PENDAHULUAN
1
manusia, padat teknologi dan ilmu pengetahuan serta padat regulasi. Padat
modal karena Rumah Sakit memerlukan investasi yang tinggi untuk
memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumber daya manusia karena didalam
rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang
banyak. Padat teknologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit
terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai
disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak
regulasi atau peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat -
syarat pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit.
Pengelolaan Rumah Sakit yang khas menjadikan studi pengelolaan unit
Radiologi Rumah Sakit merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Pelayanan
Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing terintegrasi merupakan bagian
integral dari pelayanan penunjang medik bersama dengan sarana penunjang
medik lainnya, dimana memerlukan perhatian khusus. Instalasi radiologi
sebagai salah satu penunjang diagnostik memiliki peranan yang besar dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit, disamping adanya resiko bahaya karena
penggunaan sumber radiasi pengion dan atau sumber radiasi aktif lainnya,
baik terhadap pekerja pasien maupun lingkungan.
Oleh karena itu pelayanan Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing
terintegrasi harus dikelola secara professional oleh mereka yang benar-benar
professional di bidangnya demi keselamatan kerja.
2
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus residensi pada Unit Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo :
1. Memahami bagaimana pengelolaan unit radiologi di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo.
2. Memahami bagaimana proses pelayanan radiologi di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi
penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat
berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.
Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan
temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun
radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas
hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi
intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah
termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan
simptom suatu penyakit akut secara bertahap (gradually).
5
Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah
selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan
pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah
dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana
pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–klinik swasta,
maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit
kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi
dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion (gelombang mekanik).
Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami
kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.
Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan
temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien.
Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi
tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga
berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti
aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization (menghilangkan penyumbatan)
atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut secara bertahap (gradually).
6
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain
pelayanan sinar- X konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan)
dan mammografi.
Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain
pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan
ultrasonografi (USG).
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi
sinar-X (angiografi, CT Scan). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan
radiasi non pengion. Ilmu Radiologi intervensi adalah area spesialisasi
dalam bidang radiologi yang menggunakan teknik radiologi seperti
radiografi sinar-X, pemindai CT, pemindai MRI, dan ultrasonografi untuk
menempatkan kabel, tabung, atau instrumen lain di dalam pasien untuk
mendiagnosa atau mengobati berbagai kondisi.
Berikut ini dijelaskan macam-macam pemeriksaan radiologi yang umum
dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaan ini dijelaskan secara garis besar
berdasarkan modalitas radiodiagnostik maupuan pencitraan diagnostik
lainnya yang digunakan.
1. Radiografi dan Fluoroskopi
Pemeriksaan sinar-X klasik adalah metode radiologi tertua. Secara
umum, radiogram dapat membedakan antara tulang, udara, dan jaringan,
tetapi sulit membuat penggambaran yang tepat dari struktur oleh karena
tumpang tindih. Saat ini, pemeriksaan sinar-X klasik terutama digunakan
untuk memeriksa paru-paru dan tulang.
Selama pemeriksaan sinar-X dilakukan, sinar-X akan menembus tubuh.
Jaringan tubuh, seperti tulang dan organ-organ tubuh akan melemahkan
sinar - X dengan berbagai tingkat perlemahan yang berbeda, sinar yang
7
mampu melewati tubuh sepenuhnya akan mengenai sebuah film yang
sensitif terhadap cahaya, membentuk pola paparan. Ini adalah radiogram
klasik. Sedangkan pada sebuah radiogram digital, film sinar-X digantikan
dengan detektor datar yang bekerja berdasarkan teknik semikonduktor.
2. Computed Tomography
Sama seperti sinar-X konvensional, tomografi komputer (computed
tomography atau CT) bekerja dengan sinar-X, tetapi memberikan gambar
yang tidak tumpang tindih yang disebut tomografi. Ini berarti bahwa daerah
yang akan diperiksa adalah disinari dengan sinar-X pada banyak irisan tipis
yang terpisah, yang dapat dilihat secara individual atau dapat
dikombinasikan untuk membentuk tampilan tiga dimensi, sehingga
memudahkan diagnosis yang lebih baik.
Selama pemeriksaan CT, tubuh dipindai dalam bagian-bagian individu
sementara pasien bergerak di atas meja melalui gantry. Sebuah tabung sinar-
X, yang terletak di dalam cincin berbentuk donat, diarahkan menuju pusat
cincin, di mana pasien berbaring. Seberkas sinar-X berbentuk kipas dengan
ketebalan 1 – 10 mm melewati pasien menuju detektor irisan berganda pada
sisi yang berlawanan, memungkinkan gambar dalam bentuk volume dibuat.
3. Ultrasound atau Sonography
Sonografi paling cocok untuk pencitraan terus menerus atau pemantauan,
karena ini adalah teknik yang sama sekali bebas risiko diagnostik
dibandingkan dengan radiografi, yang menggunakan radiasi berbahaya.
Bahkan pemeriksaan gema berganda (multiple echo) benar-benar aman bagi
pasien. Untuk alasan ini, sonografi, sebagai contoh, telah menjadi prosedur
standar untuk pemantauan kehamilan. USG mengkonversi pulsa elektrik ke
gelombang suara, yang ditransmisikan dari transduser atau probe ke tubuh.
Tergantung pada berbagai jenis jaringan tubuh, gelombang suara diserap
dan dipantulkan secara berbeda. Mereka dideteksi oleh probe dan komputer
kemudian dihitung waktu kembalinya gema dan intensitas gema,
mengkonversi gelombang suara yang dipantulkan ke dalam gambar.
8
4. Magnetic Resonance Imaging
MRI adalah pilihan metode pencitraan saat diperlukan diferensiasi
jaringan lunak ditambah dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan
pencitraan fungsional. Seperti CT, MRI juga merupakan metode tomografi,
tapi tidak seperti CT, tidak menggunakan sinar-X. Sebaliknya, MRI
menggunakan medan magnet yang kuat yang terbentuk dalam cincin
menyebabkan perubahan orientasi proton hidrogen dalam tubuh. Jaringan
yang berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda, yang direkam oleh
peralatan dan diubah menjadi gambar dengan computer..
5. Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan sinar-X khusus yang memungkinkan
untuk memvisualisasikan pembuluh darah. Aplikasi klinis khas berkisar dari
visualisasi pembuluh darah koroner, kepala, dan pembuluh arteri serviks dan
vena, ke pembuluh perifer di panggul dan ekstremitas. Metode ini
memudahkan diagnosis stenosis (penyempitan) dan trombosis
(penyumbatan) dan bahkan penyembuhan kondisi ini menggunakan teknik
invasif khusus.
Angiografi menggunakan media kontras untuk memvisualisasikan
pembuluh darah. Media kontras diberikan melalui kateter yang ditempatkan
sedekat mungkin dengan pembuluh darah yang akan divisualisasikan.
Sebuah sistem sinar-X berbentuk lengan C (C-arm) yang dibutuhkan untuk
melakukan radiografi pembuluh darah. Alat ini dilengkapi dengan lengan
berbentuk C yang dapat bergerak dengan tabung sinar- X di satu ujung dan
detektor panel datar pada sisi yang lain.
9
diagnostik memilki visi dan misi. Visi merupakan suatu gambaran tentang
keadaan ideal yang diharapkan ingin dicapai. Dalam penetapan visi, unit
pelayanan radiologi diagnostik memperhatikan hal-hal antara lain :
1. Mengacu pada visi Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat yang
Mandiri untuk Hidup Sehat.
2. Menjadi acuan dari setiap kegiatan pelayanan radiologi diagnostik.
Secara umum visi yang ditetapkan mencapai pelayanan radiologi diagnostic
prima.
Sedangkan misi merupakan pernyataan atau rumusan tentang apa yang
diwujudkan oleh organisasi dalam rangka mencapai visi yang telah
ditetapkan.
Penetapan misi mempertimbangkan:
1. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang dimiliki masa kini dan akan
datang.
2. Kemampuan atau potensial yang dimiliki saat ini.
3. Ruang lingkup dari peran dan fungsi pelayanan radiologi diagnostik.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, dalam setiap instalasi atau unit
pelayanan diagnostik ada struktur organisasi yang mengatur jalur komando
dan jalur koordinasi dalam penyelenggaraan dan pelaksanaa pelayanan
radiologi diagnostik. Struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam upaya manajemen pelayanan radiologi
diagnostik.
Bagan dan komponen dalam struktur organisasi disesuaikan dengan jenis
kegiatan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi serta struktur
organisasi induk sarana pelayanan kesehatan tersebut. Komponen yang ada
dalam struktur organisasi adalah :
1. Kepala instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik.
2. Kepala Pelayanan Radiologi diagnostik.
3. Staf fungsional.
10
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi/Unit dapat dibantu oleh
Koordinator yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan efektivitas.
Bagan struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing tenaga ditetapkan
atau disahkan oleh Pimpinan atau Direktur sarana pelayanan kesehatan
tersebut.
1.3 Analisis Kebutuhan Tenaga
1.3.1 Metode Analisis Kebutuhan Tenaga
Terdapat beberapa metode untuk menghitung kebutuhan personel di
rumah sakit secara garis besar, yaitu berdasarkan target pelayanan
kesehatan, berdasarkan permintaan (demand) pelayanan kesehatan,
berdasarkan rasio tenaga dan tempat tidur (Ilyas, 2011). Kali ini hanya akan
dibahas beberapa dari metode diatas, yaitu Metode Work Indikator of
Staffing Need (WISN) yang berdasarkan kepada indikator beban kerja riil
dan rasio kapasitas seseorang dalam melakukan tugasnya pada suatu sarana
kesehatan dan Metode Ilyas yang berdasarkan kepada prinsip demand.
A. Metode WISN
Metode ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan
tenaga dalam skala yang besar, misalnya di kantor dinas kesehatan dan
rumah sakit tingkat propinsi, kabupaten/kota dan telah disahkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.81/Menkes/Sk/2004 (Kementerian
Kesehatan, 2004). Metode ini mengandalkan beban kerja sebagai
indikator kebutuhan tenaga, sehingga alokasi/realokasi tenaga akan lebih
mudah dilakukan. Metode ini mudah diterapkan secara teknis dan
sifatnya holistik. Adapun kelemahan metode WISN menurut Departemen
Kesehatan adalah sangat mengandalkan kelengkapan pencatatan data
karena akan digunakan sebagai dasar untuk input data yang selanjutnya
akan menentukan besaran jumlah hasil penghitungan kebutuhan
ketenagaan.
B. Formula Hasil Lokakarya Keperawatan Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI)
11
Sebenarnya formula ini tidak berbeda dengan yang dikembangkang oleh
Gillies, hanya saja satuan hari diubah menjadi minggu. Selanjutnya
jumlah hari kerja efektif juga dihitung dalam minggu sebanyak 41
minggu dan jumlah jam kerja perhari selama 40 jam per minggu. Tampak
pada formula PPNI tidak ada sesuatu yang baru dengan konsep dengan
formula Gillies. PPNI berusaha menyesuaikan lama hari kerja dan libur
yang berlaku di Indonesia.
Pada formula ini, komponen A adalah jumlah waktu perawatan yang
dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam. Jam waktu perawatan berkisar
antara 3 sampai dengan 4 jam tergantung jenis penyakit, tindkan dan
aplikasi keperawatan di rumah sakit. BOR rumah sakit adalah prosentase
rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu
misalnya selama satu semester, atau setahun. Hari kerja efektif selama 41
minggu yang dihitung sebagai berikut : 365 – 52 (hari minggu) - 12 (hari
libur nasional) – 12 (hari libur cuti tahunan) = 289 hari : 7 hari/minggu =
41 minggu.
Hasil penghitungan tenaga perawat dikali 125%, karena tingkat
produktivitas diasumsikan perawat oleh PPNI dihitung hanya sebesar
75% sehingga jumlah tenaga perawat dengan formula ini lebih besar.
C. Depkes
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Depkes, (2002)
dihitung berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit, yaitu unit
rawat inap dewasa, rawat inap anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat
darurat, kamar bersalin, kamar operasi dan rawat jalan dengan
menggunakan rumus kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan.
Untuk penghitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan
diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan.
D. Metode Ilyas
12
Dalam perkembangannya, metode Ilyas dikenal sebagai metode
penghitungan beban kerja yang relatife cepat dengan keakuratan yang
tinggi sehingga mampu menghasilkan informasi yang akurat untuk
dijadikan dasar dari pengambilan keputusan manajemen (Ilyas, 2011).
Dasar dari metode ini adalah melalui pendekatan demand, yang
maksudnya adalah metode ini digunakan untuk menghitung beban kerja
berdasarkan kepada permintan atas dihasilkannya suatu produk/unit yang
dibutuhkan. Dengan kata lain, beban kerja secara spesifik tergantung
kepada transaksi bisnis yang dilakukan setiap unit kerja. Untuk
melakukan perhitungan yang baik, diperlukan informasi yang akurat
terkait : (Ilyas, 2001)
a. Transaksi bisnis utama atau penunjang setiap personel dalam unit
organisasi sejelas – jelasnya
b. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis utama atau
penunjang sejelas-jelasnya
c. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan atau
per tahun yang berhasil dilakukan setiap personel
d. Jumlah jam kerja efektif (produktif) per hari
e. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi
Formula ilyas dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang
dilakukan, jumlah kegiatan yang dilakukan dan waktu transaksi bisnis.
Beban kerja setiap unit per hari dapat disajikan dalam satuan menit atau
jam perhari kerja.
13
instalasi atau unit pelayanan radiologi diagnostik mempunyai tugas dan
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan
mutu teknis dan proteksi atau keamanan pelayanan pencitraan
radiodiagnostik atau intervensional.
Tenaga yang melakukan pemeriksaan radiologi diagnostik khusus untuk
kesehatan gigi dan jantung perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk
bidang tersebut. Tugas pokok masing – masing sumber daya manusia yang
bertugas pada departemen radiologi adalah:
1. Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Radiologi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP (Standar
Operasional Prosedur) tindak medik radiodiagnostik, pencitraan
diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi
bila perlu.
2. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang
telah ditetapkan dalam SOP . Melaksanakan pemeriksaan dengan
kontras dan fluroskopi bersama dengan radiografer. Khusus
pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan
oleh dokter spesialis radiologi atau dokter lain atau tenaga
kesehatan (perawat) yang mendapat pendelegasian.
3. Menjelaskan dan menandatangani informed consent atau izin
tindakan medik kepada pasien atau keluarga pasien.
4. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radio
diagnostik, pencitraan diagnostik dan tindakan radiologi
intervensional.
5. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional sesuai
kebutuhan.
14
6. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
7. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap
pasien.
8. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk
mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan
mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.
9. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya.
10. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
11. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
radiologi.
2. Radiografer
Radiografer atau Penata Rontgen memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pasien, obat – obatan dan peralatan untuk
pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi.
2. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus
untuk pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan
dikerjakan bersama dengan dokter spesialis radiologi.
4. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work
station) atau pencetakan hasil pemeriksaan secara digital.
Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
5. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan
masyarakat di
6. sekitar ruang pesawat sinar-X.
7. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan
8. yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
15
9. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
3. Fisikawan Medik
Fisikawan Medik memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data
radiasi untuk penggunaan klinik.
2. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
3. Pengadaan prosedur jaminan kualitas atau Quality Assurance
(QA) dalam radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa
terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu.
4. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis
janin pada wanita hamil.
5. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai
dengan keselamatan radiasi.
6. "Acceptance test" atau uji kesesuaian dari unit yang baru.
7. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
8. Berpatisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus
keberadaan sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan
perlengkapa proteksi radiasi.
9. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
10. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.
4.Tenaga Teknik Elektromedis
Tenaga Teknik Elektromedis memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja
sama dengan Fisikawan Medis secara rutin.
2. Melakukan perbaikan ringan.
5. Tenaga Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi.
16
2. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan
radiasi.
3. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi
radiasi, dan
memantau pemakaiannya.
4. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di
semua
tempat di mana pesawat sinar-x digunakan.
5. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan
keselamatan radiasi.
6. Berpartisipasidalammendesainfasilitasradiologi.
7. Memelihara rekaman.
8. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan
pelatihan.
9. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan
dalam hal
kedaruratan.
10. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan
operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi.
11. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program
proteksi dan
keselamatan radiasi, dan verfikasi keselamatan yang diketahui
oleh pemegang izin untuk dilaporkan kepada Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
12. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.
6. Tenaga Perawat
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan radiologi.
17
2. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan
dengan bahan kontras.
3. c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.
d. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.
7. Tenaga TI (Teknologi Informasi)
Tenaga Teknologi Informasi memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dengan
rutin.
2. Memelihara dan memperbaiki alat-alat TI.
8. Tenaga Kamar Gelap
Tenaga Kamar Gelap diperlukan bila departemen radiologi
masih menggunakan cara pemrosesan film manual. Posisi
Tenaga Kamar Gelap memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Menyiapkan kaset dan film.
2. Melakukan pemrosesan film.
3. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).
4. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.
9.Tenaga administrasi
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan
yang dilakukan di institusi pelayanan.
18
pemeriksaan untuk pemeriksaan selanjutnya. Persetujuan pemeriksaan
merupakan proses dimana pasien menyetujui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mendukung kelancaran
pemeriksaan. Proses ini merupakan proses migrasi ke sistem berbasis
komputer secara langsung dari instruksi dokter yang telah dicatat. Proses
juga mendukung keputusan secara komputerisasi dan diintegrasikan ke
dalam penyeleksian persetujuan prosedur yang tepat sesuai dengan ilmu
kedokteran.
2. Otorisasi
Dalam proses ini memastikan otorisasi pembayaran, untuk mengetahui
apakah pasien tersebut sudah mendapatkan jaminan pembayaran
pemeriksaan oleh asuransi yang terdaftar. Selain itu, dalam kasus ini juga
perlu diperoleh otorisasi dari dokter dan pasien. Bahkan, dalam kasus
tertentu, pihak ketiga sebagai pihak yang memberikan otoritas untuk
mendapatkan otorisasi yang dibutuhkan. Persyaratan khusus untuk
persetujuan sangat bervariasi sesuai dengan negara, perusahaan asuransi,
pemeriksaan yang diusulkan, dan tingkat informasi klinis pasien.
3. Mengelola Penjadwalan dan Data Pasien ke dalam Modalitas
Proses secara otomatias mengirim informasi prosedur pemeriksaan
pasien secara langsung kedalam modalitas sesuai dengan pemeriksaan
pasien. Pemanfaatan dan keunggulan dari data pasien yang saat pendaftaran
yang mencakup daftar pemeriksaan dimasukkan ke dalam modalitas agar
menghilangkan proses pencatatan informasi pasien secara manual ke dalam
mesin pencitraan. Hal ini akan mengurangi kesalahan dalam memasukkan
data secara manual dan memfasilitasi ketepatan penyimpanan dari aliran
data RIS/PACS .
4. Mengakses Informasi Pasien
Mengumpulkan informasi demografi pasien dan informasi penanggungan
biaya oleh pihak asuransi maupun pihak ketiga dari pasien. Informasi ini
diperlukan untuk pemeriksaan yang selanjutnya, untuk mengakses
19
pemeriksaan pencitraan pasien dan memungkinkan penagihan pembayaran
yang tepat pada akhir prosedur pemeriksaan pasien.
5. Mobilisasi Pasien
Proses transportasi pasien atau mobilisasi pasien. Asisten radiologi akan
memanggil perawat bangsal sebelum melakukan pemeriksaan yang
dijadwalkan untuk mengkoordinasikan transportasi pasien ke departemen
radiologi. Dalam keadaan darurat, asisten radiologi mengkoordinasikan
transportasi pasien dengan perawat unit gawat darurat (Emergency
Department atau ED).
6. Persiapan Pemeriksaaan Pasien
Dalam tahap ini proses untuk mengelola kinerja pemeriksaan. Nomor
aksesi atau nomor pengujian pemeriksaan biasanya dikeluarkan pada saat
pasien datang ke departemen radiologi, tetapi nomor aksesi akan keluar
setelah nomor urut pengambilan pencitraan telah diterima. Jumlah nomor
aksesi akan berkoordinasi dengan PACS/RIS untuk memastikan laporan
terkait dengan pemeriksaan yang tepat. Proses ini melibatkan prosedur
permintaan jadwal serta menjaga daftar pemeriksaan yang terjadwal harus
sesuai dengan yang sudah dijadwalkan dan ketersediaan pada saat
perjanjian telah tiba.
7. Pelaksanaan Pemeriksaan
Radiografer akan melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang sudah ada
di prosedur dan melakukan proses pemeriksaan sesuai dengan prosedur
pengambilan foto radiologi pasien.
8. Tindak Lanjut Pemeriksaan
Tahap menentukan kode proses alur kerja pemeriksaan. Proses ini
termasuk membuat kode prosedur tindakan medis atau Current
Procedural Terminology (CPT), kode penyakit pasien dan informasi
mengenai pemeriksaan yang dilakukan yang dikodekan dengan kode
International Classification of Diseases, Ninth Revision, Clinical
20
Modification (ICD-9-CM), riwayat pasien, dan informasi yang dibutuhkan
asuransi dalam menanggung biaya pemeriksaan pasien
21
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
22
3.2 Visi Dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
3.2.1 Visi
Menjadi Rumah Sakit rujukan Terbaik dalam Pelayanan Spesialistik
Menuju Jakarta Kota Maju dan Sehat
3.2.2 Misi
1. Memberikan Pelayanan Spesialistik Yang Terbaik
2. Mengutamakan Mutu dan keselamatan Pasien serta Petugas
3. Memberikan Fasilitas Pelayanan yang Modern, Aman,
Terintegrasi, efektif dan Efisien
4. Meningkatkan SDM yang Profesional di Bidangnya
5. Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian Berstandar Internasional
6. Menerapkan Tata Kelola yang Profesional, Akuntabel dan Transparan
23
3.5 Bagian sumber daya manusia
1. TENAGA KESEHATAN
Dokter Umum : 33 Orang
Dokter Gigi :6 Orang
Dokter Spesialis/Gigi Spesialis. : 73 Orang
Keperawatan : 494 Orang
Kefarmasian : 17 Orang
Kesehatan Masyarakat :2 Orang
Gizi :9 Orang
Keterapian Fisik :6 Orang
Keteknisan Medik : 44 Orang
Asisten Tenaga Kesehatan : 75 Orang
Non Tenaga Kesehatan : 288 Orang
Jumlah : 1048 Orang
24
Kelas Kamar Tempat Ruangan Tempat Tidur
Tidur
HCU 7 TT
Kelas 3 30 189
ICU 6 TT
Kelas 2 13 65
ICCU 6 TT + 4 TT (post
Kelas 1 23 53 tindakan)
VIP 2 2 PICU 7 TT
VVIP 1 1 NICU Level 1 : 10 TT
Level 2 : 12 TT
Isolasi 5 5 Level 3 : 7
Anak Isolasi : 3
Isolasi Paru 4 4
IW 1 4 Fasilitas Jumlah
kebidanan
Perinatolog 1 9 3.6 Pelayanan 24 jam (IGD)
i
Tempat tidur 18+6
Total TT Rawat Inap 324
Bagian Pelayanan
25
Kunjunga 2015 2016 2017 2018 2019*
n Ruangan (s/d
Kunjunga Jumlah Intensive juni)
n IGD HCU 328 523 719 920 377
2013 25.498 ICU 24 289 369 465 226
2014 28.202
ICCU 302 506 652 869 455
2015 28.488
NICU 374 513 463 454 212
2016 35.536
2017 32.928 PICU 184 387 347 420 265
2018 30 977
2019 (s/d 16827
juni)
Segmentasi pengunjung :
Segmen
Jan % Peb % Mar % Apr % Mei % Juni %
Pasar
BPJS 21,162 84.3 18,955 86.4 20,389 85.9 19,530 86.5 17,962 86.4 15,290 86.6
DKK 169 0.7 178 0.8 223 0.9 195 0.9 199 1.0 147 0.8
Umum 3,784 15.1 2,809 12.8 3,128 13.2 2,840 12.6 2,626 12.6 2,220 12.6
Total 25,115 100 21,942 100 23,740 100 22,565 100 20,787 100 17,657 100
26
3.7 Bagian Penunjang Medis
Data kunjungan :
Instalasi 2015 2016 2017 2018
Laboratoriu
m
27
BAB IV
PROFILE INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PASAR REBO
4.1 Profile Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
4.1.1 Visi, Misi Dan Motto Instalasi Radiologi
1. Visi Instalasi Radiologi
Menjadikan penunjang diagnostik yang berkualitas untuk rumah sakit.
2. Misi Instalasi Radiologi
1. Memberikan pelayanan radiologi yang terjangkau bagi masyarakat.
2. Menjadi pelayanan radiologi yang bermutu prima.
3. Meningkatan mutu dan kwalitas pelayanan radiologi.
C. Motto Instalasi Radiologi
Kepuasan Pasien dan Ketepatan Diagnosa adalah Tujuan Utama Kami.
28
c. Radiografi tulang-tulang muka dan kepala
d. Radiografi tulang-tulang ekstremitas
e. Radiografi gigi/geligi dengan panoramix
f. Radiografi BNO/ abdomen
g. Radiografi panggul/ pelvimetri
h. Radiografi dengan soft tissue
i. Radiografi bone age/ bone survey
29
v. Petugas administrasi memasukkan data-data pasien dan data
pemeriksaan kedalam computer
vi. Pasien dipersilakan menyelesaikan administrasi pembayaran rawat
jalan dikasir umum untuk pasien poli dan rujukan rs lain.
vii. Petugas administrasi mencantumkan nomor urut pasien pada formulir
pemeriksaan dan mempersilakan pasien untuk menunggu giliran
viii. Radiografer memastikan pemeriksaan yang diminta pada formulir
pemeriksaan
ix. Radiografer melakukan pemeriksaan sesuai SPO
x. Petugas ruang CR melakukan proses pencetakan foto. Jika diperlukan,
petugas melakukan konsul dengan dokter spesialis radiologi
xi. Radiografer mengecek hasil fotoBila hasil foto baik, pasien
dipersilakan pulang dan diberi tanda bukti pengambilan hasil
xii. Dokter radiologi melakukan ekspertise foto
xiii. Petugas administrasi memasukkan foto dan ekspertisenya kedalam
amplop setelah mengecek kesesuaian data pasien, jenis pemeriksaan
dan hasil foto.
xiv. Hasil rontgen yang sudah di ekspertise untuk pasien rawat jalan dapat
diambil dalam waktu 1x24 jam.Apabila foto ingin langsung dibacakan
untuk foto cito ditunggu dengan waktu ≤ 2 jam.
30
iii. Petugas radiologi dan perawat membuat kesepakatan mengenai
waktunya pasien untuk diantar ke radiologi
iv. Proses administrasi pasien rawat inap diselesaikan di ruangan
masing-masing sebelum pasien diantar ke radiologi
v. Di radiologi petugas memastikan pemeriksaan apa yang diminta, lalu
memasukkan data-data pasien dan data pemeriksaan ke dalam
komputer
vi. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan radiologi sesuai
permintaan dokter. Radiografer melakukan pemeriksaan sesuai SPO
vii. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruangan
viii. Petugas radiologi mencetak hasil rontgen ke film dan memberikan
rontgen basah atau tanpa ekspertise ke perawat.
ix. Ruangan diberikan waktu peminjaman foto basah tanpa ekspertisi
1x24 jam untuk kemudian dapat dikembalikan ke ruang radiologi
agar dapat dibacakan oleh dokter radiolog. Apabila foto ingin
langsung dibacakan untuk foto cito ditunggu dengan waktu ≤ 2 jam.
B. Tata Laksana Pemeriksaan CT Scan
1. Pengertian Pemeriksaan CT Scan
31
c. Pemeriksaan leher tanpa kontas
d. Pemeriksaan tulang belakang tanpa kontras
e. Pemeriksaan thorax tanpa kontras
f. Pemeriksaan abdomen tanpa kontras
g. Pemriksaan ekstremitas atas dan bawah tanpa kontras
h. Pemerikasaan urologi tanpa kontras
32
pasien dan menjadwalkan waktu pemeriksaan serta
mencatatnya pada formulir permintaan yang dibawa pasien.
iv. Petugas administrasi menentukan tarif pemeriksaan sesuai tarif
yang tercantum pada formulir permintaan
v. Petugas administrasi memasukkan data-data pasien dan data
pemeriksaan kedalam komputer
vi. Pasien dipersilakan menyelesaikan administrasi pembayaran
rawat jalan dikasir umum untuk pasien poli dan rujukan rs lain
sedangkan untuk pasien cendana dikasir cendana.
vii. Petugas administrasi mencantumkan nomor urut pasien pada
formulir pemeriksaan dan mempersilakan pasien untuk
menunggu giliran
viii. Radiografer CT Scan memastikan pemeriksaan yang diminta
pada formulir pemeriksaan
ix. Radiografer CT Scan melakukan pemeriksaan sesuai SPO
x. Radiografer CT scan melakukan proses pencetakan foto. Jika
diperlukan, petugas melakukan konsul dengan dokter spesialis
radiologi
xi. Radiografer CT Scan mengecek hasil foto Bila hasil foto baik,
pasien dipersilakan pulang dan diberi tanda bukti pengambilan
hasil
xii. Dokter radiologi melakukan ekspertise foto
xiii. Petugas administrasi memasukkan foto dan ekspertisenya
kedalam amplop setelah mengecek kesesuaian data pasien, jenis
pemeriksaan dan hasil foto.
xiv. Hasil rontgen yang sudah di ekspertise untuk pasien rawat jalan
dapat diambil dalam waktu 1x24 jam.
b. Alur Pemeriksaan Rawat Inap
i. Pelayanan instalasi radiologi buka untuk pasien rawat inap
selama 24 jam sehari untuk pemeriksaan radiologi CT Scan
tanpa kontras. Pemeriksaan radiologi CT Scan dengan kontras
33
dilayani pada hari senin-jumat pukul 08.00-14.00 WIB dan hari
sabtu pukul 08.00-13.00 WIB.
ii. Perawat rawat inap menghubungi petugas radiologi terlebih
dahulu bahwa akan mengantar pasien untuk CT Scan. Petugas
radiologi menanyakan pemeriksaan apa yang akan dilakukan.
iii. Petugas radiologi dan perawat membuat kesepakatan mengenai
waktunya pasien untuk diantar ke radiologi
iv. Proses administrasi pasien rawat inap diselesaikan di ruangan
masing-masing sebelum pasien diantar ke radiologi
v. Di radiologi petugas memastikan pemeriksaan apa yang diminta,
lalu memasukkan data-data pasien dan data pemeriksaan ke
dalam computer
vi. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan radiologi sesuai
permintaan dokter. Radiografer CT Scan melakukan
pemeriksaan sesuai SPO
vii. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruangan
viii. Hasil foto pasien rawat inap diserahkan langsung ke perawat
tanpa ekspertise (pinjam basah).
ix. Petugas radiologi memberitahu perawat untuk segera
mengembalikan foto untuk di ekspertise oleh radiolog dalam
waktu 1x24 jam.
C. Radiologi diagnostic imajing non pengion:
Ultrasonografi (USG) : kepala bayi, thorax, abdomen, tractus urinarius
dan organ reproduksi, musculoskeletal, 3 dimensi, dll.
D. BATASAN OPERASIONAL
34
Pelayanan radiologi cito 24 jam hanya diluar jam kerja untuk pasien IGD
dan rawat inap
35
Adapun kualifikasi SDM radiologi adalah:
Jumlah tenaga
Profesi Pendidikan Formal Sertifikasi
yang ada
SIP
Kompetensi 2
Spesialis radiologi S2 spesialis radiologi (SpRad)
SpRad
BLS
STR
Penata rontgen Kredensial
D-III Teknik Radiologi 12
radiodiagnostik Radiografer
SIP
PPR D-III Teknik Radiologi SIB 1
Kredensial
Perawat radiologi D-III Keperawatan Keperawatan 1
BLS
Administrasi Komputer
SMA 6
radiologi
36
JADWAL DINAS JENIS TENAGA JML KETERANGAN
dan Diagnostik Imajing I
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing II
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing III
- 1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing CT-
Scan I
- 1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing CT-
Scan II
- 1 orang di Instalasi Bedah
Sentral (C-Arm)
37
JADWAL DINAS JENIS TENAGA JML KETERANGAN
Perawat 1 -1 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing I & II
Administrasi 4 - 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing I
- 2 orang di Instalasi Radiologi
dan Diagnostik Imajing II
Sanitasi 1 Dinas harian
Standby di Instalasi Radiologi
Dinas Malam Radiografer 1
dan Diagnostik II
38
4.1.6 Standar Fasilitas
A. DENAH RUANG
39
B. STANDAR FASILITAS
No Fasilitas Jumlah
A. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruang Pemeriksaan CT-Scan 1
Luas :6x6m
Tinggi : 2,80 m
Dinding : Batu Bata 15 cm diplester
dan dilapisi 2,5 mm Pb setinggi 180 cm
Lantai : Keramik
Langit-Langit : Gypsum Tahan Api
Fasilitas :
1 buah tabung oksigen
Shielding 2,5 mm Pb 2 buah
Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3m
2. Ruang pemeriksaan Panoramic & Pemeriksaan III 2
Luas :4x3m
Dinding : Batu Bata 15 cm, dilapisi 2 mm Pb
Tinggi : 2.8 m
Lantai : Keramik
Langit-Langit: Gypsum Tahan Api
Fasilitas :
AC
Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3 m
3. Ruang pemeriksaan I 1
Luas :6x4m
Tinggi : 2.8 m
Dinding : Batubata 12 Cm Diplester, Dilapisi 2 Mm Pb
Lantai : Keramik
Langit-Langit : Gypsum
Fasilitas :
40
No Fasilitas Jumlah
AC
Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3 m
Perlengkapan Ruangan
a. X-Ray
Kateter 1
Nierbekken bengkok 2
Korentang 1
Pispot / urinal 1
Lampu pemeriksaan 1
Tabung O2/ O2 Sentral 1
Tensi meter 1
Stetoscop 1
41
No Fasilitas Jumlah
Suction sentral 4
Tiang Infus 1
Meja persiapan obat kontras 2
Alat untuk menulis 1
Meja Operator 4
Rak alat bantu pemeriksaan 2
Ruang Ganti pasien 3
Thermometer dinding 1
b. Proteksi radiasi
Lead apron 8
TLD 40
Lead gloves 2
Thyroid shield 2
Gonad shield 2
Dosimeter Saku 2
42
Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala
ketika meja kontrol pesawat dihidupkan
2. Tujuannya adalah:
Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi
dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi
Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk
tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut
Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
sedang aktif
Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan
pemeriksaan rontgen
Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila
ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi
yang setara dengan 2 mm timbale dan jendela tersebut harus ditutup ketika
penyinaran sedang berlangsung
Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi
minimal setara dengan 2mm timbal.
43
Model : Linear MC 150
Series number : SN FF4104
5. Pesawat Panoramic
Merk : Asahi
Model : Hyper-G
Series number : 24704802
6. Pesawat CR
Merk : Agfa
Model : CR-85-X
Series number : SN-6117
7. Printer CR
Merk : Agfa
Model : Drystar 5302
Series number : SN 17988
44
Model : Sirius 130 HP
Series number : SX14906404
9. Pesawat Mammografi
Merk : Hologic
Model : Lorad M-IV
Series number : SN 194101214993
45
Apabila dinding ruang konsultasi radiologi bersebelahan dengan ruang
pemeriksaan radiodiagnostik, maka persyaratan dindingnya harus sesuai dengan
ketentuan konstruksi dinding pemeriksaan.
Ruang Gudang
46
2. Penyaluran listrik ke peralatan radiologi menggunakan kabel jenis
NYFGBY (jika ditanam dalam tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam)
dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan peralatan
dari panel induk ke panel radiologi dan dari panel radiologi ke panel alat.
Sedangkan catu daya listrik ke penerangan terpadu, film processor,
computer dan data system imajing mendapat catu daya listrik UPS/ NBS.
Pengamatan peralatan
Untuk mengamankan peralatan radiologi dari arus bocor, system pembumian
menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16 mm2 dan pada ujung
kabel dipasang elektroda.
Kabel BC dan elektroda dimasukkan ke dalam pipa galvanis yang terlebih
dahulu disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi.
Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan, dengan mengukur besaran
nilai pembumian yang diijinkan.
Resistensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM.
47
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai table/ketentuan, agar
pihak Rumah Sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara
berkala setiap setahun sekali.
Untuk mencapai nilai resistensi tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa elektroda apabila 1(satu) buah elektroda tidak dapat
mencapai nilai yang diinginkan.
BAB V
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
48
memprioritaskan masalah yang digunakan adalah pembobotan berdasarkan
kriteria berikut :
1. Pentingnya Masalah
Makin penting (Importance) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaian masalahnya. Beberapa ukuran pentingnya masalah antara
lain :
a. Besarnya masalah (Prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase)
2. Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (Technical Feasibility), makin diprioritaskan
masalah tersebut.
3. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana
dan sarana untuk mengatasi masalah (Resource Ability) makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk
setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya
paling besar.
49
50
1.1.2 Diagram Fish Bone
Perencanaan
Tidak Optimal
datang 1 minggu
51
1.2 Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Ananda Bekasi
Dalam upaya pemecahan masalah digunakan metode siklus deming atau
sering disebut siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Siklus tersebut
merupakan empat langkah iteratif dalam pengendalian kualitas.
A. PLAN
1. Membuat pertemuan dengan Direktur, Wakil direktur, Manager, dan
Kepala Instalasi membahas jumlah ketenagaan sumber daya manusia
2. Mengajuka ke bagian SDM dan keuangan membuat anggaran
tahunan untuk penambahan sumber daya manusia atau karyawan
baru.
3. Mengajukan penambahan alat radiologi dan perbaharuan alat yang
sudah tidak layak digunakan.
4. Menerapkan perencanaan pengelolaan sumber daya manusia dalam
perawatan alat raiologi
5. Meningkatkan pelatihan internal mauupun eksternal dalam
pengelolaan mutu radilogi.
6. Melakukan review jumlah karyawan dengan melihat peningkatan
jumlah pasien.
7. Mensosialisasikan kembali pembuatan pola ketenagaan
B. DO
1. Mengadakan rapat koordinasi Direktur, Wakil direktur, Manager,
dan Kepala Instalasi dan SDM
2. Mengajukan kepada bagian Direktur, direktur medis, SDM dan
keuangan membuat anggaran tahunan untuk rekrutmen karyawan
baru
3. Melakukan rekruitment untuk Instalasi yang masih kekurangan
sumber daya manusia
4. Mengadakan pelatihan bagi karyawan
52
5. Mensosialisasi kebijakan pedoman, uraian tugas dan SPO setiap
Instalasi dan menerapkan kebijakan pedoman, uraian tugas dan SPO
setiap Instalasi
C. CHECK
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap beban kerja karyawan
2. Melakukan audit terhadap karyawan baru dan karyawan lama terkait
kinerja karyawan
3. Melakukan audit laporan pola ketenagaan
D. ACTION
1. Mengadakan pertemuan berkala dengan kepala Instalasi
2. Melakukan follow up keputusan direktur mengenai penambahan
sumber daya manusia
3. Membuat laporan terkait kurangnya sumber daya manusia
4. Melakukan pelatihan internal dalam pelayanan radiologi
53
Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo
Presentasi Hasil Laporan
8 Residensi di Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo
54
Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo
Melakukan Rekrutmen
Dan Seleksi Sumber
Daya Manusia atau
karyawan baru untuk
Instalasi Radiologi
Melakukan proses
orientasi untuk setiap
karyawan baru di Rumah
Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo
Melakukan penilaian
kinerja karyawan baru di
Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo
BAB VI
PENUTUP
55
1.1 Kesimpulan
1. Pelayanan Instalasi Radiologi dan Diagnostik Imajing terintegrasi
merupakan bagian integral dari pelayanan penunjang medik bersama
dengan sarana penunjang medik lainnya, dimana memerlukan perhatian
khusus. Instalasi radiologi sebagai salah satu penunjang diagnostik
memiliki peranan yang besar dalam menentukan diagnosa suatu penyakit,
disamping adanya resiko bahaya karena penggunaan sumber radiasi
pengion dan atau sumber radiasi aktif lainnya, baik terhadap pekerja
pasien maupun lingkungan.
2. Pelayanan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
belum optimal dikarenakan kurangnya sumber daya manusia khususnya
dokter spesialis radiologi yang mengakibatkan pembacaan hasil
pemeriksaan membutuhkan waktu lebih lama. Namun untuk berdasarkan
indikator mutu kinerja unit pelayanan radiologi tercapai 100% sesuai
dengan target.
1.2 Saran
1. Instalasi membuat pola ketenagaan untuk mengetahui beban kerja dan
jumlah karyawan dengan lebih terperinci.
2. Instalasi membuat laporan terkait kurangnya sumber daya manusia.
3. Melakukan rekruitment untuk Instalasi yang masih kekurangan sumber
daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
56
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
Iskandar. (2008).Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien. Penerbit Sinar
Grafika. Jakarta.
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM rumah sakit: Teori, metoda dan formula.
Depok: Universitas Indonesia.
Mathis dan Jackson (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat.
Mardiyanto, A. (2014). Recruitment Handbook: Panduan Praktis untuk
Melakukan Rekrutmen dan Seleksi. Sukoharjo: Insight Solusi Mandiri.
Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Rivai, V. & Sagala, E.J. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siagian, S.P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunyoto,Danang.(2013).Manajemen Sumber Daya Manusi.cetakan
ke2.Jakarta:CAPS(Center of Academic Publishing Service).
Widodo, (2015).Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.cetakan ke-
2.Yogyakarta:Pustaka Belajar
57
58