Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ADAT ISTIADAT BALI, ACEH & NUSA TENGGARA BARAT

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata ajar Pancasila


Dosen Pengampu : Dr. Yohan Frans. U, S.H., M.H

Disusun oleh :

Bayu Angga Saputra (C1AA20012)


Dissa Maulvi W (C1AA20024)
Fitri Anwarini (C1AA20036)
Mohammad Hasbi Al-Ghoni (C1AA20058)
Kanza Salsabilan R (C1AA20048)
Novita Andini Nurazizah (C1AA20070)
Raisha Rahmawati (C1AA20082)
Revany (C1AA20092)
Rise Andriani (C1AA20096)
Rizki Samsul Kurnia (C1AA20098)

KELAS B TINGKAT 1
SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pancasila tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Adat Istiadat Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Barat” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini memberi tambahan
wawasan bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah bertema Adat Istiadat Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Barat ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk
kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah pembahasan Adat
Istiadat Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Barat ini dapat bermanfaat. Aamiin .

Sukabumi, 11 November 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Adat Istiadat Bali 2


B. Adat Istiadat Aceh 8
C. Adat istiadat Nusa Tenggara Barat 13

BAB III PENUTUP 19

A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memilki suku dan budaya yang beraneka
ragam. Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah
satu kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
Adat bukan suatu aturan yang tertulis, tetapi merupakan penerapan ajaran agama yang
dianut. Kalau kita amati, adat dan kebudayaan yang beraneka ragam yang dimiliki
wilayah masing-masing merupakan sebuah aset penting. Di setiap desa, adat yang ada
di wilayah ini memilki perbedaan dengan adat antara satu desa adat dengan lainnya,
walaupun secara keseluruhan memiliki persamaan.
Setiap desa adat memiliki tata tertib masyarakat setempat, dan setiap tata tertib
tentunya ada hak, kewajiban dan sanksi hukum adat yang harus dipatuhi oleh semua
warganya, tentunya apa yang berlaku tidak lepas dari ajaran agama, sosial budaya dan
berbagai aspek kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adat istiadat di Bali?
2. Bagaimana adat istiadat di Aceh?
3. Bagaimana adat istiadat di Nusa Tenggara Barat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana adat istiadat di Bali.
2. Untuk mengetahui adat istiadat di Aceh.
3. Untuk mengetahui adat istiadat di Nusa Tenggara Barat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. BALI
 Adat Istiadat
Banyak adat istiadat yang ada di tanah Dewata, seperti; upacara nyepi, sehari penuh
semua masyarakat tidak boleh keluar rumah, melakukan aktifitas dan menyalakan
lampu, dan untuk yang beragama Hindu melakukan tapa brata penyepian. Upacara
ngaben, setiap orang yang meninggal akan dibuatkan upacara ngaben, beberapa
tempat dalam tata cara pelaksanaan upacara ini berbeda-beda sesuai dresta ditempat
tersebut. Menjelang hari Raya Galungan, penjor-penjor berjejer di pinggir jalan,
hampir semua masyarakat hindu memasang penjor. Dalam acara adat pernikahan di
Bali, lebih mengusung keagungan Tuhan daripada pesta pernikahan. Di beberapa
tempat lainnya juga memiliki kegiatan upacara adat dan tradisi unik yang tidak
dimiliki oleh desa adat yang lain. Sebagai daerah wisata, ini tentu merupakan hal yang
menarik bagi wisatawan yang sedang liburan dan melakukan perjalanan tour
menjelajahi tempat menarik di dataran ini.
Bali memiliki banyak berbagai warisan budaya leluhur yang masih tertanam dan
melekat erat di masyarakat Bali itu sendiri, juga berbagai tradisi atau kebiasaan unik
yang masih dipegang teguh di kalangan masyarakat. Budaya dan tradisi yang ada
memiliki ciri khas tersendiri di masing daerah, desa maupun banjar yang ada di Bali.
Memiliki kekayaan budaya yang beragam tentunya merupakan suatu tugas
masyarakat untuk melestarikannya, tidak tergilas atau bergeser karena pengaruh dunia
modern saat ini. Tentu semua ini dipengaruhi oleh adat istiadat, kepercayaan mistis
dan keyakinan beragama yang kental.

Unsur-unsur Budaya yang di miliki adalah; musik seperti berbentuk gamelan, rindik,
jegog dan genggong, seni tari seperti tari barong, tari kecak, pendet, gambuh, joged
dan banyak lagi yang lainnya, bali juga memiliki bahasa dan pakaian adat daerah
sendiri dan dari segi religi mayoritas penduduknya beragama hindu, semua
merupakan magnet penarik wisatawan untuk liburan di Bali.

2
Budaya dan tradisi yang unik ini , membuat salah satu penyebab bali menjadi daerah
tujuan wisata, berikut beberapa budaya dan tradisi unik yang masih dijaga
kelestariannya:
a. Ngaben – Ngaben adalah upacara Pitra Yadnya, rangkain upacara Ngaben salah
satunya prosesi pembakaran mayat yang bertujuan untuk menyucikan roh
leluhur orang sudah meninggal. Tradisi ini masih dilakukan secara turun-temurun
oleh hampir semua masyarakat Hindhu di Bali.
b. Ngaben tikus di Mengwi – Seperti halnya upacara ngaben, upacara yang biasanya
dilakukan pada saat manusia meninggal, dilakukan juga pada tikus, yang bisa
dijumpai di Desa Cemagi, Mengwi, upacara ini dilakukan saat wabah tikus mulai
menyerang lahan pertanian warga.
c. Subak – Istilah subak hanya dikenal di Bali, yang khusus mengatur sistem
pengairan sawah yang digunakan oleh para petani Bali dalam bercocok tanam
padi. Istilah ini sudah mulai dikenal dikalangan turis lokal maupun mancanegara.
d. Ngerebong atau Ngurek – tradisi yang ada di Bali yang dilakukan umat Hindhu
tepatnya di Pura Pangrebongan, Desa Kesiman, Denpasar. Sebagai masyarakat
yang mengikuti ritual ini mulai kerasukan/ trance ada yang berteriak, menangis,
menggeram dan menari dengan diiringi musik tradisional beleganjur
e. Megibung - Selain memiliki tempat wisata yang indah, Bali juga kaya dengan
budaya dan tradisi unik, adalah merupakan salah satu tradisi warisan leluhur,
dimana tradisi makan bersama dalam satu wadah.
f. Gebug Ende – Ada banyak budaya dan tradisi unik warisan leluhur di Bali, dan
beberapa ada di Kabupaten karangasem seperti tradisi megibung, kain geringsing
di Tenganan dan yang satu ini adalah Gebug Ende atau Gebug Seraya. Seperti
namanya tradisi ini berasal dari Desa Seraya.
g. Ter-teran - Satu lagi tradisi unik di Kabupaten Karangasem, tepatnya di Desa
Jasri, tradisi tersebut adalah perang api atau disebut juga ter-teran. Aksi saling
serang/ lempar-lemparan dengan api ini. Perang api ini menggunakan obor
prakpak/bobok (daun kelapa kering yang diikat).
h. Mekare – kareatau Perang Pandan – Satu lagi tradisi unik yang ada di Bali,
tepatnya di Desa Tenganan Karangasem. Upacara Perang Pandan adalah upacara
persembahan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra (dewa perang) dan
para leluhur. menggunakan senjata pandan berduri sebagai senjata masing-
masing.

3
i. Perang Pisang – Upacara perang pisang atau mesabatan biu ini digelar di pelataran
pura Bale Agung, desa Tenganan Daud Tukad, dalam rangka pelantikan ketua dan
wakil ketua pemuda setempat. Diikuti oleh 16 pemuda desa yang dipilih oleh
kelian adat untuk dilawankan dengan 2 orang (calon ketua dan wakil).
j. Omed – omedan - Tradisi unik di desa Sesetan ini hanya diikuti oleh Truna-truni /
muda – mudi atau yang sudah tua dan belum menikah, adegan tarik menarik dan
cium-ciuman ini, dirayakan setap tanggal 1 Caka atau sehari setelah Hari Raya
Nyepi.
k. Mekotek – Upacara ini diselenggarakan denan tujuan mohon keselamatan, yang
merupakan warisan budaya leluhur yang dirayakan setiap hari Raya Kuningan dan
turun-temurun oleh hampir 15 banjar di Desa Munggu kecamatan Mengwi,
Badung.
l. Pemakaman di Trunyan – Keunikan tradisi pemakaman mayat di Desa Trunyan
sampai sekarang ini masih mejadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun
oleh warga setempat. Prosesi orang meninggal di Bali, biasanya dikubur ataupun
dibakar. Tapi kalau di desa Trunyan tidak seperti itu, tubuh orang yang sudah
meninggal melalui sebuah prosesi.
m. Perang Ketupat- Satu lagi tradisi unik di Bali yaitu Perang Ketupat yang dirayakan
satu tahun sekali di desa Kapal, Kabupaten Badung. Tujuan diadakan prosesi ini
sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen dan
untuk doa keselamatan dan memohon kesejahteraan bagi umat manusia.
n. Ngusaba Bukakak – hanya ada di Bali Utara, tepatnya di desa Adat Sangsit,
Kecamatan Sawan, Buleleng. Begitu banyaknya budaya warisa leluhur yang
masih terjaga dengan baik di Bali. Tujuan dari Upacara Bukakak ini untuk
melakukan permohonan kepada Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya
sebagai Dewi Kesuburan.
o. Mesuryak - Upacara dengan melemparkan uang ke atas ini digelar bertepatan pada
Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan) setiap 6 bulan sekali, dengan
tujuan untuk memberikan persembahan ataupun bekal pada leluhurnya yang turun
pada hari raya Galungan dan kembali ke Nirwana pada hari raya Kuningan
p. Upacara Ngedeblag- Tradisi Ngedeblag hanya dilakukan di desa Pekraman
Kemenuh, Kec. Sukawati, Gianyar. Prosesi ini dirayakan di setiap Hari Kajeng
Kliwon menjelang peralihan sasih kelima dan sasih keenam (kalender Bali) yang
digelar sekali dalam setahun.

4
q. Ritual Agung Briyang -di rayakan setiap 3 tahun sekali pada purnamaning sasih
kedasa kalender Hindu Bali, perayaan ini hanya ada di desa tua Sidetapa Buleleng,
lokasi desa ini sekitar 40 km barat laut kota Singaraja. Tujuan mengadakan
upacara Agung Briyang adalah untuk melawan dan roh-roh jahat.
r. Ngelawang – salah satu ritual tolak bala di Bali yang dilakukan diantara hari raya
Galungan dan Kuningan, beberapa tempat masih melakukan tradisi ini ada juga
yang tidak, namum nilai budaya ini sudah tertanam pada anak-anak yang
mementaskan ritual ini.
s. Ngusabha Tegen – di Desa Kedisan – Kintamani, sarana banten yang
dipersembahkan dengan banten/ sesajian tegen-tegenen yang terdiri dari sayur-
sayuran, buah dan ikan dipikul oleh kaum pria, sedangkan kaum ibu membawa
banten gebogan dengan tujuan agar tetap diberi keselamatan dan kemakmuran

 Rumah Adat

Masyarakat Bali sangat mendukung adat dan tradisi warisan leluhurnya. sehingga
terkenal dengan budaya unik dan berbagai hasil seni yang indah, sehingga
menetapkan kawasan ini menjadi pulau tujuan wisata yang terfavorit. Seperti
arsitektur rumah adat tradisional yang mayoritas pemeluk agama hindu,
bangunan-bangunan yang ada sekarang ini paling tidak ada ornamen khas Bali
dan ada parahyangan atau tempat suci pura keluarga, tentu mempertimbangkan
tempat dan kemampuan seseorang. Kalau rumah adat tradisional secara utuh
dibangun dengan aturan yang namanya Asta Kosala Kosali seperti layaknya Feng
Shui dalam Budaya China, Secara umum sudut utara-timur adalah tempat yang
suci, digunakan sebagai tempat suci, sedangkan sudut barat-selatan merupakan
sudut yang lebih rendah dalam tata ruang rumah, merupakan arah masuk ke
hunian atau untuk bangunan lain seperti kamar mandi dan lain-lain.
Pembangungan Rumah adat tradisonal ini yang mennerapkan aturan kosala-kosali
ini, perlu tempat yang relatif lebih luas, bangunan-bangunan dalam arsitektur
rumah adat tersebut terdiri dari Seperti bale daja (bagian Utara) untuk ruang tidur
dan menerima tamu penting, bale dauh (bagian Barat) untuk ruang tidur dan
menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin (bagian Timur) untuk upacara,
dapur untuk memasak, jineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk
pemujaan. Ada tiga aspek yang harus di terapkan di dalam pembangunan rumah

5
adat ini, aspek pawongan (manusia / penghuni rumah), pelemahan ( lokasi
/lingkungan) dan yang terahir parahyangan. Hubungan yang harmonis antara
manusia dengan manusia, lingkungan dan Tuhan akan tercapai kedinamisan dalam
hidup. Hubungan ketiga aspek ini disebut dengan Tri Hita Karana.
Perwujudan fisik rumah adat di Bali ini muncul di masing-masing wilayah di
pulau Dewata tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan geografi,
budaya, adat-istiadat, sosial ekonomi masyarakat dan perkembangan jaman
sekarang ini. Proses pembangunan rumah diawali dengan nyikut katang /
pengukuran tapak, peletakan batu pertama, semua diawali dan diakhiri dengan
beberapa ritual, sehingga bangunan itu punya taksu dan muncul aura positif.
Dalam perkembangannya Arsitektur Tradisional mengalami perkembangan dan
pergeseran fungsi yang berpengaruh pada bentuk, struktur, konstruksi, bahan dan
cerminan sosial pemiliknya.Rumah tradisional ini yang menerapkan konsep
pembangunan sesuai Asta Kosala kosali, tidak jarang menjadi objek wisata
menarik bagi wisatawan asing yang kebetulan dalam perjalanan tour ataupun saat
sewa mobil keliling pulau ini, karena memang kelihatan indah dan serasi.

 Objek Wisata

Berikut ini beberapa objek – objek wisata yang terkenal di bali :

a. Jatiluwih

Jatiluwih berada di Kabupaten tabanan kurang lebih berjarak 40 km dari pusat


kota tabanan dan 60 km dari denpasar lokasi objek wisata jatiluwih ini berada di
daerah pegunungan dengan hawa yang sejuk dan tentunya hamparan teras sering
yang sanga indah.Salah satu objek wisata bali yang mempunyai ciri khas bali
yaitu jatiluwih dengan hamparan persawahan dengan teras seringnya adalah
jatiluwih kata jatiluwih sendiri berarti jati berarti sejati dan luwih berarti indah jati
luwih memang benar benar indah. Objek wisata bali yang berada di daerah
pegunungan batukaru. Jatiluwih memiliki pemandangan alam yang indah.
Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang bertingkat atau
sawah teras sering khas Bali yang akan membuat Anda semakin menganggumi
keindahan objek wisata bali yang satu ini. jatiluwih memiliki luas 636 hektar.

b. Bedugul

6
Bedugul adalah objek wisata bali yang terletak di perbukitan dengan cuaca yang
sangat sejuk dimana di bedugul juga terdapat sebuah danau yang bernama danau
beratan Di Objek wisata Bedugul terdapat sebuah pura yang bernama pura di ulun
danu yang terletak di pinggir danau beratan. Pura ulun danu di percaya sebagai
tempat bersemayaman dewi sri atau dewi kesububuran. Lokasi objek wisata
Bedugul terletak di desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti kabupaten tabanan
kurang lebih jaraknya 45 km dari pusat kota kabupaten dan Jaraknya dari kota
denpasar sekitar 50 km ke arah utara mengikuti jalan raya Pura tersebut berada di
tepi danau Beratan, nama pura ulun danu diambil dari kata danau.

c. Besakih

Lokasi pura besakih terletak di desa rendang kabupaten karangasem kurang lebih
90 km dan 2 jam perjalanan dari pusat kota denpasar. pura besakih sendiri terletak
diketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Sejarah dari beberapa babad pernah
menyebutkan pura besakih adalah pura tempat bersemayam dewa tertinggi Kata
"Besakih" sendiri berasal dari kata "Basuki" yang berarti 'selamat' dan lama lama
di eja menjadi Basukir dan Basukih, dan akhirinya menjadi Besakih. Nama pura
besakih terdapat di dua buah prasasti yang disimpan di Gedong Penyimpenan di
Natar Agung, dan satunya di simpan di Merajan Selonding dan sebuah lagi di Pura
Gaduh Sakti di desa Selat. Sejarah Pura Besakih sendiri berhubungan erat dengan
perjalanan Sri Markandeya (seorang Brahmana Siwa) dari Gunung Raung jawa
timur, daerah Basuki, Jawa Timur. Rombongan beliau terpaksa kembali ke Jawa
karena banyak diantara mereka yang meninggal terserang penyakit. Setelah
mendapat petunjuk di Gunung Raung, beliau kembali ke Bali dan mengadakan
penanaman Panca Datu (5 jenis logam yaitu emas, perak, besi, tembaga dan
permata) di lereng Gunung Agung yang kemudian dikenal dengan Pura Basukia.

7
B. ACEH
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam
budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di
Provinsi Aceh terdapat delapan suku yaitu:
1) Suku Aceh
2) Suku Gayo
3) Suku Alas
4) Suku Tamiang
5) Suku Kluet
6) Suku Singkil
7) Suku Aneuk Jamee
8) Suku Simeulue

Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh.
Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit
perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan
Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas
diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan
mereka berasimilasi dengan penduduk disana.

 Ragam Adat Di Aceh

Adat aceh sebenarnya sangat tinggi nilainya, karena adat tersebut di masa
pemerintahan kerajaan Aceh Darussalam sebagi dasar atau pedoman bagi pemeritahan untuk
di jadikan landasan tegakny pemerintahan serta pelaksananya, karena daat di buat untuk
untuk di laksanakan dan menjadi benteng agama yaitu Agama Islam. Adat aceh lebih dekat
dengan unsur syari’at islam maka adat tersebut lebih bernuansa islami. Adat di Aceh di bagi
atas bebrapa bagian (kelompok) yaitu:
a) Adat Tullah
Adat Tullah adalah suatu ketentuan atau suatu persyaratan\ aturan yang
berdasarkan\bersumber dari kitabullah(Al-Quran) dan hadis. Aturan tersebut tidak boleh
di rubah-rubah, haus di sosialisasikan |disyiarkan dalam masyarakat, pada hakikatnya adat
tulah ini merupakan unsur dari syariat islam.
b) Adat Mahkamah
Yang termasuk dalam adat mahkamah( adat meukuta alam) anatra lain:

8
1. Adat/ struktur pemerintahan
2. Adat pemberian gelar
3. Adat berpakaian
4. Adat di bidaang etika/tata krama bermasyarakat.
5. Adat hareukat/penghasilan seperti sungai, hutan, bercocok tanam, besawah dan lain-
lainya.
c) Adat tunah
Adat Tunah asal katanya “Tunas” dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa
Aceh tunah yang dimaksud dalam ungkapan ini adalah kiasan suatu yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, umpamanya tunas kayu pada pohon yang akan tumbuh
cabang dan pada cabang tumbuh ranting, begitu juga pada rumpun bambu dan rumpun
pisang bahwa pada pangkal pohonnya dalam rumpun tersebut tumbuh tunas anak bambu
atau tunas anak pisang dan berkembang menjadi besar.
Tunas itu berarti suatu adat yang mengalami perubahan atau mengalami
pertumbuhan dengan munculnya adat-adat atau diadakan oleh seseorang secara pribadi
untuk menggembirakan kelompok keluarga kemudian diikuti oleh keluarga lain, yang
mengalami kemajuan pesat, acara tersebut menjadi keharusan/kebiasaan bagi masyarakat
setempat. Oleh karena pertumbuhannya itu maka sudah muncul adat (kebiasaan) baru,
kebiasaan baru itulah yang dinamakan Adat Tunah.

 Budaya Di Aceh

Di daerah Aceh terdapat beberapa kebudayaan daerah yang menjadi ciri khas dari
daerah Aceh. Salah satu dari budaya Aceh adalah seni tarian saman dan rapai geleng.
tarian saman dan rapai geleng sangat terkenal di berbagai daerah di Indonesia. Hal itu
karenakan ada gerakan yang unik dan khas dari tarian itu sendiri. Sehingga jikalau ada
yang menyaksikan tarian saman atau rapai geleng, pasti orang tersebut akan langsung
teringat kepada daerah asal tarian itu berkembang yaitu daerah Aceh.

 Seni Dalam Budaya Aceh

Kesenian Aceh pada dasarnya mempunyai ciri yang amat nyata, yaitu Islam
didalamnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh Islam yang sangat besar dalam
kehidupan masyarakat Aceh, terutama dalam kehidupan masyarakat Aceh masa lampau.
Dalam masyarakat Aceh masa kini ajaran Islam itu tetap dipandang sebagai nilai yang
esensial dan masih sangat besar pengaruhnya sekalipun disamping itu pengaruh dari

9
budaya modern mulai besar pula. Dengan kata lain telah terjadi pergeseran. Malah dalam
beberapa nilai konflik nilai-nilai dalam masyarakat Aceh sekalipun nilai-nilai Islam
masih tetap dominan.
Beberapa budaya dan seni Aceh diantara sekian banyak budaya dan seni kebanggaan
masyarakat Aceh.

a. Seudati
Seudati merupakan perpaduan antara seni tari, seni suara, seni sastra, karena selain
dari menari, para pelaku juga sekaligus meyakinkan kisah-kisah yang tersusun secara
bersajak dan dilagukan dengan berbagai lagu, pada permulaan sejarahnya, seudati itu
berfungsi sebagai tari pahlawan yang dilaksanakan untuk melepaskan pasukan tentara
yang akan berangkat ke medan juang dalam peperangan melawan musuh,-
menyambut pasukan tentara yang pulang dari medan perang, lebih kalau pasukan itu
pulang dengan membawa kemenangan, media dakwah, karena dalam kisah yang
diucapkan bersajak itu, dapat diselipkan berbagai ajaran yang perlu didakwahkan.
Akan tetapi kemudian oleh karena kesenian tersebut sangat digemari oleh rakyat,
maka diadakan juga pada waktu-waktu yang lain, bahkan dikampung-kampung.
Akhirnya fungsi berubah menjadi hiburan rakyat dan dipertandingkan dengan
pemungutan bayaran.
Para pelaku seudati terdiri dari delapan orang penari ditambah satu atau anak seudati
yang bagus suaranya, oleh karena para seudati terdiri dari delapan orang maka
dinamakan saman berasal dari bahasa Arab yang berarti delapan, dan oleh karena
dalam permainan itu diceritakan bermacam-macam terutama sewaktu pertandingan,
maka dinamakan ratooh.
b. Laweut
Perkataan laweut berasal dari perkataan “seulaweut” (seulaweut dalam bahasa
Indonesia) ini juga merupakan antara seni tari, seni suara dan seni sastra. Tari ini lebih
mirip dengan tari seudati, hanya pelakunya terdiri dari gadis-gadis, oleh karena itu
juga dinamakan dengan nama “seudati inong” (Seudati Perempuan) tarin seudati ini
berasal dari Aceh Pidie.
c. Seni Rupa Dalam Budaya Aceh
Seni rupa juga berkembang di Aceh, akan tetapi perkembangannya sekarang tidak
menonjol sebagaimana keadaan pada masa lampau, seni rupa yang berkembang di
Aceh adalah seni arsitektur, seni ukir, dan seni dalam membuat sulaman, anyaman,

10
keramik, kopiah meukutop dan rencong, seni pahat dan seni lukis tidak berkembang
pada masa lampau, dari keduanya hanya seni lukis yang mulai berkembang sekarang,
sebab tidak berkembangnya seni pahat dan seni lukis pada masa lampau di Aceh juga
karena ajaran Islam.
d. Seni Arsitektur Dalam Budaya Aceh
Seni Arsitektur Tercermin dari rumoh Aceh yang sekarang masih ada sisa-sisanya,
bentuk dari rumah tradisional Aceh ini memanjang dari arah timur ke barat yang
maksudnya dibuat demikian adalah untuk memudahkan menentukan arah kiblat.
Dibagian sebelah barat maupun sebelah timur sejajar dengan kuda-kuda dan letaknya
agak keluar, terdapat tolak angin (tulak angen) yang sepenuhnya berisi ukiran-ukiran
yang merupakan kaligrafi yang berasal dari ayat-ayat al-Quran.
Demikian pula pada pintu rumah yang disebut juga Pinto Aceh serta pada kisi-kisi
dan bingkai jendela terdapat juga ukiran-ukiran yang bermotif alam (misalnya bunga)
dan kaligrafi huruf Arab.

 Upacara Perkawinan Adat Aceh

1) Tahapan Melamar (Ba Ranub)


Pada hari yang telah di sepakati datanglah rombongan orang2 yang dituakan dari
pihak pria ke rumah orang tua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat
ikatan berikut isinya seperti gambe, pineung reuk, gapu, cengkih, pisang raja, kain
atau baju serta penganan khas Aceh. Setelah acara lamaran iini selesai, pihak pria
akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk
bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran
tersebut.
2) Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda)
Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan
peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan,
termasuk menetapkan berapa besar uang mahar (disebut jeunamee) yang diminta
dan beberapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus
diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda).
3) Persiapan Menjelang Perkawinan
Seminggu menjelang akad nikah, masyarakat aceh secara bergotong royong akan
mempersiapkan acara pesta perkawinan. Mereka memulainya dengan membuat

11
tenda serta membawa berbagai perlengkapan atau peralatan yang nantinya dipakai
pada saat upacara perkawinan. Adapun calon pengantin wanita sebelumnya akan
menjalani ritual perawatan tubuh dan wajah serta melakukan tradisi pingitan.
Selam masa persiapan ini pula, sang gadis akan dibimbing mengenai cara hidup
berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji.
Selain itu akan dialksanakan tradisi potong gigi (disebut gohgigu) yang bertujuan
untuk meratakan gigi dengan cara dikikir Agar gigi sang calon pengantin terlihat
kuat, Setelah itu calon pengantin melanjutkan dengan perawatan luluran dan
mandi uap
Selain tradisi merawat tubuh, calon pengantin wanita akan melakukan upacara
kruet andam yaitu mengerit anak rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh agar
tampak lebih bersih lalu dilanjutkan dengan pemakaian daun pacar (disebut
bohgaca) yang akan menghiasi kedua tangan calon pengantin. Daun pacar ini akan
dipakaikan beberapa kali sampai menghasilkan warna merah yang terlihat alami.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengadakan pengajian dan khataman
AlQuran oleh calon pengantin wanita yang selanjutnya disebut calon dara
baro.Sesudahnya, dengan pakaian khusus, calon dara baro mempersiapkan dirinya
untuk melakukan acara siraman (disebut seumano pucok) dan didudukan pada
sebuah tikaduk meukasap.
4) Upacara Akad Nikah Dan Antar Linto/Antar Dara Baroe
Pada hari H yang telah ditentukan, akan dilakukan secara antar linto (mengantar
pengantin pria). Saat akad nikah berlangsung, ibu dari pengantin pria tidak
diperkenankan hadir tetapi dengan berubahnya waktu kebiasaan ini dihilangkan
sehingga ibu pengantin pria bisa hadir saat ijab kabul. Keberadaan sang ibu juga
diharapkan saat menghadiri acara jamuan besan yang akan diadakan oleh pihak
keluarga wanita.
Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga Calon Linto Baroe akan
menyerahkan jeunamee yaitu mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain
adat dan paun yakni uang emas kuno seberat 100 gram. Setelah itu dilakukan
acara menjamu besan dan seleunbu linto/dara baro yakin acara suap-suapan di
antara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapat seiring
sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga.[5]
5) Upacara Peusijeuk

12
Yaitu dengan melakukan upacara tepung tawar, memberi dan menerima restu
dengan cara memerciki pengantin dengan air yang keluar dari daun seunikeuk,
akar naleung sambo, maneekmano, onseukee pulut, ongaca dan lain sebagainya
minimal harus ada tiga yang pakai. Acara ini dilakukan oleh beberapa orang yang
dituakan(sesepuh) sekurangnya lima orang.

C. NUSA TENGGARA BARAT

 Agama dan Kepercayaan

Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku
Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa.
Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).Indonesia
adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang
terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat
dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat
menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda
suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Dalam pelaksanaan Upacara Pujawali dan Perang Topat ini terdapat berbagai
persiapan yang dilakukan, yang juga masuk sebagian dari upacara ini secara ritual,
persiapan upcara ini sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Sedangkan untuk
memeriahkan dan menyemarakan upacara ini beberapa hari sebelum dan
sesudahnya diadakan berbagai Sebelum Perang Topat dimulai Kebon Odek
dikeluarkan dari Kemaliq yang terdapat di Pura Lingsar Kecamatan Narmada
yang bertujuan untuk menjemput Pesajik (sesajen) kemudian dikelilingi sebanyak
3 kali di Kemaliq lalu di upacarakan. Sesudah upacara Pujawali, dilakukan acara
Perang Topat.

 Upacara Adat

Menjelang tujuh belasan biasanya banyak acara2 agustusan digelar buat


meriahkan B’Day kemerdekaan. Acara yang paling aku tunggu2 adalah Tarung
Peresean, biasanya tarung ini pastilah helatan pemerintah karena acara ini
melibatkan petarung2 dari berbagai desa. Peresean adalah pertarungan antara dua

13
orang yang bersenjatakan alat pemukul (sebilah tongkat) dari rotan (penjalin)
dengan tameng dari bahan kulit sapi/kerbau.
Peresean juga bagian dari upacara adat di pulau Lombok dan termasuk dalam seni
tarian suku sasak. Seni peresean ini menunjukkan keberanian dan ketangkasan
seorang petarung (pepadu), kesenian ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa
emosional para raja dimasa lampau ketika mendapat kemenangan dalam perang
tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping itu para pepadu pada
peresean ini mereka menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan dalam
bertanding. Yang unik dalam pertarungan ini adalah pesertanya tidak dipersiapkan
sebelumnya alias para petarung diambil dari penonton sendiri, artinya penonton
saling tantang antar penonton sendiri dan salah satu pemain akan kalah jika kepala
atau anggota badan sudah berdarah-darah.

 Ragam kesenian di Nusa Tenggara Barat


1. Slober
Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang
tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana yang
terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang,
petuk, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah
seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama
Amaq Asih alias Amaq Slober.
Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang
biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.
2. Tari Jangger
Kesenian tari jangger ini masih dipertahankan sebagai tontonan yang
biasanya dipentaskan pada acara perkawinan, sunatan, ulang tahun dan Iain-
lain. Kesenian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh perempuan yang
melantunkan tembang-tembang yang di iringi oleh musik gamelan Lombok.
Kesenian tari jangger ini sekarang pementasannya tidak hanya dilakukan
pada acara tertentu saja melainkan sudah masuk dalam agenda yang
dilakukan di kantor-kantor atau hotel-hotel dalam rangka menghibur para
tamu.
3. Pakaian adat

14
Secara tradisional pakaian tradisional yang dikenakan penduduk daerah
Nusa Tenggara Barat dibedakan atas dua macam, yaitu yang dikenakan oleh
kaum pria dan oleh kaum wanita. Pakaian adat yang dikenakan bagi kaum
pria di daerah Lombok berupa tutup kepala, baju lengan panjang memakai
kain sarung sebatas dengkul yang ditenun, dan celana panjang, serta di
punggungnya terselip sebilah keris. Sedangkan kaum wanitanya mamakai
pakaian yang terdiri atas kebaya panjang dengan kain songket. Perhiasan
yang dipakai berupa hiasan bunga di kepala.
 Keadaan Masyarakat
Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia. Sebagai penduduk asli, suku Sasak telah
mempunyai sistem budaya sebagaimana terekam dalam kitab Nagara Kartha
Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab tersebut, suku Sasak
disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi.” Jika saat kitab tersebut dikarang suku
Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan.
Dalam masyarakat Sasak, kelompok kekeraatan terkecil adalah keluarga inti
(nuclear family) yang disebut kuren. Keluarga inti umumnya keluarga
monogami, meskipun adat membenarkan keluarga inti poligami. Adat
menetao sesudah nikah adalah virilokal, meskipun ada yang uxorilokal dan
neolokal. Garis keturunan suku Sasak ditarik menuruk sistem patrilineal
 Ilmu Pengetahuan
Suku Sasak mempunyai pengetahuan yang didapatkan turun temurun dari
nenek moyang mereka tentang pembuatan lantai dari rumah mereka
khususnya rumah adat mereka. Lantai rumah mereka dibuat dari tanah liat
yang dicampur dengan kotoran kerbau dan jerami. Campuran tanah liat dan
kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen.
Karena perubahan pengetahuan Suku Sasak pula-lah yang menyebabkan
adanya perubahan fungsi dan bentuk fisik rumah adat mereka. Hanya saja,
konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang, dan polanya tetap
menampilkan karakteristik tradisionalnya yang dilandasi oleh nilai-nilai
fiilosofis yang ditransmisikan secara turun temurun.

Untuk menjaga lestarinya rumah adat mereka dari gilasan arsitektur modern, para
orangtua biasanya mengatakan kepada anak-anaknya yang hendak membangun rumah

15
dengan ungkapan: “Kalau mau tetap tinggal di sini, buatlah rumah seperti model dan
bahan bangunan yang sudah ada. Kalau ingin membangun rumah permanen seperti
rumah-rumah di kampung-kampung lain, silahkan keluar dari kampung ini.” Demikianlah
cara orang Sasak manjaga eksistensi rumah adat mereka, yaitu dengan cara
melembagakan dan mentransmisikan pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

 Bahasa

Selain bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari yang digunakan Suku Sasak adalah
bahasa Sasak. Bahasa Sasak ini juga dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok,
propinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana
Bahasa Bali dan Bahasa Jawa. Bahasa Sasak mirip dan serumpun dengan Bahasa
Bali.

a. Dialek bahasa
Bahasa Sasak mempunyai dialek-dialek yang berbeda menurut wilayah,
bahkan dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para
penutur Sasak lainnya. Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi empat dialek,
yaitu:
o Dialek Sasak Pejanggi
o Dialek Sasak Selaparang
o Dialek Sasak Bajan
o Dialek Sasak Tanjong
o Dialek Sasak Pujut
o Dialek Sasak Sembalun
o Dialek Sasak Tebangi
o Dialek Sasak Pengantap

 Mata Pencaharian
Secara tradisional mata pencaharian terpenting dari sebagian besar orang
Sasak adalah dalam lapangan pertanian. Dalam lapangan pertanian mereka
bertanam padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
kedele, sorgum. Selain itu, mereka mengusahakan kebun kelapa, tembakau,
kopi, tebu. Perternakan merupakan mata pencaharian sambilan. Mereka

16
beternak sapi, kerbau dan unggas. Mata pencaharian lain adalah usaha
kerajinan tangan berupa anyaman, barang-barang dari rotan, ukir-ukiran,
tenunan, barang dari tanah liat, barang logam, dan lain-lain. Di daerah pantai
mereka juga menjadi nelayan. Dalam rangka mata pencaharian tadi mereka
menggunakan teknologi berupa pacul (tambah), bajak (tenggale), parang, alat
untk meratakan tanah (rejak), kodong, ancok, dan lain-lain.
Menurut data dari pemerintah Lombok Timur, mata pencaharian penduduk di
Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari sektor pertanian (59,55 %),
selebihnya dari sektor perdagangan, hotel , restauran 11,95 %; jasa-jasa 9,14
%; industri 8,83 % dan lain-lain 10,53 %. Keadaan ini juga diperlihatkan dari
pola penggunaan lahan yang ada, yaitu permukiman 5,01 %; pertanian (sawah,
lahan kering, kebun, perkebunan) 48 %; hutan 34 %; tanah kosong (tanduns,
kritis) 1 %; padang (alang, rumput dan semak) 9 %; perairan 0,6 %;
pertambangan 0,2 % dan lain-lain penggunaan 5 %.

 Teknologi
a. Rumah Adat
Orang Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang dijadikan
sebagai tempat tinggal dan juga tempat penyelenggaraan ritual adat dan
ritual keagamaan.
Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan,
menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari
permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari
alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai
satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi
menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale
dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan
sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat
menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari
bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang.
Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem
sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga
(tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran

17
kerbau/kuda, getah, dan abu jerami. Undak-undak (tangga), digunakan
sebagai penghubung antara bale luar dan bale dalem.

Hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak adalah pola
pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan
kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata
untuk mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep
itulah, maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan
kehidupan harmoni penduduk setempat.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam,
diantaranya adalah: Bale Tani, Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale
Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsi
dari masing-masing tempat.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara yang memilki suku dan budaya yang beraneka
ragam. Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah
satu kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Bali, Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
Banyak sekali adat istiadat yang terdapat dalam wilayah tersebut, misalnya ragam
budaya, mata pencaharian, bahasanya, teknologi, rumah adat serta objek wisatan dan
lain sebagainya.
B. Saran
Kebanyakan orang beranggapan adat istiadat tidak sesuai dengan tatanan kehidupan
modern dan ketinggalan jaman. Justru adat istiadat yang unik serta kebudayaan yang
diwariskan leluhur harus dilestarikan dan dikembangkan karena itu merupakan ciri
khas bangsa Indonesia itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://karnila30.blogspot.com/2016/12/kata-pengantar-alhamdulilah-puji-syukur.html?m=1
http://anggienadhi.blogspot.com/2014/04/adat-istiadat-wisata-daerah-bali.html?m=1
http://nonaasmara.blogspot.com/2013/02/makalah-nusa-tenggara-barat.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai