Jurnal 1
Judul Agama, Etika Kerja, dan Sikap Bisnis:Studi Kasus Tentang Makna
Perilaku Bisnis Pedagang Buah Madura di Malang (Religion, Work
Ethics, and Business Attitude:
A Case Study on the Meaning of Business Behavior of
Madurese Fruits Traders in Malang).
Judul kualitatif
penelitian
Jurnal The International Journal o f Accounting and Business Society
penulis Muhammad Djakfar (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Malang)
download https://ijabs.ub.ac.id/index.php/ijabs/article/download/151/109
Volume dan Volume 16 No 2, hal 93-110
Halaman
Tahun 2011
Tanggal 17 Oktober 2019
Review
Tujuan Untuk mengetahui perilaku bisnis Orang Madura sesuai dengan
Penelitian Norma Etika di Malang. Mencoba menjelaskan bagaimana para
pedagang Madura memandang etika bisnis.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat
Penelitian alasan mengapa Orang Madura, yang dikenal memiliki etika kerja
yang tinggi dalam bisnis, seringkali dianggap nakal. Fenomena ini
penting untuk dikaji dari jalan bagaimana orang Madura
memandangnya. Dengan kata lain, penelitian ini mencoba untuk
memahami perspektif emik, dari mana dibangun ke arah perspektif
etis.
Hasil Seperti yang telah disebutkan dalam jurnal tersebut, bahwa dalam
penelitian berbisnis pedagang buah Madura dapat dibagi menjadi dua
kelompok dalam hal menafsirkan etika : kelompok pancengan dan
jujur. Kelompok pancengan tidak perduli dengan etika dalam
berbisnis, hal terpenting bagi mereka adalah untuk mendapatkan
keutungan tanpa mempertimbangkan legal atau tidaknya cara yang
mereka lakukan. Mereka mengerti pentingnya etika tetapi mereka
tidak melakukannya. Dan dampaknya adalah mereka menimbulkan
kerugian terhadap pelanggannya. Berbeda dengan kelompok
pancengan, kelompok jujur berusaha mempertahankan nilai-nilai etis
dalam melakukan bisnis. Dalam kehidupan bisnis mereka, kedua
kelompok menghadapi hal yang sama realitas eksternal tetapi entah
bagaimana kelompok yang terakhir mencoba memegang beberapa
nilai etis. paling tidak, mereka menganggap pentingnya
menyeimbangkan moralitas dan bisnis orientasi (Pratley, 1997)
karena hanya mengambil satu aspek dari orientasi itu berarti
menghancurkan aspek lain. Kelompok yang jujur bahkan tidak setuju
dengan cara tersebut kelompok pancengan lakukan dalam berbisnis.
Dengan menimbulkan kerugian pada pelanggan dan membuat
pelanggan tidak mempercayai mereka, mereka mungkin
menciptakan citra negatif menuju pedagang buah Madura, khususnya
di Malang. Menurut sejumlah pedagang seperti H. Yusuf, Nasab, H.
Syahid dan H. Abd. Hadi, yang mewakili kelompok jujur, penting
untuk mematuhi nilai-nilai etis dalam melakukan bisnis. Grup ini
mengerti dan menyadari kebermaknaan etika bisnis, termasuk
kehidupan mereka sebagai seorang Muslim. Mereka percaya bahwa
bekerja adalah bagian dari ibadah, dan itu adalah instrumen untuk
mendapatkan a hidup; oleh karena itu, keuntungan yang mereka
peroleh harus diraih dengan berkat dari Tuhan Selain itu, mereka
percaya bahwa untuk membuat penghasilan mereka terkutuk, nilai-
nilai etika bisnis harus selalu dihormati (Qardawi, 1995;
Keraf,1998). Untuk grup ini, etika adalah pedoman dan prasyarat
untuk membuat jalan sendiri hidup yang diberkati oleh Tuhan.
Meskipun kedua kelompok bisnis menghadapi kenyataan objektif
yang sama, mereka menunjukkan perilaku subyektif yang berbeda.
Pancengan gropu cenderung kurang atau kurangnya kemampuan
dalam menghadapi tantangan eksternal.
Dalam situasi yang ada (realitas objektif), mereka menghadapi
norma-norma yang sangat dihargai yang berakar dari budaya atau
agama mereka, salah satunya yang disebut baburugan karena mereka
sering tidak siap menghadapi langkah hidup jauh dari kota asal
mereka, sehingga di Malang, di mana ada arus norma yang ada harus
dihormati sebagai orang Madura dan sebagai Muslim yang baik.
Sebagai penjual buah di pasar, mereka sering berinteraksi dengan
buah-buahan lainnya penjual dan pelanggan, serta pelaku bisnis
lainnya. Selain itu, mereka juga suka berinteraksi dengan pedagang
yang sama asal non-Malang. Mereka merasakan hal itu sesuatu yang
sama, mengenai kehidupan dan nasib. Penjual buah-buahan ini juga
berinteraksi dengan para pemimpin agama mereka yang dihormati.
Kesimpulan lain yang dapat ditarik (tetapi Weber terjawab) dari
kasir pedagang buah Madura dengan etika bisnis tinggi di Malang
adalah bisnis itu pelaku dipengaruhi tidak hanya oleh doktrin yang
ditemukan dalam agama mereka, tetapi juga oleh yang lain norma-
norma seperti budaya mereka sebelumnya serta budaya baru secara
lokal. Selain itu, seperti kesadaran dan pemahaman pedagang tentang
etika bisnis juga dipromosikan karena mereka hidup di ruang di
mana agama dan budaya berbaur.