Anda di halaman 1dari 15

F1-  

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SEPINGGAN 

Latar Belakang:
Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5 tahun
terakhir di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Penyakit Hipertensi menjadi Penyakit yang
paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.

Permasalahan:
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.

Promosi mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :


1. Semakin tingginya jumlah penderita Hipertensi di Indonesia
2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi, terutama mengenai bahaya dan
komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik
3. Perlunya mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan peningkatan kadar gula
darah pada pasien Hipertensi

Tujuan penyuluhan mengenai Hipertensi adalah:


1. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi dan pencegahan Hipertensi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi
2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan
penyuluhan mengenai Hipertensi, sehingga dapat membantu menyebarluaskan informasi
mengenai Hipertensi kepada lingkungan sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya
promosi kesehatan.
3. Tercapainya program yang telah direncanakan dan sebagian sudah direalisasikan oleh
beberapa pelayanan kesehatan primer, agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada
penderita Hipertensi secara menyeluruh.

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Hipertensi dan dalam upaya
mempromosikan mengenai Hipertensi pada masyarakat termasuk untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat, maka kami memilih “METODE PENYULUHAN” dalam
perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab
Hipertensi, gejala Hipertensi, dan upaya pencegahan peningkatan kadar gula darah penderita
Hipertensi Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator
(untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan) untuk
menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter Internship dari Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan
pada hari Jum'at tanggal 22 November 2019. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20
orang masyarakat

Monitoring & Evaluasi


A. Kegiatan :Penyuluhan/promosi kesehatan mengenai Hipertensi
B. Waktu : Jum'at, 24 Januari 2020
C. Sasaran : Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
D. Monitoring :
1. Masyarakat dapat mengerti mengenai penyebab Hipertensi, gejala Hipertensi, dan dapat
mengerti bahaya dan komplikasinya
2. Masyarakat dapat menjelaskan mengenai penyebab Hipertensi gejala Hipertensi
penatalaksanaan Hipertensi dan bahaya serta komplikasi Hipertensi
3. Masyarakat dapat menggalakkan pencegahan Hipertensi bagi diri sendiri, keluarga,
maupun di lingkungan sekitar
4. Menurunnya jumlah kasus hiperglikemik state pasien penderita Hipertensi

EVALUASI :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya,
komplikasi Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif
dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi
F2- BERANTAS DEMAM BERDARAH DENGAN KELAMBU AIR

Latar Belakang:
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Balikpapan masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat.Trend kasus DBD di kota Balikpapan terjadi peningkatan diakhir
tahun hingga pertengahan tahun depannya.Sekarang (akhir tahun) adalah waktu yang
tepat untuk mengadakan tindakan pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).

Permasalahan:
Angka Bebas Jentik (ABJ) tidak stabil dan tidak selalu valid. Angka Bebas Jentik (ABJ)
adalah angka yang menunjukkan presentase jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik dari
seluruh rumah yang diperiksa .ABJ Setiap saat akan selalu berubahdan untuk menstabilkan
kondisi tersebut dibutuhkan pengawasan terus menerus sehingga korelasi ABJ dan kasus
DBD tidak sesuai. Maksudnya :Apabila Angka Bebas Jentik (ABJ) tinggi berarti kepadatan
jentik kurang yang berdampak pada menurunnya populasi nyamuk. Berarti bila ABJ tinggi
secara normal akan diikuti oleh penurunan jumlah kasus DBD, bila kasus DBD tetap tinggi
berarti tidak ada korelasinya antara ABJ dan angka kejadian kasus.
- Keterbatasan waktu bagi pengawas untuk selalu memantau ABJ Untuk program PSN perlu
adanya pengawas untuk selalu memantau ABJ yaitu 1 rumah 1 pengawas Jentik namun
pengawas memiliki keterbatasan waktu untuk memantau rumahnya.
- Keterbatasan dalam persediaan air. Pada waktu musim mati air kebiasaan menampung air
tidak bisa dihindari sehingga nyamuk bisa berkembang lebih banyak dari sebelumnya
- Adanya sarana lain yang mempunyai potensi menampung air. Sarana ini seperti kaleng
bekas, gelas plastik, tempat minum burung/ hewan lain, buangan AC, bawah kulkas,dan
dispenser.

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


APA ITU KELAMBU AIR ? Kelambu Air adalah alat preventif yang dikembangkan oleh
pengelola Surveilans dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dengan cara menaruh alat
tersebut di drum. Keuntungan dari Kelambu Air :
•Murah : Dalam pengadaannya.
•Praktis : Dalam mengunakannya.
•Mudah : Dalam pengawasan KADER JUMANTIK.
•Aman : Tidak membahayakan.
•Stabil : Dalam mempertahankan ABJ.
•Menjernihkan : Mencegah air tercemar kotoran padat ukuran besar.
•Cocok : Bagi masyarakat yang seringmenampung air serta pengawasan kurang.

Pelaksanaan
KOLABORASI
Setelah inovasi kelambu air dilaksanakan secara baik dapat dikolaborasi dengan :
- Pemberian ikan pada penampungan, karena ikan tidak mungkin melompat.
- Penaburan larvasida, bila tidak sempat/lupa menabur tidak beresiko.
- Menguras tempat penampungan, bila tidak sempat masih tidak beresiko.
Monitoring & Evaluasi
Program inovasi ini merupakan swadaya murni untuk membangun kesadaran masyarakat.
Kontribusi pihak swasta di wilayah kerja dapat dimaksimalkan keterlibatannya.
Kemandirian masyarakat dan kebersamaan serta keterlibatan dalam pencegahan dan
Pengendalian DBD difasilitasi dan dimotivasi bagi penurunan angka kasus DBD dengan
penerapan kelambu air (Dasa Wisma, Arisan, dll).
F3- MENGENAL KEJANG DEMAM

Latar Belakang:
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25
anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia
dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan
tubuh belum terbangun secara sempurna.

Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung
nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat
penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab,
keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa
menyebabkan kematian

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan
dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi.

Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80%
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa Tengah
sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam akan
mengalami bangkitan kejang demam berulang

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang tua
khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang
mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan
yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani.
Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka

Permasalahan:
Pengenalan mengenai Kejang Demam perlu dilakukan karena :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai kejang demam
2. Perlunya mengedukasi ibu tentang bagaimana pencegahan Kejang Demam serta faktor
yang menjadi pemicu kejang pada anak dan bagaimana penanganan pertama pada anak yang
mengalami kejang demam

Tujuan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue adalah:


1. Tercapainya informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya ilmu kesehatan anak
yang berkaitan dengan kejang demam.
2. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi dan pencegahan Kejang Demam
3. Sebagai informasi kepada pengelola kesehatan anak sehingga bisa menggunakan strategi
yang sama dalam upaya pencegahan terjadinya kejang demam berulang
Perencanaan &Pemilihan Intervensi
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Kejang Demam dan dalam
upaya kesehatan mengenai Kejang Demam pada masyarakat terutama Ibu dengan Anak Usia
1 tahun - 4 tahun untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, maka kami memilih
“METODE PENYULUHAN” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di
dalamnya informasi tentang penyebab Kejang Demam, gejala Kejang Demam, penanganan
awal yang bisa dilakukan dan upaya pencegahan Kejang Demam. Kegiatan penyuluhan
disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator (untuk menilai pemahaman
masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan) untuk menanyakan hal-hal yang dirasa
belum jelas.

Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Padongko Kabupaten Barru pada hari
Rabu tanggal 05 Februari 2020. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 11 orang
masyarakat.

Monitoring & Evaluasi


Monitoring
A. Kegiatan :Penyuluhan dan Upaya kesehatan mengenai Kejang Demam
B. Waktu : Rabu, 05 Februari 2020
C. Sasaran : Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
D. Monitoring :
1. Masyarakat terutama Ibu dapat mengerti mengenai penyebab Kejang Demam, gejala
Kejang Demam, dapat memberikan penatalaksanaan awal jika anak mengalami Kejang
Demam, serta dapat mengerti bahaya dan komplikasinya
2. Ibu dapat menjelaskan mengenai penyebab Kejang Demam, gejala Kejang Demam,
penatalaksanaan awal Kejang Demam dan bahaya serta komplikasi Kejang Demam
3. Masyarakat dapat menggalakkan pencegahan DBD bagi diri sendiri, keluarga, maupun di
lingkungan sekitar
4. Menurunnya jumlah kasus Demam Berdarah Dengue

Evaluasi :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi, pencegahan Kejang Demam. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam
penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan
Kejang Demam yang dapat dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara
keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi
berkala untuk menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Kejang Demam pada Anak
F4- TIPS POLA MAKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

Latar Belakang:
Diabetes mellitus (DM) umumnya dikenal sebagai kencing manis. Diabetes militus adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerusdan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik padamata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai
lesipada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Menurut WHO kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes semakin
mengkhawatirkan.Pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah
mencapai 171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah
366.210.100 orang atau naik sebesar 114 % dalam kurun waktu 30 tahun

Beberapa faktor yang memegang peranan penting dalam perkembangan kasus penderita
diabetes mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan mengarah pada
makanan yang siap saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak dan sedikit serat yang
dapat memicu diabetes mellitus.

Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap pengelolaan
diet, maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap penderita DM
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat
penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena
penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai
pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet DM dapat mendukung terhadap kepatuhan
pengelolaan diet DM sendiri

Salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan dari DM
adalah dengan cara penerapan kepatuhan diet DM. Penderita harus memperhatikan kepatuhan
terhadap diit diabetes millitus, karena salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam
darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi adalah dengan cara mematuhi
diet.

Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan penyakit serta diet diabetes millitus memberikan
alternatif pilihan yang mungkin dapat membantu mengubah kadar glukosa darah menjadi
lebih baik untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pasien DM.

Permasalahan:
Tujuan upaya mengenai Pola Makan Penderita DM adalah:
1. Tercapainya pemahaman mengenai Pola Makan yang tepat pada penderita Diabetes
Mellitus
2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan
penyuluhan mengenai pola makan pada penderita Diabetes Mellitus, sehingga dapat
membantu menyebarluaskan informasi mengenai pola makan yang tepat kepada lingkungan
sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya promosi kesehatan.
3. Tercapainya pemahaman masyarakat tentang bagaimana pencegahan Diabetes
Mellitus hingga Faktor yang menjadi resiko penyakit Diabetes Mellitus

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Diabetes Mellitus dan dalam
upaya meningkatkan perbaikan gizi masyarakat mengenai pola makan yang tepat pada
penderita Diabetes Mellitus termasuk untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, maka
kami memilih “METODE PENYULUHAN PAMFLET DIABETES MELLITUS” dalam
perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang bagaimana
Pola Makan yang Tepat pada penderita Diabetes Mellitus. Kegiatan penyuluhan disertai
dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator (untuk menilai pemahaman masyarakat setelah
dilaksanakannya penyuluhan) untuk menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.

Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan pada hari
Jumat tanggal 17 Januari 2020. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang masyarakat
yang mengikuti senam Program PROLANIS Puskesmas Sepinggan

Monitoring & Evaluasi


Monitoring
A. Kegiatan : Penyuluhan/promosi kesehatan mengenai Diabetes Mellitus
B. Waktu : Jum'at, 17 Januari 2020
C. Sasaran : Masyarakat yang mengikuti senam PROLANIS wilayah kerja Puskesmas
Sepinggan
D. Monitoring :
1. Masyarakat dapat mengerti mengenai pola makan yang tepat untuk penderita Diabetes
Mellitus
2. Masyarakat dapat menggalakkan upaya peningkatan kesadaran akan pola hidup yang tepat
pada pasien penderita Diabetes Mellitus
3. Menurunnya jumlah kasus Hiperglikemik State pada pasien yang menderita Diabetes
Mellitus

Evaluasi :
Masyarakat dapat memahami mengenai Pola Makan yang Tepat pada penderita DM.
Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan
pertanyaan, terutama mengenai bagaimana pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang
dapat diberikan pada pasien Diabetes Mellitus. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini
berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang
pemahaman masyarakat mengenai pemberian pola makan yang tepat pada pasien penderita
Diabetes Mellitus.
F5- PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HIPERTENSI

Latar Belakang:
Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5 tahun
terakhir di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Penyakit Hipertensi menjadi Penyakit yang
paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.

Permasalahan:
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.

Promosi mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :


1. Semakin tingginya jumlah penderita Hipertensi di Indonesia
2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi, terutama mengenai bahaya dan
komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik
3. Perlunya mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan peningkatan kadar gula
darah pada pasien Hipertensi

Tujuan penyuluhan mengenai Hipertensi adalah:


1. Tercapainya pemahaman mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi dan pencegahan Hipertensi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi
2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan
penyuluhan mengenai Hipertensi, sehingga dapat membantu menyebarluaskan informasi
mengenai Hipertensi kepada lingkungan sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya
promosi kesehatan.
3. Tercapainya program yang telah direncanakan dan sebagian sudah direalisasikan oleh
beberapa pelayanan kesehatan primer, agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada
penderita Hipertensi secara menyeluruh.

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Hipertensi dan dalam upaya
mempromosikan mengenai Hipertensi pada masyarakat termasuk untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat, maka kami memilih “METODE PENYULUHAN” dalam
perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab
Hipertensi, gejala Hipertensi, dan upaya pencegahan peningkatan kadar gula darah penderita
Hipertensi Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi tanya jawab, baik oleh presentator
(untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan) untuk
menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas.
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter Internship dari Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan
pada hari Jum'at tanggal 22 November 2019. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20
orang masyarakat

Monitoring & Evaluasi


Monitoring
A. Kegiatan :Penyuluhan/promosi kesehatan mengenai Hipertensi
B. Waktu : Jum'at, 28 Januari 2020
C. Sasaran : Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
D. Monitoring :
1. Masyarakat dapat mengerti mengenai penyebab Hipertensi, gejala Hipertensi, dan dapat
mengerti bahaya dan komplikasinya
2. Masyarakat dapat menjelaskan mengenai penyebab Hipertensi gejala Hipertensi
penatalaksanaan Hipertensi dan bahaya serta komplikasi Hipertensi
3. Masyarakat dapat menggalakkan pencegahan Hipertensi bagi diri sendiri, keluarga,
maupun di lingkungan sekitar
4. Menurunnya jumlah kasus hiperglikemik state pasien penderita Hipertensi

EVALUASI :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya,
komplikasi Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif
dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi
F6-  PEMASANGAN KATETER URINE PADA PASIEN RETENSI URINE AKIBAT
BPH (Benign Prostate Hiperplasia)

Latar Belakang:
Kateter merupakan sebuah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa digunakan pasien
untuk membantu mengosongkan kandung kemih. Pemasangan alat ini dilakukan khusus
untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri dengan normal.
Umumnya penggunaan kateter hanya untuk sementara, sampai pasien mampu kembali buang
air kecil sendiri. Kateter juga perlu diganti dalam jangka waktu tertentu agar tetap berfungsi
dengan baik dan tidak memicu infeksi.

Kateter urine memiliki berbagai fungsi di bidang medis, mulai dari menangani penyakit
tertentu hingga melakukan prosedur operasi.
Kateter biasanya diperlukan ketika seseorang yang sedang sakit tidak mampu mengosongkan
kandung kemihnya. Jika kandung kemih tidak dikosongkan, air kencing akan menumpuk
pada ginjal dan menyebabkan kerusakan hingga gagalnya fungsi ginjal itu sendiri.
Seseorang perlu menggunakan kateter apabila ia:
-Tidak dapat buang air kecil sendiri
-Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran urinnya.
-Memiliki masalah kesehatan kemih.
-Dirawat inap untuk operasi.
-Sedang dalam koma.
-Dibius dalam jangka waktu lama.

Seseorang juga memerlukan kateter apabila ia:


-Memiliki retensi kemih akut atau kronis
-Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya akibat cedera atau setelah operasi.
-Frekuensi dan volume produksi dan aliran keluarnya urin perlu dimonitor, misalnya pada
pasien penyakit ginjal.
-Pernah didiagnosis dengan kondisi medis yang perlu pemasangan kateter. Beberapa
contohnya meliputi cedera saraf tulang belakang, multiple sclerosis dan demensia.

Permasalahan:
Kondisi Tertentu yang Memerlukan Kateter
Salah satu kondisi yang paling memerlukan kateter adalah retensi urine, yaitu kondisi
ketidakmampuan kandung kemih dalam mengeluarkan seluruh urine, misalnya karena
pembesaran prostat.
Sebaliknya, kondisi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan kandung kemih atau
inkontinensia urine juga mungkin memerlukan pemasangan kateter.
Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur medis, seperti:
- Proses persalinan dan operasi caesar.
- Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan keseimbangan cairan tubuh.
- Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau sesudah operasi.
- Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, misalnya karena adanya kanker
kandung kemih.

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Retensi Urine dan BPH dalam
upaya kesehatan masyarakat terutama pada laki-laki dewasa/lansia, maka kami memilih
“METODE PENGOBATAN DASAR” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi.
Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab Pemasangan Kateter Urine, gejala
Retensi Urine, penanganan awal yang bisa dilakukan dan upaya pencegahan Retensi Urine.

Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Sepinggan pada hari Jumat tanggal 28
Februari 2020.

Monitoring & Evaluasi


Monitoring (EDUKASI)
Edukasi pasien harus diberikan terkait cara menjaga kebersihan area di sekitar pemasangan
kateter dan kapan waktu kateter harus diganti. Hal ini penting untuk mengurangi risiko
terjadinya komplikasi, khususnya infeksi saluran kemih. Pasien harus memperhatikan hal-hal
berikut ini :
- Mencuci area kulit disekitar area pemasangan kateter dengan sabun yang lembut dan air,
paling sedikit dua kali sehari. Keringkan dengan handuk bersih
- Cuci tangan dengan air hangat, sebelum dan sesudah menyentuh kateter
- Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik, dengan minum air secukupnya sehingga urin yang
dihasilkan tetap berwarna jernih
- Hindari kejadian konstipasi, dengan cara menjaga tingkat hidrasi tubuh dan mengonsumsi
makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur
- Dilarang mengoleskan lotion atau bedak ke area di sekitar kateter

Evaluasi :
Kantung urin harus diganti berkala, paling lama 7 hari setelah pemasangan. Kateter
indwelling harus diganti dengan yang baru paling lama setiap 3 bulan setelah pemasangan.
Penggantian harus dilakukan oleh dokter atau perawat.
F7-  GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM KELUARGA
BERENCANA, MEROKOK DAN HIPERTENSI DI RT61 KELURAHAN SEPINGGAN WILAYAHPUSKESMAS
SEPINGGAN BARU, KOTA BALIKPAPAN PADA JANUARI-FEBRUARI 2020

Latar Belakang:
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat menjadi program
utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Tujuan dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat didukung oleh
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Tujuan ini sesuai dengan tujuan
pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu : (1)
meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatkan program
pengendalian penyakit, (3) meningkatkanakses dan mutu pelayanan kesehatam dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengurusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif,
serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekaan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya
keluarga-keluarga sehat.

Permasalahan:
Belum diketahuinya gambaran pengetahuan dan perilaku dari 3 kriteria IKS (program KB,
merokok dan hipertensi) di Kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
Baru, kota Balikpapan, tahun 2020.
1. Bagaimana pengetahuan dan perilaku pasangan usia subur terhadap keikutsertaan
program KB?
2. Bagaimana pengetahuan dan perilaku warga yang merokok terhadap kesehatan
lingkungan sekitar?
3. Bagaimana pengetahuan dan perilaku warga dengan hipertensi dalam upaya
mengontrol tekanan darah?

Perencanaan &Pemilihan Intervensi


-Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku dari 3 kriteria IKS (program KB,
merokok dan hipertensi) di Kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
Baru, kota Balikpapan, tahun 2020.
-Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan perilaku pasangan usia subur di kelurahan
Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Baru, kota Balikpapan, tahun 2020
terhadap keikutsertaan program KB.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan perilaku warga yang merokok di kelurahan
Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Baru, kota Balikpapan, tahun 2020
terhadap kesehatan lingkungan sekitar.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan perilaku warga dengan hipertensi di
kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Baru, kota Balikpapan,
tahun 2020 dalam upaya mengontrol tekanan darah.

Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas
Sepinggan Baru, kota Balikpapan, tahun 2020. Subjek penelitian yaitu : (1) masyarakat
psangan usia subur, (2) masyarakat yang merokok, (3) masyarakat yang mempunyai penyakit
tekanan darah tinggi di kelurahan Sepinggan RT 61, baik mengikuti ataupun tidak mengikuti
program JKN, yang diperoleh berdasarkan hasil penjairngan IKS (Indikator Keluarga Sehat).
Penelitian ini dilaksanakan Januari-Februari 2020.

Monitoring & Evaluasi


Kesimpulan
- PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Sebagian besar responden pada dasarnya memiliki tanggapan yang sesuai dengan
Norma Kecil Keluarga Bahagia dan Sejahtera.
2. Tingkat pendidikan dari responden dapat dibilang sudah tinggi dimana menunjukkan
tingkat pendidikan terendah yang muncul yaitu tingkat SMA sebanyak 4 orang (40%)
3. Usia menikah dari responden pada penelitian ini terbanyak pada umur 20-25 tahun
sebanyak 6 responden (60%).
4. Tingkat pengetahuan responden tentang KB dalam penelitian ini sudah baik karena
sebanyak 6 orang (60%) memiliki pengetahuan baik (>80%)
5. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan oleh responden terbanyak menggunakan pil
KB sebanyak 4 orang.

-MEROKOK
1. Tingkat pendidikan dari responden dapat dibilang sudah tinggi dimana menunjukkan
tingkat pendidikan terendah yang muncul yaitu tingkat SMA sebanyak 4 orang (40%)
2. Usia menikah dari responden pada penelitian ini terbanyak pada umur 20-25 tahun
sebanyak 6 responden (60%).
3. Tingkat pengetahuan responden tentang KB dalam penelitian ini sudah baik karena
sebanyak 6 orang (60%) memiliki pengetahuan baik (>80%)
4. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan oleh responden terbanyak menggunakan pil
KB sebanyak 4 orang.

-HIPERTENSI
1. Karakteristik responden pada penelitisn ini sudah terdiagnosis hipertensi sebanyak 7
orang.
2. Tingkat pengetahuan terhadap hipertensi masih tergolong cukup karena sebanyak 4
orang (50%) memiliki pengetahuan (50-80%) mengenai hipetensi tersebut.
3. Dari 7 orang yang telah mengalami hipertensi, ada 4 responden (71%) yang memiliki
riwayat hipertensi keluarga.
4. Untuk keteraturan minum obat hipertensi, ada sebanyak 6 responden (85%) yang
melakukan hal tersebut.
5. Tingkat perilaku responden terhadap hipertensi sudah membatasi makanan tinggi
garam dan melakukan olahraga secara teratur.

- Kelemahan Penelitian
1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengisian kuesioner, sehingga data yang
didapatkan terbatas.
2. Jumlah sampel yang didapat dianggap masih kurang dalam mewakili kondisi
masyarakat.

- Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:
1. Masukan untuk Puskesmas Sepinggan Baru
Perlu dilakukannya edukasi dan penyuluhan lebih lanjut mengenali program KB, rokok dan
hipertensi kepada warga RT 61 dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan
darah meningkat serta mengenal perilaku hidup sehat bagi penderita hipertensi dan
menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara rutin ke pelayanan kesehatan
terdekat.
2. Masukan untuk Masyarakat RT 44
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang hipertensi dengan mengikuti
penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar
dari penyakit hipertensi secara dini dan perlunya edukasi mengenai program KB secara lebih
mendalam untuk meningkatkan keikutsertaan warga dalam program KB.
Memasang poster larangan merokok di lingkungan sekitar RT 61.

Anda mungkin juga menyukai