PERAWATAN PRAJURIT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Diksarcab Ajen.
RAHASIA
2
b. Tata Urut. Naskah departemen ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pedahuluan.
2) Ketentuan Umum.
7) Cuti.
9) Tunjangan Cacat
10) Evaluasi.
11) Penutup.
4. Pengertian.
b. Cuti. Cuti adalah tidak melaksanakan dinas secara sah bagi prajurit selama
waktu tertentu atas ijin pejabat yang berwenang.
d. Gelar. Gelar adalah predikat yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari
suatu prestasi yang telah dicapai dalam bidang ilmiah pelaksanaan ibadah
keagamaan atau gelar kebangsawanan atau adat daerah yang didapat dari garis
keturunan.
e. Kartu penunjukan istri (KPI). Kartu penunjukan istri (KPI) adalah kartu yang
diberikan kepada seorang istri dari prajurit yang menikah secara sah menurut
peraturan yang berlaku dan ditunjuk sebagai istri yang berhak menerima pensiun
warakawuri.
h. Pindah Agama. Pindah agama adalah tindakan beRp. indah agama dari
yang dianutnya semula ke agama lain melalui prosedur dan bukti yang sah yang
mengakibatkan harus ada perubahan pada data pokok personel yang terdapat pada
dokumen otentik yang disimpan di Ditajenad.
BAB II
KETENTUAN UMUM
5. Umum. Perawatan sebagai bagian integrasi dari pembinaan personel TNI yang
harus menjamin setiap personel agar selalu siap mengemban tugas yang dibantukan
kepadanya dengan sebaik-baiknya. Perawatan diselenggarakan dengan pemberian rawatan
kedinasan kepada setiap personel TNI dan keluarganya, berlangsung sejak diangkat
menjadi prajurit siswa sampai berakhirnya dinas keprajuritan agar dapat dicapai
keseimbangan dan keserasian antara kepentingan organisasi dan kebutuhan individu.
Disamping rawatan kedinasan, terhadap mantan prajurit diselenggarakan pula rawatan
purnadinas yang meliputi Tujuan Perawatan Personel, Sasaran Perawatan Personel, Prinsip
Perawatan Personel, Kebijaksanaan Dasar Perawatan Personel, Aspek-aspek Perawatan
Personel.
a. Prajurit TNI.
c. Semua hak personel yang telah diatur disampaikan secara tepat waktu, tepat
jumlah dan tepat alamat/tujuan.
5) Kepentingan individu.
6
c. Kegiatan perawatan dilaksanakan secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu,
dan tepat sasaran, agar kondisi yang optimal dapat dicapai dan dipertahankan.
10. Aspek-aspek Perawatan Personel. Hak-hak personel telah diatur sesuai dengan
kebijaksanaan dasar Panglima TNI yang meliputi :
1) Penghasilan Prajurit.
a) perlengkapan perorangan;
b) ransum pangan;
c) rawatan kesehatan;
7
d) pembinaan jasmani;
e) pembinaan moril;
f) pembinaan mental;
h) pembinaan hukum.
a) rawatan kesehatan;
b) pembinaan moril;
c) pembinaan mental;
d) pembinaan hukum;dan
e) perumahan dinas.
a) pelayanan kesehatan;
b) santunan cacat;
c) santunan Asabri;
8
f) uang duka;
11. Evaluasi.
BAB III
1) Bintang Sakti.
2) Bintang Dharma.
3) Bintang Gerilya.
10
1) Satyalancana Bhakti.
2) Satyalancana Teladan.
3) Satyalancana Kesetiaan:
15. Persyaratan.
a. Persyaratan Umum.
3) Berkelakuan baik.
b. Persyaratan Khusus.
1) Bintang Militer.
2) Satyalancana Militer.
a. Tingkat Satminkal.
1) Ketua : Wadan/Waka
b. Tingkat Kotama/Balakpus.
c. Tingkat Mabesad.
18
2) Wakil : Dirajenad
a. Kotama/Balakpus.
b. Mabesad.
1) Periode I.
2) Periode II.
1) Pemakaman.
2) Upacara Militer.
20
19. Evaluasi.
BAB IV
b. Setelah mendapat ijin dari pejabat yang berwenang, calon suami isteri yang
harus menghadap pejabat agama TNI AD untuk mendapat petunjuk seperlunya.
c. Sebelum mendapatkan ijin cerai dari pejabat yang berwenang suami isteri
harus menghadap kepada pajabat agama TNI AD untuk diusahakan dapat rukun
kembali dalam satu rumah tangga.
2) surat Keterangan dari pamong praja untuk kedua orang tua calon suami
isteri;
3) surat ijin dari kedua orang tua isteri umur kurang 21 tahun;
5) surat kesanggupan dari suami isteri untuk menjadi suami isteri anggota
yang bersangkutan;
b. Dilarang hidup bersama antara wanita dan pria sebelum ada ikatan
perkawinan.
d. Bagi anggota kowad boleh diijinkan nikah setelah mememiliki masa kerja :
26. Evaluasi.
c. Dalam hal perkawinan ada hal-hal yang berupa larangan dan teguran,
jelaskan !
24
BAB V
27. Umum. Pernikahan prajurit harus diikuti dengan tindakan administrasi yang
memberikan bukti penunjukan isteri/suami dari prajurit melalui pemberian Kartu
Penunjukkan Isteri/Suami (KPI/KPS) untuk prajurit sehingga tidak terjadi permasalahan di
kemudian hari setelah prajurit yang bersangkutan purna dinas. Pengurusan Kartu
Penunjukan Isteri/Suami prajurit diharapkan dapat terselenggara dengan cepat, tepat dan
benar, sehingga isteri/suami prajurit dapat terpenuhi hak dan kewajibannya sebagai seorang
isteri/suami prajurit yang meliputi tujuan dan sasaran, prinsip-prinsip, serta wewenang dan
persyaratan administrasi.
28. Tujuan dan Sasaran. Tujuan dan sasaran pengurusan KPI/KPS prajurit sebagai
berikut :
a. Setiap isteri/suami prajurit berhak dan wajib untuk memiliki KPI/KPS prajurit
sebagai tanda bukti administrasi atas isteri/suami yang ditunjuk.
c. Apabila seorang prajurit mempunyai isteri lebih dari satu orang yang dinikahi
secara sah dan meproleh izin dari pejabat yang berwenang, KPI prajurit hanya
diberikan kepada isteri pertama.
e. Purnawirawan yang menikah secara sah semasa dinas aktif sebagai prajurit
namun isteri/suami yang bersangkutan belum memiliki KPI/KPS prajurit, maka kepada
isteri/suami yang telah dinikahi secara sah sesuai ketentuan yang berlaku pada saat
purnawirawan tersebut dinas aktif dapat diberikan Surat Persetujuan Penunjukan
Isteri/Suami (KPI/KPS)
25
2) fotokopi surat izin kawin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;
4) fotokopi akta cerai dan surat izin cerai isteri/suami dari pejabat yang
berwewenang bagi prajurit yang menikah lagi setelah bercerai dan diligalisasi
oleh pejabat yang berwenang;
26
a) Satminkal.
b) Kotama/Balakpus.
c) Ditajenad.
28
a) Satker.
d) Ditajenad.
e) fotokopi surat izin kawin dan/atau surat izin cerai yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang (bila yang bersangkutan menikah
dan/atau bercerai saat masih aktif sebagai prajurit);
6) Pelaksanaan Kegiatan.
(3) Ditajenad.
34
32. Evaluasi.
BAB VI
33. Umum. Semua data personel yang tercatat dalam Buku Register Personel sejak
diangkat menjadi prajurit TNI AD adalah sah/otentik dan berlaku untuk seterusnya. Untuk
setiap perubahan yang dapat terjadi di kemudian hari harus dilakukan tindakan
pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan ditunjuk untuk menyelenggarakan
administrasi personel di lingkungan TNI AD, sehingga semua produk administrasi yang
terjadi sebagai akibat perubahan itu menjadi otentik. Bahkan administrasi yang otentik
dapat dijadikan dasar hukum untuk merubah hak kewajiban maupun pengembangan karier
prajurit yang bersangkutan. Agar tertib administrasi personel diperlukan kegiatan yang
meliputi meliputi ketentuan ganti nama, tambah gelar dan pindah agama, persyaratan ganti
nama, tambah gelar dan pindah agama, tata cara pengusulan, dan penyelesaian
administrasi.
b. Keabsahan perubahan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar adalah
sah apabila telah diterbitkan surat keputusan yang berwenang.
c. Dasar penerbitan keputusan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar
diterbitkan berdasarkan dokumen otentik yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi yang
berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
36. Tata cara Pengusulan. Tata cara pengusulan untuk mendapatkan keputusan
pengesahan administrasi ganti nama, pindah agama dan tambah gelar ditentukan sebagai
berikut :
c. kesatuan di luar jajaran TNI AD mengajukan usul langsung kepada Kasad u.p
Dirajenad.
a. Satminkal.
b. Kotama/Balakpus.
c. Ditajenad.
a) Aspers Kasad.
b) Pangkotama/Balakpus pengusul.
c) Dirkuad.
d) Kadisinfolahtad.
38. Lain-lain. Bagi prajurit TNI AD yang sudah melaksanakan ganti nama/pindah
agama/tambah gelar tetapi belum mempunyai Keputusan pengesahan dari Dirajenad agar
segera mengajukan permohonan keputusan pengesahannya sesuai dengan ketentuan.
39. Evaluasi.
c. Jelaskan tatacara pengusulan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !
39
40
BAB VII
CUTI
40. Umum. Pemberian cuti merupakan bagian dari perawatan personel sebagai
upaya memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani guna meningkatkan moril prajurit
agar memiliki kinerja yang tinggi serta selalu siap menjalankan segala tugas kewajiban
dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab adapun kegiatannya meliputi
pengertian-pengertian, macam cuti dan wewenang pemberian cuti .
41. Macam dan Ketentuan Cuti. Prajurit TNI diberikan hak untuk mendapatkan
berbagai macam cuti yaitu :
a. Cuti Tahunan.
1) Cuti tahunan diberikan setiap tahun kepada prajurit TNI AD yang telah
berdinas sekurang-kurangnya 1 tahun terus-menerus.
2) Cuti tahunan diberikan setiap tahun selama 12 hari kerja diluar hari libur
dalam tahun almanak dan pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 2
bagian/tahap masing-masing 6 hari kerja dengan jangka waktu antara kedua
bagian sekurang-kurangnya 6 bulan.
3) Bagi prajurit TNI AD yang mengalami mutasi diberikan hak cuti tahunan
minimal setelah 6 bulan berdinas di satuan baru.
4) Cuti tahunan yang dilaksanakan di daerah yang sulit transportasi,
lamanya cuti tahunan dapat ditambah dengan waktu perjalanan pulang-pergi
berdasarkan pertimbangan pejabat yang berwenang memberikan cuti, akan
tetapi waktu perpanjangan tiak boleh melampaui jangka waktu 7 hari.
5) Untuk kepentingan dinas seorang pejabat dapat :
a) menunda tanggal pelaksanaan cuti tahunan yang telah diberikan
sampai kepentingan dinas telah mengizinkan dalam tahun itu;dan
b) menarik kembali cuti tahunan yang telah diberikan atau yang
sedang dijalankan, dalam hal ini hari-hari yang telah dibatalkan tidak
dimasukkan dalam perhitungan jumlah cuti tahunan berikutnya.
6) Penangguhan dan penarikkan cuti tahunan di atas dilakukan secara
tertulis dan menyebutkan alasan-alasannya.
7) Cuti tahunan bagi yang menjabat sebagai pelatih/Gumil pada suatu
lembaga pendidikan militer, waktunya disesuaikan dengan masa liburan yang
berlaku untuk lembaga pendidikan tersebut.
8) Cuti tahunan yang tidak dilaksanakan tidak dapat dipergunakan lagi
dalam tahun berikutnya.
b. Cuti Sakit. Cuti sakit diberikan kepada prajurit yang menurut surat
keterangan Dokter TNI dinyatakan sakit dengan ketentuan sebagai berikut: .
1) cuti sakit yang lamanya lebih dari 2 hari perlu adanya surat keterangan
Dokter yang berdinas di lingkungan TNI;
41
4) cuti sakit yang berlangsung lebih dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun
prajurit TNI yang bersangkutan menerima penghasilan penuh menurut
peraturan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan;
5) apabila telah berakhir masa cuti sakit selama 1 tahun, prajurit yang
bersangkutan atas dasar penilaian badan penguji kesehatan;
c. Cuti Dinas Lama. Cuti dinas lama diberikan kepada seorang prajurit yang
bekerja secara terus menerus selama tiga tahun dengan kondite kerja baik dan tidak
pernah mengambil cuti tahunan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) lamanya cuti dinas lama adalah 30 hari termasuk hari libur dan hari
minggu dapat dilakukan tiap-tiap tiga tahun setelah yang bersangkutan
diperbolehkan mengambil cuti dinas lama;
2) jika dalam tahun itu sudah melaksanakan cuti dinas lama maka cuti
tahunan dalam tahun itu dihapuskan;
3) selama cuti dinas lama gaji beserta tunjangan diberikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;dan
b) menarik kembali cuti dinas lama yang telah diberikan atau yang
telah dijalankan dengan digantikan di waktu yang lain dalam tahun
almanak yang sedang berjalan selama sisa waktu cuti dinas lama yang
belum dilaksanakan.
d. Cuti Kawin. Cuti kawin diberikan kepada prajurit yang akan melaksanakan
perkawinan yang diatur sebagai berikut :
2) cuti kawin diberikan selama 3 hari kerja bagi prajurit TNI pria dan 6 hari
kerja bagi Prajurit TNI wanita;dan
f. Cuti Hamil. Cuti hamil Diberikan kepada prajurit Kowad yang hamil yang
akan melahirkan akibat dari perkawinan yang sah dengan ketentuan sebagai berikut :
6) bagi yang melaksanakan cuti hamil dan melahirkan maka cuti tahunan
dan cuti dinas lama dalam tahun berjalan dinyatakan dihapus.
g. Cuti Luar Biasa. Cuti luar biasa diberikan kepada prajurit yang mempunyai
keperluan-keperluan yang bersifat luar biasa.
2) Lamanya 8 Hari, jika cuti luar biasa diberikan lebih dari 8 hari kerja
dalam satu tahun, maka cuti tahunan yang diberikan kepada yang
bersangkutan dikurangi dengan sekian hari lebihnya dari 8 hari tersebut.
3) Dengan menyimpang dari ketentuan dalam pasal 2), cuti luar biasa
dapat dipeRp. anjang sebanyak-banyak 1 bulan dalam 1 tahun dalam hal
seorang anggota keluarga meninggal dunia dan prajurit TNI yang bersangkutan
harus mengurus hak-hak dengan harta peninggalan sehingga ia harus
seringkali meninggalkan tempat kedudukannya.
h. Cuti Ibadah Haji. Cuti Ibadah haji diberikan kepada prajurit yang akan
melaksanakan Ibadah haji dengan ketentuan sebagai berikut :
5) bagi yang melaksanakan cuti ibadah haji, maka cuti tahunan dan cuti
dinas lama dalam tahun almanak yang sedang berjalan dihapuskan;
i. Cuti Ibadah Umroh dan Ibadah Lainnya. Cuti Ibadah Umroh dan Ibadah
Lainnya diberikan kepada prajurit TNI yang akan melaksanakan ibadah Umroh dan
ibadah lainnya dengan ketentuan sebagai berikut :
3) ketentuan yang berlaku bagi yang melaksanakan cuti ibadah Umroh dan
ibadah lainnya sama dengan ketentuan yang berlaku bagi yang melaksanakan
cuti Ibadah haji.
45
j. Cuti Luar Negeri. Cuti luar negeri diberikan kepada prajurit yang akan
melaksanakan kepentingan-kepentingan keluar negeri yang tidak merugikan dinas
dan jabatan dengan mengajukan permohonan kepada Menhan/Panglima TNI.
1) Kas Angkatan.
2) Kasum TNI.
3) Kaster TNI.
4) Irjen TNI.
5) Danjen Akademi TNI.
6) Kabais.
7) Pangkoharnud.
8) Pejabat setingkat Pati bintang tiga.
1) untuk cuti tahunan, cuti kawin, cuti luar biasa dan cuti istimewa
oleh Ir/As/Dan/Pangkohanudnas/Kabalakpus atau pejabat yang ditunjuk;dan
2) untuk cuti sakit yang melebihi 30 hari cuti dinas lama, cuti hamil
dan melahirkan, cuti ibadah Haji, cuti ibadah Umroh dan ibadah lainnya yang
dilaksanakan diluar negeri oleh Kasum TNI.
43. Evaluasi.
BAB VIII
44. Umum. Tabungan Wajib Perumahan dan KPR swakelola merupakan salah satu
upaya pimpinan Angkatan Darat dalam rangka memenuhi kesejahteraan personel
khususnya dibidang perumahan yang merupakan kebutuhan mendasar. Namun demikian
indeks potongan TWP sampai saat ini dirasakan tidak memadai dihadapkan kepada
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi personel Angkatan Darat, oleh sebab itu diperlukan
adanya penyempurnaan kenaikan potongan tabungan wajib perumahan menjadi Rp.
50.000,- per orang perbulan untuk semua pangkat dan golongan. PT. ASABRI (Persero)
merupakan badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan Terbatas dimana seluruh
sahamnya dimiliki oleh negara yang diwakili oleh Menteri Negara BUMN selaku Pemegang
Saham atau RUPS berdasarkan PP No. 64 Tahun 2001 tentang Pengalihan kedudukan,
tugas dan wewenang Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (Persero),
Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara.
45. Tabungan Wajib Perumahan (TWP) Merupakan tabungan yang bersifat wajib bagi
seluruh peserta TWP.
a. Peserta TWP.
2) Seluruh anggota Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil
yang bertugas di jajaran unit Angkatan Darat.
1) Kewajiban Peserta.
2) Hak Peserta.
3) Waktu Penyertaan.
d. Proses Jual Beli. Setelah melalui proses penelitian dan pemeriksaan serta
telah dinyatakan layak huni oleh Puskopad, maka proses jual beli dapat dilaksanakan
48
(1) biaya Notaris untuk biaya akte jual beli dan pengakuan
hutang dari debitur kepada BP TWP AD;
3) Tanah.
49
b) Bagi peserta TWP yang memiliki tanah sendiri dan rencana akan
dibangun oleh KPR swakelola dapat dilaksanakan selama ada
kesepakatan dengan pihak pengembang.
5) Besar Angsuran.
2) Melengkapi :
3) Melaksanakan :
(2) Ahli waris debitur lama dan calon debitur baru membuat
pernyataan yang diketahui Dansatker :
h. Pengelolaan Dana.
e) Avalis.
1) Kewajiban.
2) Hak. Peserta ASABRI yang terdiri dari prajurit TNl, Anggota Polri dan
PNS Kemhan/Polri baik aktif maupun pensiun beserta keluarganya berhak
mendapatkan manfaat santunan sesuai peraturan yang berlaku serta
pelayanan pembayaran pensiun.
55
1) Tepat waktu;
2) Tepat alamat;
3) Tepat orang;
4) Tepat jumlah;dan
5) Tertib Administrasi
Militer dalam masa kedinasan bagi prajurit TNI/anggota Polri dan PNS
Kemhan/Polri.
Keterangan :
FNT (Faktor Nilai Tunai) adalah suatu besaran untuk menghitung hak santunan
nilai tunai asuransi yang berdasarkan pada tabel mortalita/tingkat harapan
hidup manusia, terdiri dari tabel faktor nilai tunai untuk Perwira, PNS Gol. IV
dan PNS Gol. HI dan tabel faktor nilai tunai untuk Bintara, Tamtama, PNS Gol.
II dan PNS Gol. I.
Keterangan :
58
h. Persyaratan Administrasi.
Pembayaran SRKK.
c) identitas diri;
a) Skep Pensiun;
c) identitas diri;
a) Skep Pensiun;
b) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli;
c) identitas diri;
d) surat keterangan kematian;dan
e) surat keterangan kematian.
47. Evaluasi.
67
BAB IX
TUNJANGAN CACAT
48. Umum. Pengurusan administrasi prajurit penyandang cacat mulai dari evaluasi
cacat, rehabilitasi cacat, pembinaan karier, perawatan dan rawatan purna dinas
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat diterima oleh prajurit
penyandang cacat dengan tepat, cepat dan benar yang meliputi yaitu ketentuan umum,
tingkat kecacatan, golongan kecacatan, perlakuan dan evaluasi terhadap prajurit
penyandang cacat.
b. Santunan cacat dan tunjangan ditentukan atas dasar tingkat dan golongan
cacatnya yang ditetapkan oleh Panglima TNI berdasarkan hasil pengujian dan
penilaian kecacatan prajurit oleh PEKP.
e. Santunan cacat dan/atau tunjangan cacat bagi prajurit penyandang cacat yang
meninggal dunia setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung
sampai dengan saat meninggal dunianya.
m. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku semua
peraturan pelaksanaan tentang santunan dan tunjangan cacat bagi prajurit TNI
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut.
5) Kehilangan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.
6) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.
10) Cacat yang luas dari organ system syaraf, pernapasan, kardiovaskuler,
pencernaan atau Urogenital kulit dan musculoskeletal.
11) Bisu
12) Tuli.
5) Perubahan klasifikasi atau fungsi organ tubuh yang bernilai lebih rendah
dari sebelumnya mendapat cedera/sakit.
a. Golongan “C” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer akibat
tindakan langsung lawan;
b. Golongan “B” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer bukan
tindakan langsung lawan dan atau dalam tugas kedinasan;dan
c. Golongan “A” adalah kecacatan yang terjadi dalam masa kedinasan bukan
dalam operasi militer atau bukan karena dinas.
a. Panitia Evaluasi.
b. Kegiatan Evaluasi.
b. Pendidikan.
c. Kepangkatan.
4) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan A sebesar 40% dari Gaji Pokok
Terakhir;dan
56. Evaluasi.
BAB X
57. Evaluasi.
n. Jelaskan tatacara pengusulan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !
RAHASIA
t. Jelaskan hak-hak bagi peserta Asabri !
BAB XI
PENUTUP
58. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dalam proses belajar mengajar pada pelajaran perawatan prajurit bagi
Pasis Diksarcab Ajen.
RAHASIA
RAHASIA
BAB XI
PENUTUP
59. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dalam proses belajar mengajar pada pelajaran perawatan prajurit bagi
Pasis Diksarcab Ajen.
RAHASIA