Anda di halaman 1dari 76

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Kep Danpusdikajen


PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / / 2014
Tanggal 2014

PERAWATAN PRAJURIT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perawatan merupakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan secara


terencana, teratur dan berlanjut untuk memberikan perawatan kedinasan guna
menciptakan kehidupan jasmani dan rohani yang sehat bagi setiap prajurit dan
keluarganya serta rawatan purna dinas sebagai penghargaan dari negara dan
jaminan bagi kelangsungan diri beserta keluarganya, sehingga dapat diperoleh
daya guna dan hasil guna yang optimal.

b. Pemberian rawatan kedinasan diarahkan untuk menjamin keseimbangan


kewajiban dan hak setiap prajurit, sedangkan pemberian rawatan purnadinas
diarahkan untuk menjamin kelangsungan kehidupan mantan prajurit beserta
keluarganya yang menyelenggarakannya dikaitkan dengan fungsi pemisahan.

c. Mengingat pentingnya perawatan prajurit maka kepada Pasis pendidikan dasar


kecabangan Ajen perlu dibekali pelajaran tentang perawatan prajurit

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Diksarcab Ajen.

b. Tujuan. Agar Pasis Diksarcab Ajen mengerti tentang pengetahuan


Perawatan prajurit sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Lingkup pembahasan Naskah Departemen ini membahas


tentang rangkaian kegiatan pendahuluan, ketentuan umum, tanda kehormatan militer,
nikah, talak, cerai dan rujuk (NTCR), kartu penunjukan isteri/kartu penunjukan suami
(KPI/KPS)/Surat pernyataan penunjukan isteri/surat pernyataan penunjukan suami
(SPPI/SPPS), ganti nama, tambah gelar dan pindah agama, cuti, tabungan wajib
perumahan/asuransi ABRI (ASABRI) dan tunjangan cacat.

RAHASIA
2

b. Tata Urut. Naskah departemen ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

1) Pedahuluan.

2) Ketentuan Umum.

3) Tanda Kehormatan Militer.

4) Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR)

5) Kartu Penunjukan Isteri/Kartu Penunjukan Suami (KPI/KPS)/Surat


Pernyataan Penunjukan Isteri/Surat Pernyataan Penunjukan Suami
(SPPI/SPPS)

6) Ganti Nama, Tambah Gelar dan Pindah Agama.

7) Cuti.

8) Tabungan Wajib Perumahan/Asuransi ABRI (ASABRI)

9) Tunjangan Cacat

10) Evaluasi.

11) Penutup.

4. Pengertian.

a. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).


Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia selanjutnya disingkat
ASABRI adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit ABRI dan PNS Kemhankam-ABRI
yang memberikan perlindungan terhadap resiko karena berkurang atau hilangnya
penghasilan prajurit ABRI dan PNS yang bersangkutan yang dilaksanakan secara
wajib berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Cuti. Cuti adalah tidak melaksanakan dinas secara sah bagi prajurit selama
waktu tertentu atas ijin pejabat yang berwenang.

c. Ganti Nama. Ganti nama adalah :

1) Tindakan untuk mengganti nama dengan nama lain yang menyebabkan


perubahan secara menyeluruh atau sebagian unsur-unsur yang terdapat pada
nama semula menjadi nama baru sehingga mengakibatkan harus ada
perubahan data pokok personel yang terdapat pada dokumen otentik yang
disimpan di Ditajenad.

2) Tindakan untuk mengubah sebagian dari nama atau menambah nama


semula menjadi nama baru tanpa mengubah unsur nama kecil sehingga
mengakibatkan harus ada perubahan pada data pokok personel yang terdapat
pada dokumen otentik yang disimpan di Ditajenad.
3

3) Tindakan mengurangi nama semula menjadi nama baru tanpa


mengubah salah satu unsur nama semula karena keinginan pribadi
mengakibatkan harus ada perubahan pada data pokok personel yang terdapat
dalam dokumen otentik yang disimpan di Ditajenad.

d. Gelar. Gelar adalah predikat yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari
suatu prestasi yang telah dicapai dalam bidang ilmiah pelaksanaan ibadah
keagamaan atau gelar kebangsawanan atau adat daerah yang didapat dari garis
keturunan.

e. Kartu penunjukan istri (KPI). Kartu penunjukan istri (KPI) adalah kartu yang
diberikan kepada seorang istri dari prajurit yang menikah secara sah menurut
peraturan yang berlaku dan ditunjuk sebagai istri yang berhak menerima pensiun
warakawuri.

f. Kartu penunjukan suami (KPS). Kartu penunjukan suami (KPS) adalah


kartu yang diberikan kepada suami sah yang berhak menerima pensiun duda.

g. Perawatan Kedinasan. Perawatan kedinasan adalah merupakan segala


pemberian dalam bentuk materiil dan non materiil oleh negara guna memenuhi
kebutuhan insani baik jasmani maupun rohani yang meliputi penghasilan prajurit,
rawatan keluarga prajurit.

h. Pindah Agama. Pindah agama adalah tindakan beRp. indah agama dari
yang dianutnya semula ke agama lain melalui prosedur dan bukti yang sah yang
mengakibatkan harus ada perubahan pada data pokok personel yang terdapat pada
dokumen otentik yang disimpan di Ditajenad.

i. Prajurit Penyandang Cacat. Prajurit penyandang cacat adalah prajurit TNI


AD termasuk prajurit siswa yang menderita cacat jasmani dan/atau rohani yang
disebabkan oleh karena dinas maupun selama masa kedinasan yang oleh karenanya
dapat merupakan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layak

j. Tanda kehormatan Jenis Bintang. Tanda kehormatan jenis bintang adalah


suatu penghargaan yang diberikan kepada perorangan untuk menghargai jasa-jasa
atau sifat kepahlawanan.

k. Tanda Kehormatan Satyalancana. Tanda kehormatan satyalancana adalah


penghargaan yang dianugerahkan kepada prajurit TNI AD yang telah menunjukan
kesetiaan dalam melakukan tugas kepentingan nusa dan bangsa.

l. Tunjangan Cacat. Tunjangan cacat adalah jaminan sosial yang merupakan


penghargaan pemerintah berbentuk uang yang diberikan setiap bulan selama
hidupnya kepada prajurit penyandang cacat sesuai dengan tingkat dan golongan
cacatnya

m. Tabungan Hari Tua/Perumahan (THT/P). Tabungan Hari Tua/Perumahan


(THT/P) adalah tabungan yang bersumber dari iuran wajib yang dikenakan terhadap
penghasilan perserta setiap bulan dan dikelola guna melaksanakan program ASABRI.
4
5

BAB II

KETENTUAN UMUM

5. Umum. Perawatan sebagai bagian integrasi dari pembinaan personel TNI yang
harus menjamin setiap personel agar selalu siap mengemban tugas yang dibantukan
kepadanya dengan sebaik-baiknya. Perawatan diselenggarakan dengan pemberian rawatan
kedinasan kepada setiap personel TNI dan keluarganya, berlangsung sejak diangkat
menjadi prajurit siswa sampai berakhirnya dinas keprajuritan agar dapat dicapai
keseimbangan dan keserasian antara kepentingan organisasi dan kebutuhan individu.
Disamping rawatan kedinasan, terhadap mantan prajurit diselenggarakan pula rawatan
purnadinas yang meliputi Tujuan Perawatan Personel, Sasaran Perawatan Personel, Prinsip
Perawatan Personel, Kebijaksanaan Dasar Perawatan Personel, Aspek-aspek Perawatan
Personel.

6. Tujuan Perawatan Personel. Perawatan personel TNI bertujuan untuk menjamin


kesejahteraan jasmani dan rohani sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku bagi setiap
personel dan keluarganya, agar dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dapat diarahkan
sepenuhnya untuk kepentingan organisasi TNI.

7. Sasaran Perawatan Personel.

a. Prajurit TNI.

b. Prajurit Cadangan TNI.

c. Keluarga Prajurit TNI.

8. Prinsip Perawatan Personel.

a. Kesamaaan perlakuan terhadap setiap prajurit TNI.

b. Mempunyai nilai daya dorong pribadi (motivasi) untuk berkarya.

c. Semua hak personel yang telah diatur disampaikan secara tepat waktu, tepat
jumlah dan tepat alamat/tujuan.

d. Diselenggarakannya untuk tercapainya keseimbangan secara wajar dan


berkelanjutan antara lain :

1) Kepentingan jasmani dan rohani.

2) Kebutuhan spiritual dan material.

3) Kepentingan dinas dan pribadi.

4) Kepentingan tugas dan rekreasi.

5) Kepentingan individu.
6

e. Dipelihara dan ditingkatkan kesadaran nasional dan kepribadian prajurit Sapta


Marga berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

9. Kebijaksanaan Dasar Perawatan Personel.

a. Perawatan personel mengutamakan langkah-langkah yang bersifat preventif


dan penyuluhan.

b. Setiap prajurit yang berprestasi mendapat panghargaan/penganugerahan


sesuai dengan tingkat prestasi dan pelaksanaannya harus dapat mendorong prajurit
yang lain untuk beRp. restasi.

c. Kegiatan perawatan dilaksanakan secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu,
dan tepat sasaran, agar kondisi yang optimal dapat dicapai dan dipertahankan.

d. Segala ketentuan dan kebijaksanaan dalam bidang peraturan diketahui dan


dipahami oleh semua prajurit sesuai dengan keadaan sebenarnya.

e. Kegiatan perawatan mendahulukan yang perlu didahulukan demi tercapainya


daya guna dan hasil guna yang optimal, baik untuk kepentingan prajurit maupun
organisasi.

10. Aspek-aspek Perawatan Personel. Hak-hak personel telah diatur sesuai dengan
kebijaksanaan dasar Panglima TNI yang meliputi :

a. Rawatan Kedinasan. Rawatan kedinasan diberikan sesuai dengan


jabatan prajurit dan penugasan yang meliputi :

1) Penghasilan Prajurit.

a) PK dan PSDP menerima gaji ditambah dengan tunjangan


menurut peraturan yang berlaku.

b) PW menerima tunjangan Dinas Wajib yang besarnya sama


dengan gaji pokok PK dalam pangkat yang sama dan ditambah
tunjangan-tunjangan menurut peraturan yang berlaku.

c) Prajurit siswa selama mengikuti pendidikan pertama menerima


uang saku pendidikan terhitung mulai tanggal diangkat menjadi prajurit
siswa sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Rawatan Prajurit. PK, PSDP dan Prajurit siswa menerima rawatan


prajurit sebagai berikut :

a) perlengkapan perorangan;

b) ransum pangan;

c) rawatan kesehatan;
7

d) pembinaan jasmani;

e) pembinaan moril;

f) pembinaan mental;

g) pebinaan disiplin dan tata tertib;dan

h) pembinaan hukum.

3) Rawatan keluarga prajurit. Keluarga PK, PSDP yang melaksanakan


tugas tempur mendapat rawatan keluarga prajurit yaitu :

a) rawatan kesehatan;

b) pembinaan moril;

c) pembinaan mental;

d) pembinaan hukum;dan

e) perumahan dinas.

b. Rawatan Purnadinas. Rawatan purnadinas meliputi pensiun/tunjangan


sebagai pensiun, tunjangan bersifat pensiun, tunjangan atau pesangon dan rawatan
purna dinas lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Rawatan purna
dinas merupakan penghargaan dari negara dan jaminan bagi kelangsungan
kehidupan diri dan atau keluarganya, yang diberikan kepada prajurit dan prajurit siswa
yang diberhentikan dengan hormat dari dinas keprajuritan. Ketentuan rawatan purna
dinas meliputi :

1) Pensiun/tunjangan sebagai pensiun/tunjangan bersifat pensiun diberikan


kepada mantan prajurit selama hidupnya apalagi yang bersangkutan
meninggal dunia, maka istri/suami dan anaknya berhak menerima
pensiun warakawuri/ duda dan atau tunjangan anak yatim/piatu;

2) Tunjangan diberikan kepada mantan prajurit selama jumlah tahun masa


dinas keprajuritan dimiliki. Apalagi yang bersangkutan meninggal dunia
hak tunjangan diberikan kepada isteri/suami atau anaknya;

3) Pesangon diberikan sekaligus kepada mantan prajurit yang memenuhi


syarat;

4) Rawatan purna dinas lainnya diberikan manurut ketentuan yang berlaku


meliputi :

a) pelayanan kesehatan;

b) santunan cacat;

c) santunan Asabri;
8

d) santunan resiko kematian dari Asabri;

e) biaya penguburan dari Asabri;

f) uang duka;

g) biaya pemakaman kedinasan;dan

h) penghasilan penuh almarhum suami/isteri.

5) Tunjangan orang tua diberikan kepada orang tua (ayah/ibu kandung)


prajurit/prajurit siswa yang diberhentikan dengan hormat karena gugur/tewas/
meninggal dunia didalam atau karena dinas, atau hilang dalam tugas, dan tidak
meninggalkan istri atau seorang anakpun.

6) Prajurit yang diberhentikan tidak dengan hormat hanya mendapat nilai


tunai asuransi dari Asabri.

11. Evaluasi.

a. Apa yang dimaksud dengan aspek-aspek perawatan prajurit. Jelaskan !

b. Jelaskan yang menjadi kebijaksanaan dasar dalam perawatan prajurit !

c. Rawatan purnadinas apa saja yang diberikan bagi prajurit. Jelaskan !


9

BAB III

TANDA KEHORMATAN MILITER

12. Umum. Tanda kehormatan militer diberikan kepada prajurit/WNI/WNA berdasarkan


surat keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dengan tujuan dalam
rangka peningkatan moril sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dilakukan secara
luar biasa. Kegiatan penganugerahan tanda kehormatan militer termasuk fungsi administrasi
personel yang mengatur tatacara penganugerahan tanda kehormatan militer yang meliputi
Sasaran,macam tanda kehormatan militer, ketentuan administrasi, wewenang, organisasi
penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan

13. Ketentuan Umum.

a. Tujuan. Pemberian tanda kehormatan militer bagi prajurit TNI AD sebagai


berikut :

1) memberikan pengakuan dan penghargaan atas kesetiaan dan


pengabdian yang telah diberikan oleh seorang prajurit;

2) memelihara dan meningkatkan moril prajurit sehingga setiap saat


mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;dan

3) meningkatkan kualitas pengabdian seorang prajurit dalam dinas


keprajuritan.

b. Prinsip-prinsip. Pemberian tanda kehormatan militer bagi prajurit TNI AD


sebagai berikut :

1) Cepat. Penyelesaian administrasi pemberian tanda kehormatan militer


bagi prajurit dilaksanakan dengan cepat tanpa membebani prajurit yang
bersangkutan berdasarkan atas pengabdian yang telah diberikan.

2) Tepat. Tanda kehormatan diberikan secara tepat kepada prajurit yang


berhak menerimanya sesuai dengan pengabdian yang telah diberikan prajurit
yang bersangkutan.

3) Moril. Pemberian tanda kehormatan dapat memelihara dan


meningkatkan moril prajurit yang bersangkutan.

14. Jenis Tanda Kehormatan Militer.

a. Jenis Bintang Militer.

1) Bintang Sakti.

2) Bintang Dharma.

3) Bintang Gerilya.
10

4) Bintang Yudha Dharma.

a) Bintang Yudha Dharma Utama.

b) Bintang Yudha Dharma Pratama.

c) Bintang Yudha Dharma Nararya.

5) Bintang Kartika Eka Paksi.

a) Bintang Kartika Eka Paksi Utama.

b) Bintang Kartika Eka Paksi Pratama.

c) Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.

b. Jenis Satyalancana Militer.

1) Satyalancana Bhakti.

2) Satyalancana Teladan.

3) Satyalancana Kesetiaan:

a) Satya Lancana Kesetiaan 8 tahun.

b) Satya Lancana Kesetiaan 16 tahun.

c) Satya Lancana Kesetiaan 24 tahun.

d) Satya Lancana Kesetiaan 32 tahun.

4) Satyalancana Santi Dharma.

5) Satyalancana Dwidya Shistha.

6) Satyalancana Dharma Nusa.

7) Satyalancana Dharma Bantala.

8) Satyalancana Wira Nusa.

9) Satyalancana Wira Dharma.

10) Satyalancana Wira Siaga.

11) Satyalancana Ksatria Yudha.


11

c. Wewenang. Wewenang pemberian tanda kehormatan militer jenis bintang


dan satyalancana bagi prajurit TNI AD berada pada Presiden Republik Indonesia
selaku Kepala Negara atas dasar usulan Panglima TNI melalui Menhan.

15. Persyaratan.

a. Persyaratan Umum.

1) Memiliki integritas moral dan keteladanan.

2) Berjasa terhadap bangsa dan negara.

3) Berkelakuan baik.

4) Setia dan tidak menghianati bangsa dan negara.

5) Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang


telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

b. Persyaratan Khusus.

1) Bintang Militer.

a) Bintang Sakti diberikan kepada prajurit yang menunjukkan


keberanian dan ketabahan tekad melampaui dan melebihi panggilan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas militer di dalam maupun di luar
pertempuran tanpa merugikan tugas pokoknya, sebagai penghargaan
atas tindak/sifat-sifat kepahlawanan yang ditunjukkan dalam
pertempuran berhadapan langsung dengan musuh bersenjata, atau
penghargaan atas sifat-sifat kepahlawanan yang ditunjukkan di luar
keadaan sebagai mana dimaksud, dengan bahan administrasi sebagai
berikut :

(1) Sprin melaksanakan penugasan operasi militer;

(2) uraian kronologis tindakan/sifat-sifat kepahlawanan yang


dilakukan prajurit yang bersangkutan yang ditandatangani oleh
Komandan satuan setingkat Danyon ke atas;dan

(3) pengusulan selambat-lambatnya dalam waktu 2 tahun


setelah terjadinya tindak kepahlawanan yang dilakukan.

b) Bintang Dharma diberikan kepada prajurit yang


menyumbangkan jasa bhakti dengan melebihi dan melampaui panggilan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas militer sehingga memberikan
keuntungan luar biasa untuk kemajuan TNI, baik dilapangan
pembangunan, ilmu pengetahuan, taktik kemiliteran, maupun
dilapangan pertempuran sebagai hasil dari daya kerjanya, dengan
bahan administrasi sebagai berikut :
12

(1) uraian jasa bakti yang dilakukan prajurit yang


bersangkutan yang dinyatakan oleh pimpinan TNI AD;

(2) pengusulan selambat-lambatnya 2 tahun setelah terjadinya


jasa bakti dilaksanakan;dan

(3) dapat diberikan kepada prajurit berpangkat Letjen sesuai


dengan Dharmabaktinya.

c) Bintang Gerilya diberikan kepada prajurit yang berjuang


mempertahankan kedaulatan NKRI dari agresi asing dengan cara
bergerilya selama perang kemerdekaan I ( 20 Juni 1947 s.d 22 Februari
1948) dan perang kemerdekaan II ( 18 Desember 1948 s.d
27 Desember 1949 ), dengan bahan administrasi sebagai berikut :

(1) surat keterangan kesaksian dari 2 orang saksi (saksi 1 dan


saksi 2) yang memiliki piagam Bintang Gerilya, dan pernah
bergerilya dalam satu kesatuan wilayah atau mengetahui benar
bahwa yang bersangkutan ikut berperang/bergerilya melawan
musuh;

(2) daftar isian pertanyaan tentang kegiatan selama periode


Perang Kemerdekaan I dan Perang Kemerdekaan II;dan

(3) security clearance yang dikeluarkan oleh pejabat yang


berwenang menurut ketentuan yang berlaku.

d) Bintang Yudha Dharma diberikan kepada prajurit yang


mendharmabaktikan diri melebihi dan melampaui panggilan kewajiban
dalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengembangan sehingga
memberikan keuntungan luar biasa untuk kemajuan perkembangan dan
terwujudnya integrasi TNI.

(1) Bintang Yudha Dharma Utama diberikan kepada Menhan


dan Panglima TNI setelah menjabat selama 6 bulan.

(2) Bintang Yudha Dharma Pratama diberikan kepada


pejabat berpangkat Mayjen ke atas setelah menjabat paling
sedikit selama enam bulan serta telah memiliki Bintang Kartika
Eka Paksi Pratama dan Bintang Yudha Dharma Nararya.

(3) Bintang Yudha Dharma Nararya diberikan kepada prajurit :

(a) Pejabat di lingkungan Mabes TNI dan Kemhan


dengan mempersyaratkan pangkat Mayjen setelah
menjabat selama satu tahun atau Brigjen setelah menjabat
selama dua tahun dan telah memiliki Bintang Kartika Eka
Paksi Nararya.
13

(b) Pejabat di lingkungan TNI AD dengan


mempersyaratkan pangkat Mayjen ke atas setelah
menjabat selama satu tahun dan telah memiliki Bintang
Kartika Eka Paksi Nararya.

(c) Pamen yang bertugas di staf gabungan TNI secara


selektif setelah menjabat paling sedikit selama tiga tahun
dan telah memiliki Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.

(4) Bahan administrasi :

(a) Untuk Bintang Yudha Dharma Utama memiliki


Bintang Yudha Dharma Pratama;

(b) Untuk Bintang Yudha Dharma Pratama memiliki


Bintang Yudha Dharma Nararya;dan

(c) Memiliki Bintang Kartika Eka Paksi sesuai kelasnya.

e) Bintang Kartika Eka Paksi diberikan kepada prajurit yang


menunjukkan kemampuan, kebijaksanaan, dan jasa luar biasa melebihi
panggilan kewajiban untuk kemajuan dan pembangunan TNI AD tanpa
merugikan tugas pokoknya.

(1) Bintang Kartika Eka Paksi Utama diberikan secara


fungsional kepada Menhan, Panglima TNI dan Kasad, dengan
bahan administrasi :

(2) Bintang Kartika Eka Paksi Pratama diberikan kepada :

(a) secara fungsional kepada Wakasad;

(b) Pati berpangkat Mayjen dan telah memiliki Bintang


Kartika Eka Paksi Nararya serta telah bertugas pada
jabatan tersebut selama satu tahun;dan

(c) secara selektif bagi prajurit yang mencapai masa


dinas keprajuritan selama 30 tahun atau lebih secara terus
menerus tanpa cacat dan telah memiliki Bintang Kartika
Eka Paksi Nararya.

(3) Bintang Kartika Eka Paksi Nararya diberikan kepada :

(a) Prajurit atas dasar masa bakti dalam dinas


keprajuritan selama 24 tahun terus menerus tanpa cacat
dan telah memiliki Satyalancana kesetiaan 24 tahun.
14

(b) Prajurit yang telah berprestasi luar biasa, tidak


terikat pada masa baktinya.

(4) Bahan administrasi :

(a) untuk Bintang Bintang Kartika Eka Paksi Utama


memiliki Bintang Kartika Eka Paksi Pratama;

(b) untuk Bintang Kartika Eka Paksi Pratama memiliki


Bintang Kartika Eka Paksi Nararya;dan

(c) untuk Bintang Kartika Eka Paksi Nararya memiliki


Satyalancana Kesetiaan 24 tahun atau untuk Bintang
Kartika Eka Paksi Nararya yang diberikan karena prestasi,
memiliki uraian tentang prestasi penugasan yang telah
dilakukan.

2) Satyalancana Militer.

a) Satyalancana Bhakti diberikan kepada prajurit yang telah berjasa


luar biasa menjadi pembela bangsa dan kedaulatan rakyat dalam
melaksanakan tugas militer sehingga mendapat luka-luka sebagai akibat
langsung tindakan musuh dan diluar kesalahannya yang memerlukan
perawatan kedokteran, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

(1) surat perintah melaksanakan penugasan operasi


militer;dan

(2) keputusan tentang kecacatan atau luka-luka yang


diakibatkan oleh tindakan langsung musuh.

b) Satyalancana Teladan diberikan kepada prajurit yang berjasa


luar biasa dalam usaha menjadi pembela bangsa dan kedaulatan
negara, dalam waktu perang dan operasi militer paling singkat satu
tahun terus menerus, atau di luar keadaan sebagaimana dimaksud
paling singkat tiga tahun secara terus menerus menjalankan tugas
sehingga menjadi teladan dalam memelihara sifat-sifat keprajuritan bagi
prajurit lain, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

(1) surat perintah melaksanakan penugasan operasi


militer;dan

(2) surat keterangan atas prestasi yang dimiliki dengan


menjelaskan keteladanan dan/atau memiliki sifat-sifat
keprajuritan yang dapat dijadikan contoh/teladan.

c) Satyalancana Kesetiaan diberikan kepada prajurit yang berjasa


luar biasa menunjukkan kesetiaannya kepada TNI, bangsa dan negara
dengan ketentuan telah melaksanakan dinas 8 tahun, 16 tahun, 24
tahun dan 32 tahun penuh secara terus menerus, dan setia dengan
15

bekerja bersungguh-sungguh tanpa cacat, dengan bahan administrasi


sebagai berikut :

(1) fotokopi/salinan Keputusan pengangkatan pertama;

(2) fotokopi/salinan Pangkat terakhir;

(3) fotokopi/salinan Keputusan SLK khusus untuk SLK. XVI


dan XXIV tahun;

(4) usul dari Kotama/Balakpus;

(5) daftar nominatif yang diusulkan;dan

(6) riwayat hidup dalam dinas TNI.

d) Satyalancana Santi Dharma diberikan kepada prajurit yang telah


selesai melaksanakan tugas internasional sebagai kontingen garuda
atau military observer yang dalam melaksanakan tugas menunjukkan
disiplin, taat pada pimpinan serta berkeluan baik dan dalam jangka
waktu dimana :

(1) ditempatkan dalam tugas luar negeri mulai misi/kontingen


garuda/military observer yang bersangkutan sampai ditariknya
kembali ke Indonesia;

(2) selama dua bulan terus menerus dalam penugasan luar


negeri dalam misi/kontingen garuda/military observer;

(3) gugur/meninggal dunia bukan karena akibat tindakan


sendiri dalam pelaksanaan tugas internasional di luar negeri
dalam misi/kontingen garuda/military observer;dan

(4) bahan administrasi :

(a) surat perintah melaksanakan tugas internasional di


luar negeri.;dan
(b) keputusan gugur/meninggal dunia bila
gugur/meninggal dunia dalam penugasan.

e) Satyalancana Dwidya Shistha diberikan kepada prajurit yang


telah berjasa di dalam kemajuan dan pertumbuhan TNI yang karena
jabatannya selaku guru/instruktur pada lembaga pendidikan TNI, telah
menunjukkan kesetiaan, prestasi kerja serta berkelakuan baik paling
singkat dua tahun secara terus menerus, atau tiga tahun secara tidak
terus menerus, atau tiga angkatan secara terus menerus, atau
berjumlah empat angkatan secara tidak terus menerus, dan prajurit
16

yang bertugas pada Lemdik/dinas/satuan yang fungsinya


menyelenggarakan pendidikan, dengan bahan administrasi sebagai
berikut :

(1) keputusan penempatan/penugasan di Lemdik TNI;dan

(2) surat perintah sebagai guru/instruktur di Lemdik TNI.

f) Satyalancana Dharma Nusa diberikan kepada prajurit yang


berjasa di dalam melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan di
daerah bergejolak dalam wilayan NKRI dengan ketentuan paling singkat
90 hari secara terus menerus, atau 120 hari secara tidak terus
menerus, atau gugur/tewas akibat penugasannya, dengan bahan
administrasi sebagai berikut :

(1) surat perintah melaksanakan tugas operasi pemulihan


keamanan;dan

(2) keputusan gugur/tewas bila gugur/tewas dalam


penugasan.

g) Satyalancana Dharma Bantala diberikan kepada prajurit yang


mendharmabaktikan diri dalam dinas TNI AD secara paripurna dengan
ketentuan telah memiliki Satyalancana Kesetiaan 24 tahun, bertugas
paling singkat 30 tahun, atau gugur/tewas, dengan bahan administrasi
sebagai berikut :

(1) telah memiliki masa dinas keprajuritan 30 tahun dan telah


memiliki Satyalancana Kesetiaan 24 tahun;dan

(2) keputusan gugur/tewas bila gugur/tewas dalam


penugasan.

h) Satyalancana Wira Nusa diberikan kepada prajurit yang telah


bertugas dan mendharmabaktikan diri untuk pengamanan pulau terluar
NKRI paling singkat 90 hari secara terus menerus, atau 120 hari secara
tidak terus menerus dalam satu kali penugasan, dan dapat diberikan
paling banyak dua kali, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

- Sprin melaksanakan penugasan pengamanan pulau


terluar.

i) Satyalancana Wira Dharma diberikan kepada prajurit yang telah


bertugas dan mendharmabaktikan diri untuk pengamanan perbatasan
NKRI paling singkat 90 hari secara terus menerus, atau 120 hari secara
tidak terus menerus dalam satu kali penugasan, dan dapat diberikan
paling banyak dua kali, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

- Sprin melaksanakan penugasan pengamanan perbatasan.


17

j) Satyalancana Wira Siaga diberikan kepada prajurit yang


bertugas mendharmabaktikan diri untuk pengamanan Presiden dan
Wakil Presiden RI dengan ketentuan paling singkat satu tahun,
Pamen/Pama paling singkat dua tahun secara terus menerus atau tiga
tahun secara tidak terus menerus, dan Bintara/Tamtama paling singkat
tiga tahun secara terus menerus atau empat tahun secara tidak terus
menerus, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

(1) keputusan penempatan/penugasan di Paspampres;dan

(2) surat perintah penempatan/penugasan di Paspampres.

k) Satyalancana Ksatria Yudha diberikan kepada prajurit yang telah


menunjukkan pengabdian, kecakapan dan kedisiplinan dalam
melaksanakan tugas khusus di satuan khusus selama paling singkat
dua tahun secara terus menerus atau 3 tahun secara tidak terus
menerus, atau berjasa luar biasa dalam melaksanakan tugas khusus di
satuan khusus, baik latihan-latihan maupun tugas khusus beresiko
tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan, kecacatan fisik
ataupun kematian, dengan bahan administrasi sebagai berikut :

(1) keputusan penempatan/penugasan di satuan khusus;dan

(2) surat perintah penempatan/penugasan di satuan khusus.

16. Organisasi Penyelenggara.

a. Tingkat Satminkal.

1) Ketua : Wadan/Waka

2) Set : Pejabat personel

3) Anggota : Para Kasi, pejabat dianggap perlu di satuan.

b. Tingkat Kotama/Balakpus.

1) Ketua : Aspers Kotama/Ses Kotama/Balakpus

2) Wakil : Kaajen Kotama/Kabagpers Kotama/Balakpus

3) Set : Kasiminperspra Ajen Kotama/


Pejabat Personel Kotama/Balakpus

4) Anggota : - Pejabat Inspektorat Kotama/Balakpus.


- Pejabat Intel/Pam Kotama/Balakpus.
- Pejabat Infolahta Kotama/Balakpus.
- Pejabat lain sesuai kebutuhan.

c. Tingkat Mabesad.
18

1) Ketua : Aspers Kasad

2) Wakil : Dirajenad

3) Set I : Paban IV/Binwatpers Spersad.

4) Set II : Kasubditbinminperspra Ditajenad

5) Anggota : - Irpers Itjenad


- Paban II/Pampers Spamad
- Kasubdis Sisfomin Disinfolahtad
- Pejabat lain sesuai kebutuhan

17. Tugas dan Tanggung Jawab.

a. Kotama/Balakpus.

1) Membantu Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Kotama/Balakpus dalam pelaksanaan


kegiatan pemberian tanda kehormatan agar dapat dilaksanakan secara cepat
dan tepat.

2) Menyeleksi prajurit yang berhak dan memenuhi persyaratan untuk


memperoleh tanda kehormatan.

3) Melaksanakan sidang panitia tanda kehormatan bagi prajurit.

4) Melaporkan kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Kotama/Balakpus tentang


hasil sidang pemberian tanda kehormatan.

5) Menyiapkan surat Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Kotama/Balakpus kepada


Kasad U.p. Dirajenad tentang pengusulan tanda kehormatan prajurit.

b. Mabesad.

1) Membantu Kasad dalam pelaksanaan kegiatan pemberian tanda


kehormatan agar dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat.

2) Menyeleksi prajurit yang berhak dan memenuhi persyarat untuk


memperoleh tanda kehormatan.

3) Melaksanakan sidang Tim Pertimbangan Pemberian Tanda Kehormatan


bagi prajurit.

4) Melaporkan kepada Kasad hasil sidang pemberian tanda kehormatan


prajurit.
19

5) Menyiapkan surat Kasad kepada Panglima TNI tentang pengusulan


tanda kehormatan bagi prajurit.

18. Ketentuan Lain.

a. Periode Sidang. Penyelenggaraan sidang pemberian tanda kehormatan


militer bagi prajurit dilaksanakan setiap semester atau sebanyak 2 (dua) kali dalam
setahun, dengan periode waktu sebagai berikut :

1) Periode I.

a) Tingkat Kotama/Balakpus. Sidang tanda kehormatan


Kotama/Balakpus dilaksanakan pada bulan Februari untuk selanjutnya
diusulkan kepada Kasad u.p. Dirajenad.

b) Tingkat Mabesad. Sidang tim pertimbangan pemberian tanda


kehormatan TNI AD dilaksanakan pada bulan Juni untuk selanjutnya
diusulkan kepada Panglima TNI.

2) Periode II.

a) Tingkat Kotama/Balakpus. Sidang tim tanda kehormatan


Kotama/Balakpus dilaksanakan pada bulan Agustus untuk selanjutnya
diusulkan kepada Kasad u.p. Dirajenad.

b) Tingkat Mabesad. Sidang Tim Pertimbangan Pemberian Tanda


Kehormatan TNI AD dilaksanakan pada bulan Desember untuk
selanjutnya diusulkan kepada Panglima TNI.

b. Pemakaman dan Upacara Militer. Pemakaman dan upacara militer bagi


prajurit yang memiliki tanda kehormatan sebagai berikut :

1) Pemakaman.

a) Hak pemakaman di TMP Nasional Utama diperuntukkan bagi


penerima salah satu gelar, tanda jasa, Bintang Republik Indonesia dan
Bintang Mahaputera.

b) Pemakaman di TMP Nasional tingkat provinsi, kabupaten dan


kota di seluruh wilayah RI diperuntukkan bagi penerima salah satu
Bintang Gerilya, Bintang Sakti, Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma
Utama/Pratama dan Bintang Kartika Eka Paksi Utama/Pratama.

c) Pemakaman di TMB di peruntukkan bagi penerima salah satu


Bintang Yudha Dharma Nararya dan Kartika Eka Paksi Nararya.

2) Upacara Militer.
20

a) Pemakaman bagi prajurit atau Purnawirawan yang berhak


dimakamkan di TMP Nasional Utama dan TMP Nasional tingkat provinsi,
kabupaten dan kota, dan TMB dilaksanakan dengan upacara militer.

b) Prajurit atau Purnawirawan yang berhak dimakamkan di TMP


Nasional Utama dan TMP Nasional tingkat provinsi, kabupaten dan kota,
dan TMB, namun dimakamkan di TPU atas permohonan keluarganya
berhak atas pemakaman dengan upacara militer.

c. Pencabutan. Pencabutan tanda kehormatan prajurit dilaksanakan


berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia selaku Kepala Negara atas
dasar usulan Panglima TNI melalui Menhan apabila prajurit yang bersangkutan :

1) Tidak memiliki integritas moral dan keteladanan.

2) Tidak setia dan berkhianat terhadap bangsa dan negara.

3) Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah


berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

4) Diberhentikan dengan tidak hormat dari dinas keprajuritan.

19. Evaluasi.

a. Sebutkan jenis tanda kehormatan negara berupa Bintang !

b. Sebutkan jenis tanda kehormatan negara berupa Satyalencana !

c. Sebutkan susunan organisasi penyelenggaraan tanda kehormatan negara di


tingkat Kotama/Balakpus !
21

BAB IV

NIKAH, TALAK, CERAI DAN RUJUK

20. Umum. Tuhan menciptakan manusia berpasangan-pasangan agar muncul rasa


aman dan terlindungi dalam suatu wadah yang dinamakan keluarga, salah satu upaya
peningkatan moril prajurit TNI, ditubuh organisasi TNI maka diadakan kegiatan pembinaan
personel didalam kegiatan pembinaan personel kita kenal adanya kegiatan perawatan
pesonel yang didalamnya mencakup kegiatan nikah, talak dan rujuk.

21. Kewajiban Menghadap Pejabat Agama TNI.

a. Setiap anggota yang kawin, menceraikan isterinya atau mengajukan


permohonan ijin secara tertulis kepada pejabat yang berwenang.

b. Setelah mendapat ijin dari pejabat yang berwenang, calon suami isteri yang
harus menghadap pejabat agama TNI AD untuk mendapat petunjuk seperlunya.

c. Sebelum mendapatkan ijin cerai dari pejabat yang berwenang suami isteri
harus menghadap kepada pajabat agama TNI AD untuk diusahakan dapat rukun
kembali dalam satu rumah tangga.

d. Khusus anggota Kowad disamping memenuhi kebutuhan tersebut diatas harus


menghadap pembina Kowad.

22. Sahnya Perkawinan, Perceraian dan Rujuk.

a. Setiap perkawinan, perceraian dan rujuk dilaksanakan menurut hukum agama


yang dianut oleh suami isteri dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

b. Apabila calon suami/isteri berlainan agama, hendaknya kedua belah pihak


telah menentukan agama, yang akan dianut.

23. Persyaratan Perkawinan.

a. Harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang.

b. Tidak bertentangan dengan hukum agama yang dianutnya dan tidak


bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

c. Akan membawa kebahagiaan dalam rumah tangga.

d. Harus dilengkapi dengan administrasi masing-masing rangkap 6 dengan


bahan administrasi sebagai berikut :

1) salinan akte/kenal lahir yang bersangkutan atau surat keterangan dari


pamong praja;
22

2) surat Keterangan dari pamong praja untuk kedua orang tua calon suami
isteri;

3) surat ijin dari kedua orang tua isteri umur kurang 21 tahun;

4) Surat persetujuan dari kedua orang tua suami isteri;

5) surat kesanggupan dari suami isteri untuk menjadi suami isteri anggota
yang bersangkutan;

6) surat keterangan dari pejabat personalia;

7) surat keterangan cerai kematian suami/isteri bagi janda/duda;

8) surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian bagi yang bukan


anggota TNI;

9) surat keterangan dari dokter;dan

10) pasfoto ukuran 4 X 6 dari calon suami/isteri.

24. Surat Ijin Kawin.

a. Surat ijin kawin hanya berlaku selama 6 bulan.

b. Surat ijin kawin lampirannya dikirim kepada pegawai pencatat perkawinan.

c. Apabila perkawinan tidak melaksanakan, maka yang bersangkutan segera


lapor dan disertai dengan alasan-alasan.

d. Jangka waktu minimal lapor sebelum perkawinan.

e. Setelah perkawinan dilaksanakan segera mengirimkan salinan surat kawin


kepada pejabat personalia untuk menyelesaikan administrasi.

f. Bagi para anggota kowad salinan surat-surat beserta lampiran diserahkan


kepada pembina kowad.

25. Larangan dan Teguran.

a. Dilarang kawin pada waktu mengikuti pembentukan atau pendidikan dasar.

b. Dilarang hidup bersama antara wanita dan pria sebelum ada ikatan
perkawinan.

c. Tiap-tiap atasan/pejabat agama harus menegur apabila terjadi apa yang


dimaksud dengan sub pasal b diatas.
23

d. Bagi anggota kowad boleh diijinkan nikah setelah mememiliki masa kerja :

1) Perwira minimal 1 tahun setelah dinas aktif;dan


2) Bintara minimal 2 tahun setelah dinas aktif.

e. Bagi anggota Kowad dilarang memberikan persetujuan baik lisan maupun


tulisan kepada suami untuk kawin lagi, kecuali bila yang bersangkutan telah
mengajukan permohonan untuk berhenti terlebih dahulu.

26. Evaluasi.

a. Sebutkan persyaratan perkawinan !

b. Jelaskan ketentuan surat ijin kawin !

c. Dalam hal perkawinan ada hal-hal yang berupa larangan dan teguran,
jelaskan !
24

BAB V

KARTU PENUNJUKAN ISTERI/KARTU PENUNJUKAN SUAMI (KPI/KPS)/


SURAT PERNYATAAN PENUNJUKAN ISTERI/
SURAT PERNYATAAN PENUNJUKAN SUAMI (SPPI/SPPS)

27. Umum. Pernikahan prajurit harus diikuti dengan tindakan administrasi yang
memberikan bukti penunjukan isteri/suami dari prajurit melalui pemberian Kartu
Penunjukkan Isteri/Suami (KPI/KPS) untuk prajurit sehingga tidak terjadi permasalahan di
kemudian hari setelah prajurit yang bersangkutan purna dinas. Pengurusan Kartu
Penunjukan Isteri/Suami prajurit diharapkan dapat terselenggara dengan cepat, tepat dan
benar, sehingga isteri/suami prajurit dapat terpenuhi hak dan kewajibannya sebagai seorang
isteri/suami prajurit yang meliputi tujuan dan sasaran, prinsip-prinsip, serta wewenang dan
persyaratan administrasi.

28. Tujuan dan Sasaran. Tujuan dan sasaran pengurusan KPI/KPS prajurit sebagai
berikut :

a. Tujuan. Tujuan pengurusan KPI/KPS prajurit adalah memberikan pelayanan


personel dalam rangka memenuhi hak Prajurit Angkatan Darat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

b. Sasaran. Sasaran pengurusan KPI/KPS prajurit adalah terpenuhinya hak


isteri/suami Prajurit Angkatan Darat untuk memperoleh hak rawatan purna dinas
sesuai ketentuan yang berlaku.

29. Prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip dalam pengurusan KPI/KPS prajurit adalah :

a. Setiap isteri/suami prajurit berhak dan wajib untuk memiliki KPI/KPS prajurit
sebagai tanda bukti administrasi atas isteri/suami yang ditunjuk.

b. KPI/KPS prajurit diberikan kepada seorang isteri/suami prajurit yang menikah


secara sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan ditunjuk oleh prajurit yang
bersangkutan.

c. Apabila seorang prajurit mempunyai isteri lebih dari satu orang yang dinikahi
secara sah dan meproleh izin dari pejabat yang berwenang, KPI prajurit hanya
diberikan kepada isteri pertama.

d. Apabila isteri/suami prajurit meninggal dunia atau bercerai kemudian prajurit


tersebut menikah lagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka kepada
isteri/suami yang baru dapat diberikan KPI/KPS prajurit.

e. Purnawirawan yang menikah secara sah semasa dinas aktif sebagai prajurit
namun isteri/suami yang bersangkutan belum memiliki KPI/KPS prajurit, maka kepada
isteri/suami yang telah dinikahi secara sah sesuai ketentuan yang berlaku pada saat
purnawirawan tersebut dinas aktif dapat diberikan Surat Persetujuan Penunjukan
Isteri/Suami (KPI/KPS)
25

f. Seorang isteri/suami prajurit dan purnawirawan yang telah memiliki KPI/KPS


prajurit apabila meninggal dunia atau bercerai, maka KPI/KPS prajurit tersebut tidak
berlaku lagi namun dapat digunakan sebagai bahan administrasi dalam pemberian
tunjangan anak yatim piatu di kemudian hari.

30. Wewenang dan Persyaratan Administrasi.

a. Prajurit di Dalam Struktur TNI AD.

1) Kolonel dan Pati. Ditajenad atas nama Kasad menandatangani dan


menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat KOlonel dan Pati di dalam struktur
TNI AD.

2) Prada sampai dengan Letkol.

a) Kaajen Kotama atas nama Pang/Dan Kotama dan Kaajen Akmil


atas nama Gub Akmil menendatangani dan menerbitkan KPI/KPS
prajurit berpangkat Prada sampai dengan Letkol di jajarannya.

b) Ses/Dirbinlem Balakpus atas nama Dan/Dir/Ka Balakpus


menandatangani dan menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Prada
sampai dengan Letkol di jajarannya.

c) Kasipers Denma Mabesad atas nam Dandenma Mabesad


menandatangani dan menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Prada
sampai dengan Letkol di lingkungan Mabesad.

b. Prajurit di Luar Struktur TNI AD.

1) Kolonel dan Pati. Dirajenad atas nama Kasad menandatangani dan


menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Kolonel dan Pati di luar struktur TNI
AD.

2) Prada sampai dengan Letkol. Kaajendam atas nama Pangdam


menandatangani dan menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Prada sampai
dengan Letkol di luar struktur TNI AD di dalam kewilayahannya (areal service)

c. Persyaratan Administrasi. Persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS


prajurit sebagai berikut :

1) surat Permohonan KPI/KPS prajurit;

2) fotokopi surat izin kawin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;

3) fotokopi akta nikah isteri/suami yang dilegalisasi oleh pejabat yang


berwenang;

4) fotokopi akta cerai dan surat izin cerai isteri/suami dari pejabat yang
berwewenang bagi prajurit yang menikah lagi setelah bercerai dan diligalisasi
oleh pejabat yang berwenang;
26

5) fotokopi surat kematian isteri/suami bagi prajurit yang menikah lagi


setelah isteri/suami meninggal dunia dan dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;

6) pasfoto berwarna berdampingan dengan latar belakang biru ukuran


4 X 2,5 cm sebanyak dua helai dengan ketentuan :

a) Pasfoto berdampingan KPI.

(1) Suami menggunakan Pakaian Dinas Harian (PDH)

(2) Isteri berada di sebelah kiri belakang suami.

(3) Isteri menggunakan Pakaian Seragam Kerja (PSK) Persit


Kartika Chandra Kirana.

(4) Menghadap lurus ke depan dengan tidak memakai


kacamata dan tutup kepala.

(5) Pemakaian busana muslim (jilbab) dalam pasfoto KPI


disesuaikan dengan ketentuan PSK Persit Kartika Chandra
Kirana.

b) Pasfoto berdampingan KPS.

(1) Isteri menggunakan Pakaian Dinas Harian (PDH)

(2) Suami berada di sebelah kiri belakang isteri.

(3) Suami menggunakan pakaian bebas rapi (jas atau kemeja


polos)

(4) Menghadap lurus ke depan dengan tidak memekai


kacamata dan tutup kepala.

31. Pelaksanaan Kegiatan.

a. Pengurusan Kartu Penunjukan Isteri/Suami (KPI/KPS) Kegiatan


pengurusan KPI/KPS prajurit yang bertugas di dalam struktur TNI AD dan prajurit yang
bertugas di luar struktur TNI AD.

1) Prajurit di Dalam Struktur TNI AD. Pengurusan KPI/KPS prajurit di


dalam struktur TNI AD sebagai berikut :

a) Satminkal.

(1) Pejabat personel Satminkal meneliti kelengkapan


persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit yang telah
ditentukan sebagai berikut :
27

(a) surat permohonan KPI/KPS prajurit;

(b) fotokopi surat izin kawin;

(c) fotokopi akta nikah isteri/suami;

(d) fotokopi akta cerai dan surat izin cerai isteri/suami


bagi prajurit yang menikah lagi setelah bercerai;

(e) fotokopi surat kematian isteri/suami bagi prajurit


yang menikah lagi setelah isteri/suami meninggal
dunia;dan

(f) pasfoto berwarna berdampingan dengan latar


belakang biru ukuran 4 x 2.5 cm sebanyak dua helai.

(2) Dan/Ka Satminkal mengajukan permohonan KPI/KPS


untuk prajurit di satuannya kepada Pang/Gub/Dan/Dir/Ka
Kotama/Balakpus u.p. Kaajen/Ses/Dirbinlem/Kasipers secara
hierarki paling lambat dua bulan setelah yang bersangkutan
menikah dengan kelengkapan administrasi yang ditentukan.

b) Kotama/Balakpus.

(1) Kaajen/Ses/Dirbinlem/kasipers Kotama/Balakpus meneliti


kelengkapan persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS
prajurit yang telah ditentukan.

(2) Kaajen/Ses/Dirbinlem/Kasipers atas namaPang/Gub/Dan/


Dir/Ka Kotama/Balakpus :

(a) menandatangani dan menerbitkan KPI/KPS prajurit


berpangkat Prada sampai dengan Letkol;dan

(b) mengajukan permohonan KPI/KPS prajurit


berpangkat Kolonel dan Pati kepada Kasad u.p. Dirajen.

(3) Kaajen/Ses/Dirbinlem/Kasipers Kotama/Balakpus mencatat


dalam buku registrasi KPI/KPS setiap produk KPI/KPS prajurit
yang telah diterbitkan.

(4) Kaajen/Ses/Dirbinlem/Kasipers Kotama/Balakpus melapor


kan produk KPI/KPS prajurit yang telah diterbitkan setiap
semester kepada Dirajenad.

c) Ditajenad.
28

(1) Kasubditbinminperspra Ditajenad meneliti kelengkapan


persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit berpangkat
Kolonel dan Pati yang telah ditentukan.

(2) Dirajenad atas nama Kasad menandatangani dan


menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Kolonel dan Pati.

(3) Kasubditbinminperspra Ditajenad mencatat dalam buku


registrasi KPI/KPS setiap produk KPI/KPS prajurit yang telah
diterbitkan.

2) Prajurit di Luar Struktur TNI AD. Pengurusan KPI/KPS prajurit di luar


struktur TNI AD sebagai berikut :

a) Satker.

(1) Pejabat personel Satker meneliti kelengkapan persyaratan


administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit yang telah ditentukan
sebagai berikut :

(a) surat permohonan KPI/KPS prajurit;

(b) fotokopi surat izin kawin;

(c) fotokopi akta nikah isteri/suami;

(d) fotokopi akta cerai dan surat izin cerai isteri/suami


bagi prajurit yang menikah lagi setelah bercerai;

(e) Fotokopisurat kematian isteri/suami bagi prajurit


yang menikah lagi setelah isteri/suami meninggal
dunia;dan

(f) pasfoto berwarna berdampingan dengan latar


belakang biru ukuran 4 x 2,5 cm sebanyak dua helai.

(2) Dan/Ka Satker mengajukan permohonan KPI/KPS


kepada :

(a) Kaajendam setempat untuk prajurit berpangkat


Prada sampai dengan Letkol di satuannya paling lambat
dua bulan setelah yang bersangkutan menikah dengan
kelengkapan administrasi yang telah ditentukan.

(b) Dandenma Mabes TNI/Sekjen Kemhan/Ses LPND


untuk prajurit berpangkat Kolonel dan Pati di satuannya
secara hierarki paling lambat dua bulan setelah yang
bersangkutan menikah dengan kelengkapan administrasi
yang telah ditentukan.
29

b) Kodam kewilayahan (areal service).

(1) Kaajendam meneliti kelengkapan persyaratan administrasi


pengurusan KPI/KPS prajurit yang telah ditentukan.

(2) Kaajendam atas nama Pangdam menendatangani dan


menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Prada sampai dengan
Letkol.

(3) Kaajendam memcatat dalam buku registrasi KPI/KPS


setiap produk KPI/KPS prajurit yang telah diterbitkan.

(4) Kaajendam melaporkan produk KPI/KPS prajurit yang telah


diterbitkan setiap sewmester kepada Dirajenad.

c) Denma Mabes TNI/Setjen Kemhan/Set LPND.

(1) Pejabat personel pengguna meneliti kelengkapan


persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit yang telah
ditentukan.

(2) Dandenma Mabes TNI/Sekjen Kemhan/Ses LPND


mengajukan permohonan KPI/KPS prajurit berpangkat Kolonel
dan Pati kepada Kasad u.p. Dirajenad.

d) Ditajenad.

(1) Kasubditbinminperspra Ditajenad meneliti kelengkapan


persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit berpangkat
Kolonel dan Pati yang telah ditentukan.

(2) Dirajenad atas nama Kasad menandatangani dan


menerbitkan KPI/KPS prajurit berpangkat Kolonel dan Pati.

(3) Kasubditbinminperspra Ditajenad mencatat dalam buku


registrasi KPI/KPS setiap produk KPI/KPS prajurit yang telah
diterbitkan.

3) Ketentuan lain dalam pengurusan KPI/KPS prajurit .

a) Pengusulan KPI/KPS prajurit dapat dilaksanakan bersamaan


dengan pengurusan surat izin kawin prajurit, sehingga setelah
pernikahan dilangsungkan prajurit yang bersangkutan hanya melengkapi
persyaratan administrasi pengurusan KPI/KPS prajurit yang diperlukan.

b) KPI/KPS prajurit merupakan bahan administrasi dalam


pengurusan pensiun/tunjangan prajurit, oleh sebab itu sebelum
penerbitan keputusan pemberian pensiun/tunjangan yang bersangkutan
harus sudah memiliki KPI/KPS prajurit.
30

c) Bagi prajurit yang telah menikah secara sah namun belum


memiliki KPI/KPS prajurit, agar segera mengajukan permohonan
KPI/KPS prajurit sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.

d) KPI/KPS prajurit pada dasarnya dibuat hanya satu kali sehingga


tidak perlu diganti meskipun terjadi mutasi pangkat dan kesatuan prajurit
yang bersangkutan, penggatian KPI/KPS prajurit hanya dapat diberikan
bila KPI/KPS prajurit tersebut hilang atau rusak.

e) Bila KPI/KPS prajurit hilang atau rusak, dapat diajukan


permohonan KPI/KPS prajurit pengganti dengan disertai bukti
kehilangan atau kerusakan dari pejabat yang berwenang.

b. Pengurusan Surat Persetujuan Penunjukan Isteri/Suami.

1) Tujuan. Tujuan pengurusan SPPI/SPPS purnawirawan adalah


memberikan pelayanan personel dalam rangka memenuhi hak purnawirawan
Angkatan Darat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Sasaran. Sasaran pengurusan SPPI/SPPS purnawirawan adalah


terpenuhinya hak isteri/suami dari purnawirawan Angkatan Darat untuk
memperoleh hak rawatan purna dinas sesuai ketentuan yang berlaku.

3) Prinsip-Prinsip. Prinsip-prinsip pemberian SPPI/SPPS purnawirawan


adalah :

a) Setiap isteri/suami purnawirawan bila menikah setelah purna


dinas berhak dan wajib untuk memiliki SPPI/SPPS purnawirawan
sebagai tanda bukti administrasi atas isteri/suami yang ditunjuk.

b) SPPI/SPPS purnawirawan diberikan kepada seorang isteri/suami


purnawirawan yang menikah secara sah dan ditunjuk oleh purnawirawan
yang bersangkutan.

c) Apabila seorang purnawirawan mempunyai isteri lebih satu orang


yang dinikahinya secara sah sesuai peraturan yang berlaku, SPPI
purnawirawan hanya diberikan kepada isteri yang paling lama dinikahi.

d) Apabila isteri/suami seorang purnawirawan meninggal dunia atau


bercerai kemudian purnawirawan tersebut menikah lagi berdasarkan
peraturan yang berlaku, maka kepada isteri/suami yang baru dapat
diberikan SPPI/SPPS purnawirawan.

e) Purnawirawan yang menikah secara sah semasa dinas aktif


sebagai prajurit namun isteri/suami yang bersangkutan belum memiliki
Kartu Penunjukan Isteri/Suami (KPI/KPS) prajurit, maka kepada
isteri/suami yang telah dinikahi secara sah sesuai ketentuan yang
berlaku pada saat purnawirawan tersebut dinas aktif dapat diberikan
SPPI/SPPS purnawirawan.
31

f) Seorang isteri/suami purnawirawan yang telah memiliki KPI/KPS


prajurit atau SPPI/SPPS purnawiorawan apabila meninggal dunia atau
bercerai, maka KPI/KPS prajurit atau SPPI/SPPS purnawirawan tersebut
tidak berlaku lagi namun dapat digunakan sebagai bahan administrasi
dalam pemberian tunjangan anak yatim piatu di kemudian hari.

4) Wewenang. Wewenang penerbitan SPPI/SPPS purnawirawan sebagai


berikut :

a) Kolonel dan Pati. Dirajenad atas nama Kasad menandatangani


dan menerbitkan SPPI/SPPS purnawirawan berpangkat Kolonel dan
Pati;dan

b) Prada sampai dengan Letkol. Kaajendam atas nama Pangdam


menendatangani dan menerbitkan SPPI/SPPS purnawirawan
berpangkat Prada sampai dengan Letkol di dalam kewilayahannya
(areal service) sesuai dengan domisili dan kantor bayar pensiun yang
bersangkutan.

5) Persyaratan Administrasi. Persyaratan administrasi pengurusan


SPPI/SPPS purnawirawan sebagai berikut :

a) surat permohonan SPPI/SPPS purnawirawan;

b) surat usul SPPI/SPPS dari Kakancab/Kakancabpem PT Taspen


(Persero) atau PT Asabri (Persero) selaku kantor bayar pensiun dengan
melampirkan fotokopi bukti mutasi yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;

c) fotokopi akta nikah isteri/suami yang dilegalisasi oleh pejabat


yang berwenang;

d) fotokopi akta cerai atau surat kematian isteri/suami bagi


purnawirawan yang menikah lagi dan dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;

e) fotokopi surat izin kawin dan/atau surat izin cerai yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang (bila yang bersangkutan menikah
dan/atau bercerai saat masih aktif sebagai prajurit);

f) fotokopi keputusan pemberian pensiun/tunjangan sebagai


pensiun/tunjangan bersifat pensiun yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;dan

g) pasfoto berwarna berdampingan dengan latar belakang biru


ukuran 6 x 4 cm sebanyak dua helai dengan ketentuan :

(1) Pasfoto berdampingan SPPI purnawirawan.

(a) Isteri berada di sebelah kiri belakang suami.


32

(b) Suami menggunakan pakaian bebas rapi (jas atau


kemeja polos)

(c) Isteri menggunakan pakaian bebas rapi (kebaya


atau baju polos)

(d) Menghadap lurus ke depan dengan tidak memakai


kacamata dan tutup kepala.

(e) Pemakaian busana muslim (jilbab) dalam pasfoto


SPPI/SPPS purnawirawan diperkenankan sepanjang
wajah masih terlihat dengan jelas.

(2) Pasfoto berdampingan SPPS purnawirawan.

(a) Suami berada di sebelah kiri belakang isteri.

(b) Isteri menggunakan pakaian bebas rapi (kebaya


atau baju polos)

(c) Suami menggunakan pakaian bebas rapi (jas atau


kemeja Polos)

(d) Menghadap lurus ke depan dengan tidak memekai


kacamata dan tutup kepala.

(e) Pemakaian busana muslim (jilbab) dalam pasfoto


SPPI/SPPS purnawirawan diperkenankan sepanjang
wajah masih terlihat dengan jelas.

6) Pelaksanaan Kegiatan.

a) Pengurusan Surat Persetujuan Penunjukan Isteri/Suami.


Pengurusan Surat Persetujuan Penunjukan Isteri/Suami (SPPI/SPPS)
purnawirawan dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :

(1) Kantor Bayar Pensiun.

(a) Kakancab/Kakancabpem PT Taspen (Persero) atau


PT. Asabri (Persero) pembayar pensiun meneliti
kelengkapan persyaratan administrasi pengurusan
SPPI/SPPS purnawirawan yang telah ditentukan sebagai
berikut :

i. permohonan SPPI/SPPS purnawirawan;

ii. surat fotokopi akta nikah isteri/suami;


33

iii. fotokopi akta cerai atau surat kematian


isteri/suami bagi purnawirawan yang menikah lagi;

iv. fotokopi surat izin kawin dan/atau surat


izin cerai yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang (bila yang bersangkutan menikah
dan/atau bercerai saat masih aktif sebagai prajurit);

v. fotokopi keputusan pemberian


pensiun/tunjangan sebagai pensiun/tunjangan
bersifat pensiun;dan

vi. pasfoto berwarna berdampingan dengan


latar belakang biru ukuran 6 x 4 cm sebanyak
dua helai.

(b) Kakancab/Kakancabpem PT Taspen (Persero) atau


PT. Asabri (Persero) pembayar pensiun mengajukan
permohonan SPPI/SPPS purnawirawan di wilayah
pelayanannya yang bersangkutan menikah dengan
kelengkapan administrasi yang telah ditentukan kepada

i. Pangdam u.p. Kaajen di kewilayahannya


(areal service) bagi purnawirawan berpangkat
Prada sampai dengan Letkol.

ii. Kasad u.p. Dirajenad bagi purnawirawan


berpangkat Kolonel dan Pati.

(2) Kodam Kewilayahan (Areal Service).

(a) Kaajendam meneliti kelengkapan persyaratan


administrasi pengurusan SPPI/SPPS purnawirawan
yang telah ditentukan.

(b) Kaajen atas nama Pangdam menandatangani dan


menerbitkan SPPI/SPPS purnawirawan berpangkat Prada
sampai dengan Letkol.

(c) Kaajendan mencatat dalam buku registrasi


SPPI/SPPS purnawirawan setiap produk SPPI/SPPS
purnawirawan yang telah diterbitkan.

(d) Kaajendam melaporkan produk SPPI/SPPS


purnawirawan yang telah diterbitkan setiap semester
kepada Dirajenad.

(3) Ditajenad.
34

(a) Kasubditbinminperspra Ditajenad meneliti


kelengkapan persyaratan administrasi pengurusan
SPPI/SPPS purnawirawan berpangkat Kolonel dan Pati
yang telah ditentukan.

(b) Dirajenad atas nama Kasad menandatangani dan


menerbitkan SPPI/SPPS purnawirawan berpangkat
Kolonel dan Pati.

(c) Kasubditbinminperspra Ditajenad mencatat dalam


buku registrasi SPPI/SPPS purnawirawan setiap produk
SPPI/SPPS purnawirawan yang telah diterbitkan.

b) Ketentuan lain pengurusan SPPI/SPPS purnawirawan.

(1) Purnawirawan yang menikah secara sah semasa dinas


aktif sebagai prajurit atau menikah setelah purna dinas belum
memiliki KPI/KPS prajurit atau SPPI/SPPS purnawirawan agar
mengajukan permohonan SPPI/SPPS purnawirawan melalui
kantor bayar pensiun yang bersangkutan disertai persyaratan
administrasi yang telah ditentukan.

(2) Bila KPI/KPS prajurit atau SPPI/SPPS purnawirawan


rusak, cacat atau hilang dapat diajukan permohonan
SPPI/SPPS purnawirawan pengganti dengan disertai tanda
bukti kerusakan, kecacatan atau kehilangan dari pejabat yang
berwenang.

(3) Bila purnawirawan telah meninggal dunia dan isteri/suami


yang bersangkutan belum memiliki KPI/KPS prajurit atau
SPPI/SPPS purnawirawan, maka persyaratan administrasi
pasfoto berwarna berdampingan untuk SPPI/SPPS
purnawirawan dapat menggunakan pasfoto terakhir masing-
masing ukuran 4 x 6 cm yang dilekatkan secara berdampingan.

(4) Pejabat penerbit SPPI/SPPS purnawirawan


berkewajiban mengirimkan fotokopi SPPI/SPPS purnawirawan
yang telah diterbitkan untuk pengisian dosir purnawirawan di
Ajendam domisili (dosir I), Kotama/Balakpus (dosir II) dan
Ditajenad (dosir III)

32. Evaluasi.

a. Jelaskan ketentuan KPI/KPS !

b. Jelaskan wewenang penanda tanganan KPI/KPS !

c. Jelaskan tatacara pengusulan KPI/KPS !

d. Jelaskan ketentuan SPPI/SPPS !


35

e. Jelaskan wewenang penanda tanganan SPPI/SPPS !

BAB VI

GANTI NAMA, TAMBAH GELAR DAN PINDAH AGAMA

33. Umum. Semua data personel yang tercatat dalam Buku Register Personel sejak
diangkat menjadi prajurit TNI AD adalah sah/otentik dan berlaku untuk seterusnya. Untuk
setiap perubahan yang dapat terjadi di kemudian hari harus dilakukan tindakan
pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan ditunjuk untuk menyelenggarakan
administrasi personel di lingkungan TNI AD, sehingga semua produk administrasi yang
terjadi sebagai akibat perubahan itu menjadi otentik. Bahkan administrasi yang otentik
dapat dijadikan dasar hukum untuk merubah hak kewajiban maupun pengembangan karier
prajurit yang bersangkutan. Agar tertib administrasi personel diperlukan kegiatan yang
meliputi meliputi ketentuan ganti nama, tambah gelar dan pindah agama, persyaratan ganti
nama, tambah gelar dan pindah agama, tata cara pengusulan, dan penyelesaian
administrasi.

34. Ketentuan Ganti Nama, Tambah Gelar dan Pindah Agama.

a. Kewenangan Ditajenad atas nama Kasad menerbitkan dan menandatangani


surat keputusan pindah agama dan tambah gelar bagi prajurit TNI AD untuk semua
golongan pangkat.

b. Keabsahan perubahan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar adalah
sah apabila telah diterbitkan surat keputusan yang berwenang.

c. Dasar penerbitan keputusan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar
diterbitkan berdasarkan dokumen otentik yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi yang
berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

35. Persyaratan Ganti Nama, Tambah Gelar dan Pindah Agama.

a. Persyaratan Administrasi Ganti Nama.

1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan dilengkapi dengan


teraan sidik jari diketahui oleh Dansatminkal.

2) Surat usul dari Dansatminkal.


36

3) Salinan/foto kopi surat keputusan Pengadilan Negeri setempat


tentang penggantian namanya disahkan oleh Dansatminkal.

b. Persyaratan Administrasi Pindah Agama.

1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan dilengkapi dengan


teraan sidik jari diketahui oleh Dansatminkal.

2) Surat usul dari Dansatminkal.

3) Asli/tembusan surat pernyataan masuk agama yang baru dianut oleh


yang bersangkutan disahkan oleh pejabat agama yang berwenang.

c. Persyaratan Administrasi Tambah Gelar Kebangsawanan/Adat/Agama.

1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan dilengkapi dengan


teraan sidik jari diketahui oleh Dansatminkal.

2) Surat usul dari Dansatminkal.

3) Salinan/foto kopi surat pengesahan (kekancingan) dari istana/keraton/


pemangku adat yang bersangkutan bagi mereka yang menambah namanya
gelar kebangsawanan/adat daerah.

4) Salinan foto kopi surat keterangan/pengesahan dari pejabat kantor


agama setempat bagi yang menambah namanya dengan gelar keagamaan.

5) Salinan/foto kopi surat nikah dan surat keterangan dari pemangku


adat bagi mereka yang menambah namanya dengan gelar akibat/keharusan
dari perkawinan yang dianut oleh suatu daerah.

d. Persyaratan Administrasi Tambah Gelar Kebangsawanan/Penghargaan


dari Negara Asing.

1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan dilengkapi dengan


teraan sidik jari diketahui oleh Dansatminkal.

2) Surat usus dari Dansatminkal.

3) Salinan fotokopi surat pemberian gelar kebangsawanan/penghargaan


yang diterima dari negara asing.

e. Persyaratan Administrasi Tambah Gelar Kesarjanaan.

1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan dilengkapi dengan


teraan sidik jari, diketahui Dansatminkal.

2) Surat usul dari Dansatminkal.


37

3) Salinan/fotokopi ijazah kesarjanaan yang disahkan oleh pejabat yang


berwenang.

f. Semua persyaratan administrasi dibuat rangkap 3 :

1) satu eksemplar untuk satu Satminkal;

2) satu eksemplar untuk Kotama/Balakpus yang bersangkutan;dan

3) satu eksemplar untuk Ditajenad.

36. Tata cara Pengusulan. Tata cara pengusulan untuk mendapatkan keputusan
pengesahan administrasi ganti nama, pindah agama dan tambah gelar ditentukan sebagai
berikut :

a. yang bersangkutan mengajukan permohonan untuk mendapatkan keputusan


pengesahan ganti nama/pindah agama/tambah gelar melalui Dansatminkal dengan
melampirkan bahan persyaratan administrasi yang telah ditentukan;

b. Dansatminkal meneliti permohonan dan kelengkapan bahan administrasi yang


bersangkutan selanjutnya mengajukan usul kepada Kasad u.p. Dirajenad;dan

c. kesatuan di luar jajaran TNI AD mengajukan usul langsung kepada Kasad u.p
Dirajenad.

37. Penyelesaian Administrasi.

a. Satminkal.

1) Mengadakan pemeriksaan/penelitian terhadap surat permohonan


ganti nama/pindah agama/tambah gelar serta persyaratan administrasi yang
diperlukan.

2) Dansatminkal/Pejabat Personel mengajukan usul permohonan


tersebut lengkap dengan persyaratan administrasi kepada Kasad U.p.
Dirajenad.

3) Menyimpan salinan/foto kopi petikan keputusan dan berkas usul


tentang ganti nama/pindah agama/tambah gelar dalam dosir yang
bersangkutan dan mencatat pada kartu induk personel, riwayat hidup/
stambuk sementara/kartu A4.16 atas perubahan datanya setelah diterbitkan
keputusan oleh Dirajenad.

4) Menyampaikan petikan keputusan tentang pengesahan ganti nama/


pindah agama/tambah gelar kepada yang bersangkutan.

b. Kotama/Balakpus.

1) Menerima Salinan Keputusan dari Dirajenad tentang ganti nama/pindah


agama/tambah gelar, segera mengadakan pencatatan pada Kartu Induks
38

Personel, riwayat hidup/stambuk sementara/kartu A.4.16 atas perubahan data


yang bersangkutan.

2) Menyimpan Salinan Keputusan dan berkas usul dalam dosir yang


bersangkutan.

c. Ditajenad.

1) Mengadakan pemeriksaan/penelitian ulang terhadap kelengkapan


persyaratan administrasi yang diperlukan.

2) Mengadakan pemeriksaan/penelitian ulang pada teraan sidik jari/


Daktiloskopi yang bersangkutan dengan data otentik yang ada di Baggisdos
Subditbinminperspra.

3) Membuat dan mengolah serta menerbitkan keputusan ganti nama/


pindah agama/tambah gelar ke dalam dosir yang bersangkutan.

4) Mengadakan pencatatan pada kartu induk personel riwayat hidup/


stambuk sementara/kartu A4.16 buku induk dan perangkat lainnya serta
memasukkan petikan keputusan ganti nama/pindah agama/tambah gelar
kedalam dosir yang bersangkutan.

5) Mengirimkan Petikan Keputusan kepada yang bersangkutan melalui


PDW pengusul.

6) Mengirimkan tembusan keputusan kepada :

a) Aspers Kasad.

b) Pangkotama/Balakpus pengusul.

c) Dirkuad.

d) Kadisinfolahtad.

e) Ka Ajen Kotama/Sek Balakpus pengusul.

38. Lain-lain. Bagi prajurit TNI AD yang sudah melaksanakan ganti nama/pindah
agama/tambah gelar tetapi belum mempunyai Keputusan pengesahan dari Dirajenad agar
segera mengajukan permohonan keputusan pengesahannya sesuai dengan ketentuan.

39. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !

b. Sebutkan persyaratan administrasi ganti nama !

c. Jelaskan tatacara pengusulan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !
39
40

BAB VII

CUTI

40. Umum. Pemberian cuti merupakan bagian dari perawatan personel sebagai
upaya memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani guna meningkatkan moril prajurit
agar memiliki kinerja yang tinggi serta selalu siap menjalankan segala tugas kewajiban
dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab adapun kegiatannya meliputi
pengertian-pengertian, macam cuti dan wewenang pemberian cuti .

41. Macam dan Ketentuan Cuti. Prajurit TNI diberikan hak untuk mendapatkan
berbagai macam cuti yaitu :

a. Cuti Tahunan.
1) Cuti tahunan diberikan setiap tahun kepada prajurit TNI AD yang telah
berdinas sekurang-kurangnya 1 tahun terus-menerus.
2) Cuti tahunan diberikan setiap tahun selama 12 hari kerja diluar hari libur
dalam tahun almanak dan pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 2
bagian/tahap masing-masing 6 hari kerja dengan jangka waktu antara kedua
bagian sekurang-kurangnya 6 bulan.
3) Bagi prajurit TNI AD yang mengalami mutasi diberikan hak cuti tahunan
minimal setelah 6 bulan berdinas di satuan baru.
4) Cuti tahunan yang dilaksanakan di daerah yang sulit transportasi,
lamanya cuti tahunan dapat ditambah dengan waktu perjalanan pulang-pergi
berdasarkan pertimbangan pejabat yang berwenang memberikan cuti, akan
tetapi waktu perpanjangan tiak boleh melampaui jangka waktu 7 hari.
5) Untuk kepentingan dinas seorang pejabat dapat :
a) menunda tanggal pelaksanaan cuti tahunan yang telah diberikan
sampai kepentingan dinas telah mengizinkan dalam tahun itu;dan
b) menarik kembali cuti tahunan yang telah diberikan atau yang
sedang dijalankan, dalam hal ini hari-hari yang telah dibatalkan tidak
dimasukkan dalam perhitungan jumlah cuti tahunan berikutnya.
6) Penangguhan dan penarikkan cuti tahunan di atas dilakukan secara
tertulis dan menyebutkan alasan-alasannya.
7) Cuti tahunan bagi yang menjabat sebagai pelatih/Gumil pada suatu
lembaga pendidikan militer, waktunya disesuaikan dengan masa liburan yang
berlaku untuk lembaga pendidikan tersebut.
8) Cuti tahunan yang tidak dilaksanakan tidak dapat dipergunakan lagi
dalam tahun berikutnya.

b. Cuti Sakit. Cuti sakit diberikan kepada prajurit yang menurut surat
keterangan Dokter TNI dinyatakan sakit dengan ketentuan sebagai berikut: .

1) cuti sakit yang lamanya lebih dari 2 hari perlu adanya surat keterangan
Dokter yang berdinas di lingkungan TNI;
41

2) cuti sakit yang lamanya 30 hari dikeluarkan Keputusan oleh pejabat


yang berwenang, dan jika masih sakit dapat diperpanjang secara bertahap
setiap satu bulan sampai 6 bulan;

3) cuti sakit diberikan selama-lamanya 6 bulan dan jika perlu dapat


diperpanjang paling lama 6 bulan;

4) cuti sakit yang berlangsung lebih dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun
prajurit TNI yang bersangkutan menerima penghasilan penuh menurut
peraturan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan;

5) apabila telah berakhir masa cuti sakit selama 1 tahun, prajurit yang
bersangkutan atas dasar penilaian badan penguji kesehatan;

6) prajurit yang ternyata belum dapat bekerja kembali, yang bersangkutan


dibebaskan dari pekerjaan dengan mendapat penghasilan sbb :

a) 2/3 dari penghasilan penuh, kecuali tunjangan jabatan;

b) penghasilan tersebut diberikan mulai tanggal 1 bulan


berikutnya;dan

c) apabila prajurit yang bersangkutan meninggal dunia penghasilan


tersebut dibayarkan sampai dengan bulan yang bersangkutan
meninggal dunia.

7) apabila prajurit TNI setelah dibebaskan dari pekerjaannya sampai


dengan selama-lamanya 2 tahun oleh badan penguji kesehatan TNI yang
bersangkutan dinyatakan tidak dapat bekerja kembali, maka mulai tanggal
1 bulan berikutnya yang bersangkutan dapat diusulkan untuk diberhentikan
dengan hormat dari dinas keprajuritan;dan

8) jika prajurit TNI menderita penyakit paru-paru (Tuber Culose),


kusta/lepra sakit jiwa atau penyakit kronis lainnya dapat diberikan cuti sakit
selama-lamanya 3 tahun dengan ketentuan sebagai berikut :

a) selama 6 bulan mendapat penghasilan penuh;

b) mulai bulan ke 7 sampai dengan 1 tahun mendapat penghasilan


penuh tanpa tunjangan jabatan;

c) pada tahun kedua dan selanjutnya mendapatkan 2/3 dari


penghasilan penuh;

d) setelah tiga tahun oleh badan penguji kesehatan dinyatakan


belum sembuh atau tidak dapat bekerja kembali maka pada tanggal satu
bulan berikutnya yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari
dinas;
42

e) apabila yang bersangkutan harus beristirahat dan berobat atau


mendapatkan pengobatan dari rumah sakit TNI/umum atau sanatorium
yang ditunjuk oleh dinas kesehatan TNI;

f) pernyataan sakit dalam atau karena dinas dilakukan oleh Dokter


yang berwenang atas dasar kewenangan Komandan/atasan yang
bersangkutan;dan

g) apabila prajurit TNI berhubung dengan penyakitnya harus


dievakuasi atas perintah/panggilan badan penguji kesehatan TNI, maka
biaya perjalanan pergi dan pulang ditanggung oleh negara menurut
peraturan perjalanan dinas yang berlaku.

c. Cuti Dinas Lama. Cuti dinas lama diberikan kepada seorang prajurit yang
bekerja secara terus menerus selama tiga tahun dengan kondite kerja baik dan tidak
pernah mengambil cuti tahunan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) lamanya cuti dinas lama adalah 30 hari termasuk hari libur dan hari
minggu dapat dilakukan tiap-tiap tiga tahun setelah yang bersangkutan
diperbolehkan mengambil cuti dinas lama;

2) jika dalam tahun itu sudah melaksanakan cuti dinas lama maka cuti
tahunan dalam tahun itu dihapuskan;

3) selama cuti dinas lama gaji beserta tunjangan diberikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;dan

4) untuk kepentingan dinas pejabat yang berwenang dapat :

a) menangguhkan tanggal mulai cuti dinas lama yang diminta;dan

b) menarik kembali cuti dinas lama yang telah diberikan atau yang
telah dijalankan dengan digantikan di waktu yang lain dalam tahun
almanak yang sedang berjalan selama sisa waktu cuti dinas lama yang
belum dilaksanakan.

d. Cuti Kawin. Cuti kawin diberikan kepada prajurit yang akan melaksanakan
perkawinan yang diatur sebagai berikut :

1) cuti kawin diberikan sebagai akibat ijin kawin;

2) cuti kawin diberikan selama 3 hari kerja bagi prajurit TNI pria dan 6 hari
kerja bagi Prajurit TNI wanita;dan

3) untuk pernikahan diluar tempat kedudukan/daerah penugasan ditambah


dengan waktu perjalanan pulang pergi.

e. Cuti Istimewa. Cuti istimewa diberikan kepada prajurit yang telah


melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut :
43

1) setelah melaksanakan tugas operasi;

2) setelah melaksanakan tugas luar negeri;

3) setelah mengikuti pendidikan;dan

4) lamanya cuti istimewa adalah 6 hari kerja apabila pelaksanaan tugas


berjalan 3 bulan sampai dengan 6 bulan dan 12 hari kerja apabila pelaksanaan
tugas berjalan selama lebih dari 6 bulan.

f. Cuti Hamil. Cuti hamil Diberikan kepada prajurit Kowad yang hamil yang
akan melahirkan akibat dari perkawinan yang sah dengan ketentuan sebagai berikut :

1) lamanya 3 bulan yang pelaksanaannya dapat diatur sesuai dengan


kebutuhan atau 1 1/2 bulan sebelum dan 1 1/2 bulan sesudah melahirkan;

2) jika prajurit wanita melahirkan namun anaknya meninggal dunia dan


keguguran sebelum waktunya melahirkan, yang bersangkutan diberi istirahat
selama 1 ½ bulan setelah anaknya meninggal dunia atau keguguran
kandungan;

3) cuti hamil dan melahirkan diberikan berdasarkan surat keterangan


dokter TNI atau Bidan yang bertugas di lingkungan TNI;

4) jika berdasarkan pertimbangan medis yang dinyatakan dalam Surat


keterangan Dokter TNI maka waktu istirahat dapat diperpanjang selama-
lamanya 1 ½ bulan;

5) selama melaksanakan cuti yang bersangkutan menerima penghasilan


penuh berserta tunjangan menurut peraturan yang berlaku;dan

6) bagi yang melaksanakan cuti hamil dan melahirkan maka cuti tahunan
dan cuti dinas lama dalam tahun berjalan dinyatakan dihapus.

g. Cuti Luar Biasa. Cuti luar biasa diberikan kepada prajurit yang mempunyai
keperluan-keperluan yang bersifat luar biasa.

1) Adapun keperluan-keperluan yang bersifat luar biasa yaitu :

a) memenuhi suatu kewajiban hukum, yang tidak dapat dilakukan


diluar jam dinas;

b) memenuhi panggilan yang berwajib untuk menghadap sebagai


terdakwa atau saksi dalam suatu perkara;

c) apabila suami/isteri, anak, ibu/bapak kandung/tiri atau ibu/bapak


mertua sakit keras atau meninggal dunia;

d) apabila seorang anggota keluarga lainnya meninggal dunia


sedangkan penguburannya harus diatur oleh prajurit tersebut;dan
44

e) apabila isteri melahirkan.

2) Lamanya 8 Hari, jika cuti luar biasa diberikan lebih dari 8 hari kerja
dalam satu tahun, maka cuti tahunan yang diberikan kepada yang
bersangkutan dikurangi dengan sekian hari lebihnya dari 8 hari tersebut.

3) Dengan menyimpang dari ketentuan dalam pasal 2), cuti luar biasa
dapat dipeRp. anjang sebanyak-banyak 1 bulan dalam 1 tahun dalam hal
seorang anggota keluarga meninggal dunia dan prajurit TNI yang bersangkutan
harus mengurus hak-hak dengan harta peninggalan sehingga ia harus
seringkali meninggalkan tempat kedudukannya.

h. Cuti Ibadah Haji. Cuti Ibadah haji diberikan kepada prajurit yang akan
melaksanakan Ibadah haji dengan ketentuan sebagai berikut :

1) prajurit TNI yang telah berdinas 1 tahun terus menerus;

2) belum pernah melaksanakan ibadah haji;

3) bagi yang pernah melaksanakan ibadah haji setelah 3 tahun kemudian;

4) selama cuti ibadah haji yang bersangkutan menerima penghasilan


penuh beserta tunjangan menurut peraturan yang berlaku;

5) bagi yang melaksanakan cuti ibadah haji, maka cuti tahunan dan cuti
dinas lama dalam tahun almanak yang sedang berjalan dihapuskan;

6) segala biaya yang berhubungan dengan cuti ibadah haji ditanggung


oleh yang bersangkutan;

7) orang Islam/Muslim yang memenuhi syarat untuk naik haji;dan

8) lamanya cuti ibadah haji selama 45 hari, bagi yang melaksanakan


ibadah haji khusus (plus) lamanya 25 hari.

i. Cuti Ibadah Umroh dan Ibadah Lainnya. Cuti Ibadah Umroh dan Ibadah
Lainnya diberikan kepada prajurit TNI yang akan melaksanakan ibadah Umroh dan
ibadah lainnya dengan ketentuan sebagai berikut :

1) lamanya cuti ibadah Umroh dan ibadah lainnya selama 14 hari;

2) cuti ibadah Umroh dan ibadah lainnya mengurangi/menghilangkan cuti


tahunan dalam tahun almanak yang sedang berjalan;dan

3) ketentuan yang berlaku bagi yang melaksanakan cuti ibadah Umroh dan
ibadah lainnya sama dengan ketentuan yang berlaku bagi yang melaksanakan
cuti Ibadah haji.
45

j. Cuti Luar Negeri. Cuti luar negeri diberikan kepada prajurit yang akan
melaksanakan kepentingan-kepentingan keluar negeri yang tidak merugikan dinas
dan jabatan dengan mengajukan permohonan kepada Menhan/Panglima TNI.

42. Wewenang Pemberian Cuti.

a. Panglima TNI berwenang memberikan cuti kepada :

1) Kas Angkatan.
2) Kasum TNI.
3) Kaster TNI.
4) Irjen TNI.
5) Danjen Akademi TNI.
6) Kabais.
7) Pangkoharnud.
8) Pejabat setingkat Pati bintang tiga.

b. Wewenang oleh Panglima TNI dapat didelegasikan kepada pejabat


bawahannya diatur sebagai berikut :

1) untuk cuti tahunan, cuti kawin, cuti luar biasa dan cuti istimewa
oleh Ir/As/Dan/Pangkohanudnas/Kabalakpus atau pejabat yang ditunjuk;dan

2) untuk cuti sakit yang melebihi 30 hari cuti dinas lama, cuti hamil
dan melahirkan, cuti ibadah Haji, cuti ibadah Umroh dan ibadah lainnya yang
dilaksanakan diluar negeri oleh Kasum TNI.

c. Wewenang pemberian berbagai macam cuti di lingkungan Angkatan diatur


oleh Kas Angkatan masing-masing.

43. Evaluasi.

a. Sebutkan macam-macam cuti !

b. Jelaskan ketentuan cuti tahunan !

c. Jelaskan ketentuan cuti melahirkan/bersalin !


46

BAB VIII

TABUNGAN WAJIB PERUMAHAN / ASURANSI ABRI (ASABRI)

44. Umum. Tabungan Wajib Perumahan dan KPR swakelola merupakan salah satu
upaya pimpinan Angkatan Darat dalam rangka memenuhi kesejahteraan personel
khususnya dibidang perumahan yang merupakan kebutuhan mendasar. Namun demikian
indeks potongan TWP sampai saat ini dirasakan tidak memadai dihadapkan kepada
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi personel Angkatan Darat, oleh sebab itu diperlukan
adanya penyempurnaan kenaikan potongan tabungan wajib perumahan menjadi Rp.
50.000,- per orang perbulan untuk semua pangkat dan golongan. PT. ASABRI (Persero)
merupakan badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan Terbatas dimana seluruh
sahamnya dimiliki oleh negara yang diwakili oleh Menteri Negara BUMN selaku Pemegang
Saham atau RUPS berdasarkan PP No. 64 Tahun 2001 tentang Pengalihan kedudukan,
tugas dan wewenang Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (Persero),
Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara.

45. Tabungan Wajib Perumahan (TWP) Merupakan tabungan yang bersifat wajib bagi
seluruh peserta TWP.

a. Peserta TWP.

1) Seluruh anggota militer AD dimana pun mereka ditugaskan di jajaran


unit organisasi AD maupun di luar unit organisasi AD.

2) Seluruh anggota Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil
yang bertugas di jajaran unit Angkatan Darat.

b. Hak dan Kewajiban Peserta Tabungan Wajib Perumahan.

1) Kewajiban Peserta.

a) Menabung setiap bulan dengan sejumlah uang sesuai indeks


yang telah ditentukan.

b) Menyerahkan sejumlah uang sesuai indeks tabungan yang telah


ditentukan kepada Angkatan Darat melalui Dirkuad selaku bendahara
TWP yang dilaksanakan bersamaan dengan penerimaan penghasilan
atau gaji setiap bulannya.

c) Mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan persyaratan


untuk mendapatkan KPR.

d) Mengurus KPR selama masa angsuran bagi yang mendapatkan


fasilitas KPR.

e) Apabila peserta TWP yang sudah mendapatkan KPR pindah ke


instansi atau departemen lain di luar Angkatan Darat yang berdampak
pada pemindahan administrasi akan diatur sebagai berikut :
47

(1) debitur tersebut tetap berkewajiban melanjutkan sisa


angsuran KPR yang tekhnis pembayarannya akan diatur oleh BP
TWP AD;dan

(2) apabila debitur tersebut tidak mampu melanjutkan


angsurannya maka atas kesepakatan bersama dapat dialihkan
kepada calon debitur lain atas persetujuan Dansatker.

2) Hak Peserta.

a) Menerima pengembalian tabungan beserta bunganya sebesar


5% pertahun pada saat dipisahkan dari dinas.

b) Bagi anggota yang sudah menerima subsidi angsuran KPR,


maka tabungan akan dikembalikan sesuai dengan hak-hak yang harus
diterima.

c) Memperoleh kesempatan dan kepastian kepemilikan rumah


pribadi serta tetap mendapat pengembalian tabungan pada saat
pensiun.

d) Memperoleh informasi tentang jumlah tabungan dan bunganya.

e) Menyampaikan saran atau pendapat yang bersifat membangun.

f) Bagi peserta TWP yang diberhentikan dengan tidak hormat


(desersi/dipecat) dapat mengambil baltabnya, secara langsung maupun
melalui ahli warisnya dengan dilengkapi data-data dan persyaratan
secara lengkap.

g) Berhak mengetahui tabungan dan angsuran KPR yang telah


disetor kepada BP TWP AD melalui sarana atau perangkat yang
tersedia.

3) Waktu Penyertaan.

a) Peserta TWP yang diangkat tidak tepat tanggal 1, maka


penyertaannya terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya. Atau dimulai
sejak penerimaan gaji pertama.

b) Tabungan Wajib Perumahan berakhir terhitung mulai tanggal


peserta TWP berhenti dari dinas aktif.

c. Pengadaan Perumahan. Dilaksanakan oleh pihak pengembang yang


mempunyai lokasi perumahan strategis dan diminati oleh anggota, selanjutnya
pengembang tersebut ditunjuk oleh Puskopad selaku Balakda Kotama untuk
melaksanakan pembangunan rumah KPR sampai selesai dan layak huni.

d. Proses Jual Beli. Setelah melalui proses penelitian dan pemeriksaan serta
telah dinyatakan layak huni oleh Puskopad, maka proses jual beli dapat dilaksanakan
48

di depan notaris, selanjutnya BP TWP AD akan membayar rumah tersebut sesuai


ketentuan, untuk selanjutnya anggota mengangsur rumah ke BP TWP AD melalui
pemotongan penghasilan oleh juru bayar.

e. Ketentuan Rumah KPR.

1) Type rumah yang dibangun.

a) Type rumah yang akan dibangun adalah type rumah sederhana


yang berpedoman pada peraturan pemerintah maksimal type 36.

b) Penyediaan atau pembangunan perumahan di atas type 36 akan


diatur dan disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia.

c) Spesifikasi rumah akan diatur tersendiri oleh BP TWP AD yang


disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing, dan bestek
perumahan sederhana yang mengacu kepada peraturan pemerintah.

2) Harga jual rumah.

a) Harga jual rumah mengikuti harga jual maksimal yang ditentukan


oleh pemerintah ditambah dengan komponen biaya proses serta
PPN 10 %.

b) Yang dimaksud komponen biaya proses adalah sebagai berikut :

(1) biaya Notaris untuk biaya akte jual beli dan pengakuan
hutang dari debitur kepada BP TWP AD;

(2) asuransi jiwa (BP TWP AD) selaku avails;

(3) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan


(BPHTB);dan

(4) biaya administrasi KPR dan biaya pengawasan bangunan


oleh Puskopad.

c) Apabila PPN sebesar 10% (melalui bukti pembayaran) dapat


dibebaskan, maka dananya dimanfaatkan untuk peningkatan mutu
bangunan atau menutupi harga jual tanah yang sudah cukup tinggi
dikarenakan lokasinya berada di wilayah perkotaan, kondisi tersebut
harus dituangkan secara tertulis atas dasar penilaian dari Puskopad.

d) Untuk daerah tertentu yang harga tanah atau bangunan sudah


mahal, maka harga jual rumah maksimal, dapat diperuntukkan untuk
type rumah yang lebih kecil dari type 36.

3) Tanah.
49

a) Luas tanah disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, bagi


tanah yang harga jualnya masih rendah diupayakan luas tanah untuk
satu kapling rumah minimal 120 m2, sedangkan harga tanah yang relatif
tinggi diupayakan luas tanah untuk satu kapling rumah minimal 72 m 2.

b) Bagi peserta TWP yang memiliki tanah sendiri dan rencana akan
dibangun oleh KPR swakelola dapat dilaksanakan selama ada
kesepakatan dengan pihak pengembang.

4) Jangka Waktu Angsuran.

a) Jangka waktu angsuran ditetapkan maksimal selama 15 tahun.

b) Jangka waktu maksimal tersebut dapat disesuaikan dengan


keinginan calon debitur selama besar angsurannya tidak melebihi 1/3
penghasilan.

5) Besar Angsuran.

a) Maksimal angsuran ditetapkan sebesar 1/3 penghasilan.

b) Angsuran dapat diperkecil dengan menambahkan sejumlah dana


untuk mengurangi beban kreditnya dengan cara disetor ke BP TWP AD
melalui rekening Dirkuad yang akan ditentukan kemudian.

6) Suku Bunga KPR. Suku bunga KPR ditetapkan sebesar 6% selama


masa angsuran dengan ketentuan di bawah suku bunga KPR bank umum.

f. Tugas dan Tanggung Jawab Calon Debitur.

1) Melengkapi formulir persyaratan yang telah ditentukan meliputi :

a) data pemohon KPR Swakelola BP TWP AD;

b) pernyataan berhasrat dan tidak akan membatalkan diri untuk


mengambil rumah KPR Swakelola;

c) permohonan mendapatkan KPR Swakelola;

d) pernyataan sanggup mengangsur melalui pemotongan


penghasilan;

e) pernyataan penunjukan ahli waris yang sah;

f) daftar rincian penghasilan dari juru bayar satuan;dan

g) pengakuan hutang kepada BP TWP AD.

2) Melengkapi :

a) fotokopi Skep Pengangkatan Pertama;


50

b) fotokopi kartu tanda prajurit/PNS TNI AD;

c) fotokopi KTP dan Kartu Keluarga (KK);dan

d) fotokopi daftar gaji atau struk gaji terakhir.

3) Melaksanakan :

a) Penandatanganan Akte Jual Beli Rumah (AJB) dengan


pengembang di depan notaris.

b) Mengisi dan menandatangani pengakuan hutang kepada BP


TWP AD di depan notaris yang diangsur melalui pemotongan
penghasilan selama maksimal 15 tahun.

c) Mengangsur KPR kepada BP TWP AD selama masa angsuran


melalui pemotongan penghasilan yang dilaksanakan oleh Pekas melalui
juru bayar.

g. Kredit Pemilikan Rumah. Ketentuan KPR diberikan kepada seluruh peserta


TWP yang berminat untuk memiliki rumah dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Urutan prioritas calon debitur :

a) Prioritas pertama, anggota aktif yang tidak mendapatkan fasilitas


rumah dinas dan belum mempunyai rumah pribadi;

b) Prioritas kedua, anggota aktif yang masih menempati rumah


dinas tetapi belum memiliki rumah pribadi;dan

c) Prioritas ketiga, anggota yang pernah mendapatkan fasilitas KPR


dari YKPP Kemhan/BP TWP AD dan KPR-nya harus sudah lunas.

2) Semua calon debitur yang termasuk urutan prioritas tersebut di atas,


ketentuan angsuran kreditnya tidak boleh melebihi dari 1/3 penghasilan.
3) Persyaratan calon debitur :

a) Usia pengambil KPR.

(1) Perwira usia maksimal 42 tahun.

(2) Bintara/Tamtama usia maksimal 37 tahun.

(3) PNS usia maksimal 40 tahun.

Ketentuan usia tersebut dimaksudkan untuk


membebaskan debitur dari beban angsuran pada saat pensiun.

b) Bagi anggota yang usianya melebihi ketentuan di atas akan


diarahkan untuk diajukan melalui Bantuan Uang Muka (BUM) YKPP
51

Kemhan dengan ketentuan debitur tersebut tidak mendapatkan subsidi


angsuran, tetapi pada saat pensiun akan mendapatkan pengembalian
tabungan (Baltap) sesuai jumlah dana yang telah ditabung.

c) Namun apabila tetap berkeinginan mengambil KPR swakelola


maka masa angsurannya tidak bisa masa angsuran maksimal (usia
pensiun – usia saat mengambil KPR – 1), selama besar angsurannya
tidak melebihi 1/3 penghasilan.

d) Ditunjuk dan diajukan oleh Komandan Satan untuk mendapatkan


rumah KPR.

e) Sanggup dipotong penghasilannya untuk memenuhi kewajiban


angsuran rumah KPR selama masa angsuran.

4) Jumlah pinjaman. Pinjaman debitur senilai harga jual rumah ditambah


biaya proses dan PPN 10%, kemudian diangsur setiap bulan dengan suku
bunga 6% per tahun.

5) Apabila debitur lunas sebelum jatuh tempo (lunas dipercepat) :

a) pelunasan dapat dilakukan setelah 3 kali angsuran dengan


membayar seluruh sisa pokok KPR-nya kepada BP TWP AD;

b) setelah proses pelunasan selesai debitur berhak mengambil


sertifikat dan dokumen rumah lainnya yang ada di BP TWP AD;dan

c) menandatangani berita acara serah terima sertifikat dan


dokumen rumah lainnya.

6) Apabila debitur KPR lunas jatuh tempo :

a) setelah lunas jatuh tempo debitur berhak mengambil sertifikat


dan dokumen rumah lainnya yang ada di BP TWP AD;dan

b) menandatangani berita acara serah terima sertifikat dan


dokumen rumah lainnya.

7) Alih debitur. Alih debitur KPR dapat terjadi karena :

a) Debitur tidak dapat meneruskan angsuran KPR-nya dengan


ketentuan sebagai berikut :

(1) Debitur lama dan calon debitur baru bersama-sama


melaporkan keinginannya kepada Dansatker untuk proses alih
debitur;dan

(2) Debitur lama dan calon debitur membuat kesepakatan


yang diketahui oleh Dansatker :
52

(a) debitur lama menyatakan bahwa rumah dan segala


sesuatunya dialihkan kepada calon debitur baru dengan
kondisi rumah yang ada;dan

(b) calon debitur baru, menyatakan bahwa bersedia


menerima rumah dari debitur lama dengan kondisi rumah
yang ada dan sanggup melanjutkan angsuran KPR debitur
lama sampai dengan lunas melalui pemotongan
penghasilan.

(3) Dansatker mengajukan permohonan alih debitur kepada


BP TWP AD dengan melampirkan pernyataan tersebut.

(4) Angsuran yang telah dibayar oleh debitur lama dapat


diperhitungkan dan diselesaikan atas kesepakatan bersama
debitur lama dan debitur baru.

(5) Proses balik nama sertifikat rumah dan dokumen lainnya


ditanggung oleh debitur baru setelah kreditnya lunas.

b) Debitur desersi. Debitur desersi yang kemudian diberhentikan


dengan tidak hormat dan tidak mendapatkan penghasilan lagi serta
keberadaannya tidak diketahui atau ahli warisnya tidak dapat
meneruskan angsuran KPR-nya dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Dansatker mempunyai wewenang untuk mengganti debitur


yang desersi tersebut dengan menunjuk anggota yang
berminat;dan

(2) Ahli waris debitur lama dan calon debitur baru membuat
pernyataan yang diketahui Dansatker :

(a) ahli waris debitur lama menyatakan bahwa rumah


dan segala sesuatunya dialihkan kepada calon debitur
baru dengan kondisi rumah yang ada;dan

(b) calon debitur baru, menyatakan bahwa bersedia


menerima rumah dari debitur lama dengan kondisi rumah
yang ada dan sanggup melanjutkan angsuran KPR debitur
lama sampai dengan lunas melalui pemotongan gaji.

(3) Angsuran yang telah dibayar oleh debitur lama dapat


diperhitungkan dan diselesaikan atas kesepakatan bersama
antara ahli waris debitur lama dan debitur baru.

(4) Dansatker mengajukan permohonan alih debitur kepada


BP TWP AD dengan melampirkan pernyataan tersebut.

(5) Proses balik nama sertifikat rumah dan dokumen lainnya


ditanggung oleh debitur baru setelah kreditnya lunas.
53

8) Jaminan resiko kematian (Avalis).

a) Bagi debitur yang meninggal dunia maka kewajiban angsuran


atau sisa kreditnya akan dilunasi oleh BP TWP AD selaku avalis,
dengan adanya penjaminan resiko kematian tersebut diharapkan dapat
memberikan rasa nyaman dan aman bagi para debitur sehingga dapat
menjalankan tugas dengan baik.

b) Ketentuan dana avalis adalah pemindahbukuan dari rekening


dana avalis ke rekening KPR senilai sisa kredit dari debitur yang
meninggal dunia yang selanjutnya apabila telah dipindahbukukan maka
sertifikat rumah dan dokumen lainnya dapat diserahkan kepada ahli
waris.

h. Pengelolaan Dana.

1) Dana TWP terdiri dari :

a) Dana tabungan wajib perumahan dihimpun dari :

(1) potongan tabungan wajib perumahan setiap bulan;dan

(2) bunga deposito dana TWP.

b) Dana angsuran KPR diperoleh dari :

(1) setoran angsuran KPR setiap bulan;dan

(2) bunga deposito dana angsuran KPR.

c) Dana avalis diperoleh dari :

(1) dana jaminan (Asuransi Jiwa);dan

(2) bunga deposito dana avalis.

2) Penerimaan dan penyimpanan dana. Dirkuad selaku bendahara TWP


menerima dan menyimpan dana tersebut di atas pada point 22 pada rekening
giro Dirkuad di bank pemerintah atas perintah/petunjuk Kasad.

3) Penempatan dan pengembangan dana. Penempatan dan


pengembangan dana tabungan wajib perumahan dilaksanakan oleh Ka BP
TWP AD atas petunjuk Kasad dalam rangka mendapatkan nilai tambah
dengan cara didepositokan pada Bank pemerintah, bank swasta nasional atau
bank umum lainnya yang kuat, aman dan menguntungkan.

4) Jenis-jenis pengeluaran dana.


54

a) Pengembalian tabungan dengan bunga sebesar 5% pertahun


kepada personel yang diberhentikan dari dinas aktif.

b) Pengembalian subsidi diberikan kepada anggota yang telah


mendapatkan KPR YKPP Kemhan yang belum selesai.

c) Pembayaran pengadaan rumah KPR dan rendalwas.

d) Biaya pengelolaan TWP AD dengan memperhatikan efisiensi


yang setinggi-tingginya.

e) Avalis.

46. Asuransi ABRI (Asabri)

a. Peserta ASABRI. Sesuai pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun


1971 yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991, setiap
Prajurit TNl, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri wajib menjadi peserta ASABRI.
Khusus untuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terhitung mulai tanggal 1 April
1977 wajib menjadi peserta ASABRI sesuai Surat Edaran Menhankam/Pangab
Nomor SE04/lll/1977.

b. Masa Kepesertaan. Kepesertaan ASABRI dimulai sejak tanggal


diterbitkannya surat keputusan pengangkatan pertama menjadi Prajurit TNl, Anggata
Polri dan Calon Pegawai Negeri Sipil Kemhan/Polri sampai dengan yang
bersangkutan pensiun, berhenti, atau meninggal dunia.

c. Kewajiban dan Peserta Asuransi ABRI.

1) Kewajiban.

a) Berdasarkan Keputusan Presiden Republik lndonesia Nomor


56 Tahun 1974 dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden Republik
lndonesia Nomor 8 Tahun 1977 tentang perubahan dan tambahan atas
Keputusan Presiden Republik lndonesia Nomor 56 Tahun 1974 tentang
pembagian, penggunaan, cara pemotongan, penyetoran, dan besarnya
iuran-iuran yang dipungut dari pegawai negeri, pejabat negara, dan
penerima pensiun.

b) Kewajiban peserta adalah memberikan iuran sebesar 3,25% dari


gaji pokok + tunjangan istri + tunjangan anak.

2) Hak. Peserta ASABRI yang terdiri dari prajurit TNl, Anggota Polri dan
PNS Kemhan/Polri baik aktif maupun pensiun beserta keluarganya berhak
mendapatkan manfaat santunan sesuai peraturan yang berlaku serta
pelayanan pembayaran pensiun.
55

d. Pembayaran BUM KPR Kemhan/TNl/Polri. Bahwa PT ASABRI (Persero)


pernah menyelenggarakan pembayaran BUM KPR Kemhan yang dimulai tahun 1984
berdasarkan Keputusan Menhankam Nomor Skep/38/M/I/1984 tanggal 11 Januari
1984. PT ASABRI (Persero) sebagai institusi publik berkomitmen untuk bekerja
profesional serta konsisten memegang amanah sesuai dengan visi dan misi
perusahaan demi memberikan pelayanan prima bagi seluruh Prajurit TNI dan
Anggota Polri serta PNS Kemhan/Polri dengan berprinsip pada :

1) Tepat waktu;

2) Tepat alamat;

3) Tepat orang;

4) Tepat jumlah;dan

5) Tertib Administrasi

e. Hak Peserta Asabri. Hak-hak peserta ASABRI, terdiri dari :

1) Mendapatkan kartu tanda peserta ASABRI (KTPA)

a) Pengajuan kartu tanda peserta ASABRI (KTPA) Baru :

(1) KTPA diterbitkan berdasarkan pasokan data calon peserta


dari pembina personel TNI dan POLRI, kemudian diserahkan
kepada yang berhak pada saat yang bersangkutan dilantik
menjadi satu paket dengan penyerahan Skep pengangkatan
pertama dan Skep penempatan jabatannya;dan

(2) KTPA diajukan oleh Dansatminkal/Kasatker yang


bersangkutan ke Kanpus PT ASABRI (Persero) melalui Kancab
PT ASABRI (Persero) setempat (bagi yang sudah bertugas di
kesatuan-kesatuan)

b) Persyaratan mendapatkan KTPA

(1) KTPA baru.

(a) Surat pengajuan dari Dansatminkal/Kasatker.

(b) Fotokopi surait keputusan pengangkatan pertama


menjadi prajurit TNl, anggota Polri serta calon pegawai
negeri sipil (CPNS) dan PNS Kemhan/Polri.

(2) KTPA hilang/rusak. Peserta mengajukan permohonan


KTPA pengganti ke Kanpus/Kancob PT ASABRI (Persero)
setempat dengan membawa persyaratan :

(a) surat keterangan kehilangan dari Kepolisian;dan


56

(b) fotokopi Skep Pengangkatan Pertama.

(3) Ralat atau perubahan data pada KTPA :

(a) melampirkan KTPA asli;

(b) melampirkan data dan bukti-bukti otentik perubahan


data yang disahkan oleh Dansatminkal;dan

(c) Berkas dikirim ke Kancab PT ASABRI (Persero)


setempat.

2) Memperoleh manfaat asuransi, yaitu :

a) Manfaat Santunan asuransi (SA) diberikan kepada peserta yang


diberhentikan dengan hak pensiun/tunjangan bersifat pensiun;

b) Manfaat Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA) didberikan


kepada peserta yang diberhentikan tanpa hak pensiun/tunjangan
bersifat pensiun dan kepada ahli waris dari perserta yang meninggal
dunia dalam status dinas aktif;

c) Manfaat Santunan Resiko Kematian (SRK) diberikan kepada ahli


waris dari peserta yang meninggal dunia dalam status aktif (diberikan
juga SNTA);

d) Manfaat Santunan Resiko Kematian Khusus (SRKK) diberikan


kepada ahli waris dari peserta yang gugur atau tewas yang ditetapkan
berdasarkan surat keputusan Panglima TNI atau Kapolri;

e) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman (SBP) diberikan kepada


ahli waris dari peserta pensiunan yang meninggal dunia;

f) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman Istri/suami (SBPI/S)


diberikan kepada ahliwaris dari istri/suami peserta aktif/pensiunan yang
meninggal dunia (TMT meninggal 01-01-2005 serta pensiun TMT 01-08-
1971 dan sesudahnya;

g) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman anak (SBPA) diberikan


kepada ahli waris dari anak peserta aktif/pensiunan yang meninggal
dunia (TMT meninggal 01-01-2005);

h) Manfaat santunan Cacat Karena Dinas (SCKD), diberikan


kepada penderita cacat yang terjadi dalam tugas Operasi Militer dalam
masa kedinasan bagi prajurit TNI/anggota Polri dan PNS
Kemhan/Polri;dan

i) Manfaat Santunan Cacat Bukan Karena Dinas (SCBKD),


diberikan kepada penderita cacat yang terjadi di luar tugas Operasi
57

Militer dalam masa kedinasan bagi prajurit TNI/anggota Polri dan PNS
Kemhan/Polri.

f. Besar Manfaat Asuransi.

1) Manfaat Santunan Asuransi (SA) : sebesar enam puluh per seratus


dikalikan MI1, dikalikan P1 ditambah dengan enam puluh Perserotus dikalikan
MI2 dikalikan P2 atau dengan rumus : (0,60 x MI1 x P1) + (0,60 x MI2 x P2).

Keterangan :

- 0,60 adalah faktor masa iuran berdasarkan perhitungan


akumulasi iuran per tahun untuk masa iuran sejak diangkat menjadi
prajurit TNI/ anggota Polri dan CPNS Kemhan/Polri, sampai dengan
berakhimya masa kepesertaan, baik karena pensiun, tunjangan bersifat
pensiun dan berhenti karena meninggal dunia aktif atau bukan karena
pensiun/ tunjangan bersifat pensiun.

- MI 1 adalah iuran sejak diangkat menjadi prajurit TNI/anggota


Polri dan calon PNS Kemhan/Polri sampai bulan Desember 2000,
terkait dengan P 1.

- MI 2 adalah masa iuran sejak Januari 2001 sampai dengan


pensiun/berhenti/meninggal dudnia, terkait dengan P 2.

- PI adalah penghasilan terakhir sebulan (gaji pokok + tunjangan


isteri + tunjangan anak) sesaat sebelum berhenti sebagai prajurit TNI,
anggota Polri dan PNS.

- P 2 adalah penghasilan terakhir sebulan (gaji pokok + tunjangan


isteri + tunjangan anak) sesaat sebelum pensiun/berhenti/meninggal
dunia sebagai prajurit TNI, anggota Polri dan PNS yang menjadi dasar
potongan iuran.

2) Manfaat Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA), sebesar Faktor Nilai


Tunai dikalikan enam puluh Perserotus dikalikan MI1, dikalikan P1, ditambah
dengan enam puluh Perserotus dikalikan MI2 dikalikan P2 atau dengan rumus
FNT x (0,60xMI1xP1) + (0,60 x MI2 x P2).

FNT (Faktor Nilai Tunai) adalah suatu besaran untuk menghitung hak santunan
nilai tunai asuransi yang berdasarkan pada tabel mortalita/tingkat harapan
hidup manusia, terdiri dari tabel faktor nilai tunai untuk Perwira, PNS Gol. IV
dan PNS Gol. HI dan tabel faktor nilai tunai untuk Bintara, Tamtama, PNS Gol.
II dan PNS Gol. I.

Keterangan :
58

- 0,60 adalah faktor masa iuran berdasarkan perhitungan


akumulasi iuran per tahun untuk masa iuran sejak diangkat menjadi
prajurit TNI/ anggota Polri dan CPNS Kemhan/Polri, sampai dengan
berakhimya masa kepesertaan, baik karena pensiun, tunjangan bersifat
pensiun dan berhenti karena meninggal dunia aktif atau bukan karena
pensiun/ tunjangan bersifat pensiun.

- MI 1 adalah iuran sejak diangkat menjadi prajurit TNI/anggota


Polri dan calon PNS Kemhan/Polri sampai bulan Desember 2000,
terkait dengan P 1.

- MI 2 adalah masa iuran sejak Januari 2001 sampai dengan


pensiun/berhenti/meninggal dudnia, terkait dengan P 2.

- PI adalah penghasilan terakhir sebulan (gaji pokok + tunjangan


isteri + tunjangan anak) sesaat sebelum berhenti sebagai prajurit TNI,
anggota Polri dan PNS.

- P 2 adalah penghasilan terakhir sebulan (gaji pokok + tunjangan


isteri + tunjangan anak) sesaat sebelum pensiun/berhenti/meninggal
dunia sebagai prajurit TNI, anggota Polri dan PNS yang menjadi dasar
potongan iuran.

3) Manfaat Santunan Resiko Kematian (SRK) sebesar :

a) Perwira/PNS Gol.III dan IV sebesar tujuh dikalikan P2, atau


dengan rumus : 7 x P2;

b) Bintara/PNS Gol.II sebesar delapan dikalikan P2, atau dengan


rumus : 8 x P2;

c) Tamtama/PNS Gol.I sebesar Sembilan dikalikan P2, atau


dengan rumus : 9 x P2;

d) Manfaat Santunan Resiko Kematian Khusus (SRKK) sebesar :

(1) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


1975 s.d. 31 Desember 1985 sebesar Rp. 15.000.000,-;

(2) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


1986 s.d. 31 Desember 1998 sebesar Rp. 20.000.000,-;

(3) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


1999 s.d. 31 Desember 2002 sebesar Rp. 25.000.000,-;

(4) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


2003 s.d. 30 September 2006 sebesar Rp. 35.000.000,-;

(5) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Oktober


2006 s.d. 31 Dsesember 2007 sebesar Rp. 40.000.000,-;
59

(6) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


2008 s.d. 31 Desember 2008 sebesar Rp. 55.000.000,-;

(7) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


2009 s.d. 31 Desember 2009 sebesar Rp. 60.000.000,-;dan

(8) kejadian gugur/tewas Terhitung muai tanggal 1 Januari


2010 sebesar Rp. 70.000.000,-.

4) Manfaat Santunan Cacat Karena Dinas (SCKD) :

a) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1975 s.d. 31


Desember 1985 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


11.250.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


7.500.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


3.750.000,-;

(4) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


5.625.000,-;

(5) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


3.750.000,-;dan

(6) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


1.875.000,-

b) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1986 s.d. 31


Desember 1998 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


15.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


10.000.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


5.000.000,-;

(4) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


7.500.000,-;

(5) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


5.000.000,-;dan
60

(6) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


2.500.000,-.

c) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1999 s.d. 30


september 2006 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


20.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


15.000.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


10.000.000,-;

(d) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


10.000.000,-;

(4) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


7.500.000,-;dan

(5) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


5.000.000,-

d) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2006 s.d. 31


Desember 2008 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


25.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


20.000.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


15.000.000,-;

(4) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


12.500.000,-;

(5) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


10.000.000,-;dan

(6) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


7.500.000,-

e) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009 s.d. 31


Desember 2009 adalah :
61

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


30.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


25.000.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


20.000.000,-;

(4) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


17.500.000,-

(5) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


15.000.000,-;dan

(6) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


12.500.000,-

f) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat C) sebesar Rp.


35.000.000,-

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat C) sebesar Rp.


30.000.000,-;

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat C) sebesar Rp.


25.000.000,-;

(4) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat B) sebesar Rp.


22.500.000,-;

(5) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat B) sebesar Rp.


20.000.000,-;dan

(6) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat B) sebesar Rp.


17.500.000,-

5) Manfaat Santunan Cacat bukan karena Dinas (SCBKD) ditetapkan


sebagai berikut :

a) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1975 s.d. 31


Desember 1985 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


2.812.500,-;

(2b) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


1.875.000,-;dan
62

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


1.000.000,-

b) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1986 s.d. 31


Desember 1998 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


3.750.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


2.500.000,-;dan

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


1.250.000,-

c) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 1999 s.d. 30


September 2006 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


5.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


3.750.000,-;dan

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


2.500.000,-

d) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2006 s.d. 31


Desember 2008 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


10.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


7.500.000,-;dan

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


5.000.000,-

e) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009 s.d. 31


Desember 2009 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


15.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


12.500.000,-;dan

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


10.000.000,-
63

f) Kejadian cacat terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009 s.d. 31


Desember 2009 adalah :

(1) Cacat Berat (Tingkat III golongan Cacat A) sebesar Rp.


20.000.000,-;

(2) Cacat Sedang (Tingkat II Golongan Cacat A) sebesar Rp.


17.500.000,-;dan

(3) Cacat Ringan (Tingkat I Golongan Cacat A) sebesar Rp.


15.000.000,-

6) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman (SBP) Kejadian Meninggal Dunia


Terhitung Mulai tanggal 1 Januari 2010 diberikan Rp. 3.000.000,-

7) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman Istri/Suami (SBP I/S) Kejadian


Meninggal Dunia Terhitung Mulai tanggal 1 Januari 2010 diberikan sebesar
Rp. 2.500.000,-

8) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman Anak (SBPA) Kejadian Meninggal


Dunia Terhitung Mulai tanggal 1 Januari 2010 diberikan sebesar Rp.
2.000.000,-

g. Prosedur Pengajuan Asuransi.

1) Santunan Asuransi (SA), Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA),


Santunan Resiko Kematian (SRK), Santunan Biaya Pemakaman
lstri/Suami/Anak (SBP l/S/A) Peserta Aktif, Santunan Cacat Karena Dinas
(SCKD), Santunan Cacat Bukan Karena Dinas (SCBKD) diajukan oleh Peserta
/ Ahli Waris atau Satminkal / Satker melalui Kantor Cabang / Kantor Cabang
Pembantu / Unit Pelayanan Pusat PT ASABRI (Persero) setempat.

2) Santunan Resiko Kematian Khusus (SRKK) diajukan aleh Ahli Waris


atau Satminkal/Satker bagi yang telah memiliki Skep Panglima TNI/Kapolri
tentang gugur/ tewas ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu/Unit
Pelayanan Pusat PT ASABRI (Persero) setempat.

3) Santunan Biaya Pemakaman (SBP) dapat langsung diajukan oleh Ahli


Waris Peserta melalui Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu/Unit
Pelayanan Pusat PT ASABRI (Persero) setempat dan terhitung mulai tanggal
1 Maret 2010, khusus bagi Peserta yang dipensiunkan terhitung mulai tanggal
1 April 1989 dan meninggal dunia pada atau sesudah tanggal 1 Maret 2010,
proses pelayanan/pembayaran dapat diajukan melalui Unit Kerja BRI diseluruh
lndanesia.

4) Manfaat Santunan Biaya Pemakaman lstri/Suami (SBPI/S) dan Anak


(SBPA) diajukan oleh Peserta Aktif/Pensiunan atau Ahli Waris melalui Kantor
Cabang/Kantor Cabang Pembantu/Unit Pelayanan Pusat PT ASABRI
(Persero) setempat.
64

h. Persyaratan Administrasi.

1) Persyaratan administrasi Manfaat Santunan Asuransi (SA), diajukan


oleh peserta melalui Satminkal/Satker masing-masing kepada Direktur Utama
PT. Asabri (Persero) lewat Kantor Cabang PT. Asabri (Persero) setempat,
dengan persyaratan :

a) surat permohonan pembayaran bentuk 43 AS;

b) fotokopi Surat Keputusan Pensiun;

c) fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan Pertama menjadi


anggota TNI/Polri atau CPNS Kemhan/TNI/Polri;

d) fotokopi Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran (SKPP)


dari Pekas/KPKN;

e) fotokopi kartu tanda peserta Asabri;dan

f) riwayat hidup singkat.

2) Persyaratan administrasi Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA)


Diajukan oleh peserta melalui Satminkal/Satker masing-masing kepada
Dirketur Utama PT. Asabri (Persero) meialui kantor cabang PT. Asabri
(Persero) setempat, dengan persyaratan :

a) surat pemohonan pembayaran bentuk 43 AS;

b) fotokopi Surat Keputusan Pemberhentian;

c) fotokopi surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP)


dari Pekas/KPKN;

d) fotokopi surat keputusan pengangkatan pertama menjadi anggota


TNI/Polri atau CPNS Kemhan/TNI/Polri;

e) kartu tanda peserta Asabri (KTPA) asli;dan

f) riwayat hidup singkat.

3) Persyaratan Santunan nilai tunai asuransi (SNTA) ditambah santunan


Resiko Kematian (SRK) Persyaratan administrasi Diajukan oleh ahli waris
peserta melalui Satminkal/satker masing-masing kepada Direktur Utama PT.
Asabri (Persero) lewat kantor cabang PT. Asabri (Persero) setempat, dengan,
persyaratan :

a) surat pennohonan pembayaran dari ahli waris bentuk 44 AS;


b) fotokopi surat kematian;
c) perincian gaji pada saat meninggal dunia dari Pekas/KPKN;
65

d) surat keterangan ahli waris;dan


e) kartu tanda peserta Asabri (KTPA) asli.

4) Persyaratan administrasi Santunan resiko kematian khusus (SRKK)


Persyaratan Diajukan oleh Dan Satminkal/Ka. Satker kepada Direktur Utama
PT. Asabri (Persero) dengan persyaratan :

a) surat permohonan pembayaran dari ahli waris bentuk 44 AS;

b) surat Keputusan Panglima TNI atau Kapolri tentang status gugur


atau tewas dari peserta;

c) surat keterangan ahli waris;

d) fotokopi KPI dan Surat Nikah (bagi yang telah nikah);

e) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KIP) ahli waris yang masih


berlaku;dan

f) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli.

Pembayaran SRKK.

a) SRKK diterimakan kepada ahli waris peserta.

b) Pembayaran SRKK dilakukan oleh Kantor Bayar. Didampingi


petugas dari :

(1) Kanpus atau Kancab PT. Asabri (Persero);dan


(2) Dan Satminkal/Ka. Satker peserta yang bersangkutan

c) Bagi ahli waris peserta yang telah menerima SRKK, tidak


diterimakan lagi SRK dan SNTA.

5) Persyaratan administrasi Manfaat Santunan Cacat Karena Dinas


(SCKD) atau Santunan Cacat Bukan Karena Dinas (SCBKD) Diajukan oleh
ahli waris peserta langsung kepada Dirut PT. Asabri (Persero) dengan
persyaratan :

a) Skep Cacat dari Panglima TNI/Polri;

b) kartu Tanda Peserta Asabri;

c) identitas diri (KTP/SIM/Pasport);dan

d) buku tabungan bagi yang memiliki Giro.

6) Persyaratan administrasi Santunan Biaya Pemakaman (SBP) Diajukan


oleh ahli waris peserta langsung kepada Dirut PT. Asabri (Persero) dengan
persyaratan :
66

a) surat permohonan pembayaran dari ahli waris;

b) fotokopi surat keterangan pensiun;

c) surat keterangan kematian dari dokter/Lurah;

d) surat keterangan ahli waris;dan

e) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli.

7) Persyaratan administrasi Manfaat Santunan Biaya Pemakaman


Istri/suami/ anak (SBP I/S/A) Peserta aktif dengan persyaratan :

a) surat keterangan pemberhentian penghasilan terakhir/bentuk


KU 107 dari Pekas;

b) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli;

c) identitas diri;

d) surat Keterangan kematian;dan

e) buku tabungan bagi yang memilih giral.

8) Persyaratan administrasi manfaat santunan biaya pemakaman


Istri/suami/anak (SBP I/S/A) Peserta pensiunan dengan persyaratan :

a) Skep Pensiun;

b) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli;

c) identitas diri;

d) surat keterangan kematian;

e) btabungan bagi yang memilih giral;dan

f) struk gaji pensiun terakhir.

9) Persyaratan administrasi Manfaat Santunan Biaya Pemakaman yang


melalui unit kerja BRI dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Skep Pensiun;
b) Kartu Tanda Peserta Asabri (KTPA) asli;
c) identitas diri;
d) surat keterangan kematian;dan
e) surat keterangan kematian.

47. Evaluasi.
67

a. Sebutkan hak-hak yang dimiliki oleh peserta Tabungan Wajib Perumahan !

b. Jelaskan Prosedur pengajuan Asabri !

c. Jelaskan hak-hak bagi peserta Asabri !


68

BAB IX

TUNJANGAN CACAT

48. Umum. Pengurusan administrasi prajurit penyandang cacat mulai dari evaluasi
cacat, rehabilitasi cacat, pembinaan karier, perawatan dan rawatan purna dinas
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat diterima oleh prajurit
penyandang cacat dengan tepat, cepat dan benar yang meliputi yaitu ketentuan umum,
tingkat kecacatan, golongan kecacatan, perlakuan dan evaluasi terhadap prajurit
penyandang cacat.

49. Ketentuan Umum.

a. Prajurit penyandang cacat diberikan santunan cacat dan tunjangan cacat


sebagai penghargaan pemerintah atas pengorbanannya terhitung mulai tanggal
1 Januari 2008 (PP Nomor 56 Tahun 2007 pasal 8)

b. Santunan cacat dan tunjangan ditentukan atas dasar tingkat dan golongan
cacatnya yang ditetapkan oleh Panglima TNI berdasarkan hasil pengujian dan
penilaian kecacatan prajurit oleh PEKP.

c. Santunan cacat diberikan hanya 1 kali berdasarkan Keputusan Panglima TNI


tentang penetapan tingkat dan golongan cacat prajurit.

d. Tunjangan cacat diberikan setiap bulan, berdasarkan keputusan tentang


pensiun karena cacat.

e. Santunan cacat dan/atau tunjangan cacat bagi prajurit penyandang cacat yang
meninggal dunia setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung
sampai dengan saat meninggal dunianya.

f. Tunjangan cacat bagi purnawirawan penyandang cacat yang meninggal dunia


setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung sampai dengan saat
meninggal dunianya.

g. Satyalancana Bhakti diberikan secara langsung kepada prajurit penyandang


cacat setelah menerima Keputusan Panglima TNI tentang kecacatannya.

h. Perubahan tingkat dan atau golongan kecacatan ditetapkan berdasarkan


Keputusan Panglima TNI melalui uji ulang yang dilaksanakan oleh Panitia Evaluasi
Kecacatan Prajurit.

i. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan tentang


pemberhentian dari dinas keprajuritan karena cacat, selain diberikan cacat sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 juga diberikan pensiun sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

j. Prajurit penyandang cacat yang pada tanggal Peraturan Pemerintah Nomor 56


tahun 2007 diundangkan telah menjalani pensiun berdasarkan keputusan tentang
69

pemberhentian dari dinas keprajuritan diberikan tunjangan cacat sesuai dengan


Peraturan Pemerintah tersebut.

k. Komandan Satuan dapat mengusulkan prajurit penyandang cacat tingkat II dan


III dengan memiliki keahlian dan kemampuan khusus untuk dinas aktif.

l. Perawatan diselenggarakan dengan memberikan rawatan kedinasan kepada


setiap prajurit dan keluarganya, berlangsung sejak diangkat menjadi Prajurit Siswa
sampai berakhirnya dinas keprajuritan.

m. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku semua
peraturan pelaksanaan tentang santunan dan tunjangan cacat bagi prajurit TNI
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut.

n. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku,


pengaturan tentang tunjangan cacat sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 31Tahun 1997 tentang Penetapan Kembali Pensiun Pokok
Purnawirawan/Warakawuri atau Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, dan Anak Yatim
Piatu Anggota ABRI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

50. Tingkat Kecacatan.

a. Cacat Tingkat III dengan Kriteria .

1) Kehilangan kedua anggota gerak bawah.

2) Kelumpuhan kedua anggota gerak bawah.

3) Kehilangan kedua anggota gerak atas.

4) Kelumpuhan kedua anggota gerak atas.

5) Kehilangan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.

6) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.

7) Kehilangan penglihatan (buta) kedua mata.

8) Bisu dan tuli.

9) Penyaki jiwa yang berat.

10) Cacat yang luas dari organ system syaraf, pernapasan, kardiovaskuler,
pencernaan atau Urogenital kulit dan musculoskeletal.

11) Deformitas wajah berat.

b. Cacat Tingkat II dengan kriteria .

1) Kehilangan satu anggota gerak bawah.


70

2) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah.

3) Kehilangan satu anggota gerak atas.

4) Kelumpuhan satu anggota gerak atas.

5) Kehilangan penglihatan satu mata

6) Penyakit jiwa sedang.

7) Kehilangan satu jari telunjuk atau ibu jari tangan kanan.

8) Kehilangan dua jari atau lebih pada tangan kanan.

9) Cacat sebagian dari organ system syaraf, pernapasan, kardiovaskuler,

pencernaan atau urogenital, kulit dan musculoskeletal.

10) Deformitas wajah sedang

11) Bisu

12) Tuli.

c. Cacat Tingkat I dengan kriteria .

1) Gangguan kejiwaan yang ringan.

2) Kehilangan satu jari tangan atau kaki.

3) Berkurangnya fungsi mata.

4) Kehilangan daun telinga, namun masih bisa mendengar.

5) Perubahan klasifikasi atau fungsi organ tubuh yang bernilai lebih rendah
dari sebelumnya mendapat cedera/sakit.

51. Golongan Kecacatan. Golongan kecacatan ditentukan berdasarkan penyebab


kecacatan :

a. Golongan “C” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer akibat
tindakan langsung lawan;

b. Golongan “B” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer bukan
tindakan langsung lawan dan atau dalam tugas kedinasan;dan

c. Golongan “A” adalah kecacatan yang terjadi dalam masa kedinasan bukan
dalam operasi militer atau bukan karena dinas.

52. Perlakuan. Perlakuan terhadap prajurit/purnawirawan penyandang cacat sebagai


berikut :
71

a. Prajurit penyandang cacat tingkat III dan II golongan C, B dan A diberhentikan


dari dinas keprajuritan dengan hak pensiun/tunjangan bersifat pensiun santunan dan
tunjangan cacat;

b. Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan C, B dan A masih tetap aktif


melaksanakan tugas-tugas tertentu di jajaran TNI hanya mendapat hak santunan
cacat;dan

c. Purnawirawan penyandang cacat hanya mendapat hak tunjangan cacat

53. Evaluasi Terhadap Prajurit Penyandang Cacat. Evaluasi terhadap prajurit


penyandang cacat merupakan penilaian dan atau pengujian kecacatan untuk menentukan
tingkat kecacatan, penyebab kecatatan dan untuk mengetahui kemampuan jasmani dan
rohaninya.

a. Panitia Evaluasi.

1) Evaluasi terhadap prajurit penyandang cacat dilaksanakan oleh Panitia


Evaluasi Kecacatan Prajurit (PEKP) TNI AD yang terdiri dari PEKP Pusat dan
PEKP Kotama.

2) PEKP Pusat berkedudukan di Ditkesad, dibentuk dengan Surat Perintah


Kasad yang diketuai oleh Dirkesad beranggotakan unsur Ditkesad, Spersad,
Spamad dan Ditajenad.

3) PEKP Kotama berkedudukan di Kesdam, dibentuk dengan Surat


Perintah Pangkotama yang diketuai oleh Kakesdam beranggotakan staf
personel Kotama, Sintel dan Ajen.

b. Kegiatan Evaluasi.

1) Komandan Satuan mengajukan permohonan penerbitan keputusan


tentang penetapan kecacatan prajurit TNI AD secara hirarkhis dengan
tembusan kepada PEKP tingkat Kotama.

2) PEKP tingkat Kotama melaksanakan kegiatan evaluasi prajurit


penyandang cacat di daerah masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada
Pangkotama dengan tembusan kepada PEKP tingkat pusat.

3) Pangkotama mengajukan usul keputusan tentang penetapan kecacatan


prajurit TNI AD kepada Kasad dengan tembusan PEKP tingkat pusat.

4) PEKP tingkat pusat melaksanakan kegiatan evaluasi prajurit


penyandang cacat di daerah masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada
Kasad tembusan PEKP TNI.

5) Kasad mengajukan permohonan penerbitan keputusan tentang


penetapan kecacatan prajurit TNI AD kepada Panglima TNI.
72

54. Pembinaan Karier. Pembinaan karier prajurit penyandang cacat memerlukan


penanganan secara khusus disesuaikan dengan keadaan kecacatannya dalam penempatan
jabatan, pendidikan dan kepangkatan.

a. Penugasan. Prajurit penyandang cacat tingkat I ditugaskan di luar Satpur


atau Satbanpur dan diberikan jabatan yang tidak menuntut kemampuan fisik prima
disesuaikan dengan kecacatannya.

b. Pendidikan.

1) Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan C dapat mengikuti


pendidikan sekolah dan luar sekolah seperti halnya prajurit yang tidak cacat
dengan pertimbangan khusus.

2) Prajurit Penyandang Cacat Tingkat I Golongan B dan Tingkat I Golongan


A dapat mengikuti pendidikan sekolah dan luar sekolah seperti halnya prajurit
yang tidak cacat, sejauh memenuhi persyaratan lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku.

3) Dalam pelaksanaan pendidikan prajurit penyandang cacat disesuaikan


dengan keadaan kecacatannya.

c. Kepangkatan.

1) Prajurit Penyandang Cacat Tingkat III dan Tingkat II Golongan C, B dan


A tidak diusulkan kenaikan pangkatnya.

2) Prajurit Penyandang Cacat Tingkat I Golongan C, B dan A bila


memenuhi syarat bisa diusulkan kenaikan pangkatnya.

d. Pembinaan Jasmani terhadap Prajurit Penyandang Cacat Tingkat I diatur


secara khusus.

55. Santunan dan Tunjangan Cacat. Perawatan prajurit penyandang cacat


diselenggarakan dengan memberikan jaminan sosial yang berupa santunan dan tunjangan
cacat.

a. Santunan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah mendapatkan


penetapan tingkat dan penggolongan cacat berdasarkan Keputusan Panglima TNI
diberikan santunan cacat sebagai berikut :

1) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan C sebesar 18 x Penghasilan


Terakhir;

2) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan B sebesar 15 x Penghasilan


Terakhir;

3) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan A sebesar 8 x Penghasilan


terakhir;
73

4) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan C sebesar 15 x Penghasilan


Terakhir;

5) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan B sebesar 12 x Penghasilan


Terakhir;

6) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan A sebesar 5 x Penghasilan


Terakhir;

7) Penyandang Cacat Tingkat I Golongan C sebesar 6 x Penghasilan


Terakhir;

8) Penyandang Cacat Tingkat I Golongan B sebesar 3 x Penghasilan


Terakhir;dan

9) Penyandang Cacat Tingkat I Golongan A sebesar 2 x Penghasilan


Terakhir.

b. Tunjangan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan


pensiun karena cacat, diberikan tunjangan cacat sebagai berikut :

1) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan C sebesar 100% dari Gaji


Pokok Terakhir;

2) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan C dan Tingkat III Golongan B


sebesar 75% dari Gaji Pokok Terakhir;

3) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan B sebesar 50% dari Gaji Pokok


Terakhir;

4) Penyandang Cacat Tingkat III Golongan A sebesar 40% dari Gaji Pokok
Terakhir;dan

5) Penyandang Cacat Tingkat II Golongan A sebesar 25% dari Gaji Pokok


Terakhir.

c. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas berlaku juga untuk Prajurit Siswa


dengan perhitungan berdasarkan gaji pokok permulaan prajurit karier untuk suatu
pangkat yang akan ditetapkan bagi seorang Prajurit Siswa yang lulus Pendidikan
Pertama.

56. Evaluasi.

a. Jelaskan yang dimaksud dengan santunan cacat dan tunjangan cacat !

b. Jelaskan perlakuan yang diberikan terhadap prajurit/purnawirawan penyandang


cacat !

c. Jelaskan kriteria untuk cacat Tingkat II !


74

BAB X

EVALUASI AKHIR PELAJARAN


(Bukan Naskah Ujian)

57. Evaluasi.

a. Apa yang dimaksud dengan aspek-aspek perawatan prajurit. Jelaskan !

b. Jelaskan yang menjadi kebijaksanaan dasar dalam perawatan prajurit !

c. Rawatan purnadinas apa saja yang diberikan bagi prajurit. Jelaskan !

d. Sebutkan jenis tanda kehormatan negara berupa Bintang !

e. Sebutkan jenis tanda kehormatan negara berupa Satyalencana !

f. Sebutkan susunan organisasi penyelenggaraan tanda kehormatan negara di


tingkat Kotama/Balakpus !

g. Jelaskan ketentuan KPI/KPS !

h. Jelaskan wewenang penanda tanganan KPI/KPS !

i. Jelaskan tatacara pengusulan KPI/KPS !

j. Jelaskan ketentuan SPPI/SPPS !

k. Jelaskan wewenang penanda tanganan SPPI/SPPS !

l. Jelaskan pengertian ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !

m. Sebutkan persyaratan administrasi ganti nama !

n. Jelaskan tatacara pengusulan ganti nama, pindah agama dan tambah gelar !

o. Sebutkan macam-macam cuti !

p. Jelaskan ketentuan cuti tahunan !

q. Jelaskan ketentuan cuti melahirkan/bersalin !

r. Sebutkan hak-hak yang dimiliki oleh peserta Tabungan Wajib Perumahan !

s. Jelaskan Prosedur pengajuan Asabri !


75

RAHASIA
t. Jelaskan hak-hak bagi peserta Asabri !

u. Jelaskan yang dimaksud dengan santunan cacat dan tunjangan cacat !

BAB XI

PENUTUP

58. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dalam proses belajar mengajar pada pelajaran perawatan prajurit bagi
Pasis Diksarcab Ajen.

Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal,

Teguh Bangun Martoto, S.Sos.,M.H.


Kolonel Caj NRP 31793
76

RAHASIA

RAHASIA
BAB XI

PENUTUP

59. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dalam proses belajar mengajar pada pelajaran perawatan prajurit bagi
Pasis Diksarcab Ajen.

Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal,

Teguh Bangun Martoto, S.Sos.,M.H.


Kolonel Caj NRP 31793

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai