Anda di halaman 1dari 6

Luthfi Helen Hasanah (160342606239)

DETEKSI MUTASI Rizal Fanany (160342606255)

1. Deteksi mutasi pada bakteri dan jamur

Deteksi mutasi bergantung pada sistem seleksi yang mudah memisahkan sel-sel
mutan dari yang bukan mutan.  Deteksi mutasi pada bakteri dan jamur tidak berbeda
prinsipnya. Misalnya pada deteksi mutasi nutrisional pada jamur Neurospora crassa.
Neurospora crassa merupakan jamur yang bersifat monoploid (haploid)  pada fase
vegetatif, sehingga pada fase itulah deteksi mutasi dilakukan untuk mempermudah
pendeteksian.  Pada deteksi mutan nutrisional pada N. crassa menunjukan bahwa konidia
monoploid mengandung sesuatu mutan  dapat dideteksi dan diisolasi atas dasar
kegagalannya tumbuh pada suatu medium lengkap.  Misalnya pada mutan yang sudah
dideteksi dan diisolasi terbukti dapat tumbuh pada medium minimumyang diberikan
suplemen tirosin,  sehingga dipastikan terjadi mutasi yang terdeteksi suatu mutan
autosotrof tirosin atau tyr-atau mutasi tersebut merupakan mutan auksotrof tirosin (baru
dapat hidupatau tumbuh jika pada medium minimal diberi suatu suplemen tertentu) 

2. Deteksi mutasi pada Drossophilla 


Menurut Muller -5, pendeteksian mutasi pada Drossophilla menggunakan teknik
CIB yaitu suatu inversi yang menekan (menghalangi) peristiwa pindah silang,  I adalah
alel letal resesif,  B adalah suatu duplikasi gen dominan yang memunculkan mata
Bar(Klug dan Cummings,  1994).

Metode pendeteksian mutasi pada Drossophilla telah dikembangkan yaitu dengan


teknik kromosom X berlekatan atau attached-X procedure, teknik ini mengunakan
individu betina yang memiliki kromosom X berlekatan pada sentromer. Teknik
kromosom X berlekatan dimanfaatkan untuk mendeteksi mutasi morfologi yang resesif
bahkan sederhana, karena hanya satu generasi yang dibutuhkan.
3. Deteksi mutasi pada tumbuhan tinggi
Teknik yang digunakan dalam mendeteksi mutasi biokimiawi pada tumbuhan
tinggi yaitu pertama melalui teknik analisis komposisi biokimia, misalnya isolasi protein
dari endosperm jagung. Teknik deteksi mutasi yang kedua yaitu, pada tumbuhan yang
melibatkan kultur jaringan galur-galur sel tumbuhan pada medium tertentu. Sel
tumbuhan diperlukan sebagai mikroorganisme, sedangkan kebutuhan biokimiawi dapat
ditetapkan dengan cara menambah dan mengurangi mutrien dalam medium kultur.
4. Deteksi mutasi pada manusia
Deteksi mutasi pada manusia dapat dlakukan dengan analisis silsilah jika
berkaitan dengan sifat dan kelainanan tertentu. Mutasi yang dominan mudah dideteksi,
jika gen mutan dominan itu terdapat pada kromosom kelamin X maka seorang ayah
tergolong penderita akan mewariskan ciri fenotip kepada semua anak perempuannya. Jika
gen mutan dominan tersebut terpaut otosom, maka hampir 50% anaknya mewarisi mutan
tersebut. Untuk mendeteksi mutan resesif yang terpaut kromosom kelamin dapat
dideteksi dengan bantuan analisis silsilah, misalnya mutan resesif yang terpaut kromosom
kelamin pada manusia adalah hemophilia.

UJI AMES
Uji ames merupakan pengujian peluang suatu senyawa kimia masuk ke dalam
tubuh sebagai agen mutasi. Teknik pengujian ini menggunakan bakteri dua strain
Salmonella typhymurium yang tergolong auksotrofik untuk histidin, yang membutuhkan
tambahan histidin untuk tetap hidup dalam medium pertumbuhan. Salah satu starain
mutan his dapat dikembalikan menjadi his’ oleh suatu mutasi pergantuan basa dan pada
strain satunya lagi dapat dikembalikan menjadi his’ oleh suatu pengubah rangka
(frameshit mutation).
Pada hati tikus yang disentrifuge agar pecahan – pecahan sel mengendap,
supernatannya ditambah kultur cair dari Salmonella typhymurium bersama zat kimia yang
diuji. Revertan strain Salmonella typhymurium yang diberikan diharapkan dapat berupa
his’, revetan his’ dapat diketahui dengan pembentukan koloni medium yang tidak
mengandung histidin. Jika banyak ditemukan revertan his’ cawan yang berisi senyawa
kimia daripada cawan kontrol maka senyawa tersebut merupakan agen mutasi
(mutagenik), ssedangkan jika banyak terdapat kalori maka menunjukan bahwa senyawa
kimia itu menginduksi mutasi.
BAB 4
MEKANISME PERBAIKAN DNA , MUTASI DAN ADAPTASI , MUTASI DAN KANKER,
APLIKASI PRAKTIS MUTASI, SERTA SAKIT GENETIK MANUSIA YANG
DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN
DNA.
MEKANISME PERBAIKAN DNA
1. Perbaikan Kerusakan DNA Akibat Mutasi secara Langsung
a. Perbaikan oleh aktivitas enzim polymerase merupakan aktivitas eksonuklease
yang dapat dikaikan dengan peristiwa yang berhubungan dengan selisih frekuensi
selama polymerase DNA dan frekuensi kesalahan akibat subtitusi pasangan basa
antara 10-7 sampai 10-11 serta frekuensi kesalahan insersi nukleotida selama
polymerase sebesar 1 dalam 10. Kesahan ini mukin akibat dari adanya bonggol
pada unting ganda DNA akibat pasangan basa yang salah sehingga tidak
membentuk ikatan ikatan hydrogen atau DNA polymerase tidak menambahkan
nukleotida baru pada ujung 3’, hal ini akan terjadi terus menerus hingga ada yang
memotong nukleotida yang salah. Pemotongan nukleotida ini dilakukan oleh
aktivitas eksosnuklease dari 3’ ke 5’, polimerasi akan terjadi lagi dari 5’ ke 3’.
Contoh lain yaitu aktivitas eksosnuklease dari enzim polymerase DNA yang
menekan laju mutasi pada bakteri E.coli.
b. Fotoreaktivitas dimer pirimidin yang diinduksikan oleh UV merupakan teknik
perbaikan DNA dengan bantuan cahaya dalam rentang panjang gelombang 320-
370 nm (cahaya biru), dimer timin (atau dimer pirimidin) yang dapat memulihkan
DNA seperti semula, selain itu menggunakan enzim fotoliase yang berfungsi
sebagai pembersih sepanjang untai ganda dan mencari bonggol yang terbentuk
akibat dimer timin atau pirimidin.
2. Perbaikan Kerusakan Akibat Alkilasi
Kerusakan DNA akibat alklasi dapat diperbaiki oleh enzim metiltranferase O 6-
metilguanin atau O6- methylguanine mrthyltransferase , enzim ini dikode oleh gen “ada”
yang akan menemukan O6-metilguanin dan menyingkirkan gugus metil tersebut.
3. Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara Membuang Pasangan Basa
Perbaikan kerusakan DNA dengan memotong (excision repair), dengan bantuan
glikosilase dan koreksi pasangan basa yang salah.
a. Pemotong (excision repair), disebut juga perbaikan gelap atau dark repair karena
tidak membutuhkan cahaya yaitu, dengan menhilangkan dimer pirimidin yang
terbentuk akibat induksi cahaya UV. Percobaannya dilakukan pada E.coli yang
laju pertumbuhannya meningkat setelah diiduksi sinar UV, lalu dilakukan
pemotongan pada E.coli dan berbagai distorsi dari helix DNA yang mengandung
enzim endonulkease uvr ABC yang akan memotong unting yang rusak dari 3’ ke
5’ dan nukleotida ke arah ujung 3’ dari posisi dimer.
b. Perbaikan dengan glikosilase, yaitu enzim ini akan mendeteksi adanya basa yang
tak lazim dan mengkatalisasi pemutusanya dari gula deoksiribosa. Pemutusan ini
akan menimbulkan “lubang” pada DNA yang disebut AP atau AP site (tapak
apurinik yang tidak ada purin berupa guanine dan adenine atau tapak pirimidinik
yang tidak ada pirimidin berupa sitosi atau timin). “ Lubang” ditemukan oleh
enzim endonuclease AP yang akan memotong ikatan fosfodiester di samping basa
yang lepas, lalu polymerase DNA akan menyingkirkan beberapa nukleotida
dengan aktivitas eksosnuklease dari 5’ ke 3’ dan melakukan polimerisasi mengisi
celah dan menyambung pengggalan nukleotida baru dengan ligase.
c. Perbaikan melalui koreksi pasangan basa yang salah (mismatched correctiction),
merupakan perbaikan DNA yang dikode tiga gen yaitu, mut H, mut L, dan mut S.
enzimm inilah yang kan mencari kesalahan, jikatelah ditemukan maka enzim
tersebut akan mengkatalisis penyingkiran suatu segmen DNA (unting
tunggal)yang mengandung pasangan basa yang salah.
MUTASI DAN ADAPTASI
Mutasi terjadi tanpa adanya kaitan dengan keuntungan dan kerugian mutasi tersebut.
Gen-gen yang terkandung dalam tiap populasi yang sudah lolos seleksi alam, individu yang
hidup dalam tiap populasi adalh yang sudah berhasil lolos dari proses seleksi alam. Varian –
varian alel dalam suatu populasi bersifat adaptif dan setiap mutan baru lebih berpeluang
merugikan, contohnya mutasi mamalia di Alaska yang berakibat timbulnya bulu lebat mungkin
lebih menguntungkan dari pada mutasi sejenis yang terjadi di Florida.
MUTASI DAN KANKER
Banyak agen mutasi yang kuat yang bersifat karsinogenik atau penginduksi kanker
seperti, paparan sinar UV dan radiasi pengion. Adanya korelasi antara daya mutagen dan
karsinogenik sesui dengan teori yang menyatakan bahwa kanker disebabkan oleh mutasi somatic
yang diperkuat dengan temuan onkogen selular (onkogen penyebab kanker) dan diperkuat
dengan demonstrasi bahwa onkogen berperan terhadap karsinoma kandung kemih akibat
perubahan satu pasang basa.

APLIKASI PRAKTIS MUTASI


1. Mutasi yang Bermanfaat dalam Perakitan Bibit
Perakitan bibit merupakan pengembangan sifat – sifat yang diinginkan melalui mutasi.
Tanaman yang tumbuh dari bibit rakitan terbukti dapat meningkatkan hasil panen, kandungan zat
yang ssesuai dengan yang diinginkandan dapat tahan terhadap penyakit. Salah satu contohnya
yaitu bibit rakitan yang memanfaatkan mutasi teinduksi pada bibit Penicillium yang
menghaslkan penisilin yang lebih banyak.
2. Telaaah Proses Biologis melali Analisis Mutasi
Mutasi telah digunakan secara ekstensif untuk menelaah jalur terjadinya proses biologis.
Urutan – urutan pada suatu jalur reaksi dapat ditentukan dengan cara mengisolasi dan
mempelajari mutasi gen-gen pengkode enzim yang terlibat. Salah satu contohnya adalh
analisis materi genetic yang berhubungan dengan pengungkapan jalur morfogenesis pada
bakteriofage.
SAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI
DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN DNA.
Kesalahan replikasi DNA dan kesalahan perrbaikan DNA dapat menimbulkan
sakit yaitu Xeroderma pimentosum, yang disebabkan oleh mutan resesif homozigot yang
bersangkut paut dengan suatu gen pengkode protein yang berperan pada perbaikan
kerusakan DNA. Anemi Fanconi, Alaxia telanglatactase, sindrom bloom , disebabkan
karena mutan – mutan resesif homozigot pada autosom.

Pertanyaan Luthfi Helen Hasanah


1. Bagaimana teknik perbaikan DNA dengan Fotoreaktivitas dimer pirimidin yang
diinduksikan oleh UV?
Fotoreaktivitas dimer pirimidin yang diinduksikan oleh UV merupakan teknik perbaikan
DNA dengan bantuan cahaya dalam rentang panjang gelombang 320-370 nm (cahaya
biru), dimer timin (atau dimer pirimidin) yang dapat memulihkan DNA seperti semula,
selain itu menggunakan enzim fotoliase yang berfungsi sebagai pembersih sepanjang
untai ganda dan mencari bonggol yang terbentuk akibat dimer timin atau pirimidin.
2. Bagaiman teknik pengujian peluang suatu senyawa kimia masuk ke dalam tubuh sebagai
agen mutasi (Uji Ames)?
Teknik Ames ini menggunakan bakteri dua strain Salmonella typhymurium yang
tergolong auksotrofik untuk histidin, yang membutuhkan tambahan histidin untuk tetap
hidup dalam medium pertumbuhan. Salah satu starain mutan his dapat dikembalikan
menjadi his’ oleh suatu mutasi pergantuan basa dan pada strain satunya lagi dapat
dikembalikan menjadi his’ oleh suatu pengubah rangka (frameshit mutation).

Anda mungkin juga menyukai