Anda di halaman 1dari 8

A.

SIKLUS HIDROLOGI

1. Pengertian Siklus Hidrologi


Hidrosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu hidros artinya air, dan
sphere artinya lapisan. Hidrosfer adalah lapisan air yang terdapat di
bumi yaitu meliputi air yang ada di permukaan maupun di bawah
permukaan bumi (air tanah). Hidrosfer dapat diartikan semua air yang
berada di bumi, baik dalam bentuk cair (air), padat (es dan salju), dan
gas (uap air). Hidrosfer meliputi samudra, laut, sungai, danau, air tanah,
mata air, hujan, dan air yang berada di atmosfer. Cabang ilmu geografi
yang mempelajari tentang air adalah hidrologi.
Jumlah air di bumi relatif tetap, yaitu sekitar 1.386 miliar km 3,
sebanyak 97% dari jumlah tersebut adalah air asin yang berasal dari
lautan. Air tawar yang merupakan kebutuhan utama manusia di dunia
tidak lebih dari 1% dari keseluruhan air yang tersedia di dunia
(Manning, 1987). Volume air relatif tetap karena air di bumi senantiasa
bergerak dalam suatu lingkungan perputaran yang disebut siklus air.
Siklus air/siklus hidrologi adalah serangkaian tahapan yang dilalui
air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer. The water cycle or
hydrologic is a continuous cycle where water evaporates, travels into the
air and becomes part of a cloud, falls down to earth as precipitation, and
then evaporates again. This repeats again and again in a never-ending
cycle. Water keeps moving and changing from a solid to a liquid to a gas,
over and over again (www.fcwa.org).

Gambar A.1 Proses Terjadinya Siklus Air


Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Watercyclesummary.jpg
2. Proses-proses dalam siklus hidrologi
a. Evaporasi
Evaporasi adalah proses air berubah dari padat menjadi gas atau
uap air di atmosfer. Air berpindah dari permukaan menuju atmosfer
melalui evaporasi, proses perubahan uap air menjadi gas. Sekitar
90% proses evaporasi berasal dari lautan, 10% berasal dari perairan
darat dan vegetasi. Angin memindahkan uap air mengelilingi bumi,
mempengaruhi kelembaban udara di bumi. Sebagian air menguap
sebagai gas di luar awan dan penguapan lebih intens dengan adanya
suhu hangat. Hal ini ditunjukkan dengan gambar, dimana
penguapan terkuat terjadi di daerah khatulistiwa (ditandai dengan
warna merah dan kuning)

Gambar A.2 Intesitas Penguapan di Bumi


Sumber : http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hyd/evap.rxml

Gambar A.3 Penguapan air laut


Sumber: https://water.usgs.gov/edu/watercycleoceans.html
b. Sublimasi
Adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair
terlebih dahulu. Misalkan es yang langsung menguap tanpa mencair
terlebih dahulu. Proses evaporasi terjadi pada salju dan es.
c. Transpirasi
Adalah proses penguapan air ke atmosfer dari daun dan batang
tanaman. Tanaman menyerap air tanah melalui akar-akar. Sebagai
contoh, tanaman jagung memiliki akar 2,5 meter, sementara
beberapa tanaman gurun memiliki akar yang memperpanjang 20 meter
ke dalam tanah. Tanaman memompa air naik dari tanah untuk
memberikan nutrisi ke daun. Proses memompa didorong oleh penguapan
air melalui pori-pori kecil yang disebut “stomata” yang ditemukan di
bawah daun.

Gambar A.4 Transpirasi


Sumber : http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hyd/trsp.rxml
d. Evapotranspirasi
Adalah gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi
dapat menggambarkan nilai kebutuhan lingkungan, vegetasi, atau
daerah pertanian.

Gambar A.5 Proses Evaporasi dan Transpirasi


e. Kondensasi
Adalah perubahan air dari bentuk uap air ke dalam air cair.
Kondensasi umumnya terjadi di atmosfer saat peningkatan suhu udara
hangat, mendingin, dan kehilangan kemampuan menahan uap air.
Akibatnya uap air berlebih mengembun membentuk awan. Gerakan ke
atas yang menghasilkan awan dapat diproduksi oleh konveksi udara yang
tidak stabil, konvegerensi terkait siklon, udara terangkat di bagian depan,
dan pengangkatan pada daerah topografi tinggi seperti gunung.
f. Presipitasi
Adalah air yang dikeluarkan dalam bentuk hujan, hujan beku,
hujan es, atau salju. Presipitasi merupakan mekanisme utama untuk
mengangkut air dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk curah
hujan. Awan mengandung uap air akibat kondensasi. Sebagian besar
air yang terkondensasi di awan tidak jatuh sebagai hujan karena
kecepatan jatuh mereka tidak cukup besar untuk mengatasi arus naik
yang mendukung awan.

Gambar A.6 Bentuk Presipitasi


Sumber : http://majalah1000guru.net/wp-content/uploads/Ed35-fisika-3.jpg
Keempat jenis presipitasi dibedakan oleh keberadaan massa
udara hangat (di atas 0oC) pada perjalanannya menuju muka bumi.
1) Hujan (Rain), massa udara hangat dominan menguasai jalur kristal
es, termasuk di dekat tanah, sehingga kristal es tersebut segera
mencair dan tetap dalam keadaan cair saat ia menyentuh muka
bumi.
2) Hujan Beku (freezing rain), adanya massa udara hangat sepanjang
perjalanan menyebabkan butir kristal es yang telah mencair itu
kembali bertemu massa udara dingin. Butir-butir air tidak sempat
membeku sebelum mencapai muka bumi, tetapi membeku setelah
bersentuhan dengan objek-objek di permukaan dan melapisinya
dengan es.
3) Hujan Es (Sleet), massa udara hangat yang dihadapi butir kristal
es tidak setebal pada kondisi pertama dan kedua. Karenanya, butir
kristal es yang telah meleleh itu bisa kembali membeku,
membentuk butir-butir kecil es.
4) Salju (Snow), tidak ada massa udara hangat yang signifikan untuk
melelehkan kristal es sehingga kristal ini bisa mencapai
permukaan Bumi tetap dalam bentuk kristal.
g. Aliran permukaan
Ketika hujan turun , tetesan pertama air hujan dicegat oleh tajuk
tanaman, daun, dan batang tanaman. Hal ini biasanya disebut sebagai
simpanan intersepsi. Kalau hujan berlangsung terus , air hujan
mencapai permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sampai
mencapai tahap di mana tingkat curah hujan (intensitas) melebihi
kapasitas infiltrasi tanah . Setelah itu , terjadi genangan air di
permukaan tanah, mengisi selokan , depresi lainnya (storage depresi) ,
dan kemudian dihasilkan air limpasan permukaan (runoff).

Gambar A.7 Aliran Permukaan


Sumber :
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=11&idmateri=78&mnu=Materi2&kl=9

h. Infiltrasi
Adalah aliran air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah di
permukaan. Di dalam tanah, air mengalir dalam arah lateral, sebagai
aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau secara
vertikal, yang dikenal sebagai perkolasi menuju air tanah. Gerak air di
dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu
menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak
dari daerah basah menuju ke daerah yang lebih kering.
Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah
basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban
tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan
butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar pasir.
Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena
pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan.
Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena
berkurangnya gaya kapiler.
Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran
kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh
gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya pori-pori
tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsung-angsur sampai
dicapai kondisi konstan, di mana laju infiltrasi sama dengan laju
perkolasi melalui tanah.
Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan
laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi
adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu;
sedang laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya
tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan.
Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi,
kapasitas infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi
bekerja bersama-sama menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah
menjadi basah, gaya kapiler berkurang yang menyebabkan laju
infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai suatu nilai
konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perkolasi.
3. Proses Siklus Hidrologi
Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan
kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti, air tersebut akan
tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau mahluk hidup lainnya.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim
lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi
dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil
proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang
bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, sebagian uap air akan terkondensasi sebagai air hujan.
Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan
oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di
permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian
lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun
(throughfall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon
(stemflow). Sebagian air hujan tidak akan pernah sampai di permukaan
tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer (dari tajuk dan batang)
selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception loss).
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan
masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang
tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam
cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk
kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih
rendah (runoff), kemudian masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan
dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup
jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak
secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan
keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir
ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah
tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi
bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada
musim kemarau akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau, atau
tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow).
Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan
air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam
lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke
atmosfer melalui permukaan tanah (soil evaporation) dan melalui
permukaan tajuk vegetasi (transpiration). Untuk membedakan proses
intersepsi hujan dari proses transpirasi, dapat dilihat dari asal air yang
diuapkan ke atmosfer. Apabila air yang diuapkan oleh tajuk berasal dari
hujan yang jatuh di atas tajuk tersebut, maka proses penguapannya disebut
intersepsi. Apabila air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui
mekanisme fisiologi tanaman, maka proses penguapannya disebut
transpirasi. Dengan kata lain, intersepsi terjadi selama dan segera
setelah berlangsungnya hujan. Sementara proses transpirasi berlangsung
ketika tidak ada hujan. Gabungan kedua proses tersebut disebut
evapotranspirasi. Besarnya angka evapotraspirasi umumnya ditentukan
selama satu tahun, yaitu gabungan antara besarnya evaporasi musim
hujan (intersepsi) dan musim kemarau (transpirasi).

Anda mungkin juga menyukai