Anda di halaman 1dari 95

1

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI

Penulis :
La Banudi
Imanuddin

Penerbit:
Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

Kendari, 2017

2
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI

Penulis :
La Banudi
Imanuddin

ISBN : 978-602-5913-18-1

Diterbitkan Oleh :
Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

2017

Alamat:
Jl. Cemara 25, RT. 001 RW. 002, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo
E-mail: forikes@gmail.com
Telepon: 085853252665

Editor: Purnomo Leksono

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya buku
ini dapat terselesaikan dengan lancar. Buku yang berjudul Sosiologi dan Antropologi
Gizi ini diharapkan dapat membawa manfaat, khususnya dalam lingkup bidang ilmu
Gizi.
Dalam penulisan buku ilmiah ini penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan saran bagi tersusunnya buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak mengandung kekurangan,
oleh karena itu masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan buku ini pada masa yang akan datang. Semoga keberadaan buku
ajar ini dapat menambah referensi bagi para mahasiswa, dosen maupun praktisi,
khusus dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

Kendari, Agustus 2017


Penulis

La Banudi

4
DAFTAR ISI

Halaman judul --i


Halaman judul --ii
Kata pengantar--iii
Daftar isi--iv

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI


A. Pengertian Sosiologi dan antropologi Gizi --------1
B. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi dari masa ke masa----3
KEBUDAYAAN
A. Kebudayaan menurut Ilmu Antropologi2.1. Manusia, keragaman, dan
kesetaraan------ 7
B. Kebudayaan dan Culture ----- 7
C. Kebudayaan dan Peradaban -------7
D. Unsur Budaya ---------8
E. Unsur Kebudayaan ------- 9
F. Karakteristik Budaya ------ 9
G. Sisem Nilai Budaya dan Norma
H. Nilai Budaya dan Sistem Religi, sistem pengetahuan dan sistem teknologi -----14
RAGAM BUDAYA MAKAN DI INDONESIA DILIHAT DARI UNSUR
KEBUDAYAAN DAN NILAI BUDAYA
A. Pola Budaya Terhadap Makanan ---- 17
B. Sistem Budaya terhadap Makanan ----- 17
C. Masalah Budaya dan Makanan Terhadap Gizi ----- 18
D. Alternatif Mengatasi Masalah Budaya dan Makanan ---- 19
RAGAM BUDAYA MAKAN DILIHAT DARI SUKU BANGSA DAN SISTEM
BUDAYA DI INDONESIA
A. Variasi Makanan Suku Bangsa di Indonesia -----20
B. Pola Budaya Terhadap Makanan ------- 20
C. Sistem Budaya Terhadap Makanan -------21
POLA PANGAN DAN BUDAYA
A. Terbentuknya Pola Hidangan Makanan ---- 23
B. Pengaruh Sosial Budaya dan Kewajiban Terhadap Pola Pangan Masyarakat -23
C. Fungsi Sosial Makanan ---- 26
D. Pola Pangan sebagai Produk Budaya ------ 28
TERBENTUKNYA POLA HIDANGAN DI INDONESIA
A. Terbentuknya Pola Hidangan di Indonesia ------- 29
B. Pola Hidangan Sebagai Produk Budaya ------ 30
NILAI SOSIAL PANGAN DAN MAKANAN
A. Faktor Sosial Budaya Berhubungan dengan Makanan---- 33
B. Faktor-Faktor Budaya Rumah Tangga ------ 34
C. Fungsi Sosial Makanan -------- 35
D. Perubahan Sosial dan Kebudayaan Berkaitan dengan Pola Konsumsi Pangan
dan Gizi Penduduk ------ 37
MASALAH-MASALAH PEMBENTUKAN KEBIASAAN MAKAN
1. Pantangan -----41
2. Kepercayaan atau Agama dan Adat Istiadat ----- 43
3. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk ----- 46
4. Preferensi dan Timbulnya Tabu Makanan ------ 49

5
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PANGAN DAN GIZI
1. Teknologi Pertanian ----- 60
2. Pengolahan Pangan ---- 66
TEKNOLOGI PANGAN DAN PERILAKU KONSUMEN
A. Teknologi dan Kebiasaan Makan ---- 70
B. Pengolahan dan Penyimpanan Pangan ----- 76
C. Teknologi dan Perilaku Makan ---- 81
PERAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN KEBIASAAN MAKAN ANAK DAN IBU
MENYUSUI
A. Bentuk Keluarga ---- 86
B. Perubahan-Perubahan dam Hidup Keluarga ---- 86
C. Fungsi Keluarga ----- 87
D. Kebutuhan dan Sumberdaya Keluarga ------- 87
Daftar Pustaka ----- 88

6
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI GIZI

A. Pengertian Sosiologi dan Antropologi Gizi

Secara etimologis istilah sosiologi berasal dari kata socius (bahasa Latin:
teman) dan logos (bahasa Yunani: kata, perkataan, pembicaraan). Jadi secara
harfiah, sosiologi adalah membicarakan atau memperbincangkan teman pergaulan.
Adapun pengertian sosiologi menurut para ahli adalah:

No. Nama Ahli Pengertian sosiologi


1. Auguste Comte Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukuk-hukum
dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan
menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Istilah
sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte
pada tahun 1839 sebagai ahli filsafat kebangsaan
Prancis. Istilah ini digunakan pertama kali digunakan
sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari
masyarakat. Selain itu juga membei sumbangan yang
begitu penting terhadap sosiologi. Sehingga Augustin
Comte disepakati oleh para ahli disebut dengan Bapak
Sosiologi (Maulana, 2014).
2. Oucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dalam kelompok
3. Pitirin A Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan moral, hukum
dengan ekonomi dsb.
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dengan gejala sosial (misalnya dengan gejala
geografis, biologis dsb)
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
4. Emile Durkheim Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial
(cara bertindak, berfiki dan mampu melakukan
pemaksaan dari luar terhadap individu.
5. Wiliam F. Ogburn Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap
dan Mayer F. interaksi sosial dan hasilnya yakni organisasi sosial.
Nimkoff
6. Paul B. Horton Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada
kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok
tersebut.
7. Soerjono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada
segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat.

7
8. Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami
tindakan-tindakan sosial, Tindakan sosial adalah
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
dan beroriontasi pada perilaku orang lain.
9. Selo Soemardjan Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari
dan Soelaeman stuktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
Soemardi perubahan sosial.
10. J.A.A. Von Dorn Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-
dan C.J. Lammers struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
11. Mayor Polak Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan yaitu hubungan antara
manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok
formal maupun kelompok informal atau baik kelompok
statis maupun dinamis
12. Hassan Shandily Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup besama
dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara
manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup besma cara terbentuk
dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup serta kepercayaan.

Sedangkan pengetian antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti


manusia dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istilah anthropologi berarti ilmu
tentang manusia,

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya.


Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan
bagaimana cara memandang dunia, bagaimana cara mengungkapkan
emosionalnya dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

Pada dasarnya perhatian antropologi yang paling awal adalah mengenai ciri-
ciri dan sifat masyarakat: bagaimana manusia berhubungan satu dengan yang lain,
dan bagaimana dan mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu.

Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai


cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad ke-19,
tatkala perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Antropologi sebagai
disiplin akademik bau dimulai tidak lama setelah itu, ketika pengangkatan pertama
antropolog pofesional di universitas, museum dan kantor-kantor pemerintahan.
Namun tidak ada keraguan bahwa gagasan antropologi sudah jauh sebelumnya
(Herlina, 2017).

8
B. Perkembangan Sosiologi dan Antropologi dari Masa ke Masa

Ilmu sosiologi dan antropologi selalu berkembang dari masa ke masa sesuai
dengan perkembangan zaman. Adapun pekembangan sosiologi dapat diuraikan
sebagai beikut :

1. Perkembangan pada abad pencerahan


Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu seperti Sokrates, Plato
dan Aristoteles berangggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa
ada yang mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduruan
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir diabad pertengahan
seperti Agustinus, Ibnu Sina dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa
sebagai mahluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi
menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan
pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan
pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan
(Sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman dengan akal budi manusia
2. Pengaruh Perubahan yang Terjadi di Abad Pencerahan
Perubahan-perubahan di abad pencerahan, terus berkembang secara
revolusioner sepanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama
beganti menjadi yang lebih baru. Hal ini terlihat jelas terutama dalam evolusi
industri dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga
revolusi ini terasa pengaruhnya diseluruh dunia. Para ilmuwan tergugah,
mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam
masyarakat.
3. Gejolak Abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Stuktur-
struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan
kaum rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan disetarakan
haknya dengan dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini
harus memimpin berdasarkan undang-undang yang ditetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Gejo;ak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran
bahwa perubahan masyarakat harus dianalisis. Mereka telah membuat analisis
yang meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi bada masyarakat telah
membawa banyak koban seperti perang, kemiskinan, pemberontakan dan
kerusuhan. Bencana itu bisa dirubah sendainya ada antisipasi sebelumnya.
Perubahan yang tejadi pada masa revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar di masyarakat. Atinya:
- Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima
begitu saja melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
- Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu
untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti

9
yang kuat serta masuk akal.
- Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan
yang teliti dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan
masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial
yang parah dapat diatasi,
4. Kelahiran sosiologi Modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat
dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene meupakan tempat
dimana sosiologi pertama kalinya). Pada pertengahan abad ke-20, gelombang
besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu beakibat pesatnya
pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kiminalitas dan lain-lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuan sosial untuk bepikir keras,
untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa
tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern
berbalikan dengan pendapat pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi
modern cenderung mikro (lebih sering disebut dengan pendekatan empiris).
Ertinya perubahan masyarakat dapat dipelajai mulai dari fakta sosial yang
muncul. Berdasarkan fakta sosial itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perubahanmasyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa
pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Sedangkan perubahan yang terjadi pada ilmu antropologi dari masa ke masa dapat
diuraikan pada penjelasan berkut:

1 Fase Pertama ( sebelum 1800 )


Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4
abad memulai terkumpulnya tulisan–tulisan para musafir, pelaut, pendeta
penyiar agama nasrani, pengawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah
perjalanan, laporan, dan sebagainya yang berisi berbagai pengetahuan berupa
deskripsi (etnografi) tentang adat-istiadat, susunan Asia, Oseania maupun suku
bangsa Indian yang berbeda bagi bangsa Eropa Barat saat itu. Sehingga
menimbulkan tiga macam sikap dan pandangan dari kalangan terpelajar di
Eropa Barat.
Ada 3 macam sikap pertentangan antara Eropa Barat dengan Afrika, Asia
Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika yaitu :
1. Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia
sebenarnya, melainkan manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya,
dengan demikian timbul istilah-istilah seperti, savages, primitives, untuk
menyebut bangsa-bangsa tadi .
2. Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah
contoh masyarakat yang masih murni belum mengenal kejahatan seperti

10
yang ada pada masyarakat bangsa Eropa pada waktu itu.
3. Ada yang tertarik adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-
benda , kebudayaan dari suku-suku bangsa di afrika, asia, oseania dan
amerika pribumi.
2. Fase Kedua ( Sekitar Petengahan Abad ke-19 )
Fase ini timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan etnografi tersebut
tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara
berfikir itu dapat dirumuskan: mayarakat dan kebudayaan manusia telah
berevolusi dengan sangat lambat, yakni dalam jangka waktu yang beribu tahun
lamanya dari tingkat rendah hingga ke tingkat yang tinggi.
Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun 1860, yang
mengklasifikasikan bahan tentang beragam kebudayaan tertentu, maka
timbullah ilmu antropologi yang saat itu menjadi ilmu akademikal dengan
tujuan: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (Pada Abad ke-20 )
Ilmu antropologi sangat penting untuk dipelajari bangsa-bangsa diluar Eropa,
menjadi suatu ilmu yang praktis dengan tujuan: mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa guna kepentingan pemerintah
kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat yang kini
kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira–kira 1930 )
Sekitar tahun 1930 (sesudah Perang Dunia II) hampir tidak ada lagi bangsa-
bangsa asli terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika. Ilmu
antropologi seolah menghilang, tetapi warisan dari fase sebelumnya
dikembangkan. Setelah tahun 1951, 60 orang ahli antropologi dari Amerika dan
Eropa mengadakan suatu simposium internasional untuk meninjau dan
merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi yang baru
(Husaini et al., 2017).

Pada perkembangan ilmu antropologi diuraikan menjadi beberapa fase,


tujuan dari pembagian ini dibagi menjadi dua:
1 Tujuan akademis, mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta
kebudayaannya.
2 Tujuan praktis, mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

Adapun persamaan dan perbedaan antara ilmu sosiologi dan antropologi


adalah: Ilmu sosialogi dan antropologi berusaha mencari unsur-unsur yang sama
dengan sosiologi, diantaranya beragam masyarakat dan kebudayaan manusia.

11
Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat
dan kebudayaan manusia pada umumnya.
Sedangkan pebedaan antara ilmu sosiologi dan antropologi diuraikan sebagai
berikut:
a. kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah
perkembangan yang berbeda;
b. perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu
itu;
c. metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing

12
KEBUDAYAAN

A. Kebudayaan menurut Ilmu Antropologi


Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, dijadikan milik manusia dalam
masyarakat bersangkutan, yang diperoleh melalui proses belajar.
Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri, segi-segi
tersebut masing-masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh
ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan
obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan
antara antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah manusia
adalah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus
penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak-anak cabang
ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, sejarah,
ilmu hukum, geografi, ekologi dan sebagainya (Arifin, 2016).
Kegunaan antropologi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan
persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau
bangsa didunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat dengan mudah melihat
hal-hal yang berbeda sedangkan hal-hal yang sama atau bersamaan sulit atau
bahkan tidak dapat diketahui seperti itulah adanya budaya dalam mengatasi
masalah kesehatan dalam kehidupan kita sehari-hari semua terjadi akibat adanya
pengaruh budaya.
Gizi dan kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dai berbagai kalangan
status kesehatan (sakit-sakitan), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wongalit),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa,
manula.
Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap masyarakat supaya terwujudnya kesehatan yang optimal. Tetapi
munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak walaupun bisa dicegah
atau dihindari.

B. Kebudayaan dan Culture


Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk
jamak dari budddi yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat diartikan
hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan culture adaloah kata asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata latin Colere yang berarti “mengolah, mengerjakan”,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari kata ini berkembang arti culture
sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk tanah dan perubahan
alam
C. Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan biasanya digunakan untuk menyebut unsur-unsur dari
kebudayaan yang halus, maju dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan,

13
sopan santun dalam pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan
sebagainya. Istilah peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan, masyarakat kota yang maju dan kompleks (Maulana,
2014).

D. Unsur kebudayaan
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya beberapa sistem
yang mendukung terbuntuknya suatu kebudayaan. Ada tujuh unsur kebudayaan
universal yaitu:
Adapun unsur-unsur budaya adalah
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian.

Tiap unsur kebudayaan juga mempunyai tiga wujud, yaitu:


a. Wujud sistem budaya: wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide,
gagasan, norma-norma, peraturan dan sebainya
b. Wujud sistem sosial: wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Wujud kebudayaan fisik: wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan lain
dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Namun demikian, lokasi kebudayaan ideal ini bisa juga berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu
masyarakat, memberi jiwa pada masyarakat itu. Gagasan-gagasan ini tidak berada
terlepas dari yang lain, melainkan selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli
antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sebagai sistem budaya atau cultural
sistem. Dalam bahasa Indonesia, wujud ideal dari kebudayaan ini dikenal dengan
sebutan adat, atau dalam bentuk jamaknya adalah adat istiadat.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut juga dengan sistem sosial atau social
system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri
dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu
dengan yang lainnya dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun selalu menurut
polapola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktifitas
manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkrit terjadi di
sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan.

14
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, berupa keseluruhan
dari hasil fisik, aktifitas, perbuatan karya manusia dalam masyarakat, wujud ini
merupakan wujud kebudayaan yang paling konklrit.
Ketiga wujud kebudayaan diatas dalam kenyataan kehidupan masyarakat
tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan indeat atau adat istiadat
mengatur dan memberi arah tentang tindakan dan karya manusia. Baik pikiran-
pikiran atau ide-ide. Maupun tindakan dan karya manusia menghasilkan benda-
benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu
lingkungan hidup tententu yang makin lama makin menjauhkan manusia ndari
lingkungannya, sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatan, bahkan juga cara
berfikirnya (Habsy, 2017).
Semua unsur kebudayaan dapat dipandang dari sudut ketiga wujud
kebudayaan. Sebagai contoh dapat kita ambil misalnya jurusan gizi poltekkes
Kendari. Jurusan gizi merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal, yang pada
khususnya terdiri dari visi dan misi, norma-norma untuk para karyawan, dosen atau
mahasiswanya, aturan ujian, pandangan-pandangan, baik yang bersifat ilmiah
maupun bersifat popular dan sebagainya. Sebaliknya jurusan gizi mempunyai suatu
rangkaian aktifitas dan tindakan, dimana manusia saling berhubungan dan
berinteraksi dalam hal melaksanakan berbagai macam hal. Ada dosen memberi
kuliah, ada yang mendengarkan dan mencatat materi kuliah, ada yang mengetik
surat-surat dan lain sebaginya. Lepas dari semua itu orang melihat jurusan gizi
poltekkes Kendari tanpa melihat hal-hal tersebut diatas. Ia hanya memperhatikan
jurusan gizi sebagai himpunan benda fisik berupa gedung-gedung, ruangan-ruangan
kuliah, deretan bangku, kumpulan meja, buku-buku dan sebagainya (Syamsuddin,
2018).

E. Unsur kebudayaan
Terdapat tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

F. Karakteristik budaya
Setiap organisasi memiliki budaya tersendiri yang sifatnya spesifik karena
kenyataan bahwa setiap organisasi mempunyai kepribadian yang khas (unik) yang
dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain karakteristik dan struktur organisasinya
serta nilai dan norma yang dianut oleh anggotanya, kepercayaan, kebiasaan yang
berlaku dalam organisasi dan piosofi organisasi yang dianut. Hal ini mendorong
seseorang untuk berperilaku tertentu dalam organisasi, baik bekerja, cara

15
memandang pekerjaan, bekerja dengan kolega maupun melihat kemasa depan
mereka dan menjadi pembeda antara satu organisasi dengan yang lainnya.
Organisasi yang dianut dan yang cocok dengan semua kalangan masyarakat
dalam penerapannya. Organisasi yang sesuai ini perlu disosialisasikan kepada
masyarakat secara umum.
Terdapat lima karakteristik budaya yaitu:
a. Budaya adalah sesuatu yang dipelajari.
Pola perilaku yang menyusun suatu budaya tidak ditentukan oleh keturunan.
Setiap bayi normal mempunyai potensi untuk belajar sesuatu budaya. Oleh
karena budaya dapat dipelajari, maka pengetahuan yang lebih lanjut selalu
dapat ditambahkan
b. Budaya adalah hasil integrasi berbagai faktor yang merupakan satu kesatuan
utuh.
Budaya bukan kumpulan dari beragam adat dan kebudayaan yang berceceran,
akan tetapi masing-masing bagian berkaitan satu sama lain membentuk suatu
budaya yang utuh dan berfungsi normal didalam masyarakat.
c. Budaya senantiasa dapat diubah.
Perubahan suatu budaya merupakan hasil dari keterbukaan anggota dalam
menerima hal-hal yang baru, seperti alat-alat, teknik dan ide-ide dari kelompok
lainnya.
d. Setiap budaya mempunyai sistem nilai-nilai.
Sistem nilai adalah suatu perangkat preferensi yang diakui syahnya menurut
aturan yang ada. Orang cenderung merasa lebih aman kalau mereka
menyesuaikan diri dengan standar budayanya yang mereka pandang lebih baik
daripada yang lain.
e. Budaya menupakan wahana yang efisien bagi berlangsungnya proses interaksi
sosial antar individu.
Bahasa dan simbol-simbol yang lain akan memberikan peluang untuk
berkomunikasi, saling mengerti dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari

G. Sistem Nilai Budaya dan Norma


 Sistem
Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :
1. James Havery: Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional
untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu
kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2. John Mc Manama: Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual
yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja
sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan secara efektif dan efesien

16
3. C.W. Churchman.: Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian
yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan
4. J.C. Hinggins: Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang
saling berhubungan
5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict: Menurutnya sistem adalah suatu seri
atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung
sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian
akan mempengaruhi keseluruhan.
 Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna
 Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol,
dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai
acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi,
atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau
organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi
kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
 Sistem Nilai Budaya
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya
merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat
istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari
warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai,
berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga
masyarakat itu sendiri.
Nilai-nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tak konkret maka nilai-nilai
budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya
yang lain dalam waktu yang singkat.
Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain
berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu
sebagai suatu pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan
memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam
tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia
yang menjadi landasan bagi kerangka variasi system nilai budaya adalah :

17
1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya
suatu hal yang buruk dan menyedihkan. Pada agama Budha misalnya,
pola-pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk
menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun
kebudayaan-kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang indah dan
menggembirakan
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (disingkat MK)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya
suatu hal yang buruk dan menyedihkan. Pada agama Budha misalnya,
pola-pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk
menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun
kebudayaan-kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang indah dan
menggembirakan
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu (disingkat MW)
Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk
memungkinkan hidup, kebudayaan lain menganggap hakekat karya
manusia itu untuk memberikannya kehormatan, ada juga kebudayaan lain
yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus
menghasilkan lebih banyak karya lagi.
4. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu (disingkat MW).
Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa
lampau, keadaan serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam
tindakannya contoh-contoh dan kejadian-kejadaian dalam masa lampau.
Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu
pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup
menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
5. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(disingkat MA)
Kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang begitu
dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat
berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang
memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk
selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ada yang
menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari keselarasan
dengan alam.
6. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya
(disingkat MM).
7. Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia
dengan sesamanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh-tokoh

18
pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara
manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan
tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup.
Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia
tergantung pada manusia lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.
Suatu sistem nilai budaya juga berupa pandangan hidup bagi manusia yang
menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebaiknya dipisahkan dari konsep
sistem budaya. Pandangan hidup biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai
yang di dianut oleh suatu masyarakat. Dengan demikian apabila “sistem nilai” itu
merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat,
”pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman dari golongan-golongan
lebih sempit lagi, individu-individu dalam masyarakat. Karena itu hanya ada
pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup
seluruh masyarakat.
Konsep ideologi merupakan suatu pedoman hidup atau cita-cita yang ingin
sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat, tetapi yang lebih khusus
sifatnya daripada sistem nilai budaya.
Dalam suatu sistem nilai budaya ada norma-norma yang mengatur kehidupan
manusia pada umumnya. Norma-norma itu antara lain norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan dan yang terakhir adalah norma hukum, norma
hukum ini yang biasanya dipakai manusia karena sifatnya memaksa dan sanksi
tegas bagi yang melanggar.
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak
dari adat istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai budaya merupakan konsep-
konsep mengenai apa yang hidup dan dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat, tentang hal yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam
hidup. Nilai-nilai budaya ini menjadi pedoman yang memberi arah dan orientasi
kepada kehidupan warga masyarakat bersangkutan.

Dalam masyarakat, nilai-nilai budaya telah ditanamkan sejak kanak-kanak,


sehimgga nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak mudah diganti dengan
nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu singkat.
Sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view
bagi manusia yang menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebenarnya
berbeda dengan nilai budaya. Pandangan hidup hanya mengandung sebagian dari
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila
“sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga
masyarakat “pandangan hidup” merupakan pedoman yang dianut oleh hanya
golongan-golongan atau individu-individu khusus dalam masyarakat. Karena itu,
hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada
pandangan hidup seluruh masyarakat.
Selain pandangan hidup, terdapat pula istilah idiologi. Konsep idiologi
merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita-cita yang ingin dicapai oleh

19
banyak individu atau masyarakat, tetapi lebih khusus sifatnya dari pada sistem nilai
budaya. Suatu idiologi dapat menyangkut sebagian besar dari warga masyarakat,
tetapi dapat juga menyangkut golongan-golongan tertentu dalam masyarakat.
Sebaliknya, istilah idiologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Kita
bicara tentang idiologi negara, idiologi masyarakat, idiologi golongan tertentu, tetapi
tentang cita-cita seseorang dimaksud. Warga Negara atau masyarakat penganut
idiologi,biasanya berusaha untuk menyebarluaskan ideologinya kepada warganya.
Norma merupakan aturan-aturan yang mengarahkan masyarakat pada
tindakan yang bersifat khusus. Norma memiliki perumusan yang terperinci, jelas,
tegas, dan tidak meragukan. Hal berbeda dengan nilai-nilai budaya, dimana nilai-
nilai budaya sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi terhadap hidup,
bersifat sangat umum.
Norma-norma ini dapat digolongkan menurut pranata-pranata yang ada,
seperti pranata ilmiah, pranata pendidikan, pranata peradilan, pranata ekonomi,
pranata estetika dan kesenian, pranata keagamaan dan sebagainya. Sejajar dengan
pranata-pranata tersebut terdapatlah norma-norma ilmiah, norma-norma pendidikan,
norma-norma politik, norma-norma peradilan, norma-norma ekonomi, norma-norma
estetik dan keindahan, dan norma-norma keagamaan,
Dalam masyarakat, pelanggaran terhadap norma-norma mendapatkan
hukuman yang tidak sama beratnya. Ada norma yang dianggap sangat berat,
sehingga pelanggaran terhadap norma-norma tersebut aka nada akibatnya yabg
panjang, pelanggarannya akan dituntut, diadili, dan dihukum. Sebaliknya da juga
norma-norma yang dianggap kurang berat sehingga apabila dilanggar tidak akan
ada akibat panjang, melainkan hanya tertawaan, ejekan dan penggunjingan saja
oleh warga masyarakat lainnya. Norma-norma golongan pertama dikenal dengan
mores, dalam bahasa Indonesia diartiakan “adat istiadat dalam arti khusus”, dan
norma-norma golongan kedua disebut dengan istilah folkways, diartikan dalam “tata
cara” (Lubis, 2002).

H. Nilai budaya dan sistem religi, sistem sosial, sistem pengetahuan dan
sistem teknologi

Sistem religi dalam budaya suku-suku bangsa di dunia ditemukan kegiatan-


kegiatan yang bersifat religi atau keagamaan. kegiatan religi ini tampak pada
upacara-upacara keagamaan. Ahli antropologi khususnya ahli etnografi,
menganggap bahwa upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa
biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling jelas.
Semua aktifitas manusia yang berkaitan dengan religi didasari oleh getaran
jiwa yang disebut dengan emosi keagamaan atau religious emotion. Masyarakat
dalam kebudayaan tertentu selalu berusaha memelihara emosi keagamaannya
diantara pengikut-pengikutnya. Mereka membuat, melaksanakan, dan melindungi
sistem keyakinannya, termasuk didalamnya membuat ketentuan tentang upacara
keagamaan.

20
Dalam upacara keagamaan, aspek yang menjadi perhatian adalah tempat
upacara, waktu dan pelaksanaan upacara, benda-benda dan alat upacara, serta
orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Unsur-unsur yang terkait dengan upacara keagamaan biasanya meliputi:
bersaji, berkorban, berdoa, makan bersama makanan yang telah disucikan dengan
doa, menari tarian suci, berpawai, memainkan seni drama suci, berpuasa, bertapa,
bersemedi, dan lain-lain. Unsur-unsur upacara keagamaan ini ada yang dianggap
penting sekali dalam suatu agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain, demikian
juga sebaliknya.
Pada kebudayaan masyarakat tertentu, selain upacara yang bersifat religi,
biasa pula ditemukan upacara yang bersifat ilmu gaib. Perbedaan dasar dari
keduanya terletak dalam sikap yang dituinjukkan oleh manusia. Pada upacara
keagamaan, manusia bersikap menyerahkan diri seutuhnya kepada yang
disembahnya yaitu kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, atau kepada roh nenek
moyang. Sedangkan pada waktu menjalankan ilmu gaib, manusia tidak didorong
oleh emosi keagamaan, ia berusaha memperlakukan kekuatan-kekuatan yang
dianggapnya tinggi dan gaib, agar menjalankan kehendaknya dan berbuat apa yang
ingin dicapainya.
Sistem Sosial. Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan dimana masyarakat hidup dan bergaul sehari-hari.
Kesatuan sosial yang ada di masyarakat berupa kesatuan kekerabatan (keluarga inti
dan kerabat lain) dan kesatuan-kesatuan di luar kerabat, tetapi masih dalam
lingkungan komunitasya.
Sistem Pengetahuan. Para ahli antropologi berpendapat bahwa kemajuan
peradaban dan kemampuan hidup suatu masyarakat, karena masyarakat
bersangkutan memiliki pengetahuan. Setiap kebudayaan memiliki suatu kumpulan
pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman mereka yang
diabstraksikan menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan pendirian-pendirian.
Pengetahuan-pengetahuan pada suku-suku bangsa berupa pengetahuan tentang
alam sekitarnya, tumbuh-tumbuhan dan binatang di daerah tempat tinggalnya, zat-
zat, bahan mentah dan benda-benda di lingkungannya, tentang manusia, sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu.
Pengetahuan tentang alam sekitarnya seperti tentang musim-musim dan
gejala alam. Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan seperti penggunaan tumbuh-
tumbuhan untuk rempah-rempah untuk penyembuhan penyakit, upacara
keagamaan, dan penggunaan lain untuk kehidupan. Pengetahuan tentang binatang
untuk menentukan binatang yang dapat dikonsumsi manusia, fungsi binatang untuk
membantu manusia seperti menjaga rumah atau kebun. Pengetahuan tentang tubuh
manusia seperti untuk membantu memahami ciri-ciri tubuh manusia, letak dan
susunan urat saat pengobatan dan sebagainya. Pengetahuan dan konsepsi ruang
dan waktu untuk membantu menghitung jumlah, besar, mengukur, menimbang dan
penanggalan.
Sistem Teknologi. Secara tradisional, teknologi dalam masyarakat meliputi
alat-alat produktif, senjata, wadah, alat menyalakan api, makanan, minuman,

21
pembangkit gairah dan jamu-jamuan. Ini merupakan sistem teknologi pada
masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi perkembangan teknologi dan yang
lebih pentingnya lagi adalah akan menjadi suatu sistem teknologi (Ngafifi, 2014).

22
RAGAM BUDAYA MAKAN DI INDONESIA DILIHAT DARI UNSUR
KEBUDAYAAN DAN NILAI BUDAYA
Pola Budaya Terhadap Makanan
Kebudayaan adalah seluruh sistim gagasan dan ras, tindakan serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya
dengan belajar (Koentjaraningrat, 2004). Selanjutnya dikatakan juga bahwa wujud
dari budaya atau kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik, sistim tingkah laku
dan tindakan yang terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau adat-istiadat serta
kepribadian atau nilai-nilai budaya.
Berdasarkan atas batasan demikian maka dapat dikatakan bahwa makanan
atau kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan
sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu komonitas
masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan produk pangan sangat
tergantung dari faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari
budaya juga.
Dengan demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat
tergantung kepada sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang
paling dasar, maka pangan/makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu
sendiri. Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah: Adanya
bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas etnis masyarakat dalam
mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonan
dalam proses pembuatan; contoh: orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari
kedele, orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan
orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu. Demikian juga orang Sulawesi
menu makanan beragam yakni berasal dari beras, jagung dan sagu.
Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap
suku/etnis ; Contoh : orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola
makan lebih kepada beras. Adanya perbedaan cita-rasa, aroma, warna dan bentuk
fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh: makanan orang Padang cita rasanya
pedis, orang Jawa makananya manis dan orang Timor makanannya selalu yang
asin. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas
berbeda untuk setiap daerah; contoh: Soto Makasar berasal dari daerah Makasar-
Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-Nusa Tenggara Timur, contoh
lain dari daerah Maluku adalah sagu lempe yang biasa digunakan untuk snack dan
lebih umum biasa digunakan sebagai behan oleh-oleh.

B. Sistim Budaya Terhadap Makanan


Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda
terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya
masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena
alasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait didalamnya. Disamping itu ada
jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi ekonomi maupun sosial sangat tinggi
eksistensinya tetapi karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan
makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat
tertentu maka hidangan makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi
golongan masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam mengkonsumsi
hidangan makanan didalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga
akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan

23
yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti
sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan
yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah.
Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di Timor yaitu: apabila
dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha
atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau
lainnya. Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi
pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan
gizi belum dipahami oleh keluarga.
Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering terjadi
juga pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan
tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di
daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu
Ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant.
Padahal kita tahu bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik bayi. Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas
(masyarakat elite kota) ,dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang
berasal dari produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi” .
Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal
dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa makanan
dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant lebih praktis untuk
dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya lebih kepada karbohidrat.
Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat di Timor jika ada
kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di hidangkan dengan
makanan yang berasal dari beras walaupun kesehariannya mereka selalu
mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan makanan lokal lainnya sehingga
beras atau nasi telah dianggap sebagai suatu citra bahan makanan yang
mempunyai nilai prestise” yang tinggi. Citra beras/nasi dibangun sebegitu kuatnya
oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi ini telah mempengaruhi sendi-sendi
sosial budaya sedangkan pandangan mereka terhadap pangan di luar beras di
tempatkan sebagai symbol lapisan masyarakat paling rendah.

C. Masalah Budaya Dan Makanan Terhadap Gizi


Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan sistim sosial masyarakat
terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau pantangan, gaya hidup, gengsi
dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu, ataupun prestise dari bahan
makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat apabila keadaan
tersebut berlangsung lama dan mereka juga belum memahami secara baik tentang
pentingnya faktor gizi dalam mengkonsumsi makanan maka tidak mungkin dapat
berakibat timbulnya masalah gizi atau gizi salah (Malnutrition).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Suhardjo, 1996 bahwa jika kalangan masyarakat
yang terkena dampak dari sistim sosial atau budaya makan itu berasal dari golongan
individu-individu yang termasuk rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
anak-anak balita serta orang lanjut usia maka kondisi ini akan lebih rentan terhadap
timbulnya masalah gizi kurang.
Gizi salah (Malnutrition) dapat didefenisikan sebagai keadaan sakit atau
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan relative atau mutlak dan kelebihan satu
atau lebih zat-zat makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia. Menurut
bentuknya, gizi salah diklasifikasikan oleh (Supariasa et al., 2002) sebagai berikut :

24
1. Gizi kurang (undernutrition), kondisi ini sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama.
Contoh : Kekurangan Energi Protein (KEP) dapat menyebabkan penyakit
marasmus dan kwashiorkor.
2. Gizi lebih (Overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama sebagai contoh
kegemukan
3. Kurang Gizi spesifik (Specific Deficiency): keadaan ini disebabkan oleh
kekurangan relative atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya :
kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang dapat menyebabkan
penyakit gondok;
4. Gizi tak seimbang (inbalance): Kondisi yang merupakan akibat dari tidak
seimbangnya jumlah antara zat-zat makanan esensial, dengan atau tanpa
kekurangan zat makanan tertentu. Contoh; gangguan keseimbangan
tubuh,sering loyo dll.

D. Alternatif Mengatasi Masalah Budaya dan Makanan


Masalah budaya dan makanan kita ketahui dapat menyebabkan masalah gizi
yang berdampak pada kesehatan tubuh manusia, sehingga perlu secara cermat
untuk memberdayakan masyarakat lokal dengan kearifan dan kecerdasan lokal
(local wisdom and local genius) disamping terus melaksanakan penyuluhan gizi
sebagai alternative mengatasi masalah budaya dan makanan.
Pendekatan yang paling utama adalah melalui perbaikan struktur sosial
masyarakat tentang pandangan mereka terhadap bahan makanan walaupun lokal
tetapi kaya akan nilai gizi. Langkah-langkah yang ditempuh seperti:
1. Perbaikan gizi keluarga dengan melakukan lomba menyiapkan hidangan
makanan non beras (kasus budaya Timor),
2. Perbaikan budaya masyarakat dengan pengaruh utama gender terutama di
tingkat keluarga.
3. Memperluas areal pertanian dengan menanam berbagai komoditi yang
mempunyai nilai gizi tinggi sebagai bahan pangan/makanan seperti kedelai
(kasus budaya Jawa).
4. Pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi bagi anak-anak balita dan
orang lanjut usia.
5. Penyuluhan gizi terpadu dan konsultasi gizi bagi masyarakat.
6. Melakukan pengkajian/penelitian dan riset untuk melihat pengaruh budaya
terhadap makanan itu sendiri dengan berbagai implikasi yang terkait
didalamnya.

25
RAGAM BUDAYA MAKAN DILIHAT DARI SUKU BANGSA DAN SISTEM
BUDAYA DI INDONESIA
A. Variasi Makanan Suku Bangsa di lndonesia
Negara Indonesia memiliki beragam suku bangsa, perbedaan geografis.
Bila dianalisis rasa makanan bisa digunakan untuk menafsirkan, menganalisis
dan melihat sifat dan budaya suku bangsa penganutnya, misalnya suku Jawa
memiliki selera rasa manis, mencerminkan sifat orang Jawa yang manis, halus,
lemah-lembut tapi menyimpan sesuatu dibelakang.
Banyaknya rumah makan padang di seluruh lndonesia menggambarkan
bahwa masakan padang dapat diterima lidah secara umum. Selain itu juga
menggambarkan penerimaan terhadap suku Minangkabau, dimana suku.
Minangkabau relatif dapat bekerjasama dengan baik dan jarang berkonflik
dengan suku bangsa lain. Orang Minangkabau yang merantau salah satunya
menjadi pengusaha karena dorongan adat dalam budaya Minangkabau yang
matrilineal dimana kekuasaan ada pada pihak perempuan, mendorong kaum
lelaki untuk pergi keluar daerah. Banyaknya orang Minangkabau yang berdagang
termasuk bidang restoran menggambarkan jiwa suku minang yang merdeka,
bebas dan legaliter.
Pekerjaan orang Madura banyak yang berjualan sate, dimana sate adalah
makanan yang dibakar sehingga tidak terlalu matang, menggambarkan suku
madura yang cenderung keras dan tidak terlalu berpikir panjang dalam mela.
Makanan berkaitan erat dengan suku bangsa atau etnik, setiap etnik
memiliki makanan khas. Indonesia memiliki beragam etnis, setiap etnis memiliki
makanan khas. Beberapa makanan etnik cukup terkenal. Tidak semua makanan
khas populer dan familiar, bahkan bagi etniknya sendiri.
Yogyakarta menjadi tujuan berbagai suku bangsa yang ada di lndonesia.
Oleh karena itu banyak rumah makan yang menggunakan ciri khas daerah,
seperti Aceh, Banjar, Makasar, Manado, Betawi, Cina, Bangka, dll. Rumah
makan itu menggunakan ciri khas etnik, suku bangsa atau kedaerahan sebagai
referensial, kekhasan dan sebagai cara menarik pengunjung. Pengunjung rumah
makan beridentitas suku atau etnik ada yang berasal dari daerahnya sebagai
nostalgia terhadap daerah asalnya dan ada juga yang ingin mencoba makanan
dari etnik lain. Rumah makan etnik itu juga melakukan penyesuaian dimana
bumbu dan resepnya tidak sebagaimana aslinya namun menyesuaikan dengan
ketersediaan yang ada di Yogyakarta (Herlina, 2017).

B. Pola Budaya Terhadap Makanan


Kebudayaan adalah seluruh sistim gagasan dan ras, tindakan serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat,1990). Selanjutnya dikatakan juga
bahwa wujud dari budaya atau kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik,
sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau
adat-istiadat serta kepribadian atau nilai-nilai budaya. Berdasarkan atas batasan
demikian maka dapat dikatakan bahwa makanan atau kebiasaan makan
merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan sistim tingkah laku
dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu komonitas masyarakat
tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan produk pangan sangat
tergantung dari faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari
budaya juga. Dengan demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau

26
makanan sangat tergantung kepada sistim sosial kemasyarakatan dan
merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan/makanan harus berada di
dalam kendali kebudayaan itu sendiri.
Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah adanya
bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas etnis masyarakat dalam
mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar/adonan
dalam proses pembuatan, contoh: orang Jawa ada jenis menu makanan berasal
dari kedele, orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung
dan orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu.
Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap
suku/etnis, Contoh: orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa
pola makan lebih kepada beras. Adanya perbedaan cita rasa, aroma, warna dan
bentuk fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh: makanan orang Padang cita
rasanya pedis, orang Jawa makananya manis dan orang Timor makanannya
selalu yang asin. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau
makanan khas berbeda untuk setiap daerah, Contoh: Soto Makasar berasal dari
daerah Makassar Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-Nusa
Tenggara Timur (Lubis, 2002).

C. Sistim Budaya Terhadap Makanan


Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda
terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya
masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi
karena alasasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait di dalamnya.
Disamping itu ada jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi ekonomi maupun
sosial sangat tinggi eksistensinya tetapi karena mempunyai peranan yang
penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan
dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan makanan itu tidak
diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam
mengkonsumsi hidangan makanan didalam keluarga, biasanya sang ayah
sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan
pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi.
Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak
mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa
maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di
Timor yaitu apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan
mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan
mendapat bagian sayap atau lainnya.
Hal ini menurut (Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi
pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi
pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga. Kasus lain yang berhubungan
dengan sistim budaya adalah sering terjadi juga pada masyarakat di perkotaan
yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi
karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang
kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah
melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant. Padahal kita tahu
bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi.
Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas

27
(masyarakat elite kota), dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan
yang berasal dari produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal
“gengsi” .
Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang
berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan
bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant
lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya lebih
kepada karbohidrat. Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan
masyarakat di Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut
selalu di hidangkan dengan makanan yang berasal dari beras walaupun
kesehariannya mereka selalu mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan
makanan lokal lainnya sehingga beras atau nasi telah dianggap sebagai suatu
citra bahan makanan yang mempunyai nilai “prestise” yang tinggi. Citra
beras/nasi dibangun sebegitu kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi
ini telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan
mereka terhadap pangan di luar beras di tempatkan sebagai simbol lapisan
masyarakat paling rendah (Husaini et al., 2017).

28
POLA PANGAN DAN BUDAYA

A. Terbentuknya Pola Hidangan Makanan.


Susunan pola hidangan makanan terbentuk sejak manusia diciptakan,
sejak manusia makan sejak diciptakan. Ahli antropologi banyak mempelajari
pola hidangan makanan dan cara manusia mendapatkan makanan
(Sediaoetama, 2000) menjelaskan fase-fase manusia mendapatkan makanan
yang berhubungan dengan lingkungan hidupnya yaitu:
1. Fase ekstrasi, yang terdiri atas sub fase berburu dan memetik/memungut dan
sub fase berburu dan mengumpul/meramu
Fase ini, manusia hanya mengambil bahan pangan dari lingkungan hidupnya,
tanpa berusaha mengambilkan atau memperbaiki kekurangan bahan pangan
pada lingkungan yang telah diambil tersebut. Pada sub fase berburu dan
memungut, susunan makanan lebih banyak mengandung unsur hewani dari
binatang buruan berukuran besar. Ditambah bahan pangan nabati yang
dipungut dan langsung dimakan. Pada sub fase berburu dan meramu,
komposisi hidangan bergeser ke arah lebih banyak bahan makanan nabati,
karena binatang buruan semakin mengecil karena adaptasi pada lingkungan
hidupnya.
2. Fase ekstrasi dan rehabilitasi/regenerasi, yang terdiri atas fase mengembala
dan bercocok tanam primitive dan sub fase
3. Fase produksi dan sintesis teknokimia modern
Berdasarkan uraian tersebut dipahami bahwa (1) apa yang dimakan oleh
manusia, sangat dipengaruhi oleh sumber makanan apa yang ada dialam, (2)
susunan hidangan makanan manusia dapat berubah seiring dengan perubahan
letersediaan bahan makanan dilingkungannya

B. Pengaruh Sosial Budaya dan Kejiwaan Terhadap Pola Pangan Masyarakat


1. Pengaruh sosial
a. Kewibawaan, kewenangan, dan kekuasaan
Semua masyarakat membentuk suatu sistem kewibawaan
maupun kekuasaan yang mereka akui yang memungkinkan keputusan-
keputusan dibuat dan dilaksanakan. Mereka adalah orang-orang yang
selalu membuat kebijakan dan mampu mengawasi produksi,
perdagangan, pajak dan subsidi, yang dapat mendorong atau
menghambat konsumsi pangan masyarakat.
Kewibawaan/kekuasaan yang diakui oleh masyarakat timbul
karena ditetapkan, dipilih atau karena turun temurun. Kekuasaan atau
kewenangan dapat dicontohkan pada sistem pemerintahan (pusat dan
daerah), ataupun oleh orang-orang tertentu yang memang dapat
bertindak sebagai pemilik wewenang (misalnya tuan tanah, perangkat
desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, perkumpulan dagang, dan lain-
lain), dimana orang-orang atau wakilnya dapat memberi pengaruh atau
menentukan keberhasilan program gizi.

29
Pada keluarga dan juga masyarakat diakui adanya kewenangan
yang spesifik, walaupun keputusan yang kemudian diambil dapat
bermacam-macam dalam setiap kehidupan. Biasanya dalam keluarga,
kepala rumah tangga yang mempunyai kewenangan tersebut, tetapi
adapula yang dimiliki oleh ibu (istri) ataupun mertua. Dalam hal makanan,
ibulah yang berwenang, sedangkan bapak/suami memberikan control
secara tidak langsung mengenai rasa makanan yang akan dihidangkan
dalam keluarga. Pada kasus-kasus pemberian makanan untuk anak-
anak, ibu hamil, ibu menyusui, nenek mereka sering mempunyai
kekuasaan untuk menentukan jenis makanan apa yang harus
dimakannya. Ini sering kali terjadi pada ibu-ibu muda/keluarga muda dan
masih tinggal dalam satu rumah.

b. Pendapat tokoh-tokoh tidak resmi


Tokoh tidak resmi dapat muncul di masyarakat karena
popularitas, kekayaan, status sosial, kearifan atau pengalaman mereka
dalam bidang tertentu. Tokoh-tokoh tidak resmi ini cenderung untuk
memegang posisi penting dalam bidang kemasyarakatan, dan menjadi
panutan anggota-anggotanya. Tokoh tidak resmi yang berpengaruh kuat,
dapat mengalahkan pengaruh tokoh/pejabat resmi yang ada di
masyarakat. Pendapat atau pemikiran tokoh ini tentang pangan dapat
mempengaruhi pola pangan masyarakatnya.

c. Panutan dan kelompok sebaya


Tingkah laku seseorang termasuk dalam hal pemilihan makanan
dapat dipengaruhi oleh orang lain yang menjadi panutannya
ataukelompok sebayanya. Mereka merasa nyaman dan puas apabila
melakukan seperti apa yang ada pada kelompok referensi/panutan dan
sebayanya.
Keinginan untuk meniru tingkah sosial yang lebih tinggi dalam
hal kebiasaan makan semakin nampak. Hal ini dimaksudkan agar
seseorang dianggap termasuk dalam status sosial yang sama tingginya
(padahal sebenarnya status sosial orang tersebut masih lebih rendah).
Apikasi daripada keadaan yang demikian, antara lain dimanfaatkan oleh
perusahaan-perusahaan komersial untuk menjual produk-produknya agar
dibeli oleh masyarakat.

2. Pengaruh budaya dan kejiwaaan


Kebutuhan untuk makan bukan hanya didorong untuk mengatasi rasa
lapar, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Setiap kelompok
mempunyai satu pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan dan
menilai makanan yang merupakan ciri kebudayaan dari kelompok masing-
masing.

30
Di antara jenis-jenis pangan yang dapat diperoleh, orang melakukan
pilihan atas dasar pertimbangan rupa, bau, tekstur, dan cita rasa. Dan setiap
masyarakat memberi difinisi tertentu tentang arti makanan, dan dalam setiap
difinisi setiap jenis makanan mempunyai arti yang luas. Misalnya:
- Ada jenis makanan untuk orang kaya dan orang miskin.
- Ada untuk pesta, untuk wanita, anak-anak, untuk orang sakit atau orang
lanjut usia.
- Ada jenis makanan yang tidak diperbolehkan untuk orang-orang tertentu.
Pada beberapa masyarakat, makanan memegang peran penting
dalam peristiwa-peristiwa sosial keagamaan dalam kehidupan mereka.
Makanan tidak hanya memuaskan rasa lapar tetapi juga memberikan rasa
senang dan memberikan suatu ikatan tertentu antara anggota keluarga atau
kelompok dalam menikmati makanan.
Setiap masyarakat mempunyai aturan-aturan, pembatasan-
pembatasan, rasa suka atau tidak suka, dan kepercayaaan terhadap jenis
makanan tertentu, sehingga membatasi pilihannya terhadap jenis makanan
bersangkutan. Atas pengaruh dari faktor-faktor tersebut, suatu pola kebiasaan
makan tertentu kadang-kadang sulit diubah.
Pendidikan gizi tidak dapat berhasil kalau tidak disertai suatu
pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan dan nilai dari masyarakat yang
dijadikan sasaran. Oleh karena itu penting untuk memahami ilmu-ilmu tertentu
seperti antropologi kebudayaan, sosiologi dan psikologi sosial.

3. Faktor sosio-budaya dan kewajiban yang mempengaruhi pola pangan


a. Status dan susunan makanan
Distribusi makanan seringkali dihubungkan dengan status yang terjalin
diantara anggota keluarga daripada kebutuhan akan gizinya.
- Anggota masyarakat pria yang lebih tua (senior) mendapatkan jumlah
dan mutu susunan makanan yang lebih daripada anak kecil dan
wanita muda.
- Anak laki-laki mendapat prioritas lebih tinggi daripada anak
perempuan.

b. Makanan sebagai symbol hubungan sosial


Makanan seringkali diberi nilai secara simbolis dalam agama dan dalam
mengutarakan suatu hubungan sosial. Menghidangkan makanan
merupakan suatu symbol persaudaraan, kekeluargaan, penerimaan dan
kepercayaan. Jumlah dan aneka ragam makanan yang dihidangkan pada
suatu peristiwa tertentu merupakan status di dalam masyarakat.

c. Hubungan antara kejiwaan dan perilaku makanan


Kebiasasan makan mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang.
Sikapnya terhadap makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman
yang diperoleh sejak masa kanak-kanak tentang apa dan bagaimana

31
makan. Terbentuknya rasa suka terhadap makanan tertentu, merupakan
hasil dari kesenangan sebelumnya yang diperoleh pada saat mereka
makan untuk memenuhi rasa laparnya,serta dari hubungan emosional
antara anak-anak dengan memberi makan mereka. Bagi sebagian
masyarakat, jenis-jenis makanan yang biasa dikonsumsi dan disukainya
sejak masa kanak-kanak, akan berlanjut menjadi makanan kesukaannya
pada usia dewasanya. Sebagian besar masyarakat berdifat “menyukai
apa yang mereka makan” daripada “makan apa yang mereka suka”.
Mereka mempunyai perasaan yang kuat tentang kesetiaan dan kepekaan
terhadap susunan makanan tradisionalnya dan peka apabila ada kritik
tentang makanan mereka.
Contoh kesetiaan dan ketertarikan terhadap pola makanan sehari-hari
dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat tertentu. Mereka sering memasak
jenis makanan yang biasa mereka makan dan tidak berusaha
mengubahnya mengikuti susunanmakanan masyarakat lain, walaupun
biayanya dapat lebih murah.

C. Fungsi Sosial Makanan


Fungsi sosial makanan menurut (Almatsier, 2002), mengandung enam unsur
yaitu:
1. Berfungsi dalam perut besar (gastronomic function)
a. Sadar atau tidak, manusia makan sesuatu makanan, karena makanan itu
memenuhi kesenangannya.
b. Ciri-ciri organoleptik yang dimiliki oleh suatu makanan mempengaruhi
seseorang untuk menerima/menolak makanan tertentu.
Ciri-ciri organoleptik makanan tersebut adalah:
 Rasa (taste)
 Bau (odour)
 Suhu
 Penampilan (appearance)
 Tekstur (keempukan)
 Struktur
c. Kesenangan seseorang akan makanan, berdasarkan kepada dasar-dasar
psikologis dan budaya, yang berbeda antara suku/golongan etnik dan
bangsa:
 Orang-orang Eropa menyukai makan-makanan yang lunak (soft foods)
 Orang-orang Afrika bagian tropis menyukai makan-makanan yang
dikunyah, seperti daging.
 Di daerah pemakan beras di Asia, bentuk tertentu dari struktur granula
beras, untuk dikukus atau di rebus.
2. Makanan sebagai arti budaya
Makanan dapat memberikan identitas suatu kelompok individu, perorangan
dan masyarakat. Sebagai contoh:

32
a. Individu atau kelompok individu yang beragama Hindu tidak makan daging
sapi.
b. Suku bangsa Eskimo dinamakan oleh suku bangsa tetangganya (suku
ALGON QUIN INDIANS) karena masyarakat Eskimo dikenal sebagai suku
bangsa yang makan daging mentah.
c. Individu atau kelompok individu yang beragama Islam tidak makan daging
babi.

3. Makanan sebagai fungsi religi dan magis


Banyak simbol-simbol keagamaan dan magis yang berkaitan dengan
makanan. Di Indonesia contoh-contoh mengenai hal ini banyak sekali,
misalnya selamatan menggunakan nasi kuning, nasi tumpeng, bubur merah-
putih, makanan-makanan upacara keagamaan di berbagai daerah, dst.
Dalam banyak masyarakat di Indonesia, terdapat sikap-sikap orang
terhadap makanan pokok, yang menempatkan makanan pokok itu sendiri
sebagai hal yang sakral (suci). Misalnya:
- Padi: sebagai lambang pemberian dari Dewi Sri (semboyan: ibarat padi,
makin berisi makin merunduk)
- Sagu: sebagai seorang wanita bernama “Agustina” tak boleh dipanen
oleh wanita, tetapi oleh laki-laki.
- Singkong: dapat ditanam dimana-mana, orang yang mengkonsumsi
singkong, udah dapat menyesuaikan diri dimana-mana
- Jagung; orang Madura memiliki ikatan keluarga (geinologis) yang sangat
kuat, sebagai cerminan bahan makanan pokok jagung yang butiran-
butirannya tersusun kuat dan rapi pada bonggolnya.

4. Fungsi komunikasi
Menyambut tamu di rumah atau dalam lingkungan masyarakat tertentu,
makanan memegang peranan penting sebagai symbol keramah-tamahan
(hospitality): „say it with foods‟.
Komunikasi non verbal yang dinyatakan dalam makanan-makanan tertentu
dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa khusus seperti:
- Dalam upacara perkawinan: „saling suap nasi‟ (lambang penyerahan diri
sepenuhnya satu sama lain)
- Kepada calon mertua: membawakan makanan yang disukai sang calon
mertua, supaya merelakan anaknya dipersunting.
- Makanan-makanan tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu,
supaya lamarannya diterima, supaya tendernya diterima, supaya
pangkatnya dinaikkan.
- Makanan-makanan yang bersifat „nadzar‟: yang dipersembahkan kepada
„sang penguasa alam‟ (karena lulus ujian, karena dapat pacar, karena
dapat undian, dsb) (ini contoh komunikasi dengan yang maha kuasa).

33
5. Pernyataan status sosial
Semua budaya mengenal apa yang disebut sebagai „makanan berprestice‟
(yang dinilai berstatus sosial tinggi). Contoh:
- Roti putih di Eropa memberi makna bahwa konsumen berstatus/
mempunyai kedudukan ekonomi tinggi. Sedangkan roti yang berwarna
sawo matang (brown bread) dinilai cocok untuk golongan setara
ekonomi kurang mampu.
- Dalam masyarakat industri, orang lebih banyak mengkonsumsi
makan-makanan yang dimurnikan secara intensif (refined foods).
Menyebabkan orang kurang sering ke belakang, karena semua bahan
diserap. Sedangkan golongan kurang mampu, lebih banyak serat
kasar (fiber) sehingga ke belakang lebih teratur.

6. Makanan sebagai simbol kekuasaan dan kekuatan


a. Dalam konteks keluarga, makanan digunakan sebagai simbol kekuasaan:
- Makanan suami/ayah „harus‟ diutamakan, karena ia pencari nafkah
utama
- Makanan majikan dibedakan dengan makanan untuk pembantu
b. Dalam konteks hubungan antar bangsa-bangsa: Negara maju membantu
negara-negara miskin dengan makanan, agar Negara-negara miskin
tetap dapat dikuasai dan memberikan dukungan politik dan militer.

D. Pola Pangan Sebagai Produk Budaya


Pola susunan hidangan yang ada saat ini dalam keluarga, tidak diturunkan
dalam pengertian heriditer, akan tetapi hasil proses belajar dari leluhur orang tua,
terus kegenerasi yang lebih muda. Ini berarti bahwa susunan hidangan sesuatu
masyarakat dapat diubah dengan cara pendidikan gizi, penerangan dan penyuluhan,
meskipun harus diakui bahwa usaha mengubah suatu hidangan yang telah terjadi
sangat sulit dilakukan, karena sudah tertanam sebagai kebiasaan yang dijalankan
selama hidupnya.
Para ahli antropologi berpendapat bahwa kebiasaan makanan keluarga dan
susunan hidangannya merupakan salah satu manivestasi kebudayaan keluarga
yang disebut “lifestyle‟ (gaya hidup). Gaya hidup ini merupakan cerminan dari
interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan lingkungan hidup. Gaya hidup dari
keluarga sekaligus merupakan cerminan dari kehidupan suatu masyarakat.
Faktor-faktor yang merupakan masukan (input) bagi terbentuknya suatu gaya
hidup keluarga yaitu: penghasilan, pendidikan, susunan keluarga, pekerjaan, suku
bangsa, kepercayaan dan agama, pengetahuan tentang kesehatan, pengetahuan
gizi, produksi pangan, sistem distribusi, dan faktor sosio politik.
Menurut Suhardjo (1989), melihat 3 faktor penyusun gaya hidup yang
berperan dominan dalam pembentukan pola konsumsi makanan
keluarga/masyarakat, yaitu:
1. Kondisi ekosistem yang mencangkup penyediaan bahan makanan alamiah
2. Kondisi ekonomi yang menentukan daya beli

34
3. Konsep kesehatan dan gizi masyarakat
TERBENTUKNYA POLA HIDANGAN DI INDONESIA
A. Terbentuknya Pola hidangan di Indonesia
1. Makanan Indonesia
Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan
tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000
pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia
secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan
bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci,
lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti
penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang
terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari
India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia",
tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi
secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai
contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras
yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk
Indonesia namum untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga
jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar dan Sagu. Bentuk lanskap
penyajiannya umumnya disajikan di sebagian besar makanan Indonesia
berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur
disisi piring.
Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan
dunia berkat lokasi dan sumber daya alamnya. Teknik memasak dan
bahan makanan asli Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi
oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China, dan akhirnya Eropa. Para
pedagang Spanyol dan Portugis membawa berbagai bahan makanan dari
Benua Amerika jauh sebelum Belanda berhasil menguasai Indonesia.
Pulau Maluku yang termahsyur sebagai "Kepulauan Rempah-rempah",
juga menyumbangkan tanaman rempah asli Indonesia kepada seni kuliner
dunia. Seni kuliner kawasan bagian timur Indonesia mirip dengan seni
memasak Polinesia dan Melanesia.
Masakan Sumatera, sebagai contoh, seringkali menampilkan
pengaruh Timur Tengah dan India, seperti penggunaan bumbu kari pada
hidangan daging dan sayurannya, sementara masakan Jawa berkembang
dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan China dapat
dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi,
bakso, dan lumpia telah terserap dalam seni masakan Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat ditemukan di
beberapa negara Asia. Masakan Indonesia populer seperti sate, rendang,
dan sambal juga digemari di Malaysia dan Singapura. Bahan makanan
berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan tempe, juga sangat
populer. Tempe dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal
dari fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari makanan fermentasi kedelai
adalah oncom, mirip dengan tempe tapi menggunakan jenis jamur yang
berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.
2. Makanan Malaysia
Makanan Malaysia sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan
makanan Indonesia. Kemungkinan besar karena satu rumpun, jadi

35
makanana tradisionalnya pun hampir mirip.Sama seperti orang Indonesia,
nasi tetap menjadi primadona yang utama dalam setiaphidangan. Adapun
lauk pauknya, nasi selalu ada sebagai pendamping hidangan utama.
Makanan Malaysia kebanyakan dipengaruhi oleh tradisi Cina, India, dan
Malaysia itu sendiri.
3. Makanan India
Masakan India adalah masakan dari berbagai kawasan dianak benua
India.Ciri khas masakan India adalah penggunaan berbagai rempah-
rempah khas India dan sayuran yang tumbuh di India, dan beraneka
ragam hidangan vegetarian. Masakan India juga mencerminkan
keanekaragaman iklim, demografi, dan agama.
Agama dan kebudayaan India berperan besar dalam perkembangan
seni kuliner India. Walaupun demikian, interaksi antarbudaya dengan
kawasan yang bertetangga seperti Timur Tengah, Asia Tengah, dan Laut
Tengah menjadikan masakan India sebagai percampuran unik dari berbagai
masakan Asia. Dominasi perdagangan rempah antara India dan Eropa oleh
pedagang Arab menyebabkan Vasco da Gamadan Christopher Columbus
berusaha menemukan rute pelayaran baru ke India, dan mengawali zaman
penjelajahan di Eropa. Orang Eropa pada masa kolonial India
memperkenalkan teknik memasak Eropa (terutama dari Inggris dan Perancis)
kepada orang India, dan menambah keanekaragaman masakan India.
Masakan India juga mempengaruhi masakan negara-negara di lain di dunia,
terutama masakan Asia Tenggara, khususnya dalam pemakaian rempah-
rempah untuk membuat hidangan berupa kari di Thailand, Malaysia, dan
Indonesia.
4. Makanan China
Masakan Cina adalah kuliner yang dihasilkan oleh penduduk Republik
Rakyat Cina. Istilah masakan Cina di daratan Cina juga mengacu kepada
variasi dari seluruh suku bangsa, agama dan tradisi yang berkembang di
negara tersebut. Namun, masakan Cina yang diperkenalkan kepada banyak
bangsa di dunia adalah masakan etnis Han (Tionghoa). Pengaruh masakan
etnis Han ada di setiap kuliner negara-negara timur dan menyebar di luar
komunitas-komunitasnya di seluruh dunia. Penyiapan masakan Cina untuk
sehari-hari dapat singkat dan mudah, namun untuk acara formal bisa menjadi
hidangan yang beragam dan meriah. Filosofi masakan Cina adalah makanan
harus memuaskan selera dan melengkapi rasa, betapapun sederhana bahan-
bahannya.

B. Pola Hidangan Sebagai Produk Budaya


Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan latar belakang etnis, suku
dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah
memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut
mempengaruhi menu makanan maupun pola makan. Banyak sekali
penemuan para ahli sosialog dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya
sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk
makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah
gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik oleh kita yang
mengkonsumsinya.

36
Kecendrungan yang muncul dari suatu budaya terhadap makanan
sangat tergantung dari potensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan.
Sebagai contoh: bahwa orang Jawa makanan pokoknya akan berbeda
dengan orang Timor atau pendek kata bahwa setiap suku-etnis yang ada
pasti mempunyai makanan pokoknya tersediri. Keragaman dan keunikan
budaya yang dimiliki oleh suatu identitas masyarakat tertentu merupakan
wujud dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas
keseharian baik itu dalam tatanan sosial, teknis maupun ekonomi telah turut
membentuk karakter fisik makanan (menu, pola dan bahan dasar).
Pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung
kepada sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling
dasar, maka pangan/makanan harus berada didalam kendali kebudayaan itu
sendiri.
Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah :
a. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas dan
etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan
karena perbedaan bahan dasar/adonan dalam proses pembuatan;
contoh : orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele,
orang Timor jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan
orang Ambon jenis menu makanan berasal dari sagu.
b. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap
suku-etnis ; Contoh : orang Timor pola makan lebih kepada jagung,
orang Jawa pola makan lebih kepada beras.
c. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan
dari setiap suku-etnis; Contoh : makanan orang Padang cita rasanya
pedis, orang Jawa makanannya manis dan orang Timor makanannya
selalu yang asin.
d. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan
khas berbeda untuk setiap daerah; Contoh : Soto Makasar berasal dari
daerah Makasar- Sulawesi Selatan, Jagung ”Bose” dari daerah Timor-
Nusa Tenggara Timur.

C. Nilai Sosial Pangan dan Makanan


Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-
beda terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu
budaya masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk
dikonsumsi karena alasan sakral tertentu atau sistim budaya yang terkait di
dalamnya. Disamping itu ada jenis makanan tertentu yang di nilai dari segi
ekonomi maupun sosial sangat tinggi eksistensinya tetapi karena mempunyai
peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan
yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan
makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan
masyarakat tersebut.
Anggapan lain yang muncul dari sistim budaya seperti dalam
mengkonsumsi hidangan makanan di dalam keluarga, biasanya sang ayah
sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan
pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi.
Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak
mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa
maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di

37
Timor yaitu : apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah
akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak
akan mendapat bagian sayap atau lainnya. Hal ini menurut (Suhardjo, 1996)
dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau
maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami
oleh keluarga.
Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering
terjadi juga pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup
budaya dengan tingkat kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan.
Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering
menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya
diberikan formula susu bayi instant. Padahal kita tahu bahwa ASI sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Selanjutnya gaya
hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas (masyarakat elite
kota), dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang berasal dari
produk luar negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi” .
Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal
dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa
makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instant
lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya
lebih kepada karbohidrat.
Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat di
Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di
hidangkan dengan makanan yang berasal dari beras walaupun
kesehariannya mereka selalu mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan
makanan lokal lainnya kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga kondisi ini
telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan
mereka terhadap pangan diluar beras di tempatkan sebagai simbol lapisan
masyarakat paling rendah.
Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan sistim sosial
masyarakat terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau pantangan,
gaya hidup, gengsi dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu,
ataupun prestise dari bahan makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan
masyarakat apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan mereka juga
belum memahami secara baik tentang pentingnya faktor gizi dalam
mengkonsumsi makanan maka tidak mungkin dapat berakibat timbulnya
masalah gizi atau gizi salah (Malnutrition). Lebih lanjut dijelaskan oleh
Suhardjo, 1996 bahwa jika kalangan masyarakat yang terkena danpak dari
sistim sosial atau budaya makan itu berasal dari golongan individu-individu
yang termasuk rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-
anak balita serta orang lanjut usia maka kondisi ini akan lebih rentant
terhadap timbulnya masalah gizi kurang (Arifin, 2016).

38
NILAI SOSIAL PANGAN DAN MAKANAN

A. FAKTOR SOSIAL BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN MAKANAN


1. Faktor-Faktor Sosial Rumah Tangga
Kebutuhan makan bukanlah satu-satunya dorongan untuk mengatasi
rasa lapar, di samping itu ada kebutuhan fisiologis, seperti pemenuhan gizi
ikut mempengaruhi. Setiap strata atau kelompok sosial masyarakat
mempunyai pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan, dan menilai
makanan yang merupakan ciri dari strata atau kelompok sosial masing-
masing (Suhardjo, 1989). Hal ini sesuai Hukum Bennet dengan adanya
pembagian strata dalam masyarakat berdasarkan ekonomi, yaitu semakin
tinggi pendapatan menyebabkan semakin beragam konsumsi jenis makanan
pokok (Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).
Lingkungan sosial memberikan gambaran jelas tentang perbedaan
pola makan. Setiap masyarakat atau suku mempunyai kebiasaan makan
berbeda sesuai kebiasaan yang dianut. Masyarakat mengkonsumsi bahan
makanan tertentu yang mempunyai nilai social sesuai dengan tingkat status
sosial yang terdapat pada masyarakat tersebut. (Suhardjo, 1989).

2. Tingkat Pendidikan Rumah tangga


Soekirman (2000) mengemukakan bahwa pada bagan penyebab
kekurangan gizi oleh Unicef 1998 tercantum bahwa. meski secara tidak
langsung namun tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kekurangan gizi. Dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu
rumah tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.
Tingkat pendidikan formal seorang ibu seringkali berhubungan positif
dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga. Hal ini termasuk
upaya mencapai status gizi yang baik pada anak-anaknya (Koblinsky, et.al,
1997). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan
gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita,
2004).
3. Status Pekerjaan Orang Tua
Perkawinan dan rumah tangga yang terbentuk diciptakan oleh fungsi
daripada perkawinan itu berupa dukungan ekonomis dan ikatan kasih sayang.
Konsekuensinya adalah bapak didudukkan pada posisi dan peranan
instrumental dalam arti kegiatan produktif managerial dan publik, sedangkan
ibu didudukkan pada posisi mengelola dan mengurus pekerjaan rumah
tangga. Hal tersebut berarti bahwa terdapat pembagian kerja antara bapak
dan ibu dalam rumah tangga dan masyarakat bahwa kebiasaan bapak
mencari nafkah di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah
tangga (Indrawasih, 1997).
Kesejahteraan rumah tangga tidak selalu bergantung pada
penghasilan yang diperoleh, tetapi juga ditentukan oleh siapa yang mencari
nafkah dan mengontrol pengeluaran rumah tangga. Ibu dibandingkan bapak
ternyata cenderung mengalokasikan uang untuk belanja makanan rumah
tangganya. Meningkatnya penghasilan rumah tangga yang berasal dari ibu

39
bekerja akan memperbaiki konsumsi makanan seluruh anggota rumah tangga
(Khomsan, 2004).
4. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
dari pendapatan semua anggota rumah tangga dari berbagai kegiatan
ekonomi sehari-hari misalnya upah dan gaji, hasil produksi pertanian
dikurangi biaya produksi, pendapatan dari usaha rumah tangga bukan
pertanian dan pendapatan dari kekayaaan seperti sewa rumah, sewa alat,
bunga, santunan asuransi, dan lain-lain (Surbakti, 1995).
Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat
pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan
makanan dapat terpenuhi. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor
utama dalam menentukan kualitas dan kuantitas bahan makanan. Besar
kecilnya pendapatan rumah tangga tidak lepas dari jenis pekerjaan ayah dan
ibu serta tingkat pendidikannya (Soekirman, 1991).
Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80 % dari
pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk
makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan
makanan untuk tiap 1 % perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah
tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman,
1991).
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat
dengan daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas,
kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh,
setidaknya keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena
dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan
makanan untuk tubuh tidak terpenuhi (Apriadji, 1986).
5. Jumlah Anggota Rumah tangga
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat
tinggal di suatu rumah tangga, baik berada di rumahpada saat pencacahan
maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6
bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6
bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau
lebih, tidak dianggap anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di
suatu rumah tangga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu rumah
tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap di rumah tangga tersebut,
dianggap sebagai anggota rumah tangga (BPS, 2004).
Pemantauan konsumsi gizi tingkat rumah tangga tahun 1995-1998
juga menyatakan bahwa jumlah anggota rumah tangga yang semakin
banyak, akan semakin mengalami kecenderungan turunnya rata-rata asupan
energi dan protein per kapita per hari yang ditunjukkan dengan prevalensi
tertinggi pada rumah tangga yang beranggotakan diatas enam orang (Latief,
dkk, 2000).

B. FAKTOR-FAKTOR BUDAYA RUMAH TANGGA


Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan
kelompok manusia untuk waktu yang lama. Budaya dapat diartikan sebagai
gabungan kompleks asumsi tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide
lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat
tertentu. Pengertian lain budaya adalah sebagai suatu pola semua susunan baik

40
material maupun perilaku yang sudah diadposi masyarakat sebagai suatu cara
tradisional dalam memecahkan masalah-masalah para anggotanya (Moeljono,
2003). Dalam budaya juga termasuk semua cara yang telah terorganisasi,
kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit serta premis-premis yang mendasar
dan mengandung suatu perintah serta tentang kandungan kimia makanan (Winarno,
2019)
1. Kepercayaan masyarakat
Pada masyarakat tertentu terdapat suatu pemeo artinya makin tinggi
tingkat keprihatinan seseorang makin bahagia dan makin tinggi taraf sosial yang
dapat dicapainya. Keprihatinan ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu
kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum
atau berpantang melakukan sesuatu. Upacara agama atau merupakan bagian
dari bentuk-bentuk kebudayaan di daerah pedesaan, dan malahan juga di kota-
kota. Misalnya pada permulaan mendirikan suatu bangunan baru ataupun
sebuah rumah baru, selalu dirayakan sebagai upacara peletakan batu pertama
yang diikuti dengan selamatan. Upacara selamatan lainnya dilakukan pada waktu
pemasangan kasau yang pertama dan pada waktu bangunan selesai. Pada
waktu upacara-upacara ini tergantung dari kemampuan tuan rumah, maka
dipotong kambing, sapi atau kerbau dan kepalanya dikuburkan pada tempat yang
khusus sebagai korban untuk menyenangkan roh-roh menurut kepercayaan
berdiam di daerah tersebut (Suhardjo, 1989).
2. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan tersebut
sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau
penilaian pengetahuan pada umumnya berisi materi yang ingin diukur dari
responden. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya,
bisa juga melalui proses pembelajaran seperti penyuluhan, pelatihan atau
kursus. Pengetahuan dapat membantu menjelaskan aspek-aspek penting
didunia dan meramalkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting dalam
menggunakan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
cukup. Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga
berpengaruh pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi rumah tangga sehari-
hari. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun
pendidikan non formal. Pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting
dalam menggunakan makanan dengan tepat, sehingga dapat tercapai keadaan
dan status gizi yang baik (Husaini et al., 2017).

C. FUNGSI SOSIAL MAKANAN


1. Fungsi religi atau magis
Banyak simbol religi atau magis yang dikaitkan pada makanan. Dalam agam
Islam, kambing sering dikaitkan dengan upacara-upacara penting dalam
kehidupan, seperti padaupacara selamatan bayi baru lahir, atau pada
khitanan. Dalam agama Katolik, anggur diibaratkan darah Kristus dan roti
tubuhnya. Pada masyarakat Jawa pada berbagai upacara selamatan
dihidangkan nasi tumpeng atau nasi kuning (Almatsier, 2002).

41
2. Fungsi Komunikasi
Makanan merupakan media penting dalam upaya manusia berhubungan
satu sama lain. Di dalam rumah tangga kehangatan hubungan antar
anggotanya terjadi pada waktu makan bersama. Begitupun di antara rumah
tangga besar diupayakan pertemuan secara berkala dengan makan untuk
memelihara dan mempererat hubungan silaturahmi. Antar tetangga, sering
dilakukan tukar menukar makanan (Almatsier, 2002).
Dalam bisnis, kesepakatan sering diperoleh dalam suatu jamuan makan di
restoran atau di tempat makan lain. Pestapesta makan sering
diselenggarakan untuk menghormati seseorang, sekelompok orang atau
untuk merayakan suatu peristiwa penting. Banyak waktu dan uang
digunakan untuk mengusahakan agar makanan yang disajikan memenuhi
selera tamu yang diundang (Almatsier, 2002)
3. Preferensi Makanan
Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan berbeda dari
satu bangsa ke bangsa lain, dan dari daerah/suku ke daerah /suku lain. Di
Indonesia, kesukaan makanan antar daerah/suku juga banyak berbeda.
Makanan di Sumatra, khususnya di Sumatra Barat lebih pedas daripada
makanan di Jawa, khususnya Jawa Tengah yang suka makanan manis.
Secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi
selera atau citarasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu
dan tekstur (Almatsier, 2002). Hasil penelitian Drewnowski (1999)
menyebutkan ada hubungan yang siginifikan preferensi makanan dengan
frekuensi makan pada wanita.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi makanan, yaitu :
karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan.
Suatu model atau kerangkan pemikiran diperlukan untuk menelaah
konsumsi makanan kaitannya dengan berbagai karakteristik tersebut, serta
hubungan antar karakteristik itu sendiri.

4. Ketersediaan Bahan Makanan


Ketersediaan makanan adalah suatu kondisi dalam penyediaan makanan
yang mencakup makanan dan minuman tersebut berasal apakah dari
tanaman, ternak atau ikan bagi rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Ketersediaan makanan dalam rumah tangga dipengaruhi antara lain oleh
tingkat pendapatan .
Ketersediaan makanan terkait dengan usaha produksi, distribusi dan
perdagangan makanan. Ketahanan pangan di tingkat mikro dinilai dari
ketersediaan dan konsumsi makanan dalam bentuk energi dan protein per
kapita per hari
Proses makan pada manusia sering kali dikaitkan dengan aspek sosial
budaya. Urusan makan pada manusia tidaklah sesedarhana memasukkan
makanan ke mulut, seperti yang dilakukan hewan dan makhluk hidup lain.
Aspek sosial budaya makan adalah fungsi makanan dalam masyarakat yang
berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan,
dan pendidikan masyarakat.

Ada beberapa kaitan makanan dengan fungsi sosial budaya.


1. Fungsi Kenikmatan

42
Salah satu tujuan manusia makan adalah untuk memperoleh kenikmatan.
Kesukaan akan makanan bereda dari satu bangsa dengan bangsa lain dan
dari satu daerah/suku dengan daerah/suku lain. Misalnya, makanan di
Negara tropis biasanya lebih berbumbu dibanding dengan negara yang
memiliki empat musim. Secara umum makanan yang disukai adalah makanan
yang memenuhi selera atau cita rasa, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa,
suhu, dan tekstur (Almatsier, 2002).
2. Makanan untuk Menyatakan Jati Diri
Makanan sering dianggap sebagai bagian penting untuk menyatakan jati diri
seseorang atau sekelompok orang. Misalnya di Cina, teh dianggap sebagai
minuman untuk menyambut tamu yang datang kerumah mereka. Dan mereka
malu jika minuman tersebut tidak dapat dihidangkan kepada tamu.
3. Fungsi Religi dan Magis
Banyak simbol religi dan magis yang dikaitkan pada makanan. Dalam agama
islam, kambing sering dikaitkan dengan acara-acara penting dalam
kehidupan. Di antaranya, kambing untuk akikah bayi baru lahir, sebagai
hewan kurban, dan sebagainya. Dalam agama katolik, anggur diibaratkan
sebagai darah Kristus, sementara roti adalah tubuhnya.
4. Fungsi Komunikasi
Makanan merupakan media penting bagi manusia dalam berhubungan
dengan manusia lainnya. Di dalam keluarga, kehangatan hubungan
antaranggota terjadi pada waktu makan bersama.
5. Fungsi Status Ekonomi
Saat ini orang yang biasanya memakan junk food berasal dari keluarga kaya
dibanding dengan orang yang makan di warung biasa.
6. Simbol Kekuasaan
Melaui makan juga, seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan kekuasaannya terhadap orang atau sekelompok masyarakat
lain. Misalnya, majikan makan makanan yang berbeda dengan makanan yang
dimakan pembantunya.
Keenam point tersebut diatas merupakan makanan dalam sisi budaya.
Hal tersebut di atas biasanya tidak terlalu diperhatikan oleh semua orang dan
lebih banyak orang yang tidak ingin memperhatikannya.

D. PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN BERKAITAN DENGAN POLA


KONSUMSI PANGAN DAN GIZI PENDUDUK

1. Makanan Sebagai Identitas Kelompok


Nasi adalah satu komoditas makanan utama bagi masyarakat Sunda
dan Jawa. Semantara jagung menjadi komoditas makanan utama
masyarakat Madura. Bagi orang barat mereka tidak membutuhkan nasi
setelah mengkonsumsi roti karena roti merupakan makanan utama dalam
budaya barat. Persepsi dan penilaian seperti ini merupakan makna makanan
sebagai budaya utama sebuah masyarakat, oleh karena itu tidak
mengherankan bila orang sunda, kendati sudah makan roti kadang kala
masih berkata belum makan kerena dirinya belum makan nasi.
Karena ada kesangsian terhadap makanan hasil olahan atau makanan
instan, banyak di antara masyarakat kota yang sudah mulai pidah ketradisi
vegetarian. Bagi kelompok “gang‟‟, menghirup ganja, narkoba, dan merokok
merupakan ciri kelompoknya. Kacang diidentikan sebagai makan yang biasa

43
menemani orang menonton sepak bola, merokok menjadi teman untuk
menghadirkan inspirasi atau kreativitas. Pemahaman dan persepsi inilah
lebih merupakan sebuah persepsi budaya tandingan (counter-cultulre)
terhadap budaya dominan.
Selain mengandung budaya dominan dan budaya tandingan, makanan
pun menjadi bagian dari budaya populer. Bakso merupakan makanan
populer bagi perempuan. Terakhir makanan sebagai makanan khusus untuk
kelompok tertentu. Makanan sub kultural misalnya daging babi bagi kalangan
nasrani, ketupat bagi kalangan muslim di hari lebaran, dodol bagi Cina dihari
imlek, coklat menjadi icon budaya dalam menunjukan rasa cinta dan kasih.
Berdasarkan talaahan ini, makanan mengandung makna sebagai:
a) Identitas arus budaya utama (dominan culture), artinya harus ada dan
menjadi kebutuhan utama masyarakat.
b) Budaya tandingan (counterculture), yaitu menghindari arus utama akibat
adanya kesangsian atau ketidak sepakatan dengan budaya arus utama,
dan
c) Makanan sebagai identitas budaya bagi suatu kelompok tertentu
(subculture)

2. Makanan sebagai keunggulan etnik


Bila orang mendengar kata gudek, maka akan terbayang kota
Yogyakarta, mendengar kata pizza hat akan terbayang Italia, mendengar
kata dodol dan jeruk terbayang kota Garut, tetapi bila mendengar jeruk
bangkok atau ayam bangkok sudah tentu akan terbayang Bangkok-Thailand.
Contoh tersebut menunjukan bahwa makanan merupakan unsur budaya
yang membawa makna budaya komunitasnya. Di dalam makanan itu, orang
tidak hanya mengkonsumsi material makananya melainkan mengkonsumsi
kreativitas dan keagungan budaya. Tidak ada yang heran bila ada orang
yang makan tahu sumedang terasa hampa makna bila tahu itu dibeli diluar
sumedang dan dirinya pun tidak pegi kesumedang. Begitu pula sebaliknya,
masyarakat akan memiliki kebanggaan tertentu bila mengkonsumsi moci
yang dibeli asli dari Cianjur.
Makanan adalah icon keunggulan budaya masyarakat. Semakin
variatif makanan itu dikenal publik semakin tinggi apresiasinya masyarakat
daerah itu, semakin luas distribusi wilayah pasar dari makanan tersebut,
menunjukan kualitas makanan tersebut diakui oleh masyarakat.
3. Perubahan Produksi pangan
Secara tradisional, makanan diperoleh melalui pertanian. Dengan
meningkatnya perhatian dalam agribisnis atas perusahaan-perusahaan
multinasional yang memiliki pasokan makanan dunia melalui paten pada
makanan yang dimodifikasi secara genetis, telah terjadi tren yang sedang
berkembang menuju pertanian berkelanjutan praktek. Pendekatan ini,
sebagian didorong oleh permintaan konsumen, mendorong keanekaragaman
hayati, daerah kemandirian dan pertanian organik metode.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pangan secara
tradisional adalah alat yang sederhana. Contohnya adalah kompor tungku,
pemanggang yang menggunakan bara api, piring yang terbuat dari tanah,
dan sebagainya. Sedangkan produksi secara modern menggunakan
teknologi yang canggih. Kelebihan menggunakan teknologi adalah dapat

44
mempermudah dan mempecepat proses produksi pangan. Contohnya
adalah oven, kompor listrik, mikrowave, dan sebagainya.
Dalam budaya populer, produksi massal produksi pangan, khususnya
daging seperti ayam dan daging sapi, mendapat kecaman dari berbagai
dokumenter mendokumentasikan pembunuhan massal dan perlakuan buruk
terhadap binatang, terutama pada perusahaan-perusahaan besar. Produksi
serealia pun dilakukan secara massal dan menggunakan peralatan modern.
Produksi pangan yang dilakukan secara modern dapat
mempermudah proses produksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi
perubahan sosial dan kebudayaan. Contohnya adalah jika produksi pangan
dilakukan secara tradisional maka masyarakat akan saling bekerja sama dan
saling bergotong-royong, dan dapat meningkatkan hubungan sosial antar
masyarakat. Sedangkan produksi pangan yang dilakukan secara modern
menggunakan alat-alat canggih dapat meregangkan hubungan antar
masyarakat. Karena dalam proses produksi hanya dibutuhkan tenaga kerja
dengan jumlah yang relatif sedikit.
4. Perubahan Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan masyarakat di setiap daerah berbeda-beda,
yaitu perbedaan pola konsumsi pada masa pra-ASI, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, ibu hamil, dan lanjut usia (Banudi, 2013).
Pada masa sebelum adanya pengetahuan masyarakat tentang gizi,
para orang tua mengambil peran penting dalam memperhatikan kebutuhan
gizi keluarganya. Pengetahuan orang tua yang minim dapat mempengaruhi
status gizi keluarganya.
Sebelum adanya panduan tentang gizi, makanan pra-ASI yang
dikonsumsi bayi dibawah 6 bulan adalah madu, air tajin, pisang, air kelapa,
dan kopi. Masyarakat belum mengetahui bahwa bayi berumur dibawah 6
bulan tidak boleh diberi makanan lain kecuali ASI. Setelah adanya panduan
ilmu gizi yang menyebar di masyarakat, pemberian makanan pra-ASI yang
salah semakin berkurang.
Pada kalangan anak-anak dan remaja, pola konsumsi makanan
dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang menganggap bahwa makanan
memiliki pantangan atau tabu untuk dimakan. Contohnya bagi anak-anak
dan balita dilarang memakan makanan yang asam, pedas, anyir, karena
dapat mengakibatkan perut menjadi panas bahkan sakit perut. Di era
globalisasi, pola konsumsi anak-anak dan remaja beralih ke makanan cepat
saji (fast food), snack, dan konsumsi gula yang berlebihan. Hal tersebut
dapat memperburuk status gizi dan kesehatan.
Masyarakat beralih pada tempat-tempat yang menjual makanan cepat
saji, yaitu restoran, cafe, pizza hut, dan outlet-outlet lainnya. Kepercayaan
masyarakat terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi pola konsumsi
pangan pada setiap kalangan. Perubahan pola konsumsi pangan tersebut
dapat menjadikan status gizi lebih baik ataupun menjadi semakin buruk.
5. Perubahan Distribusi Pangan
Secara sederhana, proses distribusi pangan hanya menggunakan alat
transportasi sederhana, yaitu gerobak sapi, angkutan umum, truk, dan
sebagainya. Di era modern, peralatan yang digunakan adalah teknologi
canggih yang dapat mempermudah proses distribusi pangan. Bahkan,
proses distribusi dapat melibatkan hubungan kerja antar negara. Alat

45
transportasi yang digunakan pun semakin modern, seperti pesawat,
helikopter, paket kilat, dan sebagainya.
Pemasaran Makanan menyatukan produsen dan konsumen. Ini
adalah rangkaian kegiatan yang membawa makanan dari petani ke piring.
Pemasaran bahkan produk makanan tunggal dapat menjadi proses rumit
yang melibatkan banyak produsen dan perusahaan. Sebagai contoh, lima
puluh enam perusahaan yang terlibat dalam pembuatan satu dapat dari mie
sup ayam. Usaha ini meliputi tidak hanya ayam dan prosesor sayuran tetapi
juga perusahaan-perusahaan yang mengangkut bahan dan orang-orang
yang mencetak label dan pembuatan kaleng. Sistem pemasaran pangan
adalah tidak langsung terbesar langsung dan non-pemerintah majikan di
Amerika Serikat.
Di era pra-modern, penjualan makanan surplus berlangsung
seminggu sekali saat petani mengambil barang-barang mereka pada hari
pasar, ke pasar desa setempat. Berikut makanan dijual ke grosir untuk dijual
di toko-toko lokal mereka untuk membeli oleh konsumen lokal. Dengan
terjadinya industrialisasi, dan pengembangan industri pengolahan makanan,
yang lebih luas makanan dapat dijual dan didistribusikan di jauh lokasi.
Biasanya toko-toko kelontong awal akan kontra didasarkan toko di mana
pembeli kepada penjaga toko apa yang mereka inginkan, sehingga penjaga
toko bisa mendapatkannya untuk mereka.
Pada abad ke-20 supermarket lahir. Supermarket membawa mereka
self service pendekatan untuk belanja menggunakan shopping cart, dan
mampu menawarkan makanan berkualitas dengan biaya yang lebih rendah
melalui skala ekonomi dan mengurangi biaya staf. Di bagian akhir abad ke-
20, ini telah lebih jauh merevolusi oleh perkembangan luas gudang
berukuran, luar kota supermarket, menjual berbagai macam makanan dari
seluruh dunia.
Tidak seperti pengolahan makanan, ritel makanan adalah pasar lapis
dua di mana sejumlah kecil sangat besar perusahaan mengendalikan
sebagian besar supermarket. Raksasa supermarket menggunakan daya beli
yang besar atas petani dan prosesor, dan pengaruh yang kuat atas
konsumen. Namun demikian, kurang dari sepuluh persen dari belanja
konsumen pada makanan pergi ke petani, dengan persentase lebih besar
akan iklan, transportasi, dan perusahaan menengah.

46
MASALAH-MASALAH PEMBENTUKAN KEBIASAAN MAKAN

1. PANTANGAN
A. Pengetian Pantangan Pangan
Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi
jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa
yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu
adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan menghukum
orang-orang yang melanggar pantangan tersebut. Pada kenyataannya
hukuman ini tidak selalu terjadi. Pantangan merupakan sesuatu yang
diwariskan dari leluhur melalui orangtua, terus ke generasi-generasi di
bawahnya. Hal ini menyebabkan orang tidak tau lagi kapan suatu pantangan
atau tabu makanan dimulai dan apa sebabnya. Seringkali nilai sosial ini tidak
sesuai dengan nilai gizi makanan (Mulia, 2013).
Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat
pengetahuan, nilai, gagasan, norma dan aturan sebagai konsep dasar dari
kebudayaanya, akan mewujudkan bentuk-bentuk perilaku dalam kehidupan
sosial. Perilaku itu akan mewujudkan perbedaan persepsi masyarakat
terhadap konsep makanan dan gizi, demikian halnya pada kasus tentang
makanan dan gizi pada periode kehamilan, persalinan dan nifas. Dipandang dari
aspek budaya, ada 7 hal pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan, yaitu
tradisi, sikap fanatisme, etnosentris, perasaan bangga pada statusnya, norma,
nilai dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal proses sosialisasi.
Masalah gizi yang masih banyak terjadi ternyata bukan saja diakibatkan oleh
keadaan sosial ekonomi suatu negara tetapi juga dipengaruhi adanya
kepercayaan-kepercayaan yang keliru mengenai hubungan antara
makanan dan kesehatan, pantangan-pantangan yang mencegah orang
memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka (Husaini et
al., 2017).
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang
budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat
termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-praktek budaya yang
berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, seperti
kepercayaan untuk pantang terhadap suatu makanan tertentu (Herlina,
2017).
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas
untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul dan larangan
pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia (Kristiyanti and
Khuzaiyah, 2019). Klasifikasi makanan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu
“panas-dingin”. Seseorang yang sehat dianggap memiliki keseimbangan
antara panas dan dingin. Bila faktor panas menguasai tubuh diatas faktor
dingin, maka akan timbul penyakit dengan gejala panas badan, sedangkan jika
faktor dingin yang menguasai maka penyakit itu berbentuk perasaan dingin.
Faktor panas dan dingin dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Si
sakit perlu diberi makanan yang bersifat berlawanan dengan sifat jenis sakitnya
agar membantu mencapai kondisi keseimbangan antara faktor panas dan dingin
dalam tubuhnya .

47
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pantangan Makan
1. Budaya
Secara sederhana kebuadayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta,
karsa, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh
kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan
yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia
memerlukan belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.
Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi kebudayaan
sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan- kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian
dari lingkungannya (culture is the human-made part of the environment).
Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik
hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat
dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa
disebut budaya.
2. Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem
religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan,
sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup
dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk
budaya secara keseluruhan.
3. Aspek Sosial
a. Umur : Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola
penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak
menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak
menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin: Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan
penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih
banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan: Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.
Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing
akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang
banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri, misal
dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan
karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi: Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola
penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada
golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya

48
malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang
status ekonominya rendah.

2. KEPERCAYAAN ATAU AGAMA DAN ADAT KEBIASAAN


a. Pengertian
Antropologi tertarik pada kebudayaan dan pendekatan holistik.
Pendekatan holistik berarti cara melihat atau memandang sesuatu sebagai
suatu kebulatan yang utuh. Semua konsep, generalisasi dan teori yang
membentuk struktur antropologi berkaitan dengan aktivitas, peralatan dan
sistem kepercayaan yang dalam antropologi disebut kebudayaan, sesuatu
yang unik bagi manusia. Walaupun banyak jenis binatang hidup
berkelompok, tetapi hanya manusialah yang memilki kebudayaan.
Antropologi mirip seperti Sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Makanan mencerminkan karakteristik lingkungan. Makanan disiapkan
oleh lingkungan. Misalnya ubi sebagai makanan pokok orang Papua karena
banyak tersedia di wilayah tersebut. Pada umumnya makanan pokok orang
Indonesia adalah nasi, karena itu apabila nasi tidak dikonsumsi dalam satu
hari (meskipun tetap makan makanan lainnya) tetapi perasaan masih lapar.
Karena lambung telah terbiasa diisi dengan nasi.
Nilai yang terkandung dalam suatu makanan tergantung dari proses
pematangan atau kandungan alami yang ada pada bahan makanan.
Makanan yang dikonsumsi (mentah atau diolah) merupakan bagian dari
kebudayaan.
Makanan yang diolah dari bahan-bahan mentah (seperti rujak,
lalapan, lawa‟) adalah sebuah bentuk kebudayaan. Lalapan: sayuran segar
yang lazim disantap oleh orang Jawa. Lawa‟: jenis makanan mentah yang
diolah dari ikan, cuka/jeruk, kelapa & bumbu tertentu adalah salah satu jenis
makanan orang Bugis. Proses pematangan makanan adalah bagian dari
kebudayaan. Meliputi cara, bahan, & alat yang digunakan. Makanan yang
lazim dimakan oleh orang Jawa belum tentu lazim bagi orang Bugis.
Misalnya ikan lele yang banyak dikonsumsi oleh orang Jawa, orang Bugis
justru kurang menyukainya.
Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu
kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan
ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-
pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi,
persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu kategori
budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi
dan berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya.
Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status,
prestise, kesetiakawanan dan ketentraman. Makanan memiliki banyak
peranan dalam kehidupan sehari-hari suatu komunitas manusia. Makna ini
selaras dengan nilai hidup, nilai karya, nilai ruang atau waktu, nilai relasi
dengan alam sekitar; dan nilai relasi dengan sesama.
Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan suatu
masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap
bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang
untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi

49
yang baik. Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang
kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan-
bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan
sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, makanan adalah suatu konsep
budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini sesuai
bagi kebutuhan gizi kita.” Dalam kebudayaan bukan hanya makanan saja
yang dibatasi atau diatur, akan tetapi konsep tentang makanan, kapan
dimakannya, terdiri dari apa dan etiket makan. Di antara masyarakat yang
cukup makanan, kebudayaan mereka mendikte, kapan mereka merasa lapar
dan apa, serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa
lapar. Jadi dengan demikian, nafsu makan lapar adalah suatu gejala yang
berhubungan namun berbeda.
Nafsu makan, dan apa yang diperlukan untuk memuaskan adalah
suatu konsep budaya yang dapat sangat berbeda antara suatu kebudayaan
dengan kebudayaan lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan suatu
kekurangan gizi yang dasar dan merupakan suatu konsep fisiologis.
Makanan selain penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi
pergaulan sosial, yang mempunyai simbolik antara lain sebagai berikut:
1. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial: Barangkali di setiap
masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang minuman)
adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan persahabatan.
Menerima makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima
perasaan yang diungkapkan dan untuk membalasnya.
2. Makanan sebagai ungkapan dari kesetia-kawanan kelompok:
Makanan sering dihargai sebagai lambang-lambang identitas suatu
bangsa atau nasional. Namun tidak semua makanan mempunyai nilai
lambang seperti ini. Makanan yang mempunyai dampak yang besar
adalah makanan yang berasal atau dianggap berasal dari kelompok itu
sendiri dan bkan yang biasanya dimakan di banyak negara yang
berlainan atau juga dimakan oleh banyak suku bangsa.
3. Simbolisme makanan dalam bahasa: Pada tingkatan yang berbeda,
bahasa mencerminkan hubungan-hubungan psikologis yang sangat
dalam di antara makanan, persepsi kepribadian, dan keadaan emosional.
Dalam bahasa Inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak
tertandingi oleh bahasa lain, kata-kata sifat dasar yang biasa digunakan
untuk menggambarkan kualitas-kualitas makanan digunakan juga untuk
menggambarkan kualitas-kualitas manusia. Kedudukan nilai-nilai budaya
ini pada tiap komunitas adat tentu tidak sama, demikian pula orientasi dari
nilai-nilai itu pada tiap komunitas. Makanan dalam konteks kultur nilai-nilai
budaya meliputi, pilihan rasional terhadap jenis makanan, cara memasak,
kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan kolektif, kepercayaan, dan
pantangan-pantangan yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan
konsumsi makanan. Ini semua adalah sebagai kompleks kebiasaan
makan.
Koentjaraningrat menyatakan sistem nilai budaya terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai
dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi
sebagai pedoman tertinggi bagi kelakukan manusia. Sebagai bagian dari
adat-istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan. Sistem nilai-budaya seolah-

50
olah berada diluar dan di atas dari para individu yang menjadi warga
masyarakat yang bersangkutan.
Para individu itu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya
yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak
lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabanya nilai-nilai
budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Clyde Kluckhohn mengatakan semua sistem nilai budaya dalam
semua kebudayaan di dunia, mengalami lima masalah pokok dalam
kehidupan manusia, yaitu:
a. Hakekat hidup
b. Hakekat karya
c. Hakekat kedudukan dalam ruang atau waktu;
d. Hakekat hubungan dengan alam sekitar; dan
e. Hakekat hubungan dengan sesamanya.
Peradaban dan budaya makan bagi pelbagai golongan etnik di dunia
merupakan warisan tingkah laku jaman ke jaman. Bagi mereka, cara yang
terbaik untuk menikmati hidangan makanan ialah dengan menggunakan
cara yang dipraktekan oleh kelompok etnik masing-masing.
Budaya makan dengan menggunakan tangan biasanya diamalkan
oleh masyarakat di Timur Tengah, India dan beberapa negara di Asia
Tenggara. Lazimnya, tangan dibasuh sebelum dan seusai makan. Tangan
lebih bersih jika dibandingkan dengan sendok ataupun garpu yang dibasuh
oleh seseorang yang kemungkinan tidak dapat dipastikan kebersihannya.
Masyarakat Islam dan Hindu menggunakan tangan kanan untuk menyuap
makanan. Mereka biasanya makan bersila dengan hidangan makanan
diletakkan di tengah-tengah tamu.
Misalnya, masyarakat yang menggunakan kayu sumpit biasanya
menggunakan mangkuk sup dan mangkuk nasi masing-masing sewaktu
menikmati hidangan. Mereka akan duduk di meja makan dan menggunakan
kayu sumpit untuk mengambil lauk-pauk. Budaya makan seperti ini telah
memungkinkan penggunaan mangkuk nasi dan kayu sumpit yang
diperuntukkan bagi setiap keluarga.
Pada masyarakat Barat di awal kurun ke-17, sendok, garpu dan pisau
digunakan di meja makan. Penggunaan kayu sumpit di masyarakat Cina
berawal pada kurun kedua sebelum masehi. Budaya makan masyarakat
Jepang, Korea dan Vietnam kuat dipengaruhi oleh budaya China yang juga
menggunakan kayu sumpit untuk makan.
Makan menggunakan tangan umumnya digunakan masyarakat di
Asia (terkecuali di China, Jepang, Korea dan Vietnam). Tangan adalah alat
utama untuk mengambil dan menyuap makanan ke dalam mulut. Jika ada
benda yang membahayakan, tanganlah yang akan memberi tanda seperti
duri, tulang ikan atau tulang ayam. Soal kotoran pada tangan tidak akan
timbul karena adat istiadat menyarankan sebelum makan diwajibkan terlebih
dahulu mencuci tangan dan hanya tangan kanan saja yang diajarkan untuk
menyentuh makanan. Hikmah tangan adalah bahwa jari-jemari manusia
mengandungi sejenis kimia yang akan memudahkan mencernakan makanan
didalam perut. Ini terbukti apabila orang tua di jaman dulu melarang kita
menyentuh makanan yang mau disimpan dengan tangan karena akan
menjadi basi.

51
3. Pola Konsumsi Pangan Dan Gizi Penduduk
a. Makanan Sebagai Identitas Kelompok

Nasi adalah satu komoditas makanan utama bagi masyarakat


Sunda-Jawa. Semantara jagung menjadi komoditas makanan utama
masyarakat Madura. Bagi orang barat mereka tidak membutuhkan nasi
setelah mengkonsumsi roti karena roti merupakan makanan utama dalam
budaya barat. Persepsi dan penilaian seperti ini merupakan makna makanan
sebagai budaya utama sebuah masyarakat, oleh karena itu tidak
menghjerankan bila orang sunda, kendati sudah makan roti kadang kala
masih berkata belum makan kerena dirinya belum makan nasi.
Karena ada kesangsian terhadap makanan hasil olahan atau
makanan instan, banyak di antara masyarakat kota yang sudah mulai pidah
ketradisi vegetarian. Bagi kelompok “gang‟‟, meenghirup ganja, narkoba, dan
merokok merupakan ciri kelompoknya. Kacang diidentikan sebagai makan
yang biasa menemani orang menonton sepak bola, merokok menjadi teman
untuk menghadirkan inspirasi atau kreativitas. Pemahaman dan persepsi
inilah lebih merupakan sebuah persepsi budaya tandingan (counter-cultulre)
terhadap budaya domuinan.
Selain mengandung budaya dominan dan budaya tandingan,
makanan pun menjadi bagian dari budaya populer. Bakso merupakan
makanan populer bagi perempuan. Traktir makanan sebagai makanan
khusus untuk kelompok tertentu. Makanan sub kultural misalnya daging babi
bagi kalangan nasrani, ketupat bagi kalangan muslim di hari lebaran, dodol
bagi Cina dihari imlek, coklat menjadi icon budaya dalam menunjukan rasa
cinta dan kasih. Bardasarkan talaahan ini, makanan mengandung makna
sebagai:
a. Identitas arus budaya utama (dominan culture), artinya harus ada dan
menjadi kebutuhan utama masyarakat.
b. Budaya tandingan (counterculture), yaitu menghindari arus utama akibat
adanya kesangsian atau ketidak sepakatan dengan budaya arus utama,
dan
c. Makanan sebagai identitas budaya bagi suatu kelompok tertentu
(subculture)

b. Makanan sebagai keunggulan etnik

Bila orang mendengar kata gudek, maka akan terbayang kota


Yogyakarta, mendengar kata pizzahat akan terbayang Italia, mendengar
kata dodol dan jeruk terbayang kota Garut, tetapi bila mendengar jeruk
bangkok atau ayam bangkok sudah tentu akan terbayang Bangkok-
Thailand.
Contoh tersebut menunjukan bahwa makanan merupakan unsur
budaya yang membawa makna budaya komunitasnya. Di dalam makanan
itu, orang tidak hanya mengkonsumsi material makananya melainkan
mengkonsumsi kretivitas dan keagungan budaya. Tidak ada yang heran bila
ada orang yang makan tahu sumedang terasa hampa makna bila tahu itu
dibeli diluar sumedang dan dirinya pun tidak pegi kesumedang. Begitu pula
sebaliknya, masyarakat akan memiliki kebanggaan tertentu bila
mengkonsumsi moci yang dibeli asli dari Cianjur.

52
Makanan adalah icon keunggulan budaya masyarakat. Semakin
variatif makanan itu dikenal publik semakin tinggi apresiasinya masyarakat
daerah itu, semakin luas distribusi wilayah pasar dari makanan tersebut,
menunjukan kualitas makanan tersebut diakui oleh masyarakat.

c. Perubahan Produksi pangan

Secara tradisional, makanan diperoleh melalui pertanian. Dengan


meningkatnya perhatian dalam agribisnis atas perusahaan-perusahaan
multinasional yang memiliki pasokan makanan dunia melalui paten pada
makanan yang dimodifikasi secara genetis, telah terjadi tren yang sedang
berkembang menuju pertanian berkelanjutan praktek. Pendekatan ini,
sebagian didorong oleh permintaan konsumen, mendorong
keanekaragaman hayati , daerah kemandirian dan pertanian organik
metode.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pangan secara
tradisional adalah alat yang sederhana. Contohnya adalah kompor tungku,
pemanggang yang menggunakan bara api, piring yang terbuat dari tanah,
dan sebagainya. Sedangkan produksi secara modern menggunakan
teknologi yang canggih. Kelebihan menggunakan teknologi adalah dapat
mempermudah dan mempecepat proses produksi pangan. Contohnya
adalah oven, kompor listrik, mikrowave, dan sebagainya.
Dalam budaya populer, produksi massal produksi pangan,
khususnya daging seperti ayam dan daging sapi, mendapat kecaman dari
berbagai dokumenter mendokumentasikan pembunuhan massal dan
perlakuan buruk terhadap binatang, terutama pada perusahaan-perusahaan
besar. Produksi serealia pun dilakukan secara massal dan menggunakan
peralatan modern.
Produksi pangan yang dilakukan secara modern dapat
mempermudah proses produksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi
perubahan sosial dan kebudayaan. Contohnya adalah jika produksi pangan
dilakukan secara tradisional maka masyarakat akan saling bekerja sama
dan saling bergotong-royong, dan dapat meningkatkan hubungan sosial
antar masyarakat. Sedangkan produksi pangan yang dilakukan secara
modern menggunakan alat-alat canggih dapat meregangkan hubungan
antar masyarakat. Karena dalam proses produksi hanya dibutuhkan tenaga
kerja dengan jumlah yang relatif sedikit.

d. Perubahan Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan masyarakat di setiap daerah berbeda-beda,


yaitu perbedaan pola konsumsi pada masa pra-ASI, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, ibu hamil, dan lanjut usia. Pada masa sebelum adanya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, para orang tua mengambil peran
penting dalam memperhatikan kebutuhan gizi keluarganya. Pengetahuan
orang tua yang minim dapat mempengaruhi status gizi keluarganya.
Sebelum adanya panduan tentang gizi, makanan pra-ASI yang
dikonsumsi bayi dibawah 6 bulan adalah madu, air tajin, pisang, air kelapa,
dan kopi. Masyarakat belum mengetahui bahwa bayi berumur dibawah 6
bulan tidak boleh diberi makanan lain kecuali ASI. Setelah adanya panduan

53
ilmu gizi yang menyebar di masyarakat, pemberian makanan pra-ASI yang
salah semakin berkurang.
Pada kalangan anak-anak dan remaja, pola konsumsi makanan
dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang menganggap bahwa makanan
memiliki pantangan atau tabu untuk dimakan. Contohnya bagi anak-anak
dan balita dilarang memakan makanan yang asam, pedas, anyir, karena
dapat mengakibatkan perut menjadi panas bahkan sakit perut. Di era
globalisasi, pola konsumsi anak-anak dan remaja beralih ke makanan cepat
saji (fast food), snack, dan konsumsi gula yang berlebihan. Hal tersebut
dapat memperburuk status gizi dan kesehatan.
Masyarakat beralih pada tempat-tempat yang menjual makanan
cepat saji, yaitu restoran, cafe, pizza hut, dan outlet-outlet lainnya.
Kepercayaan masyarakat terhadap makanan tertentu dapat mempengaruhi
pola konsumsi pangan pada setiap kalangan. Perubahan pola konsumsi
pangan tersebut dapat menjadikan status gizi lebih baik ataupun menjadi
semakin buruk.

e. Perubahan Distribusi Pangan

Secara sederhana, proses distribusi pangan hanya menggunakan


alat transportasi sederhana, yaitu gerobak sapi, angkutan umum, truk, dan
sebagainya. Di era modern, peralatan yang digunakan adalah teknologi
canggih yang dapat mempermudah proses distribusi pangan. Bahkan,
proses distribusi dapat melibatkan hubungan kerja antar negara. Alat
transportasi yang digunakan pun semakin modern, seperti pesawat,
helikopter, paket kilat, dan sebagainya.
Pemasaran Makanan menyatukan produsen dan konsumen. Ini
adalah rangkaian kegiatan yang membawa makanan dari petani ke piring.
Pemasaran bahkan produk makanan tunggal dapat menjadi proses rumit
yang melibatkan banyak produsen dan perusahaan. Sebagai contoh, lima
puluh enam perusahaan yang terlibat dalam pembuatan satu dapat dari mie
sup ayam. Usaha ini meliputi tidak hanya ayam dan prosesor sayuran tetapi
juga perusahaan-perusahaan yang mengangkut bahan dan orang-orang
yang mencetak label dan pembuatan kaleng. Sistem pemasaran pangan
adalah tidak langsung terbesar langsung dan non-pemerintah majikan di
Amerika Serikat.
Di era pra-modern, penjualan makanan surplus berlangsung
seminggu sekali saat petani mengambil barang-barang mereka pada hari
pasar, ke pasar desa setempat. Berikut makanan dijual ke grosir untuk dijual
di toko-toko lokal mereka untuk membeli oleh konsumen lokal. Dengan
terjadinya industrialisasi, dan pengembangan industri pengolahan makanan,
yang lebih luas makanan dapat dijual dan didistribusikan di jauh lokasi.
Biasanya toko-toko kelontong awal akan kontra didasarkan toko di mana
pembeli kepada toko-penjaga apa yang mereka inginkan, sehingga toko-
penjaga bisa mendapatkannya untuk mereka.
Pada abad ke-20 supermarket lahir. Supermarket membawa mereka
self service pendekatan untuk belanja menggunakan shopping cart, dan
mampu menawarkan makanan berkualitas dengan biaya yang lebih rendah
melalui skala ekonomi dan mengurangi biaya staf. Di bagian akhir abad ke-
20, ini telah lebih jauh merevolusi oleh perkembangan luas gudang

54
berukuran, luar kota supermarket-, menjual berbagai macam makanan dari
seluruh dunia.
Tidak seperti pengolahan makanan, ritel makanan adalah pasar
lapis dua di mana sejumlah kecil sangat besar perusahaan mengendalikan
sebagian besar supermarket. Raksasa supermarket menggunakan daya beli
yang besar atas petani dan prosesor, dan pengaruh yang kuat atas
konsumen. Namun demikian, kurang dari sepuluh persen dari belanja
konsumen pada makanan pergi ke petani, dengan persentase lebih besar
akan iklan, transportasi, dan perusahaan menengah.

4. Preferensi Dan Timbulnya Tabu Makanan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang,


antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal
preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap


kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya
sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan
kai, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu
pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap
makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang
suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka
sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya,
akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.

Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya


serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan. Sebelum memilih menu makanan ada baiknya diketahui
kandungan makanan tersebut bukan hanya sekedar membuat perut kenyang,
akan tetapi makanan adalah dikatakan sehat jika makanan itu mengandung
protein karbohidrat, miniral, lemak, dan bervitamin. Makanan yang sehat
sangatlah berguna untuk membina tubuh bahkan mengganti sel-sel tubuh yang
sudah rusak, di lain hal makanan juga akan menghasilkan panas dan energi
didalam tubuh kita.

Contoh-contoh Makanan Pantangan yang Justru Adalah makanan bergizi


dan baik untuk tubuh dan kesehatan

1. Kalkun:
Ada mitos yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi kalkun menyebabkan
kantuk. Hal itu tidak benar, rasa kantuk seseorang disebabkan oleh
kandungan tryptophan atau asam amino dalam tubuh. Daging kalkun tidak
memiliki asam yang memungkinkan terciptanya zat-zat tersebut. Daging
kalkun memiliki banyak kelebihan karena selain bergizi tinggi, dapat
menyembuhkan penyakit. Di samping itu, daging kalkun membantu
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Masih banyak manfaat daging kalkun
seperti mencegah penuaan dini. Daging kalkun diyakini memiliki kandungan
protein 34,3 persen atau setara dengan dua kali daging sapi dan sangat baik

55
untuk mengganti sel tubuh yang rusak. Selain itu, daging kalkun memiliki
kandungan asam amino dan lysine yang banyak dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan otak dan kecerdasan anak mulai 3-6 tahun.
Daging kalkun mempunyai kandungan rendah lemak yang bisa menghindari
kelebihan kolesterol. Daging kalkun juga mengandung energi yang lebih
tinggi dari ayam maupun telur ayam.
2. Kolostrum
Pada mitos yang salah disebutkan bahwa ASI pertama atau kolostrum (yang
berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi, karena ASI pertama atau
kolostrum adalah susu basi. Mitos tersebut sangat tidak benar. Kolostrum
adalah zat terbaik bagi bayi. Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat
kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Bayi menyusui
langsung akan merangsang ASI cepat keluar.
3. Kedelai
Mitos bahwa jika ingin hamil hindari kedelai.mitos ini tidak benar. Anak
adalah dambaan tiap pasangan suami istri. Namun untuk memperoleh
keturunan sangatlah salah apabila menghindari kedelai agar hamil. Kacang
kedelai dikenal sebagai makanan terbaik kadar proteinnya, dapat mencapai
35 persen daripada beratnya. Dikatakan bahwa kacang kedelai dibandingkan
dengan beratnya dapat menghasilkan dua kali protein daging, empat kali
telur, empat kali gandum, lima atau enam kali roti dan dua belas kali susu.
Ternyata protein kacang kedelai bukan saja jumlahnya yang banyak, tetapi
juga mempunyai kualitas yang baik.
Kedelai terkenal sebagai makanan antikanker. Dalam kedelai terdapat
sejumlah zat yang secara bersama-sama saling menguatkan dalam
menghabisi benih kanker. Senyawa inhibitor protease kedelai, yang punya
nama khusus inhibitor Bowman-Birk, ampuh melumpuhkan berbagai jenis
kanker. Daya bunuh kanker tersebut dibantu serat kasar kedelai, yang
kadarnya lumayan tinggi (2 gram per 100 gram). Dalam hal melawan kanker,
inhibitor protease dan serat kasar bekerja sama dengan genistein. Senyawa
satu ini akan menghentikan pembentukan suatu enzim pemasok “makanan”
bagi benih kanker dan merusak lintasan penyalurannya. Karena pasokan
makanannya dihabisi, maka terhenti pulalah pertumbuhan kanker. Itulah
sebabnya mengapa kedelai dipastikan mampu mencegah dan membantu
penyembuhan segala jenis kanker. Dari kanker usus besar, kanker paru-
paru, kanker kulit, kanker payudara, kanker prostat, hingga kanker darah
(leukimia).
4. Es Krim
Ada kaliamat yang berbunyi “ Tidak boleh makan es krim ”. Pantangan ini
benar bagi anak yang alergi dingin. Pemicu alergi ada bermacam-macam,
antara lain udara / benda dingin, debu, bulu binatang, dan sebagainya. Pada
kasus di mana anak sedang pilek batuk karena alergi dingin, sebaiknya ia
dihindarkan dari es krim. Es krim itu sendiri sebetulnya bagus dan
bermanfaat. Selain enak, banyak susu dan proteinnya, juga segar. Kalau
anak dalam kondisi sehat sehat, tidak apa-apa asal jangan berlebihan.
Es krim kerapkali menjadi momok para orangtua yang tidak ingin anak-
anaknya pilek, gigi berlubang atau sakit tenggorokan gara -gara terlalu
dingin. Padahal es krim yang berkualitas tinggi sebenarnya tidak

56
menyebabkan pilek, kegemukan apalagi gigi berlubang selama dikonsumsi
dengan tepat. Pilek yang dialami anak-anak ketika makan es tidak ada
hubungannya dengan es yang dimakannya. Pilek terjadi karena adanya virus
yang menempel dan terbawa masuk ke saluran pernapasan atas. Sementara
gigi berlubang bisa dihindari bila setiap kali usai makan es, anak berkumur
atau menyikat giginya, sehingga sisa-sisa makan atau gula yang ada di
dalam es akan berkurang atau hilang. Kegemukan, tidak akan terjadi bila
kebutuhan menu gizi seimbang terpenuhi sebelum mengonsumsi es krim.
Jangan sampai belum makan, anak sudah diberi es krim. Susu meskipun
baik tidak dianjurkan sebagai makanan utama anak. Susu hanyalah
makanan pelengkap. Sekarang ini ada es krim yang disajikan mengandung
kalsium. Bahan ini sangat penting dalam pembentukan gigi dan tulang anak.
Bertumbuhnya gigi dan tulang akan mendukung kemampuan motorik anak.
Tentu saja, karena anak yang keropos tulangnya tidak akan mampu
melakukan banyak aktivitas. Padahal aktivitas yang banyak juga diperlukan
anak bagi berkembangnya otak mereka. Makin banyak aktivitas, jaringan
otak akan semakin berkembang dan tumbuh.
5. Kacang dan Coklat
Jangan sering makan kacang dalam jumlah yang banyak, nanti timbul
jerawat di wajah. Demikian mitos seputar jerawat yang kebenarannya masih
menjadi pro dan kontra di antara para pakar kecantikan. Selain kacang,
konon coklat juga menjadi musuh utama bagi para wanita yang wajahnya
mudah ditumbuhi jerawat. American Academy of Dermatology, sebuah
institusi untuk urusan kecantikan kulit, adalah salah satu badan yang
berpendapat bahwa jerawat tidak disebabkan oleh makanan seperti kacang,
coklat atau ice cream. Namun sebuah hasil riset, membuktikan hal yang
bertolak belakang. Colorado State University Department of Health and
Exercise, menyarankan untuk mengurangi gula dan makanan yang kadar
karbohiodratnya tinggi. Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat
meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu
produksi hormone androgen yang membuat kulit jadi berminyak.
Pada diet seseorang, coklat sangat dihindari. Dark chocolate sebetulnya
justru baik untuk kesehatan karena mengandung flavenol yang berperan
sebagai antioksidan dalam tubuh. Tetapi permen cokelat seringkali sarat
dengan gula untuk mengurangi rasa pahit flavenol tadi. Ini yang memicu
kegemukan. Menurut para ahli cokelat pekat baik untuk mencegah kepikunan
dan stres. Segenggam kacang-kacangan dan biji-bijian dapat meningkatkan
asupan vitamin B kompleks, zat besi, magnesium, kalsium, vitamin E,
selenium, potassium, seng, dan asam lemak Omega-6. Semua zat gizi
tersebut merupakan kunci utama untuk fungsi otak dan produksi energi.
Anak-anak yang kekurangan vitamin B kompleks akan merasa mudah lelah,
lesu, dan sulit mempertahankan konsentrasi. Kacang-kacangan dan biji-bijian
juga sumber protein tapi ada jenis tertentu yang kaya lemak jenuh, sehingga
hanya boleh dikonsumsi seperlunya.

57
6. Terong
Apakah benar terong menyebabkan loyo atau impotensi? Belum ada
pembuktian ilmiah mengenai hal ini. Mungkin lantaran orang begitu terpaku
pada persamaan bentuk terung dengan penis. Padahal, meski sepintas
terlihat sama, penis dipenuhi pembuluh-pembuluh darah yang otomatis akan
terisi penuh begitu terjadi peningkatan libido atau dalam keadaan
terangsang. Sementara terung, diapa-apakan pun akan tetap loyo karena
strukturnya memang berbeda.
Mengkonsumsi terong sebagai sayuran adalah tabu bagi para lelaki, karena
akan memperlemah kejantanan mereka. Hal inipun tidak tepat, karena di
dalam sayuran terong baik yang berkulit kehijauan maupun berwarna ungu
ditemukan banyak sekali khasiat positif bagi tubuh, al. tyrosine yang akan
membersihkan kulit yang hiperpigmentasi (flek hitam). Selain itu sebagai
sumber karbohidrat dan banyak trace elements yang dikandungnya dan
sangat penting untuk kesehatan.Terong bisa meningkatkan libido seksual
karena mengandung Fosfor dan Magnesium. Patut diketahui juga, terong
mengandung Saponin. Senyawa ini berperan dalam pembuatan hormon seks
pria.
Terong mempunyai nilai yang tinggi baik sebagai makanan maupun sebagai
obat. Vitamin B2 dalam teromg jauh lebih banyak daripada sayuran lain.
Terong diberikan untuk menangani keluhan liver dan meningkatkan
metabolisme kolesterol. Ekstrak cairnya membatasi aktivitas choline esterase
pada plasma manusia. Terong dapat dijadikan acar atau dikeringkan dan
disimpan. Akarnya merupakan obat antiasma dan stimulant umum. Jusnya
digunakan untuk mengobati autis. Akarnya yang ditumbuk dipakai untuk
mengobati borok di hidung. Bijinya mengandung lemak jenuh.
7. Nanas dan Pisang
Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi pisang dan nanas. Mitos ini sangat
dipercaya oleh sebagian masyarakat di Jawa, karena bisa mengakibatkan
keputihan. Konsumsi pisang dan nanas justru disarankan karena kaya akan
vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan
melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan
tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah
normal apabila ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut
terinfeksi bakteri, jamur, dan virus yang biasanya dengan keluhan gatal, bau,
dan warnanya kekuningan atau kecoklatan.
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa nanas dan pisang menyebabkan
becek ? Padahal, tak ada bukti ilmiahnya. Jadi, sama sekali tidak beralasan
karena takut dan membatasi diri untuk menyantapnya. Apalagi, tidak ada
kaitan jelas antara mengonsumsi buah-buahan tersebut dan kerja organ-
organ seksual, baik pria maupun wanita.
Nanas dan pisang justru mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan
tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat
menahan cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan

58
pertanda alamiah bahwa pihak istri telah siap menerima kehangatan dari
suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet dan
rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya. Boleh dibilang yang paling
berperan dalam hal ini adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh,
terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari tulang organ kelamin.
Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus
meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang
sensitivitasnya tidak mengalami gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan
terbangkitkan gairahnya. Jika pun menurun tingkat kepekaannya, entah pada
bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, masih memungkinkan untuk
diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar
permasalahannya kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya
dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat psikis.
Pendapat lain adalah “Nanas mengakibatkan keguguran“. Pendapat ini
belum dibuktikan secara medis. Tetapi bagi beberapa orang, nanas bisa
menyebabkan gangguan lambung, terlebih asam lambung memang
meningkat dikala hamil. Tentu orang yang sensitive lambungnya terhadap
nanas, sebaiknya menghindari buah ini dikala hamil. Tetapi bagi mereka
yang aman-aman saja terhadap nanas justru baik menyantap buah ini. Tak
lain karena nanas mengandung vitamin A dan C serta mengandung enzim
bromelin yang baik untuk mencerna protein. Apalagi bila nanas ada pada
acar dan beberapa masakan dengan variasi olahan menggunakan nanas.
Pisang bisa membuat gemuk. Mungkin pernyataan ini sudah akrab di telinga
Anda. Tetapi, apakah pernyataan ini benar? Pisang merupakan buah yang
sarat gizi, hampir tidak mengandung lemak dan mudah dicerna. Karbohidrat
didalam pisang sekitar 23-35%, lemak 0,2% dan seperti bahan nabati
lainnya, pisang bebas kolesterol. Sebanyak 100 gram pisang akan
memberikan kalori sebesar 120 kalori. Buah ini juga kaya kalium dan
mengandung magnesium, selenium, besi dan vitamin-vitamin serta bebas
Natrium.
Pisang kaya dengan vitamin B-6 yang dibutuhkan untuk kesehatan mental
seseorang. Kekurangan vitamin B-6 ini dapat menyebabkan seseorang
mudah lelah dan marah serta susah tidur. Mengkonsumsi satu setengah
buah pisang setiap hari akan mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin
B-6 ini. Menyantap makanan kaya kalium dan vitamin B6, khususnya pisang
segar (bukan pisang rebus atau pisang goreng) juga dapat mengurangi rasa
nyeri, ngilu dan sakit pada persendian. Mengkonsumsi pisang 3-4 kali sehari
bahkan dipercaya dapat membantu mengurangi gejala radang sendi
(arthritis). Pisang merupakan makanan kaya kalium. Satu buah pisang
berukuran sedang mengandung 467 mg kalium, yang memberikan 13%
kebutuhan kalium harian. Data penelitian menunjukkan bahwa pengambilan
kalium oleh tubuh berhubungan dengan efek penurunan tekanan darah.
Pada tahun 2001, FDA (Food and Drug Administration; semacam Badan
POM di USA), menyetujui bahwa makanan yang merupakan sumber kalium

59
dan rendah natrium barangkali dapat mengurangi resiko terjadinya
peningkatan tekanan darah dan stroke. Sebagai sumber kalium, pisang
dapat membantu mengurangi resiko peningkatan tekanan darah.
Pada New England Journal of Medicine bahkan disebutkan, bahwa
mengkonsumsi satu buah pisang sehari dapat menurunkan resiko stroke
sampai 40%. Jika anda merasa lesu di antara waktu makan, ambil saja
pisang. Gula buah yang terkandung di dalamnya (yang tergolong karbohidrat
sederhana), akan mudah dicerna dan masuk ke aliran darah sehingga
menghasilkan energi instant. Selain itu, dengan pasokan kalium dari pisang,
jaringan otot akan bertenaga kembali selama beberapa saat sebelum tubuh
mendapatkan pasokan energi darurat dari makanan utama. Karena hal ini
pula, tidak heran jika para atlet terutama atlet tennis seringkali
mengkonsumsi pisang sebelum dan pada saat bertanding untuk pengusir
lelah dan pemberi tenaga.
The Food Pharmacy oleh Jean Carper, pisang bahkan disebut sebagai
makanan mujarab bagi penderita penyakit mag. Barangkali sifat spasmolitik
pisang, yang menurunkan kerja lambung dan mengurangi sekresi enzim
serta asam lambung, turut berperan dalam menghasilkan khasiat ini.
Kandungan pektin yang tinggi didalam pisang juga dapat melindungi selaput
lendir lambung terhadap pengaruh asam lambung dan enzim (pepsin).
Pisang juga kaya serat makanan atau karbohidrat kompleks yang akan
membantu memperlancar buang air besar dan sangat baik untuk mencegah
kanker usus besar.
8. Telur
Ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur, karena dikhawatirkan ASI-nya bebau
amis. Mitos tersebut tidak benar. Telur mengandung protein hewani yang
sangat dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akn bahaya kolesterol, selain daging, kuning telur kini
termasuk makanan yang dihindari. Padahal, para ahli kini menyimpulkan
bahwa telur tidak mempengaruhi kadar kolesterol secara signifikan. Bukan
kolesterol yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, tetapi lemak
jenuh. Telur diketahui hanya mengandung sedikit lemak jenuh.
Mengkonsumsi telur bisa memperbaiki kadar lipid (kolesterol) seseorang
yang kolesterolnya naik saat mengkonsumsi makanan kaya kolesterol.
Ada begitu banyak nutrisi penting dalam sebutir telur. Sebut saja choline,
yang sangat penting untuk fungsi otak dan kesehatan. Satu buah kuning telur
mengandung lebih dari 25 persen kebutuhan choline setiap hari. Orang
dewasa membutuhkan 425 gram choline per hari, sedangkan anak balita
butuh 250 gram per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi
choline yang cukup bias menurunkan risiko kanker payudara.
Telur juga mengandung antioksidan serta lutein yang membantu mencegah
gangguan penglihatan akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur
bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran berdaun hijau. Telur
mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung

60
delapan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan
kesehatan tubuh. Selain itu, telur juga mengandung mineral selenium (Se).
Pria membutuhkan asupan selenium untuk pembentukan kualitas dan
kuantitas sperma. Satu butir telur dapat menghasilkan 10 persen dari total
kebutuhan tubuh terhadap selenium. Telur juga mengandung vitamin D yang
dapat membantu penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang. Selain itu,
telur juga mengandung vitamin E. Kombinasi antara selenium dan vitamin E
berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko kerusakan sel
tubuh akibat radikal bebas. Telur juga diketahui sebagai sumber vitamin B12,
vitamin B6, dan folat yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi
sel-sel saraf. Kekurangan vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan sel-sel saraf. Wanita hamil yang kekurangan vitamin B12
mempunyai risiko anaknya akan mengalami kerusakan pada sistem saraf.
9. Jeruk
Ada mitos yang menyatakan bahwa jeruk menyebabkan meningkatkan lendir
pada paru bayi dan resiko kuning saat bayi lahir. Justru jeruk sumber vitamin
C yang tinggi. Kandungan jeruk bukan hanya vitamin C tinggi, tetapi juga
potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B6, fosfor, dan lain
sebagainya.
Kelebihan jeruk, mengandung serat tinggi. Walau begitu, tidak mengandum
sodium, lemak, dan kolesterol, karena itu aman bagi yang berdiet. Serat
membantu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma dengan cara
mengganggu proses reabsorpsi asam empedu.
Vitamin C dalam jeruk berperan menyerap zat besi non-organik (zat besi dari
makanan non-hewani), sehingga dapat mencegah dan membantu
penyembuhan penyakit. Vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang
dapat mencegah kerusakan sel serta penyakit jantung dan kanker. Vitamin C
berguna sekali bagi mereka yang menderita infeksi atau penyakit yang telah
berlarut-larut.
10. Makanan Laut
Mungkin kita sering mendengar ungkapan bahwa ibu hamil dilarang
mengkonsumsi ikan laut karena menyebabkan ASI berbau amis dan luka
jahitan sulit kering. Mitos tersebut tidak benar. Justru ikan laut mengandung
protein yang sangat dibutuhkan ibu hamil untuk mengganti sel-sel rusak.
Ada juga pernyataan bahwa salah satu cara menurunkan kolesterol dengan
pantang makanan laut. Tidak perlu menghindari makanan laut sama sekali.
Kuncinya adalah konsumsi dalam jumlah wajar karena makanan laut
memang mengandung kolesterol. Kadar kolesterol dalam tubuh sebagian
besar dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans fatty acid. Keduanya ini
terdapat dalam daging merah dan makanan kemasan olahan. Trans fatty
acid terdapat di snack kemasan, gorengan, atau margarin yang berisi minyak
hydro genated.
Protein, zat besi, serta asam lemak omega-3 dalam makanan laut bisa
membantu meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Menurut penelitian yang

61
dilakukan di Inggris, kekurangan konsumsi makanan laut selama masa
kehamilan bisa mengakibatkan lemahnya kemampuan verbal, gangguan
perilaku, serta masalah tumbuh kembang lain pada anak.
Ikan dan kerang-kerangan saat ini sudah terbukti merupakan makanan yang
baik untuk otak. Makanan-makanan tersebut mengandung asam lemak
esensial yang bermanfaat, yakni Omega-3, serta sejumlah vitamin,
mineral,dan asam amino. Asam lemak omega-3 jenin DHA dan EPA yang
banyak ditemukan dalam ikan berminyak terbukti berperan sangat penting
untuk kesehatan dan perkembangan fungsi saraf dan otak. Minyak hati ikan
cod yang menjadi favorit pada zaman dulu, ternyata bukanlah sumber utama
lemak esensial untuk anak-anak karena sisa polutan yang tersimpan dalam
hati ikan cod.
Asam lemak esensial tidak dihasilkan di dalam tubuh, karena itu kita harus
mendapatkannya dari luar, yaitu dari makanan. Ada kekhawatiran bahwa
makanan modern tidak mengandung cukup lemak Omega-3. Kekurangan zat
gizi ini dikaitkan dengan lemahnya konsentrasi dan memori, disleksia,
masalah perilaku, kesulitan belajar, juga hiperaktif pada beberapa anak yang
sensitive.
Ikan juga merupakan sumber kolin, yaitu nutrisi yang diperlukan (bersama
lesitin dan vitamin B kompleks) untuk menghasilkan bahan kimia asetilkolin di
otak, agar memori dapat bekerja cepat dan meningkatkan kemampuan
belajar. Kerang-kerangan merupakan sumber seng, mineral penting bagi
kemampuan memori dan konsentrasi otak. Penelitian menunjukkan bahwa
kekurangan sedikit saja seng dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
fungsi mental. Akibatnya, anak menjadi sensitif, suasana hati mudah
berubah, dan hilang nafsu makan. Bila kekurangan tersebut teratasi,
biasanya kemampuan memori akan membaik kembali. Hidangan laut juga
mengandung asam amino tirosin, yang dikaitkan dengan peningkatan energi
mental dan kewaspadaan jika digunakan bersama vitamin B kompleks dalam
jumlah cukup, yang penting untuk produksi energi.
11. Nasi
Nasi adalah makanan pantangan bagi seseorang yang sedang menjalankan
diet. Karena nasi dianggap pemicu bertambahnya berat badan. Nasi adalah
karbohidrat yang sangat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga. Bila nasi
yang dikonsumsi dalam jumlah banyak memang dapat menyababkan
kegemukan. Tetapi nasi dikonsumsi sehari tiga kali dalam porsi normal,
sama sekali tidak menyebabkan gemuk. Olahraga dipadukan dengan diet
seimbang tetap merupakan cara terbaik menurunkan berat badan.
Nasi adalah salah satu sumber alami vitamin B5, yang telah dibuktikan oleh
penelitian berguna untuk meningkatkan daya ingat atau memori otak. Selain
itu, Vitamin B5 juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan juga
penting dalam proses biosintesa asam lemak, lemak, protein dan
karbohidrat.

62
12. Keju
Sebagian masyarakat meyakini bahwa keju menyebabkan kegemukan.
Sehingga tidak sedikit dari mereka yang menghindari konsumsi keju.
Sebenarnya tidak perlu menyingkirkan keju asalkan dikonsumsi secukupnya.
Keju pasti berbahan dasar susu segar. Tahap pemadatan dan fermentasi
selama proses pembuatan semakin meningkatkan nilai gizi keju. Kandungan
protein keju lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu segar. 100 gram keju
rata – rata mengandung 22,8 gram protein, sedangkan susu segar hanya 3,2
per 100 gram. Begitu juga dengan kandungan kalsium, Keju mengandung
777 mg kalsium dan susu segar hanya sekitar 143 mg kalsium setiap 100
gram berat bahan. Selain kandungan nutrisi di atas, keju juga tinggi
karbohidrat lemak, zat besi, lemak, dan fosfor.
Mengkonsumsi keju dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi dan
memperkuat tulang. Kandungan beragam mineral yang tinggi pada keju
sangat baik untuk melindungi gigi dari karies, ini dikarenakan unsur tadi
dapat memperkuat mineralisasi email pada gigi.
13. Alpukat
Buah yang lezat ini jangan sering-sering dimakan karena kandungan
lemaknya tinggi. Memang ada benarnya juga, tapi lemak yang terkandung di
dalam buah lezat ini adalah lemak baik alias HDL. Di dalam alpukat juga
terdapat biotin, Magnesium, seng dan asam folat. Juga mengandung Vitamin
C dan E yang baik untuk kesehatan kulit kita dan membuat kita awet muda.
Dibanding lemak dalam french fries, gorengan, makanan hewani, jelas satu
gelas alpukat kocok atau jus alpukat jauh lebih baik.
Jenis lemak yang dikandung alpukat termasuk lemak tak jenuh, sehingga
mudah dicerna dan berguna bagi tubuh. Kandungan lemak ini memberikan
energi yang cukup tinggi dengan rasa yang gurih dan lezat serta tidak pahit.
Buah alpukat banyak mengandung mineral yang berguna untuk mengatur
fungsi tubuh dan menstimulasi pertumbuhannya. Zat besi dan tembaga yang
terkandung di dalamnya membantu proses regenerasi darah merah dan
mencegah anemia. Buah alpukat juga merupakan sumber Vitamin E dan
beberapa Vitamin B. Kandungan serta buah alpukat secara simultan juga
dapat membantu proses pencernaan. Buah alpukat juga dapat menurunkan
kadar kolesterol yang tinggi karena mengandung karbohidrat dan lemak tak
jenuh.
14. Daging Kambing
Benarkah ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging kambing ? Jawabannya
adalah ibu hamil boleh saja mengkonsumsi daging kambing dengan porsi
yang wajar, kecuali ibu hamil yang menderita kelebihan kolesterol atau
penyakit jantung. Daging kambing mentah memiliki kandungan lemak 50
persen hingga 60 persen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi,
akan tetapi kandungan proteinnya hampir sama. Daging kambing juga
memiliki kandungan lemak 42 persen hingga 59 persen lebih rendah jika
dibandingkan dengan daging domba.

63
Hal yang sama untuk daging kambing yang sudah dimasak, presentase
lemak jenuh daging kambing 40 persen lebih rendah jika dibandingkan
dengan daging ayam (tanpa kulit) dan masing-masing 850 persen, 1100
persen, dan 900 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi,
babi, dan domba. Kandungan kolesterol daging kambing ternyata hampir
sama dengan daging sapi, domba, babi, dan ayam dan lebih rendah jika
dibandingkan dengan beberapa produk susu dan daging ayam olahan dan
makanan laut. Daging kambing mengandung kolesterol sebanyak 76 mg
persen, sedangkan untuk daging sapi, ikan, dan domba adalah 70 mg
persen. Kandungan kolesterol daging babi dan ayam adalah 60 mg persen.
Daging kambing juga sumber lemak yang sehat dengan risiko
mengkonsumsi kolesterol yang minimum. Di samping itu, daging kambing
mengandung lebih banyak zat besi, potasium dan tiamin yang berhubungan
dengan kandungan garam yang lebih rendah. Daging kambing mengandung
semua asam amino esensial dan mengandung lebih rendah kalori. Oleh
karena itu, daging kambing tergolong ke dalam bahan makanan yang
bersahabat dan sehat untuk dikonsumsi, asalkan saja tidak secara
berlebihan.
15. Yoghurt
Ibu hamil tidak boleh minum yoghurt. Tidak ada penelitian yang mendukung
pernyataan ini. Jadi pernyataan ini hanya mitos belaka. Lagipula yoghurt itu
baik untuk melancarkan pencernaan ibu hamil. Yang mana semenjak dalam
kehamilan tidak jarang ibu hamil mengalami namanya sembelit.
Yoghurt memiliki gizi yang lebih tinggi dibanding susu segar. Kandungan
lemaknya pun juga lebih rendah, sehingga cocok bagi mereka yang sedang
menjalankan diet rendah kalori. Yoghurt juga dapat membantu proses
penyembuhan lambung dan usus yang luka. Meminum yoghurt secara
teratur dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu juga
yoghurt diyakini baik untuk memperpanjang umur.
Yoghurt dapat membantu penderita lactose intolerance. Penyebabnya adalah
defisiensi/kekurangan enzim pencerna laktosa. Sehingga setiap kali minum
susu, butiran laktosanya akan tertinggal di permukaan lubang usus halus dan
menyerap air dari sekitarnya yang kemudian memunculkan diare. Dalam
yoghurt, laktosa susunya sudah dipecah oleh bakteri baik Lactobacillus
bulgaricus melalui proses fermentasi, hingga mudah diserap tubuh. Itulah
mengapa yoghurt sangat disarankan sebagai pengganti susu bagi orang /
anak yang tidak mampu mencerna laktosa dengan baik. Dengan minum
yoghurt, anda dan si kecil tidak akan diare lagi. Yoghurt dapat menghambat
pathogen flora usus pengonsumsi yoghurt terbukti sulit ditumbuhi kuman-
kuman patogen atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan
terhambatnya pertumbuhan sekaligus matinya mikroba patogen dalam
lambung dan usus halus bisa menghindari munculnya berbagai penyakit
akibat infeksi atau intoksikasi mikroba. Dengan kata lain, mengonsumsi
yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran

64
pencernaan. Mengkonsumsi antibiotik memang berfungsi mematikan kuman,
namun ia tidak pandang bulu mana kuman yang perlu dibunuh dan mana
yang sebetulnya tidak perlu dimusnahkan.sebenarnya ada kuman yang
harus berada di saluran cerna guna menjaga keseimbangan flora usus.
Yoghurt dapat menetralisir efek samping antibiotik ini. Yoghurt sebagai
antikanker saluran cerna. Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat
mengubah zat-zat prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam
saluran pencernaan, hingga mampu menghambat terjadinya kanker. Yoghurt
dapat mencegah jantung koroner. Bakteri baik yakni, Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococus yang terdapat dalam yoghurt, akan menghasilkan asam
folat dan vitamin B kompleks, kedua vitamin ini berguna mencegah
munculnya penyakit jantung koroner.

65
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PANGAN DAN GIZI

1. TEKNOLOGI PERTANIAN
a. Pengertian
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu
pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca
panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat
meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan,
dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses
yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di
antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan
sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai saat Nicolas Appert mengalengkan
bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat
ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan
ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan
ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk
mencegah kerusakan mikroba pada proses fermentasi anggur setelah
melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur
juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu
pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di
dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek,
disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan
sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan),
prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja,
industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan
trend konsumsi pangan.

b. Manfaat Teknologi Pangan

Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan


pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara
kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda
kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah
teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka
waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk
mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia.
Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia.
Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati
makanan khas bangsa lainnya.

c. Pengembangan di bidang teknologi pangan

Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah


memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai
produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
- Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai
produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat

66
direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk
serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi
lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
- Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji
kopi demi mengurangi kadar kafeina pada kopi. Biji kopi kering diproses
menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sekitar 20%. Panas
diberikan untuk memisahkan kafeina dari biji kopi ke permukaan
kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafeina dari biji kopi.
Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut
organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik
yang digunakan untuk memisahkan kafeina di bawah kondisi super
kritis.

d. Pengertian Teknologi Pertanian

Teknologi Pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan


dalam mengolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan
otuput/hasil pertanian sehingga berdayaguna dan berhasilguna baik berupa
produk bahan mentah, setengah jadi maupun siap pakai.
Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi
sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya
perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian (litkaji)
akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam
upaya pemberdayaan masyarakat tani. Kondisi di lapangan menunjukkan
masih rendahnya/terbatasnya informasi teknologi yang diterima oleh
petani/pengguna baik dari Balai Penelitian, Balai Pengkajian maupun
Perguruan Tinggi. Keberhasilan diseminasi teknologi pertanian sangat
tergantung pada kesesuaian antara informasi teknologi pertanian yang
didiseminasikan dengan yang dibutuhkan serta memperhatikan kebutuhan
pengguna. Hasil penelitian/pengkajian akan kurang bermanfaat apabila tidak
diikuti dengan usaha penyebarluasan informasi baik melalui media cetak,
elektronik dan pertemuan, salah satunya Temu Aplikasi Paket Teknologi
Pertanian.

e. Perkembangan Teknologi Pertanian

Indonesia merupakan Negara agraria dengan sumber daya alam


yang tinggi, sehingga potensi pertanian di Indonesia sangat mendukung.
Indonesia juga terbentang pada garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis,
kelimpahan sinar matahari yang cukup, tingkat kelembaban udara yang
ideal, serta budaya masyarakat yang mencintai keanekaragaman hayati.
Indonesia pun menjadi lirikan bagi negara-negara asing terutama pada
sektor pertanian.
Pertanian merupakan sebuah sektor yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar penyedia
sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu di
Indonesia, sektor pertanian menjadi tumpuan kehidupan masyarakat pada
umumnya, karena Indonesia merupakan negara agraris. Akibatnya banyak
warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai petani.

67
Dalam sektor pertanian ini, peran teknologi sangat diperlukan untuk
keberhasilan produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Apalagi seiring
bertambahnya jumlah penduduk, ototmatis kebutuhan akan sandang,
pangan, dan papan akan semakin meningkat. Terlebih kebutuhan akan
pangan. Sebab tanpa pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup. Serta
bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu dapat menjadi indikator
keberhasilan suatu negara. Hal ini membuat dunia pertanian harus bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia tersebut. Tahap demi
tahap dilakukan supaya produksi yang dihasilkan dapat memuaskan.
Sekarang kita berada pada era informasi dimana semua informasi
apapun dapat kita peroleh dengan mudah melalui media-media pendukung
informasi seperti internet, televisi, media cetak, dan lain-lain. Dalam hal ini
dunia pertanian pun menggunakan teknologi informasi untuk mendukung
kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan. Teknologi informasi dan
komunikasi memiliki peranan penting dalam mewujudkan pertanian yang
modern secara tepat waktu.
Pada saat ini penguasaan terhadap teknologi informasi semakin
menguat. Kini teknologi informasi merupakan hal mutlak yang tidak bisa
ditawar lagi. teknologi informasi diyakini sebagai alat pengubah untuk
memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan
selanjutnya memperoleh manfaat yang sangat banyak dari teknologi
informasi. Teknologi informasi mempunyai peranan yang vital dalam segala
bidang, salah satunya pada bidang pertanian. Maka dengan memanfaatkan
teknologi informasi dengan baik maka pertanian di Indonesia akan lebih
maju.
Dunia pertanian pada zaman sekarang bergantung pada teknologi
informasi baik dalam bentuk apapun. Petani Indonesia membutuhkan
informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian. Informasi-informasi
tersebut dapat di peroleh dengan mudahnya pada era informasi ini melalui
media-media yang sudah tersebar di masyarakat luas. Informasi-informasi
hasil penelitian dan inovasi dalam bidang pertanian membantu upaya
peningkatan produksi komoditas pertanian, sehingga tercapailah
pembangunan pertanian yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan
tentang pertanian akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk
pembangunan pertanian dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan angka
kemiskinan. Teknologi informasi dan komunikasi membantu memberikan
informasi yang relevan dan tepat waktu sehingga memudahkan petani untuk
mengambil keputusan dalam sebuah peluang dan menghasilkan produk
yang maksimal.
Dalam dunia pertanian komunikasi sangatlah penting dalam
membentuk jaringan antar petani maupun antar instansi yang mendukung
pembangunan pertanian. Masalah produksi komoditas pertanian yang sama
antar daerah yang menjadikan mutu harga dari komoditas hasil pertanian
tersebut kini tidak lagi menjadi masalah karena adanya komunikasi yang
terjalin antar petani di daerah lain. Sehingga petani dapat mengambil
keputusan yang terbaik dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Begitu pun
juga dengan masalah-masalah lain yang dapat di atasi dengan
berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya.
Maka dari itu, untuk mengelola usaha taninya, para petani
memerlukan berbagai informasi di bidang pertanian, seperti: kebijakan

68
pemerintah, hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu, pengalaman petani
lain, serta informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan
sarana produksi dan produk pertanian. Sumber-sumber informasi tersebut
bisa mereka dapatkan salah satunya dengan mengakses internet. Dengan
mengakses internet, para petani bisa mendapatkan berbagai informasi
mengenai pertanian. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengetahui
informasi terkini mengenai prospek pasar internasional yang berhubungan
dengan sarana produksi dan produk pertanian. Namun, pemerintah wajib
pula untuk memberikan penyuluhan kepada para petani dalam mewujudkan
produksi serta produk-produk pertanian yang berkualitas.
Internet terdapat banyak sekali informasi-informasi yang tersedia.
Baik dari berita, artikel, dan masih banyak lagi. Informasi yang tersedia
berasal dari banyak sumber yang berbeda-beda. Begitu juga informasi
tentang pertanian. Banyak informasi-informasi yang sudah tersedia di dunia
maya ini. Internet memberikan infomasi kepada petani tentang cara
penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman dan hewan, ramalan iklim,
irigasi dan harga pasaran. Internet juga membantu petani dalam koperasi.
Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan
tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga
pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan
advokasi dan kerjasama
Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan penanaman agar
selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga jual normal. Jika para
petani memerlukan informasi khusus yang tidak dapat segera dilayani para
petugas penyuluh pertanian, maka mereka bisa mendapatkan informasi
tersebut dari internet.
Teknologi Informasi juga berperan terhadap pemasaran hasil
pertanian, berbagai macam bisnis saat ini sudah semakin adaptif terhadap
kemajuan teknologi informasi. Pola bisnis konvensional sudah tidak terlalu
sering dilakukan dan cenderung bergerak kearah bisnis dengan
memasarkan produknya ke dunia maya seperti pemasaran melalui media
web, transaksi online, bahkan pemasaran melalui jejaring sosial. Pemasaran
produk pertanian melalui internet tentunya lebih ekonomis daripada secara
konvensional. Para petani dapat dengan mudah mengetahui kebutuhan
pasar. Petani dapat mengkoordinasikan penanaman sehingga ketersediaan
di pasar selalu ada dan stabil serta harga jual normal. Dengan
berkomunikasi secara cepat, petani dapat menjual hasil pertaniannya secara
cepat pula.
Permintaan terhadap produk-produk pertanian tidak akan pernah
berhenti selagi manusia masih membutuhkan pangan, dan akan semakin
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
pula. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan
Korea sudah banyak petani-petani yang memasdarkan hasil pertaniannya
melalui internet. Mereka dapat memantau pemasaran melalui website yang
khusus dibuat untuk proses jual beli. Mereka dengan mudah memasarkan
hasil pertaniannya ke seluruh dunia dan biasa melakukan transaksi dengan
cara transfer, maka sangat canggih, praktis, dan tentunya lebih ekonomis,
serta efisien. Tak hanya untuk produksi. Ponsel, tanpa dukungan koneksi
internet sekalipun, juga bisa digunakan untuk memudahkan petani
memasarkan hasil pertanian.

69
Dalam pertanian berskala besar, teknologi informasi dan komunikasi
sangat membantu dalam proses pembangunannya. Salah satu diantara
contohnya adalah menggunakan program untuk membantu pemetaan
bidang lahan pertanian. Dengan begitu petani dapat dengan mudah
memperkirakan atau menganalisis hasil produksi pertaniannya, mengetahui
arah pengembangan, mengetahui denah penyabaran penyakit, dan lain-lain.
Dalam contoh lain yaitu menggunakan pesawat untuk proses pemupukan
dalam skala besar dan luas yang didalamnya menggunakan mesin otomasi
penyemprot pupuk dan dirancang sesuai kebutuhan. Pesawat tersebut juga
dilengkapi dengan kamera sensor untuk melihat kondisi lahan pertaniannya
dan petani mengetahui informasi-informasi yang didapat melalui proses
berlangsungnya pertanian tersebut tanpa harus terjun langsung di lapangan.
Contoh tersebut juga salah satu manfaat dari berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi di dunia ini.
Teknologi informasi akan semakin penting peranannya dalam
mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Meskipun biaya
yang dibutuhkan untuk membangun infrastuktur Nasional yang besar, tetapi
kerugian bila tidak melakukannya akan jauh lebih besar lagi.
Selain memberikan informasi, teknologi informasi juga dapat
membantu jalannya penyuluhan pertanian. Karena pada zaman sekarang
tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan teknologi walaupun teknologi
hanya sekedar mencari informasi untuk diri sendiri ataupun mencari
informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Sejak menggunakan teknologi sebagai media informasi bagi petani,
aktivitas penyuluhan pertanian menjadi berubah. Selain dari informasi yang
disampaikan menarik yang dapat menumbuhkan motivasi juga kegiatan
banyak dilakukan langsung oleh petani itu sendiri sehingga menimbulkan
kedisiplinan terhadap diri petani itu sendiri. Kita perlu menentukan prioritas
penerapan tekologi informasi di bidang pertanian agar memberikan hasil
yang maksimal. Kita juga perlu membangun kemampuan untuk
mengadaptasi, memelihara, melakukan penyesuaian dan mengkonfigurasi
ulang solusi TIK yang ada agar menjawab kebutuhan di bidang pertanian.
Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku
pertanian serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta
pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyeberluasan informasi, salah satu
solusi ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan
pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan information and communication
technologies (ICTs) yang untuk penyuluhan pertanian dikenal dengan
sebutan “cyber extension” yang merupakan penggunaan jaringan on-line,
computer dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi
teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu
meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, peneliti baik di
lembaga penelitian maupun maupun di universitas serta para manajer
penyuluhan. Selain menggunakan “cyber extension” penyuluhan pertanian
saat ini juga menggunakan multiple information system bagi masyarakat
pedesaan untuk mendukung usaha dan bisnis pertanian serta perbaikan
ekonomi rumahtangga pedesaan.
Dengan adanya teknologi yang digunakan dalam penyuluhan
pertanian diharapkan dapat meningkatkan layanan penyuluhan pada
aktivitas petani dalam menyediakan inovasi pertanian yang semakin

70
advance dan membantu petugas penyuluhan pertanian dengan memainkan
peran yang mengkoordinasi unsur pertanian di daerah agar dapat menjalin
kerjasama dengan pihak-pihak atau otoritas terkait.
Betapa berpengarunya teknologi informasi dan komunikasi yang
dikembangkan didalam bidang pertanian khususnya supaya mepermudah
proses berjalannya pertanian dan meningkatkan hasil yang bekualitas.
Petani kini tidak lagi terpuruk kedalam keterbelakangan dalam
pembangunan pertanian dunia, tetapi petani bisa menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang
berkualitas dan modern.
Begitu banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dari berbagai aspek. Dalam dunia
pertanian, teknologi informasi memberikan banyak manfaat yang sangat
membantu dalam terbantuknya proses pembangunan pertanian. Harapan
masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan pangan dapat terbantu
dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian.
Dengan ini salah satu tujuan Negara Indonesia yaitu “Memajukan
kesejahteraan umum” akan terealisasikan dengan masyarakat yang adil dan
makmur. Kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan berkembangnya sektor
pertanian di Indonesia. Indonesia sebagai Negara agraria bisa menjadi
panutan bagi Negara-Negara lain.
Harapannya teknologi informasi dan komunikasi ini dapat digunakan
oleh sebanyak mungkin petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia
agar produktivitas tani mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat
pengembangan pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya.

f. Dampak Positif dan Negatif Teknologi Pertanian


1. Dampak Positif
Pengolahan lahan yang luas membuat para petani memerlukan waktu
yang lama tanpa adanya teknologi. Orang dapat menghabiskan waktu 1 hari
dalam mengolah lahan pertanian seluas 3 hetar. Namun dengan adanya
teknologi petani akan lebih mudah dan cepat dalam mengolah lahan
mereka. Contohnya saja dengan mengunakan mesin traktor. Dulu belum
ada mesin traktor yang ada hanyalah menggunakan bantuan hewan seperti
kerbau dan sapi untuk menarik garuk atau yang lebih sederhana lagi hanya
menggunakan cangkul. Itulah yang membuat mereka lama dalam mengolah
lahan mereka. Selain dari segi waktu yang pastinya lebih hemat
penggunaan teknologi juga hasil yang diperoleh oleh petani lebih beragam
produk dan lebih melimpah. Dulu petani biasa menanam jagung biasa,
sekarang dengan cara pengawinan tanaman (jagung) dapat menghasilkan
jagung hibrida yang lebih banyak hasil dan lebih menarik bentuk fisik dari
jagung tersebut. Dan masih banyak lagi tentunya keuntungan-keuntungan
dari penggunaan teknologi.
2. Dampak Negatif
Buah yang alami merupakan sumber vitamin dan gizi yang sangat
baik untuk tubuh. Ketika zaman dahulu nenek moyang kita menanam
tanaman cabe maupun tomat dan sayuran lainya dengan cara menyiramnya
setiap hari dan memberi pupuk kompos, sekarang karena kondisi tanah
tidak sama seperti dulu maka harus menyiraminya dengan pompa dan

71
sekarang hama tanaman yang bermacam-macam maka digunakanlah
pertisida guna mengusir serta membunuh hama tanaman. Penggunaan
pestisida merupakan bukti kemajuaan teknologi, tapi tahukah anda bahwa
pestisida yang menempel di buah lalu dimakan pastinya akan sangat
berbahaya bila dikosumsi secara rutin. Selain itu penggunaan pestisida juga
akan membuat hama yang belum jadi terbunuh menjadi lebih kuat. Dampak
lain dari penggunaan teknologi ialah biaya yang relatif tinggi. Dengan biaya
tinggi tentu nilai jual dari hasil panen akan tinggi dan hal ini tidak baik untuk
para penduduk yang masih kurang mampu. Apalagi bila hasil panen yang
mahal adalah bahan kebutuhan pokok dari penduduk seperti padi dan cabe.
Penduduk kurang mampu akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pokok. Mengenai dampak negatif dari peran teknologi masih banyak lagi.

2. PENGOLAHAN PANGAN
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu
pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen)
guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat
meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan,
dipelajari sifat fisik, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang
mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya
pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan
bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini.
Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu
pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu
pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah
kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan
penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan
proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk
membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu
yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek,
disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah
perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan
fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan
perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi
pangan.
Selain pengawetan terdapat banyak penemuan dan perkembangan pada
ilmu teknologi pangan yang sangat mendukung kebutuhan dan selera pangan
masyarakat masa kini. Banyak pengembangan produk pangan yang telah di
majukan oleh beberapa pengusaha di bidang industri pangan, baik pengusaha
kecil maupun pengusaha skala besar. Pengusaha menengah ke bawah mulai
mengembangkan beberapa hasil pertanian menjadi produk pangan yang lebih
inovatif melalui teknik bioteknologi, misalnya kecap, tempe, oncom, yoghurt,
terasi, tape, dan lain-lain. Sedangakan pengusaha skala besar (food
manufacture), menerapkan suatu ilmu yang cukup komplek sehingga di
butuhkan keahlian khusus dalam proses penerapannya.
Beberapa contoh produk pangan hasil industri skala besar ialah
pembuatan susu bubuk, telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk

72
baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi
kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga
yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal
berkembangnya industri susu formula.Selain itu ialah dekafeinasi untuk kopi dan
teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafein
pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya
menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafein dari biji kopi ke
permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafein dari biji
kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik.
Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan
untuk memisahkan kafein di bawah kondisi super kritis.
Tak kalah populernya yaitu makanan kaleng, pengalengan merupakan cara
pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan
dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan yang paling umum dilakukan
karena bebas dari kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai gizi, cita rasa
dan daya tarik. Proses pemanasan kaleng yang dianggap aman adalah yang
dapat menjamin bahan makanan tersebut telah bebas dari karena bakteri
tersebut menghasilkan toksin yang mematikan dan paling tahan terhadap
pemanasan. Contoh produk menggunakan kemasan kaleng yaitu cornet beef
dan lain-lain. Selain teknik di atas terdapat pula teknik ekstruksi, ,teknologi
ekstruksi memungkinkan kita untuk melakukan serangkaian pengolahan, seperti:
mencampur, menggiling, memasak, mendinginkan, mengeringkan dan mencetak
dalam satu rangkaian proses saja. Berbagai proses didalam satu mesin
meupakan salah satu bentuk efisiensi yang dapat mengurangi biaya produksi
bagi suatu industri. Selain itu, teknologi ekstruksi memiliki beragam modifikasi
proses sehingga dapat menghasilkan produk yang diinginkan. Hal-hal tersebut
yang mendasari teknologi ekstrusi diaplikasikan secara luas, termasuk dalam
pengolahan pangan.
Mutu produk ekstrusi dipengaruhi oleh variable bebas dan variable tidak
bebas di dalam suatu proses ekstrusi. Variable bebas merupakan parameter
yang secara langsung dapat dikontrol oleh operator mesin ekstrusi, sedangkan
variable tidak bebas merupakan parameter yang dapat berubah mengikuti
perubahan variable bebas. Formula bahan baku, kadar air bahan baku,
kecepatan masuk bahan, kecepatan ulir ekstruder, suhu barrel dan konfigurasi
ekstruder merupakan contoh dari variable bebas. Energy mekanik, kadar air
produk, suhu pada saat proses, waktu tunggu dan tekanan di dalam ekstruder
merupakan contoh dari variable tidak bebas. Contoh produk pangan hasil
ekstruksi adalah keripik kentang, kerupuk konvensional, dan lain-lain.
Sekian banyak produk inovasi hasil teknologi pangan menunjukkan suatu
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terciptanya produk pertanian dengan
kwalitas unggul dan ketahanan pangan yang baik serta pengolahan produk
pertanian dengan kecanggihan teknologi pangan sehingga dapat dihasilkan
suatu produk pangan yang inovatif dan kreatif. Disamping itu, perkembangan
ilmu teknologi pangan memberikan peluang besar terbukanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang berdampak pada kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup masyarakat tersebut.
Pangan menurut UUD. No 9 Tahun 1996 Pasal 1 adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

73
digunakan dalam proses penyiapan,pengolahan,dan atau pembuatan makanan
atau minuman.
Gizi adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup, untuk
mengambil dan menggunakan zat yang ada dalam makanan dan minuman guna
mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi dan untuk menghasilkan
energi. Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan
pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang
diperlukan tubuh tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat
gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki
jaringan tubuh. Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut
disebut zat gizi esensial, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak
dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan
untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang tidak
dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan diataranya
adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan
yang baik.
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam enam kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral,air. Sedangkan sejumlah pakar
juga berpendapat bahwa air juga merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini
didasarkan kepada fungsi air dalam metabolisme makanan yang cukup penting
walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan. Dalan konteks ini penulis
lebih memilih memasukkan air dalam kelompok zat gizi, sehingga zat gizi terbagi
kedalam enam kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Tiga golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat,
protein dan lemak. Akan tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk
membantu mengubah zat gizi tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu
dalam biosintesis.
Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan
pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang
diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan
jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan, berbeda antara satu orang dengan
orang lain disebabkan berbagai faktor yang dibicarakan kemudian, tetapi fungsi
gizi pada pokoknya sama untuk semua orang. Berdasarkan asupan gizi
tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi. Secara umum ada 3 status
gizi yailtu status gizi kurang, status gizi baik (normal), dan status gizi lebih.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam mengalami
krisis pangan tentunya menjadi hal yang aneh. Indonesia mempunyai 400 jenis
tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran, 70 jenis
tanaman berumbi, 60 jenis penyegar dan 55 jenis tanaman rempah-rempah (Ali
Khomsan, 2004).
Krisis ekonomi, disusul krisis keuangan global, bermuara pada
pertambahan jumlah warga miskin di Indonesia. Pemutusan hubungan kerja dan
anjloknya daya beli adalah tsunami yang menghantam pilar kualitas gizi
masyarakat. Kini anak balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk
mencapai 4,1 juta jiwa (Anonymous, 2011-b).
Selain minimnya lapangan kerja Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia
pada saat dapat dikatakan belum bisa bersaing dengan SDM dari negara lain.

74
Hal ini dikarenakan Indonesia masih memiliki problem dalam pembangunan
manusia. Permasalahannya adalah adanya “celah” yang dimiliki oleh pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia terutama dalam
pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi. Pemenuhan kebutuhan
pangan sangat penting untuk peningkatan SDM. Pangan sebagai basic need
merupakan media bagi manusia untuk mempertahankan hidup mendapatkan
energi pertumbuhan dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan dapat
juga dikatakan sebagai sumber gizi. Zat gizi tersebut sangat berguna bagi tubuh
untuk mengatur segala proses dalam tubuh.

75
TEKNOLOGI PANGAN DAN PERILAKU KONSUMEN

A. TEKNOLOGI DAN KEBIASAAN MAKAN


1. Pengertian Teknologi Pangan

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu


pengetahuan tentang bahan pangan guna memperoleh manfaat seoptimal
mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.
Dalam teknologi pangan dipelajari serta sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia
dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut.
2. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen


diartikan “…. Those actions directly involved in obtaining, consuming, and
disposing of products and services, including the decision processes that
precede and follow this action.”
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara
langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk
atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Mowen (1995), “ Consumer behavior is defined as the study
of the buying units and the exchange processes involved in acquiring,
consume, disposing of goods, services, experiences, and ideas.”
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan,
mengonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, &
Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh
dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen
mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada
aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku
konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi
pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-


faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan sekitar seorang konsumen.
Individual Determinants of Consumer Behavior

a. Demografis, psikografis, dan kepribadian

76
Demografis berhubungan dengan ukuran, struktur, dan pendistribusian
populasi. Demografis berperan penting dalam pemasaran. Demografis
membantu peramalan trend suatu produk bertahun-tahun mendatang
serta perubahan permintaan dan pola konsumsi. Psikografis adalah
sebuah teknik operasional untuk mengukur gaya hidup. Dalam kata lain
psikografis adalah penelitian mengenai profil psikologi dari konsumen.
Psikografis memberikan pengukuran secara kuantitatif maupun kualitatif.
Bila demografis menjelaskan siapa yang membeli suatu produk,
psikografis menekankan pada penjelasan mengapa produk tersebut
dibeli. Sangat penting untuk meneliti faktor psikografis termasuk
kepercayaan dan nilai karena kesuksesan industri organik akan
bergantung pada tingkat kemampuan memobilisasi konsumen untuk
menerima produk organik. Kepribadian dalam bidang pemasaran memiliki
arti sebagai respon yang konsisten terhadap pengaruh lingkungan.
Kepribadian adalah tampilan psikologi individu yang unik dimana
mempengaruhi secara konsisten bagaimana seseorang merespon
lingkungannya.
b. Motivasi konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli
produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen.
Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik
yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan
penggunaan suatu produk.
c. Pengetahuan konsumen
Pengetahuan konsumen dapat diartikan sebagai himpunan dari jumlah
total atas informasi yang dimemori yang relevan dengan pembelian
produk dan penggunaan produk. Misalnya apakah makanan organik itu,
kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya, manfaatnya bagi
kesehatan, dan lain-lain.
d. Intensi, sikap, kepercayaan, dan perasaan konsumen
Intensi adalah pendapat subjektif mengenai bagaimana seseorang
bersikap di masa depan. Ada beberapa jenis intensi konsumen. Intensi
pembelian adalah pendapat mengenai apa yang akan dibeli. Intensi
pembelian kembali adalah apakah akan membeli barang yang sama
dengan sebelumnya. Intensi pembelanjaan adalah dimana konsumen
akan merencanakan sebuah produk akan dibeli. Intensi pengeluaran
adalah berapa banyak uang yang akan digunakan. Intensi pencarian
mengindikasikan keinginan seseorang untuk melakukan pencarian.
Intensi konsumsi adalah keinginan seseorang untuk terikat dalam aktifitas
konsumsi.
Sikap mewakili apa yang disukai maupun tidak disukai oleh seseorang.
Sikap seorang konsumen mendorong konsumen untuk melakukan
pemilihan terhadap beberapa produk. Sehingga sikap terkadang diukur
dalam bentuk preferensi atau pilihan konsumen. Preferensi itu sendiri
dapat dikatakan sebagai suatu sikap terhadap sebuah objek dan relasinya
terhadap objek lain. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai penilaian
subjektif mengenai hubungan antara dua atau lebih benda. Suatu
kepercayaan dibentuk dari pengetahuan. Apa yang telah seseorang
pelajari mengenai suatu produk mendorong timbulnya kepercayaan

77
tertentu mengenai produk tersebut. Perasaan adalah suatu keadaan yang
memiliki pengaruh (seperti mood seseorang) atau reaksi. Perasaan dapat
bersifat positif maupun negatif tergantung kepada setiap individu.
Perasaan juga memiliki pengaruh terhadap penentuan sikap seorang
konsumen.

Environmental Influences on Consumer Behavior

a. Budaya, etnisitas, dan kelas sosial


Budaya adalah kumpulan nilai, ide, artefak, dan simbol-simbol lain yang
membantu seseorang untuk berkomunikasi, mengartikan, dan
mengevaluasi sebagai bagian dari suatu lingkungan. Budaya terbagi
menjadi dua yaitu abstrak dan elemen material yang memberikan
kemampuan bagi seseorang untuk mendefinisikan, mengevaluasi, dan
membedakan antarbudaya. Elemen abstrak terdiri atas nilai-nilai, sikap,
ide, tipe kepribadian, dan kesimpulan gagasan seperti agama atau politik.
Material komponen terdiri atas benda-benda seperti buku, komputer,
gedung, peralatan, dan lain-lain.
Etnisitas adalah suatu elemen penting dalam menentukan suatu budaya
dan memprediksi keinginan dan perilaku konsumen. Perilaku konsumen
adalah suatu fungsi dari perasaan etnisitas sebagaimana dengan identitas
budaya, keadaan sosial, dan tipe produk.
Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai divisi yang bersifat relatif
permanen dan homogenus dalam suatu kumpulan sosial dimana individual
atau keluarga saling bertukar nilai, gaya hidup, ketertarikan, kekayaan,
status, pendidikan, posisi ekonomi, dan perilaku yang sama. Penelitian
pemasaran seringkali berfokus pada variabel-variabel kelas sosial karena
penentuan produk apa yang akan dibeli oleh konsumen ditentukan oleh
kelas sosial.
b. Keluarga dan pengaruh rumah tangga
Secara ilmiah keluarga dapat diartikan sebagai sekelompok yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang berhubungan darah, pernikahan, atau
adopsi yang tinggal berdampingan. Sedangkan rumah tangga adalah
semua orang, baik yang berelasi maupun tidak berelasi yang menempati
sebuah unit rumah. Keluarga maupun pengaruh rumah tangga
mempengaruhi sikap pembelian konsumen. Misalnya kelahiran anak
mempengaruhi suatu keluarga untuk menambah perabotan, bahan
makanan bayi, dan lain-lain.
c. Kelompok dan pengaruh personal
Suatu perilaku konsumen tak lepas dari pengaruh kelompok dan personal
yang dianutnya. Reference group adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mempengaruhi perilaku individu secara signifikan. Reference
group dapat berupa artis, atlit, tokoh politik, kelompok musik, partai politik,
dan lain-lain. Reference group mempengaruhi dalam beberapa cara.
Pertama-tama reference group menciptakan sosialisasi atas individu.
Kedua reference group berperan penting dalam membangun dan
mengevaluasi konsep seseorang dan membandingkannya dengan orang
lain. Ketiga, reference group menjadi alat untuk mendapatkan pemenuhan
norma dalam sebuah kelompok sosial.

78
4. Perilaku Konsumen Tehadap Kemajuan Teknologi
Kemajuan TI (teknologi informasi) sekarang ini telah merubah perilaku
konsumen. Teknologi informasi yang perkembangannya sangat pesat membuat
perubahan yang sangat signifikan terhadap perilaku konsumen. Akibat
perkembangan itu perilaku konsumen telah merubah ke arah modernisasi.
Perkembangan-perkembangan tersebut secara otomatis mempengaruhi
perilaku, kebiasaan, kegiatan masyarakat yang notabenenya adalah konsumen.
Pada zaman modern ini semua kalangan bisnis memanfaatkan perilaku
konsumen untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Kecendrungan masyarakat dunia dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa
sesuai dengan trend dimanfaatkan dengan sedemikian rupa oleh para pebisnis.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi suatu
barang atau jasa namun semua yang dilakukan tidak lain untuk memenuhi
kepuasan mereka semata terutama untuk kalangan masyarakat menengah
keatas. Para sosialita cendrung menghaburkan uang mereka demi mendapatkan
apa yang mereka inginkan, bagaimanapun caranya. Kaum sosialita ini biasanya
didominasi oleh kaum selebritas, pebisnis dan pejabat.

5. Pengertian Kebiasaan Makan


Kebiasaan makan suatu kebiasaan yang mengacu pada mengapa dan
bagaimana orang makan, apa saja yang mereka makan dan dengan siapa
mereka makan, serta mereka memperoleh makanan tersebut. Dan
dipengaruhi oleh individu itu sendiri, social, budaya, keagamaan,
ekonomi, lingkungan, dan faktor politik. Kebiasaan sendiri berarti pola perilaku
yang diperoleh dari praktik yang berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan
adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya
berulang-ulang.
Menurut Guthe and Mead (1945), kebiasaan makan adalah cara-
cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan
menggunakan makanan yang tersediayang didasarkan kepada faktor-faktor
social dan budaya dimana ia hidup.
Menurut Soedikaijati (2001) kebiasaan makan adalah berhubungan dengan
tindakan untuk mengkonsumsi pangan dan mempertimbangkan dasar yang lebih
terbuka dalam hubungannya dengan apa yang biasanya orang makan, juga
berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola pangan yang
timbul dari dalam dan luarnya.
Sudirman dan kawan-kawan (1989) menyebutkan bahwa kebiasaan makan
suatu keluarga akan terlepas dari kebiasaan makan yang ada di dalam
masyarakat tempat keluarga tersebut berinteraksi.

6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan


a. Faktor Rumah dan Keluarga
Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu kalau setiap keluarga tiap
hari ke luar rumah, misalnya ayah dan ibu pergi bekerja, anak-anak pergi
kuliahdan sekolah, sudah dapat dipastikan pulangnya tidak akan sama
b. Faktor Masyarakat

79
Masyarakat yang bertempat tinggal di pegunungan umunya lebih menyukai
sayuran dan kurang menyukai ikan. Sebaliknya orang-orang yang bertempat
tinggal di pantai, karena ikan banyak sedangkan sayuran tidak ada.
c. Faktor Pribadi
Faktor pribadi ini kadang-kadang begitu kuatnya, sehingga berpengaruh
sekali terhadap kebiasaan makan. Faktor pribadi ini ada yang berpengaruh
baik, tetapi ada juga yang tidak baik.
Faktor-faktor lain yang dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan adalah
sebagai berikut :
a. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan susunan beragamanya pangan yang bisa
dikonsumsi oleh suatu negara atau daerah tertentu meliputi jumlah yang
dimakan, jenis bahan pangan dan waktu makan. Sebagian besar penduduk
miskin di daerah pedesaan hanya mengkonsumsi satu kali makam sehari. Hal
ini disebabkan kondisi ekonomi masyarakat sangat lemah serta adanya
kekurangan bahan pangan dan bahan bakar sebagai pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari. Kebiasaan makan yang salah ini sangat berpengaruh
terhadap kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. Preferensi Pangan
Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan jumlah konsumsi
pangan seseorang. Faktor penting dalam pemilihan pangan meliputi aroma,
suhu, warna, dan bentuk. Pemilihan bentuk dan tekstur makanan untuk anak-
anak, remaja dan orang dewasa, harus dibedakan agar memperoleh kesan
yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya. Pengaruh
reaksi panca indera, terhadap pangan, kesukaan pangan pribadi serta
pendekatan melalui media massa (seperti radio, televisi, pamflet dan iklan)
dapat merubah kebiasaan makan seseorang.
c. Ideologi Pangan
Pengetahuan tentang pangan dan gizi penting dimiliki oleh seorang ibu,
karena mempunyai peran besar dalam penyediaan pangan keluarga.
Konsumsi pangan yang cukup akan sumber zat gizi adalah mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat berperan penting
dalam memilih, menyusun, mengolah dan menyajikan makanan yang sehat
dan kaya akan sumber gizi.
d. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan
pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes, 1994).
Menurut Willy (1991) bahwa bagi penduduk dunia kebiasaan makan tiga kali
sehari adalah kebiasaan umum, sedangkan menurut Suhardjo (1990)
frekuensi makan dikatakan baik apabila frekuensi makan tiap harinya tiga kali
makan utama atau dua kali makan utama dengan satu kali makan selingan
dan dinilai kurang apabila frekuensi makan setiap harinya dua kali makan
atau kurang.
e. Sosial Budaya Pangan
Kegiatan budaya suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa
mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan dan
bagaimana penduduk makan.
Konsep tentang faktor yang mempengaruhi kebiasaan pangan :

80
a. Model multi dimensi yang dikemukakan Sanjur dan Scoma (1997) :
Kebiasaan makan dari empat sudut yang berbeda (functional way) terdiri dari :
 Konsumsi makan seperti kompleksitas harian (recall 24 jam)
 Preferensi seperti suka atau tidak suka, penolakan makanan
 Idiologi seperti kepercayaan masyarakat, apa yang orang anggap sebagai
makanan, dampak makanan bagi kesehatan, dan makanan yang cocok
untuk umur mereka.
 Sosial budaya seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, dan
lain-lain.
b. Children’s food consumption behavior model yang dikemukakan oleh Lund and
Burk (1969) terdiri dari :
 Kebiasaan konsumsi anak tergantung adanya sikap, pengetahuan
dan tiga motivasi utama terhadap pangan yaitu :
 Kebutuhan biologis
 Kebutuhan psikologis
 Kebutuhan sosial
 Dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah
c. An ecology viewpoint of food consumption behavior atau model Welkam (1969)
: Model ini menekankan bahwa kebiasaan konsumsi dipengaruhi oleh faktor
ekologi, terutama :
 Faktor fisik seperti produksi, pengawetan, distribusi, persiapan dan
peralatan yang terkait pangan.
 Faktor budaya seperti status sosial, peranan sosial/upacara, etika,
pembagian tugas.
d. Kedua faktor ekologi tersebut berpengaruh terhadap struktur ekonomi yang
akhirnya mempengaruhi konsumsi pangan. Keterkaitan antara komponen
ekosistem atau lingkungan dan penggunaan pangan yang dikemukakan oleh
Hartog (1995) yaitu lingkungan budaya, lingkungan alam, penduduk
mempengaruhi konsumsi pangan suatu penduduk.
5. Kaitan Teknologi Pangan dan Perilaku Konsumen Dilihat dari Kebiasaan
Makan
Perkembangan teknologi diantaranya teknologi pengolahan dan teknologi
informasi telah mengakibatkan perubahan kebisaan makan, terutama di negara
maju dan masyarakat kota besar di negara berkembang. Mereka mulai
menyadari pentingnya makanan sehat, aman, bergizi dan halal. Trend
perubahan pola makan ini berpengaruh pula pada teknologi pengolahan
makanan di negara berkembang. Produsen termasuk Usaha Kecil Menengah
(UKM) akhirnya berlomba-lomba untuk memenuhi harapan konsumen. Dengan
jumlah penduduk mencapai 230 juta jiwa, maka Indonesia merupakan market
besar berbagai produk makanan tersebut.
Konsumen kelas menengah keatas umumnya memiliki pilihan,
diantaranya membeli produk impor yang aturan keamanan pangannya sangat
ketat, bagi kalangan menengah kebawah yang daya belinya terbatas, tidak
memiliki kesempatan untuk memilih sama sekali. mereka dihadapkan pada
produk makanan murah meriah yang banyak mengandung bahan kimia sintetis.
Untuk menimbulkan rasa gurih misalnya, produsen menggunakan Mono Sodium
Glutamat (MSG) dengan dosis berlebihan. Padahal penggunaan MSG yang
berlebihan dapat mengakibatkan Chinese Syndrome dengan beberapa gejala

81
seperti kaku pada leher dan bahu. Contoh lainnya adalah penggunaan sakarin
dan aspartame pada hampir semua permen yang beredar di Indonesia.
Rantai penyediaan makanan masyarakat perdesaan umumnya sangat
pendek sehingga pemakaian bahan kimia sangat jarang. Mereka biasanya
memasak makanan yang diambil langsung dari kebun. Golongan masyarakat ini
memiliki resiko kecil terhadap bahan kimia berbahaya. Yang mulai celaka adalah
masyarakat urban yang memang tidak memiliki waktu untuk memasak, sehingga
selalu beli makanan jadi. Apalagi konsumen yang berdaya beli rendah, mereka
akan mencari makanan yang rentan bahan kimia sintetis berbahaya. Untuk
kalangan masyarakat modern, mereka sebagai kaum berpendidikan dengan
daya beli tinggi sehingga telah memiliki kesadaran untuk mengakses makanan
sehat dan bergizi tinggi.
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk
makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi
di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap
segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak
langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan
yang dikonsumsinya.
Kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan ini juga
dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang sudah semakin dinamis
dikarenakan tuntutan pekerjaan atau customer yang semakin tinggi. Kebutuhan
hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya
yang lebih keras untuk menutupi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan
yang muncul, seperti kebutuhan konsumsi yang semakin tinggi dikarenakan
keterbatasan waktu untuk keluarga tetapi dapat dipenuhi oleh keluarga tersebut.
Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi dari suatu
keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Tingginya aktivitas
masyarakat yang didorong oleh semakin tingginya kebutuhan masyarakat ini
menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau
gaya hidup, juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi.
Misalnya, orang zaman sekarang semakin sibuk dengan jam kerja lebih panjang,
mendorong mereka untuk memilih makanan yang penyajiannya lebih praktis tapi
tetap beragam.

B. PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN PANGAN


1. Pengolahan Pangan

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu


pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca
panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat
meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan,
dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses
yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di
antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, dan penyimpanan.
Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan
pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara

82
kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda
kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah
teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka
waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk
mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia.
Dengan penggunaan teknologi pangan yang tepat maka bahan
pangan akan memiliki manfaat seoptimal mungkin. Sesuai dengan yang
diharapkan bahan pangan akan menjadi nilai tambah teresendiri bagi produk
pangan tersebut pada masyarakat luas.
Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah
memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai
produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
1. Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai
produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat
direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk
serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih
efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
2. Tempe merupakan salah satu produk hasil teknologi pangan yang paling
terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Makanan hasil bioteknologi
konvensional itu dibuat melalui proses fermentasi kedelai oleh jamur dari
genus Rhizoporus. Selain protein yang tinggi, dalam tempe terkandung
enzim Lipase dan Protease. Enzim Lipase dapat mengubah lemak
menjadi asam lemak, sedangkan enzim Protease mengubah protein
menjadi Asam Amino. Kedua enzim tersebut sangat mudah dicerna oleh
tubuh manusia.
3. Roti adalah makanan pokok sebagian besar negara ini juga dihasilkan
oleh teknologi pangan melalui teknik fermentasi. Tambahan ragi yang
didalamnya terkandung jamur Saccharomyce Cerevisiae. Jenis jamur ini
memanfaatkan kandungan glukosa dalam tepung sehingga bisa
menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida tersebut akan tetap berada
dalam adonan, membuat adonan roti mengembang dan memiliki tekstur
yang ringan.
4. Yoghurt merupakan minuman yang menyegarkan dan baik untuk
pencernaan ini dihasilkan dari fermentasi bakteri Streptococcus
Termophilus, Streptococcus Lactis, dan Lactobacillus Bulgarius. Ketiga
bakteri tersebut mengubah Laktosa dalam susu menjadi Asam Laktat.
Bakteri baik atau probiotik yang dihaslkan akan membantu fungsi saluran
cerna serta melawan bakteri pathogen dalam usus sehingga dapat
mencegah kanker usus
5. Keju, tak terhitung berapa banyak pecinta kuliner satu ini, bahkan di
Indonesia pun sangat banyak penikmat keju. Sama seperti Yoghurt, Keju
juga merupakan turunan produk berbahan dasar susu yang mengalami
proses fermentasi. Sebelum diolah sebagai keju, susu dipanaskan dahulu
sampai semua bakteri mati. Nantinya susu bebas bakteri ini akan
dicampurkan dengan enzim Renin yang berasal dari usus hewan mamalia.
Efeknya, susu akan menggumpal. Gumpalan susu inilah yang diperas dan
dipadatkan, yang hasilnya kita kenal dengan nama keju.

83
2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan melalui


pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian dan penentuan produk
atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka.
Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia
meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya,
pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-
faktor apa saja yang memengaruhi perilaku tersebut.
Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu
mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumber daya yang
dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu,
termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang
membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu
produk dan jasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yaitu :

1. Faktor kebudayaan: Kebudayaan mempunyai penaruh paling luas dan


mendalam terhadap prilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya,
dan kelas social. Budaya yang merupakan karakter paling penting dari
suatu sosial yang membedakannya dari kelompok budaya lain menjadi
penentu dan keinginan dan prilaku yang paling mendasar. Masing-masing
budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan
sosialisasi.Sub budaya adalah suatu kelompok homogeny atas sejumlah
orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari keseluruhan suatu
budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya sesungguhnya
terbagi dalam strata atau kelas sosial. Kelas sosial merupakan sekelompok
orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan
diantara mereka sendiri.
2. Faktor sosial: Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari
orang sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli.
Karena itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku
konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu: kelompok acuan,
keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang
memilki pengaruh langsung terhadap sikap/prilaku seseorang. Dengan
pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat
membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian
konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung
terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari.
Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan
seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan
status pamakainya.
3. Faktor pribadi: Mulai dari bayi hingga dewasa bahkan sampai menjadi tua,
manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli
secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang
bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat
melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang
dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan
menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu

84
kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri
adalah bagaimana konsumen mempresepsikan diri mereka sendiri, yang
meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat
berguna dalam menganalisis prilaku sonsumen sehingga banyak
perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian
seseorang.
4. Faktor psikologi: Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama, yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran dan
kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang
dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui
motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh
kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi
prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa
kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan
membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.

Selain empat faktor tersebut, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi


dari stimuli pemasaran berupa bauran pemasaran yang meliputi :
a. Produk: Kebijakan produk meliputi perencanaan dan pengembangan
produk. Kegiatan ini penting terutama dalam lingkungan yang berubah-
ubah. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk menghasilkan dan
menawarkan produk yang bernilai dan sesuai dengan selera konsumen.
b. Harga: Harga suatu produk dapat dikatakan sebagai alat pemasaran
yang cukup penting, dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya.
Hal ini disebabkan misalnya karena perubahan harga suatu produk akan
mengakibatkan perubahan kebijakan saluran distribusi, dan promosi.
Meskipun disangkal bahwa suatu tingkat harga harus dapat menutup
biaya bauran pemasaran.
c. Promosi: Usaha untuk mendorong peningkatan volume penjualan yang
tampak paling agresif adalah dengan cara promosi. Dasar
pengembangan promosi adalah komunikasi.
d. Saluran distribusi: Pendistribusian produk ke pasar merupakan sebagian
dari proses pengembangan pemasaran, untuk mencapai pasar sasaran
bagi perusahaan dan tujuan khususnya yang menyangkut perencanaan
pemasaran strategis. Jauh sebelum produk selesai, manajemen harus
menentukan metode apa yang akan didayagunakan untuk
mengantarkan produk ke pasar.

3. Cara Pengolahan dan Penyimpanan Pangan Yang Baik dan Benar

Penyimpanan makanan merupakan aktivitas pengawetan makanan


secara fisik untuk melindungi dari lingkungan dan bahaya dari luar (seperti
hewan dan serangga) serta persiapan untuk dikonsumsi di waktu tertentu
(termasuk untuk kondisi darurat). Penyimpanan makanan meski bertujuan
mencegah masuknya penyakit, namun juga dapat menimbulkan penyakit
terutama jika tidak dilakukan secara higienis. Bakteri penyebab botulisme
dapat berkembang dengan baik pada kondisi tanpa oksigen yang biasanya
tercipta pada wadah yang tertutup rapat.
Makanan yang disimpan dalam kondisi beku dapat mencegah
pertumbuhan bakteri, namun tidak membunuhnya. Sehingga makanan yang

85
dikembalikan kondisinya dari pembekuan masih memiliki risiko pertumbuhan
bakteri lebih besar dibandingkan sebelum dibekukan. Menurut Marotz,
makanan yang akan dikembalikan dari kondisi beku tidak boleh dilakukan
pada kondisi temperatur ruang. Makanan tersebut harus dipanaskan dengan
oven atau microwave, dimasak langsung, atau secara perlahan dari
temperatur dingin.
Lemak dan minyak nabati maupun hewani dapat menjadi rusak
dengan cepat jika tidak disimpan dengan benar karena proses oksidasi.
Semakin tinggi kadar lemak tak jenuh gandanya, semakin cepat oksidasi
terjadi. Penyimpanan minyak dan lemak sebaiknya dilakukan dengan
pendinginan segera setelah kemasan dibuka.
Rotasi makanan adalah mengutamakan pengolahan, penyajian, dan
konsumsi makanan yang telah berada di ruang penyimpanan makanan paling
lama sehingga mencegah makanan menjadi tidak layak dan menjadi sampah
makanan. Makanan yang terlalu lama berada di dalam penyimpanan
berpotensi menjadi rusak kualitasnya dan tidak aman dikonsumsi sehingga
kemungkinan besar akan terbuang. Pemberian label pada kemasan
merupakan cara yang termudah untuk dilakukan.
Cara Menyimpan Makanan tak dipungkiri, penyimpanan dan
pengolahan makanan yang kurang baik dapat menyebabkan hilangnya zat
gizi pada bahan makanan. Jadi jangan asal memasukkan bahan makanan ke
dalam kulkas, cara pengolahannya pun akan berpengaruh pada kualitas
nutrisinya. Demikian dengan cara pengolahannya, cara pengolahan yang
kurang benar membuat nutrisi pada makanan mudah menguap.
Penyimpanan buah dan sayuran.

Buah yang paling baik dikonsumsi saat terlalu matang, buah yang
terlalu matang akan membuat kadar Indeks Glikemik (IG) di dalamnya
meningkat dan dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Ada baiknya
buah dikonsumsi paling lama 3-4 hari setelah pembelian (kondisi segar).
Penyimpanan buah, sayuran dan salad sebaiknya dalam kondisi dingin dan
gelap, seperti lemari es maupun pantry. Cahaya dan panas dapat merusak
kandungan vitamin B dan C. Namun untuk beberapa jenis buah seperti
pisang, baiknya tidak dimasukkan ke dalam lemari es.
Berlawanan dengan anggapan pada umumnya, buah dan sayuran
beku ternyata mengandung zat gizi yang sama saja dengan buah dan
sayuran segar, malah bisa lebih tinggi. Terutama jika proses pembekuannya
dilakukan sesaat setelah panen, sehingga buah dan sayuran tidak mudah
layu. Bahkan asosiasi konsumen di Inggris melakukan pengujian terhadap
sejumlah buah dan sayur-sayuran yang telah disiapkan seperti melon dan kol
brussel dengan vitamin C sebagai indikator seberapa segar dan bergizinya
makanan-makanan tersebut, mereka menemukan bahwa di antaranya
mempunyai jumlah vitamin C kurang dari setengah dari kandungannya saat
baru dipanen.
Selain membuat makanan terasa lebih enak, memasak bahan
makanan juga membuat kandungan nutrisinya lebih mudah diserap tubuh
serta meminimalisir resiko tercemarnya bakteri dan virus berbahaya. Namun
seringkali pemasakan yang kurang benar justru merusak nilai gizi pada bahan
makanan, sayur-sayuran misalnya. Sayuran yang dimasak terlalu matang

86
akan menyusut nilai gizinya. Sedangkan ikan atau daging yang digoreng
mengandung lebih banyak lemak tak jenuh dan kolesterol, perebusan atau
pengukusan sayur, ikan, daging maupun telur membuatnya lebih sehat. Tentu
dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Tidak dipungkiri bahwa makanan yang digoreng rasanya lebih lezat
daripada diolah dengan cara lain, namun sebaiknya untuk meminimalisir
kandungan lemak tak jenuh, makanan sebaiknya di tumis atau digoreng
dengan sedikit minyak. Menumis atau menggoreng dengan sedikit minyak
akan menahan kandungan vitamin B dan C yang mudah larut dengan air.
Metode ini merupakan alternatif cara pengolahan makanan yang lebih
sehat daripada digoreng dengan banyak minyak, terutama untuk ikan dan
daging olahan. Namun yang perlu diingat, membakar terlalu lama hingga
menyebabkan daging berwarna kehitaman atau gosong dapat mencetuskan
zat karsinogen yaitu senyawa penyebab kanker. Jadi jangan panggang/bakar
daging terlalu lama.
Ahli gizi meyakini bahwa mengonsumsi makanan mentah (raw food)
seperti wortel atau buah bit akan memaksimalkan kandungan nutrisinya
karena antioksidannya sensitif terhadap panas maupun air. Orang Jepang
juga gemar memakan makanan mentah seperti Sushi dan Sashimi. Mereka
meyakini bahwa beberapa makanan seperti ikan dan sayuran baik
dikonsumsi secara mentah.

C. TEKNOLOGI DAN PERILAKU MAKAN


1. Aspek Gengsi Sosial

Bicara mengenai gengsi sosial, konsep ini memang sangat abstrak


untuk diartikan, tetapi secara garis besar gengsi sosial adalah sesuatu yg
terdapat pada diri kita sendiri yang terkadang membuat kita berbuat sesuatu
yang tidak ingin kita lakukan, kita melakukannya hanya untuk mendapat
pengakuan, atau mungkin sebaliknya, membuat kita tidak mau melakukan
sesuatu karena dianggap bisa menurunkan gengsi.
Gengsi sosial ini memang sudah ada pada masyarakat Indonesia
diseluruh kalangan, dari masyarakat yang kompleks yang hidup di perkotaan
sampai pada masyarakat yang ada di pedesaan yang kuat sekali kultur
kedaerahan, dalam artian gengsi sosial sekarang ini telah ada disetiap tatanan
masyarakat. Gengsi sosial berkaitan erat dengan status sosial. Dia berusaha
mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial, kira-kira untuk
membangkitkan keengganan orang lain atau mengangkat harkat dan
martabatnya.
Rasa kepuasan hati karena merasa mendapatkan pujian dari
lingkungan, seorang kaum sosialita yang hidup dilingkungan yang mewah dan
terkenal seperti artis/aktor akan mempengaruhi pola makanan yang
berhubungan dengan masalah gizi. Dia terbiasa hidup mewah dan makan di
tempat-tempat mewah seperti di café-cafe yang makanannya siap saji,
sehingga dia akan mendapatkan pujian dari orang-orang dilingkungan
sosialitanya dan para pengemarnya. Sehingga makanan dicafe-cafe siap saji
tersebut menjadi tren di kalangan pengemarnya. Jika dia tidak melakukan hal-
hal tersebut maka dia merasa tidak mendapatkan pujian atau gengsi. Padahal

87
makanan siap saji tidak baik untuk tubuh karena kebanyakan makanan
tersebut tidak baik dalam pengolahan dan penambahan zat–zat bebahaya di
dalam makanan.
Kebijakan pemerintah untuk makan dengan singkong di suatu wilayah
dibuat untuk seluruh masyarakat di wilayah tersebut, singkong juga dapat di
jadikan makanan pokok. Namun ada sebagian pejabat dan isteri pejabat
tersebut yang tetap makan nasi. Mereka merasa singkong adalah makanan
kelas bawah dan merasa malu untuk memakannya. Dari segi nilai gizinya
singkong sama dengan beras, akan tetapi harga singkong lebih murah dari
beras, hal iniah yang menyebabkan isteri pejabat tersebut tidak mau
mengkonsumsu singkong sebagai makanan pokok, karena mereka
menganggap singkong adalah makanan kaum miskin.
Dalam suatu waktu negara Amarika Serikat mengimpor bahan
makanan yang dinamakan dengan bulgur wheat yaitu bahan makanan pokok
untuk menganti makanan pokok indonesia. Karena bahan makanan baru dan
bahan makanan impor masyarakat dengan gengsi sosialnya cenderung
mengkonsumsi makanan tersebut dan menganti nasi dengan makanan itu.
Masyarakat mengkonsumsi bulgur wheat tanpa pengetahuan gizi sama sekali
dan hanya karena gengsi saja

2. Faktor Pendukung Kekurangan Gizi dari Aspek Gengsi Sosial

Aspek gengsi sosial adalah aspek dimana seseorang mementingkan


materi untuk bergaya atau modif dibandingkan untuk makan makanan yang
bergizi dan beragam. Dimana prilaku ini merupakam penyakit bagi masyarakat
di Indonesia di seluruh kalangan dan disetiap tatanan masyarakar. Orang yang
bergengsi sosial biasanya erat dengan status sosial. Dia berusaha
mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial untuk membangkitkan
keengganan orang lain untuk mengangkat harkat dan martabatnya.
Aspek sosial merupakan faktor pendukung terjadinya kekurangan gizi.
Contohnya seseorang yang memiliki ekonomi cukup untuk makan, lebih
mementingan membeli berpakaian yang bermotif mahal dibanding membeli
makanan yang beragam kandungan gizi yang harganya terjangkau, kasus ini
menyebabkan orang tersebut menjadi tidak tercukupi angka kecukupan
gizinya.

3. Faktor Pendukung Kelebihan Gizi dari Aspek Gengsi Sosial

Aspek gengsi sosial hampir meracuni masyarakat indonesia dari


berbagai kalangan, seseorang lebih sering menghabiskan uangnya untuk
makan makanan direstoran mahal (junk food) yang tidak jelas kandungan
gizinya karena hanya ingin dipandang sebagai orang kaya . Setelah memakan
makanan tersebut tidur di hotel berbintang sehingga lemak tidak diproses
menjadi energi. Terjadilah penumpukan lemak yang dapat menyebabkan
obesitas.
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak
sesuai dengan konsep kesehatan. Contohnya adalah orang bangga jika makan
beras yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai

88
lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding
makan ikan kutuk/lele.

4. Dampak Ketidak Seimbangan Status Gizi

Kira-kira dampak apa yang akan terjadi apabila jumlah konsumsi


makanan yang kurang dan asupan zat gizi yang tidak seimbang terus terjadi
seperti pada temuan di atas? Berikut ini beberapa analisa risiko yang bisa
terjadi:
a. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir
Asupan zat gizi anak sekolah masih sangat memprihatinkan. Padahal
asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki
kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus
bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh
terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Karena organ otak
mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila kekurangan gizi
dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh karena
itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi
menurun. Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena mereka
adalah generasi penerus bangsa. Sehingga kewajiban kita sebagai orang
tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak.
Kualitas bangsa di masa depan ditentukan anak-anak saat ini.
b. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan
Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan
kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak
peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan
keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang
diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi
menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah
terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini
dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh
kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Pada masa
tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada
anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga
dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan
pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu,
pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin,
agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada
kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di
daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya
pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.
c. Ancaman malnutrisi dan penyakit
Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat
menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau
dalam kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila
tidak ditanggani sedini mungkin. Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit
lain yang disebabkan makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang
mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet
(formalin, borax), pewarna sintetik, penyedap (MSG) dapat terakumulasi

89
pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan
tumor. Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka
ancamannya berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan
vitamin A (KVA), bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu
komunitas terutama daerah endemik.

5. Yang Harus Dilakukan Agar Masyarakat Mempunyai Gizi Seimbang

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus


menerus karena kompleksnya permasalahan dan keterbatasan sumber daya.
Karena itu harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait.
Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah rumah tangga sangat miskin
membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta
menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya
di bangku sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu
orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga.
Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah gizi agar
tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara:
Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih
biak lagi tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat
menjadi suatu cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama
pada anak-anak. Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari
penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya.
Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat
malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu. Hipertiroid,
misalnya. Meski kita sudah makan banyak tetapi berat malah turun atau juga
gejala kencing manis, makan banyak tetapi berat secara drastis merosot.
Berat badan jika digabung dengan parameter lain, misalnya: tinggi badan,
dapat digunakan untuk mengetahui massa tubuh kita dengan menggunakan
Rumus IMT yaitu berat badan (kg): tinggi badan (m)2 jika hasilnya 18,5
sampai 25, maka IMT kita tergolong normal. Tetapi jika nilainya lebih 25,
berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5 maka termasuk kurang.
a. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari lebih baik tiga hari,
dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah
dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah
yang kita makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga,
zat pembangunatau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi
untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup
atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah
yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat
semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang
mungkin muncul di masa mendatang.
b. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum
kenyang, makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali
makan dengan porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu,
selain dapat menjenuhkan siklus asam sitrat yaitu siklus yang
menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita.

90
Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun
menjadi lemak. Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan
mengakibatkan produksi radikal bebas yang banyak. Padahal kita tahu,
radikal bebas adalah salah satu penyebab terjadinya kanker. Pemerintah
harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan berbagai
masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru.

91
PERANAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN KEBIASAAN MAKAN ANAK DAN
IBU MENYUSUI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, sangat menentukan kemajuan
pembangunan bangsa dan Negara. Keberadaan keluarga tidak terlepas dari kondisi
masyarakat sekitarnya, sebaliknya warna suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh
peri kehidupan keluarga-keluarga sebagai pembentuk masyarakat.

A. Bentuk Keluarga
Secara garis besar keluarga dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu 1)
keluarga inti dan 2) keluarga dalam arti luas. Keluarga inti terdiri dari suami-istri
dan anak-anaknya, sedangkan keluarga dalam arti luas terdiri dari beberapa
generasi, selain orang tua dan anak-anaknya terdpat pula nenek, kakek, paman,
bibi, saudara sepupu, menantu dan cucu. Kebutuhan hidup ini ditanggung oleh
kepala keluarga.
B. Perubahan-Perubahan dalam Hidup Keluarga
Kehidupan anggota keluarga adalah dinamis, mereka kadang berpindah
dari satu lingkungan ke lingkungan lain oleh banyak tujuan, atau sekedar
ketempat lain mencari nafkah dan kembali kerumah setiap hari. Keluarga yang
dinamis ini, akan selalu bersentuhan dengan orang lain yang sebudaya atau
bahkan dengan orang lain yang berlaianan budaya. Sentuhan bu8daya ini, dapat
juga terjadi tanpa bersentuhan langsung secara fisik, tapi dalam bentuk yang
lain melalui berbagai media, seperti media cetak dan media elektrionik.
Sentuhan-sentuhan ini dapat menambah pengetahuan dan mengenal lebih
banyak teknologi terkini/modern, yang kesemuanya dapat membawa perubahan
dalam kehidupan keluarga, khususnya perubahan-perubahan sosial keluarga
dan anggotanya.
Keluarga pedesaan menjadi keluarga perkotaan. Tata kehidupan
keluarga pedesaan dapat berubah, ketika keluarga pedesaan banyak
berinteraksi dengan keluarga-keluarga di perkotaan. Interaksi ini terjadi oleh
banyak sebab seperti bekerja mencari nafkah atau menuntut ilmu ke jenjang
yang lebih tinggi.
Keluarga dalam arti luas menjadi keluarga inti. Dengan berubahnya
gaya hidup yang disertai dengan bertambahnya kebutuhan hidup anggota
keluarga, seperti untuk biaya pendidikan, biaya sandang dan pangan yang lebih
mahal, maka kepala keluarga merasa berat untuk menanggung biaya hidup
untuk seluruh anggota keluarga dalam arti luas. Karena itu kepala keluarga
berusaha untuk membangun keluarganya ke dalam bentuk keluarga inti, lepas
dari anggota keluarga lainnya selainistri dan anak-anaknya.
Keluarga yang menetap menjadi keluarga yang berpindah-pindah
karena tuntutan pekerjaan dan alasan menambah penghasilan keluarga,
keluarga dapat berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lainnya.
Perpindahan ini memberi pengaruh bagi tata kehidupan di dalam keluarga ,
seperti bila sebelumnya keluarga di pedesaan atau daerah asalnya
menghasilkan sendiri beberapa jenis bahan makanan keluarga (swasembada),
maka didaerah yang baru mereka menjadi keluarga yang konsumtif, semua
kebutuhan makanannya diperoleh dengan cara membeli. Bila di daerah asalnya
yang mencari nafkah hanya kepala keluarga, di daerah baru istri dan anak-
anaknya mungkin juga turut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang lebih tinggi.

92
C. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menjadi bervariasi antara corak masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya, dan antara buidaya yang satu dengan budaya
lainnya. Secara garis besar, fungsi keluarga antara lain:
1. Fungsi biologis
2. Fungsi ekonomis
3. Fungsi sosial psikologis dan
4. Fungsi edukatif
D. Kebutuhan dan Sumber Daya Keluarga
Kebutuhan antara keluarga satu dengan keluarga lainnya berbeda-beda,
dipengaruhi oleh
1. Pandangan hidup keluarga
2. Nilai-nilai hidup keluarga
3. Tujuan hidup keluarga
4. Tingkat kehidupan yang diinginkan
Pandangan hidup keluarga menjadi dasar utama dari aktivitas keluarga.
Pandangan hidup ini akan menetukan nilai hidup, yang selanjutnya akan
menentukantujuan hidup dan tingkat kehidupan keluarga. Nilai-nilai hidup setiap
orang dan setiap keluarga tidak sama. Apa yang menjadi nilai hidup, merupakan
cit-cita yang akan dicapai. Nilai hidup ini dapat berubah dengan perubahan
pandangan hidup seseorang atau keluarga.
Tujuan hidup keluarga adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh keluarga
dalam membina keluarganya. Tujuan hidup ini tidak terlepas dari nilai-nilai
hidupnya, jadi merupakan akibat dari pandangan hidupnya. Tujuan hidupdapat
berubah karena pengaruh lingkungan, pengalaman dan pertambahan usia.
Penting bagi keluarga untuk menentukan tujuan hidup yang wajar, realistis dan
dapat dicapai. Sedangkan tingkatan hidup atau “standart of living” merupakan
patokan yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Patokan
tingkatan hidup keluarga tidak bersifat tetap, ia dapat berubah menjadi lebih
tinggi, bila patokan hidup sebelumnya telah dicapai. Tingkatan hidup yang ingin
dicapai ini merupakan manifestasi dan rangkaian pandangan hidup, nilai hidup
dan tujuan hidup seseorang atau keluarga.
Bentuk-Bentuk Kebutuhan Keluarga
Secara garis besar, terdapat dua macam kebutuhan keluarga yakni
1. Kebutuhan jasmaniah: meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan
2. Kebutuhan Rohaniah: Kebutuhan yang berhubungan dengan mental
intelektual meliputi kebutuhan emosional (rasa saling mencintai, saling
mengasihi), kebutuhan sosial (saling menerima dan menghargai, saling
mendengar dan merasakan, dll), kebutuhan religi/spiritual dan kebutuhan
intelektual.
Sumberdaya Keluarga
Sumberdaya yang dimiliki keluarga berupa sumberdaya manusia,
sumberdaya materi/alam dan sumberdaya antara. Sumberdaya pada diri
manusia dalam keluarga berupa jumlah individu, umur dan jenis kelamin,
keterampilan, pengetahuan, kreatifitas dan tingkat kesehatannya. Sumberdaya
material berupa lahan yang dimiliki, pendapatan dan harta benda lainnya.
Sedangkan sumberdaya antara berupa kesempatan waktu yang dimiliki,
hubungan antar anggota dalam keluarga dan dengan keluarga lain yang saling
memahami, saling membantu, gotong royong dan sebagainya.

93
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, EGC.


Arifin, Z. 2016. Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Gizi Kurang Di Pondok Bersalin
Tri Sakti Balong Tani Kecamatan Jabon–Sidoarjo. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 1, 16-29.
Banudi, L. 2013. Gizi Kesehatan Reproduksi: Buku Saku Bidan, Jakarta, EGC.
Habsy, B. A. 2017. Filosofi ilmu bimbingan dan konseling Indonesia. JP (Jurnal Pendidikan): Teori dan
Praktik, 2, 1-11.
Herlina, M. 2017. SOSIOLOGI KESEHATAN (Paradigma Konstruksi Sosial Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Perspektif Peter L. Berger & Thomas Luckmann).
Husaini, H., Rahman, F., Lenie, M. & Rahayu, A. 2017. Buku Ajar Antropologi Sosial Kesehatan.
Universitas Lambung Mangkurat Press.
Koentjaraningrat 2004. Pembangunan, Jakarta
Kristiyanti, R. & Khuzaiyah, S. 2019. KARAKTERISTIK IBU NIFAS YANG BERPANTANG MAKANAN.
Proceeding of The URECOL, 355-359.
Lubis, L. A. 2002. Komunikasi antar budaya.
Maulana, N. 2014. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Yogyakarta, Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional RI.
Mulia, A. 2013. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi
Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010.
Ngafifi, M. 2014. Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif sosial budaya. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2.
Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta, EGC.
Syamsuddin 2018. Dasar-Dasar Penerapan Antropologi Kesehatan, Jakarta, Wade Group.
Winarno, F. G. 2019. Kimia pangan dan gizi.

94
95

Anda mungkin juga menyukai