Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS BALOK BETON BERTULANG

DENGAN TULANGAN RANGKAP


Pendahuluan
Penampang balok dengan tulangan rangkap adalah penampang dengan baja tulangan pada bagian tarik dan tekan
beton. Pada banyak kasus, penggunaan penulangan rangkap sangat dibutuhkan apabila persyaratan arsitektur
membatasi ketinggian balok.
Dari segi ekonomis, direkomendasikan untuk merencanakan elemen struktur sebagai penampang dengan tulangan
tunggal dengan baja tulangan tarik. Jika luas tulangan tarik melampaui luas tulangan maksimum baja yang ditentukan
oleh standar, maka penulangan tekan dapat ditambahkan. Penambahan baja tulangan tekan kemungkinan akan
merubah tipe keruntuhan tekan menjadi keruntuhan tekan menjadi keruntuhan tarik atau dapat merubah kondisi dari
penulangan lebih (over-reinforced) menjadi penulangan kurang (under-reinfroced). Tulangan tekan juga dapat
mengurangi lendutan dalam jangka panjang dan meningkatkan daktilitas balok. Secara umum luas tulangan tekan
berkisar antara 0,1-0,5 luas tulangan tarik. Untuk daerah rawan gempa, dimana akibat beban gempa akan
menyebabkan perubahan arah dari momen-momen yang bekerja, dianjurkan untuk menggunakan luas tulangan tekan
50% dari tulangan tarik. Luas tulangan As’ digambarkan dalam bentuk rasio tulangan tarik As’ sebagai berikut :

𝛿=

dimana 𝛿 berkisar antara 0,1 – 0.5


Kasus 1 : Baja tulangan tekan sudah leleh (fs’ ≥ fy)
Keseimbangan gaya-gaya dan kompatibilitas regangan dapat digunakan untuk menganalisis penampang tersebut.
Distribusi regangan dan gaya-gaya internal yang bekerja pada balok dengan tulangan tekan diperlihatkan pada
Gambar berikut.

Gaya tekan yang bekerja adalah penjumlahan dari 2 bagian gaya, yaitu :
a) gaya tekan beton Cc
b) gaya baja tulangan tekan Cs.
Kasus 1 (lanjutan)
Dengan asumsi baja tulangan tekan dan tarik sudah leleh (fs’= fs= fy), tinggi blok tegangan “a” dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
Cc + Cs = T (1)
0,85.fc’.a.b+As’.fy = As.fy (2)
.
a= (3)
, . .
Tegangan pada baja tulangan tarik fs dan tekan fs’ dapat dicek dengan menggunakan kompatibilitas regangan
berikut :
𝜀 = 0,003 (3.1)
𝜀 ′ = 0,003 (3.2)
fs = 𝜀 x 𝐸 = 600. (3.1)
f’s = 𝜀′ 𝑥 𝐸 = 600. (3.2)
.
f’s = 600. = 600. (3.3)
Jika diperoleh nilai fs’< 𝑓𝑦, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur pada kasus 2.
Sebaliknya, jika fs’≥ 𝑓𝑦 pada pers. 3.3 maka asumsi bahwa baja tulangan tekan sudah leleh valid, dan
kapasitas momen dapat ditentukan dari persamaan berikut :
𝑀 = (As – A’s). fy. (d - 0,5 a ) + A’s.fy (d – d’) (4)
𝑀 = 0,85. f’c.b.a (d – 0.5 a ) + A’s.fy ( d – d’) (5)
Kasus 2 : Baja tulangan tekan belum leleh (fs’ < fy)
sus 2 : Baja tulangan tekan belum leleh (fs’<fy)
Distribusi regangan dan gaya-gaya internal yang bekerja pada balok dengan tulangan tekan diperlihatkan pada
Gambar. Dengan menggunakan persamaan keseimbangan dan dari Gambar dibawah dapat dituliskan persamaan 6
0,85.f’c.b.a + A’s.fy = As.fs (6)

Dengan subsitusi nilai fs’ dari pers.3.3 ke pers. 6, akan diperoleh :


.
0,85.f’c.b.a + A’s.600 = As.fy (7)
Kasus 2 (lanjutan)
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
0,85.f’c.b.𝑎 + (600.A’s. – As.fy ). a – 600A’s.𝛽1.d’ = 0 (8.1)
( . . ) . .
𝑎 + , . .
.a - , . .
=0 (8.2)

Penyelesaian pers. Akan diperoleh nilai “a”. kapasitas momen penampang


𝑀 = 0,85.f’c.b.a.(d-0,5 a) + A’s.f’s (d-d’) (9)
𝑀 = ( As.fy- A’s.f’s.) (d-0.5 a) + A’s..f’s(d- d’) (10)
Sama halnya pada penampang balok dengan tulangan tunggal, keruntuhan tarik dan tekan dapat pula
terjadi pada balok dengan tulangan rangkap. Pada keruntuhan tarik, baja tulangan tarik sudah lelah (fs=fy)
dan pada keruntuhan takan baja tulangan tarik belum leleh (fs <fy). Pada kedua tipe keruntuhan tersebut,
baja tulangan tekan dapat leleh (fs’ = fy) atau belum leleh (fs’ < fy ).
Diagram Alir
Untuk lebih jelas dalam menganalisis balok
tulangan rangkap, pahami diagram alir berikut!
Contoh:
DESAIN BALOK BETON BERTULANG
DENGAN TULANGAN RANGKAP
Pertemuan ke-5 (lanjutan)
Pendahuluan
Dalam prakteknya, sistem tulangan tunggal hampir tidak pernah dimanfaatkan untuk balok, penggunaan
tulangan tekan sangat membantu dalam mengaitkan sengkang (tulangan geser). Tujuan penggunaan
tulangan tekan ini diperlukan adalah:
1. Meningkatkan momen tahanan penampang karena dimensi penampang yang terbatas.
2. Meningkatkan kapasitas rotasi penamoang yang berkaitan dengan peningkatan daktilitas penampang.
3. Meningkatkan kekakuan penampang, sehingga dapat mengurangi lendutan pada struktur.
4. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya momen yang berubah tanda, terutama akibat beban
gempa.
Rasio Tulangan Tekan ( )
Dari segi ekonomis, direkomendasikan untuk merencanakan elemen struktur sebagai penampang dengan
tulangan tunggal (keruntuhan tarik). Jika luas tulangan tarik melampaui luas tulangan maksimum baja
yang ditentukan oleh standar, maka penulangan tekan dapat ditambahkan. Penambahan baja tulangan
tekan dapat merubah tipe keruntuhan dari penulangan lebih (over-reinforced) menjadi penulangan (under-
reinforced). Secara umum luas tulangan tekan berkisar antara 0,1-0,5 luas tulangan tarik. Untuk daerah
rawan gempa, dimana akibat beban gempa akan menyebabakan perubahan arah dari momen-momen yang
bekerja, dianjurkan untuk menggunakan luas tulangan tekan 50% dari tulangan tarik. Luas tulangan tekan
As’ digambarkan dalam bentuk rasio tulangan tarik As, 𝛿 sebagai berikut:

𝑨𝒔
𝜹=
𝑨𝒔
Dimana 𝜹 berkisar 0,1 – 0,5
Rasio Tulangan Tekan ( )
Dari segi ekonomis, direkomendasikan untuk merencanakan elemen struktur sebagai penampang dengan
tulangan tunggal (keruntuhan tarik). Jika luas tulangan tarik melampaui luas tulangan maksimum baja
yang ditentukan oleh standar, maka penulangan tekan dapat ditambahkan. Penambahan baja tulangan
tekan dapat merubah tipe keruntuhan dari penulangan lebih (over-reinforced) menjadi penulangan (under-
reinforced). Secara umum luas tulangan tekan berkisar antara 0,1-0,5 luas tulangan tarik. Untuk daerah
rawan gempa, dimana akibat beban gempa akan menyebabakan perubahan arah dari momen-momen yang
bekerja, dianjurkan untuk menggunakan luas tulangan tekan 50% dari tulangan tarik. Luas tulangan tekan
As’ digambarkan dalam bentuk rasio tulangan tarik As, 𝛿 sebagai berikut:

𝑨𝒔
𝜹=
𝑨𝒔
Dimana 𝜹 berkisar 0,1 – 0,5
Desain Tulangan Rangkap
Untuk melakukan desain balok dengan tulamgan rangkap, dapat dilakukan dengan asumsi semua baja
tulangan sudah leleh (fs=fs’=fy). Persamaan untuk menentukan kapasitas momen nominal penampang
balok dengan tulangan rangkap ditentukan sebagai berikut:
Mn = (As-As’).fy(d-0,5a)+As’fy(d-d’) (1.1)
Dimana:

a= . . .
(1.2)

Dengan mengambil:
Mu=∅. 𝑀𝑛; 𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑; 𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏. 𝑑; 𝛿 = ⁄ (2)
Diperoleh:
.
∅. .
={𝜌. 1 − 𝛿 . 𝑓𝑦′(1 − 0.5 , .
)+𝛿. 𝜌. 𝑓𝑦(1 − )} (3.1)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
( )
(0.59. ).𝜌 -{(1-𝛿). 𝑓𝑦 + 𝛿. 𝑓𝑦(1 − )}.𝜌 + =0 (3.2)
∅. .

Atau:
A.𝜌 +B.𝜌+C=0 (3.3)
Dimana:
( ) .
A=(0.59 )

B= -{(1-𝛿). 𝑓𝑦 + 𝛿. 𝑓𝑦(1 − )}

C=∅. .

Dari persamaan (3.3) dapat ditentukan nilai 𝜌1 dan 𝜌2 dan diambil nilai 𝜌 yang memenuhi syarat (positif
dan terkecil). Luas As dan As’ dapat ditentukan sebagai berikut :
Luas tulangan tarik: 𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑 = ⋯ 𝑚𝑚 (4.1)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
Luas tulangan tekan: 𝐴 𝑠 = 𝛿. 𝑝. 𝑏. 𝑑 = ⋯ 𝑚𝑚 (4.2)
𝑛= ⁄ = ⋯ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (5.1)
𝑛 = ⁄ = ⋯ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 (5.2)
Dimana : 𝑛= jumlah batang tulangan tarik; 𝑛′= jumlah batang tulangan tekan dan 𝐴𝑠1=luas penampang 1
batang tulangan yang digunakan. Nilai bilangan pecahan 𝑛 dan 𝑛′ yang diperoleh dibulatkan ke bilangan
bulat diatasnya.
Agar baja tulangan tekan leleh (𝑓𝑠 = 𝑓𝑦), maka tinggi blok tegangan ”a” harus memenuhi kondisi
berikut:
.
𝜀 𝑠 = 0.003. = 0.003. ≥ (6)

atau:
, .
a≥ 𝛽𝑑 (7.1)
, .

a≥ 𝛽𝑑 (7.2)
Desain Tulangan Rangkap (lanjutan)
Dari pers. 1.1 dan 7.2 agar baja tulangan leleh, maka:

≥ 𝛽𝑑 (8.1)
, . .

atau
, .
(𝜌 − 𝜌′) ≥ . 𝛽𝑑 (8.2)
.

Jika baja tulangan tekan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan tekan harus ditentukan dengan menggunakan
diagram regangan. Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan, fs’ adalah:

fs’= 𝜀 𝑠 = 600. (9)

Dan persamaan untuk kapasitas momen ultimate ditentukan sebagai berikut:


Mu=∅ 0,85. 𝑓𝑐 . 𝑎. 𝑏. 𝑑 − 0,5𝑎 + 𝐴𝑓𝑠′(𝑑 − 𝑑 ) (10)
Dimana:

. .
a= (11)
, . .
Pada semua pers. diatas, baja tulangan tarik diasumsikan sudah leleh sehingga tipe keruntuhan adalah keruntuhan tarik.
Walau baja tulangan tekan belum leleh. Pada desain tulangan rangkap keruntuhan tarik juga dipersyaratkan untuk
mrnghindari keruntuhan yang tiba-tiba (brittle).
Pembatasan Baja Tulangan
Pada kondisi keruntuhan seimbang (balanced), baja tulangan tarik sudah leleh (fs=fy) dan regangan beton pada serat
ekstrim sebesar 0,003 dicapai secara bersamaan. Dari diagram regangan pada kondisi seimbang, diperoleh:

= = (12)
,

Dimana 𝑐 adalah jarak garis netral pada kondisi seimbang dan regangan baja 𝜀 = fy/En diperoleh

,
= (13)
,
Dengan Es= 200.000 Mpa diperoleh:

𝐶𝑏 = d (14)

Tinggi balok tegangan, = 𝛽 𝑐 dari persamaan 14 diperoleh

= .d (15)
Pembatasan Baja Tulangan (lanjutan)
Dari keseimbangan internal, diperoleh:

0,85f’c.b. 𝑎 = As.fy – As’-fs’ = 𝜌 . 𝑓 −𝜌′. 𝑓 ′ . 𝑏. 𝑑 (16)


Dimana 𝜌 =As/b.d rasio tulangan pada kondisi seimbang, dan 𝜌′= As’/b.d maka diperoleh

. . .
𝑎 = (17)
, .
Pada kondisi seimbang, fs’ dihitung dari pers. 9 dengan a=ab dari persamaan 17 atau sama dengan fy yang memberikan
nilai terkecil dari:

fs’= (18)

Atau nilai fy yang memberikan nilai yang terkecil.


Persamaan 15 dan 17 memberikan hasil persamaan berikut:

= 0,85. . + ’ (19.1)

Atau = + ’ (19.2)
Pembatasan Baja Tulangan (lanjutan)
Dimana:

= 0,85. . (20)

merupakan rasio tulangan seimbnag pada kondisi tulangan tunggal


Nilai fs’ diberikan pada persamaan 18 agtau nilai fy yang memeberikan nilai terkecil. Suku pertama dari pers. 19 sama
persis dengan 𝜌 pada balok dengan tulangan tunggal. Pada balok tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan tarik
(tulangan tarik leleh) ,maka 𝜌 < 𝜌 yang diberikan oleh persamaan 19.
Untuk desain agar tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan yang terjadi tidak getas (brittle), rasio tulangan baja tarik (𝜌)
pada balok tulangan rangkap tidak boleh melebihi 0,75 𝜌 , sehingga :

𝜌 = 0,75 𝜌 = 0,75 + ’ (20.1)

Jika tulangan tekan leleh, maka fs=fy , persamaan 20.1 menjadi

𝜌 = 0,75 𝜌 = 0,75 + ’ (20.2)


Pembatasan Baja Tulangan (lanjutan)
Untuk rasio tulangan minimum, bahwa setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan
analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas As yang ada tidak bole kurang dari

𝐴 = 𝑏 .𝑑 atau 𝜌 =

dan tidak lebih kecil dari:


, ,
𝐴 = 𝑏 .𝑑 atau 𝜌 =

Desain untuk balok tulangan rangkap, rasio tulangan harus 𝜌 ≤𝜌≤𝜌


Contoh:
Rencanakanlah suatu penampang balok beton bertulang dengan tumpuan sendi, panjang balok 7,20 m. beban mati
bekerja sebesar 15 kN/m (belum termasuk berat sendiri balok) dan beban hidup sebesar 10 kN/m. baja tulangan yang
digunakan D-22 dengan mutu BJTD-39 dan mutu beton fc’ = 25 Mpa.. Rasio tulangan tekan dan tarik 𝛿 = 0,5 (daerah
rawan gempa)
Penyelesaian:
Tinggi balok minimum, hmin > l/16 = 7200/16 = 450, diambil h = 600 mm
Lebar balok, b = h/2 = 600/2 = 300 mm
Tinggi efektif balok, d = 600 – 40 = 560 mm (selimut beton 40 mm)
Berat sendiri balok, qbs = 0,3*0,6*2400 = 432 kg/m = 4,32 kN/m
Tul, D-22 : As1 = 380,1 mm2
Beban mati, DL = 15 + 4,32 = 19,32 kN/m
Beban hidup, LL = 10 kN/m
Beban terfaktor, U = 1,2DL + 1,6LL = 39,184 kN/m
Momen terfaktor, Mu = 1/8 U.L2 = 1/8 39,184 x 7,202 = 253,91 kNm
Contoh: (Lanjutan)
Rasio tulangan yang dibutuhkan:
𝐴. 𝜌 + 𝐵. 𝜌 + 𝐶 = 0

.
A=(0.59 = 2,301

B= -{(1-𝛿). 𝑓𝑦 + 𝛿. 𝑓𝑦(1 − )} = -376,0714

C= = 2,98 (∅ = 0,90 untuk penampang lentur, SNI 2847: 2019)


∅. .

Diperoleh 𝜌 = 0,00792441
Luas tulangan yang dibutuhkan,
As = 𝜌.b.d = 1331,301 mm2
As = 𝛿. 𝜌.b.d = 665,650 mm2
Jumlah tulangan yang dibutuhkan
n = As/As1 = 1331,301/380,1 = 3,5 ~ 4 batang
n’ = As’/As1 = 665,650/380,1 = 1,75 ~ 2 batang
Digunakan tulangan tarik, 4D22 dan tulangan tekan 2D22
Diagram Alir
Untuk lebih jelas dalam desain balok
tulangan rangkap, pahami diagram alir berikut!
Cara Pendekatan
Selain rumus-rumus yang telah diturunkan untuk desain balok tulangan rangkap, dapat juga digunakan cara
pendekatan dengan hasil yang cukup baik.
Pada balok dengan tulangan rangkap, dua gaya tekan internal Cc dan Cs memepunyai titik tangkap yang berdekatan,
yaitu (d-a/2) dan (d-d’) seperti pada gambar berikut.

Jika titik tangkap kedua gaya tsb adalah C = Cc+Cs dapat ditentukan, maka kapasitas momen desain dapat ditentukan
sebagai berikut: Mu = ∅As.fy.jd dengan jd mmerupakan lengan momen antara C dan Ts
Contoh:
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai