Anda di halaman 1dari 26

BAB VIII

PEMERATAAN ULANG PENDAPATAN : KONSEP MENDASAR

A. KOMPETENSI INTI
Setelah melakukan pembelajaran terhadap BAB VIII secara menyeluruh, diharapkan
Siswa dapat memahami dan menganalisis Pemerataan Ulang Pendapatan.

B. KOMPETENSI DASAR
1. Diharapkan siswa mampu memahami dan menganalisis mengenai Konsep Dasar dari
Pemerataan Ulang Pendapatan dan Kebijakannya.
2. Diharapkan siswa mampu memahami dan menganalisis mengenai Kriteria Maximin
dan Pemerataan Ulang Pendapatan Pareto Efisien.
3. Diharapkan siswa mampu memahami dan menganalisis bagaimana Masalah
Pengukuran Laba.
4. Diharapkan siswa mampu memahami dan menganalisis mengenai Barang Publik dan
Menilai Transfer selain Uang.

C. MATERI

PEMERATAAN ULANG PENDAPATAN : KONSEP MENDASAR

Pada umumnya, peran pemerintah termasuk pada pengambilan uang dari suatu
golongan masyarakat dan memberikannya kepada masyarakat lain. Saat anggapan Voltaire
dianggap berlebihan, yaitu bahwa sebenarnya dasar politik memiliki kesimpulan dalam hal
pemerataan pendapatan. Ketika anggapan itu belum jelas, pertanyaan mengenai siapa yang
akan diuntungkan dan dirugikan tersembunyi pada latar belakang kebanyakan debat politik.
Bab ini menyajikan suatu rencana kerja untuk memikirkan mengenai aspek norma dan aspek
positif dari politik perubahan pemerataan pendapatan oleh pemerintah. Bab selanjutnya
penggunaan rencana kerja tersebut untuk menganalisis program pemerintah dalam
menyelamatkan pendapatan masyarakat miskin.

Pada awalnya tidak semua orang setuju bahwa ahli ekonomi harus memikirkan efek
dari pemerataan pada analisis politik. Faham tersebut “membenarkan” bahwa pemerataan
pendapatan adalah nilai keadilan dan tidak ada “ilmu” yang membahas mengenai cara untuk
menyelesaikan perbedaan-perbedaan dalam masalah etika. Oleh karena itu, perdebatan yang
mendiskusikan mengenai pemerataan merupakan kesalahan pada objektifitas ekonomi dan
para ahli ekonomi harus membatasi diri mereka hanya untuk menganalisis pengaruh
keefisienan dari dasar-dasar sosial.

163
Perihal ini mempunyai dua masalah, pertama sebagai pengutamaan pada bab 4 yaitu
teori kesejahteraan ekonomi yang mengindikasikan bahwa keefisienannya tidak bisa
digunakan untuk menyatakan kelayakan dari situasi yang telah terjadi. kriteria lain bahwa
efisiensi harus merujuk pada pertanyaan-pertanyaan yang termasuk membandingkan
alternatif anggaran sumber daya. Tentu saja itu dapat dinyatakan bahwa tidak hanya masalah
efisiensi, namun merupakan nilai dari keadilan itu sendiri.

Sebagai tambahan, pembuat keputusan memperhatikan kesimpulan dari politik


pemerataan ini. Jika para ekonom tidak memperhatikan pemerataan, maka kemudian
pengamat politik tidak akan memperhatikan para ekonom. Pengamat politik boleh
sedemikian fokus hanya pada pemerataan saja dan tidak menuangkan perhatian seluruhnya
terhadap efisiensi. Ekonom yang secara sistematis memasukkan pemerataan kedalam
perhitungan dapat menjadikan pengamat politik sadar akan efisiensi dan dasar-dasar
pemerataan. Pada akhirnya meskipun telah terlatih dalam ekonomi pasti tidak
mempertimbangkan kemampuan yang lebih baik dalam merancang etika keadilan. Ekonom
hanya berkemampuan dalam menentukan kesimpulan dari alternatif penetapan nilai dan
mengukur biaya-biaya dari pencapaian bermacam-macam tujuan etika.

Pertanyaan yang berkaitan apakah pemerintah harus terlibat dalam merubah


pemerataan pendapatan. Seperti pada bab 1, beberapa tradisi penting filosofi politik
menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memainkan aturan pemerataan ulang.
Bagaimanapun, paling minimal pemerintah dapat menggambarkan pengaruh pemerataan
pendapatan. Sebagai contoh, ketika pemerintah membeli bahan untuk barang publik,
beberapa perusahaan menerima kontrak itu dan yang lainnya tidak ; sepertinya perusahaan
pemenang itu menikmati tambahan pendapatan melalui penerimaan kontrak tersebut. Pada
umumnya kegiatan perpajakan dan pembelanjaan pemerintah adalah bentuk perubahan
pemerataan pendapatan yang nyata. Dasar pemerataan adalah bagian dari fungsi pemerintah.

Pemerataan Pendapatan

Untuk memulai, dapat diambil beberapa faham yang menghadirkan pemerataan


pendapatan seperti pada kenyataannya. Tabel 8.1 memperlihatkan pemerataan pendapatan di
Amerika Serikat selama beberapa tahun sejak perang dunia ke II. Perhitungan pada tabel ini
termasuk pemindahan kas dari pemerintah, tapi tidak termasuk pemindahan pembayaran
secara individu pada barang atau jasa. Tabel ini menyatakan banyaknya hal yang tidak
bersamaan. Pada tahun 1989, orang terkaya dari populasi menerima hampir 45% dari total
pendapatan sedangkan pembagian dari orang termiskin kurang dari 5% . Tabel ini juga
menyatakan bahwa pemerataan pendapatan memerlukan banyak waktu, meskipun pada
tahun berjalan terdapat penambahan yang tidak sama sebagai ukuran pada data-data itu.
Pembagian pendapatan keluarga terkaya pada 1989 merupakan angka tertinggi yang pernah
ada; pembagian kepada keluarga termiskin dengan angka terendah yang pernah ada.

Beberapa kualifikasi sangat penting yang harus diingat yaitu mengartikan perubahan
data resmi dari pendapatan. Mengulang kembali pengukuran data sebelum pajak pendapatan
rumah tangga diberlakukan, sehingga perubahan-perubahan itu terbebankan kepada pajak,

164
bantuan ekonomi berupa sumber non keuangan, atau komposisi rumah tangga dapat
cenderung memeratakan sumber daya nyata yang tidak boleh terlalu ditonjolkan.

Tabel 8.1 pemerataan pendapatan diantara keluarga-keluarga

Persentase Pembagian

Golonga
Golongan
Golongan Golongan Golongan n 5 persenan
Tahu Terendah Terendah Menenga Menengah
n 1 2 h 2 Tertinggi Tertinggi
1947 5.0% 11.9% 17.0% 23.1% 43.0% 17.5%
1952 4.9 12.3 17.4 23.4 41.9 17.4
1957 5.1 12.7 18.1 23.8 40.4 15.6
1962 5.0 12.1 17.6 24.0 41.3 15.7
1967 5.5 12.4 17.9 23.9 40.4 15.2
1972 5.4 11.9 17.5 23.9 41.4 15.9
1977 5.2 11.6 17.5 24.2 41.5 15.7
1981 5.0 11.3 17.4 24.4 41.9 15.4
1984 4.7 11.0 17.0 24.4 42.9 16.0
1989 4.6 10.6 16.5 23.7 44.6 17.9
SUMBER : Kantor Sensus Amerika Serikat, “Laporan Populasi Penduduk”

Sebagai contoh pajak pendapatan untuk sebagian besar pekerja miskin, kecuali
Sekuritas Sosial mendaftarkan pembayaran pajak. Ketika keduanya dipengaruhi kekuatan
pembelian oleh si miskin, perubahan-perubahan tersebut tidak dimasukkan kedalam akun di
data. Tidak dimasukkannya data tersebut termasuk nilai manfaat Sekuritas Sosial masa depan
yang pembayaran pajaknya didaftarkan oleh masyarakat yang telah diberi hak atas itu.
Sebagai tambahan sumber penerimaan selain uang, transfer selain uang dari pemerintah
seperti pelayanan kesehatan yang bertambah pada tahun berjalan. Di lain sisi, keutamaan
sumber daya selain uang adalah nilai dari keluangan waktu untuk rumah tangga; tim
pembentuk data menghilangkan perbedaan-perbedaan penting pada tingkatan sumber
ekonomi yang telah tersedia untuk keluarga dengan orang tua tunggal vs dengan orang tua
lengkap dan diantara keluarga dengan kedua orang tua bekerja vs keluarga dengan satu orang
tua yang bekerja. Akhirnya, pendapatan sering dibagi antara 1 dengan yang lainnya didalam
rumah tangga. Perubahan dalam akhir urutan atau secara alami dari yang muda atau lebih
dewasa kedalam ruang lingkup rumah tangga mereka sendiri, sebagai contoh semua memiliki
pengaruh secara tidak langsung melalui pemerataan pendapatan. Kita membahas ini dan
masalah yang berkaitan dengan itu pada perhitungan pendapatan selanjutnya di bab ini.

Cara lain untuk memperoleh kekuatan masalah-masalah yang dihubungkan dengan


pemerataan pendapatan adalah mengkalkulasikan jumlah penduduk diantara garis
kemiskinan, tingkatan tetap dari pendapatan yang nyata tergantung kecukupan untuk
menyediakan kepuasan hidup secara minimal. Saat ada beberapa pemilihan secara jelas
dalam kesimpulan kepuasan, gagasan garis kemiskinan dapat digunakan sebagai suatu
standar yang berguna.

165
Tabel 8.2 Siapa yang miskin ? (1989)

Tingkat
Kelompok
Kemiskinan
Semua orang 12.8%
Kulit putih 10.0
Kulit hitam 30.7
Asli Spanyol 26.2
Dibawah 15 tahun 19.6
65 tahun keatas 11.4
Ibu rumah tangga, tidak
bersuami 32.2
SUMBER : Kantor Sensus Amerika Serikat,”Pendapatan Uang dan Status Kemiskinan Keluarga dan
Masyarakat di Amerika Serikat,

Tabel 8.3 Tingkat Kemiskinan

Tingkat
Tahun
Kemiskinan
1959 22.4%
1960 22.2
1965 17.3
1970 12.6
1973 11.1
1976 11.8
1979 11.7
1982 15.0
1985 14.0
1989 12.8
SUMBER : Kantor Sensus Amerika Serikat,”Laporan Populasi Penduduk”

Garis kemiskinan pada satu dari empat keluarga pada tahun 1989 adalah $12,675;
pada tahun yang sama , penghasilan rata-rata kelas diatas menengah dan dibawah menengah
adalah $32,640. Pada tahun 1989, 31,5 juta orang masih berada dibawah garis kemiskinan,
12,8% dari populasi [Kementerian Perdagangan Amerika Serikat,1990]

Tabel 8.2 menunjukkan pertumbuhan penduduk yang berada dibawah garis


kemiskinan untuk kelompok demografis. Kemiskinan sangat meluas dikalangan ibu rumah
tangga-tidak bersuami yaitu 32% yang berada dibawah garis kemiskinan. Orang-orang
berkulit hitam dan penduduk asli bangsa Spanyol juga memiliki tingkat kemiskinan secara
substansial dalam pertumbuhan populasi secara keseluruhan.

Tabel 8.3 menunjukkan perubahan tingkat kemiskinan dari waktu ke waktu. Angka
menunjukkan bahwa kemiskinan di Amerika Serikat jauh lebih rendah daripada 3 dekade
yang lalu. Namun, tidak selamanya terus menurun sejak tahun 1970. Angka kemiskinan lebih
rendah daripada tahun 1980.

166
Kalau kita renungkan kembali, kebijakan dapat mengurangi kemiskinan, hal ini dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh populasi yang masih berada dibawah garis
kemiskinan. Kesenjangan kemiskinan akan menjadi ukuran seberapa banyak pendapatan
yang ditransfer kepada populasi kemiskinan untuk setiap rumah tangga dibawah garis
kemiskinan (dengan asumsi bahwa transfer tidak mempengaruhi usaha kerja bagi penerima).
Pada tahun 1989 kesenjangan kemiskinan sebanyak $54,3 milliar [Pusat Anggaran dan
Prioritas Politik,1990,p. 7].

Pertanyaan tentang mengapa ada kesenjangan yang besar dalam pendapatan


menempati posisi paling utama dalam ekonomi dan jauh dari kepastian. Di Amerika Serikat,
alasan terpenting pada ketidaksetaraan pendapatan keluarga adalah perbedaan gaji dan upah
oleh kepala keluarga. Perbedaan-perbedaan pada nilai tambah dari pendapatan
(bunga,dividen, dan lain-lain) perhitungannya hanya sekitar 10% dari ketidaksetaraan [1985].
Sementara sangat penting, penelitian ini tidak menjelaskan ketidaksetaraan pendapatan- satu
masih harus menjelaskan perbedaan yang besar dalam pendapatan. Penghasilan yang diterima
tergantung pada barangnya seperti kekuatan fisik, kecerdasan, usaha, kesehatan, pendidikan,
keputusan perkawinan, diskriminasi ras dan seks, adanya program kesejahteraan umum, dan
kesuksesan. Tidak ada item yang dapat menjelaskan setiap kasus kemiskinan, seperti yang
kita lihat sebelumnya, fakta ini telah mengganggu upaya untuk merumuskan kebijakan-
kebijakan yang masuk akal untuk memeratakan ulang pendapatan.

Kebijakan Untuk Pemerataan Ulang Pendapatan

Sebagaimana yang telah kita lihat, tidak ada keraguan bahwa pendapatan yang
didistribusikan tidaklah sama. Tetapi ada banyak kontroversi mengenai apakah pemerintah
membenarkan kebijakan dalam usaha untuk mengubah pemerataan. Bagian ini membahas
tentang beberapa perbedaan pandangan apakah pemerintah harus memeratakan ulang
pendapatan, dan, jika, untuk memperluas.

Secara umum kesejahteraan ekonomi berpendapat bahwa kesejahteraan masyarakat


ditentukan oleh seberapa baik para anggotanya. Jika terdapat n individu dalam masyarakat
dan ith utilitas individu adalah Ui, kemudian kesejahteraan sosial W, adalah beberapa fungsi
F () adalah utilitas individu.

W = F (U1, U2, . . . ., Un). (8.1)

Persamaan (8.1) terkadang menunjukkan fungsi utilitarian kesejahteraan sosial karena


fungsi tersebut berhubungan dengan para filsuf utilitarian sosial dari abad ke 19. Hal ini
diasumsikan dalam peningkatan Uis, hal lainnya juga meningkatkan W. Perubahan yang
membuat seseorang baik menjadi lebih baik tanpa membuat seseorang lebih buruk dalam
peningkatan kesejahteraan sosial.

Apakah manfaat pendapat mengenai pemerintahan yang harus melakukan pembagian


ulang pendapatan? Jawabannya mudah – membagi ulang pendapatan selama kebijakan itu
berlaku penambahan W. Untuk memperoleh saran yang lebih spesifik, dapat digunakan
dengan memasukkan pada persamaan (8.1) :

167
W = U1 + U2 + . . . + UN (8.2)

Kesejahteraan disini semata-mata untuk kepentingan individu. Ini merujuk ulang pada
sebuah bagian fungsi tambahan kesejahteraan masyarakat. Anggapan pemerintah
bertujuan untuk memaksimalkan nilai W yang diberikan pada persamaan (8.2) .
Kesejahteraan sosial itu sendiri berfungsi untuk memberitahukan pada kita sedikit tentang
kesesuaian mengenai pembagian kebijakan pemerintah. Jika sedikit anggapan yang dibuat,
maka kekuatan hasil akan dicapai. Asumsi itu adalah :

1. Masyarakat identik menggunakan fungsi layanan umum yang terdapat pada tingkat
pendapatan mereka.
2. Fungsi utilitas memperlihatkan pengurangan utilitas marjinal dari pendapatan –
sebagai individu yang berharap pendapatannya meningkat, mereka menjadi lebih baik
tetapi tidak semua dari mereka yang mendapatkannya.
3. Total jumlah pendapatan yang tersedia adalah tetap.

Dengan menggunakan asumsi dan fungsi tambahan kesejahteraan masyarakat pada


persamaan (8.2), pemerintah harus meratakan pendapatan sehingga diperoleh gaji yang
sempurna. Untuk membuktikannya, anggap bahwa warga terdiri dari 2 orang, Peter dan Paul.
(ini untuk mempermudah pernyataan untuk hal dimana mereka seolah-olah masyarakatnya).

Pada gambar (8.1) jarak horizontal OO’ mencakup jumlah total pendapatan
masyarakat yang tersedia. Pendapatan Paul mencakup standar sebelah kanan pada titik O;
pendapatan Peter mencakup standar kiri titik O’ . Dan karena itu, titik sepanjang OO’
menyajikan beberapa pemerataan atau distribusi antara Paul dan Peter. Masalah itu adalah
untuk menemukan titik “terbaik”.

Utilitas marjinal dari pendapatan Paul adalah vertikal dimulai dari titik O. Sesuai
anggapan 2, daftar itu menghubungkan utilitas marjinal pendapatan Paul kepada tingkat
pendapatan yang mengarah kebawah. Ini dinamakan MUPaul pada gambar 8.1 . Utilitas
marjinal pendapatan Peter adalah vertikal dimulai dari titik O’ . Utilitas marjinal
pendapatannya dinamakan MUPeter . (ingat bahwa pergeseran sumbu kekanan horizontal
menunjukkan bertambahnya pendapatan Peter). Karena Peter dan Paul memiliki fungsi
utilitas yang identik, MUPeter adalah cerminan dari MUPaul .

Asumsi bahwa pendapatan Paul adalah Oa dan Peter adalah O’a . Tingginya
kemungkinan kesejahteraan masyarakat , atau dapat diperhitungkan utilitas bertambah jika
pendapatan dibagikan ulang antara Paul dan Peter? Coba diperkirakan bahwa dolar ab
diambil dari Peter dan diberikan untuk Paul. Jelas ini akan membuat keuangan Peter semakin
buruk dan Paul semakin baik. Bagaimanapun, pertanyaan pentingnya adalah apa yang terjadi
pada jumlah utilitas mereka. Karena Peter lebih kaya daripada Paul, berkurangnya utilitas
Peter lebih kecil daripada keuntungan Paul, sehingga total utilitas mereka meningkat.

Gambar 8.1 Model Pemerataan Pendapatan secara optimal

Utilitas Marjinal Paul Utilitas Marjinal Peter

168
e

MUPeter d MUPaul c

O a b I* O’

Pendapatan Paul Pendapatan Peter

Secara geometri, daerah bawah utilitas marjinal pendapatan setiap orang berubah pada
utilitasnya dipengaruhi oleh perubahan pendapatan. Membagikan dolar ab kepada Paul
meningkatkan utilitasnya di titik abfe . Pengambilan dolar ab dari Peter menurunkan
utilitasnya di titik abdc. Jumlah utilitas mereka meningkat melalui cefd.

Alasan yang sama menyatakan bahwa pendapatan selama pendapatan tidak setara,
utilitas marjinal akan tidak setara, dan jumlah utilitas dapat ditingkatkan melalui pemerataan
pendapatan kepada individu yang lebih miskin. Hanya pada titik I*, dimana pendapatan dan
utilitas marjinal sebanding, kesejahteraan sosial termaksimalkan. Pendapatan yang sebanding
harus diwujudkan.

Kesimpulan dari hasil ini adalah pengambilan keputusan, jadi dibalik asumsi-asumsi
ini diperlukan penelitian dengan penuh perhatian.

Asumsi 1 : keabsahan asumsi bahwa masyarakat memiliki fungsi-fungsi utilitas yang identik
adalah dasar yang tidak mungkin untuk ditetapkan. Secara sederhana tidak dapat diketahui
apakah masyarakat memiliki jumlah kepuasan yang sama dalam mengkonsumsi barang,
karena kepuasan tidak dapat dihitung secara objektif. Ada dua kemungkinan yang
mendasarkan asumsi itu. Pertama, meskipun tidak dapat dibuktikan bahwa masyarakat
memperoleh utilitas yang sama dari jumlah pendapatan yang sebanding, inilah alasan yang
dapat ditebak. Setelah semua diketahui, jika masyarakat pada umumnya tidak melakukan
perubahan yang besar pada karakteristik penelitian –berat,tinggi, dan mengapa fungsi utilitas
mereka akan berbeda ? . Kedua, salah satu asumsi dapat diartikan bukan sebagai penjelasan
psikologi tetapi sebagai etika. Khususnya, pada rencana pemerataan kesejahteraan,
pemerintah harus bertindak jika semua masyarakat mempunyai fungsi utilitas yang sama,
apakah mereka melakukannya atau tidak. Secara jelas, tidak ada pernyataan yang akan
meyakinkan orang yang ragu, dan asumsi yang meninggalkan masalah.

Asumsi 2 : teknik yang lebih, tapi sama pentingnya dengan memperhatikan keberatan asumsi
dari pengurangan utilitas marjinal pada pendapatan. Ketika itu bias menjadi utilitas marjinal
yang telah diberikan barang mengurangi konsumsinya, belum jelas apakah ini benar untuk

169
seluruh pendapatan. Gambar 8.1 hasil berubah secara drastic jika utilitas marjinal dari urutan
pendapatan gagal untuk diarahkan kebawah. Menganggap bahwa utilitas marjinal dari
pendapatan adalah konstan pada semua tingkat pendapatan. Kemudian MUPeter dan MUPaul
disajikan dengan sebuah garis horizontal yang sama. Kapanpun dolar diambil dari Peter,
besar pengurangan utilitasnya sama dengan keuntungan Paul. Demikianlah, nilai dari jumlah
utilitas mereka adalah terlepas dari pemerataan pendapatan. Pemerintah mendistribusikan
kembali keuangan yang tidak dapat merubah kesejahteraan sosial.

Asumsi 3 : dari asumsi ini, total jumlah pendapatan pada masyarakat, jarak OO’ adalah tetap.
Ukuran pada kurva tidak berubah ketika pemerintah mendistribusikan kembali bagiannya.
Bagaimanapun, utilitas masyarakat tidak bergantung hanya pada pendapatan namun juga
pada waktu luang. Tiap-tiap orang memilih seberapa banyak waktu luang yang diserahkan
(untuk bekerja) untuk memaksimalkan utilitasnya. Pajak dan subsidi dibuat untuk meratakan
ulang pendapatan yang umumnya merubah keputusan bekerja masyarakat dan mengurangi
total pendapatan riil. Demikianlah, suatu masyarakat yang bertujuan untuk memaksimalkan
jumlah utilitas menghadapi sebuah dilemma yang tak terelakkan. Pada satu sisi, itu lebih baik
untuk menyetarakan pemerataan pendapatan. Bagaimanapun, dalam proses pengerjaannya,
itu mengurangi jumlah total dari pendapatan yang tersedia. Pemerataan pendapatan yang
optimal harus dimasukkan kedalam akun biaya (berkurangnya pendapatan riil) dari
pencapaian penyetaraan yang lebih. Beberapa pengajaran menyarankan bahwa biaya-biaya
ini cukup substansial. Charles Ballard [1985] menaksirkan bahwa tiap dolar meningkat dalam
pendapatan dibawah 20% dari pemerataan pendapatan membutuhkan pengurangan dari $1.40
hingga $1.90 dalam pendapatan diatas 20%. Bagaimanapun juga, penelitian pada topik ini
masih berada pada tingkat perkembangan. Demikian, bahkan jika kita sedang akan menerima
asumsi dari fungsi utilitas yang sama, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
pemerintah mendistribusikan keuangan harus menghasilkan kesetaraan yang lengkap.
Jawabannya tergantung pada metode-metode yang digunakan untuk mendistribusikan ulang
pendapatan dan pengaruhnya pada tingkah laku masyarakat.

Kriteria Maksimin

Didalam kerangka kerja utilitas, bentuk dari fungsi kesejahteraan sosial memainkan
peranan penting dalam menentukan distribusi keuangan ulang pemerintahan yang tepat.
Sejauh ini, kita telah menguji penambahan fungsi kesejahteraan sosial yang sederhana dari
persamaan (8.2), yang menurut masyarakat adalah kesamaan pada pemerataan utilitas. Jika
satu unit dari utilitas (atau “util”) diambil dari satu individu dan diberikan ke yang lain,
jumlah utilitas tidak dirubah, dan menurut definisi juga merupakan tingkatan kesejahteraan
sosial.

Jenis lain dari fungsi utilitas kesejahteraan sosial tidak membawa penjelasan ini, dan itu
menghasilkan perbedaan aturan keuangan. Fungsi kesejahteraan sosial :

W = Minimum (U1, U2, . . . . , Un) (8.3)

170
Menurut persamaan (8.3), kesejahteraan sosial bergantung hanya pada utilitas orang
yang memiliki utilitas terendah. Objektif sosial ini sering disebut kriteria maksimin karena
objektif adalah untuk memaksimalkan utilitas seseorang dengan meminimalkan utilitas.
Kriteria maksimin menyatakan bahwa pemerataan pendapatan harus sama secara sempurna,
kecuali pada tingkat itu persamaan meningkatkan kesejahteraan dari orang yang lebih buruk.
Membandingkan suatu masyarakat dengan seseorang yang kaya, Peter, yang mempekerjakan
seseorang yang miskin, Paul. Bagaimanapun, ketika Peter terkena pajak, ia mengurangi
produksi dan menguntungkan Paul. Lebih dari itu, pendapatan yang Paul terima dari
pemerintah adalah lebih sedikit daripada kurangnya penghasilan dari pekerjaannya. Dalam
hipotesis ekonomi, kepuasan dari kriteria maksimin masih membantu untuk perbedaan
pendapatan.

Kriteria maksimin mendapatkan perhatian yang dapat dibandingkan, secara prinsip


karena filsuf John Rawl [1971] menegaskan bahwa kriteria maksimin memiliki tuntutan
khusus pada keabsahan etika. Pendapat Rawls menyandarkan pada gagasannya posisi asli,
sebuah situasi khayal dimana orang-orang tidak memiliki pengetahuan untuk apa tempat
mereka dimasyarakat. Karena dari ketidaktahuan sebagai apa mereka akan kaya atau miskin,
Rawls percaya bahwa itu pada posisi asli, pendapat masyarakat memperhatikan tujuan
pemerataan adalah tidak memihak dan adil. Rawls kemudian berpendapat bahwa pada posisi
asli, masyarakat mengadopsi fungsi kesejahteraan sosial maksimin karena dari asuransi itu
menyediakan pelayanan terhadap kecelakaan. Masyarakat menganggap bahwa mereka boleh
mengakhiri dibawah pemerataan pendapatan, dan oleh karena itu menginginkan tingkat
dibawah setinggi mungkin.

Analisis Rawls telah menaikkan kontroversi yang dapat dibandingkan. Satu persoalan
penting apakah keputusan-keputusan yang akan masyarakat buat pada hipotesis posisi asli
memiliki hak unggul pada keabsahan etika. Mengapa ketidaksopanan dan keegoisan
memandang bahwa masyarakat memiliki posisi asli yang memberikan khusus moral yang
berarti? Selanjutnya, mengakui pandangan Rawls pada keabsahan etika dari posisi asli, ini
tidak membuktikan bahwa kepentingan diri secara rasional akan memimpin kepada kriteria
maksimin. Pembuat keputusan Rawls sangat menentang resiko yang tidak mereka inginkan
untuk mengambil setiap kesempatan apapun. Bagaimanapun juga, masyarakat mungkin ingin
menerima kemungkinan kecil dari orang yang sangat miskin untuk kesempatan bagus dari
menerima pendapatan yang tinggi.

Akhirnya, kritik-kritikan mencatat bahwa kriteria maksimin memiliki beberapa


maksud khusus. Martin Feldstein [1976a, p. 84] membandingkan skenario berikut : “sebuah
kesempatan baru datang untuk meningkatkan kesejahteraan setidaknya manfaat dari kuantitas
kecil, tetapi hampir setiap orang lain harus membuat banyak sekali keadaan buruk, kecuali
untuk beberapa individu yang akan menjadi kaya raya” . karena semua itu relevan pada
kesejahteraan dari orang-orang yang lebih buruk, Kriteria maksimin mengindikasikan bahwa
masyarakat harus mengejar kesempatan ini. Berdasarkan intuisi, seperti suatu jalan yang
cukup terlihat tidak menarik.

171
Pemerataan Ulang Pendapatan Pareto Efisien

Pada pembahasan kita dari penambahan dan fungsi kesejahteraan sosial maksimin,
kita berasumsi bahwa pemerataan ulang menjadikan beberapa orang menjadi lebih baik dan
lainnya menjadi lebih buruk. Pemerataan ulang tidak pernah memajukan Pareto- satu
perubahan bahwa dibantunya semua individu setidaknya menjadi sebaik dibawah status quo.
Ini adalah konsekuensi dari asumsi yang mana setiap utilitas individu bergantung hanya pada
pendapatannya. Pada perbedaannya, dibayangkan bahwa pendapatan individu yang tinggi
adalah hal yang mementingkan orang lain, sehingga utilitas mereka itu tidak hanya
bergantung pada pendapatan yang mereka miliki tetapi kesederhanaan itu menjadi lebih baik.
Dibawah keadaan-keadaan seperti itu, pemerataan ulang dapat benar-benar menjadi sebuah
kemajuan Pareto.

Mengasumsikan bahwa jika orang kaya (Peter) memberikan satu dolar pada
pendapatan Paul (orang miskin), kemudian peningkatan kepuasan Peter dari melakukan satu
kebaikan akan lebih banyak daripada kehilangan konsumsinya sendiri. Di waktu yang sama,
asumsi bahwa utilitas Paul akan meningkat jika ia menerima dolar tersebut. Kedua individu
tersebut akan menjadi lebih baik dengan adanya transfer. Memang, keefisienan membutuhkan
pendapatan itu didistribusikan kembali hingga keuntungan Peter pada utilitas memberikan
satu dolar ke Paul sama dengan berkurangnya utilitas Peter yang disebabkan oleh konsumsi
yang lebih rendah. Menganggap bahwa itu sulit untuk Peter untuk mentransfer pendapatan
pada dirinya sendiri, barangkali karena dia cukup kekurangan informasi untuk mengetahui
siapa yang benar-benar miskin. Kemudian jika pemerintah merendahkan biaya transfer untuk
Peter, keefisienan akan dicapai.

Pada pengertian formal, ini hanya merupakan sebuah masalah eksternal. Tingkah laku
Paul (konsumsinya) mempengaruhi kesejahteraan Peter pada cara eksternal kepada pasar.
Sebagaimana biasanya pada kasus-kasus seperti ini, pemerintah mungkin mampu
meningkatkan keefisienan.

Penolakan alasan ini untuk pemikiran secara logika, pemerataan pendapatan dapat
menjadi perhatian sebagai barang publik, karena utilitas setiap orang dipengaruhi oleh
tingkatan yang tidak sama. Anggapan bahwa tiap orang akan merasa lebih baik jika
pemerataan pendapatan sama. Tidak ada individu yang berkegiatan sendiri, bagaimanapun
juga akan mentransfer pendapatan kepada orang miskin. Jika pemerintah menggunakan
kekuatannya untuk memaksa semua orang kaya untuk mendistribusikan pendapatan kepada
orang miskin, maka meningkatkan efisiensi ekonomi.

Walaupun orang yang mementingkan orang lain memainkan satu bagian penting pada
tingkah laku manusia, itu tidak menurut bahwa motif mementingkan orang lain menjelaskan
program pemerataan ulang pendapatan oleh pemerintah. Pendapat ini mengasumsikan bahwa
tidak ada paksaan, masyarakat akan menyumbangkan sedikit daripada jumlah efisien kepada
yang miskin. Beberapa pendapat, bagaimanapun juga bahwa jika masyarakat benar-benar
ingin memberikan kepada orang miskin, mereka juga melakukan demikian- menyaksikan
jutaan dolar yang disumbangkan secara ikhlas setiap tahunnya.

172
Ada alasan-alasan lain yang memungkinkan pendistribusian ulang pendapatan. Untuk
yang pertama, selalu ada beberapa kesempatan yang melalui keadaan-keadaan diluar
pengawasanmu, kamu akan menjadi terpuruk. Sebuah pendistribusian pendapatan dalam
bidang keuangan adalah seperti asuransi. Ketika kamu sehat, kamu membayar “premi” dalam
bentuk pembayaran pajak untuk yang miskin. Jika terjadi hal yang buruk, “polis” yang akan
membayar dan kamu menerima bantuan. Ide yang harus pemerintah sediakan adalah
keamanan untuk seseorang yang tua. Pada abad ke 17 filsuf politik Thomas Hobbes
[1963/1651, pp. 303-4] mengemukakan, “dan dimana terdapat banyak lelaki, melalui
kecelakaan menjadi tidak mampu mempertahankan diri mereka dengan pekerja mereka;
mereka tidak harus meninggalkan kebaikan pribadi mereka; tetapi untuk melengkapi, sejauh
mana sebagai kewajiban dari kebutuhan alami, oleh aturan dari Negara tersebut [penegasan
tambahan].

Sebagai tambahan, beberapa percaya bahwa program pemerataan pendapatan


membantu stabilitas pembelian sosial. Jika orang miskin menjadi begitu terpuruk, mereka
mungkin menarik diri kedalam kegiatan antisosial seperti criminal dan kerusuhan. Kaitan
diantara stabilitas sosial dan perubahan pada distribusi pendapatan adalah belum seluruhnya
jelas, bagaimanapun stabilitas sosial mungkin menjadi aspirasi mereka dalam peningkatan
perbaikan kemiskinan dan menghantarkan pada permintaan untuk perubahan yang lebih
radikal.

Pandangan Nonindividualistis

Pandangan-pandangan dari pemerataan pendapatan yang dibahas sejauh ini memiliki


penjelasan yang cukup berbeda, tetapi mereka andil pada sebuah pandangan utilitarian. Pada
tiap-tiapnya, kesejahteraan sosial adalah beberapa fungsi utilitas individu, dan kekayaan dari
pendistribusian polis yang optimal adalah berasal dari fungsi kesejahteraan sosial. Beberapa
pemikir telah mendekati masalah pokok dari apa yang kelihatan didistribusikan seperti
kebebasan rasa individu. Ray Fair [1971, p. 552] menyatakan, Plato berpendapat bahwa
sebuah ukuran masyarakat yang baik dari pendapatan orang terkaya hingga pendapatan orang
termiskin harus pada langkah yang paling baik. Yang lainnya menyarankan bahwa sebagai
prinsip pertama, pendapatan harus didistribusikan secara setara.

Dalam proposal yang kurang ekstrim, James Tobin (1970) menyarankan bahwa hanya
komoditas khusus harus didistribusikan secara merata, posisi kadang-kadang disebut
egalitarianisme komoditas. Dalam beberapa kasus, pandangan ini memiliki daya tarik yang
cukup besar. Kebanyakan orang percaya bahwa hak untuk memilih harus didistribusikan
secara merata kepada semua, sebagaimana seharusnya konsumsi bahan makanan pokok
tertentu selama masa perang. Jenis lain dari egalitarianisme komoditas yang lebih
kontroversial. Haruskah semua anak-anak Amerika mengkonsumsi kualitas yang sama dari
pendidikan sekolah dasar, atau harus masyarakat kaya diperbolehkan untuk membeli lebih?
Haruskah setiap orang menerima jenis yang sama dari perawatan kesehatan? Jelas,
membatasi jangkauan "khusus" komoditas adalah masalah yang sulit.

173
Menariknya, posisi yang dikenakan setidaknya kemiripan dengan egalitarianisme
komoditas dapat dirasionalisasi atas dasar ekonomi kesejahteraan konvensional. Asumsikan
bahwa Henry peduli tentang kesejahteraan Catherine. Secara khusus, utilitas Henry
tergantung pada pendapatan sendiri serta tingkat Catherine konsumsi pangan, sebagai lawan
penghasilannya. (Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Henry tidak menyetujui
komoditas lain yang Catherine mungkin mengkonsumsi). Akibatnya, kemudian, konsumsi
makanan Catherine menghasilkan eksternalitas positif. Mengikuti logika yang dikembangkan
dalam Bab 6, efisiensi dapat ditingkatkan jika konsumsi pangan Catherine disubsidi, atau
mungkin jika makanan diberikan kepadanya secara langsung. Singkatnya, ketika donor peduli
tentang konsumsi penerima komoditas tertentu, kebijakan pemerataan pendapatan melalui
komoditas ini dapat dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dengan
memperbaiki eksternalitas.

Pertimbangan lain

Posisi yang dibahas sebelumnya mengambil begitu saja bahwa pendapatan individu
adalah milik umum yang dapat didistribusikan sebagai "masyarakat" dilihat sesuai. Tidak ada
perhatian yang diberikan untuk keadilan baik proses dimana distribusi pendapatan awal
ditentukan atau prosedur yang digunakan untuk mendistribusikannya. Sebaliknya, beberapa
pihak berpendapat bahwa hanya distribusi pendapatan ditentukan oleh proses yang dihasilkan
itu. Sebagai contoh, ini merupakan kepercayaan populer di Amerika Serikat bahwa jika
"kesempatan yang sama" (didefinisikan entah bagaimana) yang tersedia untuk semua, maka
hasil berikutnya akan adil, terlepas dari distribusi pendapatan tertentu itu terjadi memerlukan.
Oleh karena itu, jika pendapatan menghasilkan proses yang adil, tidak ada ruang untuk
redistribusi pendapatan yang disponsori pemerintah.

Berdebat di sepanjang garis-garis ini, filsuf Robert Nozick (1974) telah menyerang
penggunaan prinsip-prinsip utilitarian untuk membenarkan perubahan dalam distribusi
pendapatan. Dia berpendapat bahwa bagaimana "masyarakat" harus mendistribusikan
pendapatan adalah pertanyaan berarti karena "masyarakat" per ia tidak punya uang untuk
menyalurkan. hanya orang menerima pendapatan, dan mungkin satu-satunya pembenaran
untuk kegiatan redistribusi pemerintah adalah ketika pola memegang kekayaan
bagaimanapun juga tidak benar. Pendekatan Nozick menggeser penekanan dari pencarian
untuk "baik" fungsi kesejahteraan sosial untuk "baik" seperangkat aturan untuk mengatur
operasi masyarakat. Masalahnya adalah bagaimana untuk mengevaluasi proses-proses sosial.
Sulit untuk menilai independen proses hasil yang dihasilkan. Jika "baik" seperangkat aturan
secara konsisten menghasilkan hasil yang tidak diinginkan, bagaimana aturan dianggap baik?

Irving Kristol (1980) menawarkan argumen alternatif terhadap kebijakan usaha redistribusi
pemerintah. Dia menunjukkan bahwa dengan mobilitas sosial yang cukup, distribusi pendapatan tidak
menarik etis tertentu. Misalkan mereka di bagian bawah distribusi pendapatan (atau anak-anak
mereka) akan menempati anak tangga yang lebih tinggi di tangga ekonomi di tahun-tahun mendatang.
pada saat yang sama, beberapa orang lain akan bergerak ke bawah, setidaknya secara relatif.
Kemudian, bahkan statistik distribusi yang tetap relatif konstan dari waktu ke waktu akan
menyembunyikan sedikit berputar dalam distribusi pendapatan. bahkan jika orang-orang di bagian

174
bawah sangat miskin, mungkin tidak menjadi masalah sosial utama jika orang-orang yang ada
berubah dari waktu ke waktu.

Ada beberapa penelitian mobilitas pendapatan. Marry Jo Bane dan David Ellwood
(1986) meneliti populasi kemiskinan Amerika selama jangka waktu delapan tahun di 1970
Mereka menemukan bahwa hanya sebagian kecil orang yang masuk kemiskinan pada tahun
tertentu yang miskin kronis. Hampir 40 persen keluar dari kemiskinan dalam waktu satu
tahun, dan dua-pertiga dari mantra kemiskinan lebih dalam waktu tiga tahun. Seperti Alan
Blinder (1980) mencatat, "Sementara penghuni ghetto jarang bertukar tempat dengan
Rockefeller, kita bukan masyarakat yang bertingkat" (hal. 452). Di sisi lain, mungkin tidak
ada mobilitas cukup untuk meyakinkan utilitarian dan orang-orang dari filosofi terkait yang
kesenjangan pendapatan tidaklah penting.

Insiden Pengeluaran

kita beralih dari diskusi apakah pemerintah harus mendistribusikan kembali


pendapatan untuk masalah analitis dalam menilai dampak dari program redistribusi
pemerintah sebenarnya. Cara di mana kebijakan belanja mempengaruhi distribusi pendapatan
riil disebut sebagai insiden pengeluaran. Pemerintah mempengaruhi distribusi pendapatan
melalui perpajakan serta kebijakan pengeluarannya. (kami menunda diskusi tentang sisi pajak
pada Bab 13). Kejadian Pengeluaran sulit untuk ditentukan karena beberapa alasan, yang
mengikuti.

Masalah Pengukuran Laba

Membahas bagaimana distribusi pendapatan perubahan kebijakan belanja pemerintah


mengandaikan bahwa kita dapat mengukur pendapatan di tempat pertama. Pada prinsipnya,
pendapatan seseorang selama periode tertentu didefinisikan sebagai jumlah dari jumlah ia
mengkonsumsi selama periode itu dan jumlah ia menyimpan. Dalam prakteknya, sulit untuk
mendapatkan langkah-langkah yang baik dari pendapatan awal masyarakat untuk setidaknya
dua alasan.

Pertama, seperti yang kita lihat sebelumnya dalam bab ini, beberapa bentuk
pendapatan non moneter sulit untuk dinilai. Contoh penting adalah pekerjaan rumah tangga.
jelas, orang-orang yang bekerja di dalam rumah menghasilkan pelayanan yang berharga bagi
mereka dan keluarga mereka, tetapi tidak jelas bagaimana layanan ini harus dihargai. contoh
lain adalah pendapatan yang diberikan oleh barang tahan lama. Sebuah rumah memberikan
pemiliknya dengan aliran pelayanan perumahan. nilai dari layanan ini adalah biaya untuk
pemilik rumah menyewa sebuah hunian yang sebanding. Sekali lagi, bagaimanapun,
seringkali sulit untuk membuat penilaian semacam itu. Selain itu, tidak jelas di mana harus
berhenti: harus satu menyalahkan arus pendapatan peralatan stereo, furniture, dan pengolah
makanan? Akhirnya, beberapa pendapatan diperoleh dalam "ekonomi bawah tanah" yang
meliputi kegiatan ilegal serta transaksi hukum yang tidak dilaporkan kepada pemerintah
untuk menghindari pajak. Jelas, ini sulit untuk diukur.

175
Selain itu, definisi pendapatan menunjukkan bahwa konsep yang masuk akal jika
hanya diukur selama beberapa periode/jangka waktu. Tapi itu tidak jelas jangka waktu apa
yang seharusnya. Ukuran harian atau mingguan akan masuk akal, karena orang-orang kaya
bahkan bisa sangat baik memiliki nol pendapatan selama beberapa periode waktu yang
singkat. Ini jauh lebih masuk akal untuk mengukur aliran pendapatan lebih dari setahun,
seperti yang lazim dilakukan. Namun, bahkan langkah-langkah tahunan mungkin tidak
mencerminkan posisi ekonomi individu benar. Setelah semua, ada fluktuasi tak terduga
dalam pendapatan dari tahun ke tahun. Dari sudut pandang teoretis, pendapatan seumur hidup
akan ideal, tapi masalah praktis dalam memperkirakan itu sangat besar.

Meskipun membedakan antara periode waktu yang berbeda, mungkin tampak berdalih
akademik itu benar-benar sangat penting. Orang-orang cenderung memiliki pendapatan
rendah ketika mereka masih muda, lebih ketika mereka setengah baya, dan kurang lagi ketika
mereka sudah tua dan pensiun. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki pendapatan
seumur hidup identik tetapi dalam berbagai tahap siklus hidup dapat muncul dalam data
tahunan sebagai memiliki pendapatan yang tidak sama. Tindakan berdasarkan pendapatan
tahunan, seperti yang ada di Tabel 8.1 melalui 8.3, menyarankan lebih ketimpangan daripada
yang dibangun atas dasar seumur hidup yang lebih tepat.

Unit Observasi

Kebanyakan orang hidup dengan orang lain, dan setidaknya sampai batas tertentu
membuat keputusan ekonomi mereka bersama-sama. Haruskah distribusi pendapatan diukur
lebih dari individu atau rumah tangga? Jika ada ekonomi dicapai dengan hidup bersama,
apakah mereka harus diperhitungkan dalam menghitung pendapatan individu? Misalnya,
adakah anggota dari dua orang rumah tangga dengan total pendapatan $ 30,000 serta off
sebagai individu dengan $ 15,000? meskipun dua mungkin tidak dapat hidup semurah satu,
mereka mungkin dapat hidup semurah 1.5. jika hal ini benar, para anggota pasangan akan
lebih baik secara riil. Tapi menemukan hanya faktor penyesuaian yang tepat adalah tidak
mudah.
Masalah terkait tanaman ketika struktur pembentukan rumah tangga berubah dari
waktu ke waktu. Pertimbangkan apa yang terjadi.
ketika standar hidup yang lebih tinggi dan / atau program transfer publik yang lebih murah
hati memungkinkan junior, atau nenek dan kakek, untuk pindah ke sebuah apartemen mereka
sendiri. Sebuah unit ekonomi baru terbentuk, dengan pendapatan lebih rendah, sehingga
menurunkan tingkat rata-rata pendapatan dan meningkatkan ketimpangan tersebut. Kedua
indikator ekonomi karena itu akan sinyal penurunan dalam kesejahteraan, meskipun kita
mungkin menganggap bahwa perubahan dalam pengaturan hidup benar-benar membuat pihak
yang terlibat lebih baik (Blinder, 1980, p.418).
Dengan demikian, terutama bila perbandingan distribusi sedang dilakukan sepanjang
waktu, perubahan komposisi rumah tangga harus diperhitungkan.
Anggaplah bahwa pemerintah memutuskan untuk membantu orang miskin dengan subsidi
konsumsi perumahan berpenghasilan rendah. Bagaimana hal ini mempengaruhi distribusi jika
penghasilan? Tebakan pertama adalah bahwa orang-orang yang mendapatkan keuntungan
subsidi dan mereka yang membayar pajak kalah. Jika orang-orang yang membayar pajak
memiliki pendapatan lebih tinggi dari penerima subsidi, distribusi pendapatan cenderung
menjadi lebih setara.
Sayangnya, cerita sederhana ini mungkin akan menyesatkan. Jika subsidi mendorong
orang-orang miskin untuk menuntut lebih perumahan, maka biaya presubsidi perumahan
akan naik. Oleh karena itu, penerima subsidi tidak menguntungkan sejauh penuh subsidi; tuan

176
tanah menuai bagian dari keuntungan. Namun, dengan alasan teoritis saja itu tidak dapat
ditentukan berapa banyak, jika sama sekali, mengajukan harga penawaran perumahan.
Seperti ditunjukkan dalam Bab 13, hal ini tergantung pada bentuk kurva penawaran dan
permintaan untuk perumahan.
Sebuah program subsidi perumahan juga mempengaruhi pendapatan orang yang memasok
input yang digunakan dalam konstruksi. Dengan demikian, upah pekerja di perdagangan
bangunan meningkat, seperti halnya harga bahan bangunan. Jika pemilik dari faktor-faktor
produksi berada di kelas berpenghasilan menengah ke atas dan, akan ada kecenderungan
untuk membuat distribusi yang lebih setara.

Secara umum, setiap program pemerintah memicu sebuah rangkaian perubahan harga
yang mempengaruhi pendapatan masyarakat baik dalam peran mereka sebagai konsumen
barang dan sebagai pemasok input. Sebuah program belanja yang meningkatkan harga relatif
baik Anda konsumsi secara intensif membuat Anda lebih buruk, hal lain dianggap sama.
Demikian pula, sebuah program yang meningkatkan harga relatif menjadi faktor
pemasok/penawaran anda membuatmu lebih baik. Masalahnya adalah bahwa sangat sulit
untuk menelusuri semua perubahan harga yang dihasilkan oleh suatu kebijakan tertentu.
Sebagai masalah praktis, ekonom biasanya dipaksa untuk menganggap bahwa kebijakan yang
diberikan menguntungkan hanya penerima dan bahwa efek dari perubahan harga lain pada
distribusi pendapatan yang kecil. Dalam banyak kasus, ini mungkin asumsi yang baik.

BARANG PUBLIK

Belanja pemerintah yang cukup besar adalah untuk umum barang-barang yang dapat
dikonsumsi bersamaan oleh lebih dari satu orang. Seperti tercantum dalam Bab 5, pasar tidak
memaksa orang untuk mengungkapkan berapa banyak mereka menghargai barang publik.
Tapi jika kita tidak tahu berapa banyak setiap keluarga menghargai barang publik, bagaimana
kita bisa menentukan dampaknya terhadap distribusi pendapatan. pemerintah menghabiskan
sekitar $ 300 miliar untuk pertahanan pada tahun 1990 (Kantor Manajemen dan Anggaran,
1990, hal. 78). Berapa banyak dalam hitungan dolar hal ini bisa meningkatkan pendapatan riil
dari setiap keluarga? Apakah setiap manfaat dengan jumlah yang sama? Jika tidak, apakah
manfaat masyarakat miskin kurang dari orang kaya, atau sebaliknya?

Tidak mungkin untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini benar. Sayangnya,


jawaban alternative berdasarkan asumsi yang sama yang masuk akal dapat memiliki
implikasi yang sangat berbeda. RA Musgrave, KE Kasus, dan H. Leonard (1974) meneliti
implikasi distribusi pengeluaran pada semua barang-barang publik murni (seperti pertahanan)
menggunakan tiga asumsi yang berbeda: (a) saham keluarga dari manfaat adalah sebanding
dengan pendapatan totalnya . (b) sahamnya sebanding dengan jumlah pajak yang
dibayarkannya; dan (c) bagiannya sebanding dengan jumlah orang dalam keluarga. Dengan
asumsi (a) pengeluaran publik yang baik meningkatkan pendapatan kelompok paling miskin
sebesar 16,7 persen; dengan (b) sebesar 13,2 persen; dan kurang (c) oleh sekitar 70 persen.
Kenaikan persentase rata-rata untuk semua kelompok pendapatan adalah 16,7 persen. Dengan
demikian, tergantung pada asumsi, murni pengeluaran barang publik memiliki dampak yang
sangat besar redistribusi, atau tidak ada sama sekali.

177
Menilai Transfer selain Uang

Pada tahun 1982, berita utama dibuat ketika Departemen Pertanian mulai
menawarkan kelebihan keju, mentega, dan susu kering ke masyarakat miskin Amerika. Lebih
dari 3 milyar pon makanan telah diberikan sejak saat itu. Program surplus pangan adalah
salah satu contoh dari program transfer dalam bentuk barang. Kita sering berpikir dalam
bentuk transfer seperti yang diarahkan individu berpenghasilan rendah: kupon makanan,
Medicaid, dan perumahan rakyat muncul dalam pikiran. Namun, orang berpenghasilan
menengah dan atas juga merupakan penerima manfaat dari dalam bentuk transfer. Contoh
yang menonjol adalah pendidikan

Tidak seperti barang publik murni, dalam bentuk transfer tidak dikonsumsi oleh
semua orang. Namun demikian, sulit untuk memperkirakan nilai mereka kepada penerima
manfaat. Asumsi yang nyaman adalah bahwa dolar yang dihabiskan oleh pemerintah pada
transfer dalam bentuk setara dengan kenaikan dolar pendapatan penerima. Sayangnya, tidak
ada alasan untuk percaya bahwa dalam bentuk transfer dihargai oleh penerima manfaat pada
dolar per basis dolar.

Untuk melihat kenapa, Jones mempertimbangkan, penerima kesejahteraan khas yang


membagi pendapatan bulanannya sebesar $300 antara keju dan "semua barang lain". Harga
pasar keju adalah $ 2 per pon dan unit "semua barang lainnya" diukur , sehingga harga per
unit adalah $ 1. Pada gambar 8.2, konsumsi keju Jones diukur pada sumbu horisontal, dan
konsumsi nya ke barang-barang lain pada vertikal. Batasan anggaran Jones adalah garis AB.
Dengan asumsi bahwa Jones tertarik dalam memaksimalkan utilitas, ia mengkonsumsi bundel
E1, yang terdiri dari unit OG1 semua barang lainnya dan unit OG1 keju.

Sekarang anggaplah pemerintah memberikan Jones dengan 60 pon keju per bulan,
yang ia dilarang menjual di pasar. Bagaimana pengenalan program keju mengubah
situasinya? Pada setiap tingkat konsumsi semua barang lainnya, Jones sekarang dapat
mengkonsumsi 60 lainnya pon keju dari sebelumnya. Secara geometris, kendala anggaran
barunya ditemukan dengan memindahkan 60 unit ke kanan setiap titik pada AB,
menghasilkan AFD. Kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai tunduk pada kendala AFD
ditandai dengan (*) pada gambar 8.2. menyentuh kendala pada bagian "sudut" pada titik F, di
mana konsumsi Jones keju adalah 60 dan konsumsi nya semua barang lainnya adalah 300.

Dibandingkan dengan konsumsi bundel aslinya, konsumsi Jones dari kedua keju dan
semua barang lainnya sudah naik. Karena pemerintah memberikan dia dengan keju gratis,
Jones bisa mencurahkan uang untuk semua barang lain , yang seharusnya telah dihabiskan
untuk keju.

178
Barang lain perbulan

420 H

G3 E3
A
300 F *

G1 E

B D

Pons keju perbulan


O C1 C3 60 150 210

Gambar 8.2 hasil transfer selain uang pada tingkat utilitas yang lebih rendah daripada
transfer uang

Sekarang anggaplah bahwa alih-alih memberikan Jones 60 pon keju, pemerintah


memberikan uang tunai nya sama dengan nilai pasar, $ 120 (= 60 pon x $ 2 per pon).
Peningkatan pendapatan sebesar $ 120 mengarah ke garis anggaran itulah 120 unit di atas AB
di setiap titik. Ini ditunjukkan dalam gambar 8.2 sebagai garis HD. Perhatikan bahwa transfer
tunai memungkinkan Jones untuk mengkonsumsi sepanjang segmen HF. Kesempatan ini
tidak tersedia dalam program keju karena jones tidak diizinkan untuk berdagang keju
pemerintah untuk barang lainnya.

Menghadapi garis anggaran HD, Jones memaksimalkan utilitas pada titik E3, di mana
ia mengkonsumsi OG3 semua barang lain dan pound OC3 keju. Membandingkan poin E3
dan F dapat disimpulkan bahwa: (1) di bawah program bantuan langsung tunai, Jones
mengkonsumsi lebih sedikit keju dan lebih dari semua barang selain dalam pemberian
program keju; dan (2) $ 120 senilai keju tidak membuat Jones serta rugi $ 120 pendapatan.
Karena E3 berada pada kurva indiferens yang lebih tinggi daripada titik F, transfer tunai
membuatnya lebih baik. Secara intuitif, masalah dalam program keju adalah bahwa hal itu
memaksa Jones untuk mengkonsumsi penuh £ 60 keju. Dia akan lebih memilih untuk
menjual beberapa keju dan menghabiskan dana pada barang-barang lainnya.

Apakah dalam bentuk transfer selalu lebih buruk daripada secara tunai? Belum tentu.
Gambar 8.3 menggambarkan situasi Smith, yang pendapatannya identik dengan Jones dan
yang oleh karena itu menghadapi persis kendala anggaran yang sama (AB sebelum program
keju, dan AFD setelah itu). Namun, smith memiliki selera yang berbeda dan dengan demikian
yang berbeda dari kurva indiferen. Sebelum subsidi, ia memaksimalkan utilitas pada titik E4,

179
mengkonsumsi OG4 unit semua barang lain dan pound OC4 keju. Setelah subsidi, ia
mengkonsumsi unit OG5 semua barang lain dan pound OC5 keju. Smith tidak akan lebih
baik dengan transfer tunai karena titik yang paling disukai di sepanjang HD tersedia di bawah
subsidi keju pula. Karena smith senang mengkonsumsi lebih dari 60 pon keju, pembatasan
bahwa ia mengkonsumsi setidaknya 60 pon tidak menyakitinya.

Dengan demikian, tidak dapat diketahui secara pasti apakah dalam bentuk transfer
akan bernilai kurang dari transfer pendapatan langsung. Pada akhirnya, jawabannya harus
ditemukan oleh analisis empiris. Sebagai contoh, beberapa studi tentang pola konsumsi
masyarakat miskin menunjukkan bahwa dolar yang diterima di perumahan publik bernilai
hanya sekitar 80 sen diterima secara tunai (Smeeding, 1982, hal. 65).

Masalah lain program bantuan dalam bentuk barang adalah bahwa mereka sering
memerlukan biaya administrasi yang cukup besar. Dalam program keju yang baru saja
dibahas, biaya dikeluarkan untuk penyimpanan, transportasi, dan distribusi keju. (Memang,
biaya yang begitu besar sehingga sebagian masyarakat memilih untuk tidak berpartisipasi).
Lois Blanchard et al. (1982, hal. Ii) memperkirakan bahwa biaya administrasi dari program
cap makanan bisa berkurang sekitar 36 persen jika penerima manfaat hanya menerima cek
daripada kupon ditukarkan dengan makanan.

Seperti yang kita tunjukkan dalam bab berikutnya, dalam bentuk transfer yang
melibatkan makanan, perumahan, dan perawatan medis memainkan peran penting dalam
kebijakan pemeliharaan pendapatan Amerika Serikat. Jika dalam bentuk transfer kurang
memuaskan daripada uang tunai dari sudut pandang penerima dan memerlukan biaya lebih
administrasi, bagaimana kita bisa menjelaskan kehadiran mereka? Ada beberapa penjelasan
yang mungkin. Beberapa berhubungan dengan diskusi kita sebelumnya tentang isu-isu
normatif. Secara khusus, ada beberapa bukti bahwa egalitarianisme komoditas merupakan
faktor penting dalam kebijakan distribusi. Misalnya, pada tahun 1949 Kongres AS secara
eksplisit ditetapkan sebagai tujuan nasional "rumah yang layak dan lingkungan hidup yang
cocok untuk setiap keluarga Amerika" (Weicher, 1979, hal. 470). Perhatikan perbedaan
antara tujuan ini dan "pendapatan yang cukup sehingga setiap keluarga Amerika dapat tinggal
di rumah yang layak, jika memilih".

Selain itu, dalam bentuk transfer juga dapat membantu mengekang penipuan
kesejahteraan. Diskusi sejauh ini telah diasumsikan bahwa dalam program untuk masyarakat
miskin, tidak ada masalah dalam mengidentifikasi siapa yang berhak dan siapa yang tidak.
Pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi, dan orang-orang yang tidak memenuhi syarat
kadang-kadang dapat memperoleh manfaat. Albert Nichols dan Richard Zeckhauser (1982)
menyatakan bahwa dalam bentuk transfer dapat mencegah orang tidak memenuhi syarat dari
penerapan karena beberapa orang kelas menengah mungkin cukup bersedia berbohong untuk
menerima tunai, tapi kurang bersedia untuk melakukan penipuan untuk mendapatkan
komoditas yang mereka tidak benar-benar inginkan. Hal ini terutama berlaku jika komoditas
sulit untuk dijual kembali, seperti sebuah apartemen di proyek perumahan umum. Dengan
cara yang sama, menciptakan gangguan untuk penerima kesejahteraan (menunggu dalam
antrean, mengisi banyak formulir) dapat mencegah mereka yang tidak "benar-benar

180
membutuhkan" dari penerapan. Dengan demikian, ada trade-off. Di satu sisi, orang miskin
akan lebih memilih $ 500 tunai sampai $ 500 senilai perumahan rakyat. Tetapi jika program
dalam bentuk menyebabkan sedikit penipuan, lebih banyak sumber daya dapat disalurkan
kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya. Namun, banyak orang berpendapat
bahwa pemerintah telah menciptakan jauh lebih banyak daripada jumlah yang optimal dari
rintangan administrasi untuk penerima kesejahteraan. Di beberapa komunitas, misalnya,
anak-anak yang menerima makan siang sekolah gratis harus mendapatkan dan menyerahkan
nomor Jaminan Sosial masing-masing orang dewasa yang tinggal di rumah. Hal ini dirasakan
oleh banyak menjadi beban yang tidak adil pada anak-anak.

Barang lain perbulan

420 H

300 A F

G5 E5

G4 E4

B D

O C4 C5 210 pons keju perbulan

Gambar 8.3 hasil transfer selain uang pada tingkat utilitas yang sama dengan transfer
uang

Akhirnya, dalam bentuk transfer yang menarik secara politik karena mereka
membantu tidak hanya penerima tapi juga produsen komoditas disukai. Sebuah program
transfer yang meningkatkan permintaan untuk perumahan manfaat industri bangunan, yang
karenanya menjadi bersedia untuk memberikan dukungan terhadap koalisi politik yang
mendukung program tersebut. Demikian pula, kepentingan pertanian selalu pendukung setia
kupon makanan. Dengan cara yang sama, para pegawai pemerintah yang mengelola berbagai
dalam bentuk program transfer dapat diharapkan untuk menempatkan dukungan politik
mereka di belakang mereka. Pada tahun 1977, ketika reformasi kesejahteraan mengusulkan
agar perumahan bersubsidi dihapus dan diganti dengan hibah tunai, Departemen Perumahan
dan Pembangunan Perkotaan terdaftar oposisi kuat (Weicher, 1980, hal. 51).

Penjelasan dalam bentuk transfer ini tidak saling eksklusif, dan mereka mungkin
memiliki pengaruh semua rancangan kebijakan.

181
Ikhtisar

Kami mulai dengan mengamati rentang yang sangat luas pendapat mengenai apakah
pemerintah harus mengadopsi kebijakan yang eksplisit untuk mendistribusikan kembali
pendapatan. Berbagai pandangan menjalankan keseluruhan dari rekayasa kesetaraan lengkap
untuk memungkinkan status quo. Ruang lingkup ketidaksepakatan seharusnya tidak
mengejutkan. Menetapkan tujuan distribusi tidak kurang dari memformalkan pandangan
seseorang tentang seperti apa masyarakat yang baik dan ini adalah masalah yang akan selalu
ada kontroversi. Teori tentang distribusi pendapatan yang optimal adalah normatif daripada
positif. Kebijakan redistributif pemerintah sebenarnya dapat dipandu oleh beberapa
pertimbangan tersebut, tetapi tidak jelas bahwa hal ini terjadi. Seperti yang kita lihat dalam
bab berikutnya, menemukan penjelasan koheren US praktik distribusi pendapatan tidak
mudah.

Kami juga menekankan kesulitan yang terlibat dalam mendefinisikan pendapatan dan
menentukan bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi pendapatan setiap orang.
Ukuran laba sebelum intervensi dihitung tahunan daripada dasar seumur hidup. Banyak jenis
pendapatan penting diabaikan karena kesulitan pengukuran. Menghitung pengaruh program
pengeluaran pemerintah tidak mudah. Program-program ini mengubah harga relatif dan
karenanya pendapatan riil dengan cara yang sulit untuk membedakan. Transfer sering
mengambil bentuk barang publik dan dalam bentuk pembayaran yang sulit untuk
menempatkan nilai dolar. Dengan demikian, bukti tentang bagaimana program pemerintah
mengubah distribusi pendapatan harus ditafsirkan dengan hati-hati.

182
E. SOAL LATIHAN

Pilihan Ganda

1. Pengertian dari distribusi pendapatan adalah…


a. Pemberian uang dari pemerintah kepada masyarakat.
b. Pengambilan uang rakyat untuk pemerintah.
c. Pengambilan uang rakyat dari satu golongan dan membagikannya lagi melalui
pemerataan kepada masyarakat.
d. Pemerintah menambah jumlah pendapatan masyarakat
2. Berikut adalah bentuk transfer selain uang dari pemerintah untuk rakyat, kecuali…
a. Pembangunan jalan raya.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Pemerataan pendidikan.
d. Pemberian BLT (bantuan langsung tunai).
3. Pada table 8.2, golongan manakah yang berada di tingkat kemiskinan tertinggi…
a. Orang kulit hitam.
b. Bangsa asli Spanyol.
c. Ibu rumah tangga yang tidak bersuami.
d. Dibawah 15 tahun.
4. Pada table 8.3, tahun berapakah terjadi penurunan tingkat kemiskinan secara drastis…
a. 1960
b. 1965
c. 1970
d. 1985
5. Berikut adalah dampak negatif yang terjadi akibat adanya kesenjangan sosial yang
cukup tinggi dalam suatu Negara, kecuali…
a. Seluruh masyarakat miskin akan bekerja lebih keras lagi.
b. Akan terjadi peningkatan kemiskinan yang signifikan.
c. Masyarakat akan menjadi anti sosial ditandai dengan kerusuhan dan kriminal.
d. Tidak tercapainya efisiensi ekonomi di Negara tersebut.
6. Posisi yang hanya komoditas khusus yang harus didistribusikan secara merata,
disebut…
a. Paternalisme komoditas
b. Egalitarianisme komoditas
c. Fhisicalisme komoditas
d. Specialisme komoditas
7. Cara dimana kebijakan belanja mempengaruhi distribusi pendapatan riil disebut
sebagai…
a. Insiden pengeluaran
b. Insiden laba
c. Insiden pemasukan
d. Insiden redistribusi pendapatan

183
8. Kesejahteraan sosial adalah jumlah fungsi utilitas identik yang hanya bergantung
kepada…
a. Pendapatan
b. Konsumsi
c. Manfaat
d. Produksi
9. Barang yang hanya pemerintah saja yang bisa atau dapat mengelolanya adalah…
a. Barang privat
b. Barang government
c. Barang publik
d. Barang netral
10. Dalam mempengaruhi distribusi pendapatan, peranan pemerintah adalah…
a. Kebijakan belanja
b. Memberi subsidi
c. Memberi insentif
d. Mengenakan perpajakan dan kebijakan pengeluarannya

Essay

1. Sebutkan peran(fungsi) pemerintah menurut Adam Smith !


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan distribusi pendapatan !
3. Mengapa pemerintah melakukan distribusi pendapatan ?
4. Apakah pandangan-pandangan mengenai pemerataan pendapatan memiliki penjelasan
yang berbeda ? Jelaskan !
5. Sebutkan asumsi pemerintah mengenai kesejahteraan sosial !
6. Bagaimana argumen alternatif yang ditawarkan oleh Irving Kristol terhadap kebijakan
usaha dalam redistribusi pemerintah?
7. Pada saat kapan kesejahteraan sosial termaksimalkan ?
8. Sebutkan asumsi yang dinyatakan oleh H. Leonard dalam implikasi distribusi
pengeluaran pada semua barang-barang publik murni !
9. Jelaskan mengenai fungsi kesejahteraan W = Minimum (U1, U2, . . . . , Un) !
10. Apa saja output dari kegiatan distribusi pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah ?

184
F. Kunci Jawaban

Pilihan Ganda

1. C
2. D
3. C
4. B
5. A
6. B
7. A
8. A
9. C
10. D

Essay

1. Peran pemerintah menurut Adam Smith adalah memelihara pertahanan dan kemanan,
menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan barang-barang publik.
2. Distribusi pendapatan adalah salah satu peran (fungsi) pemerintah dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan sosial dimana kegiatannya yaitu mengambil uang dari
masyarakat seperti dalam bentuk pajak dan memberikannya kembali untuk
masyarakat dalam bentuk pelayanan.
3. Pemerintah melakukan distribusi pendapatan karena bertujuan untuk menekan suatu
kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin agar tidak terjadi kriminalitas dan
kerusuhan besar-besaran yang dapat mengganggu kesejahteraan dan keamanan sosial
masyarakat.
4. Pandangan-pandangan dari pemerataan pendapatan memiliki penjelasan yang cukup
berbeda, tetapi mereka andil pada sebuah pandangan utilitarian. Pada tiap-tiapnya,
kesejahteraan sosial adalah beberapa fungsi utilitas individu, dan kekayaan dari
pendistribusian polis yang optimal adalah berasal dari fungsi kesejahteraan sosial.
Beberapa pemikir telah mendekati masalah pokok dari apa yang kelihatan
didistribusikan seperti kebebasan rasa individu.
5. Asumsi itu adalah Masyarakat identik menggunakan fungsi layanan umum yang
terdapat pada tingkat pendapatan mereka, Fungsi utilitas memperlihatkan
pengurangan utilitas marjinal dari pendapatan sebagai individu yang berharap
pendapatannya meningkat, mereka menjadi lebih baik tetapi tidak semua dari mereka
yang mendapatkannya, dan Total jumlah pendapatan yang tersedia adalah tetap.
6. Argumen Irving Kristol yaitu menunjukkan bahwa dengan mobilitas sosial yang cukup,
distribusi pendapatan tidak menarik etis tertentu. Misalkan mereka di bagian bawah distribusi
pendapatan (atau anak-anak mereka) akan menempati anak tangga yang lebih tinggi di tangga
ekonomi di tahun-tahun mendatang. pada saat yang sama, beberapa orang lain akan bergerak
ke bawah, setidaknya secara relatif. Kemudian, bahkan statistik distribusi yang tetap relatif
konstan dari waktu ke waktu akan menyembunyikan sedikit berputar dalam distribusi
pendapatan. bahkan jika orang-orang di bagian bawah sangat miskin, mungkin tidak menjadi
masalah sosial utama jika orang-orang yang ada berubah dari waktu ke waktu.

185
7. Kesejahteraan sosial termaksimalkan saat pendapatan setara dengan utilitas marjinal
dan jumlah utilitas dapat ditingkatkan melalui pemerataan pendapatan kepada
individu yang lebih miskin.
8. Asumsi H. Leonard yaitu : (a) saham keluarga dari manfaat adalah sebanding dengan
pendapatan totalnya, (b) sahamnya sebanding dengan jumlah pajak yang
dibayarkannya, dan (c) bagiannya sebanding dengan jumlah orang dalam keluarga
9. Fungsi kesejahteraan social W = Minimum (U1, U2, . . . . , Un) ini sering disebut
kriteria maksimin yang berarti memaksimalkan utilitas seseorang dengan
meminimalkan utilitasnya. Kriteria tersebut menyatakan bahwa pemerataan
pendapatan harus sama secara sempurna, kecuali pada tingkat itu persamaan
meningkatkan kesejahteraan dari orang yang lebih buruk.
10. Output dari kegiatan distribusi pendapatan yang dilakukan pemerintah adalah dalam
bentuk barang publik seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, fasilitas jalan raya,
subsidi BBM, dan lain-lain.

186
Contoh kasus :

1. Perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia menggunakan data survei sosial ekonomi


nasional (susenas) pada tahun 1984, 1987, 1990, 1993. data pengeluaran konsumsi rumah
tangga yang dikumpulkan oleh susenas digunakan sebagai pendekatan (proxy) untuk
mengukur distribusi pendapatan penduduk di Indonesia. Karena pengertian pengeluaran
konsumsi tidak sama dengan pengertian kekayaan, perbedaan konsep ini menjadi kendala
serius dalam mengukur secara akurat tingkat dan distribusi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Karena bisa saja seseorang tidak punya pekerjaan (pendapatan), tetapi sangat
kaya karena ada warisan keluarga. Banyak pengusaha muda dari tingkat pendapatannya
tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka sangat kaya karena perusahaan tempat mereka
bekerja adalah milik mereka (orang tuanya). Penggunaan data pengeluaran konsumsi
rumah tangga akan menghasilkan data pendapatan yang underestimate karena jumlah
pendapatan bila lebih besar, sama, atau lebih kecil dari pada jumlah pengeluaran
konsumsi. Misalnya pendapatan lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsi juga
besar. Dalam hal ini, berarti ada tabungan. Dalam hal ini belum tentu juga bila pendapatan
rendah tidak selalu jumlah konsumsi juga rendah. Banyak rumah tangga memakai kredit
untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu, misalnya untuk membeli rumah dan
mobil untuk biaya sekolah anak, atau bahkan untuk liburan. Keberhasilan pembangunan di
Indonesia tidak hanya di ukur dari peningkatan pendapatan penduduk secara agregat atau
per capital, tetapi juga (justru lebih penting lagi) di lihat dari distribusi peningkatan
pendapatan tersebut terhadap semua anggota masyarakat. Sekarang ini, tingkat pendapatan
per kapital di Indonesia sudah lebih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang
lalu, yakni sekitar US$880. namun, apa artinya jika 10% saja dari jumlah penduduk di
tanah air yang menikmati jumlah pendapatan nasional, sedangkan sisanya (90%) tidak
mengalami perbaikan yang berarti. Jadi dalam kata lain, pembangunan ekonomi di
Indonesia akan dikatakan berhasil sepenuhnya bila tingkat kesenjangan ekonomi antara
kelompok masyarakat miskin dan kelompok masyarakat kaya bisa diperkecil. Sejak akhir
tahun 1970-an, pemerintah maulai memperlihatkan kesungguhan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan penduduk ditanah air. Sejak itu aspek pemerataan dalam
triologi pembangunan semakin ditekankan dan didefinisikan dalam delapan jalur
pemerataan. Sudah banyak program pemerintahan hingga saat ini yang mencerminkan
upaya tersebut, seperti program serta kebijakan yang mendukung pembangunan industri
kecil dan rumah tangga serta koperasi, khususnya dipedesaan, inpres desa tertinggal
(IDT), program keluarga sejahtera, program keluarga berencana (KB), program tambahan
bagi anak sekolah dasar, program transmigrasi, peningkatan upah minimum regional
(UMR), dan masih banyak lagi.
2. Masalah kemiskinan merupakan dilema bagi Indonesia, terutama melihat kenyataan
bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin berdasarkan garis kemiskinan yang berlaku
jauh lebih lambat dari pada lajupertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu sejak pelita I
dimulai hingga saat ini (Repelita VI). Karena kemiskinan merupakan salah satu masalah
ekonomi Indonesia yang serius maka tidak mengherankan kalau banyak studi telah
dilakukan mengenai kemiskinan tanah air. Sayangnya, pendekatan yang dipakai antarstudi
yang ada pada umumnya berbeda dan batas miskin yang digunakan juga beragam

187
sehingga hasil atau gambaran mengenai kemiskinan di Indonesia juga berbeda.
Kemiskinan relatif dapat diukur dengan kurva Lorentz dan atau koefesien gini. Sedangkan
kemiskinan absolute lebih sulit untuk di ukur, terutama pada waktu membandingkan
tingkat kemiskinan antarprovinsi atau daerah. Faktor yang berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap perubahan kemiskinan. Sebagai contoh sering dikatakan bahwa salah
satu penyebab kemiskinan adalah tingkat pendidikan yang rendah. Seseorang dengan
tingkat pendidikan hanya SD, misalnya sangat sulit mendapatkan pekerjaan terutama
dalam sektor modern , (formal) dengan pendapatan yang baik. Berarti penyebab
kemiskinan bukan hanya pendidikan yang rendah, tetapi tingkat gaji/upah yang berbeda.
Kalau diuraikan satu persatu, jumlah faktor yang dapat dipengaruhi, langsung maupun
tidak langsung, tingkat kemiskinan cukup banyak, mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan
output (atau produktifitas), tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja,
jenis pekerjaan yang tersedia, inflasi, pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas
sumber daya alam, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan
alam disuatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, kultur/budaya atau tradisi, hingga
politik, bencana alam, dan peperangan. Kalau diamati, sebagian besar faktor tersebut juga
saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya dari pekerja yang bersangkutan sehingga
produktivitasnya menurun. Produktifitas menurun selanjutnya dapat mengakibatkan
tingkat upah netonya berkurang, dan seterusnya. Jadi, dalam kasus ini, tidak mudah untuk
memastikan apakah karena pajak naik atau produktifitasnya yang turun membuat pekerja
tersebut menjadi miskin karena upah netonya menjadi rendah. Tingkat kesenjangan
ekonomi dan jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang dan dapat dikatakan bahwa
perubahan ini merupakan salah satu hasil pembangunan ekonomi ditanah air selama ini.
Namun masih banyak permasalahan dengan kemiskinan dan kesenjangan. Hingga saat ini,
penentu garis kemiskinan masih berdasarkan kebutuhan fisik dan pendidikan tinggi. Tanpa
adanya pendidikan yang baik tidak akan bisa terjadi progres di dalam kehidupan.

188

Anda mungkin juga menyukai