Anda di halaman 1dari 117

5.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara


Nomor : PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-
09/MBU/2012;
6. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Wakil Pemerintah Sebagai Pemilik Modal Perusahaan
Umum (Perum) BULOG Nomor : SK-115/MBU/04/2018
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-
Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) BULOG;
7. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Wakil Pemerintah Sebagai Pemilik Modal Perusahaan
Umum (Perum) BULOG Nomor : SK-182/MBU/06/2018
tentang Pemberhentian, Pengalihan Tugas dan
Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Umum (Perum) BULOG;
8. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Wakil Pemerintah Sebagai Pemilik Modal Perusahaan
Umum (Perum) BULOG Nomor : SK-267/MBU/10/2018
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-
Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) BULOG;
9. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Wakil Pemerintah Sebagai Pemilik Modal Perusahaan
Umum (Perum) BULOG Nomor : SK-165/MBU/07/2019
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-
Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) BULOG;
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Umum
(Perum) BULOG Nomor: SK-270/MBU/11/2019 tentang
Pengangkatan Wakil Direktur Utama Perusahaan Umum
(Perum) BULOG;
11. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Umum
(Perum) BULOG Nomor: SK-31/MBU/01/2020 tentang
Pemberhentian , Pengalihan Tugas dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Utama Perusahaan
Umum (Perum) BULOG;

2
12. Peraturan Bersama Antara Direksi dan Dewan Pengawas
Perusahaan Umum BULOG Nomor :
PD-17/DU000/06/2020 / KEP-06/DW000/06/2020 tentang
Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance);
13. Peraturan Direksi Perusahaan Umum (Perum) BULOG
Nomor : PD-10/DS000/06/2019 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perusahaan Umum (Perum) BULOG
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi
Perusahaan Umum (Perum) BULOG Nomor :
PD-13/DS000/05/2020;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)


BULOG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG.

BAB I
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 1
(1) Perusahaan Umum (Perum) BULOG yang selanjutnya dalam peraturan ini
disebut Perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, yang seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham, yang menyelenggarakan usaha logistik
pangan serta usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan
tujuan Perusahaan.
(2) Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat membuka
cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar wilayah
Negara Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi dengan
persetujuan Dewan Pengawas.
(3) Perusahaan dipimpin oleh Direksi sebagai organ Perusahaan yang bertanggung
jawab kepada Pemilik Modal dalam kebijakan untuk menjalankan tugas pokok
Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
(4) Dewan Pengawas sebagai organ Perusahaan yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan pengurusan Perusahaan.

3
Pasal 2
Perusahaan mempunyai tugas menyelenggarakan usaha di bidang logistik pangan serta
optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan yang sehat.

Pasal 3
(1) Pemerintah melanjutkan penugasan kepada Perusahaan untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dalam rangka ketahanan pangan nasional, berupa:
a. pengamanan harga pangan pokok beras di tingkat produsen dan konsumen;
b. pengelolaan cadangan pangan pokok beras Pemerintah;
c. penyediaan dan pendistribusian pangan pokok beras kepada golongan
masyarakat tertentu; dan
d. pelaksanaan impor beras dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain melanjutkan penugasan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah memberikan penugasan kepada Perusahaan untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dalam rangka ketahanan pangan, berupa:
a. pengembangan industri berbasis beras, termasuk produksi padi/gabah serta
pengolahan gabah dan beras; dan
b. pengembangan pergudangan beras.
(3) Dalam rangka ketahanan pangan nasional, Pemerintah dapat memberikan
penugasan khusus kepada Perusahaan untuk melakukan:
a. pengamanan harga pangan lainnya;
b. pengelolaan cadangan pangan Pemerintah untuk pangan lainnya;
c. penyediaan dan pendistribusian pangan lainnya;
d. pelaksanaan impor pangan lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pengembangan industri berbasis pangan lainnya; dan
f. pengembangan pergudangan pangan lainnya.

4
Pasal 4
(1) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3, Perusahaan mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup pengadaan;
b. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup operasional dan pelayanan
publik;
c. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup komersial;
d. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup pengembangan bisnis dan
industri;
e. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup pengelolaan keuangan;
f. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Umum;
g. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup audit internal;
h. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup pengelolaan
kesekretariatan;
i. penyelenggaraan kegiatan dalam ruang lingkup Corporate University.

Bagian Kedua
SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5
(1) Organisasi Perusahaan disusun dalam 2 (dua) tingkat yaitu:
a. Tingkat Pusat;
b. Tingkat Daerah.
(2) Struktur organisasi Kantor Pusat adalah sebagaimana digambarkan pada
Lampiran I Peraturan ini.

Pasal 6
Organisasi Tingkat Pusat terdiri dari:
a. Direksi;
b. Direktorat Pengadaan;
c. Direktorat Operasional dan Pelayanan Publik;
d. Direktorat Komersial;
e. Direktorat Pengembangan Bisnis dan Industri;

5
f. Direktorat Keuangan;
g. Direktorat SDM dan Umum;
h. Satuan Pengawasan Intern;
i. Sekretariat Perusahaan;
j. BULOG Corporate University.

Pasal 7
(1) Organisasi tingkat daerah terdiri dari:
a. Kantor Wilayah;
b. Kantor Cabang.
(2) Organisasi tingkat daerah diatur dalam Peraturan Direksi tersendiri.

BAB II
DIREKSI
Pasal 8
(1) Direksi mempunyai tugas pokok menjalankan segala tindakan yang berkaitan
dengan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan di dalam
dan/atau di luar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, dengan
pembatasan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Susunan anggota Direksi mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara selaku Pemilik Modal Perusahaan Umum (Perum)
BULOG.

Pasal 9

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut sebagaimana dalam Pasal 8, Direksi


mempunyai fungsi :
a. perumusan, penetapan sasaran, strategi dan kebijakan Perusahaan berikut
kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemilik
Modal;
b. penetapan pengembangan organisasi dan manajemen Perusahaan;
c. pengembangan sarana dan prasarana Perusahaan;

6
d. penyiapan rencana kerja dan anggaran serta penyampaian laporan
pertanggungjawaban dan perhitungan hasil usaha Perusahaan menurut cara dan
waktu yang telah ditetapkan oleh Pemilik Modal;
e. dan pengendalian pengelolaan Perusahaan.

Pasal 10
(1) Direksi menyelenggarakan Rapat Direksi yang merupakan sarana pengambilan
keputusan untuk hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan.
(2) Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setiap
bulan dan untuk setiap rapat dibuatkan risalah rapat.
(3) Keputusan Rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat, namun
dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
(4) Tata cara penyelenggaraan Rapat Direksi diatur tersendiri dalam Peraturan Direksi
yang mengacu pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Pasal 11
Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan dan melakukan tugas lain sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Pemilik Modal;
b. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan Direksi yang dilakukan oleh para Direktur
dan mengendalikan pelaksanaan tugas pengawasan internal dan kesekretariatan
Perusahaan;
c. Mengintegrasikan dan mensinergikan, pengelolaan dan penggunaan sumber daya
untuk mencapai maksud, tujuan serta kegiatan usaha Perusahaan;
d. Melaksanakan rencana-rencana dan kebijakan Perusahaan yang telah dirumuskan
oleh Direksi;
e. Menandatangani surat-surat yang bersifat strategis dan kebijakan umum
Perusahaan yang diketahui oleh para Direktur;
f. Mengendalikan terlaksananya pemeriksaan intern Perusahaan dan menyampaikan
laporan hasil pemeriksaan Satuan Pengawas Intern kepada seluruh anggota
Direksi, untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam Rapat Direksi.

7
Pasal 12
Wakil Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang- undangan dan melakukan tugas
lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemilik Modal;
b. Membantu mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan Direksi yang dilakukan oleh
para Direktur dan membantu mengendalikan pelaksanaan tugas pengawasan
internal dan kesekretariatan Perusahaan;
c. Membantu mengintegrasikan dan mensinergikan kebijakan, pengelolaan dan
penggunaan sumber daya untuk mencapai maksud, tujuan serta kegiatan usaha
Perusahaan;
d. Membantu melaksanakan rencana-rencana dan kebijakan Perusahaan yang telah
dirumuskan oleh Direksi;
e. Membantu mengendalikan terlaksananya pemeriksaan intern Perusahaan dan
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan Satuan Pengawas Intern kepada seluruh
anggota Direksi, untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam Rapat Direksi;
f. Membantu meningkatkan koordinasi antara Perusahaan dengan stakeholders,
khususnya Kementerian/Lembaga dan lembaga keuangan terkait;
g. Mewakili Direktur Utama berdasarkan penugasan secara lisan/tertulis dari Direktur
Utama dan melaporkan hasilnya kepada Direktur Utama.

Pasal 13
(1) Direktur mempunyai tugas :
a. melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan;
b. Menetapkan kebijakan atas nama Direksi untuk kepentingan Perusahaan ;
c. memberikan bahan masukan, pertimbangan dan saran-saran guna penetapan
kebijakan atau keputusan Direksi yang berlaku secara korporat kepada Direktur
Utama serta menyusun program kerja bidang sesuai peraturan perundang-
undangan;
d. bertanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran pada Direktorat masing-
masing;
e. bertindak atas nama Direksi untuk kepentingan Perusahaan;
f. memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan dan tata laksana direktorat
Perum BULOG.
(2) Disamping tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Direktur
menyelenggarakan pengelolaan dan supervisi pada direktorat yang dipimpinnya.

8
BAB III
DIREKTORAT PENGADAAN

Pasal 14
Direktorat Pengadaan mempunyai tugas pokok menetapkan kebijakan dan
menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup kegiatan pengadaan
gabah/beras dan pangan lainnya, program budidaya pertanian (on farm), dan program
lumbung pangan, serta pengadaan barang dan jasa.

Pasal 15
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,
Direktorat Pengadaan mempunyai fungsi mengarahkan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengadaan gabah/beras, program
budidaya pertanian (on farm), dan program lumbung pangan;
b. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengadaan produk pangan lainnya;
c. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang dan jasa.

Pasal 16
Direktorat Pengadaan terdiri dari:
a. Divisi Pengadaan Beras dan On Farm;
b. Divisi Pengadaan Pangan Lain;
c. Divisi Pengadaan Barang dan Jasa.

Bagian Kesatu
Divisi Pengadaan Beras dan On Farm

Pasal 17

Divisi Pengadaan Beras dan On Farm mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan
dan menyelenggarakan kegiatan pengadaan gabah/beras produksi dalam negeri
maupun luar negeri, program kemitraan pengadaan dan budidaya pertanian (on farm)
secara mandiri maupun dengan pola kerjasama kemitraan atau sinergi antar badan
usaha dan program lumbung pangan.

9
Pasal 18

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Divisi
Pengadaan Beras dan On Farm mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengadaan beras;
b. penyelenggaraan kegiatan pengadaan gabah;
c. penyelenggaraan program kemitraan pengadaan dan budidaya pertanian (on
farm) secara mandiri maupun dengan pola kerjasama kemitraan atau sinergi antar
badan usaha dan program lumbung pangan.

Pasal 19

Divisi Pengadaan Beras dan On Farm terdiri dari :


a. Subdivisi Pengadaan Beras;
b. Subdivisi Pengadaan Gabah;
c. Subdivisi Kemitraan dan On Farm.

Pasal 20

Subdivisi Pengadaan Beras mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasi


dan administrasi pengadaan beras hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengadaan beras.

Pasal 21

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Subdivisi
Pengadaan Beras mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasi pengadaan beras;
b. pelaksanaan kegiatan administrasi pengadaan beras.

Pasal 22

Subdivisi Pengadaan Beras membawahi :


a. Fungsional Analis Pengadaan Beras;
b. Fungsional Administrator Pengadaan Beras.

10
Pasal 23

(1) Analis Pengadaan Beras mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang
pengadaan beras, meliputi : penyiapan kegiatan pengadaan beras, analisis
perkiraan kebutuhan pengadaan beras, analisa kebutuhan bahan pendukung
untuk PSO, pelaporan realisasi pengadaan beras; analisis perencanaan seleksi
dan evaluasi mitra kerja pengadaan beras, pendataan dan pemutakhiran data
mitra kerja secara berkala, pembinaaan, pemberdayaan dan
pemantauan/evaluasi mitra kerja.
(2) Administrator Pengadaan Beras mempunyai tugas melakukan kegiatan
administrasi dalam bidang pengadaan beras, meliputi : penyediaan,
pendistribusian, dan pemantauan biaya pengadaan beras, biaya eksploitasi,
bahan pendukung untuk PSO; penyiapan administrasi pengadaan beras dan
bahan pendukung seperti perjanjian jual-beli, perijinan impor, Letter of Credit (L/C)
dan dokumen administrasi lainnya yang diperlukan; pelaporan biaya pengadaan
beras hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri.

Pasal 24

Subdivisi Pengadaan Gabah mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasi


dan administrasi pengadaan gabah hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengadaan gabah.

Pasal 25

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Subdivisi
Pengadaan Gabah mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasi pengadaan gabah;
b. pelaksanaan kegiatan administrasi pengadaan gabah.

Pasal 26

Subdivisi Pengadaan Gabah membawahi :


a. Fungsional Analis Pengadaan Gabah;
b. Fungsional Administrator Pengadaan Gabah.

11
Pasal 27
(1) Analis Pengadaan Gabah mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang
pengadaan gabah, meliputi : penyiapan kegiatan pengadaan gabah, analisis
perkiraan kebutuhan pengadaan gabah dan bahan pendukung, pelaporan realisasi
pengadaan gabah, analisis perencanaan seleksi dan evaluasi mitra kerja
pengadaan gabah, pendataan dan pemutakhiran data mitra kerja secara berkala,
pembinaaan, pemberdayaan dan pemantauan/evaluasi mitra kerja.
(2) Administrator Pengadaan Gabah mempunyai tugas melakukan kegiatan
administrasi dalam bidang pengadaaan gabah, meliputi : penyediaan,
pendistribusian, dan pemantauan biaya pengadaan gabah, biaya eksploitasi,
bahan pendukung; penyiapan administrasi pengadaan gabah dan bahan
pendukung seperti perjanjian jual-beli, perijinan impor, Letter of Credit (L/C) dan
dokumen lain yang diperlukan; pelaporan biaya pengadaan gabah hasil produksi
dalam negeri maupun luar negeri.

Pasal 28

Subdivisi Kemitraan dan On Farm mempunyai tugas pokok melaksanakan


pengelolaan mitra budidaya pertanian (on farm) dan lumbung pangan; program
budidaya pertanian (on farm) secara swakelola/mandiri maupun dengan pola
kerjasama kemitraan atau sinergi antar badan usaha, pengelolaan program lumbung
pangan; penyediaan sarana produksi dan alat mesin pertanian untuk kebutuhan on
farm, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang program kemitraan
dan on farm.

Pasal 29

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Subdivisi
Kemitraan dan On Farm mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengelolaan mitra on farm dan lumbung pangan;
b. pelaksanaan program budidaya pertanian (on farm) secara swakelola/mandiri dan
kerjasama kemitraan atau sinergi antar badan usaha serta program lumbung
pangan.

Pasal 30

Subdivisi Kemitraan dan On Farm membawahi Fungsional Analis On Farm.

12
Pasal 31

Analis On Farm mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis perencanaan budidaya


pertanian, analisis penyediaan lahan pertanian, analisis perencanaan seleksi, evaluasi
dan pengelolaan data mitra budidaya pertanian dan lumbung pangan; pembinaan
teknis dan administrasi budidaya pertanian, penyediaan modal dan sarana produksi
serta alat mesin pertanian untuk program on farm serta pelaporan pelaksanaan
program budidaya pertanian (padi dan pangan lainnya) secara swakelola/ mandiri atau
kemitraan/sinergi antar badan usaha serta pemantauan; analisis, perencanaan,
pendataan secara berkala, pembinaan, pemberdayaan dan pemantauan program
lumbung pangan; evaluasi dan pelaporan program on farm dan lumbung pangan.

Bagian Kedua
Divisi Pengadaan Pangan Lain

Pasal 32

Divisi Pengadaan Pangan Lain mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan kegiatan pengadaan pangan antara lain jagung, kedelai, bawang,
cabe, gula, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, daging kerbau, daging ayam,
telur ayam dan lainnya dari hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri.

Pasal 33

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Divisi
Pengadaan Pangan Lain mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengadaan pangan serealia dan hasil industri, antara
lain: jagung, kedelai, gula, tepung terigu, minyak goreng, dan lainnya;
b. penyelenggaraan kegiatan pengadaan pangan hortikultura, peternakan dan
perikanan, antara lain : cabai, bawang, daging sapi, daging kerbau, daging ayam,
telur ayam, ikan, dan lainnya.

Pasal 34

Divisi Pengadaan Pangan Lain terdiri dari :


a. Subdivisi Pengadaan Non Beras I;
b. Subdivisi Pengadaan Non Beras II.

13
Pasal 35

Subdivisi Pengadaan Non Beras I mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan


pengadaan pangan serealia (jagung, kedelai) dan hasil industri (gula, tepung terigu,
minyak goreng, dan lainnya) dari hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengadaan pangan
serealia dan hasil industri.

Pasal 36

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, Subdivisi
Pengadaan Non Beras I mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengadaan pangan serealia (jagung dan kedelai);
b. pelaksanaan kegiatan pengadaan hasil industri (gula, tepung terigu, minyak
goreng, dan lainnya)

Pasal 37

Subdivisi Pengadaan Non Beras I membawahi Fungsional Analis Pengadaan Non


Beras I.

Pasal 38

Analis Pengadaan Non Beras I mempunyai tugas melakukan penyiapan kegiatan


pengadaan, analisis perkiraan kebutuhan pengadaan pangan dan bahan pendukung;
analisis perencanaan seleksi dan evaluasi mitra kerja pengadaan serealia dan hasil
industri, pendataan dan pemutakhiran data mitra kerja secara berkala, pembinaaan,
pemberdayaan dan pemantauan/evaluasi mitra kerja, pelaporan realisasi pengadaan;
penyediaan, pendistribusian, dan pemantauan biaya pengadaan dan biaya eksploitasi;
penyiapan administrasi pengadaan seperti perjanjian jual-beli, perijinan impor, Letter
of Credit (L/C) dan dokumen lain yang diperlukan; pelaporan biaya pengadaan hasil
produksi dalam negeri maupun luar negeri; serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan
kegiatan pengadaan serealia (jagung, kedelai) dan hasil industri (gula, tepung terigu,
minyak goreng, dan lainnya) serta bahan pendukung.

14
Pasal 39

Subdivisi Pengadaan Non Beras II mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan


pengadaan pangan hortikultura (cabai, bawang, dan lainnya) dan hasil peternakan
dan perikanan (daging sapi, daging kerbau, daging ayam, telur ayam, ikan, dan
lainnya) dari hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengadaan pangan hortikultura, hasil
peternakan dan perikanan.

Pasal 40

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Subdivisi
Pengadaan Non Beras II mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengadaan pangan hortikultura;
b. pelaksanaan kegiatan pengadaan pangan hasil peternakan dan perikanan.

Pasal 41

Subdivisi Pengadaan Non Beras II membawahi Fungsional Analis Pengadaan Non


Beras II.

Pasal 42
Analis Pengadaan Non Beras II mempunyai tugas melakukan penyiapan kegiatan
pengadaan, analisis perkiraan kebutuhan pengadaan pangan dan bahan pendukung;
analisis perencanaan seleksi dan evaluasi mitra kerja pengadaan hortikultura (cabai,
bawang, dan lainnya) dan hasil peternakan dan perikanan, pendataan dan
pemutakhiran data mitra kerja secara berkala, pembinaaan, pemberdayaan dan
pemantauan/evaluasi mitra kerja, pelaporan realisasi pengadaan; penyediaan,
pendistribusian, dan pemantauan biaya pengadaan dan biaya eksploitasi; penyiapan
administrasi pengadaan seperti perjanjian jual-beli, perijinan impor, Letter of Credit
(L/C) dan dokumen lain yang diperlukan; pelaporan biaya pengadaan hasil produksi
dalam negeri maupun luar negeri; serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
pengadaan hortikultura (cabai, bawang, dan lainnya) dan hasil peternakan dan
perikanan (daging sapi, daging kerbau, daging ayam, telur ayam, ikan, dan lainnya)
serta bahan pendukung.

15
Bagian Ketiga
Divisi Pengadaan Barang dan Jasa

Pasal 43

Divisi Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan kegiatan perencanaan, administrasi, evaluasi, dan
penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa, serta analisis dan evaluasi harga
perkiraan sendiri.

Pasal 44

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, Divisi
Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan perencanaan, administrasi dan evaluasi pengadaan
barang dan jasa;
b. penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang dan jasa;
c. penyelenggaraan kegiatan analisis dan evaluasi harga perkiraan sendiri.

Pasal 45
Divisi Pengadaan Barang dan Jasa terdiri dari:
a. Subdivisi Administrasi dan Evaluasi;
b. Subdivisi Penyelenggaraan;
c. Subdivisi HPS.

Pasal 46
Subdivisi Administrasi dan Evaluasi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
analisis perencanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan pengadaan barang dan jasa
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang administrasi dan evaluasi
pengadaan barang jasa.

16
Pasal 47
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Subdivisi
Administrasi dan Evaluasi mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan perencanaan dan administrasi pengadaan barang dan jasa;
b. pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pengadaan barang dan
jasa

Pasal 48
Subdivisi Administrasi dan Evaluasi membawahi:
a. Fungsional Administrator Pengadaan Barang dan Jasa;
b. Fungsional Evaluator Pengadaan Barang dan Jasa.

Pasal 49
(1) Administrator Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas melakukan
kegiatan administrasi dalam bidang pengadaan barang dan jasa, meliputi:
analisis dan penyusunan rencana pengadaan barang dan jasa dengan unit kerja
terkait; mendata, menjadwalkan dan menyusun rencana pemilihan penyedia
barang dan jasa; pengelolaan dokumen pengadaan, daftar kebutuhan barang
dan jasa serta daftar penyedia barang dan jasa; dan pengendalian dokumen
kegiatan pengadaan barang dan jasa serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan
kegiatan administrasi pengadaan barang dan jasa.
(2) Evaluator Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas melakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi dalam bidang pengadaan barang dan jasa, meliputi:
pemantauan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa termasuk supervisi
kegiatan pembangunan, pengecekan barang, dan pelaksanaan kegiatan jasa
dengan unit kerja terkait sesuai perjanjian kerja yang disepakati; evaluasi dan
penilaian hasil pekerjaan penyedia barang dan jasa, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan kegiatan evaluasi pengadaan barang dan jasa.

Pasal 50
Subdivisi Penyelenggaraan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan administrasi penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang penyelenggaraan pengadaan
barang dan jasa.

17
Pasal 51
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Subdivisi
Penyelenggaraan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa;
b. pelaksanaan kegiatan administrasi penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa.

Pasal 52
Subdivisi Penyelenggaraan membawahi Fungsional Analis Pengelola Pengadaan
Barang dan Jasa.

Pasal 53
Analis Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan dan administrasi dalam bidang penyelenggaraan pengadaan barang dan
jasa, meliputi : penyiapan administrasi penyelenggaraan termasuk undangan,
penyusunan dokumen pengadaan, pelaksanaan dan pembinaan teknis pengadaan
sesuai dengan mekanisme dan prosedur ketentuan pengadaan barang dan jasa di
Perusahaan; evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap penawaran yang
masuk; mengumumkan pelaksanaan pengadaan; menilai kualifikasi penyedia barang
dan jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi dengan unit kerja terkait;
mengusulkan penetapan calon penyedia kepada pengguna barang dan jasa;
menyampaikan hasil pemilihan penyedia barang dan jasa yang telah dilaksanakan
kepada unit kerja pengguna barang dan jasa; menyampaikan penetapan pemenang
dan salinan dokumen pemilihan penyedia barang dan jasa kepada unit kerja;
penyiapan rancangan perjanjian kerja dengan penyedia barang dan jasa yang terpilih;
memberikan laporan pertanggungjawaban proses pelaksanaan kegiatan pengadaan
kepada pengguna barang dan jasa.

Pasal 54
Subdivisi HPS mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan analisis dan evaluasi
Harga Perkiraan Sendiri, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
harga perkiraan sendiri.

18
Pasal 55
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Subdivisi
HPS mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis harga perkiraan sendiri;
b. pelaksanaan kegiatan evaluasi harga perkiraan sendiri.

Pasal 56
Subdivisi HPS membawahi Fungsional Analis HPS.

Pasal 57
Analis HPS mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang Harga
Perkiraan Sendiri, meliputi: analisis besaran dan pengusulan perubahan Harga
Perkiraan Sendiri, pemantauan dan pelaporan kegiatan analisis HPS, pengecekan
besarnya pagu dana RKAP; review, evaluasi dan sinkronisasi dokumen pengadaan
(KAK, RKS dan HPS); pengecekan hasil penetapan harga, pengecekan satuan harga
yang berlaku di pasar; pengecekan hasil perhitungan jumlah biaya untuk setiap item
pengeluaran, pemantauan evaluasi HPS.

BAB IV
DIREKTORAT OPERASIONAL DAN PELAYANAN PUBLIK

Pasal 58
Direktorat Operasional dan Pelayanan Publik mempunyai tugas pokok menetapkan
kebijakan dan menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup perencanaan
kegiatan operasional, analisis data pangan, penyaluran beras dan pangan lainnya dan
penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk pasar pemerintah;
pergudangan, persediaan, angkutan dan distribusi, serta perawatan dan pengendalian
mutu.

19
Pasal 59
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58,
Direktorat Operasional dan Pelayanan Publik mempunyai fungsi mengarahkan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan perencanaan operasional dan analisis
data pangan, serta penyaluran beras dan pangan lainnya dan penyaluran
Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk pasar pemerintah;
b. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pergudangan, persediaan dan
angkutan;
c. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan perawatan dan pengendalian mutu.

Pasal 60
Direktorat Operasional dan Pelayanan Publik terdiri dari:
a. Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik;
b. Divisi Pergudangan, Persediaan dan Angkutan;
c. Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu.

Bagian Kesatu
Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik

Pasal 61

Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik mempunyai tugas pokok


menyusun kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan perencanaan pembelian
komoditi, pengolahan, distribusi (persediaan, penyimpanan, dan transportasi),
penjualan komoditi, analisis prakiraan permintaan dan pasokan; serta penyaluran
beras dan pangan lainnya, penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk
pasar pemerintah.

20
Pasal 62

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, Divisi
Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan perencanaan pembelian, pengolahan, distribusi, dan
penjualan komoditi;
b. penyelenggaraan kegiatan analisis prakiraan permintaan dan pasokan;
c. penyelenggaraan kegiatan penyaluran beras dan pangan lainnya untuk pasar
penugasan pemerintah yang anggarannya bersumber dari APBN dan penyaluran
Cadangan Pangan Pemerintah (CPP);
d. penyelenggaraan kegiatan penyaluran CPP kepada pemerintah yang bersifat
kontraktual.

Pasal 63

Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik terdiri dari :


a. Subdivisi Perencanaan Operasional;
b. Subdivisi Data Pangan;
c. Subdivisi Penyaluran CPP;
d. Subdivisi Penyaluran Kelembagaan.

Pasal 64
Subdivisi Perencanaan Operasional mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
analisis perencanaan pembelian komoditi, pengolahan, distribusi (persediaan,
penyimpanan, dan transportasi), penjualan dan penyaluran komoditi, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang perencanaan operasional.

Pasal 65
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Subdivisi
Perencanaan Operasional mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan perencanaan pembelian komoditi, dan pengolahan;
b. pelaksanaan kegiatan perencanaan distribusi;
c. pelaksanaan kegiatan perencanaan penjualan dan penyaluran komoditi.

21
Pasal 66
Subdivisi Perencanaan Operasional membawahi Fungsional Operational Planning
Analyst.

Pasal 67
Operational Planning Analyst mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam
bidang perencanaan kegiatan operasional, meliputi : analisis dan perencanaan jenis
dan jumlah komoditi yang akan dibeli, analisis jaringan pasokan, perencanaan
pengolahan, kapasitas produksi dan pengemasan untuk penyediaan dan ketersediaan
stok komoditas pangan dan kemasannya berdasarkan analisis data pangan tingkat
produsen dan saran dari unit kerja yang membidangi pengadaan komoditas pangan
dan pengolahan, analisis dan perencanaan penyimpanan, perencanaan persediaan
dan distribusi berdasarkan saran dari unit kerja yang membidangi pergudangan,
persediaan dan distribusi, analisis dan perencanaan jenis dan jumlah komoditi yang
akan dijual dan disalurkan, jaringan penjualan dan penyaluran, dan pemasaran
berdasarkan analisis data pangan tingkat konsumen dan saran dari unit kerja yang
membidangi pemasaran dan penjualan.

Pasal 68
Subdivisi Data Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan analisis
prakiraan permintaan dan pasokan, data statistik bidang pangan, market intelligence
untuk pasar pemerintah, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
analisis data pangan.

Pasal 69
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, Subdivisi
Data Pangan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis prakiraan permintaan;
b. pelaksanaan kegiatan analisis prakiraan pasokan;
c. pelaksanaan kegiatan penyediaan data statistik bidang pangan;
d. Pelaksanaan kegiatan market intelligence untuk pasar pemerintah.

Pasal 70

Subdivisi Data Pangan membawahi Fungsional Data Analyst.

22
Pasal 71
Data Analyst mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang data
pangan dan market intelligence untuk pasar pemerintah, meliputi : pengelolaan,
pengolahan, dan penyajian data permintaan, data harga, kondisi pasar, struktur pasar,
dan tata niaga komoditas beras dan pangan lain serta data pendukung lainnya di
tingkat konsumen, termasuk perkembangan inflasi dan moneter; pengelolaan,
pengolahan dan penyajian data pasokan, data harga, potensi panen dan produksi,
struktur pasar pasokan dan tata niaga komoditas beras dan pangan lain serta data
ketersediaan komoditi dan data pendukung lainnya di tingkat produsen; analisis
market intelligence untuk pasar pemerintah.

Pasal 72
Subdivisi Penyaluran CPP mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasi
dan administrasi penyaluran beras dan pangan lain untuk penugasan pemerintah yang
bersifat non kontraktual dengan anggaran yang bersumber dari APBN dan Penyaluran
CPP, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang penyaluran CPP.

Pasal 73

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72,


Subdivisi Penyaluran CPP mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasi dan administrasi penyaluran beras dan pangan lain
untuk penugasan pemerintah yang bersifat non kontraktual dengan anggaran yang
bersumber dari APBN;
b. pelaksanaan kegiatan operasi dan administrasi penyaluran CPP.

Pasal 74

Subdivisi Penyaluran CPP membawahi Fungsional Government Market Analyst.

Pasal 75

Government Market Analyst mempunyai tugas kegiatan operasi dan administrasi


dalam bidang penyaluran beras dan pangan lainnya untuk penugasan pemerintah
yang anggarannya bersumber dari APBN dan penyaluran Cadangan Pangan
Pemerintah (CPP), yaitu penyaluran pangan untuk keadaan darurat dan kerawanan
pangan pasca bencana, kegiatan stabilisasi harga pangan (termasuk KPSH beras
medium dan CSHP untuk pangan lainnya), bantuan pangan internasional, kerjasama
internasional dan program penugasan pemerintah lainnya, meliputi : pengalokasian

23
penyaluran beras dan pangan lain; sosialisasi, pemantauan, evaluasi pelaksanaan
dan realisasi penyaluran; pelaporan pelaksanaan penyaluran kepada internal dan
eksternal; penyiapan reviu pelaksanaan penyaluran dengan stakeholder terkait;
analisis kebutuhan dan evaluasi biaya operasional penyaluran; administrasi dokumen
penagihan penyaluran.

Pasal 76
Subdivisi Penyaluran Kelembagaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
operasi dan administrasi penyaluran CPP kepada pemerintah pusat dan daerah yang
bersifat kontraktual, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
penyaluran CPP kepada pemerintah pusat dan daerah yang bersifat kontraktual.

Pasal 77

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, Subdivisi
Penyaluran Kelembagaan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. Pelaksanaan kegiatan operasi penyaluran CPP kepada pemerintah pusat dan
daerah yang bersifat kontraktual;
b. Pelaksanaan kegiatan administrasi penyaluran CPP kepada pemerintah pusat dan
daerah yang bersifat kontraktual.

Pasal 78

Subdivisi Penyaluran Kelembagaan membawahi Fungsional Government Market


Analyst.

Pasal 79

Government Market Analyst mempunyai tugas melakukan kegiatan operasi dan


administrasi dalam bidang penyaluran CPP kepada pemerintah pusat dan daerah
yang bersifat kontraktual, yaitu penghimpunan dan pengelolaan data, koordinasi
dengan kementerian/lembaga/pemerintah daerah/instansi terkait; koordinasi
negosiasi dan pengelolaan kontrak penyaluran; pengalokasian penyaluran CPP,
pembinaan teknis penyaluran; sosialisasi, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan
dan realisasi penyaluran; pelaporan analisis kebutuhan biaya operasional penyaluran
dan biaya eksploitasi; penyediaan, pendistribusian, pemantauan, dan evaluasi biaya
operasional penyaluran dan biaya eksploitasi; pelaporan realisasi biaya penyaluran,
serta pengendalian administrasi penyaluran.

24
Bagian Kedua
Divisi Pergudangan, Persediaan, dan Angkutan

Pasal 80

Divisi Pergudangan, Persediaan, dan Angkutan mempunyai tugas pokok menyusun


kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan pergudangan dan pusat
distribusi, persediaan dan penyebaran beras dan pangan lain, serta angkutan dan
distribusi.

Pasal 81
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80, Divisi
Pergudangan, Persediaan, dan Angkutan mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan pergudangan dan pusat distribusi;
b. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan persediaan dan penyebaran beras dan
pangan lain;
c. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan angkutan dan distribusi.

Pasal 82

Divisi Pergudangan, Persediaan, dan Angkutan terdiri dari:


a. Subdivisi Pergudangan dan Pusat Distribusi;
b. Subdivisi Persediaan dan Penyebaran;
c. Subdivisi Angkutan dan Distribusi.

Pasal 83

Subdivisi Pergudangan dan Pusat Distribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan pengelolaan pergudangan dan pusat distribusi, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengelolaan pergudangan dan pusat distribusi.

25
Pasal 84

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83, Subdivisi
Pergudangan dan Pusat Distribusi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan perawatan pergudangan dan pusat distribusi;
b. pelaksanaan kegiatan perancangan dan pengembangan pergudangan dan pusat
distribusi.

Pasal 85

Subdivisi Pergudangan dan Pusat Distribusi membawahi Fungsional Analis Logistik


Penyimpanan.

Pasal 86

Analis Logistik Penyimpanan mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam


bidang Pergudangan dan Pusat Distribusi, meliputi : inventarisasi dan analisis
ketersediaan gudang operasional termasuk gudang konvensional, gudang modern
dan gudang sewa serta pusat distribusi; administrasi sarana dan prasarana gudang
termasuk gudang konvensional, gudang modern dan gudang sewa serta pusat
distribusi; perhitungan kebutuhan biaya sewa, biaya operasional dan biaya rawat
ringan (RwR) gudang dan pusat distribusi; inventarisasi dan analisis jumlah, kapasitas,
lokasi, kondisi, dan sarana gudang dan Pusat distribusi; perancangan, standarisasi,
pengembangan, dan pembinaan teknis pengelolaan pergudangan dan pusat
distribusi; pemantauan replacement and rehab gudang dan pusat distribusi.

Pasal 87
Subdivisi Persediaan dan Penyebaran mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan pengelolaan persediaan dan penyebaran stok/persediaan gabah/beras dan
pangan lain, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang persediaan
dan penyebaran.

Pasal 88
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, Subdivisi
Persediaan dan Penyebaran mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan persediaan gabah/beras dan pangan lain;
b. pelaksanaan kegiatan penyebaran persediaan gabah/beras dan pangan lain.

26
Pasal 89
Subdivisi Persediaan dan Penyebaran membawahi:
a. Fungsional Analis Logistik Persediaan;
b. Fungsional Analis Logistik Penyebaran.

Pasal 90
(1) Analis Logistik Persediaan mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
kebutuhan persediaan, pencatatan jumlah, posisi dan mutasi persediaan gabah,
beras dan pangan lain di gudang operasional dan pusat distribusi; pengalokasian
kebutuhan kapasitas penyimpanan, pembinaan teknis dan pengelolaan
administrasi persediaan/penyimpanan gabah,beras dan pangan lain dan bahan
pendukung (karung, benang kuralon, kemasan); serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan persediaan gabah, beras dan pangan lain.
(2) Analis Logistik Penyebaran mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dan
perencanaan penyebaran persediaan beras dan pangan lain di gudang
operasional dan pusat distribusi, penyiapan daftar penyebaran persediaan beras
yang akan dikirim (kuantitas, jenis dan kualitas), dan pembinaan teknis
penyebaran persediaan gabah, beras, pangan lain dan bahan pendukung;
pengelolaan administrasi (prinlog dan dokumen lainnya), dan penyebaran
persediaan (movement) nasional/regional/lokal serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan penyebaran beras dan pangan lain.

Pasal 91
Subdivisi Angkutan dan Distribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
pengelolaan operasi dan administrasi angkutan movement dan distribusi, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang angkutan dan distribusi.

Pasal 92
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91, Subdivisi
Angkutan dan Distribusi mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengelolaan kegiatan operasi angkutan dan distribusi;
b. pelaksanaan pengelolaan pembiayaan dan pengendalian tarif angkutan dan
distribusi.

27
Pasal 93
Subdivisi Angkutan dan Distribusi membawahi Fungsional Analis Logistik Distribusi.

Pasal 94
Analis Logistik Distribusi mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang
angkutan dan distribusi, meliputi: penyiapan dan pengendalian kegiatan operasional
angkutan dan distribusi; pembinaan teknis operasional angkutan, evaluasi kinerja
mitra kerja angkutan dan distribusi; pengelolaan administrasi dan dokumen pendukung
angkutan dan distribusi; penyediaan, penagihan dan evaluasi biaya angkutan dan
distribusi; pengendalian tarif angkutan dan distribusi; pelaporan realisasi biaya
angkutan dan distribusi.

Bagian Ketiga
Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu

Pasal 95

(1) Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu mempunyai tugas pokok menyusun
kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan perawatan dan pengendalian mutu
gabah/beras dan pangan lain.
(2) Kepala Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu sebagai Kepala Laboratorium
Kalibrasi.

Pasal 96

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91, Divisi
Perawatan dan Pengendalian Mutu mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan perawatan dan pengendalian mutu gabah/beras;
b. penyelenggaraan kegiatan perawatan dan pengendalian mutu pangan lain;
c. penyelenggaraan kegiatan laboratorium kalibrasi.

Pasal 97

Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu terdiri dari:


a. Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Beras;
b. Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Pangan Lain.

28
Pasal 98

(1) Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Beras mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan operasional perawatan dan pengendalian mutu
gabah/beras termasuk sarana penunjangnya, standarisasi mutu, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang perawatan dan
pengendalian mutu beras.
(2) Kepala Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Beras membantu Kepala
Divisi Perawatan dan Pengendalian Mutu dalam mengelola kegiatan
laboratorium kalibrasi peralatan pemeriksaan komoditi gabah/beras, sebagai
Wakil Kepala Laboratorium Kalibrasi.

Pasal 99

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, Subdivisi
Perawatan dan Pengendalian Mutu Beras mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasional perawatan mutu gabah/beras termasuk sarana
penunjangnya;
b. pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu gabah/beras termasuk sarana
penunjangnya;
c. pelaksanaan kegiatan standarisasi mutu gabah/beras termasuk sarana
penunjangnya.

Pasal 100

Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Beras membawahi :


a. Fungsional Analis Pengendalian Mutu Beras;
b. Fungsional Analis Standarisasi Mutu Beras.

Pasal 101
(1) Analis Pengendalian Mutu Beras mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
dalam bidang perawatan dan pengendalian mutu beras, meliputi: analisis
operasional perawatan, spesifikasi sarana/prasarana, pestisida, dan kebutuhan
biaya perawatan kualitas, pelaporan realisasi penggunaan biaya perawatan,
pembinaan teknis perawatan gabah/beras termasuk sarana penunjangnya;
analisis pelaksanaan dan penyediaan sarana perawatan dan pengendalian mutu
termasuk sarana reproses; analisis pengemasan ulang untuk kebutuhan PSO dan
giling gabah; pelaporan realisasi penggunaan biaya pengendalian mutu,

29
pembinaan teknis pengendalian mutu gabah/beras, dan sebagai manajer mutu
yang bertanggung jawab terhadap dokumen mutu laboratorium kalibrasi.
(2) Analis Standarisasi Mutu Beras mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan administrasi, pembinaan teknis, pembuatan standarisasi mutu,
pengendalian dokumen, manajemen standarisasi mutu gabah/beras dan sarana
penunjangnya, dan sebagai manajer teknis yang bertanggung jawab terhadap
dokumen teknis laboratorium kalibrasi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan
kegiatan standarisasi mutu gabah/beras.

Pasal 102

Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Pangan Lain mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan operasional perawatan pangan lain, pengendalian mutu dan
standarisasi mutu pangan lain termasuk sarana penunjangnya, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang perawatan dan pengendalian mutu pangan lain.

Pasal 103

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, Subdivisi
Perawatan dan Pengendalian Mutu Pangan Lain mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasional perawatan mutu pangan lain termasuk sarana
penunjangnya;
b. pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu pangan lain termasuk sarana
penunjangnya;
c. pelaksanaan kegiatan standarisasi mutu pangan lain termasuk sarana
penunjangnya.

Pasal 104

Subdivisi Perawatan dan Pengendalian Mutu Pangan Lain membawahi:


a. Fungsional Analis Pengendalian Mutu Pangan Lain;
b. Fungsional Analis Standarisasi Mutu Pangan Lain.

30
Pasal 105

(1) Analis Pengendalian Mutu Pangan Lain mempunyai tugas melakukan kegiatan
analisis dalam bidang bidang perawatan dan pengendalian mutu pangan lain,
meliputi: analisis operasional, spesifikasi sarana/prasarana, pestisida, dan
kebutuhan biaya perawatan kualitas, pembinaan teknis pengamatan dan
perawatan kualitas, penyediaan, pendistribusian, pemantauan dan evaluasi
biaya perawatan kualitas; analisis pelaksanaan dan penyediaan sarana
perawatan dan pengendalian mutu termasuk sarana reproses, analisis
pengemasan ulang untuk kebutuhan PSO, pelaporan realisasi penggunaan
biaya pengendalian mutu pangan lain.
(2) Analis Standarisasi Mutu Pangan Lain mempunyai tugas melakukan pembuatan
standarisasi mutu, pengelolaan administrasi standarisasi mutu, pengendalian
dokumen dan manajemen standarisasi mutu pangan lain (ISO, SNI dan
standarisasi lainnya), pembinaan teknis pengendalian dan standarisasi mutu
pangan lain, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan standarisasi
mutu pangan lain.

BAB V
DIREKTORAT KOMERSIAL

Pasal 106
Direktorat Komersial mempunyai tugas pokok menetapkan kebijakan dan
menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup kegiatan penjualan grosir,
penjualan ritel, komunikasi pemasaran serta pembinaan anak perusahaan dan unit
bisnis.

Pasal 107
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106,
Direktorat Komersial mempunyai fungsi mengarahkan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan penjualan grosir;
b. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan penjualan ritel;
c. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan komunikasi pemasaran dan pembinaan
Anak Perusahaan dan Unit Bisnis.

31
Pasal 108
Direktorat Komersial terdiri dari:
a. Divisi Penjualan Grosir;
b. Divisi Penjualan Ritel;
c. Divisi Komunikasi Pemasaran dan Pembinaan Anak Perusahaan.

Bagian Kesatu
Divisi Penjualan Grosir

Pasal 109

Divisi Penjualan Grosir mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan


menyelenggarakan kegiatan pengembangan jaringan penjualan grosir dan
pengelolaan manajemen pelanggan bisnis grosir, pengendalian penjualan grosir dan
penjualan komoditas pangan pokok komersial secara grosir serta pelaksanaan
kegiatan ekspor komoditas pangan pokok .

Pasal 110

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109,


Divisi Penjualan Grosir mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengembangan jaringan penjualan grosir dan
pengelolaan manajemen pelanggan bisnis grosir;
b. penyelenggaraan kegiatan pengendalian penjualan grosir;
c. penyelenggaraan kegiatan penjualan komoditas pangan pokok komersial secara
grosir serta pelaksanaan kegiatan ekspor komoditas pangan pokok.

Pasal 111

Divisi Penjualan Grosir terdiri dari:


a. Subdivisi Pengembangan Jaringan Penjualan Grosir;
b. Subdivisi Pengendalian Penjualan Grosir;
c. Subdivisi Penjualan Grosir.

32
Pasal 112

Subdivisi Pengembangan Jaringan Penjualan Grosir mempunyai tugas pokok


melaksanakan kegiatan analisis kerjasama pengembangan TPK dan jaringan
penjualan grosir, dan pengelolaan manajemen pelanggan bisnis grosir, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengembangan jaringan
penjualan grosir.

Pasal 113

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Subdivisi
Pengembangan Jaringan Penjualan Grosir mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis kerjasama pengembangan TPK dan jaringan
penjualan grosir;
b. pelaksanaan kegiatan pengelolaan manajemen pelanggan bisnis grosir di seluruh
Kantor Wilayah.

Pasal 114

Subdivisi Pengembangan Jaringan Penjualan Grosir membawahi Fungsional


Business Analyst.

Pasal 115

Business Analyst mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang pembinaan dan
strategi pengembangan TPK dan jaringan penjualan grosir, meliputi: penyusunan
target pengembangan jaringan, analisis strategi pengembangan jaringan, analisis
kepuasan dan keluhan pelanggan jaringan, pemantauan dan evaluasi proses
pembinaan pelanggan jaringan penjualan grosir dan TPK di seluruh Kantor Wilayah.

Pasal 116

Subdivisi Pengendalian Penjualan Grosir mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan pengendalian harga dan profitabilitas dan pengendalian distribusi jaringan
penjualan grosir, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
pengendalian penjualan grosir.

33
Pasal 117

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116,


Subdivisi Pengendalian Penjualan Grosir mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengendalian harga dan profitabilitas penjualan grosir;
b. pelaksanaan kegiatan pengendalian distribusi jaringan penjualan grosir.

Pasal 118

Subdivisi Pengendalian Penjualan Grosir membawahi Fungsional Business Analyst.

Pasal 119

Business Analyst mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang pengendalian


penjualan grosir, meliputi: analisis perencanaan (forecasting) penjualan produk,
strategi penetapan harga penjualan, pengendalian modal dan biaya penjualan grosir,
analisis portofolio komoditas pangan pokok, dan pengendalian distribusi komoditas
pangan pokok antar tempat dan wilayah.

Pasal 120

Subdivisi Penjualan Grosir mempunyai tugas pokok melaksanakan operasi dan


administrasi penjualan serta kegiatan ekspor komoditas pangan pokok, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang penjualan grosir.

Pasal 121

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120,


Subdivisi Penjualan Grosir mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan operasi penjualan;
b. pelaksanaan administrasi penjualan;
c. pelaksanaan kegiatan ekspor komoditas pangan pokok.

Pasal 122

Subdivisi Penjualan Grosir membawahi Fungsional Sales Analyst.

34
Pasal 123

Sales Analyst mempunyai tugas melakukan operasi dan administrasi penjualan serta
pelaksanaan kegiatan ekspor komoditas pangan pokok, meliputi: penetapan target
penjualan grosir, pembinaan teknis, operasional ekspor komoditas pangan pokok;
pemantauan dan evaluasi penjualan grosir dan ekspor komoditas pangan pokok, serta
analisis kebutuhan, penyediaan, pendistribusian, pemantauan dan evaluasi biaya
operasional penjualan grosir dan ekspor komoditas pangan pokok, administrasi dan
pelaporan hasil penjualan grosir seluruh Kantor Wilayah dan kegiatan ekspor komoditas
pangan pokok.

Bagian Kedua
Divisi Penjualan Ritel

Pasal 124

Divisi Penjualan Ritel mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan


menyelenggarakan kegiatan pembinaan jaringan outlet offline, pembinaan jaringan
e-Marketplace, administrasi penjualan ritel.

Pasal 125

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124,


Divisi Penjualan Ritel mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pembinaan jaringan outlet offline;
b. penyelenggaraan kegiatan pembinaan jaringan e-Marketplace;
c. penyelenggaraan kegiatan administrasi penjualan ritel.

Pasal 126

Divisi Penjualan Ritel terdiri dari:


a. Subdivisi Pembinaan Jaringan Outlet Offline;
b. Subdivisi Pembinaan Jaringan e-Marketplace;
c. Subdivisi Administrasi Penjualan Ritel.

35
Pasal 127

Subdivisi Pembinaan Jaringan Outlet Offline mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan pembinaan pada jaringan penjualan ritel dan Rumah Pangan Kita (RPK)
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pembinaan jaringan
outlet offline.

Pasal 128

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, Subdivisi
Pembinaan Jaringan Outlet Offline mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pembinaan jaringan penjualan ritel di seluruh Kantor
Wilayah;
b. pelaksanaan kegiatan pembinaan jaringan RPK di seluruh Kantor Wilayah.

Pasal 129

Subdivisi Pembinaan Jaringan Outlet Offline membawahi Fungsional Business


Analyst.

Pasal 130
Business Analyst mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang pembinaan
jaringan outlet offline, meliputi: penyusunan target pengembangan jaringan dan
kerjasama penjualan komoditas dengan jaringan penjualan ritel dan RPK; penyusunan
target penjualan pada jaringan outlet offline; pengembangan pelayanan dan
pembinaan teknis jaringan penjualan ritel dan RPK; operasional, pemantauan dan
evaluasi penjualan produk pada jaringan penjualan ritel dan RPK di seluruh Kantor
Wilayah; monitoring dan evaluasi tenaga penjualan.

Pasal 131

Subdivisi Pembinaan Jaringan e-Marketplace mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan pembinaan, pengembangan dan operasional penjualan pada jaringan
e-marketplace serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
pembinaan jaringan e-marketplace.

36
Pasal 132

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131, Subdivisi
Pembinaan Jaringan e-Marketplace mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan operasional jaringan e-marketplace;
b. pelaksanaan kegiatan manajemen pelanggan e-marketplace.

Pasal 133

Subdivisi Pembinaan Jaringan e-Marketplace membawahi Fungsional Marketing


Channel Specialist.

Pasal 134

Marketing Channel Specialist mempunyai tugas melakukan pembinaan jaringan dalam


bidang e-marketplace, meliputi: penyusunan target pengembangan dan kerjasama
penjualan komoditas pada jaringan e-Marketplace, penyusunan target penjualan pada
jaringan e-Marketplace, pengembangan pelayanan dan pembinaan teknis jaringan
e-Marketplace, operasional, pemantauan dan evaluasi penjualan produk pada
jaringan e-Marketplace, pengembangan pelayanan dan pembinaan teknis jaringan
e-Marketplace, analisis kepuasan dan keluhan pelanggan pada jaringan
e-Marketplace.

Pasal 135

Subdivisi Administrasi Penjualan Ritel mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan administrasi penjualan pada jaringan ritel, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang administrasi penjualan ritel.

Pasal 136

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135, Subdivisi
Administrasi Penjualan Ritel mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan administrasi penjualan jaringan ritel dan RPK;
b. pelaksanaan kegiatan administrasi penjualan jaringan online marketplace.

37
Pasal 137

Subdivisi Administrasi Penjualan Ritel membawahi Fungsional Administrator


Penjualan Ritel.

Pasal 138
Administrator Penjualan Ritel mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dan
administrasi dalam bidang penjualan ritel dan e-marketplace, meliputi : analisis
pengendalian modal dan biaya Penjualan pada jaringan ritel, RPK dan e-Marketplace;
strategi penetapan harga penjualan pangan pokok lainnya beserta keuntungan
termasuk pemotongan harga penjualan, evaluasi pencapaian target penjualan dan
evaluasi harga pada jaringan ritel, RPK dan e-Marketplace; analisis kebutuhan,
penyediaan, pendistribusian, pemantauan dan evaluasi biaya operasional penjualan
pada jaringan ritel, RPK dan e-Marketplace, administrasi transaksi dan pelaporan hasil
penjualan pada jaringan ritel, RPK dan e-Marketplace.

Bagian Ketiga
Divisi Komunikasi Pemasaran dan Pembinaan Anak Perusahaan

Pasal 139

Divisi Komunikasi Pemasaran dan Pembinaan Anak Perusahaan mempunyai tugas


pokok menyusun kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan, komunikasi pemasaran,
market intelligence untuk pasar komersial serta pembinaan anak perusahaan dan unit
bisnis, serta pengembangan usaha.

Pasal 140

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139,


Divisi Komunikasi Pemasaran dan Pembinaan Anak Perusahaan mempunyai fungsi
merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan komunikasi pemasaran;
b. penyelenggaraan kegiatan market intelligence untuk pasar komersial;
c. penyelenggaraan kegiatan pembinaan anak perusahaan dan unit bisnis;
d. Penyelenggaraan kegiatan pengembangan usaha.

38
Pasal 141

Divisi Komunikasi Pemasaran dan Pembinaan Anak Perusahaan terdiri dari:


a. Subdivisi Komunikasi Pemasaran;
b. Subdivisi Market Intelligence;
c. Subdivisi Pembinaan Anak Perusahaan;
d. Subdivisi Pengembangan Usaha.

Pasal 142

Subdivisi Komunikasi Pemasaran mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan


strategi pemasaran produk pangan, perancangan dan pengembangan merek dagang
(branding) produk pangan, dan promosi produk melalui iklan, pameran, eksibisi dan
metode promosi lainnya, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
komunikasi pemasaran.

Pasal 143

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138,


Subdivisi Komunikasi Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan strategi pemasaran produk;
b. pelaksanaan kegiatan perancangan dan pengembangan merek produk pangan
(branding);
c. pelaksanaan kegiatan promosi produk melalui iklan, pameran, eksibisi dan metode
promosi lainnya;

Pasal 144

Subdivisi Komunikasi Pemasaran membawahi Fungsional Spesialis Komunikasi


Pemasaran.

Pasal 145

Spesialis Komunikasi Pemasaran mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang


strategi pemasaran dan branding, meliputi: perancangan desain strategi komunikasi
pemasaran, survey kepuasan pelanggan, evaluasi dan pelaporan kegiatan strategi
pemasaran, analisis perancangan dan pengembangan merek produk pangan untuk
meningkatkan dan mempertahankan posisi merek produk pangan, analisis dan
evaluasi posisi merek produk pangan yang dikeluarkan, analisis kebutuhan promosi

39
produk pangan melalui iklan, pameran, eksebisi dan metode promosi lainnya,
perancangan pola kerjasama promosi dengan pihak lain; persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi promosi produk; penyediaan, pendistribusian dan pemantauan biaya
promosi, dan pengenalan produk pangan kepada konsumen (edukasi produk pangan).

Pasal 146

Subdivisi Market Intelligence mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan market


intelligence, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang market
intelligence.

Pasal 147

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 146,


Subdivisi Market Intelligence mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan market intelligence untuk penjualan grosir;
b. pelaksanaan kegiatan market intelligence untuk penjualan ritel.

Pasal 148

Subdivisi Market Intelligence membawahi Fungsional Market Intelligence Specialist.

Pasal 149

Market Intelligence Specialist mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang


market intelligence, meliputi: analisis pasar produk untuk penjualan grosir dan
penjualan ritel termasuk tren pasar, perilaku pelanggan dan kompetitor, identifikasi
potensi, segmentasi dan target pasar grosir dan ritel.

Pasal 150

Subdivisi Pembinaan Anak Perusahaan mempunyai tugas pokok melaksanakan


kegiatan pembinaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja unit bisnis dan anak
perusahaan, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pembinaan
anak perusahaan.

40
Pasal 151

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150,


Subdivisi Pembinaan Anak Perusahaan mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi kinerja anak perusahaan dan unit
bisnis;
b. pelaksanaan kegiatan pelaporan kinerja anak perusahaan dan unit bisnis.

Pasal 152

Subdivisi Pembinaan Anak Perusahaan membawahi:


a. Fungsional Evaluator Program dan Kinerja Anper;
b. Fungsional Administrator Laporan.

Pasal 153

(1) Evaluator Program dan Kinerja Anper mempunyai tugas melakukan pemantauan
pengelolaan dan evaluasi kinerja anak perusahaan dan unit bisnis.
(2) Administrator laporan mempunyai tugas melakukan konsolidasi data dan informasi
serta pelaporan kinerja anak perusahaan dan unit bisnis.

Pasal 154

Subdivisi Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan


perencanaan dan pengembangan usaha di bidang industri, perdagangan dan jasa,
serta penyusunan pedoman/prosedur di bidang perencanaan dan pengembangan
usaha.

Pasal 155
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154, Subdivisi
Pengembangan Usaha mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan perencanaan dan pengembangan usaha di bidang industri;
b. pelaksanaan perencanaan dan pengembangan usaha di bidang perdagangan;
c. pelaksanaan perencanaan dan pengembangan usaha di bidang jasa.

41
Pasal 156
Subdivisi Pengembangan Usaha membawahi Fungsional Business Development
Analyst.

Pasal 157
Business Development Analyst mempunyai tugas pokok melakukan analisis dalam
bidang pengembangan usaha, meliputi: analisis dan identifikasi peluang
pengembangan usaha termasuk rencana aksi korporasi untuk memperoleh nilai
tambah, analisis kelayakan usaha dan penyusunan kajian perencanaan pembentukan
anak perusahaan dan unit bisnis di bidang industri, perdagangan dan jasa serta
pendirian dan pengelolaan pilot project.

BAB VI
DIREKTORAT PENGEMBANGAN BISNIS DAN INDUSTRI

Pasal 158
Direktorat Pengembangan Bisnis dan Industri mempunyai tugas pokok menetapkan
kebijakan dan menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup perencanaan
strategis Perusahaan, pengembangan bisnis, pengembangan produk, pengembangan
industri pangan, dan pengelolaan pengolahan, serta pengelolaan teknologi informasi.

Pasal 159
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158,
Direktorat Pengembangan Bisnis dan Industri mempunyai fungsi mengarahkan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan penyusunan rencana strategis
perusahaan;
b. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan riset/penelitian untuk pengembangan
bisnis;
c. kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan dan penerapan manajemen risiko di
seluruh unsur dan kegiatan Perusahaan;
d. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengembangan produk;
e. Kebijakan pengembangan industri pangan dan pengolahan;
f. Penyelenggaraan kegiatan pengolahan;
g. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengelolaan teknologi informasi.

42
Pasal 160
Direktorat Pengembangan Bisnis dan Industri terdiri dari:
a. Divisi Perencanaan Strategis, Riset dan Manajemen Risiko;
b. Divisi Industri dan Pengolahan;
c. Unit Pengelolaan Industri;
d. Divisi Teknologi Informasi.

Bagian Kesatu
Divisi Perencanaan Strategis, Riset dan Manajemen Risiko

Pasal 161

Divisi Perencanaan Strategis, Riset dan Manajemen Risiko mempunyai tugas pokok
menyusun kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana strategis
perusahaan termasuk program jangka panjang perusahaan, riset/penelitian dalam
rangka pengembangan Perusahaan serta pengelolaan dan fasilitasi penerapan
manajemen risiko di seluruh unsur dan kegiatan perusahaan.

Pasal 162

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161,


Divisi Perencanaan Strategis, Riset dan Manajemen Risiko mempunyai fungsi
merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan penyusunan rencana strategis jangka panjang
perusahaan;
b. penyelenggaraan kegiatan riset/penelitian untuk pengembangan perusahaan;
c. penyelenggaraan pengelolaan dan fasilitasi penerapan manajemen risiko di
seluruh unsur dan kegiatan perusahaan.

Pasal 163

Divisi Perencanaan Strategis, Riset, dan Manajemen Risiko terdiri dari:


a. Subdivisi Perencanaan Strategis;
b. Subdivisi Riset;
c. Subdivisi Manajemen Risiko;
d. Peneliti.

43
Pasal 164

Subdivisi Perencanaan Strategis mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan


perumusan, penyusunan, pemantauan dan evaluasi penerapan rencana strategis
perusahaan termasuk rencana jangka panjang Perusahaan, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang perencanaan strategis.

Pasal 165

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 164, Subdivisi
Perencanaan Strategis mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis perumusan rencana jangka panjang perusahaan;
b. pelaksanaan kegiatan evaluasi penerapan rencana jangka panjang perusahaan.

Pasal 166

Subdivisi Perencanaan Strategis membawahi Fungsional Analis Perencanaan


Strategis.

Pasal 167

Analis Perencanaan Strategis mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang


perencanaan strategis, meliputi: pengumpulan, pengolahan dan analisis terhadap data
dan informasi strategis dari dalam maupun luar perusahaan termasuk kebijakan
pemerintah, lembaga internasional (seperti WTO), perancangan dan penyusunan
rencana strategis (masterplan) perusahaan termasuk rencana jangka panjang
perusahaan, pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan rencana jangka panjang
dan masterplan perusahaan dalam program/rencana kerja tahunan perusahaan, dan
analisis data dan informasi hasil evaluasi sebagai bahan pertimbangan perubahan
rencana strategis perusahaan serta mengkaji usulan kebijakan pemerintah yang
diperlukan oleh perusahaan.

Pasal 168

Subdivisi Riset mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penelitian, studi


kelayakan mengenai aspek teknologi kegiatan bisnis perusahaan, studi kelayakan pilot
project, uji coba dan penerapan teknologi baru dalam mendukung pengembangan
bisnis perusahaan termasuk pengelolaan sarana penelitian serta jurnal berkala ilmiah,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang riset.

44
Pasal 169

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168,


Subdivisi Riset mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan penelitian, studi kelayakan mengenai aspek teknologi
kegiatan bisnis perusahaan, studi kelayakan pilot project, uji coba dan penerapan
teknologi baru dalam mendukung pengembangan bisnis perusahaan dalam
bidang pengadaaan serta operasional dan pelayanan publik;
b. pelaksanaan kegiatan penelitian, studi kelayakan mengenai aspek teknologi
kegiatan bisnis perusahaan, studi kelayakan pilot project, uji coba dan penerapan
teknologi baru dalam mendukung pengembangan bisnis perusahaan dalam
bidang komersial dan lainnya;
c. pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan administrasi penelitian beserta sarananya;
d. pelaksanaan pengelolaan jurnal berkala ilmiah.

Pasal 170

Subdivisi Riset membawahi:


a. Fungsional Pengelola Riset;
b. Fungsional Administrator Balai Riset.

Pasal 171

(1) Pengelola Riset mempunyai tugas melakukan pengelolaan kegiatan penelitian,


pengembangan dan/atau pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang riset, meliputi: penelitian, studi kelayakan mengenai aspek teknologi
kegiatan bisnis perusahaan, studi kelayakan pilot project, uji coba dan penerapan
teknologi baru dalam mendukung kegiatan pengembangan bisnis perusahaan
dalam bidang operasional dan bisnis, pengelolaan jurnal berkala ilmiah, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan riset;
(2) Administrator Balai Riset mempunyai tugas melakukan kegiatan pengelolaan
administrasi balai penelitian tambun, meliputi: perencanaan, administrasi,
dokumentasi dan pelaporan hasil penelitian; pengelolaan, penyediaan dan
perawatan sarana laboratorium dan sarana penelitian lainnya yang berlokasi di
Balai Penelitian Tambun serta penugasan penelitian lainnya.

45
Pasal 172
Subdivisi Manajemen Risiko mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan
dan pengelolaan infrastruktur manajemen risiko, analisis dan penilaian risiko
perusahaan, pemantauan mitigasi dan analisis pelaporan risiko, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang manajemen risiko.

Pasal 173
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172, Subdivisi
Manajemen Risiko mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan evaluasi infrastruktur manajemen
risiko perusahaan;
b. pelaksanaan analisis, penilaian dan pelaporan risiko perusahaan serta
pemantauan mitigasi risiko.

Pasal 174
Subdivisi Manajemen Risiko membawahi:
a. Fungsional Evaluator Manajemen Risiko;
b. Fungsional Analis Manajemen Risiko.

Pasal 175
(1) Evaluator Manajemen Risiko mempunyai tugas pokok melakukan pengelolaan,
pengembangan dan evaluasi dalam bidang manajemen risiko, meliputi: evaluasi
kebijakan dan sistem manajemen risiko, persiapan mekanisme manajemen risiko
untuk mengintegrasikannya ke dalam proses bisnis, pembangunan dan operasi
aplikasi sistem informasi manajemen risiko, dan pembinaan teknis penerapan
manajemen risiko di seluruh unit kerja.
(2) Analis Manajemen Risiko mempunyai tugas pokok melakukan analisis, penilaian
dan pelaporan dalam bidang manajemen risiko, meliputi: analisis dan kajian
risiko, penilaian risiko dan penilaian tingkat kematangan terapan manajemen
risiko (risk maturity level), serta pemantauan dan analisis mitigasi risiko di seluruh
unit kerja, dan penyusunan laporan risiko dari aspek manajemen risiko.

Pasal 176
(1) Peneliti mempunyai tugas melakukan penyiapan, pelaksanaan dan pelaporan
kegiatan penelitian yang meliputi studi kelayakan, pilot project, uji coba dan
penerapan teknologi baru dalam mendukung pengembangan bisnis perusahaan,
sesuai standar penelitian.
46
(2) Peneliti dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dan/atau
berkelompok (tim) baik berdasarkan inisiatif sendiri maupun penugasan.
(3) Peneliti bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Perencanaan
Strategis, Riset dan Manajemen Risiko.
(4) Bidang keahlian untuk penugasan peneliti terdiri dari Bidang Bisnis dan Bidang
Operasional.

Bagian Kedua
Divisi Industri dan Pengolahan

Pasal 177

Divisi Industri dan Pengolahan mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan kegiatan pengembangan produk beras, pangan lain dan
turunannya sesuai kebutuhan pasar; perencanaan pengembangan industri pangan
beras dan pangan lain, serta perencanaan kegiatan pengolahan.

Pasal 178

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177,


Divisi Industri dan Pengolahan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengembangan produk beras, pangan lain dan
turunannya sesuai kebutuhan pasar;
b. penyelenggaraan kegiatan perencanaan pengembangan industri pangan beras
dan pangan lain;
c. penyelenggaraan kegiatan penyusunan kebijakan pengolahan.

Pasal 179

Divisi Industri dan Pengolahan terdiri dari:


a. Subdivisi Pengembangan Produk;
b. Subdivisi Pengembangan Industri Pangan dan Pengolahan.

Pasal 180

Subdivisi Pengembangan Produk mempunyai tugas pokok melaksanakan


pengembangan produk beras, pangan lain dan turunannya sesuai kebutuhan pasar,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengembangan produk.

47
Pasal 181

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180, Subdivisi
Pengembangan Produk mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengembangan produk beras dan turunannya sesuai
kebutuhan pasar;
b. pelaksanaan kegiatan pengembangan produk pangan lain dan turunannya sesuai
kebutuhan pasar.

Pasal 182

Subdivisi Pengembangan Produk membawahi Fungsional Analis Pengembangan


Produk.

Pasal 183

Analis Pengembangan Produk mempunyai tugas melakukan analisis pengembangan


produk beras, pangan lain dan turunannya sesuai kebutuhan pasar; meliputi:
perencanaan dan analisis spesifikasi dan kualitas produk beserta kemasannya;
analisis harga dasar penjualan produk; analisis pengembangan produk beras, pangan
lain dan turunannya berdasarkan permintaan dan potensi pasar; analisis, pemantauan
dan evaluasi proses bisnis dan regulasi produk beras, pangan lain dan turunannya;
pengurusan perijinan produk beras, pangan lain dan turunannya termasuk perijinan
merek produk.

Pasal 184

Subdivisi Pengembangan Industri Pangan dan Pengolahan mempunyai tugas pokok


melaksanakan kegiatan perencanaan pengembangan industri beras dan pangan lain,
penyusunan kebijakan dalam program pengolahan beras dan pangan lain serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengembangan industri
pangan dan pengolahan.

48
Pasal 185

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184, Subdivisi
Pengembangan Industri Pangan dan Pengolahan mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan perencanaan pengembangan industri beras dan pangan
lain;
b. pelaksanaan kegiatan penyusunan kebijakan program pengolahan beras dan
pangan lain.

Pasal 186

Subdivisi Pengembangan Industri Pangan dan Pengolahan membawahi :


a. Fungsional Analis Pengembangan Industri;
b. Fungsional Analis Pengolahan

Pasal 187

(1) Analis Pengembangan Industri mempunyai tugas melakukan analisis dalam


bidang pengembangan industri pangan, meliputi: analisis dan perencanaan
pengembangan industri pangan beras dan pangan lain termasuk sarana, mesin
dan peralatan untuk pengembangan industri beras dan pangan lain.
(2) Analis Pengolahan mempunyai tugas melakukan analisis kebijakan dalam operasi
dan administrasi pengolahan, meliputi : kegiatan penyiapan dan analisis program
pengolahan gabah/beras dan pangan lain, analisis standar biaya eksploitasi
pengolahan; analisis kebutuhan dan penyediaan kemasan untuk kebutuhan
komersial; pembinaan teknis pengolahan gabah/beras dan pangan lain serta
penyusunan standarisasi mutu/good manufacturing practice (GMP) termasuk
penggilingan gabah dan pengemasan beras dan pangan lain.

Bagian Ketiga
Unit Pengelolaan Industri

Pasal 188

1) Unit Pengelolaan Industri mempunyai tugas pokok melaksanakan operasi dan


administrasi pengolahan, serta pemeliharaan sarana, mesin dan peralatan untuk
pengolahan serta jasa pengolahan, pengemasan dan perdagangan komoditi
pangan kepada pihak eksternal.
2) Unit Pengelolaan Industri dipimpin oleh General Manager.

49
Pasal 189
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 188, Unit
Pengelolaan Industri mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi :
a. penyelenggaraan kegiatan teknis dan produksi dalam pengolahan beras dan
pangan lainnya, pengemasan pangan dan perdagangan komoditi pangan ke pihak
eksternal;
b. penyelenggaraan kegiatan bisnis dan kemitraan dalam pengolahan beras dan
pangan lainnya, pengemasan pangan dan perdagangan komoditi pangan ke pihak
eksternal;
c. penyelenggaraan kegiatan administrasi, keuangan dan teknologi informasi dalam
pengolahan beras dan pangan lainnya, pengemasan pangan dan perdagangan
komoditi pangan ke pihak eksternal.

Pasal 190
Unit Pengelolaan Industri terdiri dari :
a. Bagian Teknik dan Produksi;
b. Bagian Bisnis dan Kemitraan;
c. Bagian Administrasi, Keuangan dan Teknologi Informasi;
d. Unit Pengelolaan Industri Regional.

Pasal 191
Bagian Teknik dan Produksi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan proses
produksi, pengendalian mutu dan kuantitas produk, dan pengelolaan persediaan
produk, serta pemeliharaan sarana, mesin dan peralatan pengolahan beras dan
pangan lain, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang teknik dan
produksi. Bagian Teknik dan Produksi dipimpin oleh Manager.

Pasal 192
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191, Bagian
Teknik dan Produksi mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sarana, mesin dan peralatan pengolahan
beras dan pangan lain.
b. pelaksanaan kegiatan proses produksi, pengendalian mutu dan kuantitas produk,
dan pengelolaan persediaan produk.

50
Pasal 193
Bagian Teknik dan Produksi membawahi :
a. Fungsional Spesialis Teknik;
b. Fungsional Pengelola Produksi.

Pasal 194
(1) Spesialis Teknik mempunyai tugas melakukan penjadwalan kegiatan
pemeliharaan preventif, identifikasi kebutuhan suku cadang dan/atau replacement
and rehab/RR yang dibutuhkan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan preventif dan
korektif untuk sarana pengolahan; penyediaan, pendistribusian, dan pemantauan
biaya pemeliharaan, suku cadang dan biaya replacement and rehab/RR, serta
menggordinasikan dan memonitoring kegiatan pemeliharaan mesin dan sarana
pengolahan.
(2) Pengelola Produksi mempunyai tugas melakukan penjadwalan kegiatan produksi,
monitoring pengendalian mutu dan kuantitas produk, pengelolaan persediaan
bahan baku proses produksi dan produk jadi, pemantauan penerapan standarisasi
mutu/good manufacturing practice (GMP).

Pasal 195
Bagian Bisnis dan Kemitraan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
penyediaan bahan baku dan bahan baku pendukung, penjualan dan pemasaran,
pengelolaan kemitraan dan kerjasama operasi serta pengembangan usaha¸ serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang bisnis dan kemitraan. Bagian
Bisnis dan Kemitraan dipimpin oleh Manager.

Pasal 196
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195, Bagian
Bisnis dan Kemitraan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan penyediaan bahan baku dan bahan baku pendukung,
penjualan dan pemasaran hasil produksi;
b. pelaksanaan kegiatan pengelolaan kemitraan dan kerjasama operasi serta
pengembangan usaha.

51
Pasal 197
Bagian Bisnis dan Kemitraan membawahi :
a. Fungsional Business Analyst;
b. Fungsional Analis Kemitraan.

Pasal 198
(1) Business Analyst mempunyai tugas melakukan analisis kebutuhan dan biaya
pengadaan bahan baku dan bahan baku pendukung; penyusunan target
penjualan, penetapan harga pokok produksi, pelaporan hasil penjualan dan
perancangan strategi pemasaran hasil produksi.
(2) Analis Kemitraan mempunyai tugas melakukan seleksi mitra kerja pengadaan dan
penjualan, pembinaan teknis mitra kerja, kerjasama operasi dan pengembangan
usaha.

Pasal 199
Bagian Administrasi, Keuangan dan Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan SDM, hukum,
pembiayaan, perpajakan, laporan keuangan, dan pengembangan sistem informasi,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang administrasi, keuangan
dan teknologi informasi. Bagian Keuangan dan Teknologi Informasi dipimpin oleh
Manager.

Pasal 200
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199, Bagian
Administrasi, Keuangan dan Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan SDM, hukum, pembiayaan, perpajakan, dan
laporan keuangan;
b. pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem informasi.

Pasal 201
Bagian Administrasi, Keuangan dan Teknologi Informasi terdiri dari:
a. Fungsional Administrator Umum;
b. Fungsional Administrator Teknologi Informasi.

52
Pasal 202
(1) Administrator Umum mempunyai tugas melakukan monitoring dan
mengoordinasikan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan SDM, hukum,
pembiayaan, perpajakan, laporan keuangan konsolidasi Unit Pengolahan.
(2) Administrator Teknologi Informasi mempunyai tugas melakukan monitoring dan
mengoordinasikan implementasi teknologi informasi guna mendukung setiap
aktivitas bisnis.

Pasal 203
Unit Pengelolaan Industri Regional mempunyai tugas pokok melakukan pengelolaan
kegiatan seluruh Unit Pengolahan dan Unit Pengemasan di wilayahnya dengan
menitikberatkan pada aspek operasional, administrasi dan keuangan serta quality
assurance. Unit Pengelolaan Industri Regional di pimpin oleh Regional Manager di
masing-masing wilayah regional.

Pasal 204
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203,
Unit Pengelolaan Industri Regional mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. Pelaksanaan kegiatan operasional dan administrasi pengolahan di seluruh Unit
Pengolahan dalam wilayah kerjanya.
b. Pelaksanaan kegiatan operasional dan administrasi pengemasan di seluruh Unit
Pengemasan dalam wilayah kerjanya.

Pasal 205
Wilayah kerja Unit Pengelolaan Industri Regional sebagai berikut :
1. Unit Pengelolaan Industri Regional I, berkedudukan di Bandung, mencakup
wilayah kerja Unit Pengolahan Beras dan Unit Pengemasan yang berada di Kanwil
Aceh, Kanwil Sumut, Kanwil Riau dan Kepri, Kanwil Sumbar, Kanwil Jambi, Kanwil
Sumsel dan Babel, Kanwil Bengkulu, Kanwil Lampung, Kanwil DKI Jakarta dan
Banten, Kanwil Jabar, Kanwil Kalbar, Kanwil Kaltim dan Kaltara, Kanwil Kalsel,
dan Kanwil Kalteng.
2. Unit Pengelolaan Industri Regional II, berkedudukan di Surabaya, mencakup
wilayah kerja Unit Pengolahan Beras dan Unit Pengemasan yang berada di Kanwil
Jateng, Kanwil Jatim, Kanwil Yogyakarta, Kanwil Bali, Kanwil NTB dan Kanwil
NTT.

53
3. Unit Pengelolaan Industri Regional III, berkedudukan di Makassar, mencakup
wilayah kerja Unit Pengolahan Beras dan Unit Pengemasan yang berada di Kanwil
Sulut dan Gorontalo, Kanwil Sulteng, Kanwil Sultra, Kanwil Sulsel dan Sulbar,
Kanwil Maluku dan Malut, serta Kanwil Papua dan Pabar.

Pasal 206
Pengelola Unit Pengolahan Beras terdiri dari :
a. Kepala Unit Pengolahan Beras;
b. Petugas Pembelian dan Persediaan;
c. Petugas Produksi;
d. Petugas Pemasaran dan Penjualan;
e. Petugas Quality Assurance;
f. Petugas Administrasi dan Keuangan.

Pasal 207
(1) Kepala Unit Pengolahan Beras mempunyai tugas melakukan kegiatan
perencanaan dan koordinasi kegiatan mulai dari pembelian bahan baku, produksi,
pengelolaan persediaan, pemasaran dan penjualan, quality assurance sampai
dengan menghasilkan produk pangan maupun hasil samping yang siap untuk
dipasarkan sesuai dengan permintaan pasar ataupun industri lainnya.
(2) Petugas Pembelian dan Persediaan mempunyai tugas melakukan kegiatan
pembinaan saluran suplai bahan baku, kemasan dan pendukungnya; pembelian
bahan baku; penyimpanan dan perawatan stok; pemeriksaan dan evaluasi mutu
serta pengelolaan retur atas produk jual.
(3) Petugas Produksi mempunyai tugas melakukan kegiatan proses produksi dan
pengolahan; pengendalian kualitas produksi; pengemasan; serta pemeliharaan
dan perawatan sarana pengolahan dan infrastruktur pendukungnya.
(4) Petugas Pemasaran dan Penjualan mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengembangan produk; pembinaan dan pengembangan saluran penjualan; serta
melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran lainnya.
(5) Petugas Quality Assurance mempunyai tugas melakukan kegiatan menetapkan
dan menjamin standar kualitas serta kondisi komoditas usaha saat pembelian,
penyimpanan dan saat penjualan.

54
(6) Petugas Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan data SDM; administrasi dan verifikasi seluruh proses penerimaan dan
pengeluaran transaksi keuangan; pembuatan laporan keuangan; perpajakan;
hukum, dan penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP); pengarsipan, dan surat
menyurat.

Pasal 208
Pengelola Unit Pengemasan terdiri dari :
a. Kepala Unit Pengemasan;
b. Petugas Operasional;
c. Petugas Quality Assurance;
d. Petugas Administrasi dan Keuangan.

Pasal 209
(1) Kepala Unit Pengemasan mempunyai tugas melakukan kegiatan perencanaan
dan koordinasi kegiatan mulai dari penyediaan kemasan, pemasaran jasa
pengemasan, pengelolaan persediaan dan pengawasan mutu sampai dengan
menghasilkan produk hasil pengemasan sesuai dengan permintaan konsumen
jasa.
(2) Petugas Operasional mempunyai tugas melakukan kegiatan pembelian bahan
baku kemasan dan atau pemasaran serta penjualan produk; penyimpanan dan
perawatan stok; pengelolaan retur atas produk jual, proses pengolahan dan
pengemasan, serta pemeliharaan dan perawatan sarana pengemasan dan
infrastruktur pendukungnya.
(3) Petugas Quality Assurance mempunyai tugas melakukan kegiatan menetapkan
dan menjamin standar kualitas serta kondisi komoditas usaha saat pembelian,
penyimpanan dan saat penjualan.
(4) Petugas Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan data SDM; administrasi dan verifikasi seluruh proses penerimaan dan
pengeluaran transaksi keuangan; pembuatan laporan keuangan; perpajakan;
hukum, dan penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP); pengarsipan, dan surat
menyurat.

55
Bagian Keempat
Divisi Teknologi Informasi

Pasal 210

Divisi Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok menyusun dan menyelenggarakan


kegiatan perencanaan dan tata kelola, pengembangan sistem aplikasi teknologi
informasi, pengembangan layanan, dan operasional layanan.

Pasal 211
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210,
Divisi Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan perencanaan dan tata kelola teknologi informasi;
b. penyelenggaraan kegiatan pengembangan teknologi informasi;
c. penyelenggaraan kegiatan operasional dan layanan teknologi informasi.

Pasal 212
Divisi Teknologi Informasi terdiri dari:
a. Subdivisi Perencanaan Teknologi Informasi;
b. Subdivisi Pengembangan Teknologi Informasi;
c. Subdivisi Operasional dan Layanan Teknologi Informasi.

Pasal 213
Subdivisi Perencanaan Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan pengelolaan tata kelola teknologi informasi, penyusunan rencana strategis
teknologi informasi, pengembangan strategi pemetaan kebutuhan dan kapasitas,
alokasi dan pemberian rekomendasi peningkatan kompetensi SDM teknologi
informasi, quality assurance, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di
bidang perencanaan Teknologi Informasi.

56
Pasal 214
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 213, Subdivisi
Perencanaan Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan tata kelola teknologi informasi;
b. pelaksanaan kegiatan perencanaan strategis teknologi informasi;
c. pelaksanaan kegiatan quality assurance teknologi informasi.

Pasal 215
Subdivisi Perencanaan Teknologi Informasi terdiri dari:
a. Fungsional Spesialis Tata Kelola Teknologi Informasi;
b. Fungsional Spesialis Perencanaan Strategis Teknologi Informasi;
c. Fungsional IT Policy Procedure Management;
d. Fungsional IT Compliance and Risk;
e. Fungsional IT Solution Architect;
f. Fungsional Quality Assurance;
g. Fungsional IT Business Analyst;
h. Fungsional IT Security.

Pasal 216
(1) Fungsional Spesialis Tata Kelola Teknologi Informasi mempunyai tugas
melakukan kegiatan pengembangan sistem tata kelola teknologi informasi,
framework dan siklus proses pengelolaan teknologi informasi; penyusunan dan
pengelolaan kebijakan, SOP dan standardisasi teknologi informasi; pengelolaan
SDM teknologi informasi, pemantauan pelaksanaan tata kelola teknologi
informasi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan tata kelola
teknologi informasi.
(2) Fungsional Spesialis Perencanaan Strategis Teknologi Informasi mempunyai
tugas melakukan kegiatan pengelolaan dan pemutakhiran rencana strategis
teknologi informasi serta realisasinya; pengelolaan arsitektur enterprise yang
meliputi : arsitektur proses bisnis, arsitektur informasi, arsitektur aplikasi, dan
arsitektur teknologi serta pengamanan informasi; penyusunan rekomendasi
solusi teknologi informasi, pengelolaan portofolio teknologi informasi,
penyusunan rencana anggaran teknologi informasi dan realisasinya, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan perencanaan strategis teknologi
informasi.

57
(3) Fungsional IT Policy Procedure Management mempunyai tugas melakukan
penyusunan dan sosialisasi kebijakan, SOP dan standar teknologi informasi
serta memperbarui kebijakan, SOP, dan standar teknologi informasi berdasarkan
hasil review berkala.
(4) Fungsional IT Compliance and Risk mempunyai tugas untuk melakukan
pemantauan pelaksanaan dan evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian tata
kelola teknologi informasi yang dijalankan dengan kebijakan, SOP, dan standar
teknologi informasi yang ditetapkan; pengendalian intern Divisi Teknologi
Informasi serta melaporkan dan menindaklanjuti hasilnya; kegiatan identifikasi
risiko, penerapan kontrol, dan penyusunan rencana mitigasi untuk area aplikasi
dan infrastruktur teknologi informasi; kajian terhadap risiko aplikasi dan
infrastruktur teknologi informasi.
(5) Fungsional Solution Architect mempunyai tugas melakukan penyusunan
arsitektur enterprise yang meliputi : arsitektur bisnis, arsitektur informasi,
arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi serta pengamanan informasi;
pengelolaan dan pemutakhiran arsitektur sesuai dengan kebutuhan bisnis; serta
analisis dan rekomendasi solusi teknologi informasi yang selaras dengan
arsitektur enterprise.
(6) Fungsional Quality Assurance mempunyai tugas melakukan kegiatan menjamin
aplikasi dan infrastruktur memenuhi standar yang ditetapkan termasuk
keandalan, kegunaan, kinerja, dan standar kualitas umum yang ditetapkan oleh
Perusahaan; penyiapan lingkungan pengujian dan pelaksanaan pengujian
aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi secara fungsional dan non
fungsional.
(7) Fungsional Business Analyst mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
spesifikasi kebutuhan bisnis terkait sistem aplikasi dan layanan teknologi
informasi.
(8) Fungsional IT Security mempunyai tugas melakukan kegiatan perencanaan,
penerapan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan keamanan informasi
untuk area infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi.

Pasal 217
Subdivisi Pengembangan Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi informasi baik untuk sistem aplikasi
utama maupun aplikasi pendukung, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang pengembangan Teknologi Informasi.

58
Pasal 218
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217, Subdivisi
Pengembangan Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem aplikasi untuk fungsi bisnis utama;
b. pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem aplikasi untuk fungsi pendukung
bisnis.

Pasal 219
Subdivisi Pengembangan Teknologi Informasi terdiri dari:
a. Fungsional Spesialis Pengembangan Aplikasi Utama;
b. Fungsional Spesialis Pengembangan Aplikasi Pendukung;
c. Fungsional IT System Analyst;
d. Fungsional Programmer;
e. Fungsional Project Specialist.

Pasal 220
(1) Fungsional Spesialis Pengembangan Aplikasi Utama mempunyai tugas
melakukan kegiatan pengembangan, pengujian, dan konfigurasi aplikasi utama,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan pengembangan aplikasi
utama.
(2) Fungsional Spesialis Pengembangan Aplikasi Pendukung mempunyai tugas
melakukan kegiatan pengembangan, pengujian, dan konfigurasi, aplikasi
pendukung, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan
pengembangan aplikasi pendukung.
(3) Fungsional IT System Analyst mempunyai tugas melakukan kegiatan desain
aplikasi dan solusi teknologi (infrastruktur, jaringan dan keamanan teknologi
informasi).
(4) Fungsional Programmer mempunyai tugas melakukan pemrograman, pengujian
dan konfigurasi aplikasi.
(5) Fungsional Project Specialist mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
kerja proyek teknologi informasi yang mencakup: ruang lingkup, rincian aktivitas,
durasi (timeline), alokasi sumber daya, dan biaya; kegiatan manajemen proyek,
serta pemantauan dan pelaporan perkembangan proyek.

59
Pasal 221
Subdivisi Operasional dan Layanan Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan pelayanan pengguna, kegiatan operasional aplikasi utama
dan pendukung, pengelolaan infrastruktur teknologi informasi, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang operasional dan layanan Teknologi Informasi.

Pasal 222
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 221, Subdivisi
Operasional dan Layanan Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pelayanan pengguna dan operasional teknologi informasi;
b. pelaksanaan kegiatan infrastruktur teknologi informasi;
c. pelaksanaan kegiatan operasi aplikasi teknologi informasi.

Pasal 223
Subdivisi Operasional dan Layanan Teknologi Informasi terdiri dari:
a. Fungsional Spesialis Layanan Pengguna dan Operasional TI;
b. Fungsional Spesialis Infrastruktur Teknologi Informasi;
c. Fungsional Spesialis Operasi Aplikasi Teknologi Informasi;
d. Fungsional Operation Administrator;
e. Fungsional Database Administrator;
f. Fungsional Network Administrator;
g. Fungsional System Administrator.

Pasal 224
(1) Fungsional Spesialis Layanan Pengguna dan Operasional Teknologi Informasi
mempunyai tugas melakukan kegiatan layanan pengguna, pengelolaan service
desk terkait teknologi informasi dan penyediaan first level support termasuk
pengelolaan insiden dan permintaan layanan teknologi informasi; pengelolaan
permasalahan dan eskalasi permasalahan ke second level support dan third level
support; kegiatan operasional teknologi informasi, manajemen user dan akses
terhadap layanan; pengelolaan perubahan layanan, pemeliharaan aplikasi
temasuk tindakan preventif dan korektif; serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan layanan pengguna dan operasional teknologi informasi.

60
(2) Fungsional Spesialis Infrastruktur Teknologi Informasi mempunyai tugas
melakukan kegiatan pengelolaan, operasional dan pemeliharaan infrastruktur
teknologi informasi, pengelolaan fasilitas Data Center dan Disaster Recovery
Center serta Configuration Management Database, pencatatan, pengelolaan dan
pemeliharaan aset teknologi informasi, pengelolaan Configuration Management
Database (CMDB) serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
infrastruktur teknologi informasi.
(3) Fungsional Spesialis Operasi Aplikasi Teknologi Informasi mempunyai tugas
melakukan kegiatan koordinasi operasi, pemantauan ketersediaan layanan dan
pemeliharaan system aplikasi teknologi informasi, analis pemecahan masalah
system aplikasi teknologi informasi, menjalin kerjasama dengan pihak ketiga atau
vendor sesuai dengan service level agreement yang disepakati, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan kegiatan pengelolaan aplikasi teknologi informasi.
(4) Fungsional Operation Administrator mempunyai tugas melakukan kegiatan
pemeliharaan, perbaikan dan pelaporan terhadap layanan teknologi informasi
dan seluruh perangkat infrastruktur pendukung layanan yang terdapat di dalam
data center serta menjamin layanan teknologi informasi beroperasi dengan baik.
(5) Fungsional Database Administrator mempunyai tugas melakukan desain,
implementasi, dan pemeliharaan database, pemantauan dan pelaporan kinerja
dan kapasitas database, menangani permasalahan terkait database.
(6) Fungsional Network Administrator mempunyai tugas melakukan desain,
implementasi, pemeliharaan dan perbaikan jaringan, pemantauan dan pelaporan
kinerja dan ketersediaan jaringan, menangani permasalahan terkait jaringan.
(7) Fungsional System Administrator mempunyai tugas melakukan administrasi
layanan teknologi informasi dan pengelolaan hak akses terhadap layanan
teknologi informasi.

BAB VII
DIREKTORAT KEUANGAN

Pasal 225
Direktorat Keuangan mempunyai tugas pokok menetapkan kebijakan dan
menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup penyusunan strategi keuangan,
pengelolaan anggaran, investasi, perbendaharaan serta akuntansi dan perpajakan.

61
Pasal 226
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 225,
Direktorat Keuangan mempunyai fungsi mengarahkan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan kegiatan pengelolaan anggaran, penyusunan
strategi keuangan, dan investasi;
b. kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan perbendaharaan;
c. kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan akuntansi dan perpajakan.

Pasal 227
Direktorat Keuangan terdiri dari:
a. Divisi Strategi Keuangan, Anggaran, dan Investasi;
b. Divisi Perbendaharaan;
c. Divisi Akuntansi dan Perpajakan.

Bagian Kesatu
Divisi Strategi Keuangan, Anggaran, dan Investasi

Pasal 228
Divisi Strategi Keuangan, Anggaran, dan Investasi mempunyai tugas pokok
menyusun kebijakan dan menyelenggarakan kegiatan strategi keuangan untuk PSO
dan Komersial, perencanaan, evaluasi dan pelaporan anggaran, serta analisis dan
evaluasi investasi.

Pasal 229
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228,
Divisi Strategi Keuangan, Anggaran, dan Investasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan penyusunan kebijakan dan strategi keuangan untuk
PSO dan Komersial;
b. penyelenggaraan kegiatan perencanaan, evaluasi dan pelaporan anggaran;
c. penyelenggaraan kegiatan analisis dan evaluasi investasi.

62
Pasal 230
Divisi Strategi Keuangan, Anggaran, dan Investasi terdiri dari:
a. Subdivisi Strategi Keuangan;
b. Subdivisi Anggaran;
c. Subdivisi Investasi.

Pasal 231
Subdivisi Strategi Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan analisis
keuangan, pengendalian dan pemantauan penggunaan anggaran PSO dan
Komersial, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang strategi
keuangan.

Pasal 232
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231, Subdivisi
Strategi Keuangan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis keuangan bisnis dan perusahaan serta
penyusunan cost structure;
b. pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pemantauan penggunaan anggaran
PSO dan Komersial.

Pasal 233
Subdivisi Strategi Keuangan terdiri dari:
a. Seksi Analisis Keuangan dan Cost Structure;
b. Fungsional Analis Pengendalian Keuangan.

Pasal 234
(1) Seksi Analisis Keuangan dan Cost Structure mempunyai tugas melakukan
perencanaan strategis keuangan, analisis kinerja keuangan, analisis kelayakan
bisnis, penyusunan cost structure, serta evaluasi dan pelaporan kegiatan analisis
keuangan.
(2) Analis Pengendalian Keuangan mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
kebutuhan, pengendalian, verifikasi, dan pemantauan realisasi anggaran sesuai
rencana kerja perusahaan, serta evaluasi dan pelaporan kegiatan pengendalian
keuangan.

63
Pasal 235
Subdivisi Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan perencanaan,
evaluasi, dan laporan konsolidasi anggaran, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang anggaran.

Pasal 236
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235, Subdivisi
Anggaran mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis kebutuhan anggaran;
b. pelaksanaan kegiatan evaluasi anggaran dan laporan konsolidasi anggaran.

Pasal 237
Subdivisi Anggaran membawahi :
a. Fungsional Analis Kebutuhan Anggaran;
b. Fungsional Analis Evaluasi dan Pelaporan Anggaran.

Pasal 238
(1) Analis Kebutuhan Anggaran mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
kebutuhan anggaran dan penyusunan postur anggaran RKAP.
(2) Analis Evaluasi dan Pelaporan Anggaran mempunyai tugas melakukan evaluasi
dan pelaporan realisasi anggaran PSO dan Komersial, serta konsolidasi dan
pelaporan anggaran perusahaan

Pasal 239
Subdivisi Investasi mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan dan evaluasi
investasi dalam penempatan dana maupun bentuk investasi lainnya pada sektor riil,
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang investasi.

Pasal 240
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239, Subdivisi
Investasi mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi:

64
a. pelaksanaan perencanaan investasi dalam penempatan dana maupun bentuk
investasi lainnya pada sektor riil;
b. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi investasi dalam penempatan dana
maupun bentuk investasi lainnya pada sektor riil.

Pasal 241
Subdivisi Investasi membawahi Fungsional Analis Kelayakan Investasi.

Pasal 242
Analis Kelayakan Investasi mempunyai tugas melakukan analisis terhadap kajian
kelayakan investasi, analisis kebutuhan dan ketersediaan anggaran investasi, analisis
dan pencarian sumber anggaran investasi alternatif, serta penilaian, pemantauan dan
evaluasi realisasi anggaran investasi dalam penempatan dana maupun bentuk
investasi lainnya pada sektor riil.

Bagian Kedua
Divisi Perbendaharaan

Pasal 243
Divisi Perbendaharaan mempunyai tugas pokok menyusun dan menyelenggarakan
kegiatan pendanaan, penagihan, penanganan klaim serta pembayaran transaksi
keuangan.

Pasal 244
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243,
Divisi Perbendaharaan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pendanaan;
b. penyelenggaraan kegiatan verifikasi pembebanan kredit, penanganan dan
pemantauan klaim serta pembayaran dan tagihan;
c. penyelenggaraan kegiatan administrasi keuangan dan prakiraan kas harian,
bulanan, dan tahunan.

65
Pasal 245
Divisi Perbendaharaan terdiri dari:
a. Subdivisi Pendanaan;
b. Subdivisi Verifikasi dan Tagihan;
c. Subdivisi Administrasi Keuangan.

Pasal 246
Subdivisi Pendanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan perencanaan
dan pengendalian pendanaan PSO dan Komersial, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang pendanaan.

Pasal 247
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246,
Subdivisi Pendanaan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pendanaan PSO;
b. pelaksanaan kegiatan pendanaan Komersial.

Pasal 248
Subdivisi Pendanaan terdiri dari :
a. Seksi Pendanaan PSO;
b. Seksi Pendanaan Komersial.

Pasal 249
(1) Seksi Pendanaan PSO mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis kebutuhan
dan pengajuan pendanaan PSO, penyediaan dan pengalokasian sumber dana
PSO, pengendalian penempatan dana, monitoring penggunaan sumber dana
PSO, serta pelaporan dan evaluasi pendanaan PSO.
(2) Seksi Pendanaan Komersial mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis
kebutuhan dan pengajuan pendanaan komersial, penyediaan dan pengalokasian
sumber dana komersial, pengendalian penempatan dana, monitoring penggunaan
sumber dana komersial, serta pelaporan dan evaluasi pendanaan komersial.

66
Pasal 250
Subdivisi Verifikasi dan Tagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
verifikasi pembebanan kredit, verifikasi pembayaran, penanganan klaim dan
penyelesaian tagihan, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
verifikasi dan penagihan.

Pasal 251
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250,
Subdivisi Verifikasi dan Tagihan mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan verifikasi pembebanan kredit;
b. pelaksanaan kegiatan verifikasi pembayaran;
c. Pelaksanaan penanganan klaim;
d. pelaksanaan penyelesaian tagihan.

Pasal 252
Subdivisi Verifikasi dan Tagihan terdiri dari :
a. Seksi Verifkasi Pembayaran;
b. Seksi Klaim;
c. Fungsional Verifikator Perbendaharaan.

Pasal 253
(1) Seksi Verifikasi Pembayaran mempunya tugas melakukan kegiatan pengecekan
dan pengoreksian keabsahan seluruh proses pengeluaran transaksi keuangan
Kantor Pusat.
(2) Seksi Klaim mempunya tugas melakukan kegiatan penanganan, penyelesaian
dan pemantauan masalah yang berkaitan dengan proses klaim/Tuntutan Ganti
Rugi dalam negeri dan luar negeri.
(3) Verifikator Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan verifikasi dalam
bidang pembebanan kredit dan tagihan, meliputi: pengecekan dan pengoreksian
keabsahan seluruh proses pembebanan kredit, pengecekan dan pengoreksian
keabsahan seluruh proses penyelesaian serta pelaksanaan penagihan
tagihan/piutang.

67
Pasal 254
Subdivisi Administrasi Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
administrasi transaksi keuangan PSO/Komersial dan pembayaran transaksi keuangan
Perusahaan (Kantor Pusat dan Kantor Wilayah), penyusunan laporan prakiraan kas
harian, bulanan dan tahunan serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di
bidang administrasi keuangan.

Pasal 255
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254, Subdivisi
Administrasi Keuangan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan administrasi transaksi keuangan PSO;
b. pelaksanaan administrasi transaksi keuangan Komersial;
c. pelaksanaan pembayaran transaksi keuangan kantor pusat.

Pasal 256
Subdivisi Administrasi Keuangan membawahi:
a. Seksi Administrasi Keuangan PSO;
b. Seksi Administrasi Keuangan Komersial;
c. Seksi Pembayaran Kantor Pusat;
d. Petugas Kasir Kantor Pusat.

Pasal 257
(1) Seksi Administrasi Keuangan PSO mempunyai tugas melakukan administrasi,
pengendalian, pemantauan dan evaluasi hasil penerimaan/pengeluaran
transaksi keuangan sesuai sumber dana PSO.
(2) Seksi Administrasi Keuangan Komersial mempunyai tugas melakukan
administrasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi hasil
penerimaan/pengeluaran transaksi keuangan sesuai sumber dana Komersial.
(3) Seksi Pembayaran Kantor Pusat mempunyai tugas melakukan penghimpunan
dan penyiapan dokumen pembayaran serta eksekusi pembayaran untuk
transaksi keuangan Perusahaan (Kantor Pusat dan Kantor Wilayah) sesuai
sumber dana, serta pembuatan laporan prakiraan kas harian, bulanan dan
tahunan.

68
(4) Petugas Kasir Kantor Pusat merupakan jabatan non jenjang yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direksi, mempunyai tugas pokok melakukan
penerimaan, penyimpanan serta pengeluaran cek dan Surat Pemindahbukuan
(SPB), pemotongan pinjaman dan piutang klaim sesuai permintaan pejabat
berwenang, administrasi, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan posisi kas
secara berkala.

Bagian Ketiga
Divisi Akuntansi dan Perpajakan

Pasal 258
Divisi Akuntansi dan Perpajakan mempunyai tugas pokok menyusun dan
menyelenggarakan kegiatan pencatatan akuntansi kantor pusat, rekonsiliasi transaksi
rekening antar kantor, administrasi perpajakan, dan pelaporan keuangan konsolidasi.

Pasal 259
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258,
Divisi Akuntansi dan Perpajakan mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pencatatan akuntansi kantor pusat;
b. penyelenggaraan kegiatan rekonsiliasi transaksi rekening antar kantor;
c. penyelenggaraan kegiatan administrasi perpajakan;
d. penyelenggaraan kegiatan konsolidasi dan pelaporan keuangan perusahaan.

Pasal 260
Divisi Akuntansi dan Perpajakan terdiri dari:
a. Subdivisi Akuntansi Kantor Pusat;
b. Subdivisi Rekening Antar Kantor;
c. Subdivisi Perpajakan;
d. Subdivisi Laporan Keuangan Konsolidasi.

Pasal 261
Subdivisi Akuntansi Kantor Pusat mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
pembukuan akuntansi kantor pusat, pencatatan buku tambahan, serta penyusunan
dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang akuntansi kantor pusat.

69
Pasal 262
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 261, Subdivisi
Akuntansi Kantor Pusat mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pembukuan kantor pusat;
b. pelaksanaan kegiatan pencatatan buku tambahan.

Pasal 263
Subdivisi Akuntansi Kantor Pusat membawahi Fungsional Akuntan.

Pasal 264
Akuntan mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang akuntansi kantor pusat,
meliputi: kegiatan pencatatan, pengecekan, pengkoreksian dan pengarsipan seluruh
transaksi keuangan kantor pusat, serta penyusunan laporan keuangan kantor pusat,
pencatatan transaksi buku tambahan terhadap akun/kodering uang muka, piutang,
aktiva tetap, hutang dan lainnya, serta pembuatan bukti memorial yang diperlukan.

Pasal 265
Subdivisi Rekening Antar Kantor mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
pembukuan rekonsiliasi transaksi hubungan rekening antar kantor dan penyiapan
koreksi dan bukti memorial yang diperlukan, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang rekening antar kantor.

Pasal 266
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 265, Subdivisi
Rekening Antar Kantor mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi :
a. pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi rekening antar kantor I;
b. pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi rekening antar kantor II.

Pasal 267
Subdivisi Rekening Antar Kantor membawahi Fungsional Akuntan.

Pasal 268
Akuntan mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang rekening antar kantor,
meliputi: rekonsiliasi transaksi hubungan rekening antar kantor antara Kantor Pusat
dengan Kantor Wilayah Selindo dan anak perusahaan/unit bisnis, serta penyiapan
koreksi dan bukti memorial yang diperlukan.

70
Pasal 269
Subdivisi Perpajakan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan administrasi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), dan pajak lainnya,
kepatuhan perpajakan, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
administrasi perpajakan.

Pasal 270
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 269, Subdivisi
Perpajakan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
b. pelaksanaan kegiatan administrasi Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya;
c. pelaksanaan kegiatan pemantauan aturan, evaluasi penerapan dan penyelesaian
permasalahan perpajakan serta sosialisasi peraturan perpajakan.

Pasal 271
Subdivisi Perpajakan terdiri dari :
a. Seksi PPN;
b. Seksi PPh dan Pajak Lainnya;
c. Fungsional Analis Perpajakan.

Pasal 272
(1) Seksi PPN mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan pengecekan,
penghitungan, pemungutan, penyetoran, dan penyimpanan dokumen PPN,
serta analisis kemungkinan keringanan/pembebasan PPN.
(2) Seksi PPh dan Pajak Lainnya mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan
pengecekan, penghitungan, pemungutan, penyetoran, dan penyimpanan
dokumen PPh dan pajak lainnya, serta analisis kemungkinan
keringanan/pembebasan PPh dan pajak lainnya.
(3) Analis Perpajakan mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan analisis dalam
bidang perpajakan, meliputi: pemantauan peraturan dan ketentuan tentang
perpajakan, evaluasi pelaksanaan penerapan perpajakan, teknis perpajakan
dan penyelesaian permasalahan perpajakan serta komunikasi, sosialisasi dan
bimbingan teknis perpajakan.

71
Pasal 273
Subdivisi Laporan Keuangan Konsolidasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan konsolidasi dan penyusunan laporan keuangan, analisis laporan keuangan
konsolidasi dan pengembangan sistem manajemen akuntansi, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang pelaporan keuangan konsolidasi.

Pasal 274
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 273, Subdivisi
Laporan Keuangan Konsolidasi mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan konsolidasi dan penyusunan laporan keuangan;
b. pelaksanaan kegiatan analisis laporan keuangan konsolidasi;
c. pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan sistem manajemen
akuntansi.

Pasal 275
Subdivisi Laporan Keuangan Konsolidasi terdiri dari :
a. Seksi Sistem Manajemen Akuntansi;
b. Fungsional Akuntan.

Pasal 276
(1) Seksi Sistem Manajemen Akuntansi mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan
pengolahan data akuntansi, pembinaan teknis dan pengembangan sistem
manajemen akuntansi perusahaan.
(2) Akuntan mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang Laporan
Keuangan Konsolidasi, meliputi: penghimpunan, konsolidasi, dan penyusunan
laporan Keuangan, analisis dan penyiapan usulan rekomendasi atas laporan
keuangan konsolidasi.

BAB VIII
DIREKTORAT SDM DAN UMUM
Pasal 277
Direktorat SDM dan Umum mempunyai tugas pokok menetapkan kebijakan dan
menyelenggarakan pengurusan dalam ruang lingkup pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM), manajemen perubahan, urusan hukum dan kepatuhan, serta umum.

72
Pasal 278
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 277,
Direktorat SDM dan Umum mempunyai fungsi mengarahkan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan SDM;
b. kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan manajemen perubahan;
c. kebijakan dan penyelenggaraan urusan hukum dan kepatuhan;
d. kebijakan dan penyelenggaraan urusan umum.

Pasal 279
Direktorat SDM dan Umum terdiri dari:
a. Divisi SDM;
b. Divisi Manajemen Perubahan;
c. Divisi Hukum dan Kepatuhan;
d. Divisi Umum.

Bagian Kesatu
Divisi SDM

Pasal 280
Divisi SDM mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan menyelenggarakan
kegiatan pengelolaan kebijakan human capital, pengembangan talent, pengelolaan
kesejahteraan dan administrasi SDM, serta penerapan hubungan industrial dan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH ).

Pasal 281
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280,
Divisi SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kebijakan human capital;
b. penyelenggaraan kegiatan pengembangan talent;
c. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kesejahteraan dan administrasi SDM;
d. penyelenggaraan kegiatan penerapan hubungan industrial dan program K3LH.

73
Pasal 282
Divisi SDM terdiri dari:
a. Subdivisi Kebijakan Human Capital;
b. Subdivisi Pengembangan Talent;
c. Subdivisi Kesejahteraan dan Administrasi SDM;
d. Subdivisi Hubungan Industrial dan K3LH.

Pasal 283
Subdivisi Kebijakan Human Capital mempunyai tugas pokok melakukan perencanaan
dan penyusunan serta evaluasi penerapan kebijakan terkait human capital.

Pasal 284
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283, Subdivisi
Kebijakan Human Capital mempunyai mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi :
a. pelaksanaan kegiatan analisis dan strategi kebijakan human capital;
b. pelaksanaan kegiatan evaluasi dan monitoring penerapan kebijakan human
capital.

Pasal 285
Subdivisi Kebijakan Human Capital membawahi Fungsional HR Specialist.

Pasal 286
HR Specialist mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis, strategi, evaluasi dan
monitoring kebijakan human capital terkait rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan
pengembangan, manajemen karir, imbal jasa, pembuatan struktur sistem remunerasi
termasuk sistem reward and punishment, hubungan karyawan, separation
management.

Pasal 287
Subdivisi Pengembangan Talent mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
pengembangan karir dan SDM, termasuk pengelolaan data dan sistem informasi SDM.

74
Pasal 288
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 287, Subdivisi
Pengembangan Talent mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengembangan karir;
b. pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengembangan SDM;
c. pelaksanaan kegiatan pengelolaan data dan sistem informasi SDM.

Pasal 289
Subdivisi Pengembangan Talent terdiri dari :
a. Seksi Pengembangan Karir;
b. Fungsional Analis SDM.

Pasal 290
(1) Seksi Pengembangan Karir mempunyai tugas melakukan penyusunan pola karir,
profil kinerja, dan profil kompetensi berdasarkan hasil penilaian kinerja dan
kompetensi serta individual career plan, identifikasi peserta dan pelaksanaan
assesment atau fit and proper test, perencanaan suksesi, evaluasi karir serta
mutasi karyawan (promosi, rotasi, dan demosi) dan pengangkatan hasil
rekrutmen, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan
karir.
(2) Analis SDM mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang
pengembangan SDM, meliputi: perencanaan dan pelaksanaan rekrutmen
termasuk seleksi calon karyawan dan PKWT; perencanaan dan pelaksanaan
Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB); analisis kebutuhan program
pengembangan SDM, pemberian izin/tugas belajar, serta pengujian kualifikasi
pendidikan/ujian dinas dan penyesuaian ijazah; pengelolaan data dan sistem
informasi SDM serta penyimpanan dan pemeliharaan berkas dokumen SDM aktif
maupun purnabakti.

Pasal 291
Subdivisi Kesejahteraan dan Administrasi SDM mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengelolaan kesejahteraan dan administrasi SDM.

75
Pasal 292
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 291, Subdivisi
Kesejahteraan dan Administrasi SDM mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan kesejahteraan karyawan;
b. pelaksanaan kegiatan pengelolaan kesejahteraan Direksi dan Dewan Pengawas
serta tenaga kerja non karyawan lainnya;
c. pelaksanaan kegiatan administrasi kepegawaian dan ketenagakerjaan.

Pasal 293
Subdivisi Kesejahteraan dan Administrasi SDM terdiri dari:
a. Fungsional Administrator Kepegawaian;
b. Petugas Absensi Kantor Pusat.

Pasal 294
(1) Administrator Kepegawaian mempunyai tugas melakukan administrasi
pembayaran upah karyawan dan komponen penghasilan lainnya, administrasi
pembayaran komponen penghasilan dan manfaat untuk Direksi, Dewan
Pengawas serta tenaga kerja non karyawan lainnya termasuk tenaga keamanan
dan pengemudi serta pengadaan dan pendistribusian pakaian dinas dan
komponen manfaat lainnya; administrasi kepegawaian antara lain pengangkatan
karyawan, pemberhentian karyawan Atas Permintaan Sendiri/
pensiun/meninggal/tewas, kenaikan pangkat/golongan, pendistribusian surat
keputusan terkait kepegawaian, serta kehadiran karyawan termasuk izin cuti,
sakit, dan keterangan absensi lainnya; pengelolaan kesejahteraan hari tua,
penghargaan karyawan, santunan kematian, beasiswa anak karyawan, dan
pemberian bingkisan.
(2) Petugas Absensi Kantor Pusat merupakan jabatan non jenjang yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direksi, mempunyai tugas pokok melakukan penerimaan,
pengolahan dan penyimpanan data absensi pegawai Kantor Pusat, monitoring
kehadiran pegawai serta rekapitulasi data kehadiran pegawai Kantor Pusat setiap
bulan; serta penyediaan ID Card bagi pegawai dan peserta magang. Dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah pembinaan dan bertanggung
jawab kepada Kepala Subdivisi Kesejahteraan dan Administrasi SDM.

Pasal 295
Subdivisi Hubungan Industrial dan K3LH mempunyai tugas pokok melaksanakan
penerapan hubungan industrial dan K3LH.

76
Pasal 296
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 295, Subdivisi
Hubungan Industrial dan K3LH mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan penerapan sistem hubungan industrial;
b. pelaksanaan kegiatan penerapan sistem manajemen K3LH.

Pasal 297
Subdivisi Hubungan Industrial dan K3LH membawahi:
a. Fungsional Analis Hubungan Industrial;
b. Fungsional Spesialis K3LH.

Pasal 298
(1) Analis Hubungan Industrial mempunyai tugas melakukan kegiatan penegakan
disiplin karyawan (pembahasan dan analisis), sosialisasi kebijakan manajemen
terkait hubungan industrial, negosiasi dan diplomasi dengan serikat karyawan
(bipartit/tripartit), survei evaluasi kepuasan dan keterikatan karyawan (employee
satisfaction and engagement survey), dan koordinasi dengan pihak lain terkait
hubungan industrial.
(2) Spesialis K3LH mempunyai tugas melakukan kegiatan kegiatan penyusunan
program perencanaan K3, implementasi rencana K3, pemantauan dan evalusi
kinerja K3 serta tinjauan dan peningkatan kinerja K3 untuk mencegah,
mengurangi, dan mengendalikan risiko kecelakaan kerja.

Bagian Kedua
Divisi Manajemen Perubahan

Pasal 299
Divisi Manajemen Perubahan mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan analisis perancangan dan pengembangan struktur organisasi,
sistem manajemen kinerja organisasi dan program transformasi budaya perusahaan,
serta sistem prosedur kerja.

77
Pasal 300
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299,
Divisi Manajemen Perubahan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan perancangan dan pengembangan organisasi;
b. penyelenggaraan perancangan dan pengembangan sistem manajemen kinerja
dan budaya perusahaan;
c. penyelenggaraan perancangan dan pengembangan sistem prosedur kerja.

Pasal 301
Divisi Manajemen Perubahan terdiri dari:
a. Subdivisi Pengembangan Organisasi;
b. Subdivisi Manajemen Kinerja dan Budaya Perusahaan;
c. Subdivisi Prosedur Kerja.

Pasal 302
Subdivisi Pengembangan Organisasi mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis
perancangan, penyusunan, pengembangan, dan evaluasi struktur organisasi dan
jabatan, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengembangan
organisasi.

Pasal 303
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 302, Subdivisi
Pengembangan Organisasi mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan analisis perancangan dan pengembangan organisasi;
b. pelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan.

Pasal 304
Subdivisi Pengembangan Organisasi membawahi :
a. Fungsional Analis Organisasi;
b. Fungsional Analis Jabatan.

78
Pasal 305
(1) Analis Organisasi mempunyai tugas melakukan perencanaan kebutuhan SDM dari
sisi kuantitas dan kualitas pada setiap posisi, penyusunan persyaratan,
pengkajian, perancangan dan pengembangan struktur organisasi, tugas pokok
dan fungsi, serta evaluasi kebutuhan unit kerja.
(2) Analis Jabatan mempunyai tugas melakukan analisis dan evaluasi beban kerja,
uraian dan persyaratan jabatan, serta penyusunan kamus dan profil penilaian
kompetensi.

Pasal 306
Subdivisi Manajemen Kinerja dan Budaya Perusahaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan analisis perancangan, penyusunan, pengembangan dan evaluasi
sistem manajemen kinerja perusahaan termasuk pencapaian kinerja unit kerja dan
individu karyawan, perancangan strategi, implementasi dan monitoring transformasi
budaya perusahaan, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
manajemen kinerja dan manajemen perubahan.

Pasal 307
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306, Subdivisi
Manajemen Kinerja dan Budaya Perusahaan mempunyai fungsi merencanakan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan perancangan, analisis, monitoring, pelaporan dan pengelolaan
infrastruktur sistem manajemen kinerja perusahaan;
b. pelaksanaan perancangan, analisis, monitoring dan pelaporan implementasi
program transformasi budaya dan nilai dasar perusahaan.

Pasal 308
Subdivisi Manajemen Kinerja dan Budaya Perusahaan membawahi:
a. Fungsional Analis Manajemen Kinerja;
b. Fungsional Spesialis Budaya Perusahaan.

79
Pasal 309
(1) Analis Manajemen Kinerja mempunyai tugas melakukan analisis, monitoring,
evaluasi dan pelaporan sistem manajemen kinerja perusahaan termasuk
pencapaian kinerja unit kerja dan individu karyawan; perancangan,
pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur termasuk operasi dan pembinaan
teknis implementasi sistem aplikasi penilaian kinerja.
(2) Spesialis Budaya Perusahaan mempunyai tugas melakukan analisis, monitoring,
evaluasi dan pelaporan implementasi program transformasi budaya dan nilai
dasar perusahaan; perancangan strategi dan koordinasi teknis penyelenggaraan
kegiatan internalisasi budaya dan nilai dasar perusahaan.

Pasal 310
Subdivisi Prosedur Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis,
perancangan, penyusunan dan evaluasi sistem prosedur kerja, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang sistem prosedur kerja.

Pasal 311
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 310, Subdivisi
Prosedur Kerja mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan analisis dan evaluasi prosedur kerja organisasi di bidang pengadaan,
komersial, pengembangan bisnis dan industri, dan keuangan;
b. pelaksanaan analisis dan evaluasi sistem prosedur kerja organisasi di bidang
operasional dan pelayanan publik, SDM dan Umum, serta bidang pendukung
lainnya.

Pasal 312
Subdivisi Prosedur Kerja membawahi Fungsional Analis Prosedur Kerja.

Pasal 313
Analis Prosedur Kerja mempunyai tugas melakukan analisis, review, dan evaluasi
sistem prosedur kerja organisasi di seluruh Direktorat.

80
Bagian Keempat
Divisi Hukum dan Kepatuhan

Pasal 314
Divisi Hukum dan Kepatuhan mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan review terhadap peraturan dan perjanjian serta pertimbangan,
pelayanan dan bantuan hukum serta pengawasan kepatuhan di seluruh unsur dan
kegiatan perusahaan.

Pasal 315
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314,
Divisi Hukum dan Kepatuhan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan review terhadap peraturan dan perjanjian;
b. penyelenggaraan pertimbangan, pelayanan dan bantuan hukum;
c. penyelenggaraan pengawasan kepatuhan di seluruh unsur dan kegiatan
perusahaan.

Pasal 316
Divisi Hukum dan Kepatuhan terdiri dari:
a. Subdivisi Peraturan dan Perjanjian;
b. Subdivisi Pelayanan dan Bantuan Hukum;
c. Subdivisi Kepatuhan.

Pasal 317
Subdivisi Peraturan dan Perjanjian mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
peninjauan peraturan, perjanjian dan memberikan pertimbangan hukum, serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang peraturan dan perjanjian.

Pasal 318
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 317, Subdivisi
Peraturan dan Perjanjian mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan review peraturan dan pertimbangan hukum;
b. pelaksanaan kegiatan review perjanjian dan pertimbangan hukum.

81
Pasal 319
Subdivisi Peraturan dan Perjanjian membawahi:
a. Fungsional Analis Peraturan;
b. Fungsional Analis Perjanjian.

Pasal 320
(1) Analis Peraturan mempunyai tugas melakukan perancangan dan review dan
pertimbangan hukum terhadap peraturan maupun kebijakan perusahaan lainnya,
serta penelaahan terhadap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku secara
umum.
(2) Analis Perjanjian mempunyai tugas melakukan perancangan dan review dan
pertimbangan hukum terhadap perjanjian hukum, pertimbangan hukum serta
penelaahan terhadap perjanjian berdasarkan peraturan dan ketentuan hukum
yang berlaku secara umum.

Pasal 321
Subdivisi Pelayanan dan Bantuan Hukum mempunyai tugas pokok melaksanakan
pelayanan dan bantuan hukum kepada unit kerja maupun karyawan yang sedang
berurusan dengan proses hukum, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur
di bidang pelayanan dan bantuan hukum.

Pasal 322
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 321, Subdivisi
Pelayanan dan Bantuan Hukum mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan pelayanan konsultasi hukum;
b. pelaksanaan bantuan penyelesaian masalah hukum.

Pasal 323
Subdivisi Pelayanan dan Bantuan Hukum membawahi Fungsional Legal Officer.

82
Pasal 324
Legal Officer mempunyai tugas melakukan pelayanan konsultasi dan penyelesaian
masalah dalam bidang hukum, meliputi: pelayanan konsultansi hukum dan pemberian
pendapat hukum, proses penyelesaian perkara, penyusunan tanggapan, gugatan dan
sanggahan/bantahan atas penyelesaian perkara di dalam maupun di luar pengadilan,
serta proses penyelesaian masalah hukum.

Pasal 325
Subdivisi Kepatuhan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan dan
verifikasi kepatuhan terhadap implementasi aturan, sistem prosedur dan manajemen
mutu di tingkat kantor pusat dan regional, laporan kepatuhan Perusahaan serta
penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang pengawasan kepatuhan.

Pasal 326
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 325, Subdivisi
Kepatuhan mempunyai fungsi merencanakan dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengawasan kepatuhan di Kantor Pusat;
b. pelaksanaan pengawasan kepatuhan di Kantor Wilayah.

Pasal 327
Subdivisi Kepatuhan membawahi Fungsional Pengawas Kepatuhan.

Pasal 328
Pengawas Kepatuhan mempunyai tugas melakukan pengawasan dan verifikasi dalam
bidang kepatuhan, meliputi: pengawasan dan verifikasi kepatuhan terhadap
implementasi aturan, sistem prosedur dan manajemen mutu, penyusunan laporan
kepatuhan Perusahaan.

Bagian Keempat
Divisi Umum

Pasal 329
Divisi Umum mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan menyelenggarakan
urusan kerumahtanggaan kantor pusat, pengelolaan sarana dan prasarana di wilayah,
dan administrasi aset tetap serta analisis optimalisasi aset.

83
Pasal 330
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 329,
Divisi Umum mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan,
dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan urusan kerumahtanggaan kantor pusat;
b. penyelenggaraan pengelolaan sarana dan prasarana regional;
c. penyelenggaraan administrasi aset tetap dan analisis optimalisasi aset.

Pasal 331
Divisi Umum terdiri dari:
a. Subdivisi Rumah Tangga Kantor Pusat;
b. Subdivisi Sarana Regional;
c. Subdivisi Administrasi dan Optimalisasi Aset Tetap.

Pasal 332
Subdivisi Rumah Tangga Kantor Pusat mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan urusan dalam kerumahtanggaan, instalasi, sarana, prasarana dan
perlengkapan di Kantor Pusat, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di
bidang kerumahtanggaan kantor pusat.

Pasal 333
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332, Subdivisi
Rumah Tangga Kantor Pusat mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengelolaan urusan dalam kerumahtanggaan di Kantor Pusat;
b. pelaksanaan pengelolaan instalasi di Kantor Pusat;
c. pelaksanaan pengelolaan sarana,prasarana dan perlengkapan di Kantor Pusat.

Pasal 334
Subdivisi Rumah Tangga Kantor Pusat membawahi:
a. Fungsional Administrator Umum;
b. Fungsional Spesialis Instalasi.

84
Pasal 335
(1) Administrator Umum mempunyai tugas melakukan pengelolaan
kerumahtanggaan, sarana, prasarana dan perlengkapan di Kantor Pusat,
meliputi: penyediaan konsumsi dan tenaga kebersihan, pembinaan tenaga
keamanan dan tenaga pengemudi, penataan ruang kerja dan kantor di Kantor
Pusat, analisis kebutuhan dan penyediaan serta standarisasi sarana kerja dan
kantor di Kantor Pusat, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
perusahaan (bangunan, kendaraan, dan sarana lainnya) dan penyediaan sarana
K3 di Kantor Pusat.
(2) Spesialis Instalasi mempunyai tugas melakukan analisis kebutuhan dan
penyediaan instalasi termasuk tenaga mekanik, serta pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi di Kantor Pusat.

Pasal 336
Subdivisi Sarana Regional mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan dan
penyediaan sarana penyimpanan, sarana kantor dan sarana/prasarana lainnya di
Kantor Wilayah, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang
pengelolaan sarana regional.

Pasal 337
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 336, Subdivisi
Sarana Regional mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan pengelolaan dan penyediaan sarana penyimpanan di Kantor
Wilayah;
b. pelaksanaan pengelolaan sarana kantor dan sarana/prasarana lainnya di Kantor
Wilayah.

Pasal 338
Subdivisi Sarana Regional membawahi Fungsional Administrator Umum.

Pasal 339
Administrator Umum mempunyai tugas melakukan perencanaan penyediaan sarana
penyimpanan, sarana kantor dan sarana/prasarana lainnya di Kantor Wilayah,
meliputi: analisis kebutuhan, administrasi dan tindak lanjut terhadap usulan, serta
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengadaan sarana penyimpanan,
sarana kantor dan sarana/prasarana lainnya, replacement and rehab dan/atau
pengadaan sarana kantor, sarana K3 dan sarana/prasarana lainnya di Kantor Wilayah.

85
Pasal 340
Subdivisi Administrasi dan Optimalisasi Aset Tetap mempunyai tugas pokok
melaksanakan administrasi penatausahaan aset tetap tidak bergerak dan aset tetap
bergerak, dan analisis optimalisasi aset serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang administrasi dan optimalisasi aset tetap.

Pasal 341
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340, Subdivisi
Administrasi dan Optimalisasi Aset Tetap mempunyai fungsi merencanakan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan administrasi penatausahaan aset tetap tidak bergerak;
b. pelaksanaan administrasi penatausahaan aset tetap bergerak;
c. pelaksanaan analisis optimalisasi aset.

Pasal 342
Subdivisi Administrasi dan Optimalisasi Aset Tetap membawahi:
a. Fungsional Administrator Aset;
b. Fungsional Analis Opaset.

Pasal 343
(1) Administrator Aset mempunyai tugas melakukan administrasi dalam bidang
penatausahaan aset tetap tidak bergerak dan aset tetap bergerak, meliputi:
pengumpulan data, evaluasi penghapusan/rekomendasi penggantian, pembuatan
valuasi nilai, penatausahaan, dan pengelolaan dokumen aset tetap tidak bergerak
(seperti tanda daftar gudang, izin mendirikan bangunan, pengurusan sertifikat dan
perizinan bangunan lainnya) dan aset tetap bergerak (seperti BPKB, STNK, dan
surat-surat lainnya).
(2) Analis Opaset mempunyai tugas melakukan analisis dalam bidang optimalisasi
aset, meliputi: pengelolaan dan pengembangan operasional aset, analisis
kebijakan aset yang akan didayagunakan, serta pelaporan kegiatan optimalisasi
aset.

86
BAB IX
SATUAN PENGAWASAN INTERN

Pasal 344
Satuan Pengawasan Intern (SPI) mempunyai tugas pokok membantu Direktur Utama
dalam menyelenggarakan audit internal terhadap pengendalian, pengelolaan, dan
pelaksanaan seluruh kegiatan operasional, keuangan, sumber daya manusia (SDM),
teknologi informasi dan kegiatan lainnya termasuk audit internal untuk tujuan/
penugasan tertentu, pemberian saran perbaikan dan monitoring tindak lanjut atas hasil
audit internal maupun eksternal yang telah dilaporkan, serta pelaporan tentang hasil
audit internal kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Pengawas cq
Komite Audit.

Pasal 345

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 344, SPI
mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan dan
mengevaluasi:
a. penyelenggaraan administrasi laporan hasil audit internal maupun eksternal
termasuk pemantauan tindak lanjutnya, perancangan dan pengembangan sistem
audit internal, serta evaluasi penyelenggaraan audit internal;
b. penyelenggaraan audit internal terhadap kegiatan operasional, keuangan, sumber
daya manusia (SDM) dan kegiatan lainnya, serta pemberian saran/ rekomendasi
perbaikannya;
c. penyelenggaraan audit internal terhadap kegiatan penerapan dan pengelolaan
teknologi informasi;
d. penyelenggaraan audit internal untuk tujuan/ penugasan tertentu terkait investigasi
dan anti fraud.

Pasal 346
SPI terdiri dari :
a. Bagian Pelaporan dan Pengembangan Audit;
b. Bagian Audit Anti Fraud;
c. Bagian Audit Teknologi Informasi;
d. SPI Regional.

87
Pasal 347
Wilayah kerja SPI Regional sebagai berikut :
a. SPI Regional I mencakup wilayah kerja di Kanwil Aceh, Kanwil Sumut, Kanwil Riau
dan Kepri, berkedudukan di Medan;
b. SPI Regional II mencakup wilayah kerja di Kanwil Sumbar, Kanwil Jambi, dan
Kanwil Sumsel dan Babel, dan Kanwil Bengkulu, berkedudukan di Palembang;
c. SPI Regional III mencakup wilayah kerja di Kantor Pusat dan berkedudukan di
Jakarta;
d. SPI Regional IV mencakup wilayah kerja di Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Kanwil
Lampung, dan Kanwil Kalteng, berkedudukan di Jakarta;
e. SPI Regional V mencakup wilayah kerja di Kanwil Jabar dan Kanwil Kalbar,
berkedudukan di Bandung;
f. SPI Regional VI mencakup wilayah kerja di Kanwil Jateng dan Kanwil Yogyakarta,
dan berkedudukan di Semarang;
g. SPI Regional VII mencakup wilayah kerja di Kanwil Jatim, berkedudukan di
Surabaya;
h. SPI Regional VIII mencakup wilayah kerja di Kanwil Bali, Kanwil NTB, dan Kanwil
NTT, berkedudukan di Mataram;
i. SPI Regional IX mencakup wilayah kerja di Kanwil Kalsel, Kanwil Kaltim dan
Kaltara, dan Kanwil Sulteng, dan Kanwil Sultra berkedudukan di Banjarmasin;
j. SPI Regional X mencakup wilayah kerja Kanwil Sulut dan Gorontalo, Kanwil Sulsel
dan Sulbar, Kanwil Maluku dan Malut, Kanwil Papua dan Pabar, berkedudukan di
Makassar.

Pasal 348
Bagian Pelaporan dan Pengembangan Audit mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan administrasi laporan hasil audit internal maupun eksternal serta pemantauan
atas implementasi tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan dari hasil audit
internal dan eksternal di Kantor Pusat maupun di kantor Wilayah, pelaksanaan
perancangan dan pengembangan sistem prosedur dan program kerja audit internal,
serta pengujian dan evaluasi mutu pelaksanaan audit internal sesuai dengan standar,
pedoman dan kode etik yang berlaku.

88
Pasal 349
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 348,
Pelaporan dan Pengembangan Audit mempunyai fungsi merencanakan,
mengendalikan, dan mengevaluasi :
a. pelaksanaan rekapitulasi dan konsolidasi, serta pemantauan atas implementasi
tindak lanjut laporan hasil audit internal maupun eksternal;
b. pelaksanaan perancangan dan pengembangan sistem prosedur dan program
kerja audit internal;
c. Pelaksanaan evaluasi mutu pelaksanaan audit internal sesuai dengan standar,
pedoman dan kode etik yang berlaku.

Pasal 350
Bagian Pelaporan dan Pengembangan Audit membawahi :
a. Fungsional Administrator Pelaporan;
b. Fungsional Analis Pengembangan Audit;
c. Fungsional Analis Kendali Mutu Audit.

Pasal 351
(1) Administrator Pelaporan mempunyai tugas melakukan penghimpunan dan
pemilahan laporan, penyusunan rangkuman/ risalah hasil audit internal dan
eksternal untuk ditindaklanjuti, serta pemantauan laporan hasil tindak lanjut atas
implementasi hasil audit internal dan eksternal.
(2) Analis Pengembangan Audit mempunyai tugas melakukan pengkajian dan
pemutakhiran referensi, metodologi, sistem aplikasi, dan teknis pelaporan
pemeriksaan/audit internal, serta penyusunan dan pengembangan sistem
prosedur dan program kerja pemeriksaan/ audit.
(3) Analis Kendali Mutu Audit mempunyai tugas melakukan pengujian dan evaluasi
mutu pelaksanaan pemeriksaan/audit internal untuk memastikan kesesuaian
dengan standar, pedoman dan kode etik yang berlaku.

Pasal 352
Bagian Audit Anti Fraud mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan/audit
internal atas kegiatan penugasan audit khusus dan kecurangan serta melakukan
pemantauan dari hasil audit khusus dan kecurangan, termasuk pengelolaan
whistleblowing system.

89
Pasal 353
Bagian Audit Anti Fraud membawahi Fungsional Auditor.

Pasal 354
Bagian Audit Teknologi Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
pemeriksaan/audit internal atas kegiatan penerapan dan pengelolaan teknologi
informasi termasuk investasi dan spesifikasi teknologi informasi, serta pemantauan
dari hasil pemeriksaan/audit teknologi informasi.

Pasal 355
Bagian Audit Teknologi Informasi membawahi Fungsional Auditor.

Pasal 356
SPI Regional mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan/ audit dan
penilaian terhadap pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan
operasional, keuangan sumber daya manusia (SDM), teknologi informasi dan
kegiatan lainnya termasuk pemberian saran dan rekomendasi perbaikannya, serta
pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan/ audit yang telah dilaporkan di
wilayah kerjanya.

Pasal 357
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 356, SPI
Regional mempunyai fungsi merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi :
a. pelaksanaan penatausahaan, pelayanan administrasi dan keuangan, pelaporan
audit dan pemantauan hasil tindak lanjut atas implementasi audit internal di
wilayah kerjanya.
b. pelaksanaan audit internal terhadap kegiatan operasional, keuangan, sumber
daya manusia, teknologi informasi dan kegiatan lainnya di wilayah kerjanya.

Pasal 358
SPI Regional membawahi :
a. Fungsional Auditor;
b. Fungsional Administrator Program dan Kegiatan.

90
Pasal 359
(1) Auditor mempunyai tugas melakukan audit dan penilaian terhadap kecukupan
pengendalian internal, pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan yang menjadi
objek pemeriksaan di wilayah kerjanya berdasarkan pedoman umum
pelaksanaan penugasan SPI, penyusunan laporan dan saran/ rekomendasi
perbaikan, serta pemantauan tindak lanjut hasil audit internal.
(2) Apabila dibutuhkan, dapat ditempatkan sekurang-kurangnya satu orang Auditor
di Kantor Cabang dimana kantor SPI Regional berkedudukan dan di Kantor
Wilayah / Kantor Cabang di luar kantor kedudukan kerja SPI Regional.
(3) Auditor yang ditempatkan di Wilayah/ Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), disebut Resident Auditor (RA).
(4) RA mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk monitoring dan evaluasi,
pengumpulan data dan melakukan analisa/reviu terhadap kegiatan operasional,
keuangan, sumber daya manusia (SDM), teknologi informasi dan kegiatan
lainnya di wilayah kerjanya dan dilaporkan kepada Kepala SPI Regional.
(5) RA bertanggung jawab langsung kepada Kepala SPI Regional yang
membawahinya dan dapat melakukan audit atas dasar penugasan/ perintah
yang dituangkan dalam Surat Tugas.

Pasal 360
Administrator Program dan Kegiatan mempunyai tugas melakukan pelayanan
administrasi, dokumentasi, penatausahaan dan keuangan audit internal, serta
koordinasi kegiatan pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil audit internal di
wilayah kerjanya.

BAB X
SEKRETARIAT PERUSAHAAN

Pasal 361
(1) Sekretariat Perusahaan merupakan unit organisasi yang membantu Direksi dalam
menyelenggarakan pembinaan hubungan masyarakat dan kelembagaan,
administrasi dan pelaporan perusahaan, pelayanan operasional Direksi,
penghubung (liaison officer) dengan stakeholder, serta pembinaan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
(2) Sekretariat Perusahaan dipimpin oleh seorang Sekretaris Perusahaan yang
bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

91
Pasal 362
Sekretaris Perusahaan mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan pengelolaan pembinaan hubungan kemasyarakatan dan
kelembagaan, pelayanan kebutuhan operasional Direksi, administrasi dan tata usaha
perusahaan, penyusunan laporan perusahaan, dan penghubung (liaison officer)
dengan stakeholder, serta pembinaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 363
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 362,
Sekretaris Perusahaan mempunyai fungsi merencanakan, mengarahkan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. Penyelenggaraan pembinaan hubungan kemasyarakatan dan hubungan
kelembagaan;
b. Penyelenggaraan kegiatan protokoler;
c. Penyelenggaraan pengelolaan administrasi dan tata usaha perusahaan;
d. Penyelenggaraan penyusunan laporan perusahaan dan penerapan Good
Corporate Governance (GCG);
e. Penyelenggaraan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 364
Sekretariat Perusahaan terdiri dari:
a. Bagian Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan;
b. Bagian Protokoler;
c. Bagian Administrasi Perusahaan;
d. Bagian Pelaporan Perusahaan;
e. Bagian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Pasal 365
Bagian Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan pembinaan hubungan kemasyarakatan dan informasi media,
pengelolaan informasi media digital, hubungan kelembagaan, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang hubungan masyarakat.

92
Pasal 366
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 365, Bagian
Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan pembinaan hubungan kemasyarakatan dan informasi media;
b. pelaksanaan pembinaan hubungan kelembagaan.

Pasal 367
Bagian Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan membawahi Fungsional Analis
Humas.

Pasal 368
Analis Humas mempunyai tugas melakukan kegiatan pembinaan dalam bidang
hubungan kemasyarakatan, informasi media dan hubungan kelembagaan, meliputi:
kegiatan peningkatan citra dan mutu perusahaan dengan komunikasi kepada
masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder), pembinaan hubungan dengan
media massa, seperti konferensi pers, media visit, diskusi media, dan kegiatan
pembinaan lainnya; melakukan publikasi Perusahaan/penyampaian informasi kepada
media massa, baik dalam bentuk rilis, berita maupun iklan; melakukan media
monitoring dan analisa pemberitaan sebagai langkah pengendalian isu; melaksanakan
fungsi dokumentasi Perusahaan; kegiatan pengelolaan informasi perusahaan melalui
media sosial dan website Perusahaan, analisis berita dan wacana, serta pembinaan
media online yang terkait dengan perusahaan seperti website, media sosial, dan
lainnya, termasuk menghubungkan dengan portal Kementrian BUMN; pengelolaan
contact center, penghimpunan data dan pengelolaan pengaduan masyarakat dan
keluhan penerima manfaat serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
hubungan dan informasi media, kegiatan koordinasi, komunikasi, dan hubungan antar
lembaga, pengelolaan database informasi yang baru serta pengelolaan database
informasi lembaga pemerintah dan non pemerintah terkait, dan menyiapkan bahan
pengenalan perusahaan kepada Dewan Pengawas/Direksi yang baru menjabat.

Pasal 369
Bagian Protokoler mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan kegiatan
protokoler dan pelayanan kebutuhan operasional Direksi, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang protokoler.

93
Pasal 370
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 369, Bagian
Protokoler mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan, mengendalikan, dan
mengevaluasi:
a. pelaksanaan pelayanan operasional Direksi;
b. pelaksanaan pelayanan protokoler Direksi.

Pasal 371
Bagian Protokoler membawahi Fungsional Protokol.

Pasal 372
Protokol mempunyai tugas melakukan pelayanan operasional dan protokoler Direksi,
meliputi: kegiatan pengkoordinasian sekretaris Direksi dalam hal penyiapan agenda,
bahan rapat, administrasi perjalanan dinas, kerumahtanggaan Direksi, kegiatan
pengkoordinasian perjalanan dinas dan pelayanan protokoler Direksi termasuk
pengaturan, penjemputan dan pengantaran Direksi beserta tamu.

Pasal 373
Bagian Administrasi Perusahaan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan surat
menyurat, ekspedisi, dokumentasi, pengelolaan arsip dan administrasi dokumen
perusahaan, administrasi dan tata usaha perjalanan dinas, serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang administrasi perusahaan.

Pasal 374
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373, Bagian
Administrasi Perusahaan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan urusan surat menyurat dan ekspedisi;
b. pelaksanaan urusan dokumentasi, kearsipan, dan administrasi dokumen
perusahaan;
c. pelaksanaan administrasi dan pengelolaan perjalanan dinas.

Pasal 375
Bagian Administrasi Perusahaan membawahi Fungsional Administrator Umum.

94
Pasal 376
Administrator Umum mempunyai tugas melakukan kegiatan pengurusan penomoran,
pengagendaan, penggandaan, pendistribusian, penerimaan dan pengiriman surat dan
dokumen perusahaan; pengurusan penyimpanan, pemeliharaan, dan penggunaan
arsip dan dokumen perusahaan; pengurusan dokumen perusahaan, kegiatan
administrasi, pengelolaan biaya, penyediaan, pendistribusian, pemantauan biaya
perjalanan dinas Direksi dan karyawan serta pelayanan perjalanan dinas lainnya.

Pasal 377
Bagian Pelaporan Perusahaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
penghimpunan bahan dan penyusunan laporan perusahaan untuk pihak internal
maupun eksternal, pembinaan dan penerapan GCG, serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di bidang pelaporan perusahaan.

Pasal 378
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 377, Bagian
Pelaporan Perusahaan mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan penyusunan laporan perusahaan untuk kebutuhan pihak internal;
b. pelaksanaan penyusunan laporan perusahaan untuk kebutuhan pihak eksternal;
c. pelaksanaan pembinaan dan penerapan GCG.

Pasal 379
Bagian Pelaporan Perusahaan membawahi:
a. Fungsional Analis Data dan Informasi;
b. Fungsional Spesialis GCG.

Pasal 380
(1) Analis Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan kegiatan penyusunan
laporan Perusahaan untuk kebutuhan pihak internal dan eksternal, meliputi:
penghimpunan bahan dan penyusunan laporan serta presentasi perusahaan
yang bersifat internal dan eksternal, antara lain laporan bulanan untuk Dewan
Pengawas, bahan rapat Direksi, serta sambutan, makalah dan bahan presentasi
Direksi, bahan rapat dengar pendapat dengan DPR RI, bahan rapat dengan
instasi pemerintah terkait, laporan manajerial dan buku RKAP serta laporan
tahunan perusahaan, termasuk penyiapan laporan tahunan (annual report) untuk
mengikuti award.

95
(2) Spesialis GCG mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis dalam bidang
GCG, meliputi: pembinaan, pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan
penerapan GCG di internal perusahaan, serta pengelolaan pelaporan KPKU dan
LHKPN.

Pasal 381
Bagian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan analisis dan seleksi program TJSL, pembinaan dan pelaporan
program TJSL, serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bidang tanggung
jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 382
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 381, Bagian
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) mempunyai fungsi merencanakan,
merealisasikan, mengendalikan dan mengevaluasi :
a. pelaksanaan kegiatan analisis dan seleksi program TJSL;
b. pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pelaporan program TJSL.

Pasal 383
Bagian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) membawahi Fungsional
Spesialis TJSL.

Pasal 384
Spesialis TJSL mempunyai tugas melakukan kegiatan kegiatan analisis, seleksi,
pembinaan dan pelaporan dalam bidang program TJSL, meliputi: penyusunan
program donasi, survey, analisa dan seleksi program TJSL dalam bentuk bantuan
bencana alam, dan bencana non alam termasuk yang disebabkan oleh wabah;
bantuan pendidikan dapat berupa pelatihan, prasarana dan sarana pendidikan;
bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan sarana dan prasarana
umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam, bantuan sosial
kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan, infrastruktur, dan lain-lain
berkaitan dengan peningkatan citra dan tanggung jawab sosial Perusahaan; evaluasi
program donasi dan dalam bentuk bantuan bencana alam, dan bencana non alam
termasuk yang disebabkan oleh wabah; bantuan pendidikan dapat berupa pelatihan,
prasarana dan sarana pendidikan; bantuan peningkatan kesehatan, bantuan
pengembangan sarana dan prasarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan
pelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan
kemiskinan, infrastruktur, dan lain-lain; analisis kebutuhan biaya, pelaporan
pelaksanaan dan biaya kegiatan program TJSL.
96
Pasal 385
(1) Sekretaris merupakan jabatan non jenjang yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direksi yang mempunyai tugas pokok melayani kegiatan
ketatausahaan dan kerumahtanggaan di unit kerja.
(2) Sekretaris mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Mengagendakan surat/ bahan lain/ informasi yang masuk baik dari internal
maupun eksternal Perusahaan dan selanjutnya meneruskan kepada pimpinan
unit kerja serta melakukan penggandaan dan pendistribusian disposisi kepada
bidang kerja sesuai dengan permasalahan yang ada;
b. Mengagendakan surat keluar/ bahan lain/ informasi yang telah ditandangani
oleh pimpinan unit kerja dan selanjutnya dilakukan pendistribusiannya;
c. Menerima dan memberi informasi kepada tamu yang akan menghadap
pimpinan unit kerja, menyiapkan kegiatan acara rapat/ jadwal pertemuan,
menyiapkan bahan sesuai undangan dan petunjuk serta pendistribusian
undangan rapat;
d. Menerima pesan melalui telepon dari internal perusahaan maupun dari
eksternal dan mencatat pesan serta menyampaikan kepada pimpinan unit
kerja serta menghubungi bidang kerja/ instansi lain melalui telepon untuk
menyampaikan pesan pimpinan unit kerja kepada bidang kerja bersangkutan;
e. Membuat risalah rapat berdasarkan rapat intern yang dilakukan oleh pimpinan
unit kerja terhadap bidang kerja di lingkungannya;
f. Mengarsipkan surat yang masuk ke pimpinan unit kerja (nota intern, surat,
surat keputusan perintah, PP, Inpres, Keppres, UU, Kepmen) dan surat keluar
dari pimpinan unit kerja sesuai buku agenda agar memudahkan dalam
pencarian.

BAB XI
BULOG CORPORATE UNIVERSITY

Pasal 386
BULOG Corporate University mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan dan
menyelenggarakan kegiatan analisis kebutuhan, desain dan pengembangan kurikulum,
penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan dari setiap akademi, dukungan operasional
serta kerjasama usaha.

97
Pasal 387
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 386,
BULOG Corporate University mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. penyelenggaraan kegiatan analisis kebutuhan diklat serta desain dan
pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan akademi;
b. penyelenggaraan kegiatan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan akademi;
c. penyelenggaraan dukungan operasional dan kerjasama.

Pasal 388
BULOG Corporate University terdiri dari:
a. Akademi Logistik dan Rantai Pasok;
b. Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi;
c. Akademi Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran;
d. Bagian Dukungan Operasional dan Kerjasama.

Pasal 389
Akademi Logistik dan Rantai Pasok mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
analisis, desain, evaluasi dan penyelenggaraan Akademi Logistik dan Rantai Pasok
serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di Akademi Logistik dan Rantai
Pasok.

Pasal 390
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389, Akademi
Logistik dan Rantai Pasok mempunyai fungsi merencanakan, mengoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis dan desain Akademi Logistik dan Rantai Pasok;
b. pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dan evaluasi Akademi Logistik dan Rantai
Pasok.

Pasal 391
Akademi Logistik dan Rantai Pasok membawahi:
a. Fungsional Analis Diklat;
b. Fungsional Administrator Operasional Diklat.

98
Pasal 392
(1) Analis Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis kebutuhan pendidikan
dan pelatihan, penyusunan kualifikasi dan pengajuan tenaga pengajar baik internal
maupun eksternal, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, proses desain
pembelajaran, penyusunan desain kurikulum dan evaluasi desain kurikulum
secara berkala, pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan termasuk
penyusunan kurikulum pada Akademi Logistik dan Rantai Pasok, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan desain dan analisis Akademi
Logistik dan Rantai Pasok.
(2) Administrator Operasional Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kurikulum yang
disusun dan desain pembelajaran, penyiapan sertifikat, pemantauan kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan, pemantauan
penerapan/implementasi kurikulum dan materi sesuai rencana, proses evaluasi
pendidikan dan pelatihan termasuk persiapan bahan ujian, pengukuran dampak
pembelajaran, survei kepuasan peserta, analisis manfaat pendidikan dan pelatihan
yang dijalani, pelaporan evaluasi seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
rencana tindak lanjut perbaikan, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan
kegiatan penyelenggaraan dan evaluasi Akademi Logistik dan Rantai Pasok.

Pasal 393
Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan kegiatan analisis, desain, penyelenggaraan dan evaluasi
akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi serta penyusunan dan
evaluasi pedoman/prosedur di bidang Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan
dan Inovasi.

Pasal 394
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393, Akademi
Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan analisis dan desain Akademi Kepemimpinan, Budaya
Perusahaan dan Inovasi;
b. pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dan evaluasi Akademi Kepemimpinan,
Budaya Perusahaan dan Inovasi.

99
Pasal 395
Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi terdiri dari:
a. Fungsional Analis Diklat;
b. Fungsional Administrator Operasional Diklat.

Pasal 396
(1) Analis Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan melakukan kegiatan analisis
kebutuhan pendidikan dan pelatihan, penyusunan kualifikasi dan pengajuan tenaga
pengajar baik internal maupun eksternal, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan,
proses desain pembelajaran, penyusunan desain kurikulum dan evaluasi desain
kurikulum secara berkala, pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan
termasuk penyusunan kurikulum pada Akademi Kepemimpinan, Budaya
Perusahaan dan Inovasi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
analisis dan desain Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan Inovasi.
(2) Administrator Operasional Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kurikulum yang
disusun dan desain pembelajaran, penyiapan sertifikat, pemantauan kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan, pemantauan penerapan/implementasi
kurikulum dan materi sesuai rencana, proses evaluasi pendidikan dan pelatihan
termasuk persiapan bahan ujian, pengukuran dampak pembelajaran, survei
kepuasan peserta, analisis manfaat pendidikan dan pelatihan yang dijalani,
pelaporan evaluasi seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan serta rencana tindak
lanjut perbaikan, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
penyelenggaraan dan evaluasi Akademi Kepemimpinan, Budaya Perusahaan dan
Inovasi.

Pasal 397
Akademi Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan analisis, desain, penyelenggaraan dan evaluasi Akademi
Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran serta penyusunan dan evaluasi
pedoman/prosedur di Akademi Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran.

100
Pasal 398
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 397, Akademi
Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan desain dan analisis Akademi Keuangan, Kewirausahaan,
Bisnis dan Pemasaran;
b. pelaksanaan kegiatan evaluasi dan penyelenggaraan Akademi Keuangan,
Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran.

Pasal 399
Akademi Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran terdiri dari:
a. Fungsional Analis Diklat;
b. Fungsional Administrator Operasional Diklat.

Pasal 400
(1) Analis Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan analisis kebutuhan pendidikan
dan pelatihan, penyusunan kualifikasi dan pengajuan tenaga pengajar baik internal
maupun eksternal, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, proses desain
pembelajaran, penyusunan desain kurikulum dan evaluasi desain kurikulum secara
berkala, pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan termasuk penyusunan
kurikulum pada Seksi Desain dan Analisis Akademi Keuangan, Kewirausahaan,
Bisnis dan Pemasaran serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan analisis
dan desain Seksi Desain dan Analisis Akademi Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis
dan Pemasaran.
(2) Administrator Operasional Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengelolaan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kurikulum yang
disusun dan desain pembelajaran, penyiapan sertifikat, pemantauan kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan, pemantauan penerapan/implementasi
kurikulum dan materi sesuai rencana, proses evaluasi pendidikan dan pelatihan
termasuk persiapan bahan ujian, pengukuran dampak pembelajaran, survei
kepuasan peserta, analisis manfaat pendidikan dan pelatihan yang dijalani,
pelaporan evaluasi seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan serta rencana tindak
lanjut perbaikan, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
penyelenggaraan dan evaluasi Seksi Penyelenggaraan dan Evaluasi Akademi
Keuangan, Kewirausahaan, Bisnis dan Pemasaran.

101
Pasal 401
Bagian Dukungan Operasional dan Kerjasama mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan pengelolaan administrasi, informasi, dukungan operasional dan kerjasama dan
pengelolaan informasi serta penyusunan dan evaluasi pedoman/prosedur di bagian
Dukungan Operasional dan Kerjasama.

Pasal 402
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 401, Bagian
Dukungan Operasional dan Kerjasama mempunyai fungsi merencanakan,
mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi:
a. pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi;
b. pelaksanaan kegiatan pengelolaan dukungan informasi;
c. pelaksanaan kegiatan pengelolaan dukungan operasional dan kerjasama.

Pasal 403
Bagian Dukungan Operasional dan Kerjasama membawahi:
a. Fungsional Administrator Anggaran Diklat;
b. Fungsional Administrator Sarana dan Fasilitas Diklat;
c. Fungsional Administrator Dukungan Informasi Diklat.

Pasal 404
(1) Administrator Anggaran Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan administrasi
pengelolaan anggaran Corporate University, meliputi: penyediaan biaya dan
administrasi penyelenggaraan pembelajaran, penyiapan dokumen
pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan pembelajaran.
(2) Administrator Sarana dan Fasilitas Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan
administrasi pengelolaan sarana dan fasilitas diklat, meliputi: penyediaan dukungan
operasional dan kerjasama, sebelum, pada saat dan sesudah penyelenggaraan
diklat, perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana diklat, perencanaan dan
pengelolaan kegiatan kerjasama usaha, pembuatan kontrak kerjasama dengan
pihak ketiga.
(3) Administrator Dukungan Informasi Diklat mempunyai tugas melakukan kegiatan
administrasi pengelolaan informasi diklat, meliputi : penyusunan analisis
pengembangan perpustakaan, pengelolaan sarana teknologi informasi dan
komunikasi meliputi perangkat lunak dan keras, pemeliharaan dan peningkatan aset
fisik dan sarana teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan.

102
BAB XII
KANTOR WILAYAH

Pasal 405
(1) Kantor Wilayah merupakan unit organisasi yang membantu Direksi dalam
menyelenggarakan kegiatan operasional dan keuangan perusahaan di wilayah
yang ditetapkan.
(2) Kantor Wilayah dipimpin oleh seorang Pemimpin yang bertanggung jawab kepada
Direktur Utama, dan sehari-hari dibawah pembinaan salah satu Direktur yang
ditetapkan tersendiri dalam Keputusan Direksi.

Pasal 406
Susunan organisasi dan tugas pokok Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 405, ditetapkan tersendiri dalam Peraturan Direksi.

BAB XIII
UNIT BISNIS

Pasal 407
(1) Perum BULOG dapat membentuk Unit Bisnis sebagai pelaksana teknis usaha
bisnis komersial penunjang perusahaan sesuai dengan kebutuhan.
(2) Unit Bisnis merupakan cikal bakal pembentukan anak perusahaan apabila
memenuhi persyaratan berdasarkan studi kelayakan (feasibility study).
(3) Pembinaan dan pengendalian terhadap Unit Bisnis berada dalam tanggung
jawab dan kewenangan Direktur Komersial.

Pasal 408
Pembentukan, susunan organisasi, tugas, dan fungsi Unit Bisnis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 407, ditetapkan tersendiri dalam Peraturan Direksi setelah
mendapat pertimbangan dan rekomendasi dari Dewan Pengawas.

103
BAB XIV
PILOT PROJECT

Pasal 409
(1) Perum BULOG dapat membentuk pilot project yang merupakan proyek
percontohan usaha bisnis komersial yang dapat memberikan kontribusi dukungan
operasional guna mendukung tujuan perusahaan sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pilot project merupakan cikal bakal pembentukan anak perusahaan apabila
memenuhi persyaratan berdasarkan studi kelayakan (feasibility study).
(3) Pembinaan dan pengendalian terhadap pilot project berada dalam tanggung jawab
dan kewenangan Direktur yang membidangi.

Pasal 410
Pembentukan, susunan organisasi, tugas, dan fungsi pilot project sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 409, ditetapkan tersendiri dalam Peraturan/Keputusan Direksi.

BAB XV
PROJECT MANAGEMENT OFFICER

Pasal 411
(1) Perum BULOG dapat membentuk Project Management Officer (PMO) sebagai
pelaksana teknis terhadap kegiatan perusahaan yang fokus untuk menyelesaikan
proyek-proyek yang bersifat khusus.
(2) Pembentukan PMO sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
tersendiri dalam Peraturan/Keputusan Direksi.

BAB XVI
TATA KERJA

Pasal 412
(1) Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, setiap pimpinan unit organisasi di
perusahaan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik
di lingkungan masing-masing maupun dengan unit organisasi lain di internal
perusahaan serta dengan instansi/lembaga lain di luar perusahaan sesuai dengan
tugas pokok masing-masing.

104
(2) Setiap pimpinan unit kerja wajib memastikan penerapan manajemen risiko sesuai
pedoman manajemen risiko yang berlaku di perusahaan dalam setiap pelaksanaan
fungsi dan tugas pokok guna menjamin pencapaian sasaran kinerja perusahaan.

Pasal 413
Setiap pimpinan unit organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas pokok bawahan
masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.

Pasal 414
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan
bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas pokok.

Pasal 415
Setiap pimpinan unit organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan
berkala tepat pada waktunya.

Pasal 416
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan unit organisasi dari bawahan wajib diolah
dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan
memberikan petunjuk pelaksanaannya.

Pasal 417
Dalam menyelenggarakan tugas pokok para pimpinan unit organisasi wajib
berpedoman kepada uraian jabatan (job description) yang diatur dan ditetapkan
tersendiri dalam Peraturan Direksi.

Pasal 418
Susunan jenjang jabatan untuk setiap posisi jabatan dalam struktur organisasi Perum
BULOG sebagaimana diatur dalam Peraturan Direksi ini, ditetapkan tersendiri dalam
Peraturan Direksi.

105
Pasal 419
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap
unit kerja di lingkungan Perum BULOG dibebankan kepada anggaran perusahaan.

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 420
Selama organisasi dan tata kerja Perum BULOG berdasarkan Peraturan Direksi ini
belum dapat dilaksanakan secara efektif, unit kerja di lingkungan Perum BULOG yang
telah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Direksi ini, dinyatakan tetap berlaku paling
lama 90 (sembilan puluh) hari sejak ditetapkannya Peraturan Direksi ini.

Pasal 421
Pada saat Peraturan Direksi ini mulai berlaku, seluruh pejabat yang memangku
jabatan di lingkungan Perum BULOG, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
sampai dengan dibentuk dan diangkat dalam jabatan baru berdasarkan Peraturan
Direksi ini.

Pasal 422
Unit Bisnis di lingkungan Perum BULOG yang telah ada sebelum berlakunya
Peraturan Direksi ini, tetap berlaku sampai dengan adanya ketetapan yang baru
terhadap Unit Bisnis tersebut.

Pasal 423
Dengan berlakunya peraturan ini, maka segala ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan/Keputusan Direksi yang mengatur mengenai keikutsertaan personil SPI
dalam kegiatan administrasi serta operasional Kantor Wilayah dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini.

106

Anda mungkin juga menyukai