Deteksi mutasi bergantung pada sistem seleksi yang mudah memisahkan sel-sel
mutan dari yang bukan mutan. Deteksi mutasi pada bakteri dan jamur tidak berbeda
prinsipnya. Misalnya pada deteksi mutasi nutrisional pada jamur Neurospora crassa.
Neurospora crassa merupakan jamur yang bersifat monoploid (haploid) pada fase
vegetatif, sehingga pada fase itulah deteksi mutasi dilakukan untuk mempermudah
pendeteksian. Pada deteksi mutan nutrisional pada N. crassa menunjukan bahwa konidia
monoploid mengandung sesuatu mutan dapat dideteksi dan diisolasi atas dasar
kegagalannya tumbuh pada suatu medium lengkap. Misalnya pada mutan yang sudah
dideteksi dan diisolasi terbukti dapat tumbuh pada medium minimumyang diberikan
suplemen tirosin, sehingga dipastikan terjadi mutasi yang terdeteksi suatu mutan
autosotrof tirosin atau tyr-atau mutasi tersebut merupakan mutan auksotrof tirosin (baru
dapat hidupatau tumbuh jika pada medium minimal diberi suatu suplemen tertentu)
UJI AMES
Uji ames merupakan pengujian peluang suatu senyawa kimia masuk ke dalam
tubuh sebagai agen mutasi. Teknik pengujian ini menggunakan bakteri dua strain
Salmonella typhymurium yang tergolong auksotrofik untuk histidin, yang membutuhkan
tambahan histidin untuk tetap hidup dalam medium pertumbuhan. Salah satu starain
mutan his dapat dikembalikan menjadi his’ oleh suatu mutasi pergantuan basa dan pada
strain satunya lagi dapat dikembalikan menjadi his’ oleh suatu pengubah rangka
(frameshit mutation).
Pada hati tikus yang disentrifuge agar pecahan – pecahan sel mengendap,
supernatannya ditambah kultur cair dari Salmonella typhymurium bersama zat kimia yang
diuji. Revertan strain Salmonella typhymurium yang diberikan diharapkan dapat berupa
his’, revetan his’ dapat diketahui dengan pembentukan koloni medium yang tidak
mengandung histidin. Jika banyak ditemukan revertan his’ cawan yang berisi senyawa
kimia daripada cawan kontrol maka senyawa tersebut merupakan agen mutasi
(mutagenik), ssedangkan jika banyak terdapat kalori maka menunjukan bahwa senyawa
kimia itu menginduksi mutasi.
BAB 4
MEKANISME PERBAIKAN DNA , MUTASI DAN ADAPTASI , MUTASI DAN KANKER,
APLIKASI PRAKTIS MUTASI, SERTA SAKIT GENETIK MANUSIA YANG
DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN
DNA.
MEKANISME PERBAIKAN DNA
1. Perbaikan Kerusakan DNA Akibat Mutasi secara Langsung
a. Perbaikan oleh aktivitas enzim polymerase merupakan aktivitas eksonuklease
yang dapat dikaikan dengan peristiwa yang berhubungan dengan selisih frekuensi
selama polymerase DNA dan frekuensi kesalahan akibat subtitusi pasangan basa
antara 10-7 sampai 10-11 serta frekuensi kesalahan insersi nukleotida selama
polymerase sebesar 1 dalam 10. Kesahan ini mukin akibat dari adanya bonggol
pada unting ganda DNA akibat pasangan basa yang salah sehingga tidak
membentuk ikatan ikatan hydrogen atau DNA polymerase tidak menambahkan
nukleotida baru pada ujung 3’, hal ini akan terjadi terus menerus hingga ada yang
memotong nukleotida yang salah. Pemotongan nukleotida ini dilakukan oleh
aktivitas eksosnuklease dari 3’ ke 5’, polimerasi akan terjadi lagi dari 5’ ke 3’.
Contoh lain yaitu aktivitas eksosnuklease dari enzim polymerase DNA yang
menekan laju mutasi pada bakteri E.coli.
b. Fotoreaktivitas dimer pirimidin yang diinduksikan oleh UV merupakan teknik
perbaikan DNA dengan bantuan cahaya dalam rentang panjang gelombang 320-
370 nm (cahaya biru), dimer timin (atau dimer pirimidin) yang dapat memulihkan
DNA seperti semula, selain itu menggunakan enzim fotoliase yang berfungsi
sebagai pembersih sepanjang untai ganda dan mencari bonggol yang terbentuk
akibat dimer timin atau pirimidin.
2. Perbaikan Kerusakan Akibat Alkilasi
Kerusakan DNA akibat alklasi dapat diperbaiki oleh enzim metiltranferase O 6-
metilguanin atau O6- methylguanine mrthyltransferase , enzim ini dikode oleh gen “ada”
yang akan menemukan O6-metilguanin dan menyingkirkan gugus metil tersebut.
3. Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara Membuang Pasangan Basa
Perbaikan kerusakan DNA dengan memotong (excision repair), dengan bantuan
glikosilase dan koreksi pasangan basa yang salah.
a. Pemotong (excision repair), disebut juga perbaikan gelap atau dark repair karena
tidak membutuhkan cahaya yaitu, dengan menhilangkan dimer pirimidin yang
terbentuk akibat induksi cahaya UV. Percobaannya dilakukan pada E.coli yang
laju pertumbuhannya meningkat setelah diiduksi sinar UV, lalu dilakukan
pemotongan pada E.coli dan berbagai distorsi dari helix DNA yang mengandung
enzim endonulkease uvr ABC yang akan memotong unting yang rusak dari 3’ ke
5’ dan nukleotida ke arah ujung 3’ dari posisi dimer.
b. Perbaikan dengan glikosilase, yaitu enzim ini akan mendeteksi adanya basa yang
tak lazim dan mengkatalisasi pemutusanya dari gula deoksiribosa. Pemutusan ini
akan menimbulkan “lubang” pada DNA yang disebut AP atau AP site (tapak
apurinik yang tidak ada purin berupa guanine dan adenine atau tapak pirimidinik
yang tidak ada pirimidin berupa sitosi atau timin). “ Lubang” ditemukan oleh
enzim endonuclease AP yang akan memotong ikatan fosfodiester di samping basa
yang lepas, lalu polymerase DNA akan menyingkirkan beberapa nukleotida
dengan aktivitas eksosnuklease dari 5’ ke 3’ dan melakukan polimerisasi mengisi
celah dan menyambung pengggalan nukleotida baru dengan ligase.
c. Perbaikan melalui koreksi pasangan basa yang salah (mismatched correctiction),
merupakan perbaikan DNA yang dikode tiga gen yaitu, mut H, mut L, dan mut S.
enzimm inilah yang kan mencari kesalahan, jikatelah ditemukan maka enzim
tersebut akan mengkatalisis penyingkiran suatu segmen DNA (unting
tunggal)yang mengandung pasangan basa yang salah.
MUTASI DAN ADAPTASI
Mutasi terjadi tanpa adanya kaitan dengan keuntungan dan kerugian mutasi tersebut.
Gen-gen yang terkandung dalam tiap populasi yang sudah lolos seleksi alam, individu yang
hidup dalam tiap populasi adalh yang sudah berhasil lolos dari proses seleksi alam. Varian –
varian alel dalam suatu populasi bersifat adaptif dan setiap mutan baru lebih berpeluang
merugikan, contohnya mutasi mamalia di Alaska yang berakibat timbulnya bulu lebat mungkin
lebih menguntungkan dari pada mutasi sejenis yang terjadi di Florida.
MUTASI DAN KANKER
Banyak agen mutasi yang kuat yang bersifat karsinogenik atau penginduksi kanker
seperti, paparan sinar UV dan radiasi pengion. Adanya korelasi antara daya mutagen dan
karsinogenik sesui dengan teori yang menyatakan bahwa kanker disebabkan oleh mutasi somatic
yang diperkuat dengan temuan onkogen selular (onkogen penyebab kanker) dan diperkuat
dengan demonstrasi bahwa onkogen berperan terhadap karsinoma kandung kemih akibat
perubahan satu pasang basa.