.

15
9. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

3. Fisikawan Medik
Fisikawan Medik memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data
radiasi untuk penggunaan klinik.
2. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
3. Pengadaan prosedur jaminan kualitas atau Quality Assurance
(QA) dalam radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa
terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu.
4. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis
janin pada wanita hamil.
5. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai
dengan keselamatan radiasi.
6. "Acceptance test" atau uji kesesuaian dari unit yang baru.
7. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
8. Berpatisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus
keberadaan sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan
perlengkapa proteksi radiasi.
9. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
10. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.
4.Tenaga Teknik Elektromedis
Tenaga Teknik Elektromedis memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja
sama dengan Fisikawan Medis secara rutin.
2. Melakukan perbaikan ringan.
5. Tenaga Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi.

16
2. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan
radiasi.
3. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi
radiasi, dan
memantau pemakaiannya.
4. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di
semua
tempat di mana pesawat sinar-x digunakan.
5. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan
keselamatan radiasi.
6. Berpartisipasidalammendesainfasilitasradiologi.
7. Memelihara rekaman.
8. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan
pelatihan.
9. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan
dalam hal
kedaruratan.
10. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan
operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi.
11. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program
proteksi dan
keselamatan radiasi, dan verfikasi keselamatan yang diketahui
oleh pemegang izin untuk dilaporkan kepada Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
12. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.
6. Tenaga Perawat
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan radiologi.

17
2. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan
dengan bahan kontras.
3. c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.
d. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.
7. Tenaga TI (Teknologi Informasi)
Tenaga Teknologi Informasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dengan
rutin.
2. Memelihara dan memperbaiki alat-alat TI.
8. Tenaga Kamar Gelap
Tenaga Kamar Gelap diperlukan bila departemen radiologi
masih menggunakan cara pemrosesan film manual. Posisi
Tenaga Kamar Gelap memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Menyiapkan kaset dan film.
2. Melakukan pemrosesan film.
3. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).
4. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.
9.Tenaga administrasi
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan
yang dilakukan di institusi pelayanan.

1.4.1 Alur Kerja dan Pelayanan Unit Radiologi


Pada bagian ini akan dijelaskan alur kerja radiologi yang umum
dilaksanakan dalam dunia diagnostik radiologi di departemen atau unit
radiologi sebuah rumah sakit (McEnery, 2013:2).
1. Pendaftaran dan Persetujuan Pemeriksaan (informed consent)
Pendaftaran adalah proses dimana dokter ahli radiologi menerima
permintaan untuk melakukan prosedur pemeriksaan radiologi. Pencatatan
pendaftaran ini termasuk riwayat pemeriksaan pasien dan indikasi

18
pemeriksaan untuk pemeriksaan selanjutnya. Persetujuan pemeriksaan
merupakan proses dimana pasien menyetujui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mendukung kelancaran
pemeriksaan. Proses ini merupakan proses migrasi ke sistem berbasis
komputer secara langsung dari instruksi dokter yang telah dicatat. Proses
juga mendukung keputusan secara komputerisasi dan diintegrasikan ke
dalam penyeleksian persetujuan prosedur yang tepat sesuai dengan ilmu
kedokteran.
2. Otorisasi
Dalam proses ini memastikan otorisasi pembayaran, untuk mengetahui
apakah pasien tersebut sudah mendapatkan jaminan pembayaran
pemeriksaan oleh asuransi yang terdaftar. Selain itu, dalam kasus ini juga
perlu diperoleh otorisasi dari dokter dan pasien. Bahkan, dalam kasus
tertentu, pihak ketiga sebagai pihak yang memberikan otoritas untuk
mendapatkan otorisasi yang dibutuhkan. Persyaratan khusus untuk
persetujuan sangat bervariasi sesuai dengan negara, perusahaan asuransi,
pemeriksaan yang diusulkan, dan tingkat informasi klinis pasien.
3. Mengelola Penjadwalan dan Data Pasien ke dalam Modalitas
Proses secara otomatias mengirim informasi prosedur pemeriksaan
pasien secara langsung kedalam modalitas sesuai dengan pemeriksaan
pasien. Pemanfaatan dan keunggulan dari data pasien yang saat pendaftaran
yang mencakup daftar pemeriksaan dimasukkan ke dalam modalitas agar
menghilangkan proses pencatatan informasi pasien secara manual ke dalam
mesin pencitraan. Hal ini akan mengurangi kesalahan dalam memasukkan
data secara manual dan memfasilitasi ketepatan penyimpanan dari aliran
data RIS/PACS .
4. Mengakses Informasi Pasien
Mengumpulkan informasi demografi pasien dan informasi penanggungan
biaya oleh pihak asuransi maupun pihak ketiga dari pasien. Informasi ini
diperlukan untuk pemeriksaan yang selanjutnya, untuk mengakses

19
pemeriksaan pencitraan pasien dan memungkinkan penagihan pembayaran
yang tepat pada akhir prosedur pemeriksaan pasien.

5. Mobilisasi Pasien
Proses transportasi pasien atau mobilisasi pasien. Asisten radiologi akan
memanggil perawat bangsal sebelum melakukan pemeriksaan yang
dijadwalkan untuk mengkoordinasikan transportasi pasien ke departemen
radiologi. Dalam keadaan darurat, asisten radiologi mengkoordinasikan
transportasi pasien dengan perawat unit gawat darurat (Emergency
Department atau ED).
6. Persiapan Pemeriksaaan Pasien
Dalam tahap ini proses untuk mengelola kinerja pemeriksaan. Nomor
aksesi atau nomor pengujian pemeriksaan biasanya dikeluarkan pada saat
pasien datang ke departemen radiologi, tetapi nomor aksesi akan keluar
setelah nomor urut pengambilan pencitraan telah diterima. Jumlah nomor
aksesi akan berkoordinasi dengan PACS/RIS untuk memastikan laporan
terkait dengan pemeriksaan yang tepat. Proses ini melibatkan prosedur
permintaan jadwal serta menjaga daftar pemeriksaan yang terjadwal harus
sesuai dengan yang sudah dijadwalkan dan ketersediaan pada saat
perjanjian telah tiba.
7. Pelaksanaan Pemeriksaan
Radiografer akan melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang sudah ada
di prosedur dan melakukan proses pemeriksaan sesuai dengan prosedur
pengambilan foto radiologi pasien.
8. Tindak Lanjut Pemeriksaan
Tahap menentukan kode proses alur kerja pemeriksaan. Proses ini
termasuk membuat kode prosedur tindakan medis atau Current
Procedural Terminology (CPT), kode penyakit pasien dan informasi
mengenai pemeriksaan yang dilakukan yang dikodekan dengan kode
International Classification of Diseases, Ninth Revision, Clinical

20
Modification (ICD-9-CM), riwayat pasien, dan informasi yang dibutuhkan
asuransi dalam menanggung biaya pemeriksaan pasien

9. Laporan Pembacaan Hasil


Proses dimana penyelesaian pemeriksaan yang diberikan kepada ahli
radiologi untuk membaca hasil radiologi pemeriksaan pasien. Sistem
manajemen menciptakan dan menjaga daftar tugas atau daftar kerja ahli
radiologi yang belum membaca prosedur yang tersedia untuk pembacaan
hasil radiologi.
10. Pengarsipan
Langkah terakhir dalam pemeriksaan radiologi adalah pengarsipan.
Semua laporan dan film dimasukan ke dalam amplop film sinar-X dan
diarsipkan di mana dokumen tersebut dapat diambil secara bersamaan.
Persyaratan untuk pengarsipan gambar medis dan laporan dapat bervariasi
antara negara-negara yang berbeda. Biasanya, gambar radiologi harus
diarsipkan selama minimal 10 tahun setelah pemeriksaan terakhir. Untuk
pasien dibawah usia 18 tahun, persyaratan ini diperpanjang sampai pasien
berumur 29 tahun.
11. Pendistribusian Hasil Pemeriksaan (Gambar dan Laporan)
Proses dimana menginformasikan urutan ketersediaan dokter dan
pembacaan hasil pemeriksaan pasien. Hal ini juga mencakup proses untuk
membuat hasil pemeriksaan tersedia dan memberikan hasil pemeriksaan
langsung kepada pasien. Hasil pemeriksaan pasien berupa gambar dan
laporan pemeriksaan. Pemberitahan dan komunikasi dari hasil
pemeriksaan yang tidak diharapkan merupakan komponen penting dari
hasil distribusi
12. Pembayaran
Proses dimana prosedur pemeriksaan telah selesai dan prosedur
pembayaran pasien akan diberikan kepada asuransi yang menanggung
pasien atau pasien itu sendiri untuk melakukan pembayaran pemeriksaan

21
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO

3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo


RSUD Pasar Rebo adalah rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta. Sejak awal berdirinya RSUD Pasar Rebo telah
mengalami beberapa transformasi. RSUD Pasar Rebo adalah rumah sakit
Swadana pertama di Indonesia.
Sejak tahun 1998 RSUD Pasar Rebo sudah Terakreditasi 5 Pelayanan Dasar,
tahun 2011 mendapat sertifikasi Akreditas untuk 16 jenis pelayanan rumah
sakit. Pada tahun 2008 sudah menerima sertifikasi ISO 9000 : 2000. Tahun
2017 sudah terakreditasi Paripurna untuk Akreditas versi 2012.

22
3.2 Visi Dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
3.2.1 Visi
Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik dalam Pelayanan Spesialistik
Menuju Jakarta Kota Maju dan Sehat

3.2.2 Misi
1. Memberikan Pelayanan Spesialistik Yang Terbaik
2. Mengutamakan Mutu dan keselamatan Pasien serta Petugas
3. Memberikan Fasilitas Pelayanan yang Modern, Aman,
Terintegrasi, efektif dan Efisien
4. Meningkatkan SDM yang Profesional di Bidangnya
5. Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian Berstandar Internasional
6. Menerapkan Tata Kelola yang Profesional, Akuntabel dan Transparan

3.3 Moto Pelayanan Rumah Sakit Ananda Bekasi


Falsafah : Melayani secara profesional dengan sepenuh hati
Motto : “Kami Peduli Kesehatan Anda”

3.4 Bagian umum


Luas Tanah : 12.533 M2
Luas Gedung : 33.098 M2 3 Gedung Pelayanan; 1 Gedung Perkantoran
1 Gudang Dan 1 Gedung Parkir (2019)
Luas Lahan Parkir: 2.759 M2
Daya Listrik : 2.200 Kva
Generator :2400 Kva
Mesin Boiler (Steam): 2 Tungku ( @ 1000 Liter )
Pengolahan Limbah : Ipal
Sumber Air : Pam & Sumur Artesis
Ups : 180kva

23
3.5 Bagian sumber daya manusia
1. TENAGA KESEHATAN
Dokter Umum : 33 Orang
Dokter Gigi :6 Orang
Dokter Spesialis/Gigi Spesialis. : 73 Orang
Keperawatan : 494 Orang
Kefarmasian : 17 Orang
Kesehatan Masyarakat :2 Orang
Gizi :9 Orang
Keterapian Fisik :6 Orang
Keteknisan Medik : 44 Orang
Asisten Tenaga Kesehatan : 75 Orang
Non Tenaga Kesehatan : 288 Orang
Jumlah : 1048 Orang

24
Kelas Kamar Tempat Ruangan Tempat Tidur
Tidur
HCU 7 TT
Kelas 3 30 189
ICU 6 TT
Kelas 2 13 65
ICCU 6 TT + 4 TT (post
Kelas 1 23 53 tindakan)
VIP 2 2 PICU 7 TT
VVIP 1 1 NICU Level 1 : 10 TT
Level 2 : 12 TT
Isolasi 5 5 Level 3 : 7
Anak Isolasi : 3

Isolasi Paru 4 4
IW 1 4 Fasilitas Jumlah
kebidanan
Perinatolog 1 9 3.6 Pelayanan 24 jam (IGD)
i
Tempat tidur 18+6
Total TT Rawat Inap 324

Bagian Pelayanan

Kunjunga 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


n (s/d
Rawat Jalan Juni)

Rawat Jalan 311.46 346.759 341.123 328.778 342.14 323.956 114.149


Pagi 7 5
Rawat Jalan 55.765 42.464 29.787 23.590 17.566 13.412 5647
Sore

25
Kunjunga 2015 2016 2017 2018 2019*
n Ruangan (s/d
Kunjunga Jumlah Intensive juni)
n IGD HCU 328 523 719 920 377
2013 25.498 ICU 24 289 369 465 226
2014 28.202
ICCU 302 506 652 869 455
2015 28.488
NICU 374 513 463 454 212
2016 35.536
2017 32.928 PICU 184 387 347 420 265

2018 30 977
2019 (s/d 16827
juni)

Kunjungan Inst. 2015 2016 2017 2018 * 2019


Bedah (s/d
juni)

Op. Elektif 5.036 6.086 3.855 3172 1062


Op. Cito 3.034 2.648 2.717 2252 1065
Total 8.070 8.734 6.572 5424 2067

Segmentasi pengunjung :

Segmen
Jan % Peb % Mar % Apr % Mei % Juni %
Pasar
BPJS 21,162 84.3 18,955 86.4 20,389 85.9 19,530 86.5 17,962 86.4 15,290 86.6

DKK 169 0.7 178 0.8 223 0.9 195 0.9 199 1.0 147 0.8

Umum 3,784 15.1 2,809 12.8 3,128 13.2 2,840 12.6 2,626 12.6 2,220 12.6

Total 25,115 100 21,942 100 23,740 100 22,565 100 20,787 100 17,657 100

26
3.7 Bagian Penunjang Medis

Data kunjungan :
Instalasi 2015 2016 2017 2018
Laboratoriu
m

Patologi 1.828.021 2.121.99 1.968.508 1.821.534


Klinik 3
Patologi 4.194 4.311 4.046 3.023
Anatomi
Bank Darah 10.408 11.700 8.979 8.666

Instalasi 2015 2016 2017 2018

Radiodiagnosti 46.293 46.529 46.001 40.047


k
Farmasi 579.13 527085 499.23 474.397
5 2
Gizi 411.53 470.10 441.40 409.50
7 8 4 8

27
BAB IV
PROFILE INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PASAR REBO

4.1 Profile Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
4.1.1 Visi, Misi Dan Motto Instalasi Radiologi
1. Visi Instalasi Radiologi
Menjadikan penunjang diagnostik yang berkualitas untuk rumah sakit.
2. Misi Instalasi Radiologi
1. Memberikan pelayanan radiologi yang terjangkau bagi masyarakat.
2. Menjadi pelayanan radiologi yang bermutu prima.
3. Meningkatan mutu dan kwalitas pelayanan radiologi.
C. Motto Instalasi Radiologi
Kepuasan Pasien dan Ketepatan Diagnosa adalah Tujuan Utama Kami.

4.1.2 Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan radiologi meliputi:
1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Diagnsotik Imajing
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan x-ray
konvensional, Computed Tomografi (CT Scan), Mammografi dan Panoramic.
Pelayanan diagnostic imajing adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan
dengan Ultra Sonografi (USG).
A. Jenis Pemeriksaan Radiodiagnostik Konvensional
Jenis pemeriksaan konvensional dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
konvensional tanpa kontras dan dengan kontras.
Pemeriksaan konvensional tanpa kontras meliputi:
a. Radiografi tulang-tulang belakang
b. Radiografi thorax/costae

28
c. Radiografi tulang-tulang muka dan kepala
d. Radiografi tulang-tulang ekstremitas
e. Radiografi gigi/geligi dengan panoramix
f. Radiografi BNO/ abdomen
g. Radiografi panggul/ pelvimetri
h. Radiografi dengan soft tissue
i. Radiografi bone age/ bone survey

Pemeriksaan konvensional dengan kontras meliputi:


a. Radiografi traktus urinarius : BNO – IVP, APG dan RPG
b. Radiografi traktus digestivus : Appendicogram
c. Radiografi saluran reproduksi : HSG

1. Alur Pemeriksaan Konvensional


a. Alur Pemeriksaan Rawat Jalan
i. Pelayanan instalasi radiologi buka untuk pasien rawat jalan selama 24
jam sehari untuk pemeriksaan radiologi konvensional tanpa kontras.
Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras dilayani pada hari
senin-jumat pukul 08.00-14.00 WIB dan hari sabtu pukul 08.00-13.00
WIB.
ii. Pasien datang ke radiologi membawa formulir permintaan
pemeriksaan yang sudah dilengkapi dengan identitas pasien dan data
klinis
iii. Petugas administrasi radiologi memastikan pemeriksaan apa yang
diminta oleh dokter pengirim. Jika memungkinkan hasil laboratorium
terkait disertakanUntuk pemeriksaan yang memerlukan persiapan,
staff administrasi menjelaskan kepada pasien dan menjadwalkan
waktu pemeriksaan serta mencatatnya pada formulir permintaan yang
dibawa pasien
iv. Petugas administrasi menentukan tarif pemeriksaan sesuai tarif yang
tercantum pada formulir permintaan

29
v. Petugas administrasi memasukkan data-data pasien dan data
pemeriksaan kedalam computer
vi. Pasien dipersilakan menyelesaikan administrasi pembayaran rawat
jalan dikasir umum untuk pasien poli dan rujukan rs lain.
vii. Petugas administrasi mencantumkan nomor urut pasien pada formulir
pemeriksaan dan mempersilakan pasien untuk menunggu giliran
viii. Radiografer memastikan pemeriksaan yang diminta pada formulir
pemeriksaan
ix. Radiografer melakukan pemeriksaan sesuai SPO
x. Petugas ruang CR melakukan proses pencetakan foto. Jika diperlukan,
petugas melakukan konsul dengan dokter spesialis radiologi
xi. Radiografer mengecek hasil fotoBila hasil foto baik, pasien
dipersilakan pulang dan diberi tanda bukti pengambilan hasil
xii. Dokter radiologi melakukan ekspertise foto
xiii. Petugas administrasi memasukkan foto dan ekspertisenya kedalam
amplop setelah mengecek kesesuaian data pasien, jenis pemeriksaan
dan hasil foto.
xiv. Hasil rontgen yang sudah di ekspertise untuk pasien rawat jalan dapat
diambil dalam waktu 1x24 jam.Apabila foto ingin langsung dibacakan
untuk foto cito ditunggu dengan waktu ≤ 2 jam.

b. Alur Pelayanan Rawat Inap

i. Pelayanan instalasi radiologi buka untuk pasien rawat inap selama 24


jam sehari untuk pemeriksaan radiologi konvensional tanpa kontras.
Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras dilayani pada
hari senin-jumat pukul 08.00-14.00 WIB dan hari sabtu pukul 08.00-
13.00 WIB.
ii. Perawat rawat inap menghubungi petugas radiologi terlebih dahulu
bahwa akan mengantar pasien untuk rontgen. Petugas radiologi
menanyakan pemeriksaan apa yang akan dilakukan.

30
iii. Petugas radiologi dan perawat membuat kesepakatan mengenai
waktunya pasien untuk diantar ke radiologi
iv. Proses administrasi pasien rawat inap diselesaikan di ruangan
masing-masing sebelum pasien diantar ke radiologi
v. Di radiologi petugas memastikan pemeriksaan apa yang diminta, lalu
memasukkan data-data pasien dan data pemeriksaan ke dalam
komputer
vi. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan radiologi sesuai
permintaan dokter. Radiografer melakukan pemeriksaan sesuai SPO
vii. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruangan
viii. Petugas radiologi mencetak hasil rontgen ke film dan memberikan
rontgen basah atau tanpa ekspertise ke perawat.
ix. Ruangan diberikan waktu peminjaman foto basah tanpa ekspertisi
1x24 jam untuk kemudian dapat dikembalikan ke ruang radiologi
agar dapat dibacakan oleh dokter radiolog. Apabila foto ingin
langsung dibacakan untuk foto cito ditunggu dengan waktu ≤ 2 jam.
B. Tata Laksana Pemeriksaan CT Scan
1. Pengertian Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan alat


penunjang diagnosa yang menggunakan radiasi pengion dengan
menghasilkan gambaran slice per slice dengan teknik penggambilan gambar
secara tomografi serta didukung dengan aplikasi software komputer yang
menunjang untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh seperti susunan syaraf
pusat, otot dan tulang tenggorokan, rongga perut.
2. Jenis Pemeriksaan CT Scan

Jenis pemeriksaan CT Scan dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan


CT Scan tanpa kontras dan dengan kontras.
Pemeriksaan CT Scan tanpa kontras meliputi:
a. Pemeriksaan kepala tanpa kontras
b. Pemeriksaaan SPN tanpa kontras

31
c. Pemeriksaan leher tanpa kontas
d. Pemeriksaan tulang belakang tanpa kontras
e. Pemeriksaan thorax tanpa kontras
f. Pemeriksaan abdomen tanpa kontras
g. Pemriksaan ekstremitas atas dan bawah tanpa kontras
h. Pemerikasaan urologi tanpa kontras

Pemeriksaaan CT Scan dengan kontras meliputi :


a. Pemeriksaan kepala dengan kontras
b. Pemeriksaaan SPN dengan kontras
c. Pemeriksaan leher dengan kontas
d. Pemeriksaan thorax dengan kontras
e. Pemeriksaan abdomen dengan kontras
f. Pemriksaan ekstremitas atas dan bawah dengan kontras
g. Pemerikasaan urologi dengan kontras

3. Alur Pemeriksaan CT Scan


a. Alur Pemeriksaan Rawat Jalan
i. Pelayanan instalasi radiologi buka untuk pasien rawat jalan
selama 24 jam sehari untuk pemeriksaan radiologi CT Scan
tanpa kontras. Pemeriksaan radiologi CT Scan dengan kontras
dilayani pada hari senin-jumat pukul 08.00-14.00 WIB dan hari
sabtu pukul 08.00-13.00 WIB.
ii. Pasien datang ke radiologi membawa formulir permintaan
pemeriksaan yang sudah dilengkapi dengan identitas pasien dan
data klinis
iii. Petugas administrasi radiologi memastikan pemeriksaan apa
yang diminta oleh dokter pengirim. Jika memungkinkan hasil
laboratorium terkait disertakan Untuk pemeriksaan yang
memerlukan persiapan, staff administrasi menjelaskan kepada

32
pasien dan menjadwalkan waktu pemeriksaan serta
mencatatnya pada formulir permintaan yang dibawa pasien.
iv. Petugas administrasi menentukan tarif pemeriksaan sesuai tarif
yang tercantum pada formulir permintaan
v. Petugas administrasi memasukkan data-data pasien dan data
pemeriksaan kedalam komputer
vi. Pasien dipersilakan menyelesaikan administrasi pembayaran
rawat jalan dikasir umum untuk pasien poli dan rujukan rs lain
sedangkan untuk pasien cendana dikasir cendana.
vii. Petugas administrasi mencantumkan nomor urut pasien pada
formulir pemeriksaan dan mempersilakan pasien untuk
menunggu giliran
viii. Radiografer CT Scan memastikan pemeriksaan yang diminta
pada formulir pemeriksaan
ix. Radiografer CT Scan melakukan pemeriksaan sesuai SPO
x. Radiografer CT scan melakukan proses pencetakan foto. Jika
diperlukan, petugas melakukan konsul dengan dokter spesialis
radiologi
xi. Radiografer CT Scan mengecek hasil foto Bila hasil foto baik,
pasien dipersilakan pulang dan diberi tanda bukti pengambilan
hasil
xii. Dokter radiologi melakukan ekspertise foto
xiii. Petugas administrasi memasukkan foto dan ekspertisenya
kedalam amplop setelah mengecek kesesuaian data pasien, jenis
pemeriksaan dan hasil foto.
xiv. Hasil rontgen yang sudah di ekspertise untuk pasien rawat jalan
dapat diambil dalam waktu 1x24 jam.
b. Alur Pemeriksaan Rawat Inap
i. Pelayanan instalasi radiologi buka untuk pasien rawat inap
selama 24 jam sehari untuk pemeriksaan radiologi CT Scan
tanpa kontras. Pemeriksaan radiologi CT Scan dengan kontras

33
dilayani pada hari senin-jumat pukul 08.00-14.00 WIB dan hari
sabtu pukul 08.00-13.00 WIB.
ii. Perawat rawat inap menghubungi petugas radiologi terlebih
dahulu bahwa akan mengantar pasien untuk CT Scan. Petugas
radiologi menanyakan pemeriksaan apa yang akan dilakukan.
iii. Petugas radiologi dan perawat membuat kesepakatan mengenai
waktunya pasien untuk diantar ke radiologi
iv. Proses administrasi pasien rawat inap diselesaikan di ruangan
masing-masing sebelum pasien diantar ke radiologi
v. Di radiologi petugas memastikan pemeriksaan apa yang diminta,
lalu memasukkan data-data pasien dan data pemeriksaan ke
dalam computer
vi. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan radiologi sesuai
permintaan dokter. Radiografer CT Scan melakukan
pemeriksaan sesuai SPO
vii. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruangan
viii. Hasil foto pasien rawat inap diserahkan langsung ke perawat
tanpa ekspertise (pinjam basah).
ix. Petugas radiologi memberitahu perawat untuk segera
mengembalikan foto untuk di ekspertise oleh radiolog dalam
waktu 1x24 jam.
C. Radiologi diagnostic imajing non pengion:
Ultrasonografi (USG) : kepala bayi, thorax, abdomen, tractus urinarius
dan organ reproduksi, musculoskeletal, 3 dimensi, dll.

D. BATASAN OPERASIONAL

Pelayanan Radiologi dan Diagnostik Imajing diselenggarakan untuk pasien


rutin dan cito 24 jam. Adapun waktu pelaksanaan untuk:
 Radiologi rutin dari Senin-Sabtu: 08.00-20.00 WIB

34
 Pelayanan radiologi cito 24 jam hanya diluar jam kerja untuk pasien IGD
dan rawat inap

4.1.3 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing merupakan salah satu Instalasi
penunjang medik yang bertujuan menjadikan Instalasi radiologi yang
berkualitas (mampu melakukan tindakan radiologi secara optimal dengan
mengoptimalkan peralatan dan sumber daya manusia yang dimiliki), mandiri
(semua tindakan radiologi dapat dilakukan dengan peralatan dan oleh sumber
daya manusia sendiri), efektif dan efisien dengan pengelolaan yang
professional. Pelayanan radiologi harus dilakukan oleh petugas yang memiliki
kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh/
memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang sudah
menjadi tugas atau tanggung jawabnya.

Secara fungsional, pekerja Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing


dibagi dalam kelompok masing-masing tugas dan tanggung jawabnya:

No Kelompok Profesi Tanggung Jawab Fungsional

Administrasi Bertanggung jawab atas kelancaran system


1 Radiologi administrasi, arsip dan distribusi hasil pemeriksaan
radiologi

Perawat Radiologi Bertanggung jawab atas penyediaan obat-obatan dan


2 alat kesehatan, sterilisasi alat-alat, serta perawatan
pasien pra dan pasca tindakan radiologi

Penata Rontgen Bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan


3
radiografi dan imajing

Spesialis Radiologi Bertanggungjawab atas tindakan medis dan penilaian


4
foto diagnostik radiologi (ekspertise)

5 PPR Bertanggung jawab penuh atas proteksi radiasinya

35
Adapun kualifikasi SDM radiologi adalah:

Jumlah tenaga
Profesi Pendidikan Formal Sertifikasi
yang ada
SIP
Kompetensi 2
Spesialis radiologi S2 spesialis radiologi (SpRad)
SpRad
BLS
STR
Penata rontgen Kredensial
D-III Teknik Radiologi 12
radiodiagnostik Radiografer
SIP
PPR D-III Teknik Radiologi SIB 1
Kredensial
Perawat radiologi D-III Keperawatan Keperawatan 1
BLS
Administrasi Komputer
SMA 6
radiologi

4.1.4 Distribusi Ketenagaan


Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang
dimilikinya dan dilakukan penjadwalan rotasi kerja (tour of duty) pada bidang
tertentu untuk pemerataan kompetensinya.

JADWAL DINAS JENIS TENAGA JML KETERANGAN


Dinas Pagi Dokter Spesialis 1 - 1 orang di USG dan di Instalasi
Radiologi Radiologi dan Diagnostik
Imajing

PPR 1 1 orang di Instalasi Radiologi


dan Diagnostik Imajing
Radiografer 8 - 1 orang di Instalasi Radiologi

36
JADWAL DINAS JENIS TENAGA JML KETERANGAN
dan Diagnostik Imajing I
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing II
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing III
- 1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing CT-
Scan I
- 1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing CT-
Scan II
- 1 orang di Instalasi Bedah
Sentral (C-Arm)

Perawat 1 - 1 orang di Instalasi Radiologi


dan Diagnostik Imajing I dan
CT-Scan
Administrasi 2 - 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing
Pekarya 1 Dinas harian
Petugas Keamanan 1 Dinas harian

Dinas Sore Radiografer 2

- 1 orang di Instalasi Radiologi


dan Diagnostik Imajing I
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing II

37
JADWAL DINAS JENIS TENAGA JML KETERANGAN
Perawat 1 -1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing I & II
Administrasi 4 - 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing I
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing II
Sanitasi 1 Dinas harian
Standby di Instalasi Radiologi
Dinas Malam Radiografer 1
dan Diagnostik II

4.1.5 Pengaturan Jaga


Pengaturan dinas di radiologi terdiri atas pekerja harian dan pekerja shift
untuk radiografer.

JADWAL DINAS WAKTU


Dinas Pagi 08.00 WIB – 15.00 WIB
Dinas Sore 14.00 WIB – 20.30 WIB
Dinas Malam 20.30 WIB – 08.00 WIB

38
4.1.6 Standar Fasilitas

A. DENAH RUANG

39
B. STANDAR FASILITAS

No Fasilitas Jumlah
A. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruang Pemeriksaan CT-Scan 1
Luas :6x6m
Tinggi : 2,80 m
Dinding : Batu Bata 15 cm diplester
dan dilapisi 2,5 mm Pb setinggi 180 cm
Lantai : Keramik
Langit-Langit : Gypsum Tahan Api
Fasilitas :
 1 buah tabung oksigen
 Shielding 2,5 mm Pb 2 buah
 Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3m
2. Ruang pemeriksaan Panoramic & Pemeriksaan III 2
Luas :4x3m
Dinding : Batu Bata 15 cm, dilapisi 2 mm Pb
Tinggi : 2.8 m
Lantai : Keramik
Langit-Langit: Gypsum Tahan Api
Fasilitas :
 AC
 Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3 m

3. Ruang pemeriksaan I 1
Luas :6x4m
Tinggi : 2.8 m
Dinding : Batubata 12 Cm Diplester, Dilapisi 2 Mm Pb
Lantai : Keramik
Langit-Langit : Gypsum
Fasilitas :

40
No Fasilitas Jumlah
 AC
 Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3 m

4. Ruang Pemeriksaan II & Mammography 2


Luas :6x4m
Tinggi : 2.8 m
Dinding : Batu Bata 12 cm diplester,   dilapisi 2 mm Pb
Lantai : Keramik
Eternit : Gypsum Tahan Api
Fasilitas :
 AC
B. Peralatan
1. X-ray unit dengan kapasitas lebih dari 500 mA, 100-150 2
KV
2. X-ray unit dengan kapasitas 500 mA,100-150 KV 1
3. CR Procesing 2
4. Stationary bucky table dengan overhead tube kekuatan 2
500 mA – 125 KV
5. Kaset semua ukuran 17
6. Film Semua ukuran 40
7. Mobile X-Ray unit 1
8. USG 2
9. Dental panoramic 1
10. CT Scan 64 Slice 1
11. Mammografi 1
13. C-Arm 1

Perlengkapan Ruangan

a. X-Ray
Kateter 1
Nierbekken bengkok 2
Korentang 1
Pispot / urinal 1
Lampu pemeriksaan 1
Tabung O2/ O2 Sentral 1
Tensi meter 1
Stetoscop 1

41
No Fasilitas Jumlah
Suction sentral 4
Tiang Infus 1
Meja persiapan obat kontras 2
Alat untuk menulis 1
Meja Operator 4
Rak alat bantu pemeriksaan 2
Ruang Ganti pasien 3
Thermometer dinding 1

b. Proteksi radiasi
Lead apron 8
TLD 40
Lead gloves 2
Thyroid shield 2
Gonad shield 2
Dosimeter Saku 2

1. Desain dan paparan di ruangan radiasi standarnya adalah:


a. Ukuran ruangan radiasi
 Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, 4 lebar
meter, tinggi 2,8 meter
 Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien
b. Tebal dinding
 Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal
setebal 2 mm
 Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc
adalah 15 cm
 Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 15 cm
c. Pintu dan jendela
 Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (missal lobang stop kontak
dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm
timbal.

42
 Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala
ketika meja kontrol pesawat dihidupkan

2. Tujuannya adalah:
 Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi
dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi
 Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk
tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut
 Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
sedang aktif
 Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan
pemeriksaan rontgen
 Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila
ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi
yang setara dengan 2 mm timbale dan jendela tersebut harus ditutup ketika
penyinaran sedang berlangsung
 Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi
minimal setara dengan 2mm timbal.

A. Deskripsi Peralatan Instalasi Radiologi dan Diagnsotik Imajing


Terintegrasi
1. Pesawat CT-Scan I
Merk : GE
Model : Optima 64
Series number : 303784HM3

2. Pesawat X-ray Konvensional I


Merk : Quantum

43
Model : Linear MC 150
Series number : SN FF4104

3. Pesawat X-ray Konvensional II


Merk : Allengers
Model : Allpose table
Series number : ZK101150193-X

4. Pesawat X-ray Konvensional III


Merk : Toshiba
Model : KXO-15E
Series number : C1553299

5. Pesawat Panoramic
Merk : Asahi
Model : Hyper-G
Series number : 24704802

6. Pesawat CR
Merk : Agfa
Model : CR-85-X
Series number : SN-6117

7. Printer CR
Merk : Agfa
Model : Drystar 5302
Series number : SN 17988

8. Pesawat Mobile Unit


Merk : Hitachi

44
Model : Sirius 130 HP
Series number : SX14906404

9. Pesawat Mammografi
Merk : Hologic
Model : Lorad M-IV
Series number : SN 194101214993

10. Alat USG I


Merk : Esaote
Model : Esaote
Series number : SN 056/30298

11. Alat USG II


Merk : Samsung
Model : My Sono UG
Series number : 01009436

Ruangan Loket Pendaftaran dan Pengambilan Hasil

Ukuran 4 m (p) x 1 m (l) x 3 m (t).

Apabila ruang loket bersebelahan dengan ruang pemeriksaan radiodiagnostik,


maka persyaratan dindingnya harus sesuai dengan ketentuan konstruksi dinding
ruang pemeriksaan.

Ruang Konsultasi Dokter

Ukuran: 3 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t)

45
Apabila dinding ruang konsultasi radiologi bersebelahan dengan ruang
pemeriksaan radiodiagnostik, maka persyaratan dindingnya harus sesuai dengan
ketentuan konstruksi dinding pemeriksaan.

Ruang Tunggu Pasien

Ukuran: 6 m (p) x 11 m (l) x 2,80 m (t)

Ruang Gudang

Ukuran: 3 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t)

B. Sistem Penyediaan Listrik


Tolak Ukur:
Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY
atau NYFBGY (kabel tanah empat inti) dari panel indul utama Rumah Sakit ke
panel gedung radiology (panel radiology).
Catu daya listrik yang tersedia
1. Catu dari PLN sebagai suplai utama
2. Catu dari generator set sebagai suplai cadangan apabila terjadi gangguan
PLN dengan selang waktu maksimal 5 menit
3. Catu dari peralatan Instalasieruptible power supply (UPS) atau no break set
(NBS) sebagai back up power selama generator set belum berfungsi

C. Sistem Penyaluran/ Distribusi Listrik


1. Sistem penyaluran listrik menggunakan system radial pada tegangan 400
volt dengan tegangan jatuh (voltage drop) tidak melebihi 5%, sedangkan
breaking capacity dari breaker yang dipakai adalah pada nilai di atas arus
hubungan singkat (lsc). Jika memungkinkan jarak dari panel indul utama ke
panel gedung radiologi tidak melebihi 50 meter.

46
2. Penyaluran listrik ke peralatan radiologi menggunakan kabel jenis
NYFGBY (jika ditanam dalam tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam)
dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan peralatan
dari panel induk ke panel radiologi dan dari panel radiologi ke panel alat.
Sedangkan catu daya listrik ke penerangan terpadu, film processor,
computer dan data system imajing mendapat catu daya listrik UPS/ NBS.

D. Sistem Pengamanan Penggunaan Daya Listrik Untuk Peralatan


Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas daya yang terpasang tergantung
dari besar daya pesawat X-ray, system tegangan yang digunakan 3 phase 220
volt/ 380 volt dengan frekuensi 50 Hz atau 1 phase 220 volt.
Kerugian tegangan yang ditimbulkan sebagai akibat dari jarak jaringan
atau pengaruh induksi diukur dimulai dari titik sekunder trafo yang ada di
sekitar Rumah Sakit Pasar Rebo sampai dengan panel peralatan radiologi.
Toleransi jatuh tegangan yang diijinkan untuk peralatan radiologi
maksimum 6,8%.
Untuk mengamankan jaringan dari kerugian: memperpendek jarak-jarak
peralatan radiologi dengan trafo/meter PLN, menyediakan saluran/ line khusus
kabel untuk peralatan radiologi, memperbesar diameter/ ukuran kabel yang
digunakan untuk peralatan radiologi.

Pengamatan peralatan
Untuk mengamankan peralatan radiologi dari arus bocor, system pembumian
menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16 mm2 dan pada ujung
kabel dipasang elektroda.
Kabel BC dan elektroda dimasukkan ke dalam pipa galvanis yang terlebih
dahulu disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi.
Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan, dengan mengukur besaran
nilai pembumian yang diijinkan.
Resistensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM.

47
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai table/ketentuan, agar
pihak Rumah Sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara
berkala setiap setahun sekali.
Untuk mencapai nilai resistensi tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa elektroda apabila 1(satu) buah elektroda tidak dapat
mencapai nilai yang diinginkan.

BAB V
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

1.1 Identifikasi Masalah Pengelolaan Instalasi Radiologi Rumah Sakit


Umum Daerah Pasar Rebo
1.1.1 Prioritas Masalah
Penilaian prioritas masalah dilakukan untuk mencari masalah yang
dianggap segera untuk diselesaikan. Penilaian sudah dijelaskan mengenai
masalah dan indikasi masalah ini muncul. Permasalahan yang sudah
diperoleh kemudian akan diprioritaskan untuk diselesaikan. Cara

48
memprioritaskan masalah yang digunakan adalah pembobotan berdasarkan
kriteria berikut :
1. Pentingnya Masalah
Makin penting (Importance) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaian masalahnya. Beberapa ukuran pentingnya masalah antara
lain :
a. Besarnya masalah (Prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase)
2. Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (Technical Feasibility), makin diprioritaskan
masalah tersebut.
3. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana
dan sarana untuk mengatasi masalah (Resource Ability) makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk
setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya
paling besar.

Hasil akhir perhitungan Prioritas Masalah dengan metode Criteria


Matrix Tehnique tersebut sebagai berikut :

No Masalah I T R Nilai Prioritas


P Sv R (IxTxR)
1 Kurang Sumber Daya Manusia Atau 4 3 4 4 4 768 1
Karyawan

2 Kurangnya perhatian bagian terkait untuk 3 4 4 3 4 576 2


mengadakan pelatihan atau update ilmu
kepada karyawan di bagian radiologi
Masalah utama yang menjadi prioritas adalah : Kurang Sumber Daya
Manusia Atau Karyawan

49
50
1.1.2 Diagram Fish Bone

Belum Semua Man Material Measurement


Instalasi Radiologi Di
kewenangan
evaluasi terhadap Monev terhadap
Rumah sakit
klinis dan desk Jumlah tenaga
job belumPola
MOU belum Monev
ABC ,VENpelaksanaan
belum
Membuat kerja yang
dilakukan secara dilakukan
dilampirkan perencanaan SDM
Pengawasan rutin
kurang
dalam SK belum dilakukan
secara maksimal

Kurangnya Pengawasan Evaluasi terhadap


Dan Komitmen Formularium belum
petugas Terhadap
kadang lalai pelaporan pola
100% disosialisasikan
Monev program
Monev kerja
terhadap
Uraian Tugas
dalam Karyawan
melakukan ketenagaan belum terhadap serapan
jumlah karyawan
minimal stok anggaran belum
dilakukan secara belum secara
dilakukan dilakukan
rutin secara oleh
maksimal maksimal
unit
Beban
Komite KFTkerja
belum
yang
rutin terlalu
dilakukan
Lead time dari permintaan
banyak Pelayanan Menjadi
barang sampai barang

Perencanaan
Tidak Optimal
datang 1 minggu

dengan ABC dan


Regulasi
VEN belum
tidak 100%
tersosialisasi
dilakukan di RS SIRS belum terintegrasi Jumlah pasien yang
dokter masih
Update SIRS terus bertambah
banyak yang
Sosialisasi
belum pelayanan
bisa setiapmenggunakan
harinya karenaobat
belum dilakukan
berjalan secara Keterbatasan jumlah alat kebanyakan pasien
di luar fornas
asuhanmaksimal
farmasi
klinis belum berjalan radiologi dengan jumlah menggunakan
dengan benar pasien yang sangat jaminan
Pasien 90% BPJS
menggunakan BPJS,
banyak
SIRS belum sistematis jenis dan raga obat
Regulasi belum menggunakan metode
tersosialisasi relatif sama
alarm minimal stok,dan
expire

Method Machine Environment

51
1.2 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Ananda Bekasi
Dalam upaya pemecahan masalah digunakan metode siklus deming atau
sering disebut siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Siklus tersebut
merupakan empat langkah iteratif dalam pengendalian kualitas.
A. PLAN
1. Membuat pertemuan dengan Direktur, Wakil direktur, Manager, dan
Kepala Instalasi membahas jumlah ketenagaan sumber daya manusia
2. Mengajuka ke bagian SDM dan keuangan membuat anggaran
tahunan untuk penambahan sumber daya manusia atau karyawan
baru.
3. Mengajukan penambahan alat radiologi dan perbaharuan alat yang
sudah tidak layak digunakan.
4. Menerapkan perencanaan pengelolaan sumber daya manusia dalam
perawatan alat raiologi
5. Meningkatkan pelatihan internal mauupun eksternal dalam
pengelolaan mutu radilogi.
6. Melakukan review jumlah karyawan dengan melihat peningkatan
jumlah pasien.
7. Mensosialisasikan kembali pembuatan pola ketenagaan

B. DO
1. Mengadakan rapat koordinasi Direktur, Wakil direktur, Manager,
dan Kepala Instalasi dan SDM
2. Mengajukan kepada bagian Direktur, direktur medis, SDM dan
keuangan membuat anggaran tahunan untuk rekrutmen karyawan
baru
3. Melakukan rekruitment untuk Instalasi yang masih kekurangan
sumber daya manusia
4. Mengadakan pelatihan bagi karyawan

52
5. Mensosialisasi kebijakan pedoman, uraian tugas dan SPO setiap
Instalasi dan menerapkan kebijakan pedoman, uraian tugas dan SPO
setiap Instalasi
C. CHECK
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap beban kerja karyawan
2. Melakukan audit terhadap karyawan baru dan karyawan lama terkait
kinerja karyawan
3. Melakukan audit laporan pola ketenagaan

D. ACTION
1. Mengadakan pertemuan berkala dengan kepala Instalasi
2. Melakukan follow up keputusan direktur mengenai penambahan
sumber daya manusia
3. Membuat laporan terkait kurangnya sumber daya manusia
4. Melakukan pelatihan internal dalam pelayanan radiologi

1.3 Kegiatan Residensi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo


Agustus September
No Daftar Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Orientasi Di Rumah Sakit
1
Umum Daerah Pasar Rebo
2 Konsultasi Judul Residensi
Observasi di Instalasi
3
Radiologi
4 Pengambilan Data
Bimbingan Pembuatan
5 Laporan Resindensi Dengan
Pembimbing Laparang
Melakukan Interview Kepala
6
Radiologi
7 Observasi dan Wawancara
Kepada karyawan Rumah

53
Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo
Presentasi Hasil Laporan
8 Residensi di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo

1.4 Rencana Kegiatan Alternatif Pemecahan Masalah Di Instalasi Radiologi


Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Untuk pelaksanaan aktivitas atau tindakan dalam kegiatan alternatif
pemecahan masalah di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo telah disusun jadwal kegiatan untuk periode tahun 2019, sebagai berikut
:
Oktober November Desember
Tahapan
I II III IV I II III IV I II III IV
Evaluasi pelaporan pola
ketenagaan setiap
Instalasi, agar setiap
Instalasi membuat pola
ketenagaan untuk
perencanaan Sumber
Daya Manusia atau
karyawan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar
Rebo
Mengajukan Surat
Kepada Manager HRD
dan Direktur Rumah
Sakit terkait penambahan
Sumber Daya Manusia
atau karyawan di Rumah

54
Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo
Melakukan Rekrutmen
Dan Seleksi Sumber
Daya Manusia atau
karyawan baru untuk
Instalasi Radiologi
Melakukan proses
orientasi untuk setiap
karyawan baru di Rumah
Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo
Melakukan penilaian
kinerja karyawan baru di
Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo

BAB VI
PENUTUP

55
1.1 Kesimpulan
1. Pelayanan Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing terintegrasi
merupakan bagian integral dari pelayanan penunjang medik bersama
dengan sarana penunjang medik lainnya, dimana memerlukan perhatian
khusus. Instalasi radiologi sebagai salah satu penunjang diagnostik
memiliki peranan yang besar dalam menentukan diagnosa suatu penyakit,
disamping adanya resiko bahaya karena penggunaan sumber radiasi
pengion dan atau sumber radiasi aktif lainnya, baik terhadap pekerja
pasien maupun lingkungan.
2. Pelayanan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
belum optimal dikarenakan kurangnya sumber daya manusia khususnya
dokter spesialis radiologi yang mengakibatkan pembacaan hasil
pemeriksaan membutuhkan waktu lebih lama. Namun untuk berdasarkan
indikator mutu kinerja unit pelayanan radiologi tercapai 100% sesuai
dengan target.

1.2 Saran
1. Instalasi membuat pola ketenagaan untuk mengetahui beban kerja dan
jumlah karyawan dengan lebih terperinci.
2. Instalasi membuat laporan terkait kurangnya sumber daya manusia.
3. Melakukan rekruitment untuk Instalasi yang masih kekurangan sumber
daya manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

56
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
Iskandar. (2008).Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien. Penerbit Sinar
Grafika. Jakarta.
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM rumah sakit: Teori, metoda dan formula.
Depok: Universitas Indonesia.
Mathis dan Jackson (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat.
Mardiyanto, A. (2014). Recruitment Handbook: Panduan Praktis untuk
Melakukan Rekrutmen dan Seleksi. Sukoharjo: Insight Solusi Mandiri.
Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Rivai, V. & Sagala, E.J. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siagian, S.P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunyoto,Danang.(2013).Manajemen Sumber Daya Manusi.cetakan
ke2.Jakarta:CAPS(Center of Academic Publishing Service).
Widodo, (2015).Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.cetakan ke-
2.Yogyakarta:Pustaka Belajar

57
58

Anda mungkin juga menyukai