Anda di halaman 1dari 12

PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN

(BODY ALIGNTMENT, NUTRISI, ISTIRAHAT TIDUR)

Oleh:

MOHAMMAD ARIF FIRMANSYAH

NIM 18.01.020

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENANG

PARE – KEDIRI

2021
A. PENDAHULUAN
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai
dengan efektif, efisien dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan keehatan
tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem
terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik danlingkungan.
1. Input Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi
masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dansebagainya.
2. Proses Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah
hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan
kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Output Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output
pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan
terjangkau sehingga masyarakat sembuh dansehat.
4. Dampak Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi
dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan
adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematianmenurun.
5. Umpan balik Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan.
Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa
kualitas tenagakesehatan.
6. Lingkungan Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan.

B. Pengertian Nursing Health


Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
pada masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan
harus memandang pada tingkat pelayanan lesehatan yang akan diberikan,yaitu:
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan.Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan,
dansebagainya.
2. Specific Protection (perlindungan khusus)
Perlindungan khusus adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-
penyakit tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringankasus.

C. Nursing Health pada Body Aligment


Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama dan mengacu pada
posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring.
Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal,
mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara kuat dan menunjang keseimbangan.
Mekanika tubuh yang baik berawal dari postur tubuh yang tepat. Postur tubuh
yang tepat berarti terdapat keseimbangan antara kelompok otot dan bagian-bagian
tubuh dalam kesejajaran (posisi) yang baik. Postur tubuh yang benar adalah sama
dalam semua posisi berdiri, duduk dan berbaring. Postur tubuh yang baik membuat
tubuh berfungsi dengan baik dalam semua aktifitas. Postur yang benar membuat
gerakan mengangkat, menarik, dan mendorong lebihmudah. Tulang belakang
bagaikan tongat yang lentur dengan palang dekat bagian atasnya dan palang yang lain
dekat baian bawah. Otot-otot yang kuat melekatkan lengan dan kaki ke tulang
belakang. Otot-otot tulang ini berbentuk kecil. Otot-otot ini tidak mengangkat beban
berat. Tugas utama otot-otot untuk mengbengkokan punggung berbagai arah dan
menahan punggung dengan stabil, seperti jangkar kapal, sementara otot-otot kaki dan
bau melaksanakan pekerjaan berat. Untuk menghindari ketegangan otot-otot
punggung anda, bungkukkan pinggul dan lutut bila memindahkan benda. Bila anda
mengangkat beban berat, pegang erat dengan dirianda. Prinsip Body Alignment :
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewatidan base of
support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan
keseimbangan lebihbesar.
3. Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak
digunakan untuk mempertahankankeseimbangan.
4. The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik
akan menghemat energi dan mencegah kelelahanotot.
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegahketidaknyamanan otot-
otot.
6. Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa
nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
7. Karena struktur anatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus
secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individutersebut.
8. Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan
ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun
penggunaan yang kurang hati-hati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment :
1. Gravity, Gravity adalah atraksi timba balik antara tubuh danbumi.
2. Pontural refleks dan Apposing Muscles Group. Action dari otot postural yang
terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
3. Perubahan postur
4. Struktur anatomy individu yang berbeda.

Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik :

1. Berjalan Berenang Body Alignment yang baik dapat: Meningkatkan fungsi


tangan yang baik Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk
mempertahankan keseimbangan.
2. Mengurangi kelelahan Memperlyas ekspansi paru Meningkatkan sirkulasi
renal dan fungsi gastrointestinal Body alignment yang buruk dapat:
Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat
mengarah pada gangguan.
3. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan
yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.
Pengaturan posisi
1. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat
tidurnya lebih tinggi atau di naikan. Posisi ini di lakukan untuk
mempertahankan keyamanan dan memperbaiki fungsi pernafasan klain.
2. Posisi Sim
Posisi Sim adalah Posisi tidur dalam keadaan miring ke kiri miring ke kanan
posisi ini di lakukan untuk memberi keyamanan pada tubuh serta
dapatmemberikan obat melalui anus.
3. Posisi Trendelenburg
Posisi Trendelenburg adalah posisi berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Berfungsi untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
4. Posisi Dorsal Recundem
Posisi Dorsal Recundem berfungsi untuk merawat dan memeriksa genetalia
serta proses persalinan dengan bering terlentang kedua lutut ditarik atau
direnggangkan di atas tempat tidur.
5. Posisi Litotomi
Posisi litotomi berfungsi untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan
dan memasang kontrasepsi dengan dalam keadaanberbaring terlentang
kemudian mengangkat kedua paha ke arah perut tungkai bawah menghadap
90o  terhadap paha.
6. Posisi Genu pektoral
Posisi ini berfungsi untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid dengan
posisi menungging dan kedua kaki ditekuk dada menempel pada bagian alas
temapat tidur.posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan
sigmoid dalam posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada kasur tempat tidur.
7. Ambulasi dan Mobilitas
Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau
berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas,mudah,dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Masalah pada Gangguan Nutrisi
1. Obesitas
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas
normal berat badan seseorang. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak
tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap
guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang
lebih banyak dibandingkan pria.Perbandingan yang normal antara lemak
tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-
23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan
lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang
memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya
yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi
3 kelompok:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%.
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%.
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi
juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada
pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di
pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan
pada pria biasanya 12 lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan
gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang
mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita
tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
a. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.

D. Nursing Health pada Nutrisi


Peran perawat dalam membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien sangat
diperlukan. Tujuan penelitian mengidentifikasi peran perawat dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien. Makanan memiliki peranan yang sangat penting
terhadap kehidupan manusia antara lain untuk memelihara kesehatan tubuh,
perawatan penyakit, dan penyembuhan penyakit. Pasien memerlukan masukan
makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang diperlukan tubuh. Zat-zat ini disebut
nutrisi yang berfungsi membentuk dan memelihara jaringan tubuh, dan melindungi
tubuh terhadap serangan penyakit. Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan
untuk mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien guna menunjang proses penyembuhan
dan mencapai status gizi optimal. Peran Perawat sebagai Advokat dalam Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi.Peran perawat sebagai advokat dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien lebih dari 50% yaitu cukup, hal ini menunjukkan bahwa perawat
mampu memberikan diet sesuai dengan kebutuhan pasien baik jenis diet
maupunjumlahnya.
Peran Perawat sebagai Koordinator dalam Pemenuhan KebutuhanNutrisi. Peran
perawat sebagai koordinator dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
didapatkan lebih dari 50% yaitu kurang, hal ini menunjukkan adanya sikap pasif
perawat terkait dengan penentuan diet pasien. Perawat menjalankan peran sebagai
koordinator, perawat dapat melakukan hal- hal sebagai berikut: mengkoordinasi
seluruh pelayanan keperawatan, mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas,
mengembangkan sistem pelayanan keperawatan, memberikan informasi tentang hal
yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan. Peran ini
dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhanklien.
Peran Perawat sebagai Kolaborator dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. Peran
perawat sebagai kolaborator dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
didapatkan sebagian besar yaitu kurang, hal ini menunjukkan adanya sikap pasif
perawat dalam berkolaborasi dengan tim medis lain terkait penentuan diet pasien.
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien. Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Peran Perawat sebagai Konsultan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. Peran
perawat sebagai konsultan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
didapatkan sebagian besar yaitu kurang, hal ini menunjukkan perawat kurang dalam
memberikan konsultasi kepada pasien atau keluarganya. Peran konsultasi dibebankan
pada ahli gizi di ruangan. Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan. Perawat berperan dalam membantu individu untuk memahami dan
mengintegrasikan makna kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan
dorongan untuk melakukan perubahan.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan.
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapt disebabkan oleh
kurangnya informasi, sehingga dapat terjadi kesalaahan dalam pemenuhan
kebutuhan gizi.
2. Prasangka.
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang.
3. Kebiasaan.
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertantu dapat juga memengaruhi status gizi.
4. Kesukaan.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup.
5. Ekonomi.
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan
makanan yang bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga
perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain,
orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan
makanan bergizi. Sebaliknya, orang dengan status ekonomi cukup lebih
mudah untukmenyediakan makanan yang bergizi.

Peran perawat dalam pemberian nutrisi Dalam penelitian ini, perawat berpendapat
bahwa mereka menjadi manager dalam manajemen nutrisi pasien setiap hari. Perawat
melakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi resiko malnutrisi, mengawasi waktu
makan pasien, menyediakan akses masuknya makanan dan mengevaluasi makanan
yang diserap. First linedigambarkan sebagai kemandirian perawat dalam mengelola
managemen nutrisi sesuai dengan peran dan tanggungjawab profesional perawat yang
didukung dalam pernyataan perawat sebagai berikut: “ .....perawat menyediakan data
tinggi badan, berat badan untuk menentukan status nutrisi pasien.....perawat
mengevaluasi kualitas absorpsi makanan dengan megukur jumlah dan warna
residu.....” (P1) “ .....perawat mendokumentasikan keadaan umum pasien, tinggi
badan, berat badan dan lingkar lengan atas setiap hari dalam catatan
keperawatan.....”(P3) “ .....kami mengevaluasi dengan menghitung balance cairan,
warna konjungtiva, elastisitas turgor kulit, menimbang berat badan dan lingkar lengan
atas.....”(P2) “ .....saya harus memastikan pasien makan sesuai waktu misalnya makan
pagi, snack, makan siang dan makan malam.......perawat juga menyediakan akses
pemberian makanan melalui Naso Gastric Tube (NGT) atau melalui intravena sesuai
advist dokter ....”(P2).
Memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan Perawat menganggap
penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung supaya pasien dapat
beradaptasi ketika kontak dengan makanan baru. Perawat fokus pada kenyamanan
pasien selama pemberian makan, perawat meminimalisir lingkungan yang
mengganggu saat makan dan mendorong partisipasi keluarga dalam pemberian
makan. “.....perawat memastikan jika makanan yang dikonsumsi tidak membuat mual
atau sampai muntah.....” (P1) “ .....kami melakukannya rutin seperti biasa memelihara
perawatan diri pasien seperti memandikan agar tubuh tubuh segar, pemeliharaan
kebersihan setelah toileting..... pasien merasa senyaman mungkin..... ” (P2) “
.....sebelum diberi makan bisa memposisikan semi fowler agar tidak aspirasi jika
makan lewat NGT......menyiapkan meja dan menyingkirkan peralatan yang
mengganggu selera makan misalnya urinal atau bedpan di jauhkan.....”(P3) “
.....perawat dapat mengajarkan kepada keluarga bagaimana cara memberikan makan
yang baik dan benar.....meminta bantuan keluarga agar pasien lebih nyaman dan tidak
risih atau malu.....”(P4).

Perawat sebagai first line dalam dukungan nutrisi First line didefinisikan sebagai
manager bagi profesional perawat perawat,sebagai first lineperawat memiliki otonomi
dalam mengelola nutrisi pasien setiap harinya. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan
bahwa“ .....perawat harus memiliki antusiasme sebagai manajer first line yang
memiliki keistimewaan dengan pengetahuan sebagai dasar mengambil keputusan
dalam merawat serta bertangungjawab....” (Traav Malin Karlberg, 2018).
Sebuah pendapat yang menekankan tangggungjawab seorang perawat dalam
pengambilan keputusan untuk mengelola nutrisi pasien. Kemampuan pengambilan
keputusan dalam pengelolaan nutrisi biasanya dilakukan oleh register nurses yang
telah dibekali pengetahuan dan memiliki pengalaman mengelola nutrisi.Pendapat lain
diungkapkan oleh Bloomer mengenaitugas perawat sebagaicare, maintenance dan
manajemen selama proses mengelola nutrisi pasien. Pernyataan ini didukung dalam
penelitian Bloomer yang berpendapat bahwa “.....perawat memastikan pasien
mendapatkan makanan kurang dari 24 jam pertama dirawat.....memasang NGT,
memulai pemberian makan, memonitoring makanan yang diserap serta memantau
target nutrisi.....memaksimalkan penyerapan makanan bersamaan dengan proses titrasi
obat-obatan seperti sedasi yang mempengaruhi fungsi absorpsi usus.....”(Bloomer
Melissa J, 2017). Pendapat Bloomer menyempurnakan pemahaman perawat sebagai
first line dalam mengelola nutrisi, bahwa tugas perawat sangat kompleks sesuai
dengan dasar pemikiran bahwa kebutuhan nutrisi meliputi kemampuan memasukan,
mencerna, mengabsopsi serta menghantarkan zat nutrien sampai menghasilkan energi
(Tappenden et al., 2013).
Perawat memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan Setiap
individu memiliki makanan kesukaan, cara mengolah makanan dan kebiasaan yang
berbeda-beda. Makanan dirumah sakit seringnya membuat pasien stres karena tidak
terbiasa dan membuat nafsu makan pasien berkurang ditambah lagi proses penyakit
yang dapat mempengaruhi fungsi pencernaan. Pasien kritis memiliki proses
penyembuhan yang kompleks karena proses penyakit yang membutuhkan banyak
energi untuk mempertahankan hemodinamik. Tujuan perawat dalam mengelola nutrisi
pasien kritis adalah target nutrisi tercapai yang meliputi kualitas dan kuantitas.
Perawat berusaha memodifikasi lingkungan untuk mendukung asupan makan.
Pernyataan ini Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 109-116, Agustus 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah 113 didukung oleh Dickinson
dalam penelitiannya yang menyatakan “....ketika saya tidak bisa memotong makanan,
perawat akan membantu saya....tapi saya masih memiliki hak diriku sendiri dan tidak
mengganggu siapa pun.....saya pikir bagus bila perawat benar-benar menunggu
saya....saya terbiasa menunggu perawat hadir didepan saya dan itu terasa indah.....”
(Dickinson Angela, 2008).
Pernyataan pasien ini menunjukan bahwa mereka menikmati kehadiran perawat
dan memberi rasa nyaman dan bahagia, sebuah perasaan yang kental akan keterikatan
emosi antara perawat dan pasien akan menciptakan kepercayaan antara perawat dan
pasien. Kepercayaan ini akan mendukung tujuan perawat untuk mencapai target
nutrisi yang diinginkan (Laur Celia, 2017).
Selain itu, perawat juga berpendapat bahwa menciptakan lingkungan untuk
mendukung pasien makan adalah dengan melibatkan keluarga. Pernyataan ini
dituliskan dalam penelitian “...saya berpikir keluarga memiliki peran penting, mereka
mengatakan apa yang mereka inginkan dan apa yang tidak... saya mengamati bahwa
itu berhasil ketika mereka memberi minum kepada pasien ...ayolah....ini baik untuk
kamu...dan kamu tahu mereka mencoba melakukannya ketika anaknya yang
memberikan.....”. Keluarga merupakan sosok yang memiliki kedekatan emosi dengan
pasien sehingga membangun semangat pasien untuk makan. Oleh karena itu, perawat
perlu mengajarkan kepada keluarga bagaimana cara memberikan makan dan minum
yang aman pada pasien kritis (Maree, 2011).

E. Nursing Health pada istirahat tidur


Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan.
Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk
atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai
pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan
istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat
dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.Tidur
merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan
ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat
teratur,silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan,
(Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu
memperbaiki system tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana
terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan
keadaan terjaga. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
istirahattidur:
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalahtidur.
2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal mengganggutidur.
3. Anjurkan pasien tidur saatmengantuk
4. Membuat pasien untuk memicutidur.
5. Menigkatkan aktivitas pada sianghari.
6. memberikan diazepam dalam tindakanpengobatan.
7. Mengurangi potensial cedera sebelumtidur.
8. Memberi pendidikan kesehatan danrujukan.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa factor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlahistirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan factor yang dapat
memengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
1. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh
infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan,
sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk
mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang
tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energy yang telah dikeluarkan. Hal tersebut
terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai
kelelahan. Dengan demikian, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur
karena tahap tidur gelombang lambatnya ( NREM ) diperpendek.
3. Stres Psikologis
Kondisi stress psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa.
Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan
sehingga sulit untuk tidur.
4. Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
mempengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat menekan REM; kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk
tidur; golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan
golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi
protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan. Triptofan merupakan asam
amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak aman
dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan
sehingga memengaruhi proses tidur.
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

Gangguan / Masalah Kebutuhan Tidur


1. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu
mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia
terbagi atas tiga jenis, yaitu inisial insomnia, intermiten insomnia, dan terminal
insomnia. Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh
tidur atau mengawali tidur. Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan
tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari sedangkan terminal
insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun
tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar
disebabkan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
2. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada
umumnya, lebih dari 9 jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan
adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat,
ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
3. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur. Misalnya, somnambulisme ( berjalan-jalan dalam tidur ) yang
banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
Somnambulisme ini dapat menyebabkan cidera.
4. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau
disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresis ada dua macam, yaitu
enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan
mengompol pada waktu tidur. Umumnya, enuresis nocturnal terjadi sebagai
gangguan tidur NREM. Sedangkan enuresis diurnal merupakan mengompol
pada saat bangun tidur.
5. Apnea Tidur dan Mendengkur
Pada umumnya, mendengkur tidak termasuk gangguan dalam tidur, tetapi
mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah.
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara
dihidung dan mulut pada waktu tidur. Rintangan tersebut seperti adanya
adenoid, amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya
apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan henti
napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah dapat menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan. Seperti
saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau
ditengah suatu pembicaraan. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
7. Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan
diluar kebiasaan menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur berkurang
sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh ( perbaikan sel ) dan
dapat mudah menyebabkan masalah psikologis. Hasil pengamatan dapat
menunjukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum
tidur REM.

Gangguan pola tidur secara umum.

Suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan


jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
menganggu gaya hidup yang diinginkan ( carpenito 1995 ). Gangguan ini terlihat pada
pasien menunjukkan perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di daerah sekitar mata,kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah – pecah, sakit kepala, serta sering menguap atau mengantuk.
Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain adalah kerusakan transport oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada
kaki,takut operasi ,terganggu oleh kawan sekamar,dan lain-lain.

F. Penutup
Kesimpulan Peran perawat dapat disimpulkan bahwa: peran perawat dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien yaitu kurang yang meliputi peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran perawat sebagai edukator, peran perawat
sebagai koordinator, peran perawat sebagai kolaborator, dan peran perawat sebagai
konsultan, sedangkan peran perawat yang cukup dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
yaitu peran perawat sebagai advokat dan peran perawat sebagai pembaharu.Sebagai
pemenuhan kebutuhan tidur dan postur tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat, A.Azis.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik,

Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba

Medika

Alimul ,Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Potter and perry volume 2. 2006. Fundamental of Nursing . Jakarta : EGC.

Alimul H, A Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama

Depkes RI. Penuhi Kebutuhan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Fauziyah, Anny. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi

Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat

Wanita Pranikah Tahun 2012 [Tesis]. Depok; 2012.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Direktorat Jenderal bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Pedoman

Umum Gizi Seimbang (PUGS) panduan untuk petugas. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2003.

Anda mungkin juga menyukai