Anda di halaman 1dari 40

Panduan Pelatihan Kewirausahaan

PANDUAN PELATIHAN
Kewirausahaan

UNTUK SIAPA PANDUAN INI?


 Berguna untuk fasilitator atau pelatih yang belum pernah memfasilitasi
suatu kegiatan pelatihan sebelumnya, terutama dalam pelatihan
Kewirausahaan karena memang modul ini bersifat teknis dan aplikatif.
 Trainer atau fasilitator profesional untuk pengayaan materi dan
penambahan pengalaman pelatihan dalam Kewirausahaan.
 Peserta pelatihan Kewirausahaan sebagai bahan rujukan dalam
melakukan Penelitian Kewirausahaan.
 Local NGOs (Organisasi Non-Pemerintah lokal) yang berskala kecil dan
sedang untuk meningkatkan capacity building lembaga dalam
Kewirausahaan dan Pelatihannya.

Rincian Sesi-Sesi Pelatihannya...


Setiap sesi dari pelatihan Kewirausahaan akan dideskripsikan dengan tabel
rencana penyampaian materi (teaching plans) untuk kemudahan yang disertai
deskripsi aktivitas yang akan dilakukan di kelas pelatihan. Sedangkan lama
waktu dari Pelatihan Kewirausahaan ini adalah selama 1 (satu) bulan. Dimana
setiap Minggunya terdiri dari dua sesi.
Penyajian materi pokok oleh fasilitator dirinci ke dalam beberapa sub-sub
materi setiap sesinya. Kemudian penjelasan lebih jauh dan mendalam akan
dijabarkan oleh fasilitator mengenai Kewirausahaan di kelas pleatihan. Tentunya
adapula materi-materi tambahan pegangan fasilitator untuk memperkaya bahan
materi modul ini. Setiap sesi-sesi dari modul ini dirinci kembali kedalam
beberapa sub-sub materi. Detailnya topik-topik pokok tersebut adalah sebagai
berikut:

Minggu I
 Sesi 1 : Pembukaan, Perkenalan dan pencairan suasana
 Sesi 2 : Perspektif revolusi kewirausahaan

Minggu II
 Sesi 3 : Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis,
dan HAKI
 Sesi 4 : Menciptakan dan Memulai Usaha Baru

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 1


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

 Sesi 5 : Menjelaskan Sumber-Sumber Modal

Minggu III
 Sesi 5 : Menjelaskan Sumber-Sumber Modal
 Sesi 6 : Menghasilkan, mengeksploitasi, mengembangkan, mengelola,
dan mengakhiri suatu perusahaan baru

Minggu IV
 Sesi 7 : Social Entrepreneurship, Ecological Entrepreneurship,
Government Entrepreneurship
 Sesi 8 : Model dan Analisis Kelayakan Bisnis

Apa Saja Bahan-Bahan Yang Dibutuhkan?


 Papan nama untuk setiap peserta
 Kertas flipchart dan Plano
 Papan flipchart
 Spidol tebal berwarna sebanyak mungkin
 Kartu indeks (seukuran setengah kertas A4) yang termasuk tool kit
 Sebuah komputer yang dapat dipergunakan untuk presentasi dan laayar
untuk memproyeksikan.
 Sebuah meja untuk meletakkan materi dan dokumentasi
 Wireless untuk pengeras suara.
 Presentasi disimpan dalam perangkat keras komputer atau disket
 Radio tape atau amplifier.

APA METODE PENGAJARAN DI KELASNYA?

Pembahasan kasus — Fasilitator dapat menggunakan kasus-kasus yang dialami


oleh peserta daripada sekedar memberikan contoh kasus yang ada dalam
panduan.

Games — Fasilitator dapat menerpakan permainan-permainan yang dapat


mencairkan suasana kelas sehingga meningkatkan semangat dan dinamika kelas
dari peserta.

Latihan — Contoh dalan latihan dapat diganti dengan proyek atau kegiatan
berdasarkan pengalaman peserta masing-masing.

Presentasi — Fasilitator diharapkan dapat memberi pengarahan berupa konsep


umum pada setiap awal sesi dan menyimpulkan setiap hasil pembahasan
partisipatif dalam kerangka konseptual itu.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 2


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Diskusi Partisipatoris — Fasilitator memberi pemancing diskusi untuk dibahas


oleh peserta dalam kelompok-kelompok kecil. Pemancing dapat berupa
pertanyaan singkat atau juga pernyataan yang harus disetujui atau tidak dan
disanggah oleh oleh kelompok peserta yang betrsifat aktif partisipatoris.

Ceramah — Lamanya ceramah mengenai Kewirausahaan beserta materi-materi


pokok dan sub-sub materi lainnya yang diberikan sesuai dengan kondisi dan
bobot penyampaian materinya, terutama untuk menjawab pertanyaan dan
memberi contoh-contoh yang memang memerlukan waktu extra dalam
penyampaiannya. Berkenaan dengan modul ini, fasilitator akan menjelaskan
lebih dalam berkenaan dengan materi pokok tambahan Kewirausahaan dalam
pelatihan intinya.

KKL — KKL atau Kunjungan Kerja Lapangan ini dilakukan di akhir pelatihan
untuk memperdalam pengalaman peserta dalam beriwausaha secara langusung
dengan pihak-pihak counterpart (UKM di lingkungan Depok/Jakarta) yang telah
bersedia untuk dikunjungi

Bagaimana menggunakan buku panduan ini?


‚...Oleh karena buku ini adalah untuk fasilitator dan peserta, maka
penerapan dari panduan ini pertama-tama digunakan oleh fasilitator
dahulu seperti tabel rencana penyajian dan pengajarannya, kemudian
dijelaskan dengan pemberian bahan-bahan yang terkait dengan materi
pelatihan yang berguna juga untuk peserta dan siapapun sebagai
pegangan dalam pelatihan ini.‛

Apa saja bahan-bahan yang perlu dipersiapkan?


 Pastikan bahwa semua bahan (kuesioner; fotokopi lembar instruksi,
sinopsis film, dan contoh kasus, serta tool kit) telah dipersiapkan sebelum
memulai sebuah sesi.
 Pastikan bahwa alat tulis-menulis, kertas flipchart, dan kartu metaplan
tambahan telah tersedia, sedangkan segala alat elektronik yang diperlukan
berfungsi baik.
 Jika perlu, sediakan cue cards pribadi untuk membantu mengingat tahapan-
tahapan dalam suatu sesi.
 Perhatikan waktu yang telah digunakan. Letakkan jam tangan di tempat
yang mudah terlihat, jika perlu.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 3


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Fasilitas pelatihannya?
 Hampir seluruh kegiatan pelatihan ini melibatkan kegiatan kelompok
kecil.
 Aturlah ruangan sehingga 4-6 peserta dapat duduk secara melingkar,
tetapi tetap dapat mendengar dan melihat fasilitator.
 Sediakan flipchart untuk kegiatan kelompok.
 Tempat pelatihan yang ideal adalah ruangan yang baik dan tenang
sehingga tidak terganggu oleh suara dering telepon, dan dinding-
dindingnya dapat dipakai untuk menempelkan flipchart.
 Pemisah ruang tidak akan dibutuhkan jika ruangan cukup luas untuk
melakukan kelompok kerja.

Fasilitasi
 Interaksi merupakan hal yang sangat penting untuk partisipasi peserta
pelatihan.
 Pembelajaran akan optimum jika para peserta mampu berbagi
pengetahuan dan menerapkan pengalaman mereka dalam memahami
konsep-konsep baru yang diperkenalkan. Latihan dan kerja kelompok
dimaksudkan untuk memenuhi maksud itu.
 Cara terbaik untuk memperoleh umpan adalah melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan yang baik. Sebagian besar kegiatan diakhiri
dengan ‚pertanyaan-pertanyaan proses‛ yang akan membantu pelatih
merangkum dan menutup sesi sekaligus memberi kesempatan kepada
para peserta untuk berbagi ide.
 Di awal pelatihan, juga di awal setiap kegiatan, yang paling penting
adalah memperjelas tujuan atau maksud dan menjelaskan agenda. Ini
memberikan arah kepada apa yang diniatkan fasilitator untuk dilakukan.
 Agar partisipasi peserta dapat maksimum, fasilitator perlu merespon
kebutuhan-kebutuhan yang mereka ekspresikan sepanjang pelatihan.

Petunjuk untuk Peserta


1. Persiapan
 Semestinya peserta telah menerima panduan pelatihan ini beberapa hari
sebelum acara pelatihan dimulai.
 Dengan demikian, peserta akan dapat mempersiapkan diri dengan lebih
baik.
2. Dinamika Kelompok
 Proses pelatihan ini diarahkan untuk menciptakan iklim belajar dalam
suatu kelompok, sehingga semua merasa didengar dan merasa bebas
untuk berpartisipasi aktif.
 Proses pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mengenali kebutuhan tiap-
tiap kelompok sehingga semua kelompok dapat menyelesaikan tugas,

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 4


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

semangat kelompok terjaga, dan anggota kelompok dapat memberi


masukan sebaik-baiknya.
 Dinamika kelompok yang tinggi akan mengakibatkan struktur kelas yang
relatif lebih bebas. Orang-orang tidak selalu harus duduk di kursi dan
menghadap ke depan. Pengaturan kelas dapat berupa lingkaran, tanpa
meja, bahkan di lantai, jika memungkinkan. Kadang-kadang peserta akan
memperoleh kesempatan untuk berjalan-jalan, bukan hanya di dalam
ruangan tertutup, bahkan juga di luar ruangan.

3. Partisipatoris
 Proses pelatihan ini diarahkan untuk menjamin agar semua terlibat aktif
dalam penyusunan agenda bersama, berbagi hasil pembelajaran, dan
penggunaan kelompok-kelompok lebih kecil.
 Untuk itu, setiap peserta diharapkan mau dan mampu terlibat dalam
proses pengambilan keputusan sehingga merasa menjadi ‘bagian’ dari
keputusan itu dan merasa wajib melaksanakannya.
 Faktor perasaan setiap peserta menyangkut suatu isu dipandang penting
dan, oleh karenanya, semua peserta dianjurkan untuk mengungkap dan
mengangkatnya di depan umum.
 Peserta dan faslitator pelatihan perlu menyelesaikan segala konflik yang
muncul secara baik, sehingga semua suara didengar, pandangan baru
disertakan, dan tidak ada yang merasa harus mengalah.
 Setiap orang didorong untuk memberi dan menerima umpan balik
sehingga semua orang yang hadir dapat berkembang dan rintangan kerja
kelompok dapat diatasi.
 Evaluasi partisipatoris akan digunakan untuk menilai kegiatan pelatihan
ini.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 5


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi 1:
Pembukaan dan Pencairan Suasana

Tujuan:
Pada akhir sesi para peserta akan:
Saling mengenal sehingga terbangun suasana yang lebih santai dan
nyaman untuk memasuki proses pelatihan;
Memahami sistematika pelatihan selama dua hari;
Mengenali harapan dan kekhawatiran mereka terkait dengan pelatihan.

Topik yang akan dipelajari:


Identitas diri peserta
Pemetaan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik peserta
Pemetaan harapan dan kekhawatiran perserta terkait dengan pelatihan

Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam

Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: Presentasi power point,
Pengenalan diri dan kontrak belajar lcd, layar, flipchart,
papantulis, spidol,
isolasi
15‛ Kegiatan 2: Lembar fotokopi
Jajak pendapat awal; pemetaan tingkat kuesioner, alat tulis
oengetahuan, sikap, dan praktik peserta
15‛ Kegiatan 3: Kartu indeks, papan tulis,
Curah pendapat: harapan dan spidol, isolasi,
kekahwatira peserta

Rincian Kegiatan:
Memperkenalkan tujuan sesi dan kegiatan yang akan dilakukan

Kegiatan 1
Fasilitator membuka acara dengan memperkenalkan diri dan
fasilitator lainnya. Para peserta diberi kesempatan untuk memperkenalkan
diri secara singkat dengan menyebutkan nama, asal lembaga, dan
jabatan dalam lembaga masing-masing (5‛).
Fasilitator mengajak peserta melakukan permainan ‚Ini Teman
Saya...‛ Caranya: seorang peserta memperkenalkan seorang peserta yang
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 6
Panduan Pelatihan Kewirausahaan

lain dimulai dengan kalimat, ‚Ini teman saya ... (misalnya) Eko Purnama.‛
Lantas peserta itu memberitahu empat hal pribadi tentang peserta
yang sedang diperkenalkannya itu, dengan syarat semua pernyataan
itu bersifat positif dan tidak bersifat SARA. Misalnya, ‚Dia senang
bermain bola. Tapi, waktu kecil, dia lebih sering memancing dan
berenang di pantai dekat rumahnya.‛ Peserta yang sedang iperkenalkan
itu memberi tanggapan terhadap keempat pernyataan dengan
membenarkan (misalnya, mengangkat jempol atau mengangguk-angguk)
atau menyalahkan (misalnya, menggeleng atau menggoyangkan
tangan). Terakhir, peserta yang memperkenalkannya menutup dengan,
‚Paling teman saya Eko. Sambutlah Eko.‛ Semua yang hadir
menyahut, ‚Selamat datang, Eko.‛
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bergantian
memperkenalkan seorang rekan lainnya hingga selesai (25‛).
Fasilitator menjelaskan cakupan topik, tujuan per sesi, dan alokasi waktu
dari pelatihan dua hari ini dan memberi kesempatan bertanya jawab (5‛).
Fasilitator mengajak peserta membuat kontrak belajar di kelas selama
pelatihan yang merinci aturan bersama. Ketentuannya, ‚segala sesuatu
tidak dilarang boleh dikerjakan, segala sesuatu yang disepakati harus
dikerjakan.‛ Setiap peserta memperoleh dua lembar kertas indeks untuk
menulis dua hal yang mereka anggap dilarang dilakukan selama
pelatihan (misalnya, dilarang terlambat, dilarang merokok di kelas,
dilarang menerima telepon selama proses pembelajaran, dan hal-hal
lainnya sesuai kesepakatan). Setelah kartu terkumpul, peserta bersepakat
tentang apa-apa yang telah ditulis (10‛).

Kegiatan 2
Fasilitator menjelaskan bahwa jajak pendapat tertulis akan dilakukan
terkait dengan pengetahuan, sikap, dan praktik peserta menyangkut
Kewirausahaan.
Fasilitator membagikan fotokopi kuesioner (lihat Lampiran 1) agar
peserta dapat mengisinya. Setelah kuesioner terkumpul, fasilitator
merangkum hasil kuesioner secara sekilas (5‛).

Kegiatan 3
Fasilitator menjelaskan pentingnya mengidentifikasi berbagai harapan
dan kekhawatiran terkait dengan pelaksanaan pelatihan ini.
Untuk itu, fasilitator meminta setiap peserta untuk menentukan apa
yang menjadi harapan dan kekhawatiran utama mereka dan
menuliskan setiap pernyataan pada secarik kartu indeks.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 7


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Fasilitator membagikan dua kartu indeks kepada setiap peserta untuk


ditulisi (5-10‛).
Fasilitator mengajak satu-dua peserta untuk membantu menyusun
dan mengelompokkan kartu indeks pada kertas flipchart di papan tulis.
Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan harapan dan
kekhawatiran yang teridentifikasi dan antisipasi yang diperlukan (10-15‛).

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 8


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi 2:
Perspektif Revolusi Kewirausahaan

Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
 Peseta mampu memahami konsep-konsep serta perspektif dasar dari
kewirausahaan baik secara teoritis maupun empiris
 Peserta mampu menggunakan dengan baik, konsep, perilaku, dan pola
fikir kewirausahaan sebagai sebuah paradigma dalam memulai usaha

Topik yang akan dipelajari:

a. Pengertian kewirausahaan
b. Pola pikir berwirausaha
c. Intensi-intensi kewirausahaan dan kewirausahaan korporat
d. Peluang kewirausahaan internasional
e. Tantangan, masa depan, etika dan tanggung jawab wirausaha
f. Good Corporate Governance
g. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia

Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok

Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam

Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
20‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Pengertian kewirausahaan dan pola fikir LCD projector, layar,
berwirausaha
30‛ Kegiatan 2: Presentasi PowerPoint,
Intensi-intensi kewirausahaan dan LCD projector, layar,
kewirausahaan korporat, Peluang
kewirausahaan internasional,
40‛ Kegiatan 3: Presentasi PowerPoint,
Tantangan, masa depan, etika dan LCD projector, layar,
tanggung jawab wirausaha, Good
Corporate Governanc, Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Indonesia

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 9


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 3


1. Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:

Siapakah yang disebut sebagai seorang pengusaha? Apakah yang dimaksud

dengan kewirausahaan? Bagaimanakan proses kewirausahaan berjalan?

2. Pengusaha (Entrepreneur)

Definisi:

Kata pengusaha (Entrepreneur) berasal dari bahasa Perancis, yang jika

diterjemahkan secara bahasa, berarti ‚di antara-pengambi‛ (between-taker)

atau ‚menuju-di antara‛ (go-between). Pengusaha ialah seseorang yang

mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru.

a. Periode Awal

Contoh definisi yang paling awal dari [pengusaha sebagai sebuah go-between

adalah Marco Polo, yang mencoba untuk mengembangkan rute perdagangan

hingga Timur Jauh.

b. Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, istilah pengusaha sudah digunakan untuk

menggambarkan pelaku maupun orang yang mengelola proyek-proyek

produksi besar. Pada proyek-proyek seperti itu, orang-orang ini tidak

mengambil resiko apapun, melainkan mengelola proyek dengan sumber daya

yang disediakan, biasanya oleh pemerintah atau negara. Satu jenis pengusaha

pada abad pertengahan adalah klerek (clerec), yaitu orang yang ditugaskan

untuk pekerjaan arsitektur, seperti pembangunan kastil dan menara, gedung-

gedung umum, dan katedral.

c. Abad ke-19 dan 20

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 10


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Pada pertengahan abad ke-20, muncul istilah pengusaha sebagai inovator

(entrepreneur as an innovator):

Fungsi seorang pengusaha adalah mereformasi atau merevolusi pola

produksi dengan mengeksploitasi sebuah penemuan, atau secara umum,

sebuah metode teknologi produksi komoditas baru yang belum dicoba atau

memproduksi produk lama dengan cara baru, membuka sebuah sumber

pasokan bahan baku yang baru atau sebuah gerai baru untuk produk, dengan

mengorganisasi sebuah industri baru. 1

Dalam definisi ini, konsep inovasi dan kemutakhiran adalah sebuah bagian

yang integral dari kewirausahaan. Pada akhirnya, inovasi, tindakan untuk

memperkenalkan sesuatu yang baru, merupakan satu dari tugas yang paling

sulit untuk pengusaha. Dibutuhkan bukan hanya kemampuan untuk

menciptakan dan mengonsepkan, tetapi juga kemampuan untuk memahami

seluruh kekuatan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut.

3. Definisi Pengusaha saat ini

Konsep tentang pengusaha kemudian didefinisikan kembali ketika prinsip-

prinsip dari dan istilah dari sebuah bisnis, manajerial, dan perspektif pribadi

dipertimbangkan.

Pada hampir setiap definisi kewirausahaan, terdapat kesepakatan tentang apa

yang dimaksud dengan sejumlah perilaku yang meliputi: (1) pengambilan

inisiatif, (2) pengorganisasian dan pengorganisasian kembali mekanisme

sosial dan ekonomis untuk mengubah sumber daya dan situasi menjadi

praktis, (3) penerimaan resiko atau kegagalan.

1
Joseph Shumpeter. Can Capitalism Survive?. New York: Harper & Row. 1952. hlm 72

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 11


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Bagi seorang ekonom, pengusaha adalah seseorang yang menggabungkan

sumebr daya, tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan

nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan

perubahan, inovasi, dan tatanan baru. Bagi seorang pebisnis, seorang

pengusaha tampak seperti ancaman, kompetitor yang agresif, sementara bagi

pebisnis lain, pengusaha tersebut mungkin seorang teman, sebuah sumber

pasokan, seorang pelanggan, seseorang yang menciptakan kekayaan bagi

orang lain atau yang menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan

sumber daya, mengurangi pemborosan, serta menghasilkan pekerjaan bagi

orang lain dan memiliki kebanggaan akan hal tersebut. 2

Kewirausahaan adalah sebuah proses dinamis dalam menciptakan

tambahan kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang menanggung

resiko utama dalam hal modal, waktu, dan/atau komitmen karier atau

menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. 3

4. Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang

baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan,

menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi,

menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan

kebebasan pribadi. 4

2
Karl Vesper. New Venture Strategies. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1980. hlm 2
3
Robert C. Ronstadt. Entrepreneurship. Dover, MA: Lord Publishing Co. 1984. hlm 28
4
Definisi ini dimodifikasi dari definisi yang pertama kali dikembangkan oleh seorang pengusaha
perempuan. Lihat Robert D. Hisrich dan Candida G. Brush, The Woman Entrepreneur: Starting, Financing,
and Managing a Successful New Business. Lexington, MA: Lexington Books, 1985. hlm 18

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 12


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Definisi ini menekankan empat aspek dasar dari menjadi seorang

pengusaha.

Pertama, kewirausahaan melibatkan proses penciptaan-menciptakan suatu

nilai baru. Penciptaan haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan bagi

pelanggan untuk siapa ciptaan tersebut dikembangkan. Pelanggan dapat

berupa (1) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis, (2) administrasi

rumah sakit untuk prosedur atau peranti lunak baru, (3) calon murid

untuk sebuah kursus baru atau bahkan kuliah kewirausahaan, atau (4)

pengguna untuk jasa baru yang disediakan oleh sebuah badan nirlaba.

Kedua, kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang

dibutuhkan.

Ketiga, definisi tersebut melibatkan penghargaan menjadi seorang

pengusaha. Penghargaan yang paling penting adalah kebebasan, lalu

kepuasan pribadi. Bagi seorang pencari laba, penghargaan moneter adalah

juga penting, uang menjadi indikator tingkat sukses yang dicapai.

Menanggung resiko yang dibutuhkan adalah aspek akhir dari

kewirausahaan. Suatu tindakan membutuhkan waktu, sedangkan hasil di

masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari tindakan

tersebut mengandung ketidakpastian. 5

POLA PIKIR BERWIRAUSAHA

Tujuan:

 Memperkenalkan efektuasi sebagai cara seorang pengusaha berpikir

 Mengembangkan pandangan bahwa pengusaha belajar untuk dapat

beradaptasi secara kognitif

5
L.V. Mises. Human Action: A Treatise on Economics, edisi revisi 4. San Fransisco, CA: Fox & Wilkes. 1949

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 13


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

 Mengakui bahwa pengusaha mengalami kegagalan dan mengetahui

proses bagaimana mereka memaksimalkan kemampuan belajar dari

pengalaman tersebut

 Bergerak melampaui pengusaha individu agar membedakan antara

perusahaan secara kewirausahaan dengan perusahaan yang dikelola

secara lebih tradisional

Bagaimana Pengusaha Berpikir

Pengusaha berpikir dengan cara yang berbeda dari golongan non-pengusaha.

Selain itu, seorang pengusaha dalam situasi tertentu mungkin akan berpikir

secara berbeda ketika berhadapan dengan tugas atau lingkungan keputusan yang

berbeda. Pengusaha sering kali membuat keputusan dalam ingkungan

ketidakpastian yang tinggi di mana resiko yang dihadapi juga tinggi, tekanan

waktu yang mendesak, dan dalam investasi yang melibatkan emosi. Dengan

lingkungan pengambilan keputusan yang seperti itu, seorang pengusaha kadang

kala harus:

- Menumbuhkan efektuasi

- Dapat beradaptasi secara kognitif

- Belajar dari kegagalan

Efektuasi

Terdapat dua proses yang dapat dipilih oleh pengusaha berkaitan dengan

hasil yang dicapai. Proses pertama disebut dengan proses kausa, yang

merupakan sebuah proses dimulai dengan hasil yang diinginkan dan berfokus

pada cara untuk mendapatkan hasil tersebut. Kedua, pengusaha seringkali

menggunakan proses efektuasi (effectuation process), yang berarti mereka

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 14


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

menggunakan apa yang mereka miliki (siapa mereka, apa yang mereka tahu, dan

siapa yang mereka tahu), lalu memilih di antara hasil yang memungkinkan.

ILUSTRASI

Seorang juru masak ditugaskan untuk menyiapkan makan malam. Ada

dua cara untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pertama, tuan rumah atau

klien memilih menu terlebih dahulu. Apa yang dibutuhkan seorang juru

masak adalah mendaftar bahan-bahan yang dibutuhkan, belanja, lalu

memasak. Ini adalah proses kausa, dimulai dengan sebuah menu tertentu

dan berfokus pada pemilihan cara yang paling efektif untuk menyiapkan

makanan.

Pada kasus kedua, tuan rumah meminta kepada juru masak untuk

melihat bahan dan bumbu yang tersedia di dapur lalu menyiapkan

masakan. Dalam hal ini, juru masak harus membayangkan menu yang

mungkin dihasilkan berdasarkan bahan dan bumbu yang ada, memilih

menu, dan menyiapkan makan malam. Inilah yang disebut dengan proses

efektuasi, dimulai dari bahan dan bumbu yang tersedia, lalu berfokus untuk

menyiapkan satu atau lebih menu yang dapat dihidangkan. 6

Penggunaan proses efektuasi dalam membangun perusahaan

memungkinkan pengusaha dapat membangun beberapa jenis perusahaan yang

berbeda dalam industri yang sama sekali berbeda. Ini berarti bahwa gagasan

awal (kumpulan kausa) tidak berimplikasi pada satu cakupan strategis tunggal

apa pun bagi perusahaan )atau efek tertentu). Sebaliknya, proses efektuasi

memungkinkan pengusaha menciptakan satu atau beberapa efek yang mungkin

terjadi tanpa memerhatikan tujuan akhir yang akan dicapai dari apa yang telah

6
S. Sarasvathy. Causation and Effectuation: toward a Theoretical Shift from Economic Inevitability to
Entrepreneurial Contingency. Academy Management Review 26. 2001. Hlm 245.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 15


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

dimulainya. Proses ini bukan hanya memungkinkan realisasi beberapa efek yang

mungkin terjadi (meskipun secara umum hanya satu atatupun beberapa yang

benar-benar direalisasikan dalam implementasinya), tetapi juga

memperbolehkan pengambil keputusan mengubah tujuannya atau bahkan

membentuk dan membangun tujuan itu sepanjang waktu, menggunakan

kontinjensi ketika proses tersebut timbul. 7

Profesor Saras Sarasvathy (dari Darden, University of Virginai)

menyatakan bahwa efektuasi bukanlah cara yang lebih baik dalam proses

pemikiran yang melibatkan kausa; tetapi hanya untuk memperlihatkan sebuah

cara yang kadang kala dipikirkan oleh seorang pengusaha. Sarasvathy dengan

jelas mendeskripsikan imlikasi efektuasi untuk pengusaha dalam beberapa

prinsip dasar. 8

1. Prinsip patchwork quilt (patchwork quilt principle). Merupakan sebuah

prinsip tindakan yang didorong oleh keinginan (means-driven, berlawanan

dengan yang didorong oleh tujuan—goal-driven). Penekanannya disini

adalah menciptakan suatu hal baru dengan cara yang ada daripada

menemukan cara baru untuk mencapai tujuan tertentu. ‚Patches‛ adalah

cara—suatu ‚siapa saya‛, ‚aa yang saya tahu‛, dan ‚siapa yang saya

tahu‛ (yang menunjukkan ‚apa yang saya miliki‛) – dan pola ini

dikombinasikan untuk membentuk sesuatu yang baru dan unik (the

effectual quilt).

2. Prinsip resiko yang dapat ditanggung (affordable loss principle). Prinsip ini

menetapkan komitmen di awal terhadap kesediaan seseorang untuk

menanggung kerugian daripada berinvestasi dengan mengalkulasi imbal

hasil yang diharapkan dari suatu proyek. Kalkulasi mengenai kesediaan

seseorang untuk menanggung kerugian ini tidak bergantung pada dugaan

7
Sarasvathy. Causation and Effectuation. Hlm 245-247.
8
S. Sarasvathy. Effectuation: Elements of Entrepreneurial Expertise. Edward Elgar Publishers. 2006.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 16


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

yang tepat dalam sebuah lingkungan dengan ketidakpastian yang sangat

tinggi, tetapi bergantung pada kondisi keuangan serta psikologis

pengusaha untuk menanggung sejumlah kerugian. Dengan prinsip ini,

pengusaha dapat berekspermen dalam sebuah usaha baru pada

lingkungan yang tidak pasti dengan kerugian maksimum yang diketahui

apabila hal yang diharapkan tidak terjadi.

3. Prinsip burung di tangan (bird-in-hand principle). Prinsip ini melibatkan

negosiasi dengan setiap dan seluruh pihak berkepentingan yang bersedia

memberikan komitmen utnuk proyek, tanpa mengkhawatirkan biaya-

biaya peluang atau mengelaborasi analisis persaingan.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 17


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi-3:
Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis, dan HAKI

Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
 Peserta dapat memahami dan membedakan devinisi dari keratifitas,
inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisinis dan HAKI
 Peserta pelatihan mampu menggunakan dengan baik, konsep,
perilaku, dan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
wirausahawan dalam mengekspresikan kreatifitas, inovasi, strategi
penciptaan nilai maupun melihat peluang bisnis.

Topik yang akan dipelajari:


a. Kreativitas dan berpikir kreatif
b. Inovasi dan strategi penciptaan nilai
c. Peluang bisnis
d. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok

Total Waktu yan dibutuhkan : 1 jam


Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: LCD projector, kertas
Games ‚berfikir kreatif‛ flipchart, spidol, isolasi,
karton warna tempel,
30‛ Kegiatan 2: Fotokopi lembar kaji latih-2
Inovasi dan strategi penciptaan nilai, untuk setiap kelompok,
Peluang bisnis spidol, karton warna,
solatip tempel, flipchart,
5‛ Kegiatan 3: Presentasi PowerPoint, LCD
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) projector, layar

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 18


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

BAHAN MATERI AJAR:

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 19


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 20


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

MENINGKATKAN KREATIVITAS pada PERUSAHAAN

1. Masukkan Kreativitas sebagai Nilai Inti Perusahaan.


2. Merangkul Keragaman.
3. Mengharapkan Kreativitas.
4. Mengharapkan dan Memberi Ruang terhadap kegagalan.
5. Mendorong Rasa Ingin Tahu.
6. Melakukan Perubahan Tata Ruangan Secara Periodik.
7. Memandang masalah sebagai tantangan.
8. Memberikan pelatihan kreativitas.
9. Memberikan dukungan.
10. Mengembangkan prosedur untuk menangkap ide-ide.
11. Berbicara dengan pelanggan.
12. Memberikan penghargaan atas kreativitas.
13. Memberikan contoh perilaku kreatif.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 21


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif


terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau
memperkaya kehidupan orang-orang

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 22


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi-4
Menciptakan dan Memulai Usaha Baru

Tujuan:
Pada akhir sesi para peserta akan:
 Perserta mampu mendesign model bisnis yang kompetitif dan membuat
rencana bisenis yang solid

Topik yang akan dipelajari:


a. Konsep menciptakan dan memulai usaha baru
b. Desain model bisnis yang kompetitif dan solid
c. Keunggulan kompetitif
d. Bentuk-bentuk kepemilikan bisnis
e. Rencana pemasaran & keuangan
f. Rencana organisational & sumberdaya manusia
g. Menyusun rencana bisnis yang layak dan unggul

Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok
Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Konsep menciptakan dan memulai usaha LCD projector, layar,
baru, Desain model bisnis yang flipchart, papan tulis,
kompetitif dan solid spidol, isolasi,
15‛ Kegiatan 2: Lembaran fotokopi
Keunggulan kompetitif, Bentuk-bentuk kuesioner, alat tulis, LCD
kepemilikan bisnis, Rencana pemasaran projector, presentasi.
& keuangan
15‛ Kegiatan 3: Kartu indeks, flipchart,
Rencana organisational & sumberdaya papan tulis, spidol,
manusia, Menyusun rencana bisnis yang isolasi, lembar kerja-2,
layak dan unggul potongan-potongan pie-
chart.

Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 4:


Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 23


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 24


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 25


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

SESI-5:
Sumber-Sumber Modal

Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
 Mahasiswa mengethaui sumber-sumber modal usaha yang dapat di akses
untuk membuka usaha

Topik yang akan dipelajari:


a. Konsep sumber-sumber modal
b. Mendapatkan modal ventura dan modal pertumbuhan
c. Penilaian, struktur dan negosiasi
d. Pemberi pinjaman (lembaga keuangan dan non keuangan) dan investor
e. Modal risiko informal, modal usaha dan penawaran saham publik

Metode :
1. Penugasan dan latihan praktis
2. Ceramah
3. Diskusi

Total Waktu yang dibutuhkan: 1 jam


Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
5‛ Kegiatan 1: LCD Projector, wireless.
Penyampaian materi singkat mengenai
analisis data kualitatif untuk
Kewirausahaan.
15‛ Kegiatan 2: Fotokopi lembar kerja-3
Praktek teknik mengkombinasikan data. untuk peserta dibagikan
kepada setiap orang
dalam kelompoknya,
kertas HVS, Flip Chart.
15‛ Kegiatan 3: LCD Projctor, kertas HVS,
Presentasi: dan pembahasan kelompok dari Wireless.
lembar kerja-3, dan berdiskusi.
5‛ Kegiatan-4: Wireless, projector LCD,
Fasilitator merangkum hasil diskusi dan lembar kerja -3
menjelaskan jawaban yang mungkin dari
lembar kerja-3 (kotak III).

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 26


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 5:


Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:

Berbisnis apapun pasti butuh modal, berapa pun jumlahnya itu. Permodalan
sering menjadi kendala utama yang menghambat dalam membangun bisnis, baik
itu kurang modal atau bahkan tidak punya modal sama sekali. Banyak sekali
pengusaha yang tidak dapat mengembangkan usahanya karena keterbatasan
modal. Lalu apakah harus berhenti begitu saja? Sebaiknya jangan,, sebagai
pengusaha, maka mulailah mencari sumber pembiayaan bagi usaha Anda.

Memang tidak mudah untuk menentukan sumber pembiayaan yang sesuai


dengan kebutuhan usaha. Karena ada beberapa alternatif sumber pembiayaan
usaha yang ada, namun yang perlu diketahui adalah bagaimana cara
mendapatkan serta mengelolanya dengan baik.

Sebelum berusaha mendapatkan dana, perlu diperhitungkan secara detil berapa


kira-kira modal usaha yang dibutuhkan. Biasanya modal usaha dicadangkan
untuk selama 3 bulan, 6 bulan, bahkan 1 tahun, berbeda-beda sesuai dengan
besar kecil usahanya.

Sumber-sumber permodalan

Umumnya dana permodalan dapat diperoleh dalam 3 cara, antara lain:

1. Dana Sendiri

Menggunakan dana sendiri paling banyak dilakukan oleh pengusaha dalam


memodali usahanya. Pemakaian dana ini dimungkinkan bila memiliki simpanan
uang tunai di bank ataupun berupa reksadana.

Dengan dana pribadi ini, kita bisa lebih fleksibel dalam pemakaian jumlah dana
sewaktu-waktu, serta bebas mengalokasikan dana sesuai dengan keputusan
sendiri. Sekaligus anda akan terbebas dari bunga, pemotongan keuntungan dan
tidak perlu membagi hasil dengan pihak lain.

Meskipun demikian terkadang menggunakan dana sendiri juga memilki


kelemahan seperti kurangnya kontrol dalam pemakaian dana, lalai dalam
pencatatan keuangan, dan bila merugi maka harus menanggung kerugian
sendiri.

2. Dana pinjaman

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 27


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Jika anda tidak mempunyai simpanan dana pribadi dan kekurangan dana, maka
alternatif lainnya adalah dana pinjaman. Berikut ini adalah berbagai macam
alternatif dana pinjaman (terutama kredit perbankan) :

a. Kredit Usaha

Kredit usaha pada berbagai Bank dikemas dengan nama yang berbeda. Kredit
usaha diberikan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Biasanya kredit
usaha perbankan dibedakan menjadi kredit investasi dan kredit modal kerja,
atau mungkin juga gabungan keduanya. Bagi pengusaha yang hendak
mengambil fasilitas kredit ini harus mempelajari dan memenuhi persyaratan
yang dibutuhkan. Dianjurkan untuk mencari kredit usaha pada bank yang
mendukung UKM dan Bank pemerintah, mengingat suku bunga yang rendah.

b. Kredit Tanpa Agunan (KTA)

Beberapa lembaga perbankan meluncurkan program Kredit Tanpa Agunan


(KTA), yaitu kredit perorangan yang tidak menggunakan agunan sebagai
jaminan untuk keperluan konsumtif. Untuk para pemula usaha, kredit ini
dapat menjadi salah satu sumber pendanaan bagi yang tidak memerlukan
kredit dalam jumlah besar. Umumnya kredit yang diberikan berkisar 5 juta
sampai maksimal 150 juta, dengan jangka waktu yang beragam. Bagi yang
ingin mendirikan usaha baru mungkin akan kesulitan mendapatkannya.
Namun jika anda masih berprofesi sebagai karyawan, maka anda bisa
menggunakan profesi tersebut untuk mendapatkan kredit ini guna
membangun usaha.

c. Kredit BPR (Bank Perkreditan Rakyat)

Fasilitas kredit dari BPR relatif lebih mudah persyaratan dan prosesnya
dibandingkan di bank umum. BPR melayani orang-orang yang butuh
pendanaan usaha, terutama UKM, dengan sistem dan persyaratan yang
cenderung mudah. Tapi harus diingat tingkat bunganya cenderung lebih
tinggi dari bank umum, dengan jangka waktu yang relatif lebih singkat.

d. Leasing atau Lease Back

Leasing ialah program pendanaan yang diberikan oleh suatu lembaga


keuangan yang berbentuk perusahaan pendanaan, dimana pinjaman tersebut
diberikan tidak berupa uang tunai, namun berupa pembelian aset bergerak
perusahaan seperti kendaraan bermotor.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 28


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sedangkan lease back adalah pinjaman yang diberikan pada usaha yang
membutuhkan dana tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor yang
dimiliki.

e. Perum Pegadaian

Suatu lembaga keuangan yang dimiliki pemerintah untuk menyalurkan


pinjaman dengan jaminan barang tertentu, dengan tingkat bunga yang relatif
rendah dan dihitung per 2 mingguan. Anda bisa memilih produk pegadaian
yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan usaha, seperti KCA (Kredit Cepat
Aman), Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai), ataupun Kreasi (Kredit
Angsuran Sistem Fiducial).

f. Koperasi

Koperasi yang menyalurkan pendanaan adalah koperasi kredit (Kopdit)


ataupun KSP (koperasi simpan pinjam). Umumnya persyaratan yang
diperlukan adalah anda harus menjadi anggota dari koperasi tersebut.
Dengan menjadi anggota dan melakukan simpanan, maka anda berhak untuk
mendapatkan fasilitas kredit. Sebab pada umumnya, koperasi hanya melayani
kredit bagi anggotanya saja.

g. Pinjaman BUMN

Dana yang digunakan sebagai pinjaman dari BUMN adalah dana kemitraan
yang sebagian berasal dari laba perusahaan yang disisihkan untuk pengusaha
kecil. Program dana kemitraan ini disebut juga Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) BUMN. BUMN yang memiliki program kemitraan ini
antara lain PT Jamsostek, Pertamina, PT GAs Negara, dan sebagainya. Untuk
informasi ini dapat dicari di Kementrian BUMN)

h. Pinjaman Departemen

Pemerintah juga memberikan program kredit usaha kecil melalui beberapa


departemen. Ada tiga departemen yang mempunyai fasilitas pembiayaan
untuk UKM, yaitu Departemen Pertanian, Departemen Koperasi dan
Departemen Perindustrian. Khusus untuk usaha rumah makan, departemen
yang memungkinkan untuk memberikan pinjaman adalah Departemen
Koperasi.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 29


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

3. Dana Gabungan Usaha (joint)

Kalau memiliki teman atau kerabat yang berpotensi memiliki dana lebih dapat
dinegosiasikan untuk ikut serta menjadi pemodal dalam jumlah besar ataupun
sebagian kecil dari bisnis anda. Usahakan membuat perencanaan konsep rumah
makan yang matang lalu lakukan presentasi dan kemudian negosiasikan
mengenai kebutuhan modal, jumlah, jangka waktu, dan pembagian hasil dari
keuntungan usaha setiap bulannya. Jangan lupa untuk membuat daftar nama
relasi yang potensial sebelumnya, untuk mendapatkan peluang pinjaman yang
lebih besar.

Poin yang terpenting dan harus diingat adalah perhitungkan secara matang
jumlah modal yang dibutuhkan, dan kemudian pertimbangkan keuntungan dan
kelemahan dalam memilih sumber pendanaan dari luar. Jangan canggung untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai sumber pendanaan yang anda
inginkan. Jangan sampai usaha anda baru berjalan tetapi sudah terbebani dengan
tingkat bunga yang tinggi.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 30


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

SESI-6:
Social Enterpreneurship

Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
 Peserta mampu memahami definisi social enterpreneurhips baik dari segi
tataran ide, konsep maupun praktek
 Peserta dapat memahami peluang dan tantangan berkarir sebagai social
enterpreneurship

Topik yang akan dipelajari:


a. Definisi social entrepreneurship
b. Ciri-siri social entrepreneurship
c. Kasus social entrepreneurship

Metode :
1. Penugasan
2. Ceramah
3. Diskusi

Total Waktu yang dibutuhkan: 40 menit


Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
5‛ Kegiatan 1: LCD projector, Wireless
Definisi social entrepreneurship
15‛ Kegiatan 2: LCD projector, Wireless
Ciri-siri social entrepreneurship
20‛ Kegiatan 3: Presentasi PowerPoint,
Kasus social entrepreneurship LCD projector, layar,
lembar hasil diskusi
peserta.

Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 6:


Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:

Social Entrepreneurship

Sejarah dan Pengertian

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 31


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Seiring dengan berbagai kejadian yang merupakan indikasi terpuruknya


perekonomian Indonesia saat ini, seperti imbas krisis di Amerika Serikat, harga
minyak tanah yang melambung tinggi, dan PHK besar-besaran, maka
pembahasan pemulihan ekonomi dengan cara yang tidak bergantung
sepenuhnya kepada pemerintah menjadi aktual. Dikemukakan berbagai konsep
alternatif seperti pemberdayaan ekonomi mikro (misalnya UKM; usaha kecil
menengah), pengembangan sumber energi alternatif, penerapan konsep ekonomi
kreatif (creative economy) sampai entrepreneurship atau kewirausahaan. Hal
terakhir, yakni kewirausahaan menjadi topik hangat bila diperbincangkan di
kampus.

Jika ditinjau secara ilmiah, sudah sejak ratusan abad yang lalu, istilah
entrepreneurship dibahas. Antara lain Richard Cantillon pada tahun 1755 dan J.B.
Say pada tahun 1803 (Santosa, 2007). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai
seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada
akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and
operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks).
Di dalam konsep sebuah entrepreneurship, terdapat unsur pemberdayaan atau
empowerment di dalamnya. Menurut Webster dan Oxford English Dictionary,
empowerment bisa diartikan sebagai to give power to atau authority to, atau memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
Bisa juga diterjemahkan sebagai to give ability to or enable atau usaha memberi
kemampuan. Salah satu unsur yang termaktub dalam kewirausahaan memang
bermakna sebagai sebuah usaha untuk memberikan kemampuan dan
mengalihkan kekuatan seseorang atau beberapa orang menuju sebuah
kemandirian. Kemandirian secara finansial misalnya.

Sedangkan Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari


kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan,
dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari
Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan
menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial
(social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan
kesehatan (healthcare) (Santosa, 2007). Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah
dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale
(pendiri sekolah perawat pertama)dan Robert Owen (pendiri koperasi).
Pengertian Social Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang
diawali oleh para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton,
Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang
sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil
membentuk 60 organisasi yang tersebar di seluruh dunia. SE mencoba melayani

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 32


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

pasar yang belum digarap, menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan,


pendidikan, kesehatan, demografis dan peluang bekerja (Elkington, 2008).

Konsep secara umum dari Social Entrepreneurship, sebenarnya berarti


bukan merupakan sebuah lembaga atau organisasi bentukan atau turunan dari
perusahaan swasta (misalnya hasil dari CSR, Corporate Social Responsibility) dan
lembaga pemerintahan (dalam hal ini yang terkait dengan Dinas Kesejahteraan
Sosial). Akan tetapi murni merupakan sebuah usaha entrepreneurship yang
bergerak di bidang sosial. Pada awalnya, Social Entrepreneurship mempunyai inti
pemberdayaan dalam bidang kemasyarakatan yang bersifat voluntary atau charity
(kedermawanan dan sukarela). Dalam hal ini membentuk sebuah lembaga-
lembaga sosial seperti panti asuhan, anak asuh atau donasi untuk beasiswa di
bidang pendidikan. Konsep awal mula Social Entrepreneurship tidak menekankan
pada usaha untuk menghasilkan profit (non-profit). Jikalau ada profit, bukan
menjadi tujuan utama dan nilainya bisa dibilang kecil. Karena inti utama dalah
pemberdayaan untuk kemaslahatan bersama. Social Entrepreneurship akhir-akhir
ini menjadi makin populer terutama setelah salah satu tokohnya Dr. Muhammad
Yunus, pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang mendapatkan hadiah Nobel
untuk perdamaian tahun 2006 (Santosa, 2003). Yang dikembangkan oleh Yunus,
dengan pemberdayaan masyarakat di segmen kurang mampu secara finansial,
tidak hanya menghasilkan kesejahteraan sosial masyarakat tetapi ternyata juga
mendatangkan sebuah keuntungan secara finansial. Bisa dilihat dengan
banyaknya tenaga kerja yang terserap (6 juta wanita), seperti phone-lady, ribuan
pengemis, dan tumbuhnya UKM (Usaha Kecil Menengah) yang terbentuk dari
usaha peminjaman uang atau kredit uang dengan bunga murah.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 33


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Gambar di atas adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan bahwa


Social Entrepreneurship tersusun atas dasar 3 aspek. Voluntary Sector bersifat suka
rela. Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama. Private Sector adalah
unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa termasuk unsur
kepentingan profit.

Kisah Nyata

Sebenarnya contoh kesuksesan Social Entrepreneurship telah ada sejak dari


dulu. Misalnya Dr. Maria Montessori (Italy) yang mengembangkan lembaga
pendidikam untuk anak-anak dan John Muir (U.S.) yang membuat lembaga
perlindungan dan konservasi kebun binatang serta membuat lembaga bernama
Sierra Club (http://wikipedia.org/). Beberapa contoh lain adalah organisasi –
organisasi atau lembaga independen hasil bentukan konsepsi Social
Entrepreneurship, yakni The George Foundation’s Women’s Empowerment
(mengurusi pemberdayaan perempuan di India), Ashoka: Innovators for the
Public, the Skoll Foundation, the Omidyar Network, the Schwab Foundation for
Social Entrepreneurship, the Canadian Social Entrepreneurship Foundation,
EthiCorp Pte Ltd New Profit Inc. dan Echoing Green among others
(http://ashoka.org)

Di negara kita Indonesia sebenarnya contoh sukses Social Entrepreneurship


sudah ada beberapa. Misalnya lembaga amil dan zakat seperti Dompet Dhuafa
dan Rumah Zakat. Kedua lembaga tersebut adalah contoh lembaga yang
awalnya merupakan inisiatif beberapa orang untuk mengadakan donasi dan
voluntary untuk mengurusi masalah zakat, infak dan shodaqoh. Tapi dalam
perkembangannya sangat pesat. Bisa menyerap beribu tenaga kerja. Rumah sakit
bersalin gratis, mobil jenazah keliling dan berobat gratis di berbagai pos
kesehatan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia adalah contoh hasil
nyatanya. Sehingga kemanfaatannya tentu saja bukan hanya dampak untuk
kemaslahatan umat, tetapi juga keuntungan atau profit secara finansial.

Realita di Indonesia dan Sebuah Solusi dengan Mengubah Paradigma

Angka pengangguran di Indonesia tidak dipungkiri masih terlihat tinggi.


Walaupun survey-survey statistik menunjukkan angka yang beragam (pro-
kontra), tetapi jika dilihat realita di lapangan, masih banyak pengangguran yang
susah mencari kerja dan angka PHK cenderung meningkat. Tak sulit menjumpai
para pengemis, gelandangan dan preman-preman di perempatan jalan kota-kota
besar. Dan semuanya sebenarnya masih bisa digolongkan dalam fakir dan
miskin. Sebagaimana disebutkan dalam ayat suci Al Qur’an, surat Ar Rum ayat
38, ‛Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada
fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 34
Panduan Pelatihan Kewirausahaan

orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”. Sudah
jelas termaktub di situ bahwa menjadi kewajiban setiap orang yang mampu
untuk membantu yang lemah.

Sebuah solusi riil untuk membantu meringankan beban orang-orang yang


kurang mampu dapat diselesaikan salah satunya dengan mempraktekan Social
Entrepreneurship. Bukan semata mengandalkan lembaga pemerintahan atas nama
departemen kesejahteraan sosial. Masayarakat secara pribadi bisa bergerak
sendiri. Akan menghasilkan efek ganda, sesuai dengan pemaparan di atas, yakni
kesejahteraan orang lain meningkat dan menjadi nilai kewirausahaan untuk
mencari profit. Sebenarnya ada yang paling mendasar untuk dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Dan hal ini sesungguhnya bisa
dilakukan dengan mengubah paradigma masyarakat Indonesia pada umumnya.
Jika selama ini lembaga-lembaga sosial tersebut hanya dipandang sebuah ajang
aktualisasi diri untuk saling membantu sesama, maka sebenarnya dengan
membangun sendiri sebuah Social Entrepreneurship juga akan mendatangkan
profit secara finansial. Hal ini bisa diterapkan semenjak dini untuk memupuk
rasa kemanusiaan dan pemahaman apa itu Social Entrepreneurship.

Contoh riilnya jika di kampus adalah diterapkan di kegiatan-kegiatan


semacam KKN (kuliah Kerja Nyata). Paradigma Social Entrepreneurship bisa
dimasukkan dan diaplikasikan di situ. Dengan pemberdayaan masayarakat
secara komprehensif sehingga misalnya dapat menciptakan lapangan kerja. Mata
kuliah kewirausahaan didesain agar mahasiswa dapat langsung
mengaplikasikan Entrepreneurship, khususnya Social Entrepreneurship. Mahasiswa
diberi pinjaman modal untuk membuka usaha sendiri selama mata kuliah KWU
berlangsung. Selain itu, konsep Social Entrepreneurship bisa lebih diperdalam dan
dikembangkan di lembaga-lembaga sosial agar lebih mantap dan matang. Seperti
di Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh, serta lembaga sosial lain seperti
untuk pemberantasan buta huruf dan penanggulangan HIV/AIDS.

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 35


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi-7:
Government Entrepreneurship

Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
 Peserta mampu memahami definisi government enterpreneurhip baik dari
segi tataran ide, konsep maupun praktek

Topik yang akan dipelajari:


d. Definisi government enterpreneurhip
e. Ciri-siri government enterpreneurhip
f. Kasus government enterpreneurhip

Total waktu yang dibutuhkan: 15 menit


Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Presentasi & tanya jawab: review hasil LCD projector, layar
pembelajaran hari pertama

Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 7:


Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 36


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 37


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Sesi-8:
Model dan Analisis Kelayakan Bisnis
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Mahasiswa mampu menyusun dengan benar perencanaan bisnis UKM
dengan menggunakan konsep, perilaku dan keterampilan-keterampilan
kewirausahaan.

Topik yang akan dipelajari:


a. Presentasi laporan akhir perencanaan bisnis praktikum di UKM
b. Analis Kelayakan dari perencanaan bisnis
(Keuangan, Pemasaran, SDM dan Organisasi)

Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam

Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
30‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Presentasi laporan akhir perencanaan LCD projector, flipchart
bisnis praktikum di UKM
30‛ Kegiatan 2: Presentasi PowerPoint,
Analis Kelayakan dari perencanaan bisnis LCD projector, flipchart
(Keuangan, Pemasaran, SDM dan
Organisasi)

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 38


Panduan Pelatihan Kewirausahaan

Daftar Rujukan

Referensi Utama:
Zimmerer, Thomas W and Scarborough, Norman M. and Wilson, Doug. 2002.
Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management; 3rd ed; Prentice
Hall (ZS)
Hisrich, Robert D, Peters, Michael P and Shepherd, Dean A. 2005.
Entrepreneurship; 6th ed; McGraw Hill (HPS)
Timmons, Jeffry A and Spinelli, Stephen. 2004. New Venture Creation,
Entrepreneurship for the 21st Century, 6th Edition by The McGraw-Hill
Companies, Inc (TS)

Referensi Tambahan:
Hitt, Michael A and Ireland, R Duane, Camp, et.all. 2002. Strategic
Entrepreneurship: Creating A New Mindset. Blackwall Publishing Company
(HICS)
Meyer, G Dale and Heppard, Kurt A. 2000. Entrepreneurship As Strategy :
Competing On The Entrepreneurial Edge, London: Sage Publications (MH)
Effendi, Muhammad Arief . 2008. The Power of Good Corporate Governance : Teori
dan Implementasi Jakarta: Penerbit Salemba Empat (MAE)
Etzkowitz, Henry. 2008. The Triple Helix, New York: Routledge (HE)
Bornstein, David. 2007. How to Change the World: Social Entrepreneurs and the Power
of New Ideas, New York: Oxford University Press (DB)
Yunus, Muhammad. 2007. Bank Kaum Miskin, Marjin Kiri (Yunus 1)
Yunus, Muhammad. 2008. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, Bagaimana Bisnis
Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (Yunus 2)
Neo, Boon Siong and Geraldine Chen. 2007. Dynamic Governance, Embedding
Culture, Capabilities and Change in Singapore. Singapore: World Scientific
Publishing (NC)
Osborne, David and Gaebler, Ted. 1992. Reinventing Government: How the
Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Penguin
Books. (OG)
--------, and P. Plasterik. 1996. Banishing Bureaucracy, the Five Strategy Reinventing
Government. Persus Books Publishing. (OP)
Link, Albert N. and Link, Jamie R. 2009. Government as Entrepreneur, Oxford
University Press (LL)
Friedman, Thomas L. 2005. The World Is Flat: A Brief History of the Twenty-first
Century, Published by Farrar, Straus & Giroux, 2005 (TLF)
Shenkar, Oded. 2006. The Chinese Century. Wharton School Publishing, Pearson
Education (OS)
Rajadhyaksha, Niranjan. 2007. The Rise of India: Its Transformation from Poverty to
Prosperity. Singapore: John Wiley & Sons (NR)

Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 39


“Perta
ma,
waktu
itu Panduan Pelatihan Kewirausahaan
kita
kan
cari
Engardio, Pete. 2007. Chindia, How China and India Are Revolutionizing Global
infor Business, Emerryville USA : McGraw-Hill Companies, Inc. (PE)
masi Rober T. Kiyosaki, The Cashflow Quadrant, ; Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
kelura 2001 (RK)
han,
data-
data
BPS
maup
un
infor
masi
warga
sekitar
dari
benefi
ciarie
s yang
ada di
Kapuk
dulu,
terus
kemu
dian
dapat
infor
masi
bahwa
di
Cengk
areng
Timur
itu ada
warga
miski
n.
Kalau
untuk
RW.
014
yang
khusu
snya
daerah
posya
ndu
itu
mema
ng
kita…
kita
turun
langsu
ng ke
lapang Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 40
an
ketem
u Pak
RW-
nya

Anda mungkin juga menyukai