Anda di halaman 1dari 10

Buku Pengayaan (Non Fiksi) dan Buku Drama (Fiksi)

A. BUKU PENGAYAAN (NON FIKSI)

Buku pengayaan adalah buku yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata
pelajaran tertentu. Karakteristik buku pengayaan yakni sumber materi ajar berupa referensi baku
mapel tertentu yang disusun sistematis & sederhana disertai petunjuk pembelajaran. Dalam buku
tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan, dan memperkaya
kemampuan siswa (Pusat Perbukuan 2008:12). Pendapat lainnya, buku pengayaan atau buku
pelajaran adalah jenis buku yang digunakan dalam aktivitas belajar dan mengajar.
Berdasarkan dominasi materi/isi yang disajikan di dalamnya, buku pengayaan dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu kelompok buku pengayaan: (1) pengetahuan, (2)
keterampilan, dan (3) kepribadian. Setiap jenis buku pengayaan kadang-kadang sulit dibedakan,
namun jika dikaji berdasarkan materi/isi yang mendominasi di dalamnya maka dapat ditetapkan
ke dalam salah satu jenis buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan
akademik pembacanya.Contoh judul buku pengayaan pengetahuan adalah: Tanaman Obat
Penyembuh Ajaib karya Herminia de Guzman-Ladion, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi
Geografis karya Eddy Prahasta.
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya
penguasaan keterampilan bidang tertentu.Contoh judul buku pengayaan keterampilan
adalah:Membuat Mesin Tetas Elektronik karya Kelly S, Budidaya Ayam Bangkok karya Dudung
Abdul Muslim, Petunjuk Perawatan Anggrek karya Hadi Iswanto.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya
kepribadian atau pengalaman batin seseorang.Contoh judul buku pengayaan kepribadian:Layar
Terkembang karya St. Takdir Alisyahbana, Merakit dan Membina Keluarga Bahagia karya W. Jay
Batra dkk.

Nilai-nilai dalam buku pengayaan (non fiksi)


Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir
yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.Penilaian yang dilakukan oleh individu yang
satu belum tentu sama dengan individu yang satu.
Nilai yang terdapat dalam buku pengayaan (non fiksi) terkait dengan hal apa yang dapat
diambil dari buku yang dibaca. Nilai yang terdapat dalam buku pengayaan, seperti nilai
pengetahuan, nilai manfaat (kemanfaatan), nilai kebersihan, nilai sosial, nilai etika, dan lain
sebaginya. Keberadaan nilai ini bergantung kepada jenis buku yang dibaca.

B. BUKU DRAMA (FIKSI)

Pengertian Drama
Drama adalah genre (jenis) sastra yang menggambarkan gerak kehidupan manusia. Istilah
untuk drama di masa penjajahan Belanda di Indonesia disebut tonil itu. Tonil kemudian diganti
dengan istilah-play yang dikembangkan oleh PKG Mangku VII. Drama berasal dari kode dalam
bahasa Jawa dan wara. Sandi berarti rahasia, sementara wara (warah) berarti mengajar. Maka
istilah menyiratkan ajaran teater yang dilakukan oleh simbol.
Pengertian Drama Menurut Para Ahli
 Moulton, Drama adalah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak (disajikan
langsung dalam tindakan).
 Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam dan sifat manusia
dalam gerakan.
 Ferdinand Brunetierre, Menurut drama harus melahirkan keinginan oleh aksi atau
gerakan.
 Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik
secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.
 Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan
kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan.
 Seni Handayani, Drama adalah bentuk komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni
sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam
bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
 Wildan, Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga drama
dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
 Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan
gerakan.
 Menurut KBBI : drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai
komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak
melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah
terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater. Ketiga, kejadian yan menyedihkan.

Bentuk-bentuk Drama
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
1. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi
atau menggunakan unsur-unsur puisi.
2. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
2. Berdasarkan sajian isinya
1. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang
terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut
mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius
yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir
dengan malapetaka atau kesedihan.
2. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di
dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
3. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita
tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3. Berdasarkan kuantitas cakapannya
1. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
2. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
3. Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
1. Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
2. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
3. Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.

5. Bentuk-bentuk lain
1. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur,
penokohan, tematik.
2. Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
3. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kam bangsawan (muncul abad
ke-18).
4. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
5. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh
utama
6. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian
gereja (di Abad Pertengahan).
7. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema
dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
8. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat
yang ada (terutama di pedesaan).
Hakikat Drama
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, bertindak, dan
sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum,
pengertian drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan
maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan
istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan
berdasarkan sebuah naskah.

Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta drama dalam arti sempit.
Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan atau pertunjukkan yang
mengandung cerita yang ditontonkan atau dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan
pengertian drama dalam arti sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang
diproyeksikan di atas panggung.

Ciri ciri Drama


1. Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca dan di
pentaskan.
2. Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
3. Drama terdiri dari pada diaolog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang diwujudkan.
4. Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog-dialog watak-wataknya.
5. Konflik ialah unsur-unsur penting dalam drama. Konflik digerakan oleh watak-watak dalam
plot,elemen penting dalam skrip drama.
6. Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebagai drama yang baik.
7. Gaya Bahasa dalam sebuah drama juga penting karena menunjukkan latar masa dan
masyarakat yang di wakilinya,sekaligus drama ini mencerminkan sosiobudaya masyarakat
yang digambarkan oleh pengarang.

Contoh Naskah Drama Anak


Pemeran:
1. Katrin Yustina
2. Nurjanah
3. Puri
4. Nisya
5. Linda (pembaca prolog).

Prolog
Seorang murid baru (Nisya) pindahan dari Jakarta sedang memasuki gerbang sekolah,tiba-tiba
datanglah Katrin.

Katrin : hai kamu anak baru ya? Nama kamu siapa?


Nisya : ya,…..namaku Nisya,,.
Fury : (Sambil mengulurkan tangan) namaku Fury! Emang kamu pindahan dari mana dan
masuk kelas apa..????
Nisya : aku dari Jakarta …………disini Aku tonggal di Jalan Surapati. Kata kepala Sekolah aku
masuk kelas V1-D.Kalau kamu siapa ? (Nisya mengulurkan tangan kepada Katrin).
Katrin : aku Katrin…. wah kebetulan kita juga murid kelas V1-D.
Tak lama tampak Nurjanah datang mendekat sambil menyapa ketiganya.
Nurjanah : siapa ini Fur..???
Fury : Oh ini namanya Nisya..!!
Katrin : Kenalan sendiri dong,….. (sambil menggangkat tangan Nisya ke tangan
Nurjanah). Nurjanah menyodorkan tangannya ke arah Nisya mereka berdua
bersalaman.
Nurjanah : eh Nisya……..Entar di kelas kamu duduk disebelahku aja gimana???
Soalanya bangku disebelahku kosong.
Nisya : Oh iya deh…
Fury : Iya sekalian aja gabung sama kita.
Katrin : Ya kan kalau belajar kelompok hanya 3 orang kalau sama kamu kan jadi pas Empat
orang,..!!!!!
Nisya : Aku sih asyik aja,…..aku malah seneng punya temen baru yang baik dan Asyik
seperti kalian. Mereka berempat tertawa menuju kelas.

Perbedaan Drama dengan Teater


Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata
yunanikuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian
maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai
‘dran’ yang berarti berbuat, berlaku atau beracting.

Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn
jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi
peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk
pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya
drama.

Struktur Drama
1. Tema, tema merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar disusunya atau dibuatnya
drama;
2. Plot atau alur, merupakan jalinan cerita dari awal sampai akhir cerita. Jalinan cerita ini berupa
jalannya cerita dalam drama yang berupa permasalahan, konflik, klimaks cerita atau
permasalahan, dan akhir atau penyelesaian permasalahan;
3. Penokohan dan perwatakan, penokohan atau perwatakan merupakan jati diri seorang tokoh.
Apakan seoarang tokoh itu baik, jahat, buruk, pendengki atau memiliki watak lainya.
Perwatakan atau penokohan dalam pementasan drama dapat dilihat secara langsung oleh
penonton pementasan tersebut dari sikap, ucapan, tingkah laku, suara serta tingkah laku
lainya.
Namun secara teori, drama sendiri mengungkapkan penokohan atau perwatakan yang dimiliki
seorang tokoh yang dilakukan secara eksplisit dan implisit. Eksplisit dari pendapat atau
komentar tokoh lain dalam cerita, dan implisit dari tingkah polah tokoh itu sendiri;
4. Dialog, dialog atau percakapan merupakan unsure utama yang membedakan drama dengan
cerita lain. Dialog dalam drama merupakan dialog yang digunaknan dalam kehidupan sehari-
hari sesuai hakikat drama yang merupkan tiruan kehidupan masyarakat.
Dialog merupakan hal yang sangat vital bagi sukses tidaknya sebuah drama yang
dipentaskan, apabila pemeran tokoh dapat menyampaikan dialog dengan penuh penghayatan
niscaya keindahan dan tujuan pementasan dapat tercapai;
5. Setting, setting merupakan latar terjadinya cerita. Setting meliputi setting waktu, setting waktu
tempat, dan setting ruang;
6. Amanat, merupakan pesan yang hendak disampaikan pengarang lewar drama yang
diciptakan. Amanat sebuah drama dapat kita ketahui setelah kita mengapresiasi drama
tersebut;
7. Petunjuk teknis, petunjuk teknis merupakan petunjuk mementaskan atau
mengaudiovisualkan naskah drama. Petunjuk teknis juga biasa disebut teks samping;
8. Drama sebagai interpretasi kehidupan, unsur ini bukan merupakan unsure fisik melainkan
lebih pada unsure idea atau pandangan dasar dalam menyusun drama yang merupakan tiruan
kehidupan manusia atau miniature kehidupan manusia yang dipentaskan.

Unsur-unsur Pementasan Drama


Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang perlu dikenal, yaitu
1. Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama dapat
berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan
tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya
dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik
(dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya
dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang
melukiskan suatu realitas, misalnya drama karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus
dicerna atau diolah, bahkan mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan
tujuan pementasan tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton
yang dibayangkannya.
2. Sutradara,
Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting. Sutradara inilah yang
bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil. Ia
bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang
dana (produsen), dan dapat mensikapi calon penonton.
3. Pemeran
Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Memang
sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa kepiawaian dalam mewujudkan
pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya
akan sia-sia belaka.
4. Panggung.
Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama,
panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton
dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung
berbentuk arena, sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.
5. Perlengkapan panggung : cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan
 Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimim
pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung penciptaan suasana sedih, murung,
atau gembira, dan juga dapat mendukung keratistikan set yang dibangun di panggung.
 Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan secara
langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman yang jauh hari
sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab mengurusnya.
 Sering disebut kostm (costume), adalah pakaian yang dikenakan para pemain untuk
membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Dengan
melihat kostum yang dikenakannya para penonton secara langsung dapat menerka profesi
tokoh yang ditampilkan di panggung (dokter, perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya
(rakyat jelata, punggawa, atau raja), dan sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).
 Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18 tahun dapat berubah wajah seakan-akan
menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga wajah tampan dapat dipermak menjadi tokoh
yang tampak kejam dan jelek. Semua itu diusahakan untuk lebih membantu para pemeran
untuk membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran
sutradara.
6. Penonton.
Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu dipikirkan juga. Jika drama yang dipentaskan
untuk para siswa sekolah sendiri, faktor mpenonton tidak begitu merisaukan. Apabila terjadi
kekeliruan, mereka akan memaafkan, memaklumi, dan jika pun mengkritik nadanya akan lebih
bersahabat.
Akan tetapi, dalam pementasan untuk umum, hal seperti tersebut di atas tidak akan terjadi.
Oleh karena itu, jauh sebelum pementasan sutradara harus mengadakan survei perihal calon
penonton. Jika penontonnya ”ganas” awak pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak
mengecewakan para penonton.

Pembagian Tugas dalam Pementasan Drama


Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, terlebih dahulu perlu kita kenal
beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja
kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan.
1. Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk
melaksanakaan “acara” pementasan. Tim penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan
produksi), sekretasis, bendahara, sie dana, sie publikasi, sie perlengkapan, sie dokumentasi,
si konsumsi, dam masih banyak lagi. Tim ini berperan dalam “menjual” karya seni (drama).
Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak,
keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang
bagus) bergantung pada tim ini.
2. Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah sekelompok orang
yang bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari
sutradara, penulis naskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor.
Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas
panggung) atau aktor, dan tim behind stage (belakang panggung). Kedua tim ini memiliki
peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta tugas dan kewenangannya.
1. Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas
melakukan casting (memilih pemain sesuai peran dalam naskah), mengatur akting para
aktor, dan mengatur kru lain dalam mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang
sutradara berkuasa mutlak sekaligus bertanggung jawab mutlak atas pementasan.
Sutradara, biasanya akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan setting
panggung yang mendukung cerita
2. Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk dipentaskan, penulis
naskah sudah “mati”. Artinya, ia tidak memiliki hak lagi untuk mengatur visualisasi atas
naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalam
perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya diminta sebagai komentator.
3. Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan latar (setting
panggung) seperti yang diinginkan oleh
4. Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan
pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar
suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata
panggung. Seorang penata cahaya harus memiliki pengetahuan memadai dalam hal mixer
cahaya.
5. Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah mewujudkan rias
dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang dituntut oleh sutradara.
Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
6. Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan sound effect yang
mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata panggung, dan penata
cahaya, penata suara menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelas bahwa
prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memiliki kemampuan mengelola soundsistem
dan soundeffect.
7. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan kepadanya oleh sutradara.
3. Tim penyelenggara dan kewenangannya adalah sebagai berikut.
1. Ketua Panitia 5. Sie Dokumentasi
2. Sekretaris 6. Sie Dana
3. Bendahara 7. Sie Konsumsi
4. Sie Acara 8. Sie Perlengkapan

Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Drama


Untuk mengidentifikasi penggalan drama ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
diantaranya :
1. Mengenali penggalan drama
2. Mengidentifikasi unsur intrinsik drama
3. Mendiskusikan unsur intrinsik drama :
a. Tema
b. Plot
c. Latar
d. Tokoh
e. Konflik
f. Amanat
Aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan untuk bermain peran:
1. Mempersiapkan dan mendalami isi naskah
2. Berlatih melafalkan dialog
3. Merancang pemeranan naskah drama
4. Mementaskan drama sesuai dengan naskah yang ditulis dan dengan cara improvisasi
Menganalisis Tokoh dalam Pementasan Drama
Drama tidak bisa dilepaskan dengan tokoh sebab tokoh atau penokohan dalam drama
merupakan salah satu unsur intrinsic dalam drama tersebut. Unsur intrinsik adalah unsur yang
terdapat dalam karya sastra yang ikut membangun karya sastra itu sendri. Menganalisis tokoh
dalam pementasan drama berarti memberikan apresiasi tentang kelebihan dan kekurangan
seseorang yang telah memerankan tokoh dalam pementasan drama.
Ada 3 macam tokoh dalam drama (seperti dalam cerpen dan novel), yakni:
a. Tokoh protagonist yaitu tokoh yang memiliki karakter baik, disukai dan diidolakan pembaca
atau pendengarnya.
b. Tokoh antagonis yakni tokoh yang memiliki perwatakan tidak baik, dibenci pembaca atau
pendengarnya.
c. Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu yang bersifat netral, baik bagi tokoh antagonis maupun
protagonist.
Identifikasi karakter tokoh artinya menggambarkan karakter seorang tokoh pada suatu cerita.
Teknik untuk mengidentifikasi tokoh ada 2 macam yaitu teknik analitik dan dramatic
a. Teknik analitik yaitu karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarangnya.
b. Teknik dramatik yaitu karakter tokoh diungkapkan melalui penggambaran fisik, lingkungan,
tingkah laku, sikap, pola piker, dialek/bahasa (percakapan tokoh, antar tokoh). Tokoh atau
pemeran dalam drama adalah orang yang bertindak sebagai pelaku dalam drama tersebut.

Menulis Kreatif Naskah Drama


Naskah drama adalah seni sastra, yang akan berubah menjdi seni drama kalau dimainkan. Bila
akan mengadakan pertunjukkan drama, yang pertama dibutuhkan adalah naskah drama.
Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita. Dalam naskah drama tersebut termuat nama-
nama tokoh, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan
kadang-kadang dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik
pengiring).
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan
saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya
gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan
yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana
dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah atau dengan berbisik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bahasa drama:
1. Kalimat yang digunakan harus komunikatif dan efektif
2. Dialog harus ditulis dengan ragam bahasa yang tepat sesuai dengan siapa yang berbicara,
tempat pembicaraan itu berlangsung dan masalah yang dibicarakan
3. Harus dibedakan dengan jelas antara prolog, epilog, dialog dan monolog.
a. Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar
dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan
disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh, dan
pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
b. Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya, biasanya berupa
simpulan atau ajaran yang bias diambil dari tontonan drama yang baru saja disajikan.
c. Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting
karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama diketahui oleh
penonton lewat dialog para pemainnya.
d. Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan
itu tidak ditujukan kepada orang lain.
Ketiga hal di atas perlu memperhatikan petunjuk teknis pementasan drama, yang berisi
keterangan gerak pelaku, ekspresi pelaku, nada pengucapan dialog atau pun keterangan
keadaan panggung.

Drama Satu Babak


Drama satu babak hanya tersiri dari satu konflik dan satu setting tempat karena babak satu
dengan babak lainnya dalam drama dibatasi oleh setting. Dalam drama terdapat dialog-dialog.
Pada dasarnya drama adalah dialog. Unsur dialog (unsur konflik) menjadi hal yang penting dalam
drama. Inilah yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya.
Menulis drama tidak berbeda jauh dengan menulis cerpen. Yang membedakannya adalah bentuk
penyajiannya. Bentuk penyajian dalam drama yakni dalam bentuk dialog, sedangkan dalam
cerpen berbentuk cerita / narasi (keduanya sama-sama mementingkan konflik). Oleh karena itu,
drama bisa dibuat atau ditulis berdasarkan cerpen tertentu.

Bermain Peran
Ada 2 teknik bermain peran yakni:
1. Teknik menghapal, dapat dilakukan dengan menghapalkan teks naskah drama yang sudah
jadi. Sudah dalam bentuk dialog-dialog.
2. Teknik improvisasi, kita cukup memahami jalan cerita saja sedangkan dialog disusun secara
spontan di atas panggung. Improvisasi adalah gerakan, vocal akan perilaku pemeran dalam
pementasan drama yang dilakukan secara spontan terlepas dari naskah drama.

ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM DRAMA


Dalam membicarakan drama banyak kita jumpai istilah yang erat hubungannya dengan
pementasan drama, antara lain sebagai berikut.
1. Babak
Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama mungkin saja terdiri dari satu,
dua, atau tiga babak. Mungkin juga lebih. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan
babak lain ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak.
Bila lampu itu dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya ada perubahan
penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu,
maupun suasana terjadinya suatu peristiwa.
2. Adegan
Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana
yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi
penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar
dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan disajikan.
Itulah sebahnya, prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya,
serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
4. Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya, biasanya berupa
kesimpulan atau ajaran yang bisa diambill dari tontonan drama yang baru saja disajikan.
5. Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat penting karena
menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton
lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai
penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat
didengar semua penonton. Seorang pemain yang berbisik, misalnya, harus diupayakan agar
bisikannya tetap dapat didengarkan para penonton.
6. Monolog
Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu
tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rencana yang akan
dilaksanakan, sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain.
7. Mimik
Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami
pemain. Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang
marah.
8. Pantomim
Pantomim adalah ekspresi gerak-gerik tuhuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
9. Pantomimik
Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk
menunjukkan emosi yang dialami pemain.
10. Gestur
Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada
umumnya yang dilakukan pemain.
11. Bloking
Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar
penampilan pemain tidak menjemukan.
12. Gait
Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan
dan cara bergerak pemain.
13. Akting
Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran
yang dimainkannya. Bila gerakan-gerakan itu terlalu banyak, dinamakan over akting (laku
lajak).
14. Aktor
Aktor adalah orang yang melakukan akting, yaitu pemain drama. Pengertian aktor bisa
menjangkau pemain pria dan wanita, khusus pemain wanita disebut aktris.
15. Improvisasi
Improvisasi adalah gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih
menghidupkan pemeranan.
16. Ilustrasi
Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang
digambarkan. Sering juga istilah ilustrasi ini diganti musik pengiring.
17. Kontemporer
Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau
kelaziman.
18. Kostum
Kostum adalah pakaian para pemain yang dikenakannya pada saat memerankan tokoh
cerita di panggung.
19. Skenario
Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para
pemain.
20. Panggung
Panggung adalah tempat para aktor memainkan drama. Biasanya dibuat lebih tinggi
daripada tempat duduk penonton agar penonton yang duduk paling belakang pun dapat
menyaksikan apa yang diperagakan aktor di panggung.
21. Layar
Layar adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai
kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar.
22. Skeneri
Skeneri adalah dekorasi yang mendukung dan menguatkan suasana permainan.
23. Backdrop
Backdrop adalah layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan
membentuk latar belakang panggung.
24. Sutradara
Sutradara adalah orang yang mengatur dan memimpin dalam sebuah permainan

Nilai-nilai dalam Buku Drama (Fiksi)


Drama biasanya menyajikan sesuatu yang berbeda, apalagi kalau disaksikan langsung di
panggung. Dengan menyaksikan secara langsung, kamu bisa melihat sendiri sekeren apa para
aktor dan aktris membawakan karakter mereka. Semua emosi dan penjiwaan akan terlihat
dengan jelas. Bisa-bisa kamu pun akan merasakan emosi yang dibawakan oleh para pemain
drama. Setiap drama pasti dibuat dengan suatu tujuan. Salah satunya adalah untuk
menyampaikan pesan dan nilai-nilai khusus. Dalam sebuah drama bisa saja ada satu nilai.
Namun bisa juga, dalam satu drama ada banyak nilai sekaligus, dan itu sah-sah saja.
Berikut nilai-nilai yang terdapat dalam drama, seperti:
1) Nilai sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan masyarakat, sifat yang suka memperhatikan
kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
2) Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan,kesenian, dan
adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
3) Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi,
distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan
perdagangan).
4) Nilai filsafat, yaitu nilai yang berkaitan dengan hakikat segala yang ada, sebab,asal, dan
hukumnya.
5) Nilai politik, yaitu nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku.
Menurut Henning Nelms etika menelaah sebuah naskah, yang pperlu dicari adalah
“bahan dramatic-nya”. Bahan dramatic adalah apa saja yang terdapat di dalam naskah, dan
bahan-bahan itu kita melontarkan nilai-nilai. Di dalam sebuah skenario terdapat berbagai nilai.
Selain nilai emosional, di dalam sebuah drama juga terdapat nilai intelektual. Bedanya nilai
emosional dan nilai intelektual ialah nilai intelektual yang disampaikan untuk dimengerti,
sedangkan nilai emosional bukan untuk dimengerti melainkan untuk dirasakan.
Gabungan nilai intelektual dan emosional akan menampilkan nilai lain yang menyebabkan
drama tadi akan dapat membangkitkan kesedihan atau kegembiraan lewat keindahan. Nilai ini
yang disebut nilai abstrak. Selain dua nilai tersebut ada juga nilai lain, yakni nilai dramatik. Nilai
dramatik merupakan nilai-nilai yang menimbulkan suatu konflik.
Tanpa nilai gramatik sebuah naskah drama tidak lagi berfungsi apa-apa. penulis
berkesimpulan menentukan nilai-nilai dalam sebuah drama bergantung dengan naskah drama
yang akan dibawakan atau dipentaskan.
Nilai-nilai drama akan dipaparkan sebagai berikut:
a) Nilai Didaktis
Nilai didaktis merupakan nilai yang menyoroti khusus tenteng nilai pendidikan di dalam suatu
drama tersebut. Adapun nilai-nilai pendidikan antaralain:
1) Pendidikan watak
Nilai pendidikan yang dapat diambil dari tokoh-tokoh dalam drama, sementara untuk
menilai watak tokoh-tokoh tersebut perlu dipahami dengan tepat bagaimana cara
pengarang menggambarkan perwatakannya tersebut. Dalam drama, kebanyakan karakter
tokoh dilukiskan dalam dialog-dialog antar tokoh, dan dari dialog-dialog tersebut tercermin
watak atau karakter para tokohnya.
2) Pendidikan sikap hidup
Nilai pendidikan ini yang diambil dalam suatu drama untuk dapat menyikapi dalam sebuah
kehidupan.
3) Pendidikan moral
Pendidikan ini nilai yang dapat diambil dari sebuah drama yang menyoroti tentang berbagai
moral yang terjadi di masyarakat.
b) Nilai Sosial
Woods menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum dan pengarah pada tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Nilai Budaya
Menurut Koentjoro Ningrat menyatakan bahwa kebudayaan hanya dimiliki manusia yang
tumbuh serta berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Nilai-nilai budaya tersebut meliputi:
1) Bahasa
Bahasa merupakan cerminan budaya suatu daerah bahkan bangsa.
2) Sistem pengetahuan
Dengan sistem ini pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang tergambar dalam drama kita
dapat menilai budaya yang masih dipakai dalam pementasan drama tersebut.
3) Sistem peralatan
Dengan melihat sistem peralatan yang diperankan dalam pementasan drama, kita akan
dapat mengetahui kebudayaan yang dianut.
4) Sistem religi
Sistem religi merupakan suatu kepercayaan terhadap Tuhan. Menggambarkan nilai-nilai
kepercayaan yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai