Tahun 2018-2019
1. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan laba bersih senilai US$ 28,004 juta
(Rp 448,06 miliar, asumsi kurs Rp 16.000/US$) untuk kinerja keuangan sepanjang 2019.
Pada 2018 perseroan tercatat membukukan rugi sebesar US$ 12,71 juta. Nilai laba per saham
juga menjadi positif senilai US$ 0,0021 dari sebelumnya negatif US$ 0,0029. Berdasarkan
laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, pendapatan tahun lalu naik 22,26% secara
year on year (YoY). Nilai pendapatan mencapai US$ 334,34 juta, naik dari US$ 273,46 juta
di periode yang sama tahun sebelumnya.
Perusahaan berhasil menekan beban pokok penjualan dari sebelumnya sebesar US$ 197,66
juta menjadi sebesar US$ 176,74 juta.
Chief Financial Officer Energi Mega Persada Edoardus Ardianto mengatakan pada periode
tahun lalu perusahaan berhasil melunasi utang perusahaan, turun sebesar 32% secara YoY.
"Kami membukukan kenaikan penjualan sebesar 22% dikarenakan kinerja produksi yang
baik tahun lalu. Kami juga terus melunasi hutang Perusahaan (menurun 32%) yang
berdampak pada penurunan beban bunga dan likuiditas EMP yang membaik".
Beban keuangan di akhir Desember 2019 turun menjadi US$ 29,46 juta dari posisi akhir
Desember 2018 yang sebesar US$ 41,31 juta. Adapun nilai aset perusahaan di akhir tahun
lalu tercatat senilai US$ 679,37 juta, turun dari US$ 731,44 juta. Terdiri dari aset lancar
senilai US$ 141,08 juta dan aset tak lancar senilai US$ 538,38 juta. Liabilitas mengalami
penyusutan menjadi US$ 573,36 dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$
645,66 juta. Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang masing-masing sebesar US$ 401,81
juta dan US$ 171,45 juta. Nilai ekuitas total di akhir periode 2019 mencapai senilai US$
106,10 juta, bertambah dari US$ 85,78 juta. Sehingga total liabilitas dan ekuitas ENRG
sampai akhir tahun lalu mencapai US$ 679,37 yang turun dari US$ 731,44 juta.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (26/3), tercatat
bahwa ENRG telah melunasi sebagian utangnya di periode 2018-2019. Hasil ini berdampak
positif terhadap kinerja keuangan dan kondisi likuiditas perusahaan. Sebagai contoh, beban
keuangan ENRG berkurang dari US$ 41,3 juta di akhir tahun 2018 menjadi US$ 18,3 juta di
30 September 2019 lalu. Rasio pinjaman terhadap modal juga membaik dari 0,47 kali pada
akhir tahun 2018 menjadi 0,38 kali di pengujung September 2019.
Terlepas dari harga minyak dunia yang mengalami penurunan seiring penyebaran virus
corona, sebagian besar dari jumlah cadangan dan produksi ENRG merupakan gas bumi yang
telah memiliki kontrak jual-beli jangka panjang dari Blok Bentu, Riau, Sumatra dan Blok
Kangean, Jawa Timur. Sebagai gambaran, sampai 30 September 2019, 94% dari cadangan
terbukti, terukur, dan terkira ENRG berasal dari gas bumi. “Pada periode yang sama, 91%
dari produksi perusahaan berasal dari gas bumi,” tulis Direktur ENRG Syailendra S. Bakrie.
Tak ketinggalan, sebagai upaya mitigasi terhadap penyebaran virus corona di lingkungan
kerja, manajemen ENRG telah melakukan berbagai kebijakan untuk menjaga kesehatan
pekerja dan memastikan agar keberlangsungan kegiatan operasional perusahaan tidak
terganggu.
Salah satu upaya ENRG adalah memberlakukan work from home (WFH) untuk para pekerja
perusahaan. Pelaksanaan WFH ditunjang oleh infrastruktur teknologi informasi yang
memudahkan manajemen dan pekerja untuk berkomunikasi dan berkoordinasi.
Tindakan yang dimaksud meliputi tanggap darurat, action plan untuk perbaikan dan
pemulihan, langkah pengadaan, dan langkah penyediaan informasi publik.