Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


PROJECT BASED LEARNING
KERJASAMA
TPAST GUNUNG KUPANG
“Proses Pembuatan Bahan Bakar Nabati”

Disusun oleh:
Muhammad Restu Syabilla
0031806464
XI TEB

TEKNIK ENERGI BIOMASSA


TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
SMK NEGERI 2 BANJARBARU
KOTA BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan oleh Muhammad Restu Syabilla ini telah
diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Banjarbaru 28 Juni 2021


Pembimbing Akademik Pembimbing Industri

Nina Soraya, S.Pd Dr. M. Hafidhuddin Noor, SKM, MS

i
LEMBAR PENGUJIAN

Laporan Praktik Kerja Lapngan oleh Muhammad Restu Syabilla ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Banjarbaru 28 Juni 2021.

___

___

ii
LEMBAR PERSETUJUAN KAPROG

Laporan Praktik Kerja Lapngan oleh Muhammad Restu Syabilla ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Banjarbaru 28 Juni 2021.

Banjarbaru 28 Juni 2021


Mengetahui
Kepala SMK Negeri 2 Banjarbaru Kepala Program Kejuruan

Drs. Suyani, MT Siti Hafizah, S. Pd


NIP. 19650513 200003 1 005 NIP. 19831219 201001 2 018

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
Rahmat dan Karunianya, saya dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret sampai
dengan 30 Juni 2021 di SMK Negeri 2 Banjarbaru.
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL), siswa diharapkan
mampu mencapai tujuan yang diinginkan. diantaranya siswa mampu mengenal
dunia kerja dan mampu menerapkan materi yang dipelajari di sekolah dan dapat
diterapkan di dunia kerja, mampu menerapkan materi dan praktik yang
sesungguhnya serta dapat menamba wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia
kerja/industri.
Dapat terlakasananya kegiatan praktik kerja lapangan ini tidak lepas dari
dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, sehingga saya dapat melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan dengan baik dan benar, oleh karena itu tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan motivasi baik
secar amoral ataupun materi kepada saya dan kepada semua pihak yang
telah membantu.
2. Bapak Drs. Suyani, MT Selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Banjarbaru.
3. Ibu Siti Hafizah, S.Pd Selaku Kepala Program Teknik Energi Biomassa
SMK Negeri 2 Banjarbaru.
4. Ibu Nina Soraya S.Pd Selaku Guru Pembimbing.
5. Bapak Dr. M. Hafidhuddin Noor, SKM, MS Selaku Pemimpin TPAST
Gunung Kupang.
6. Bapak Muhammad Nasir Selaku Pembimbing di TPAS Gunung Kupang.
7. Seluruh Karyawan TPAST Gunung Kupang.
Semoga dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya selaku siswa dan umumnya bagi kita semua.

iv
Selanjutnya saya sebagai penyusun, merasa bahwa laporan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saya mohon
maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik
dalam segi penulisan, pembahasan, dan penyusunannya kurang rapih. Maka dari
itu besar harapan saya semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat
bermanfaat bagisaya dan umumnya bagi para pembaca
Banjarbaru, 21 Juni 2021

Muhammad Restu Syabilla

v
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Persetujuan..............................................................................................i
Lambar Pengujian...............................................................................................ii
Lembar Persetujua KAPROG ...........................................................................iii
Kata Pengantar...................................................................................................iv
Daftar Isi ............................................................................................................vi
BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II Gambaran Umum Perusahaan............................………………………3
2.1 Sejarah ....................................................................................................3
2.2 Struktur Organinasi..................................................................................5
2.3 Kedudukan dan Letak..............................................................................5
BAB III Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan....................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik.................................................7
3.2 Hasil Praktik Kerja Lapangan.................................................................7
A. Pembuatan Bioetanol dari Singkong.................................................7
B. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah.....................................11
BAB IV Penutup................................................................................................16
4.1 Kesimpulan............................................................................................16
4.2 Saran......................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................18
Lampiran ...........................................................................................................19

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah
mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan.Di satu sisi konsumsi masyarakat
(demand) terus meningkat,sementara persediaan dan supply terus menurun. Hal
ini menyebabkan harga BBM terus melambung mencapai angka yang sulit
dijangkau oleh Sebagian masyarakat Indonesia terutama masyarakat kelas
menengah ke bawah.
Tahun 2005 Departemen ESDM mencatat, Indonesia rata-rata mengimpor
400.000 barel minyak mentah per hari ditambah 330.000 barel per hari dalam
bentuk produk BBM.Dengan cadangan terbukti minyak yanh hanya sekitar 4,5
milyar barel pada tahun 2005,tingkat produksi 1 juta barel per hari dan dengan
asumsi tidak ada penemuan sumber minyak baru,maka diperkirakan usia relative
minyak Indonesia tidak lebih dari 10 tahun lagi (Dep.ESDM, 2005).
Khusus untuk bahan bakar minyak solar,pada tahun 1995 tercatat
konsumsi nasional sebesar 15,84 milyar liter.Angka ini terus naik menjadi 21,39
milyar liter di tahun 2000, daan diperkirakan menjadi 34,71 milyar liter di tahun
2010. Sektor transportasi memberikan kontribusi yang juga terus meningkat dari
tahun ke tahun.Jika pada tahun 1995 sektor transportasi menghabiskan 15,84%
dari total konsumsi minyak solar nasional (15,84 milyar liter), tahun 2000
meningkat menjadi 21,39% dan diperkirakan akan menjadi 34,71% di tahun 2010
atau sekitar 18,14 milyar liter.
Presiden RI, melalui Inpres No. 1 Tahun 2006 telah menginstruksi jajaran
Departemen / Menteri terkait bidang energi serta gubernur dan wali kota untuk
mengambil Langkah-langkah dalam melaksanakan percepatan penyediaan dan
emanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar bakar alternatif.
Dalam kaitan ini, Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) telah
mendukung landmark penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi (liltbangrap iptek) bidang energi. Dalam peta jalan (roadmap) yang
disusun oleh KNRT, diharapkan pada tahun 2010 biodiesel akan mensubstitusi

1
2% dari kebutuhan minyak solar nasional. Angka ini akan terus ditingkatkan
menjadi 3% atau pada tahun 2015 dan 5% pada tahun 2025.

1.2 Rumus Masalah


1) Bagaimana cara pengolahan bioetanol dari singkong?
2) Bagaimana cara pengolahan biodiesel dari minyak jelantah?

1.3 Tujuan
1) Siswa mengetahui cara pembuatan bioetanol dari singkong.
2) Siswa mampu cara pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.

1.4 Manfaat
1. Bioetanol sebagai bahan bakar masa depan yang ramah lingkungan.
2. Bioetanol Pembakaran yang lebih sempurna menjadikan gas buang yang
sangat bersih.
3. Biodiesel sebagai keuntungan bagi negara kita sendiri, seperti peningkatan
kandungan minyak sawit dari 20% menjadi 30%, meningkatkan perekomian
dengan menghemat devisa dan biaya impor BBM negara, menjadi bahan bakar
biodiesel yang ramah lingkungan .

2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah
Salah satu sistem dalam pengelolaan sampah yaitu Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah. Sebagai gambaran terhadap upaya pengelolaan sampah
maka dilakukan observasi lapangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung
Kupang, Banjarbaru. Tujuan Untuk mengetahui kondisi pengelolaan sampah di
TPA Gunung Kupang. Pada umumnya metode pembuangan akhir sampah yang
dilaksanakan di TPA berupa proses landfilling (pengurugan) Alasan landfilling
(pengurugan) tidak dapat adalah: Teknologi pengelolaan limbah seperti reduksi di
sumber, daur ulang, daur pakai atau minimasi sampah, tidak dapat menyingkirkan
sampah secara menyeluruh. Tidak semua limbah mempunyai nilai ekonomis
untuk di daur ulang.
Apa saja permasalahan yang ada di TPA ? Air Lindi Metode landfill relatif
mudah dilakukan dan bisa menampung sampah dalam jumlah besar. Masalah
utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi (leachate) yang
dihasilkan. Gas Metan Sampah di suatu landfill akan mengalami proses
fermentasi anaerob menghasilkan gas Metan (CH4) dengan komposisi sebesar 45-
60%. Ketika hujan mengguyur tumpukan sampah, gas CH4 akan keluar naik
sesuai dengan hukum alam karena memiliki berat jenis yang lebih ringan dari
pada air. Gas CH4 yang berkontak dengan udara menimbulkan ledakan dan
memicu terjadinya longsoran sampah di TPA. Hasil Observasi TPAST Gunung
Kupang TPAST (Tempat pemprosesan akhir system terpadu) Gunung Kupang
mempunyai luas lahan sebesar 10 hektar yang melayani sampah kota Banjarbaru
mulai tahun 2005. TPAST ini mampu menanpung 100 ton sampah setiap hari.
Pengelolaan Sampah Di TPAST Gunung Kupang 2005 Sistem open dumping
2012 Sistem control landfill Adapun sampah yang diproses di TPAST: Sampah
organik dan Sampah anorganik.

3
Kegiatan Operasional Pekerja sebanyak 40 orang dan dibantu oleh tenaga
kerja pemulung sebanyak 15 orang Jam kerja para pekerja dimulai dari pukul
08.00 12.00 WITA, sedangkan untuk operasional alat dimulai dari pukul 08.00
16.00 WITA. Pengangkutan sampah dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
dan siang hari. Adapun jumlah truk pengangkut sampah sebanyak 36 unit.
Fasilitas Penunjang Pos Jaga Kantor, Taman, Jembatan Timbang, IPAL, Fasilitas
Penunjang Gudang UPS A (unit pengolahan dan pemprosesan sampah organik
menjadi kompos), Gudang UPS B (unit pengelolaan dan pemprosesan sampah
plastik), Tempat Pencucian Truk, Filtrasi Gas Metan Fasilitas, Penunjang Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas Metan, Rumah Genset, Alat Berat, Bank Sampah.
Kondisi pengelolaan sampah di TPAST Gunung Kupang cukup memadai. TPAST
ini memiliki luas lahan seluas 10 Ha dengan luas lahan yang terpakai sebesar 5 Ha
Sehingga dari sisa lahan tersebut diperkirakan mampu melayani sampah se kota
Banjarbaru untuk beberapa tahun kedepan.
Kesimpulan kondisi pengelolaan sampah di TPAST Gunung Kupang
cukup memadai. Metode pengelolaan sampah yang digunakan di TPAST awalnya
adalah open dumping pada tahun 2005. Dalam pengelolaan lindi di TPAST
Gunung Kupang dilengkapi dengan satu unit IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah). IPAL ini menggunakan metode aerasi. Gas metan yang dikelola pada
TPAST Gunung Kupang diambil dari landfill yang sudah non aktif. Pengaliran
gas ini menggunakan pipa pvc yang dialirkan melewati filter gas metan.

4
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

2.3 Kedudukan dan Tata Letak


Kupang terletak di Jl.Brawijaya kelurahan. Cempaka kecamatan.
Cempaka Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Kedudukan di TPAST Gunung Kupang adalah pos jaga, Kantor, Taman,
Jembatan Timbangan, IPAL. Fasilitas penunjang Gudang UPS A (Unit
pengelolaan dan pemprosesan sampah kompos),Gudang (Unit penglolaan dan
pemprosesan sampah plastik), Tempat pencucian Truk, Fasilitas Gas Metan,
Fasilitas penunjang stasiun pengisian bahan bakar gas metan ,Rumah Genset, Alat
Berat, Bank Sampah.

5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Waktu Dan TempatPelaksanaanPraktikKerjaLapangan


Praktik kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada 1 maret s/d 30 Juni
2021 di TPAST Gunung Kupang Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.

3.2 Hasil Praktik Kerja Lapangan


A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong
Secara defenisi ilmu kimia bioetanol adalah sejenis alkohol yang
merupakan bahan kimia yang terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung
pati, misalnya ubi kayu, ubi jalar, jagung dan sagu. Secara umum bioetanol dapat
digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan baku industri
turunan alkohol,campuran miras, bahan dasar industri farmasi, campuran bahan
bakar kendaraan dan sekarang akan dikembangkan sebagai bahan bakar kendaraan
(BBM). Khusus untuk yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, bioetanol
ini harus memiliki kadar/grade sebesar 99,5 % sampai dengan 100 %
kekeringannya sehingga dengan demikian tidak menimbulkan efek korosi bagi
mesin.
Bioetanol sekarang menjadi popular sebagai bahan bakar alternatif yang
berasal dari tanaman (biofeul) selain tanaman jarak, kelapa sawit. Sekarang sudah
mulai banyak dikembangkan oleh pengusaha UKM karena dapat dilakukan oleh
industri skala kecil atau rumahan, dengan modal investasi yang relatif kecil kini
bioetanol dapat diproduksi oleh siapa saja yang berminat dan dimasa depan bahan
bakar nabati termasuk bioetanol akan berkembang secara skala kerakyatan dan
pemasarannya pun tidak sulit kerena bisa langsung digunakan oleh pengguna
akhir (end user) Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang
memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat
alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.Adapun
manfaat pemakaian gasohol di indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya
bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan

6
bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi kecenderungan
pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan
berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Bioetanol tersebut bersumber dari
karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar,
sagu dan tebu.
1. Alat yang digunakan dalam pembuatan bioetanol dari singkong
• Pisau
• Baskom
• Pemarut santan
• Saringan
• Pengaduk
• Panci Kompor
• Toples
• Gelas ukur
• Alat destilasi
2. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bioetanol dari singkong
• Singkong
• Ragi
• Air
3. Prosedur kerja pembuatan bioetanol dari singkong
1. Kupas singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan parut
berukuran kecil-kecil.

7
2. Liquifikasi dan Sakarifikasi
Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku
singkong dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa
Amylase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 derajat celcius
(hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental
seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja
memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin).
Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang
diproses berubah menjadi lebih cair seperti sup.

3. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa
dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %.
Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan
baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada
kisaran suhu optimum 27 s/d 32 derajat celcius selama kurun waktu 5 hingga 7
hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian
agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata
lain,dari persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga fermentasi harus pada
kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan
etanol/alkohol dan CO2.

8
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol
berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar
ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan
beakibat racun bagi ragi itu II.
4. Distilasi
Distilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan
untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses
distilasi, pada suhu 78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol
akan menguap lebih dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius.
Uap ethanol didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga
terkondensasi menjadi cairan ethanol. Kegiatan penyulingan ethanol
merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses produksi bioethanol.
Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai
teknik penyulingan ethanol. Selain operator, untuk mendapatkan hasil
penyulingan ethanol yang optimal dibutuhkan pemahaman tentang teknik
fermentasi dan peralatan distillator yang berkualitas.

9
Penyulingan ethanol dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :
Penyulingan menggunakan teknik dan distillator tradisional (konvensional).
Dengan cara ini kadar ethanol yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20
s/d 30 %.Penyulingan menggunakan teknik dan distillator model kolom reflux
(bertingkat). Dengan cara dan distillator ini kadar ethanol yang dihasilkan
mampu mencapai 90-95 % melalui 2 (dua) tahap penyulingan.
5. Dehidrasi
Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam
bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol berkadar 99,6-
99,8 % atau disebut ethanol kering. Dalam proses pemurnian ethanol 95 %
akan melalui proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa
cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan menggunakan batu gamping 2. Cara
Fisika ditempuh melalui proses penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis 3
angstrom. Hasil dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat
dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak digunakan
sebagai bahan bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang digunakan pada
proses pemurnian ini disebut Dehidrator.

B. Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah


Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan
(renewable), dengan komposisi asam lemak dari minyak nabati maupun minyak
hewani. Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki
peluang untuk pembuatan biodiesel karena masih mengandung asam lemak bebas.
Data statistic menyatakan bahwa produksi minyak goreng bekas mencapai 5,06
ton per tahun. Pengolahan biodiesel dari minyak jelantah dilakukan melalui
beberapa proses yaitu esterifikasi (menurunkan kadar FFA pada bahan baku) dan
transesterifikasi (konversi trigliserida menjadi metil ester) dengan bantuan katalis
untuk mempercepat reaksi. Katalis yang digunakan pada reaksi esterifikasi adalah
asam kuat seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Sedangkan katalis
yang digunakan pada reaksi transesterifikasi ada dua jenis yaitu basa homogeny

10
dan basa heterogen saat ini pembuatan biodiesel dilakukan menggunakan katalis
basa homogen seperti NaOH dan KOH.
1. Proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
• Pembuatan standarisasi KOH 0,1 N
• Tes asam lemak bebas
• Proses Transestrifikasi
• Pencucian Biodisel
• Pengeringan Biodisel
2. Prosedur kerja pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
a. Pembuatan Standarisasi
1. Perhitungan.
2. Timbang KOH sebanyak 0.96 gram.
3. Masukan KOH kedalam gelas kimia, tambahkan air secukupnya,
kemudian aduk KOH hingga larut.
4. Masukan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan air
sampai tanda batas, kemudian kocok hingga homogen.
• Alat yang digunakan
1. Naraca analitik
2. Kaca arloji
3. Spatula kimia
4. Gelas Kimia
5. Labu pengeceran 100 ml
• Bahan yang digunakan
1. Padatan KOH
2. Aquadest

b. Tes Asam Lemak Bebas


Apabila asam lemak bebas > 3 mg KOH/g sampel (5%) proses
esterifikasi dengan katalis asam pekat dan dilanjutkan dengan proses
transestrifikasi. Apabila asam lemak bebas < 3 mg KOH/g sampel (5%) maka
langsung dilakukan proses transestrifikasi.

11
1. Tempatkan 2 gram sampel minyak jelantah ke dalam erlenmeyer.

2. Tambahkan 10 ml metanol lalu tambahkan 2-3 tetes indikator pp.

3. Panaskan sambil digoyangkan dalam penangas sekitar 4 menit, kemudian


dinginkan.

12
4. Siapkan statif dan klem untuk menyangga buret.
5. Masukan larutan KOH 0,1 N kedalam buret.
6. Titrasi sampel dengan KOH 0.1 N sampai berubah warna menjadi merah
muda, Kemudian mencatat volume KOH.
7. Hitung nilai AV (asam lemak) dan %ffa.
• Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer
2. Naraca analitik
3. Gelas ukur 10 ml
4. Pipet tetes 3 buah
5. Corong kaca
6. Pemanas air
7. Hot plet
8. Statif dan klem
9. Buret
• Bahan yang digunakan
1. Minyak jelantah
2. Metanol
3. Tempat larutan KOH
4. Indikator PP

C. Proses Transestrifikasi
1. Siapkan statif dan klem untuk menyangga kondesor dan labu didih.
2. Siapkan hotplate dan magnetic stirrer.
3. Letakan termometer pada salah satu leher labu didih, tutup leher lainnya
dengan sumbat
4. Pasangkan selang pada lubang in dan out kondensor.
5. Siapkan pompa air dengan water bath.
6. Perhitungan.
7. Ukur volume minyak (vminyak) sebanyak x ml.

13
8. Masukan minyak kedalam labu didih.
9. Panaskan sambil mengaduk sampai suhu 60°C.
10. Masukan katalis metoksida (x gr KOH + x ml metanol), hitung waktu
awal reaksi.
11. Pertahankan reaksi pada suhu 60°C selama 1 jam.

12. Masukan kedalam corong pisah, mendiamkan sampai terbentuk 2 fasa.


Fasa atas biodiesel dan volume gliserol yang di hasilkan.
13. Ukur volume biodiesel dan volume gliserol yang di hasilkan.

• Alat yang digunakan


1. Statif dan klem
2. Kondensor
3. Labu didih
4. Hotplet
5. Magnetic stirer
6. Sumbat
7. Pompa air
8. Water bath
9. Termometer
10. Pompa air
11. Kaca arloji
12. Pipet tetes 3 buah
• Bahan yang digunakan

14
1. Minyak jelantah
2. Padatan KOH
3. Metanol

D. Pencucian Biodiesel
1. Panaskan air dengan suhu 50°C dalam waterbath dengan menggunakan
hotplate.
2. Lakukan pencucian menggunakan corong pisah dengan air hangat pada
suhu 50°C sampai air pencucian berwarna jernih.
3. Aduk secara perlahan lalu, kemudian diamkan sampai terbentuk 2 fasa.
4. Air hasil cucian biodiesel dipisahkan setelah terbentuk 2 fasa antara
biodiesel dan fasa air.
5. Ukur pH air cucian biodiesel sampai pH adalah 7.
6. Ukur volume pH yang di hasilkan.

E. Pengeringan Biodiesel
1. Siapkan statif dan klem untuk menyangga labu didih.
2. Letakan termometer pada salah satu leher labu didih, buka leher lainnya.
3. Panaskan biodiesel (ester metil asam lemak) pada suhu 60°C selama 30
menit sampai bewarna jernih.
4. Ukur volume biodiesel yang dihasilkan.

BAB IV

15
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Laju pembakaran bergantung pada kemudahan bahan untuk terbakar.
Bioetanol merupakan salah satu bahan yang mudah terbakar. Jika konsentrasi
bioetanol yang dikandung makin tinggi, maka bioetanol makin cepat menguap
dan kemampuan terbakarnya menjadi tinggi serta waktu pembakarannya menjadi
semakin cepat. Adanya zat pemadat menjadi faktor penahan agar laju pembakaran
semakin lama. Hal ini dibenarkan dalam penelitian ketika volume etanol 100 ml
dicampurkan 38 dengan asam stearat 100 gr maka lama waktu pembakaran akan
semakin cepat sebesar 2.05 menit dan menyebabkan laju pembakaran yang
dihasilkan semakin cepat sebesar 97.56 gr/menit. Ketika volume etanol 100 ml
dicampurkan dengan asam stearat 200 gr maka waktu pembakaran akan semakin
lama sebesar 4.03 menit dan menyebabkan laju pembakaran yang dihasilkan
semakin lambat sebesar 74.44 gr/menit.
Biodiesel dapat disintesis dari minyak jelantah melalui proses gabungan
yaitu reaksi esterifikasi dan transesterifikasi. Dari 500 mL minyak jelantah yang
digunakan dan pencampuran 100 mL katalis diperoleh biodiesel sebanyak 500 mL
atau 83% untuk biodiesel yang menggunakan methanol sebagai pensuplai gugus
metil,sedangkan untuk biodiesel yang menggunakan metil asetat didapatkan hasil
sebanyak 550 mL atau 92% biodiesel.

4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai jenis pemadat lain selain yang pernah
digunakan pada penelitian ini agar mendapatkan perbandingan hasil yang terbaik.
Adanya ketelitian dan penelitian lanjutan mengenai proses pembuatan
,pemilihan bahan ,dan peralatan untuk menghasilkan biodiesel dari minyak
jelantah. Dalam hal ini terkait mengenai nilai viskositas,diharapkan untuk
menggunakan bahan yang berkualitas baik,karena pengaruh dari kandungan
minyak jelantah serta pengaruh waktu dalam proses pembuatan akan sangat
mempengaruhi nilai viskositas dan nilai karakteristik lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136303-T%2023270%20Analisis%20life-
Pendahuluan.pdf

Lampiran
LAPORAN KEGIATAN SISWA SECARA BERKALA

18
NO Tanggal Dan Tempat Urain Kegiatan

1 2 Maret 2021 Tempat Smk Pengenalan Pt Cipta Visi Kencana.


Negeri 2 Banjarbaru.

2 3 Maret 2021 Tempat Smk Pengoprasikan peralatan pengolahan


Negeri 2 Banjarbaru. awal bioethanol.
•Alat

Pemarut singkong
Pemeras santan
3 4 Maret 2021 Tempat Smk Pemerasan biji – bijian.
Negeri 2 Banjarbaru.

4 8 Maret 2021 Tempat Smk Pengolahan awal biobriket


Negeri 2 Banjarbaru. Mengoprasikan mesin desel(mixer
briket).

5 12 Maret 2021 Tempat Smk Bersih – bersih.


Negeri 2 Banjarbaru.

6 18 Maret 2021 Tempat Smk Penjemuran Tempurung kelapa.


Negeri 2 Banjarbaru.

7 19 Maret 2021 Tempat Smk Penjemuran Tempurung Kelapa.


Negeri 2 Banjarbaru.

8 22 Maret 2021 Tempat Smk Mengupas Tempurung Kelapa


Negeri 2 Banjarbaru. (pengolahan awal briket).

9 23 Maret 2021 Tempat Smk Bersih – bersih.


Negeri 2 Banjarbaru. Menyetting kondensor.

10 24 Maret 2021 Tempat Smk Mengupas Tempurung Kelapa 16,4 kg.


Negeri 2 Banjarbaru.

11 24 Mei 2021 Tempat Smk Bongkar barang dan mindah barang.


Negeri 2 Banjarbaru.

12 25 Mei 2021 Tempat Smk Merakit papan Trainer.

19
Negeri 2 Banjarbaru.

13 27 Mei 2021 Tempat Smk makan Memberi Reaktor.


Negeri 2 Banjarbaru.

14 28 Mei 2021 Tempat Smk Menyusun papan Trainer.


Negeri 2 Banjarbaru.

15 31 Mei 2021 Tempat Smk Pembahasan Biogas.


Negeri 2 Banjarbaru. Teknologi Gasifikasi.
Bio briket.

16 2 Juni 2021 Tempat Smk Praktek pembahasan larutan KOH 0.51


Negeri 2 Banjarbaru. m.

17 3 Juni 2021 Tempat Smk Tes asam lemak bebas.


Negeri 2 Banjarbaru. Proses Transesterifikasi.

18 4 Juni 2021 Tempat Smk Destilasi bioethanol.


Negeri 2 Banjarbaru.

19 8 Juni 2021 Tempat Smk Mengoperasikan peralatan pembuatan


Negeri 2 Banjarbaru. Bio briket.

20 9 Juni 2021 Tempat Smk Menyetting alat Pirolisis.


Negeri 2 Banjarbaru.

21 10 Juni 2021 Tempat Smk Mengoperasikan unit Pirolisa.


Negeri 2 Banjarbaru.

22 11 Juni 2021 Tempat Smk Merakit alat Pirolisis.


Negeri 2 Banjarbaru.

23 14 Juni 2021 Tempat Smk Menghaluskam arang.


Negeri 2 Banjarbaru.

24 15 Juni Tempat Smk Negeri 2 Destilasi Bioetanol.


Banjarbaru.

25 16 Juni Tempat Smk Negeri 2 Destilasi Bioetanol 2.


Banjarbaru.

20
26 17 Juni Tempat Smk Negeri 2 Mengukur kadar alcohol.
Banjarbaru.

27 18 Juni Tempat Smk Negeri 2 Destilasi asap cair dari grade C – A.


Banjarbaru.

28 21 Juni Tempaf Smk Negeri 2 Destilasi asap cair dari grade C – A.


Banjarbaru.

21

Anda mungkin juga menyukai