𝛿=
Gaya tekan yang bekerja adalah penjumlahan dari 2 bagian gaya, yaitu :
a) gaya tekan beton Cc
b) gaya baja tulangan tekan Cs.
Kasus 1 (lanjutan)
Dengan asumsi baja tulangan tekan dan tarik sudah leleh (fs’= fs= fy), tinggi blok tegangan “a” dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
Cc + Cs = T (1)
0,85.fc’.a.b+As’.fy = As.fy (2)
.
a= (3)
, . .
Tegangan pada baja tulangan tarik fs dan tekan fs’ dapat dicek dengan menggunakan kompatibilitas regangan
berikut :
𝜀 = 0,003 (3.1)
𝜀 ′ = 0,003 (3.2)
fs = 𝜀 x 𝐸 = 600. (3.1)
f’s = 𝜀′ 𝑥 𝐸 = 600. (3.2)
.
f’s = 600. = 600. (3.3)
Jika diperoleh nilai fs’< 𝑓𝑦, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur pada kasus 2.
Sebaliknya, jika fs’≥ 𝑓𝑦 pada pers. 3.3 maka asumsi bahwa baja tulangan tekan sudah leleh valid, dan
kapasitas momen dapat ditentukan dari persamaan berikut :
𝑀 = (As – A’s). fy. (d - 0,5 a ) + A’s.fy (d – d’) (4)
𝑀 = 0,85. f’c.b.a (d – 0.5 a ) + A’s.fy ( d – d’) (5)
Kasus 2 : Baja tulangan tekan belum leleh (fs’ < fy)
sus 2 : Baja tulangan tekan belum leleh (fs’<fy)
Distribusi regangan dan gaya-gaya internal yang bekerja pada balok dengan tulangan tekan diperlihatkan pada
Gambar. Dengan menggunakan persamaan keseimbangan dan dari Gambar dibawah dapat dituliskan persamaan 6
0,85.f’c.b.a + A’s.fy = As.fs (6)
𝑨𝒔
𝜹=
𝑨𝒔
Dimana 𝜹 berkisar 0,1 – 0,5
Rasio Tulangan Tekan ( )
Dari segi ekonomis, direkomendasikan untuk merencanakan elemen struktur sebagai penampang dengan
tulangan tunggal (keruntuhan tarik). Jika luas tulangan tarik melampaui luas tulangan maksimum baja
yang ditentukan oleh standar, maka penulangan tekan dapat ditambahkan. Penambahan baja tulangan
tekan dapat merubah tipe keruntuhan dari penulangan lebih (over-reinforced) menjadi penulangan (under-
reinforced). Secara umum luas tulangan tekan berkisar antara 0,1-0,5 luas tulangan tarik. Untuk daerah
rawan gempa, dimana akibat beban gempa akan menyebabakan perubahan arah dari momen-momen yang
bekerja, dianjurkan untuk menggunakan luas tulangan tekan 50% dari tulangan tarik. Luas tulangan tekan
As’ digambarkan dalam bentuk rasio tulangan tarik As, 𝛿 sebagai berikut:
𝑨𝒔
𝜹=
𝑨𝒔
Dimana 𝜹 berkisar 0,1 – 0,5
Desain Tulangan Rangkap
Untuk melakukan desain balok dengan tulamgan rangkap, dapat dilakukan dengan asumsi semua baja
tulangan sudah leleh (fs=fs’=fy). Persamaan untuk menentukan kapasitas momen nominal penampang
balok dengan tulangan rangkap ditentukan sebagai berikut:
Mn = (As-As’).fy(d-0,5a)+As’fy(d-d’) (1.1)
Dimana:
a= . . .
(1.2)
Dengan mengambil:
Mu=∅. 𝑀𝑛; 𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑; 𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏. 𝑑; 𝛿 = ⁄ (2)
Diperoleh:
.
∅. .
={𝜌. 1 − 𝛿 . 𝑓𝑦′(1 − 0.5 , .
)+𝛿. 𝜌. 𝑓𝑦(1 − )} (3.1)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
( )
(0.59. ).𝜌 -{(1-𝛿). 𝑓𝑦 + 𝛿. 𝑓𝑦(1 − )}.𝜌 + =0 (3.2)
∅. .
Atau:
A.𝜌 +B.𝜌+C=0 (3.3)
Dimana:
( ) .
A=(0.59 )
B= -{(1-𝛿). 𝑓𝑦 + 𝛿. 𝑓𝑦(1 − )}
C=∅. .
Dari persamaan (3.3) dapat ditentukan nilai 𝜌1 dan 𝜌2 dan diambil nilai 𝜌 yang memenuhi syarat (positif
dan terkecil). Luas As dan As’ dapat ditentukan sebagai berikut :
Luas tulangan tarik: 𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑 = ⋯ 𝑚𝑚 (4.1)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
Luas tulangan tekan: 𝐴 𝑠 = 𝛿. 𝑝. 𝑏. 𝑑 = ⋯ 𝑚𝑚 (4.2)
𝑛= ⁄ = ⋯ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (5.1)
𝑛 = ⁄ = ⋯ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (5.2)
Dimana : 𝑛= jumlah batang tulangan tarik; 𝑛′= jumlah batang tulangan tekan dan 𝐴𝑠1=luas penampang 1
batang tulangan yang digunakan. Nilai bilangan pecahan 𝑛 dan 𝑛′ yang diperoleh dibulatkan ke bilangan
bulat diatasnya.
Agar baja tulangan tekan leleh (𝑓𝑠 = 𝑓𝑦), maka tinggi blok tegangan ”a” harus memenuhi kondisi
berikut:
.
𝜀 𝑠 = 0.003. = 0.003. ≥ (6)
atau:
, .
a≥ 𝛽𝑑 (7.1)
, .
a≥ 𝛽𝑑 (7.2)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
Dari pers. 1.1 dan 7.2 agar baja tulangan leleh, maka:
≥ 𝛽𝑑 (8.1)
, . .
atau
, .
(𝜌 − 𝜌′) ≥ . 𝛽𝑑 (8.2)
.
Jika baja tulangan tekan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan tekan harus ditentukan dengan menggunakan
diagram regangan. Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan, fs’ adalah:
. .
a= (11)
, . .
Pada semua pers. diatas, baja tulangan tarik diasumsikan sudah leleh sehingga tipe keruntuhan adalah keruntuhan tarik.
Walau baja tulangan tekan belum leleh. Pada desain tulangan rangkap keruntuhan tarik juga dipersyaratkan untuk
mrnghindari keruntuhan yang tiba-tiba (brittle).
Pembatasan Baja Tulangan
Pada kondisi keruntuhan seimbang (balanced), baja tulangan tarik sudah leleh (fs=fy) dan regangan beton pada serat
ekstrim sebesar 0,003 dicapai secara bersamaan. Dari diagram regangan pada kondisi seimbang, diperoleh:
= = (12)
,
Dimana 𝑐 adalah jarak garis netral pada kondisi seimbang dan regangan baja 𝜀 = fy/En diperoleh
,
= (13)
,
Dengan Es= 200.000 Mpa diperoleh:
𝐶𝑏 = d (14)
= .d (15)
Pembatasan Baja Tulangan (lanjutan)
Dari keseimbangan internal, diperoleh:
. . .
𝑎 = (17)
, .
Pada kondisi seimbang, fs’ dihitung dari pers. 9 dengan a=ab dari persamaan 17 atau sama dengan fy yang memberikan
nilai terkecil dari:
fs’= (18)
= 0,85. . + ’ (19.1)
Atau = + ’ (19.2)
Pembatasan Baja Tulangan (lanjutan)
Dimana:
= 0,85. . (20)
𝐴 = 𝑏 .𝑑 atau 𝜌 =
.
A=(0.59 = 2,301
Diperoleh 𝜌 = 0,00792441
Luas tulangan yang dibutuhkan,
As = 𝜌.b.d = 1331,301 mm2
As = 𝛿. 𝜌.b.d = 665,650 mm2
Jumlah tulangan yang dibutuhkan
n = As/As1 = 1331,301/380,1 = 3,5 ~ 4 batang
n’ = As’/As1 = 665,650/380,1 = 1,75 ~ 2 batang
Digunakan tulangan tarik, 4D22 dan tulangan tekan 2D22
Diagram Alir
Untuk lebih jelas dalam desain balok
tulangan rangkap, pahami diagram alir berikut!
Cara Pendekatan
Selain rumus-rumus yang telah diturunkan untuk desain balok tulangan rangkap, dapat juga digunakan cara
pendekatan dengan hasil yang cukup baik.
Pada balok dengan tulangan rangkap, dua gaya tekan internal Cc dan Cs memepunyai titik tangkap yang berdekatan,
yaitu (d-a/2) dan (d-d’) seperti pada gambar berikut.
Jika titik tangkap kedua gaya tsb adalah C = Cc+Cs dapat ditentukan, maka kapasitas momen desain dapat ditentukan
sebagai berikut: Mu = ∅As.fy.jd dengan jd mmerupakan lengan momen antara C dan Ts
Contoh:
THANK YOU