Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Mastoiditis
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Mastoiditis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan
kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah
ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya
adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi
kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola
penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut
mastoiditis kronis.
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah,
sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum
terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan
beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas
persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara
berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap
penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian
antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi
(pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).
Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang
dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan
karena apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan
pendengaran yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan, hal inilah yang
menjadi dasar kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca
untuk bisa memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis
dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami gambaran umum
tentang Mastoiditis dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Mastoiditis.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah:
a. Mengetahui tentang pengertian Mastoiditis
b. Mengetahui tentang anatomi fisiologis Mastoiditis
c. Mengetahui tentang etiologi dari Mastoiditis
d. Mengetahui tentang klasifikasi dari mastoiditis
e. Mengetahui tentang patofisiologi dan pathwey dari Mastoiditis
f. Mengetahui tentang manifestasi klinis Mastoiditis
g. Mengetahui tentang komplikasi Mastoiditis
h. Mengetahui tentang penatalaksanaan baik penatalaksanaan medis maupun
penatalaksanaan keperawatan dari mastoiditis
i. Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Mastoiditis
j. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalahsegala proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama.Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal. ( Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali
terlibat,menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis). (Parakrama, 2006)
B. Anatomi fisiologis
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali
terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran,
akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara embriologi telinga luar
dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua, sedangkan telinga dalam
berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat mengalami kelainan, sementara
bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan kasus telinga luar dan tengah
mengalami kelainan kongenital bersama-sama, sedangkan koklea berkembang
normal. Hal ini memungkinkan rehabilitasi pendengaran pada kebanyakan kelainan
telinga kongenital.
Berbentuk seperti rumah siput, pada cochlea ini ada 3 pintu yang menghubungkan
cochlea dengan vestibullum, cavum timpani dan canalis cochlearis
c. Labirintus Membranosus
1. Utrichulus
Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh
jaringan ikat, disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan sampingnya
ada daerah yang lonjong disebut makula akustica utricula
2. Sachulus
3. Duktus Semi Sirkularis
4. Duktus Cochlearis
C. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya.
Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut
yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,streptococcus
group-A dan staphylococcus aureus ,streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya
muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.
D. Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media
akut suppurative.
Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga
kronis.
Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ
tubuh yang lain.
E. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani
dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan
nanah menggumpal disel-sel udara mastoid
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang
akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat
melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma
dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisisnervus fasialis. Kehilangan
pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi
telinga dalam) dan absesotak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan
dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum.
Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas
(maligna). Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam tulang tengkorak
(intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses otak,
tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang
menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan
virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama
dengan penyebab otitis media akut yaitu streptococcus hemlytiens, pneumococcus,
sthapilococcus aureus lalbus, streptococcusviridans.
Pathway :
F. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada
malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum
dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada
besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah
sudah melibatkan organ mastoid.
3. demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam
tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih
besar.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang
telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran
atau vertigo disebut juga otitis imtema
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf)
biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak
H. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan
supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2. Pembedahan
a. Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah, dengan
memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease dari tekanan suara.
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan pendengaran,
dengan congkok membran timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan
tujuan skundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran
(timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda
yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula
homolog, kartilago dan aloplastik).
b. Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi adalah untuk
menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering dan aman.
B. Penatalaksanaan keparawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Perawatan Pre-operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk menjalani
tympanoplasty.
2. Perawat post operasi
Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) sepertilodoform gauze (nauga-
uze) dimalut dalam kanal audiotori.
3. Terapi konservatif
Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan telinga
dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktek.
4. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
2. Foto Mastoid
3. Kultur Bakteri Telinga
4. MRI
5. CT Scant
6. Radiologi
7. Tympanocintesis & myringotomi
D. Pengkajian keperawatan
pengkajian yang dilakukan antara lain:
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang engan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang
baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan
yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a) Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b) Kemerahan pada kompleks mastoid
c) Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender
d) Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e) Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f) Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
g) Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya
E. Diagnosa keperawatan
diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:
1. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori auditoris.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
8. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.
No Intervensi Rasional
1. Kaji tentang ketajaman Menentukan seberapa baik tingkat
pendengaran pendengaran klien
2. Diskusikan tipe alat bantu Untuk menjamin keuntungan
dengar dan perawatannya yang maksimal
tepat
3. Bantu pasien berfokus pada Untuk memaksimalkan
semua bunyi di lingkungan dan pendengaran
membicarakannya hal tersebut
No Intervensi Rasional
1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan
pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan
klien
3. Ajarkan kompres hangat dan Untuk menurunkan panas tubuh
banyak minum dan mengganti cairan tubuh yang
hilang
4. Kolaborasi dengan pemberian Untuk menurunkan panas
antipiretik
No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, Mengetahui ketidakefektifan
intensitas intervensi
2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat
hilang atau teratasi
Kriteria Hasil : a. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum Mengetahui keadaan umum
pasien selama 24 jam pasien
2. Anjurkan pentingnya cuci Mencegah penularan penyakit
tangan dan mencuci telinga luar
3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman,
profilaksis sehingga tidak menularkan
penyakit terus-menerus
A. kasus
Ny. S berusia 40 tahun opnam di RS respati yogyakarta sejak 1 hari yang lalu klien datang
dengan keluhan pendengaran telinga kiri dan kanan menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun
yang lalu, klien juga mengatakan terasa nyeri pada kedua tulang telinga bagian belakang, skala
nyeri 6, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering basah karena keluar
cairan dari dalam telinga, dari hasil pengkajian didapatkan TTV: TD 130/80 mmHg, nadi
84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC, klien mengatakan badannya terasa demam dan kepalanya
kadang- kadang pusing Kemerahan pada kompleks mastoid, Keluarnya cairan baik bening
maupun berupa lendir dan pus.
Ct scant : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang
memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam
rongga mastoid.
Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah
B. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
NamaPerawat : Viktorinus
1. Biodata Pasien
Nama :Ny. s
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Penanggungjawab
Nama :Tn. P
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :wiraswata
Klien mengatakan pendengaran telinga kanan dan kiri menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun.
3. RiwayatKesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pada kedua telinga bagian belakang, dan 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering
basah akibat keluarnya cairan dari dalam telinga.
Tuli konduksi, perforasi membran timpani/perforasi sub total. Klien tidak memiliki riwayat
alergi.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, DM, asma,
penyakit jantung koroner.
Genogram
Sebelum:
Paliatif dan profokatif : nyeri terjadi saat klien beraktivitas dan berkurang saat klien duduk dan
istrahat
Scale : 6
d. Nutrisi
Sebelum:
2) BB/TB : 50kg/155cm
Selama sakit:
4) BB dalam satu bulan terakhir : tidak ada penurunan berat badan
5) Jenis makanan : Padat
Sebelum:
Selama sakit:
2) Turgor kulit : Tidak elastis
f. Oksigenasi
Batuk : Tidak
Sputum : Tidak
RR : 24x/mnit
g. Eliminasi urin
Sebelum:
1) Penggunaan Kateter : Tidak ada penggunaan kateter
2) Warna : Bening
Selama sakit:
h. Eliminasi fekal
Sebelum dirawat:
Selama dirawat :
Ggn pendengaran : Ya klien kesulitan dalam mendengar pembicaraan orang lain
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmetis
Respirasi : 24x/mnit
Irama : teratur
Suhu : 38,80C
b. Kepala
Telinga : Simetris, ada penumpukan serumen,pus, ada pembengkakan pada kedua telinga bagian
belakang dan tampak kemerahan dan nyeri.
c. Leher :
Simetris tidak ada pembesran kelenjar Tiroid, maupun pembesaran JVP, tidak ada kesulitan
menelan
d. Dada
Bentuk : Simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi napas tambahan
Perkusi : redup
e. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran Hepar, ada benjolan di perut bagian bawah saat di
palpasi benjolan teraba padat benjolan menetap, diameter 1cm
h. Ekstremitas
Atas
Bawah
Akral : hangat
Psikologi:
perilaku verbal pasien kurang komunikatif . keadaan emosi pasien tidak stabil karena ia merasa
cemas dengan kondisinya. Klien mudah tersinggung
Sosio :
Klien kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, bicara dengan klien harus
keras dan menggunakan isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.
Budaya :
Spiritual:
7. Pemerikasaan penunjang
8. Terapi/Pengobatan
Infus RL 20 tts/mnt.
Klindamycin 3x300 mg.
Mefenamat acid 3x500 mg k/p
ANALISA DATA
DO:
- Keluarnya cairan dari kedua telinga
klien baik bening maupun berupa lendir
dan pus
- TTV: TD 130/80 mmHg, nadi
84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC,
- Hasil pemerikasaan penunjang
didapatkan:
· Ct scant : ada kelainan telinga
tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang
memperlihatkan penebalan mukosa
dalam rongga telinga tengah di samping
dalam rongga mastoid.
· Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe
sklerotik.
· Otoskopi: terlihat infeksi telinga
tengah
Prioritas Diagnosa
1. Nyeri berhubungan agen injuri biologis ditandai dengan, P : nyeri terjadi saat klien
beraktivitas dan berkurang saat klien duduk dan istrahat, Q: nyeri tekan, R: nyeri pada
bagian belakang telinga kiri dan kanan, S: 6, T: 0-10 menit nyeri hilang timbul,
TUJUAN
DAN TTD/
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA NAMA
HASIL
N:60-100
1. Klien 3. membantu
mengatakan klien untuk
sudah tidak mendengar
pusing lagi,
2. Klien
mengatakan
sudah dapat
mendengar
kembali
3. Hasil
pemeriksaan
fisik telinga
dalam
rentang
normal
3. TTV
dalam
rentang
normal,
suhu 36,5-
37,5oC, TD
110-120/70-
80 mmHg N
60-100
CATATAN PERKEMBANGAN I
NAMA/
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TTD
4. Berkolaborasikan
dengan dokter pemberian
analgetik
S:-
09.50 wib S:
S: Klien mengatakan sudah
O: suhu tubuh klien dalam tidak demam lagi
rentang normal (37,5oC)
S:-
4. Berkolaborasihan dengan
dokter untuk pemberian
antipiretik
S:-
CATATAN PERKEMBANGAN II
3. Berkolaborasi
untuk pemberian alat A: Tujun tercapai
bantu pendengaran.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah
mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan
kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar
membran timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna)
dan bentuk ganas (maligna)
Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak memadai
dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan
osteoporosis hiperemik
b. Saran
Penulis menghimbau kepada semua pembaca pada umumnya dan mahasiswa DIV Keperawatan
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO pada khususnya agar selalu menjaga kebersihan
telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara
tuntas agar tidak terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih
parah.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta:
EGC
Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC, Jakarta: EGC