Anda di halaman 1dari 71

Jurnal Kesehatan

SAMODRA ILMU Volume 03, Nomor 02, Juli 2012

DAFTAR ISI

Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan


Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. Goetheng
Tarunadibrata Purbalingga, Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ............................... 71

Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering
Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta,
Fita Supriyanik dan Sri Handayani ..................................................................................... 81

“Pengalaman Perubahan Kesadaran Pada MARQI”, Sarka A.S. dan Maryana ..................... 90

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Dan Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah


Dengue (DBD) Di Desa Madegondo, Kabupaten Sukoharjo, Iis Lestari ................................ 105

Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan Kompres
Daun Kembang Sepatu Pada Anak Demam Di Ruang Cempaka RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Ike Rahayuningsih, Sodikin,
dan Mustiah Yulistiani ....................................................................................................... 115

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Perilaku Ibu Dalam
Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten
Ngestiharjo Kasihan Bantul 2011, Fitria Melina ...................................................................... 121

Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum


Di Yogyakarta, Ida Nursanti ................................................................................................ 130
Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan
Di Klinik Bps Ny. Endang Purwati - Mergangsan - Yogyakarta, Ni Made Maria Sari
dan Sri Handayani ............................................................................................................. 135
72 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”
PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI DAN
ORIGAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SEBAGAI
EFEK HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI
RSUD dr. R. GOETHENG TARUNADIBRATA
PURBALINGGA
Suryanti1, Sodikin2, Mustiah Yulistiani3

ABSTRACT

Background: The impact of hospitalization one of which is anxiety. It can also occur in preschool
children who were hospitalized, so it can disturb the process of care and treatment given.
One way to reduce the anxiety that is with play therapy.
Objective: To determine the level of anxiety due to hospitalization that occurs in preschoolers
and the effect of play therapy to decrease levels of anxiety due to hospitalization.
Methods: This study used an experimental design with one group pre test-post test design.
Sampling technique using non probality sampling technique by quota sampling. The sample in
this study amounted to 30 preschoolers of boys and girls. Play therapy is used that is coloring
an origami.
Results: The results of bivariate analysis indicate that there is a difference between the level
of anxiety experienced by children before and after play therapy with a significant p = 0.0001
at á = 0.05. Levels of anxiety prior to play therapy showed score of 21.13, including the level
of moderate anxiety, while the level of anxiety after the play therapy showed score of 14.00,
including the level of mild anxiety.
Conclusion: There are significant differences in anxiety levels before and after play therapy.
Play therapy can reduce anxiety levels pre-school age children, from moderate anxiety to
mild anxiety.
Keywords: Playing, Coloring, Origami, Preschool Age, Hospitalization, Anxiety

PENDAHULUAN bukan orang dewasa mini. Anak bukan harta


Anak adalah karunia Allah SWT yang paling ataupun kekayaan orang tua yang dapat dinilai
berharga di dunia ini. Kita akan merasa bahagia secara sosial ekonomi. Anak sebagai generasi
jika dikaruniai anak yang sehat dan lucu. masa depan suatu bangsa mereka berhak
Kehidupan masa kanak-kanak sangat berkesan mendapatkan pelayanan kesehatan yang me-
dan merupakan dasar kehidupan yang selan- madai secara individual. Anak adalah individu
jutnya. Anak adalah individu yang unik dan yang masih memiliki ketergantungan pada

1
Perawat RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga
2
Staf Akademik Bagian Keperawatan Anak FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
3
Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

73
74 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

orang dewasa dan lingkungan sekitarnya. Anak tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan
memerluhkan lingkungan yang dapat mem- suatu tindakan yang dapat menurunkan tingkat
fasilitasi dalam pememenuhan kebutuhan kecemasan.
dasar serta belajar mandiri.1
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
Anak akan mulai belajar hidup mandiri menurunkan kecemasan adalah melalui ke-
semenjak usia prasekolah. Pada usia pra- giatan terapi bermain. Bermain merupakan
sekolah, anak belajar mengembangkan kemam- salah satu alat komunikasi yang natural bagi
puan dalam menyusun bahasa, berinteraksi anak-anak. Bermain merupakan dasar pen-
dengan orang lain sebagai kehidupan sosial didikan dan aplikasi terapeutik yang mem-
anak. Anak prasekolah adalah anak dengan usia butuhkan pengembangan pada pendidikan
3-6 tahun.2 anak usia dini.3 Bermain dapat dilakukan oleh
anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak
Saat anak yang mengalami sakit dan men-
sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan
jalani perawatan di rumah sakit, mereka akan
bermain tetap ada.
terpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasa-
kannya aman, penuh kasih sayang, dan me- Salah satu fungsi bermain adalah sebagai
nyenangkan, yaitu rumah, permainan, dan terapi dimana dengan melakukan permainan
teman sepermainannya. Proses ini dikatakan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
sebagai proses hospitalisasi. Hospitalisasi yang dialaminya. Melalui kegiatan bermain,
merupakan suatu proses, dimana karena suatu anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
alasan tertentu baik darurat atau berencana permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
mengharuskan anak tinggal di rumah sakit kesenangannya melakukan permainan.1b
menjalani terapi dan perawatan sampai pe-
Pemilihan jenis permainan harus disesuai-
mulangan kembali ke rumah.1a
kan dengan usia anak. Usia prasekolah per-
Proses hospitalisasi pada anak usia pra- mainan yang cocok dilakukan antara lain
sekolah akan berdampak sangat serius. mewarnai dan origami, dimana anak mulai
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak menyukai dan mengenal warna serta mengenal
kehilangan kontrol terhadap dirinya. Selama bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Me-
proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat warnai memilki manfaat untuk kegiatan
mengalami beberapa pengalaman yang sangat menyenangkan sekaligus melatih saraf mo-
traumatik dan penuh dengan kecemasan, hal torik, kreativitas, dan daya imajinasi anak.4
ini akan berdampak negatif bagi anak. Fungsi warna dan bentuk yang berbeda dalam
bermain dapat memberikan stimulus perkem-
Dampak negatif dari efek hospitalisasi
bangan anak.
sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan
dan pengobatan yang sedang dijalani pada Origami adalah seni melipat kertas yang
anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari
berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang oru yang artinya melipat, dan kami yang artinya
pernah mengalami perawatan di rumah sakit kertas. Ketika dua kata itu bergabung menjadi
tentu akan menunjukkan rekasi berbeda bila origami yang artinya melipat kertas.5 Origami
dibandingkan dengan anak yang baru pernah. bermanfaat untuk melatih motorik halus, serta
Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telah menumbuhkan motivasi, kreativitas, kete-
memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada rampilan serta ketekunan. Latihan origami
di rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak dapat membantu anak-anak memahami ukuran
terhadap tingkat kecemasan yang dialami. yang relatif lebih lengkap dengan menggunakan
Sedangkan anak yang baru pernah dirawat strategi yang lebih efektif untuk perbandingan
mungkin mengalami kecemasan yang lebih ukuran.6
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 75

Sebuah penelitian menunjukkan ada pe- dilakukan pengukuran atau observasi dengan
ngaruh signifikan antara terapi bermain ter- post test.
hadap stres hospitalisasi. 7 Penelitian lain
Tehnik pengambilan sampel non probability
menybutkan ada pengaruh bermakna sosiali-
sampling yaitu tehnik pengambilan sampel
sasi anak selama berada di rumah sakit setelah
dengan tidak memberikan peluang yang sama
dilakukan terapi bermain.8
dari setiap anggota populasi atau sampling
Ruang Cempaka di Rumah Sakit Umum quota. Sampling quota merupakan cara pe-
Daerah dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pur- ngambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri
balingga merupakan bangsal perawatan pasien tertentu sampai jumlah quota yang telah
anak yang merawat anak umur 9 hari sampai ditentukan. Ciri tersebut adalah anak usia
dengan 14 tahun. Di ruang Cempaka belum prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat di
diterapkan kegiatan yang dapat menurunkan ruang rawat anak RSUD dr. R. Goeteng T.
tingkat kecemasan yang terdapat pada pasien- Purbalingga
pasien selama dirawat di rumah sakit. Pasien-
Metode pengumpulan data yang digunakan
pasien yang dirawat masih sesuai dengan
yaitu observasi atau pengamatan. Observasi
keadaan mereka pada waktu masuk dan pulang.
merupakan cara melakukan pengumpulan data
Pada pasien-pasien dengan tingkat kecemasan
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-
yang tinggi belum dilakukan tindakan yang
hal yang akan diteliti. Populasi pada penelitian
dapat mengurangi kecemasan.
adalah: anak prasekolah (3-6 tahun) yang
Berdasarkan data yang diperoleh selama 3 sedang dirawat di ruang rawat anak RSUD dr. R.
bulan (Desember 2010, Januari 2011, dan Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.
Februari 2011) di ruang perawatan anak Rumah
Hasil penelitian ini akan diuji dengan
Sakit Umum Daerah dr. R. Goetheng Taroena-
komparasi (paired simple t test) yang memer-
dibrata Purbalingga, jumlah pasien 395 anak.
lukan data berdistribusi normal. Salah satu
Rata-rata jumlah 132 pasien tiap bulannya.
syarat data berdistribusi normal adalah jumlah
Pasien dengan usia prasekolah rata-rata tiap
minimal sampel 30. Penelitian ini meng-
bulannya 30 anak. Selama 3 bulan terakhir
gunakan sampel 30 anak usia prasekolah yang
jumlah pasien yang pulang atas permintaan
dirawat di rumah sakit dr. R. Goeteng Taruna-
sendiri mencapai 39 pasien, dan 5,85% pasien
dibrata Purbalingga.
pulang dengan alasan rewel. Artikel penelitian
ini akan melaporkan tentang pengaruh terapi Analisis hasil penelitian menggunakan
bermain mewarnai dan origami terhadap analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat
tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi bertujuan untuk melihat gambaran distribusi
pada anak usia prasekolah. frekuensi. Sedangkan analisis bivariat di-
gunakan untuk mengetahui adanya perbedaan
BAHAN DAN CARA tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi
Penelitian ini adalah pre eksperimen (pre bermain dan sesudah dilakukan terapi bermain
experimental design). Rancangan digunakan dengan menggunakan uji statistic pre eks-
untuk melihat pengaruh variabel independen perimen jenis one group pre test post test.
terhadap variabel dependen.9 Pada penelitian Uji kemaknaan menggunakan tingkat ke-
ini, peneliti menggunakan rancangan one group percayaan (tingkat kemaknaan) 95%, di mana
pre test-post test design. Rancangan ini di- p-value (tingkat kepercayaan) = 0,05. Dasar
lakukan dengan cara sebelum diberikan per- pengambilan keputusan pada uji T (paired t
lakuan (treatment), variabel diobservasi atau sampel test) adalah bila diperoleh nilai p value
diukur terlebih dulu (pre-test) setelah itu < á = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)
dilakukan perlakuan dan setelah treatment yang artinya terdapat hubungan antara variabel
76 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila p Frekuensi urutan/posisi anak dalam
value > α = 0,05 maka Ho diterima (Ha ditolak) keluarga terbanyak yaitu anak pertama
yang berarti tidak ada hubungan antara variabel sebanyak 17 anak (56,7%), kemudian anak
bebas dan variabel terikat. kedua sebanyak 11 anak (36,7%), sisanya
anak ketiga dan kelima masing-masing 1
HASIL PENELITIAN anak (3,3%). Pada frekuensi orang tua
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dr. bekerja terdapat 19 anak (63,3%) dan 11 anak
R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. dengan orang tua tidak bekerja (36,7%).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 Untuk jenis terapi bermain mewarnai
dengan sampel berjumlah 30 responden. dilakukan sebanyak 15 anak (50%) dan
dengan terapi bermain origami sebanyak
1. Analisis univariabel (50%). Kemudian frekuensi tingkat ke-
Analisis univariat penelitian ini dapat cemasan yang diderita responden yaitu
dilihat pada tabel 4.1 berikut: terbanyak dengan tingkat kecemasan se-
dang sebanyak 16 anak (53,3%), tingkat
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik
responden di Rumah Sakit dr. R. Goetheng kecemasan ringan sebanyak 11 anak
Taroenadibrata Purbalingga (36,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak
2 anak (6,7%), dan terdapat pasien yang tidak
mengalami tingkat kecemasan sebanyak 1
anak (3,3%).

2. Analisis bivariat
Hasil variabel independen dan variabel
dependen, dilanjutkan dengan analisis
bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel. Dalam penelitian ini
digunakan analisis paired samples t test
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perbedaan skor kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan dilakukan terapi
bermain mewarnai dan origami

Ket : Analisis dari responden 30 ( n = 30 )*


Signifikan pada α = 0,05
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
bahwa responden terbanyak pada kelom- Dari tabel di atas diperoleh nilai p=0,0001
pok usia 3 tahun yaitu sebanyak 11 anak < α = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)
(36,7%), kemudian usia 4 tahun sebanyak 8 yang berarti ada perbedaan tingkat ke-
anak (26,7%), lalu usia 6 tahun sebanyak 6 cemasan sebelum dan sesudah dilakukan
anak (20,0%), dan sisanya responden berusia terapi bermain dengan tehnik mewarnai
5 tahun sebanyak 5 anak (16,7%). Untuk maupun origami. Tingkat kecemasan sebe-
frekuensi jenis kelamin laki-laki sebanyak lum dilakukan terapi bermain pada tabel di
16 anak (53,3%), dan perempuan sebanyak atas menunjukkan skor rata-rata 21,13 yang
14 anak (46,7%). artinya termasuk tingkat kecemasan sedang,
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 77

sedangkan tingkat kecemasan sesudah bukan faktor dominan terhadap munculnya


terapi bermain menunjukkan skor rata-rata kecemasan, tetapi ada penelitian yang me-
14,00 yang artinya termasuk tingkat ke- ngatakan bahwa tingkat kecemasan yang tinggi
cemasan ringan. terjadi pada wanita dibanding laki-laki yaitu
2:1.13
PEMBAHASAN
Frekuensi urutan/posisi anak dalam ke-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari luarga terbanyak yaitu anak ke-1 sebanyak 17
variabel independen berpengaruh terhadap anak (56,7%), sedangkan frekuensi terkecil
variabel dependen, dari analisis ditemukan yaitu anak ke-3 dan ke-5 masing-masing 1 anak
bahwa terdapat pengaruh antara terapi bermain (3,3%). Jumlah saudara yang banyak akan
mewarnai dan origami terhadap penurunan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
tingkat kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan kasih sayang yang diterima anak. 12a Anak
responden terbanyak pada kelompok usia 3 pertama biasanya mendapat perhatian penuh
tahun yaitu sebanyak 11 anak (36,7%), ke- karena belum ada saudara yang lain. Segala
mudian responden paling sedikit adalah res- kebutuhan dipenuhi, tetapi di lain pihak
ponden dengan usia 5 tahun sebanyak 5 anak biasanya orang tua dengan anak pertama belum
(16,7). Pada usia 3 tahun anak mulai belajar memiliki banyak pengalaman dalam mengasuh
meloncat, memanjat, melompat dengan satu anak dan cenderung terlalu melindungi se-
kaki, mampu menyusun kalimat, menggambar hingga sering kali anak tumbuh menjadi anak
lingkaran, bermain bersama dengan anak lain yang perfeksionis dan cenderung pencemas.1c
dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya. Pada frekuensi orang tua bekerja terdapat
19 anak dengan orang tua bekerja (63,3%) dan
Menurut teori perkembangan Sigmund 11 anak dengan orang tua tidak bekerja (36,7%).
Freud pada usia 3 tahun (fase phallic) anak akan Anak yang berada pada sosial ekonominya
senang memegang genetalia, kecenderungan rendah , bahkan punya banyak keterbatasan
anak dekat dengan orang tua yang berlawanan untuk memberi makanan bergizi, dan meme-
jenis kelamin. Misalnya anak laki-laki akan nuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya
lebih dekat dengan ibunya, sedangkan anak keluarga akan mendapat kesulitan untuk
perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Usia membantu anak mencapai tingkat pertum-
3 tahun merupakan fase praoperasional, di buhan dan perkembangan anak yang optimal
mana anak mulai menyadari bahwa pema- sesuai dengan tahapan usianya.1d Pendapatan
hamannya tentang benda-benda sekitarnya keluarga yang memadai akan menunjang
tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
sensori motori, akan tetapi dapat dilakukan menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
melalui kegiatan yang bersifat simbolis.10 Umur primer maupun yang sekunder.12b
paling rawan adalah masa balita, karena pada
masa ini anak mudah terkena sakit dan mudah Untuk jenis terapi bermain yang dilakukan
terkena kekurangan gizi.11 sebanyak masing-masing 15 anak dengan terapi
bermain mewarnai (50%) dan 15 anak dengan
Untuk frekuensi jenis kelamin, responden terapi bermain origami (50%). Pada saat dirawat
laki-laki lebih dominan yaitu dengan jumlah 16 di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
anak (53,3%), sisanya perempuan sebanyak 14 perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
anak (46,7 %). Hal ini terjadi karena responden seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.1e
terbanyak adalah anak laki-laki. Anak laki-laki Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu
lebih sering sakit dibandingkan anak perem- mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi
puan, tetapi belum diketahui secara pasti sehingga sangat diperlukan permainan yang
mengapa demikian.12 Meskipun jenis kelamin
78 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

dapat mengembangkan kemampuan menya- sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain
makan dan membedakan, kemampuan ber- ( mewarnai dan origami ). Terapi bermain
bahasa, mengembangkan kecerdasan, menum- (mewarnai dan origami) dapat menurunkan
buhkan sportivitas, mengembangkan koor- tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari
dinasi motorik, mengembangkan dalam me- tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat
ngontrol emosi, motorik kasar dan halus, kecemasan ringan.
memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
pengetahuan dan memperkenalkan suasana
menunjukkan terdapat pengaruh yang sig-
kompetisi serta gotong royong.13 Sehingga jenis
nifikan antara terapi bermain terhadap stress
permainan yang dapat digunakan pada anak
hospitalisasi.7a Hospitalisasi merupakan suatu
usia ini seperti benda-benda sekitar rumah,
proses yang karena suatu alasan yang beren-
buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,
cana atau darurat, mengharuskan anak untuk
kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
Bermain memungkinkan anak mengalami perawatan sampai pemulangannya kembali ke
kemenangan dengan menyelesaikan teka-teki, rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang
berlatih peranan orang dewasa, meniru peran tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
penyerang bukannya korban, meniru kekuatan menurut beberapa penelitian ditunjukkan
super (memainkan pahlawan super) dan men- dengan pengalaman yang sangat traumatik dan
dapatkan hal-hal yang ditolak dalam kehidupan penuh dengan stres. Pada penelitian yang lain
nyata (membuat percaya teman atau binatang menyebutkan latihan origami dapat membantu
kesayangan). Menggambar, mewarnai dan anak-anak memahami ukuran yang relatif lebih
aktivitas artistik lainnya (origami) adalah lengkap dengan menggunakan strategi yang
bentuk permainan yang menunjukkan motivasi lebih efektif untuk perbandingan ukuran.6a
kreatif yang lebih jelas.14 Bermain merupakan
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
alat komunikasi yang natural bagi anak-anak,
yang menyebutkkan ada pengaruh yang ber-
oleh karena itu bermain merupakan dasar
makna antara intervensi terapi bermain puzzle
pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
dengan dampak hospitalisasi.17 Perawatan di
membutuhkan pengembangan pada pendi-
rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
dikan anak usia dini.3a
aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan
Kemudian frekuensi tingkat kecemasan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering-
yang diderita responden yaitu terbanyak kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai
dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16 hukuman, sehingga anak akan merasa malu,
anak (53,3%), sedangkan tingkat kecemasan bersalah atau takut. Alat permainan yang
terkecil yaitu tidak mengalami cemas sebanyak dianjurkan untuk usia prasekolah diantaranya
1 anak (3,3%). Sebagian besar stress yang adalah bermain puzzle.10c Penelitian yang lain
terjadi pada bayi diusia pertengahan sampai juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
anak periode prasekolah adalah cemas karena yang signifikan terhadap kepatuhan lamanya
perpisahan, kehilangan kendali, luka dan rasa terapi pada pre dan post terapi bermain.18
nyeri.15 Ancaman terhadap system diri sese-
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
orang dapat membahayakan identitas, harga
yang telah dilakukan, bahwa setelah dilakukan
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi se-
terapi bermain ada pengaruh terapi bermain
seorang.16
terhadap tingkat kooperatif pada anak usia 3 –
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 < 5 tahun.19 Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
á = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak) yang akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
berarti ada perbedaan tingkat kecemasan tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 79

cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut 2. Bagi perawat


merupakan dampak dari hospitalisasi yang
Perlu adanya pelatihan-pelatihan bagi
dialami anak karena menghadapi beberapa
perawat terutama tentang terapi bermain,
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.
agar pelaksanaan terapi bermain lebih
Untuk itu dengan melakukan permainan anak
terprogram dan terarah.
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melukukan per- 3. Bagi peneliti selanjutnya
mainan, anak akan dapat mengalihkan rasa Perlu dilakukan penelitian serupa dengan
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan jumlah responden yang lebih banyak lagi,
relaksasi melalui kesenangannya melakukan agar didapatkan hasil yang lebih baik,
permainan.10g Penelitian ini didukung sebuah dengan menggunakan metode eksperimen
penelitian yang menyebutkan ada pengaruh murni.
terapi bermain terhadap tindakan kooperatif
4. Bagi responden
anak sebelum dan sesudah terapi bermain.20
Perlu adanya partisipasi aktif dari orang tua
KESIMPULAN untuk mendampingi pasien anak usia
Hasil penelitian ini membuktikan terdapat prasekolah saat dilakukan tindakan pe-
perbedaan antara tingkat kecemasan yang rawatan dan pengobatan.
dialami anak sebelum dilakukan terapi bermain
DAFTAR PUSTAKA
(mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan
terapi bermain (mewarnai dan origami) yaitu 1. Supartini Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar
dengan p=0,0001 pada signifikan á = 0,05. Terapi Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
bermain (mewarnai dan origami) dapat me-
nurunkan tingkat kecemasan anak usia pra- 2. Hawadi & Akbar, R. (2001). Psikologi
sekolah, dari tingkat kecemasan sedang men- Perkembangan Anak. Grasindo,
jadi tingkat kecemasan ringan. Jakarta.

SARAN 3. Tekin G. & Sezer O. (2010). Applicability of


play therapy in Turkish early
Mengacu pada hasil penelitian ini, berikut childhood education system:
ini disarankan beberapa hal: today and future’, Procedia Social
1. Bagi rumah sakit and Behavioral Sciences, vol. 5, hal.
50-54, diakses 24 Mei 2011, <http:/
Dengan hasil penelitian yang telah ditun-
/www.sciencedirect.com/science/
jukkan, diharapkan dibuat suatu standard
article/pii/S1877042810014230>
operating procedure (SOP) tentang terapi
bermain di RSUD dr. R. Goetheng 4. Ranuhandoko N. (2008). Teknik Dasar
Taroenadibrata Purbalingga, sehingga Mewarnai Dengan Cat Air “Seri
dapat menurunkan tingkat kecemasan Buah-Buahan”. PT Wahyu Media,
akibat hospitalisasi, yang pelaksanannya Jakarta.
bisa mengoptimalkan mahasiswa praktikan
keperawatan anak, sehingga program 5. Hirai M. (2006). Origami untuk Sekolah
bermain yang sesuai standard operating Dasar. Kawan Pustaka, Jakarta.
prosedur (SOP) dapat berjalan secara
teratur dan rutin dilakukan perawat ruang 6. Yuzawa M. & Bart W.M. (2002). Young
Cempaka. children’s learning of size
comparison strategies: effect of
origami exercises. The Journal of
80 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Genetic Psychology, vol. 163 (4), 15. Hidayat. (2005). Pengantar Ilmu
hal. 459-78, diakses tanggal 24 Mei Keperawatan Anak . Salemba
2011, <http:// Medika, Jakarta.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
12495231> 16. Stuart & Sundeen. (1998). Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3. EGC,
7. Mulyono, A. (2008). Pengaruh Terapi Jakarta
Bermain Terhadap Tingkat Stres
Hospitalisasi Pada Anak Usia 17. Marasaoly, S. (2009). Pengaruh Terapi
Todler Studi di Ruang Empu Bermain Puzzle Terhadap Dampak
Tantular RSUD Kanjuruhan Hospitalisasi Pada Anak Usia
Kepanjen, KTI. Abstrak. Prasekolah di Ruang Anggrek I
Diterbitkan. Universitas Rumah Sakit Polpus R.S. Sukanto.
Muhammadiyah Malang. Malang. Skripsi Diterbitkan. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.
8. Pangaribuan,H. (2005). Pengaruh Terapi Jakarta.
Bermain Terhadap Sosialisasi pada
Anak Prasekolah Selama Dirawat di 18. Ray. (2007). Impact of play therapy on parent
Lontara iv Perjan RSU dr. Wahidin child relationship stress at a mental
Sudirohusodo Makassar. Abstrak. health training setting. British
Diterbitkan. Universitas Journal of Guidance & Cuonselling
Hasanuddin. Makassar. vol.36, no.2. University of North
Texas, Texas.
9. Hidayat. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan Paradigma Kualitatif. 19. Handayani & Puspitasari (2008). Pengaruh
Health Books Publishing, Surabaya. Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Kooperatif Selama Menjalani
10. Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan Perawatan Pada Anak Usia Pra
Pengembangan Anak Usia Taman Sekolah (3-5 tahun) Di Rumah Sakit
Kanak-kanak. PT. Gramedia Widia Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal
Sarana Indonesia, Jakarta. Kesehatan Surya Medika,
Yogyakarta.
11. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit,
E/2. EGC, Jakarta. 20. Simanjuntak & Ferdina. (2010). Pengaruh
Terapi Bermain Terhadap Tindakan
12. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Kooperatif Anak Dalam Menjalani
Anak. EGC, Jakarta. Perawatan di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik
13. Hawari D. (2001). Manajemen Stres Cemas
Medan. http://
dan Depresi. FKUI, Jakarta.
repository.usu.ac.id/hand le/
14. Behrman, Kliegman & Arvin. (1996). Ilmu 123456789/17841.
Kesehatan Anak Nelson Vol.1, E/
15. EGC, Jakarta.
PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN
MENGGUNAKAN ASI DAN DENGAN KASSA KERING
TERHADAP LAMA PELEPASAN TALI PUSAT BAYI BARU
LAHIR DI BPS ENDANG PURWATI YOGYAKARTA
Fita Supriyanik1, Sri Handayani2

ABSTRACT

Background: Based on data from Human Development Report 2010, shows the infant
mortality rate for 31/1.000 Indonesia lives births, although this figure is still high in Asia.
Maternal mortality rate in Karawang Country for the year 2011 according regent deputy of
Karawang as 48 case live births, while infant mortality rate of 160 infant live births. In West
Java maternal mortality rate for his moment is 321 case live births, while infant mortality rate
is 446 case. National infant mortality rate in 2010 is 35/1.000 live births.
Method: This study is an experimental study that researcher conduct treatment interventions,
treatment group I (the group that performed treatment using umbilical cord with breast
milk) and treatment group II (treatment group performed the umbilical cord with a dry
gauze). Sampling was done by purposive sampling technique with a number of sample 30
infants. Statistical tests are using the Independent T-test.
Result: The study obtained t count of 4.181 while the t table with a 2.042 significance level of
5% is 2.042, so 4.181> 2.042 (t count> t table) thus Ho was rejected, it means there is
significant difference between treatments using umbilical cord care breast milk and dry gauze
with long time release cord.
Conclussion: There is significant difference that umbilical cord care using breast milk (4 days
3 hours) more rapidly than dry gauze treatment (6 days 4 hours) with a gap of 2 days 1 hour
with a significant level of 95%.
Keywords: Nursing umbilical cord, breast milk, dry gauze Care, and Long time release of the
umbilical cord.

PENDAHULUAN utuhnya. Upaya membangun manusia se-


Pembanguan nasional pada hakekatnya utuhnya sangat tergantung pada pembinaan
adalah pembanguan manusia yang seutuhnya mutu fisik dan no fisik dalam masa dini
dan pembangunan seluruh masyarakat. Pem- kehidupannya, yaitu sejak masa dalam kan-
bangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dungan dan masa balita. Sedangkan upaya
integral pembangunan nasional, dengan sen- peningkatan kesehatan bayi agar dapat tumbuh
dirinya akan diarahkan untuk mendukung dan berkembang secara optimal harus di-
terwujudnya manusia yang terbangun se- lakukan sejak janin masih dalam kandungan
ibu, selama proses persalinan dan perawatan

1
Fita Supriyanik (STIKes Surya Global Yogyakarta)
2
Sri Handayani (Ketua STIKes Yogyakarta)

81
82 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

yang baik segera setelah lahir. Masa neonatus perawatan tali pusat disamping biayanya yang
merupakan masa yang rawan hingga memer- murah, bersifat steril, tekniknya mudah dila-
lukan perhatian dan penanganan sebaik- kukan oleh ibu dan memberikan kepuasan
baiknya, mencegah hal-hal negatif yang mung- psikologis bagi ibu dalam merawat bayi.
kin timbul, misalnya mengatasi masalah- WHO (2000), merekomendasikan perawatan
masalah dalam perawatan neonatus, termasuk tali pusat berdasarkan prinsip-prinsip aseptik
juga akibat perlakuan tangan manusia, pence- dan kering serta tidak lagi dianjurkan untuk
gahan infeksi dan masalah gizi (Kardi N, Suradi menggunakan alkohol namun dengan pe-
R, 1986) rawatan terbuka. Tali pusat juga tidak boleh
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk ditutup rapat dengan apapun, karena akan
mencegah terjadinya penyakit infeksi seperti membuatnya menjadi lembab. Selain mem-
tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. perlambat puputnya tali pusat, juga menim-
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora bulkan risiko infeksi. Kalaupun terpaksa di-
kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali tutup, menurut Taylor (2003) tutup atau ikat
pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat- dengan longgar pada bagian atas tali pusat
obatan, bubuk atau daun-daunan yang di- dengan kain kassa steril. Sebelum tali pusatnya
taburkan ke tali pusat sehingga dapat meng- puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
akibatkan infeksi (Depkes RI, 2009). Perawatan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja
tali pusat secara umum bertujuan untuk dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat tali pusat tetap kering. Intinya adalah mem-
putusnya tali pusat. Bila tali pusat basah, berbau biarkan tali pusat terkena udara agar cepat
dan menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus mengering dan lepas (Paisal,2007).
waspada terhadap infeksi tali pusat. Studi pendahuluan yang dilakukan pada
Berdasarkan Human Development Report tanggal 6-20 Juli 2011 di BPS Endang Purwati
tahun 2010, menunjukkan angka kematian bayi telah memilih melakukan perawatan tali pusat
di Indonesia sebesar 31/1.000 kelahiran hidup, dengan metode kering dengan ditutup kain
meskipun demikian angka tersebut masih tinggi kassa kering. Dari hasil wawancara dengan
di Asia. Angka kematian ibu di karawang untuk bidan pelaksana, dari 4 bayi baru lahir dilakukan
tahun 2011 menurut Wakil Bupati Karawang perawatan kering tertutup dua kali sehari.
sebesar 48 kasus kelahiran hidup, sementara Sedangkan dari hasil observasi perawatan yang
angka kematian bayi 160 bayi kelahiran hidup. dilakukan ketika melakukan perawatan tali
Di Jawa Barat angka kematian ibu untuk saat pusat, penggantian kain kassa dilakukan
ini sebasar 321 kasus kelahiran hidup, sedang- setelah mandi.
kan angka kematian bayi 446 kasus. Angka Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan
kematian bayi nasional tahu 2010 sebesar 35/ pelaksana dan bidan pembantu dengan cara
1.000 kelahiran hidup. perawatan kering tertutup dengan kain kassa
Perempuan di KwaZulu-Natal, Kenya tali pusat puput sekitar 5 sampai 7 hari. Hasil ini
telah menggunakan ASI (kolostrum) untuk didapatkan dari pemeriksaan rutin setelah 1
merawat tali pusat bayi baru lahir. Air Susu Ibu minggu pasca kelahiran ketika kembali ke BPS
(ASI) khususnya kolostrum sudah lama terbukti untuk melakukan kontrol perkembangan bayi.
mengandung faktor-faktor bioaktif antara lain Salah satu yang dikontrol oleh bidan adalah
immunoglobulin, enzim, sitokin dan sel-sel kondisi tali pusat (sudah puput/belum, ada
yang memiliki fungsi efektif sebagai anti infeksi infeksi/tidak). Tali pusat keempat bayi tersebut
dan anti inflamasi. Dengan berbagai macam puput kering setelah 6 hari kehidupan pertama.
kandungan zat yang bermanfaat tersebut Tidak terdapat sepsis/infeksi pada tali pusat
kolostrum menjadi bahan alternatif untuk keempat bayi tersebut dengan perawatan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 83

kering tertutup. Dari hasil wawancara tersebut, b. Anlisis Bivariat


bidan di BPS tersebut belum pernah mendengar
Analisis yang dilakukan untuk melihat
tentang perawatan tali pusat dengan meng-
hubungan kedua variabel yang meliputi
gunakan kolostrum/ASI.
variabel perawatan tali pusat dengan
Berdasarkan latar belakang tersebut, pe- menggunakan ASI dan dengan kassa
neliti tertarik untuk melakukan penelitian kering dan variabel lama pelepasan tali
mengenai pengaruh perawatan tali pusat pusat BBL di BPS Endang Purwati. Untuk
menggunakan ASI dengan kassa kering ter- mendapatkan beda kedua variabel yang
hadap lama pelepasan tali pusat bayi baru lahir ada pada penelitian skala yang digunakan
di BPS Endang. adalah skala nominal dan interval. Uji
statistik yang digunakan untuk menguji
METODE PENELITIAN hipotesis dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian ini adalah penelitian eks- Independent Sample T Test. Independent
perimen menggunakan metode Experimental Sample T Test.
Design-Equivalent Time Sampel Design.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Populasi dan Sampel
1. Hasil Penelitian
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua a. Karakteristik Responden
bayi yang lahir pada 3 bulan terakhir yaitu Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Respon-
50 bayi. den Berdasarkan Berat Badan Bayi Baru
Lahir Di Bidan Praktik Swasta Endang
b. Sampel Purwati Pada Bulan September-Oktober
2011
Pengambilan sampel ini menggunakan
teknik Accidental Sampling, yaitu penen-
tuan sampel berdasarkan kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat diguna-
kan sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan cocok sebagai sumber data (
Saryono, 2008). Sampel penelitian ini
adalah 30 responden.

2. Pengumpulan data Sumber data : data primer


Data diperoleh langsung dari responden Berdasarkan tabel di atas didapatkan
melalui pengisian lembar observasi tentang hasil bahwa pada kelompok ASI berat lahir
waktu puput tali pusat berupa data primer bayi yang memiliki frekuensi terbanyak
dan dari catatan rekam medik, sumber dengan berat badan 3000-3500 gram se-
pustaka berupa data sekunder. banyak 10 bayi atau 66,67% dan yang paling
sedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000
3. Analisa data
gram sebanyak 5 bayi atau 33,33%. Untuk
a. Analisis Univariat perawatan kassa kering didapatkan hasil
Pada penelitian ini analisis univariate bahwa frekuensi terbanyak dengan berat
yang digunakan untuk jenis data kate- badan bayi baru lahir 3000-3500 gram se-
gorik, sehingga menghasilkan suatu banyak 9 bayi atau 60% dan frekuensi paling
distribusi dan prosentase dari tiap sedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000
karakteristik responden gram sebanyak 6 bayi atau 40%. Sedangkan
84 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

bayi yang memiliki berat lahir > 3500 gram c. Lama pelepasan tali pusat bayi
tidak terdapat pada kedua kelompok pe- dengan menggunakan perawatan
rawatan ASI maupun kassa kering. kassa kering
Table 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 4. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi
Responden Berdasarkan Diameter Tali Bari Lahir Menggunakan ASI Di Bidan
Pusat Bayi Baru Lahir Di Bidan Praktik Praktik Swasta Endang Purwati Pada Bulan
Swasta Endang Purwati Pada Bulan Sep- September-Oktober 2011
tember-Oktober 2011

Sumber data: data primer


Sumber data : data primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa responden di Bidan Praktik Swasta
hasil bahwa pada kelompok ASI mayoritas Endang Purwati yang terbanyak 14 res-
memiliki diameter kecil sebanyak 15 res- ponden atau 93,33% termasuk kategori
ponden atau 100% bayi baru lahir. Sedang- sedang dan yang paling sedikit 1 responden
kan pada kelompok perawatan kassa kering atau 6,67% termasuk kategori lama.
responden terbanyak adalah 12 responden
atau 80% bayi baru lahir memiliki diameter d. Rata-rata lama pelepasan tali pusat
kecil dan yang paling sedikit adalah 3 menggunakan ASI dan dengan kassa
responden atau 20% bayi baru lahir memiliki kering
diameter besar. Table 5. Hasil Uji Statistik Mean lama Lepas Tali
Pusat Perawatan Menggunakan ASI dan
b. Lama pelepasan tali pusat bayi Kassa Kering Di Bidan Praktik Swasta
dengan menggunakan ASI Endang Purwati Pada Bulan September-
Oktober 2011
Table 3. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi
Bari Lahir Menggunakan ASI Di Bidan
Praktik Swasta Endang Purwati Pada Bulan
September-Oktober 2011

Sumber data : data primer


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Berdasarkan hasil analisis statistic dari
bahwa responden di Bidan Praktik Swasta data yang telah didapatkan maka diperoleh
Endang Purwati yang terbanyak adalah 10 hasil rata-rata lama lepas tali pusat pada
responden atau 66,67% termasuk kategori kelompok perawatan ASI adalah 4 hari 3 jam
sedang dan paling sedikit adalah 2 responden dan perawatan kassa kering adalah 6 hari 4
atau 13,33% termasuk kategori lama. jam. Dan seslisih lama pelepasan tali pusat
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 85

antara perawatan ASI dengan kassa kering adalah 2 hari 1 jam.

e. Perbedaan perawatan tali pusat menggunakan ASI dan kassa kering dengan lama
pelepasan tali pusat bayi baru lahir
Tabel 6. Uji statistic Perbedaan Perawatan Tali Pusat Menggunakan ASI dan Perawatan kassa Kering dengan
Lama pelepasan Tali pusat pada bayi baru lahir di BPS Endang Purwati Pada Bulan September-
Oktober 2011

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel Perawatan tali pusat dengan meng-
di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,181 gunakan ASI memiliki beberapa manfaat
sedangkan t tabel dengan taraf signifikasi bagi ibu dan bayinya. Keuntungan dari
5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042 (t perawatan ini adalah teknik perawatan
hitung > t table) dengan demikian Ho ditolak, mudah dilakukan oleh ibu, berrsifat bersih,
artinya ada perbedaan yang signifikan antara biaya murah, dan memberikan kepuasan
perawatan tali pusat menggunakan ASI dan psikologis bagi ibu dalam perawatan tali
perawatan kassa kering dengan lama pele- pusat bayinya.
pasan tali pusat.
b. Lama pelepasan tali pusat bayi
2. Pembahasan dengan menggunakan perawatan
kassa kering
a. Lama pelepasan tali pusat bayi
dengan menggunakan ASI Berdasarkan analisis kategori diketahui
bahwa responden terbanyak adalah pele-
Berdasarkan analisis kategori diketahui
pasan tali pusat kategori sedang sebanyak
bahwa responden terbanyak adalah pele-
14 responden atau 93,33% bayi baru lahir.
pasan tali pusat kategori sedang sebanyak
Dan yang paling sedikit adalah responden
10 responden atau 66,67% bayi baru lahir.
yang pelepasan tali pusat kategori lama
Dan yang paling sedikit adalah responden
sebanyak 1 responden atau 6,67% bayi baru
yang pelepasan tali pusat kategori lama
lahir. Mayoritas responden dengan kategori
sebannyak 2 responden atau 13,33% bayi
sedang disebabkan karena perawatan tali
baru lahir. Mayoritas responden dengan
pusat yang tertutup dan rata-rata diameter
kategori sedang disebabkan karena ASI
tali pusat yang besar. WHO merekomen-
mengandung anti infeksi dan anti inflamasi
dasikan perawatan tali pusat dengan cara
sehingga cepat dalam pelepasan tali pusat
terbuka, namun tidak direkomendasikan
(Smith, et al., 2007)
86 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

perawatan dengan alkohol karena tidak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mampu membunuh spora, dan kurang rata-rata waktu pelepasan tali pusat pada
efektif mengontrol kolonisasi bakteri dan kelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, pada
infeksi pada kulit. kelompok perawatan kassa kering adalah 6
hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yang
c. Rata-rata lama pelepasan tali pusat bermakna antara kedua intervensi kepe-
menggunakan ASI dan dengan kassa rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-
kering nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (WHO, 2000).
rata-rata waktu pelepasan tali pusat pada
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
kelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, pada
kan bahwa waktu pelepasan yang diberi
kelompok perawatan kassa kering adalah 6
perawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat
hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yang
daripada dengan perawatan kassa kering
bermakna antara kedua intervensi kepe-
selama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baik
rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-
di dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,
nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir
mineral, dan vitamin di dalam ASI memiliki
(WHO, 2000).
efek secara langsung ke dalam sel. ASI
Berdasarkan hasil penelitian menun- mempunyai kandungan protein cukup ting-
jukkan bahwa waktu pelepasan yang diberi gi. Protein berfungsi sebagai pembentuk
perawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat ikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asam
daripada dengan perawatan kassa kering basa agar pH tubuh seimbang, membentuk
selama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baik antibodi, serta memegang peran penting
di dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak, dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan.
mineral, dan vitamin di dalam ASI memiliki
efek secara langsung ke dalam sel. ASI KESIMPULAN DAN SARAN
mempunyai kandungan protein cukup ting-
a. Kesimpulan
gi. Protein berfungsi sebagai pembentuk
ikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asam Berdasarkan hasil analisis, dapat dirumuskan
basa agar pH tubuh seimbang, membentuk hasil kesimpulan sebagai berikut.
antibodi, serta memegang peran penting 1. Lama pelepasan tali pusat menggunakan ASI
dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan. di Bidan Praktik Swasta Endang Purwati
adalah sebanyak 3 responden atau 20%
d. Perbedaan perawatan tali pusat termasuk kategori cepat, 10 responden atau
menggunakan ASI dan perawatan kassa 66,67% termasuk kategori sedang dan 2
kering dengan lama pelepasan tali pusat responden atau 13,33% termasuk kategori
pada bayi baru lahir lama. Sehingga secara mayoritas lama
Setelah dilakukan analisa data dengan pelepasan tali pusat responden termasuk
menggunakan uji statistik Independent kategori sedang.
sample t-test diketahui nilai t hitung sebesar 2. Lama pelepasan tali pusat menggunakan
4,181 sedangkan t table dengan taraf signi- kassa kering di Bidan Praktik Swasta Endang
fikasi 5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042 Purwati adalah sebanyak 14 responden
(t hitung > t table) dengan demikian Ho atau 93,33% termasuk kategori sedang dan
ditolak, artinya ada perbedaan yang signi- 1 responden atau 6,67% termasuk kategori
fikan antara perawatan tali pusat meng- lama. Sehingga secara mayoritas lama
gunakan ASI dan perawatan kassa kering pelepasan tali pusat responden termasuk
dengan lama pelepasan tali pusat. kategori sedang.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 87

3. Hasil rata-rata lama pelepasan tali pusat pusat secara mandiri dan dalam memiih
pada kelompok perawatan ASI adalah 4 hari perawatan tali pusat yang baik untuk
3 jam dan perawatan kassa kering adalah 6 bayinya.
hari 4 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa waktu pelepasan yang diberi pe- KEPUSTAKAAN
rawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat daripada Anderson Pediatric Clinic, Nort America,
dengan perawatan kassa kering selama 6 1985;32:335-52
hari 4 jam.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian
4. Ada perbedaan yang signifikan antara
Suatu Pendekatan Praktek.
perawatan tali pusat dengan menggunakan
Jakarta. Rineke Cipta.
ASI dan dengan kassa kering terhadap lama
pelepasan tali pusat bayi baru lahir di Bidan Bobak, L & Jensen. (2004). Buku Ajar
Praktik Swasta Endang Purwati. Keperawatan Maternitas (Edisi 4).
Jakarta: EGC.
b. Saran
Departemen Kesehatan RI. Manajemen Laktasi.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disarankan
ISBN : 979-8166-02-7
beberapa hal sebagai berikut.
1. Bagi Profesi Keperawatan PPNI Dep. Kes. RI, 1991, prosedur Perawatan Anak
Hal ini dapat dijadikan masukan dan me- Dirumah Sakit, Cet.2 Direktorat
nambah wawasan bagi perawat untuk Rumah Sakit Jenderal Pelayanan
meningkatkan perawatan tali pusat bayi Medik Dep Kees RI, Jakarta
baru lahir untuk mencegah infeksi dan Fatah, Syaiful. 2009. Perbedaan Lama
kompikasi yang mungkin muncul. Pelepasan tali Pusat Antara
2. Bagi Mahasiswa STIKES Surya Global perawatan Tertutup dengan
Yogyakarta Dibiarkan Terbuka. Tesis FK
Menambah kepustakaan dalam pengem- Kedokteran UMY. Yogyakarta
bangan ilmu keperawatan khususnya ten-
Ganong,William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi
tang perbedaan perawatan tali pusat
kedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta
menggunakan ASI dan dengan kassa kering
terhadap lama pelepasan tali pusat bayi Golombek SG, Brill PE, Salice AL. Randomized
baru lahir. Dan dapat dijadikan acuan bagi Trial of Alcohol Versus Tripple Dye
mahasiswa dalam pembelajaran tentang For Umbilical Cord Care. Clin
perawatan tali pusat. Pediatr 2002;41(6):419-23
3. Bagi bidan di BPS Endang Purwati Yogyakarta
Hapsari, Dwi.2009.Telaah Berbagai Faktor yang
Hal ini dapat djadikan masukan dan evaluasi Berhubungan dengan Pemberian
tentang pentingnya perawatan tali pusat ASI Pertama (Kolostrum).Availabe
bayi baru lahir yang efektif dan tidak online: hhtp://www.ekologi.
menimbulkan infeksi dan dapat dijadikan litbang.depkes.go.id/data/
acuan untuk perawatan tali pusat meng- abstrak/DwiHapsari.pdf, diakses
gunakan ASI. 19 Juni 2011
4. Bagi Ibu bayi baru lahir di BPS Endang
Hidayat, AAA. 2009. Metode Penelitan
Purwati Yogyakarta
Keperawatan dan Teknik Analisis
Dapat dijadikan masukan dan memberikan
Data. Jakarta. Salemba Medika.
wawasan bagi ibu dalam perawatan tali
88 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Kadri N, Suradi R. Standar pelayanan rawat Subagio I. 2003. Lama Pelepasan Tali Pusat Pada
gabung ditinjau dari Ilmu Kese- perawatan Tali Pusat
hatan Anak. Dalam: Kumpulan Menggunakan Air Steril
Naskah Lengkap Kongres Nasional Dibandingkan Dengan Alkohol 70%
Perinasia II. Surabaya: Kongres Dan Yodium Polidon 10% Di RSUP
Nasional Perinasia II.1986; 98-107. DR Sardjito. Tesis PPDS I UGM.
Yogyakarta
Linda.2006. Perawatan tali pusat menggunakan
ASI. Tesis Maternal dan Perinatal. Subekti, Titis.2011.PerbedaanPerawatan tali
UGM. Yogyakarta Pusat menggunakan Kolostrum
dengan Kering Terbuka Terhadap
Pilliteri A. 2002. Buku Saku Perawatan Lama Waktu Puput Tali Pusat Bayi
Kesehatan Ibu Dan Anak. Penerbit Baru Lahir di BPS Dwi Hastuti
EGC. Jakarta Prambanan. Skripsi SSG.
Yogyakarta
Riordan J, Auerbach K. Breastfeeding and
Human lactation. 2 nd ed. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CV
Massachutetts : Jones ang Bartlett Alfabeta. Bandung
Publisher, 1999: 133-51
Sumiyarti, Sri. 2006. Perbedaan Waktu
Riyanto, Agus.2009. Pengolahan dan Analisis Pelepasan tali Pusat dan kejadian
Data Kesehatan. Medical Book. Omphalitis Pada Perawatan tali
Yogyakarta Pusat Dengan ASI, Alkohol 70% Dan
Perawatan Kering Terbuka Di RB
Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan.
Sakinah Idaman, RS PKU
Mitra Cendikia Press Yogyakarta.
Muhammadiyah Kota gede, dan
Yogyakarta
RB Queen Latifa Yogyakarta. Tesis
Saifuddin, A.B., Adrianz, G., Wiknjosastro, G.H. Keperawatan FK-UI. Jakarta
& Waspodo, D. (2002). Buku Acuan
Utami, Deffi Gita Budhi. 2010. Perbedaan Lama
Nasional Pelayanan Kesehatan
Lepas Tali Pusat Perawatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
dengan Menggunakan Kasa Steril
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Dibandingkan Kasa Alkohol Di Desa
Prawiroharjo.
Bowan Kecamatan Delanggu.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Skripsi thesis UMS. Surakarta.
Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Varney, Helen.1987. Maternity Care. 2/E. Alih
Mitra Cendikia Press Yogyakarta.
Bahasa Hartono, A.1996.
Yogyakarta
Perawatan Maternitas. 2/E. EGC.
Smith LJ. Allergenic Protection And Defence Jakarta
Agent System In Human Milk.
Wihono, Prima Agus. 2010. Gambaran Cara
Dalam: Walker M. Core Curriculum
Perawatan Tali Pusat dan Lama
for lactation consultant practice.
Waktu Pelepasan Tali Pusat di
Massachusetts : Jones and Bartlett
W ilayah Kerja Puskesmas
Publisher, 2002:118-41
Kecamatan Baki Sukoharj. Skripsi
Sodikin. 2009.Buku Saku perawatan tali pusat. thesis UMS. Surakarta.
EGC.Jakarta.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 89

World Health Organization. Care Of Umbilical WHO/RHT/MSM/1998.4. 1998. Maternal And


Cord; A Review Of The Evidence. Newborn Health safe mptherhood-
WHO/RHT/MSM/98.4 care of the umbilical cord : a review
of the evidence. http://
Widowati, T. 2003. Efektivitas dan keamanan www.who.int. Diperoleh 19 mei
kolostrum untuk perawatan tali 2011
pusat. Tesis. Tidak dipublikasikan
WHO. 2005. Make mother and child count. The
Wijayanti Ratri. 2006. Perbedaan lama World Health report, p. 8-10
pelepasan tali pusat pada BBLR
yang dirawat dengan Zupan J, Garner P. Routine Topical Umbilical Cord
menggunakan air steril Care At Birth. Dalam : The Cochrane
dibandingkan dengan alkohol 70% Library, issue 2 Oxford : uptade
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. softwer, 1998
Skripsi. Yogyakarta
Zupan J, Garner P.,Omari, A.A. 2004. Topical
World Health Organization. Management of Umbilical Cord Care At Birth. http:/
Newborn Problems. Umbilical /www.rhlibrary.com, diperoleh 19
corrd problem.wpd.2002 Juni 2011

World Health Organization. Konseling


menyusui: Pelatihan untuk tenaga
kesehatan. WHO/CDR/
93.4;UNICEF/NUT/93.2
“PENGALAMAN PERUBAHAN KESADARAN PADA
MARQI”
Sarka A.S.1 & Maryana 2

ABSTRACT

Background: Altered state of consciousness (ASC) become important theme specially in the
world of psychotherapy. Considering life complexity affecting at problems of human being
also complicated progressively. To that of development of psychotherapy being based on
religion cultural social was progressively required one of them is therapy of “ruqyah”. Various
displaying and mass media news, making therapy not even is progressively recognized but
also by dozens which the was searching of to the reason of healing.
Methods: Objective of this research is to study experience of ASC subjective at “marqi” by
using approach of fenomenology and executed at in coming “marqi” in two clinic of ruqyah
Kota Gede and Kajor Gamping, Sleman, Jogjakarta. In-depth interview and used as by direct
observation of data collecting technique at 7 taken subject technique of theoretical sampling
and also 11 informan people. Four step of explication data: transcript, IFD (Individual
Fenomenology Description), compile and theme of sintesis theme.
Result & Conclusion: Result of this research show that all of the subject of ASC but in character
tend to unpleasantly. They mean the experience of which was reflection in themes which
emerge in three episode. First, named of pre episode of ruqyah, theme in essence concerning
problems of having the character of psychosomatic which was perception as “Jin” trouble.
The second, named of experience episode of ruqyah in essence theme is experience which do
not and reaction of “jin” (genie). The third named by healing episode which is essence theme
is to regarding religion transformation.
Keywords: Altered state of consciousness (ASC), therapy of ruqyah, Religion transformation.

PENDAHULUAN mengambil alih tubuh itu selama beberapa saat


hingga tidak menyadari apa yang dilakukannya.
Kesurupan adalah fenomena yang dapat
ditemukan dalam banyak agama dan di ber- Akhmad (2005) menyebutkan, masalah yang
bagai masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia ditimbulkan akibat gangguan jin adalah masalah
khususnya Jawa, kesurupan tidak bisa dilepas- kesehatan yang tidak kunjung sembuh dengan
kan dari sejarah mistik (Springate, 2009). Untuk terapi modern maupun alternatif, masalah
itulah, fenomena kesurupan (possession) ibadah atau spiritual dalam hubungan dengan
dikaitkannya dengan gangguan dari makhluk Tuhan: malas ibadah, perasaan hampa, pera-
halus (jin) yang merasuki tubuh korban dan saan diri kotor, hidup tidak tenang (Qadri, 2005).

1
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta
2
Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta

90
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 91

Oleh karena itu, gangguan jin sifatnya lebih luas gangguan jin, dalam psikologi dan psikiatri
daripada kesurupan yang cenderung insidental, masih kontroversi (Cardena & Gleaves, 2007).
temporer dan bahkan ceremonial (Ng, 2000). Sementara kebutuhan masyarakat terhadap
penyembuhan masalah tersebut tidak dapat
Khalifa dan Hardie (2005) menyebut geja-
ditunda-tunda. Untuk itulah keberadaan terapi
lanya: kepala pusing, bicara kacau, tidak bisa
alternatif salah satunya terapi ruqyah menjadi
berpikir atau berbicara sesuai dengan kemauan-
jawaban, meskipun kajian dan penelitian yang
nya. Ahmad (2005) menjelaskan secara rinci
berkaitan dengan masalah-masalah tersebut,
gejala dari gangguan jin dalam manifestasi fisik:
terutama dihubungkan dengan sensitifitas
rasa berat dan sesak dada atau sakit, terasa
kultural, religius, spiritual, maupun trans-
panas, dingin, getaran, kedutan, kesemutan,
personal masih terbatas dilakukan (Johnson &
sensasi ada yang berjalan, pada bagian tubuh
Friedman, 2008).
tertentu, berdebar, sesak nafas saat men-
dengar atau membaca Al-Qur’an, rasa sakit pada Terapi ruqyah yaitu terapi dengan mem-
bagian tubuh tertentu, diagnosis dan obat tidak bacakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa yang
ada respon baik, mengantuk, banyak tidur atau berasal dari Nabi Saw, yang pembacaannya
bahkan insomnia, cepat merasa lapar, pada diniatkan sebagai ibadah kepada Allah dan
waktu tertentu tubuh terasa begitu lemas dan dilakukan dengan cara serta asas yang benar
tidak ada tenaga sama sekali, adanya ucapan- (Dwiyati, 2008), Khalifa dan Hardie (2005)
ucapan tertentu yang tiba-tiba saja meluncur menyatakan sebagai mengingat Allah dan
tanpa disadari, adanya gerakan tertentu pada membaca Qur’an; meniup, menghardik, dan
salah satu anggota tubuh atau keseluruhan memerintahkan jin untuk meninggalkannya;
secara mendadak dan tidak disadari. Manifes- memohon perlindungan Allah dengan menye-
tasi psikis: emosional, mudah marah, dan but, mengingat, dan memperhatikan ciptaan-
membesar-besarkan masalah, rasa malas untuk Nya.
shalat atau mengerjakan ibadah lainnya, lupa
Kata ruqyah berasal dari bahasa Arab yang
akan sesuatu hal secara tiba-tiba, sering
secara etimologi berarti mantra atau jampi.
merinding secara tiba-tiba, suka menyendiri,
Menurut istilah syariat Islam, ruqyah adalah
tidak nyaman atau tidak senang/benci jika ada
bacaan yang terdiri dari ayat al-Qur’an dan
yang membaca Al-Qur’an, atau ingin menjauh,
hadits yang shahih untuk memohon kepada
adanya luapan emosi atau perasaan yang datang
Allah untuk kesembuhan orang yang sakit,
tiba-tiba, melihat sosok makhluk, adanya
(Bishri, 2005) dan itulah yang disebut sebagai
perasaan “hening”, merasakan suasana yang
ruqyah syariyyah. Memohon kesembuhan
berbeda/aneh, adanya bisikan-bisikan ter-
kepada selain Allah dengan menggunakan
tentu, ketika tidur: Mengalami tindihan (tidak
bacaan-bacaan atau lainnya dan bukan dari ayat
bisa bergerak) dan mengigau, ada gerakan aneh,
al-Qur’an dan hadits disebutnya sebagai ruqyah
seperti suara gigi yang beradu, terbangun tanpa
syirkiyyah (Munir, 2005).
sebab, mimpi buruk dan seram, berdiri,
berjalan padahal sedang tidur, ketika tidur Terapi ruqyah merupakan salah satu bentuk
hampir terlelap, terkejut dan merasa jatuh ke dari metode spiritualitas (terapi transpersonal,
bawah ranjang, mimpi melihat binatang ular, image work, meditasi dan do’a) sebagaimana
kalajengking, anjing, dan lainnya yang seakan- dikatakan oleh Midasari dan Prabowo (2007),
akan menyerangnya, mimpi ditemui seseorang karena dalam terapi ruqyah juga dilakukan do’a-
atau arwah (orang yang sudah meninggal), saat do’a. Istilah terapi (psikoterapi), menurut
tidur merasa ada yang mengganggunya seperti: Rowan (1993) berkaitan dengan seseorang yang
mencekik, mengusap atau memukulnya. ingin membuka sesuatu dalam dirinya. Psiko-
terapi merupakan praktek spiritual dan seba-
Diagnosis permasalahan possession maupun
liknya, hanya yang membedakannya, tindakan
92 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

spiritual lebih menekankan pada apa yang fenomenologi merupakan pandangan berpikir
sesungguhnya terjadi dalam diri, bukan pada yang menekankan fokus kepada pengalaman-
apa yang seharusnya terjadi atau apa yang pengalaman subjektif manusia dan inter-
diinginkan terjadi (Midasari & Prabowo,2007). pretasi-interpretasi dunia.
Metode spiritualitas adalah cara atau teknik Eksplikasi analisis data mencakup beberapa
yang digunakan salah satunya untuk mencapai prosedur. Pertama, menuangkan hasil wawan-
perubahan kesadaran atau Altered State of cara dan observasi dalam tulisan atau transkrip
Conscoiusness (ASC). ASC dicirikan dengan yang bertujuan untuk memahami data secara
perubahan dalam berpikir, persepsi, dan keseluruhan. Kedua, menyusun DFI (Deskripsi
pengendalian prilaku diri (Martindale, 1981; Fenomenologi Individual), yang merupakan
Tart, 1997). Kjellgren, Lyden, dan Norlander deskripsi dari transkrip wawancara. Ketiga
(2008) menyatakan selama ASC terjadi penga- adalah mengidentifikasi fase-fase umum di
laman transpersonal, yaitu semua pengalaman setiap DFI yang selanjutnya membuat eksplikasi
yang terjadi diluar tingkat ego termasuk penga- tema-tema dalam setiap fase, melalui proses
laman spiritual. Seperti istilah pernyataan refleksi peneliti terhadap DFI dan transkripsi.
“pengalaman yang tak terlukiskan”, atau Tahap terakhir adalah membuat sintesis tema
pengalaman berhubungan dengan sesuatu atau berdasarkan penjelasan tema-tema dalam
adanya perasaan tertentu berkaitan dengan setiap fase sekaligus integrasinya sebagai
alam semesta. Untuk itulah ASC dalam banyak esensi pengalaman dari fenomena secara
literatur yang membahas mengenai psikoterapi keseluruhan.
dan diyakini memiliki fungsi terapeutik atau
Subjek penelitian ini adalah marqi yang
penyembuhan (Kaspersen & Hårklau, 2008;
datang di klinik ruqyah yang berlokasi di Kota
Woods, 2009). Atwater (1997) sebelumnya telah
Gede dan Kajor, Gamping, Jogjakarta. Dengan
membuktikan, bahwa ASC memiliki pengaruh
menggunakan teknik purposive sampling
terhadap penurunan stress, meditasi, mening-
dalam memilih subjek sebagai sumber data
katkan tidur, kreatifitas dan penyembuhan.
diperoleh 6 orang ditambah dengan 8 orang
Hasil studi pendahuluan di Klinik Ruqyah informan. Pengumpulan data subjek dengan
Kota Gede Yogyakarta pada November 2009, wawancara mendalam (in-depth interview),
sedikitnya ada 5 orang yang diruqyah dalam dan observasi langsung, terus dilakukan
sehari dengan berbagai keluhan. Sementara itu, sampai inti dari makna pengalaman marqi
munculnya praktek-praktek ruqyah seperti sudah tidak bisa diketahui lagi dan mengalami
ustadz Haryono di Bekasi, Tim Majalah Ghoib exhausted (habis). Ketika subjek tidak lagi
di Jakarta, Tim Pemburu Hantu, Ustadz Irvan, memberikan data baru tentang pengalaman
Ustadz Zainun di Semarang, Pondok Ruqyah ini, maka theoretical saturation (titik jenuh)
Terpadu Fatahillah di Cibubur Jawa Barat, sudah tercapai dan pengumpulan data tidak
menunjukkan besarnya harapan dan kebutuhan diperlukan lagi (Strauss & Corbin, 1990). Dari 6
masyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untuk marqi yang menjadi subjek penelitian, peneliti
mengkaji makna pengalaman subjektif peru- paling sedikit membutuhkan 4 kali pertemuan
bahan kesadaran (ASC) marqi yang datang di secara langsung, beberapa kali melalui hu-
Klinik Ruqyah. bungan tilpun dan pesan pendek, disamping
juga melakukan pertemuan langsung dengan
METODE informan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi yang memfokuskan pada penga- HASIL
laman subjektif perubahan kesadaran marqi Hasil penelitian ini ditunjukkan dalam tema-
(orang yang diruqyah). Menurut Moleong (2009) tema umum subjek (Maman, Daman, Ahmad,
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 93

Yani, Tari, dan Lisa) yang muncul pada tiga itu, dorongan untuk melawan siapa saja yang
episode: berani termasuk atasan secara fisik, demi-
kian mendominasinya. Terkait dengan
A. Episode Pra Ruqyah masalah ibadah Maman juga menyampai-
Ada dua tema pokok pada episode pra kan, terutama untuk solat subuh selalu
ruqyah ini: Pertama, permasalahan, pe- terlambat dikerjakan karena malasnya
nyakit atau gangguan yang dialami subjek untuk bangun sampai terbit matahari, dan
pada umumnya bersifat psikosomatis. Hal ini keluhan anehnya adalah setiap kali solat
terlihat secara jelas pada semua subjek dikerjakan imaginasinya selalu pada sex
kecuali Tari, yang memang didiagnosis medis (teringat hubungan badan).
dengan Ca mamae stadium III (kanker Kedua, adanya keterkaitan yang bersifat
payudara dengan metastase/penyebaran), mistik sebagai penyebab dari permasa-
meskipun dirinya juga mengalami mimpi lahan. Subjek yang sejak awal sudah men-
buruk bertemu dengan makhluk aneh yang duga bahwa permasalahannya kemungkinan
mempunyai tanduk dikepalanya yang kebe- disebabkan oleh gangguan jin (dengan
tulan tepat dengan posisi tumor yang ragam istilahnya masing-masing) adalah
dialaminya. Maman, Daman, Ahmad, dan Yani. Sedang-
Daman, Ahmad, Yani, maupun Lisa, kan Lisa dan Tari baru kemudian mereka
kesemuanya memiliki keluhan fisik pada menghubungkannya setelah proses ruqyah
kepalanya seperti terasa berat, ada yang dilakukan.
mengikat, sedangkan Ahmad disamping itu Maman menghubungkannya dengan
secara khusus juga memiliki keluhan rasa gangguan jin dalam istilahnya adalah kha-
sakit di dada seperti di tusuk-tusuk khusus- dam, karena memang ia menyadari telah
nya daerah jantung, yang dengan pemerik- memiliki 11 ilmu kesaktian atau kanuragan.
saan EKG, tidak ditemukan adanya kelainan. Daman mengkaitkannya dengan istilah ono
Lisa juga memiliki keluhan fisik lainnya yang sing gawe, menurutnya istilah itu sudah
lokasinya sama dengan Ahmad, yaitu dada- lazim di masyarakatnya, sedangkan istilah
nya terasa berdebar-debar. gangguan jin, santet, maupun sihir, me-
Maman sendiri tidak mengeluh tentang nurutnya terlalu kasar. Ahmad menduganya
permasalahan fisiknya, tetapi lebih menga- bahwa gangguan jin yang dialaminya berasal
rah ke psiko-spiritual/religius dan supra- kemungkinan dari tiga sumber, pertama
natural termasuk untuk permasalahan ini pengalaman pernah belajar tenaga dalam
yaitu Daman, Ahmad, Yani, dan Lisa. Khusus waktu SMP, kedua, riwayat ibunya yang
untuk Lisa sebenarnya ia telah diagnosis kental dengan dunia mistik, dan ketiga,
depresi oleh pihak medis, hanya karena menghubungkannya karena sering dirinya
dengan pengobatan justru bertambah parah mengantar dan mendampingi orang di-
akhirnya memilih terapi ruqyah. ruqyah. Sementara Yani, menduganya dari
dua sumber, yaitu sihir pelet yang awalnya
Secara spesifik Maman menggambarkan
ditujukan pada suaminya tetapi dirinya
permasalahan dirinya khususnya dari sisi
terkena imbasnya, dan mendapat waris dari
emosi yang sering meledak-ledak dan
salah seorang penyembuh yang kebetulan
berlebihan. Emosi tersebut tidak saja terjadi
semua anaknya penyembuh menolaknya,
karena masalah yang dianggapnya sepele
sementara dirinya meskipun pada awalnya
saja sebetulnya, baik itu di rumah maupun
tidak berniat menjadi pewaris, dengan
di tempat kerja. Ia menyatakan, hawanya
terpaksa tidak dapat menolaknya.
untuk marah tidak bisa dibendung. Lebih dari
94 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

B. Episode Pengalaman Ruqyah yang paling khas atau unik ada 4 subjek yaitu
Ada dua tema pokok pada episode pe- Lisa, Tari, Maman, dan Yani.
ngalaman ruqyah ini adalah: Lisa mengalami perubahan emosi yang
tidak satupun subjek yang lain mengalami-
1. Tema pengalaman unusual nya yaitu berupa menangis. Peneliti yang
Tema pengalaman unusual ini pada kebetulan dapat mendampingi Lisa saat di
umumnya berkaitan perlakuan-perlakuan ruqyah, menilai tangisannya seperti orang
yang terjadi selama dalam proses terapi yang kesakitan dan bersedih, suara seper-
ruqyah. Dimana selama ruqyah, begitu tinya ada kesan bukanlah suara tangisan Lisa
masuk dalam proses terapi, raqi selalu sebenarnya. Ia sendiri mengisahkan peris-
memulainya dengan memperdengarkan tiwa tersebut datang tiba-tiba dan diluar
bacaan-bacaan qur’an yang telah ditentukan kendali dirinya. Menangis pada umumnya
dan begitu seterus sampai selesai bacaan. menurut pengalaman Lisa, tentu ada sebab-
Didalam proses terapi, raqi biasanya akan nya yang menghantarkan sehingga kemu-
mengulang-ulang bacaan, memperdengar- dian menangis. Pada saat diruqyah yang
kan dengan lebih keras, lebih mendekat- pertama tersebut, benar-benar tidak ada
kannya pada telinga marqi, atau bahkan sebab musababnya. Pada ruqyah kedua, Lisa
memberikan tepukan atau pukulan dengan menyatakan tidak lagi menangis seperti
tangannya atau tusukan dengan sesuatu ruqyah pertama, karena begitu akan me-
benda yang sudah dipersiapkannya (terbuat nangis, mampu mengendalikannya untuk
dari kayu), dan semua perlakuan raqi ter- tidak menangis, karena ia sadar dan menge-
sebut sangat tergantung dari reaksi marqi tahui tidak ada alasannya untuk menangis.
yang terjadi dalam proses terapi. Lisa tidak mengetahui saat bacaan apa
kemudian menangis, tetapi atas hasil
Pengalaman unusual tersebut dapat
wawancara peneliti dengan raqiyah (pe-
dikategorikan sebagai pertama, perubahan
ruqyah wanita), saat dibacakan berulang ayat
fisiologis seperti mual-mual, muntah, dan
kursi.
malaise (perasaan tidak enak badan). Kedua,
perubahan persepsi sensori seperti sensasi Subjek unik kedua adalah Tari. Ia satu-
hangat, hembusan angin, sensasi nyeri atau satunya subjek yang mengalami perubahan
sakit, kepala berat, dan halusinasi. Ketiga, persepsi sensori khas dan tidak dialami oleh
perubahan emosi seperti menangis, pe- yang lain, yaitu Tari menggambarkannya
rasaan plong, dan perasaan lepas seperti ada seperti sebuah cahaya putih berbentuk bulat
yang keluar. Keempat, perubahan tingkat yang keluar dari tumor maupun kanker
kesadaran seperti mengantuk, tidur, dan payudaranya, meskipun ia sendiri tidak
pingsan. Kelima, perubahan identitas diri melihatnya secara kasat mata karena waktu
seperti ada sesuatu makhluk yang lain selain itu dalam keadaan mata terpejam sambil
dirinya. Keenam, perubahan orientasi waktu berdzikir. Tari tidak dapat menjelaskan saat
seperti perasaan waktu berjalan begitu lama perlakuan apa dari raqi, apakah seperti
dan singkat atau sebentar saja. Ketujuh, bacaan ayat atau surat tertentu, ia menga-
perubahan kontrol diri terhadap peristiwa takan tidak mengetahuinya. Tetapi yang
yang dialaminya. diingatnya adalah, saat raqi menanyakan
pada dirinya, apakah mb Tari merasakan ada
Semua subjek mengalami pengalaman
sesuatu? Tari menjawab Ya, dan menggambar-
unusual tersebut meskipun dengan kadar
kan sesuatu itu seperti di atas dijelaskan.
ASC yang berbeda-beda. Subjek yang paling
kompleks mengalami ASC adalah Yani dan Subjek berikutnya yang khas ada dua
yang sangat minimal adalah Daman. Dan orang dengan pengalaman yang sama na-
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 95

mun dinamika psikologisnya berbeda, yaitu Pikiran Maman terus berkecamuk, du-
Maman dan Yani. Pengalaman yang dimaksud gaan mungkin sudah tidak ada lagi Jinnya
adalah semacam dialog meskipun singkat. karena merasa sampai lama menurutnya
Biasanya dalam proses ruqyah, jika raqinya belum juga ada reaksi, silih bergantinya
berpengalaman, ketika ia menangkap ada dorongan akan kekhawatiran kalau lepas
tanda atau gejala yang mencurigakan pada ilmunya bagaimana dirinya menghadapi
diri marqinya, seperti gerakan terlokalisir berbagai kemungkinan kekerasan khusus-
yang berpindah-pindah, maka raqi akan nya terkait dengan pekerjaannya dengan
memberikan tepukan atau pukulan, atau dorongan pikiran bahwa “kan ada Allah”
memerintahkannya (yang dipersepsikan Yang Maha Kuasa, satu sisi do’a permohonan
raqi sebagai Jin) untuk keluar dari diri marqi, selama diruqyah juga terus dilantunkan agar
dengan mengatakan: ukhruj!, ukhruj! atau dilepaskan ilmu yang dimilikinya, sementara
keluar! keluar! itu juga telinga terus memperhatikan ba-
caan raqi sebagaimana dimintanya.
Maman maupun Yani, mendengar suara
raqi yang memerintahkan untuk keluar, dan Sampailah akhirnya sebuah penantian
keduanya menjawab, tidak mau...tidak disaat-saat akhir proses ruqyah, begitu ia
mau..setiap kali raqi memerintahkan teringatkan akan sesuatu ayat yang pernah
seperti itu. Maman menyatakan peristiwa dibacanya pada suatu waktu, dan bersamaan
itu terjadi pada ruqyah yang pertama dan dengan itu langsung timbul mual-mual yang
Yani pada ruqyah yang kedua. Yang perlu ia rasakan, dan segera pula Maman seolah
diketahui, bahwa keduanya baik Maman menghardik Jin yang ada dalam dirinya: nah,
maupun Yani, merasa bukan dirinya yang kena lo..! Dan seketika itu pula dugaan
menjawab, tidak mau, apalagi Maman pikiran bahwa dalam dirinya sudah tidak ada
menyatakan waktu itu dirinya dalam Jin langsung berubah, wah ternyata ada
keadaan pingsan. ya...munajat kepada Allah agar dikeluarkan
Jinnya terus pula ia lakukan.
2. Tema harapan, pertarungan dan
pelepasan Maman menyakini, bahwa upaya dirinya
tidaklah dengan serta merta tidak mendapat
Tema ini berkaitan erat dengan motivasi perlawanan, karena reaksi mual-mual di-
awal marqi dan pemahaman yang diberikan mana Maman berharap untuk segera diakhiri
oleh raqi. Subjek yang sejak awal memahami dengan muntah yang menurutnya sebagai
bahwa permasalahannya diakibatkan oleh simbol lepasnya ilmu yang dimilikinya
penguasaan ilmu kotor (ilmu kesaktian- ternyata seperti ada yang menahannya.
kanuragan) yang esesnsinya adalah refleksi Begitulah sampai akhirnya ruqyah pun
bantuan dan kekuatan makhluk gaib ber- selesai tidak sampai muntah hanya mual-
nama Jin, maka momen ASC selama proses mual saja. Proses dinamika yang terjadi,
terapi ruqyah benar-benar diharapkan. Maman memaknainya sebagai sebuah per-
Subjek Maman misalnya, ia menunggu- tarungan-perlawanan-harapan agar dapat
nunggu reaksi yang terjadi sejak awal proses melepaskan ilmunya, yang ia katakan sampai
ruqyah dimulai. Baginya, pengalaman me- dirinya mengalami malaise dan berkeringat.
lihat orang lain diruqyah dengan komplek-
sitas reaksi merupakan indikasi bahwa C. Episode Penyembuhan
dalam dirinya ada makhluk lain dan ia pun
Episode ini dimulai saat berakhirnya
merefleksikan pada dirinya seperti itu. Dan
ruqyah sampai subjek kembali dalam kehi-
pemahaman demikian juga tidak disalahkan
dupan sehari-harinya. Ada satu tema pokok
oleh raqi.
yang muncul dalam episode ini, yang me-
96 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

nandai terjadinya perubahan-pemulihan pun keluarganya. Kala itu, khususnya jika


dan pembaharuan kehidupan subjek, yaitu tengah malam bangun dan ingin solat
tema perubahan-kedekatan. tahajud, takutnya luar biasa sampai mrin-
ding, kini ia menjadi yakin dan berani bahwa
Semua subjek dengan pengalamannya
semakin ia takut justru akan senang dan
masing-masing menyatakan adanya per-
bertambah kuat godaan Jinnya, katanya.
ubahan menjadi lebih baik begitu selesai
Yani juga menjadi mengetahui apa kele-
ruqyah dibandingkan sebelum memulai
mahan dirinya, dan oleh karenanya ia tidak
ruqyah. Termasuk mereka juga melaporkan
akan larut dengannya. Dalam rumah tang-
terjadinya perbaikan atau pemulihan se-
ganya, kini ia seolah menjadi penasehat
telah beberapa waktu kemudian. Bahkan ada
spiritual khususnya menghadapi berbagai
pula subjek yang menggambarkan terjadinya
ujian hidup yang menimpa dan lebih khusus
pembaharuan dalam kehidupannya.
lagi pada suaminya, termasuk kini ia lebih
Subjek pada umumnya menyatakan berani mendorong dan menfasilitasi agar
timbulnya kedekatan hubungan dengan suami mempunyai forum pengajian sebagai
Allah, seperti yang diungkapkan Tari, Ahmad, salah satu sumber kekuatan psikososial-
Maman, Lisa, maupun Yani. Tari mengatakan spiritual.
bahwa setelah ruqyah tidak saja dirinya
sembuh dari penyakit kankernya, tetapi juga PEMBAHASAN
telah mendekatkannya kembali kepada Ada dua bagian yang menjadi diskusi atau
Allah, dimana kala itu ia pernah menjalani pembahasan dalam penelitian ini, yaitu
kehidupan di Pondok Pesantren sebagai perubahan kesadaran (ASC) dan terapi ruqyah.
simbol bahwa dirinya sebetulnya pernah
dekat dengan Allah. Karena kehidupan
Bagian pertama:
semasa kuliahlah menurutnya, khususnya Perubahan Kesadaran (ASC)
kehidupan kos-kosan yang telah melalaikan-
nya. Satu hal baru yang menurut Tari ia Diskusi fenomena ASC dalam penelitian ini
dapatkan dan aplikasikan sebagaimana menggunakan beberapa paradigma atau pers-
nasehat dari raqinya, bahwa segala urusan pektif (Freeman, 2006) dengan mendasarkan
apapun serahkanlah kepada Allah. Ung- pada tema-tema pokok yang muncul sesuai
kapnya, bahwa ini sebagai hal mendasar dengan perspektif subjek yaitu sebagai berikut:
dalam hidupnya. Sampai ia menceritakan
A. Pengalaman yang tidak biasa
peristiwa terakhir semasa kuliah S2 di-
semester 2 yang membuat dirinya sampai Pengalaman yang tidak biasa (unusual
down, tidak tahu kemudian apa jadinya jika experience) terjadi pada subjek dalam
benar-benar saya tidak menerapkan prinsip penelitian ini, baik pada episode pertama
hidup menyerahkan urusan kepada Allah, (pra ruqyah) maupun pada episode kedua
katanya. Termasuk dirinya menjadi dapat (pengalaman ruqyah). Subjek menter-
memahami berbagai hikmah (wisdom) jemahkan pengalaman tersebut dalam
dibalik kejadian-kejadian buruk yang me- istilah mereka seperti “aneh”, dan “tidak
nimpanya. biasanya”.

Yani menyatakan, begitu selesai ruqyah Konteks aneh terkait pengalaman, karena
dirinya merasa menjadi ringan, tadinya pengalaman tersebut baru sekali itu terjadi
begitu berat rasanya kepala ini. Yani menjadi dalam masa hidupnya. Termasuk juga
lebih yakin dan berani untuk menghadapi dikatakan aneh karena pengalaman itu
berbagai godaan pada dirinya pribadi mau- kemungkinan kecil terjadi. Misalnya, me-
lihat dengan makhluk yang bersifat gaib
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 97

dapat dianggap pengalaman yang aneh. Perspektif etic memandang bahwa fe-
nomena tersebut merupakan perwujudan
Konteks tidak biasa terkait penga-
dari adanya gangguan disosiasi (Dissociation
laman, dikatakan salah seorang subjek
Disorder) meskipun diagnosis tersebut
karena biasanya jika ada gejala seperti yang
masih terjadi kontroversi atau belum adanya
dirasakannya, dengan cara yang sama dapat
kesepakatan (Ng, 2000; Cardena & Gleaves,
sembuh, tetapi ini tidak sembuh-sembuh
2007). Diagnostic and Statistical Manual of
bahkan bertambah gejala lain yang tidak
Mental Disorders (DSM-IV) mengkategori-
biasanya. Tart (1997) menyebut pengalaman
kan fenomena tersebut sebagai gangguan
yang tidak biasa (unusual experience)
disosiasi berdasarkan pada dua aspek
sebagai bentuk dari altered state of con-
kriteria, yaitu adanya gangguan atau per-
sciousness (ASC). Tidak biasa dalam mem-
ubahan kesadaran dan adanya gangguan
persepsi dirinya, seperti yang dikatakan
kognitif khususnya memori (Ng, 2000).
subjek di atas bentuknya “aneh” maupun
Somer (2006) menambahkannya dengan
“tidak biasanya”. Kata atau istilah aneh dan
adanya perubahan atau gangguan identitas
tidak biasanya, sebenarnya ini merupakan
diri.
simbolisasi (symbolization) dari cara mereka
mempersepsi pengalaman yang tidak biasa Kontrovesi diagnosis sebagaimana dike-
dialaminya tetapi tidak mampu mengung- mukakan oleh Cardena dan Gleaves (2007)
kapkannya dalam kata-kata yang dapat semakin jelas lagi, ketika ditempatkan
mewakilinya (Tinnin, 1990; Tart, 1997). dalam perspektif lintas budaya atau kultural
(cross cultural perspective). Untuk itulah,
Dilihat dari sisi kejadiannya, ASC dapat
dalam pemahaman tersebut memandang
terjadi secara spontan atau alamiah maupun
bahwa fenomena ASC seperti di atas bukan
melalui suatu induksi tertentu atau di-
dikatakan sebagai gangguan disosiasi yang
sengaja. Vaitl et al (2005) menyebutkan salah
disebutnya lebih bersifat klinis, tetapi
satu bentuk ASC yang terjadi secara spontan
sebagai cultural bound syndrom atau cul-
atau alamiah adalah lamunan atau melamun
tural bound dissociation (Somer, 2006).
(daydreaming)dan mimpi atau bermimpi
Dimana dalam konteks budaya maupun
(dreaming).
agama, masing-masing memiliki karakte-
B. Fenomena “Jin” ristik tersendiri.
Fenomena Jin sebagaimana diungkapkan Hampir semua subjek mempersepsikan
dalam penelitian ini memiliki kesamaan adanya manifestasi gangguan yang mereka
dengan karakteristik atau manifestasi gang- alami dengan sesuatu yang bersifat supra-
guan jin yang diuraikan dalam berbagai natural, mistik, atau sejenisnya yang diwakili
literatur. Meskipun manifestasi yang diuraikan dalam istilah yang sudah membudaya
dalam literatur tidak semuanya dapat ditemui dimasyarakat yaitu Jin. Sebagai perban-
pada fenomena yang diungkapkan subjek. dingan, pada masyarakat Amerika dimana
Beberapa diantaranya termanifestasikan pandangan biomedis sebagai pandangan
secara fisik: rasa berat, rasa sakit bagian tubuh yang dominan, mereka memandang gang-
tertentu, tubuh terasa begitu lemas, termasuk guan psikologis maupun masalah-masalah
insomnia. Manifestasi psikis: emosional, psikologis berkaitan erat dengan adanya
mudah marah, rasa malas ibadah, amnesia- ketidakseimbangan kimiawi otak, dan oleh
demensia yang mendadak, merinding, suka karenanya mereka mencari pertolongannya
menyendiri, mimpi buruk, mimpi melihat pada pihak medis (Good, 1992; Myers, 1998,
binatang, termasuk tindihan (Aqila, 2002; dalam Edman & Koon, 2000 ). Di India,
Akhmad, 2005). gangguan atau penyakit jiwa termasuk
98 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

epilepsi yang dihubungkan dengan adanya terutama pada episode ketiga yaitu penye-
karma, gangguan jin, serta pengaruh roh atau mbuhan.
makhluk halus, maka penyembuh lokal
Ada beberapa pandangan yang dapat
(indigenous healer) menjadi pilihan utama
digunakan untuk memahami fenomena
mereka (Banerjee & Roy, 1998, dalam Edman
terapeutik dari terapi ruqyah:
& Koon, 2000). Oleh karenanya, keyakinan
agama dan sosial budaya menjadi faktor 1. Sifat bacaan qur’an
penting yang berpengaruh dalam mem-
Setiap agama-agama besar dunia me-
persepsi penyakit atau suatu gangguan baik
miliki kitab suci yang mencatat bahwa
itu gejala, penyebab, maupun pertolongan
Tuhannya adalah pemilik kekuatan supre-
atau penyembuhannya (Casto & Eroza, 1998;
masi dan diyakini oleh pemeluknya.
Csordas & Lewton, 1998; Elliot, Pitts &
(McCasland, Cairns, & Yu, 1969; Smart, 1994;
McMaster, 1992; Garro, 1998, dalam Edman
Whiting, 1983, dalam Richard & Bergin, 2007).
& Koon, 2000). Dapat dipahami, dimana
Athar (2009) menyatakan, dalam Islam cara
semua subjek dalam penelitian ini ber-
tuhan Allah memberikan penyembuhan
agama Islam, dan dengan latar belakang
secara langsung melalui kalam-Nya (Al-
sosial-budaya yang tidak lepas dari warisan
Qur’an) salah satunya adalah dengan tilawah
dan telah mengakar kuat di masyarakat hal-
(pembacaan ayat suci qur’an). Dan terapi
hal yang bersifat mistik-supernatural mau-
ruqyah, bentuk perlakuan utamnya adalah
pun istilah sejenis lainnya (Springate, 2009).
tilawah, meskipun semacam dibatasi secara
Perspektif masyarakat sendiri yang syari’at pada beberapa surat dan ayat
dalam hal ini tercermin dalam subjek pene- tertentu.
litian (meskipun secara kuantitatif tidak
Athar (2009) lebih lanjut menjelaskan,
memadai), masalah diagnosis atau apa
bahwa dimensi tilawah secara ilmiah meka-
penyakitnya, apa sebabnya, tidak terlalu
nisme kerjanya berdasarkan prinsip echo
penting. Kebutuhan mereka adalah, ketika
(gema suara). Tuntunan islam pun secara
mempunyai masalah, ditangani dalam kadar
umum sesuai dengan hadist nabi, menga-
kemampuan mereka dan sembuh. Untuk
njurkan agar membaca qur’an dilakukan
itulah Bohart (2000) menyatakan, bahwa
secara tartil (dibaca secara benar sesuai
dunia terapi khususnya psikoterapi semakin
hukum tajwid: kaidah pembacaan qur’an)
memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan
dan disuarakan. Artinya, prinsip echo se-
dengan kliennya seperti latar belakang
sungguhnya telah menyatu dalam kaidah-
sosial ekonomi kultural, agama, nilai-nilai,
kaidah tilawah qur’an itu sendiri.
dan kemampuannya.
Dalam dunia medis (pengobatan ke-
C. Efek terapeutik dokteran) prinsip echo ini telah lazim
Efek terapeutik atau pengaruh penyem- digunakan sebagai salah satu cara dalam
buhan dalam penelitian ini, tidak saja teknologi penyembuhan. Bentuk penyem-
dikandung oleh makna dari terapi ruqyah, buhan yang dimaksud yaitu yang dinamakan
tetapi juga terefleksi dari simbolisasi kata lithotripsy. Teknik atau cara ini digunakan
yang digunakan oleh subjek terhadap proses bagi pasien yang mengalami batu ginjal,
terapi yang mereka alami. Ada beberapa dimana dengan cara ini tidak lagi harus
kata atau istilah dalam bahasa subjek yang dilakukan operasi secara konvensional,
dimaksud seperti, “lepas”, “keluar”, “hi- tetapi cukup dengan mengarahkan echo
lang”, “berubah”, “tenang”, dan “plong”. pada sasarannya di ginjal, maka batu gin-
Mereka merasakan efek terapeutik tersebut jalnya akan hancur. Athar (2009) juga mela-
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 99

porkan hasil riset mengenai tilawah (pem- laporkan berkurang prilaku marahnya,
bacaan kitab suci Qur’an) terhadap muslim kecemasan, maupun ketegangan ototnya
arab, muslim non arab, dan juga pada non daripada mereka yang serius dalam relaksasi
muslim, dan hasilnya, terjadi penurunan otot progressifnya. Ini sebagai alasan bagi
tekanan darah, detak jantung, dan menye- keyakinan atau kepercayaan bahwa praktek
babkan relaksasi otot halus. spiritual seperti meditasi, kontemplasi dan
imaginasi keagamaan memiliki kekuatan
2. Nilai ibadah penyembuhan yang lebih powerfull dengan
Tidak diragukan lagi, bahwa orang yang agama dan spiritual pasien daripada tinda-
beribadah dengan keyakinannya, ditolong kan yang memisahkan (secular) atau mem-
baik secara fisik maupun psikis. Keadaan ini bersihan keterlibatan aspek keagamaan.
dapat dijelaskan dengan prinsip efek
placebo, respon relaksasi, kekuatan yang 4. Dimensi psikologis
mengkoneksi jiwa dan raga atau suatu Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (Munir, 2005)
pengaruh penyembuhan transenden menuliskan tentang pengaruh ruqyah: “
(Benson, 1996; Borysenko, 1993; Dossey, 1993; Dengan ruqyah hati menyadari akan
Mc Cullough, 1995, dalam Richard & Bergin, fungsinya yang utama yaitu mengenal
2007). Juga ada beberapa bukti, bahwa Tuhan Penciptanya. Pengenalan ini akan
perbedaan bentuk praktek ibadah memiliki membangkitkan harapan akan kesembuhan
efek yang berbeda pula pada kesejahteraan penyakit yang diderita, karena sudah me-
secara emosional maupun kepuasan hidup yakini akan kasih sayang Allah kepada
(Duckro & Magaletta, 1994; D.G. Richard, 1991; makhluk-Nya. Keyakinan akan kemurahan
Butler et al., 2002; McCullough & Larson, 1999, Allah, pada gilirannya akan memperkuat
dalam Richard & Bergin, 2007). Sebagai contoh ketahanan tubuh dan seluruh jaringan
orang yang hanya melaksanakan ibadah tubuh akan terangsang untuk menolak
sebatas ritual semata, mereka tampak sedih, penyakit yang telah menimpa dirinya”. Dari
menyendiri, depresif, dan tegang. Lain halnya ungkapan tersebut tercermin dari siner-
orang yang melaksanakan ibadah dengan gisitas dalam proses terapi ruqyah, dimana
penuh keyakinan (khusyu, tawakal, ikhlas), raqi pada beberapa ayat akan melakukan
mereka tampak sejahtera dan bahagia ( pengulangan-pengulangan bacaan, dengan
Poloma & Pendleton, 1991, dalam Richard & intonasi suara tertentu, memberikan te-
Bergin, 2007). pukan (ada stimulus tertentu yang men-
stimulasi sistem neurovaskuler), semen-
3. Sifat kontemplatif-meditatif tara itu marqi diminta untuk memper-
Hasil studi yang dilakukan Benson (1996, hatikannya.
dalam Richard & Bergin, 2007) dalam praktek Pentingnya pencapaian sinergisitas
kliniknya, menunjukkan bahwa mereka dalam terapi ruqyah juga tampak, bahwa
dengan keyakinan/pendirian (convictions) raqi akan memberikan upaya dan marqi juga
keagamaan dan spiritual lebih dalam, me- mengupayakan diri untuk tidak masuk atau
miliki respon relaksasi rata-rata lebih tinggi. bergeser dalam tingkat kesadaran tidur atau
Carlson et al (1998, dalam Richard & Bergin, mengantuk. Karena jika terjadi hal demikian,
2007) juga menemukan bukti pada studi dimensi psikologis pencapaian sinergisitas
empiriknya yang membandingkan efek- untuk memberikan optimalisasi terapeutik,
tifitas meditasi ibadah-kebaktian dengan tidak akan berjalan secara efektif. Dan hal
relaksasi otot progressif. Mereka yang serius ini telah ditunjukkan beberapa subjek dalam
(khusyu) dengan meditasi ibadahnya, di- penelitian ini.
100 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

D. Transformasi religius jadi lebih tenang, dan dari aspek ibadah


Istilah transformasi religius telah digu- khususnya solat subuh menjadi tepat waktu
nakan oleh Subandi (2009) untuk menggam- yang biasanya molor bangun setelah terbit
barkan pengalaman keagamaan secara lebih matahari.
luas yang mencakup dari meningkatnya
Bagian kedua:
komitmen terhadap agama yang dianut, Exorcism, Psikoterapi, dan Terapi Ruqyah
transformasi kesadaran (transformation of
consciousness) dan transformasi diri (trans- Sebagaimana diketahui bahwa, terapi ruq-
formation of the sense of self). Proses yah merupakan suatu bentuk exorcism dalam
transformasi religius telah ditunjukkan tradisi agama Islam. Terapi ruqyah ini memiliki
dalam penelitian ini oleh sebagian besar kesamaan maupun perbedaan dengan exorcism
subjek, dan berikut beberapa diantaranya dalam tradisi agama lain. Salah satu kesamaan-
secara naratif: Pertama, diawali dengan nya adalah bahwa terapi ruqyah digunakan
hilangnya beban psikologis berupa kepala sebagai cara atau metode untuk mengeluarkan
menjadi ringan, kaki mudah untuk melang- makhluk lain yang bernama Jin dalam diri
kah, kemudian kemauan dan realisasi seseorang yang telah “mengganggunya”.
aktifitas keseharian tidak lagi terganggu, Seperti ditunjukkan dalam penelitian ini, terapi
akhirnya aktifitas seperti sediakala khu- ruqyah yang telah dilakukan pada sejumlah
susnya terjadi peningkatan kuantitas dan subjek, dimana mereka sebelumnya menyata-
kualitas aktifitas ibadah lebih khusus lagi kan bahwa dalam dirinya ada Jin atau men-
solat malam, baca qur’an dan dzikir sebagai dapat gangguan Jin, setelah diterapi ruqyah
kekuatan utama, dan bersamaan dengan itu menyatakan merasakan ada sesuatu yang keluar
disadari bahwa pemicu awalnya adalah atau hilangnya gangguan tersebut. Begitu pun
stressor orang tua, kini terjadi perubahan tradisi penyembuhan exorcism yang dikenal
dimana subjek berani menghadapi stressor dalam agama Yahudi dan Nasrani, sebagai cara
disamping dukungan lingkungan untuk untuk mengeluarkan spirits, demons atau satan
reduksi stressor. yang ada dalam diri seseorang baik untuk tujuan
penyembuhan maupun untuk tujuan sanctity
Kedua, diawali dengan lepas-keluarnya atau kesucian (Pfeifer, 1994). Sementara dalam
simbolisasi kanker, hilangnya kanker, dan agama lainnya seperti Budha dan Hindu,
bersamaan serta terus dengan itu meme- peneliti tidak menemukan cara atau teknik
lihara-meningkatnya amal ibadah seperti dalam pengeluaran Jin. Yoga dan meditasi
puasa sunah, solat dhuha, solat lima waktu sebagaimana dikenal, lebih merupakan cara-
pada waktunya, dan tahajud, disamping cara peribadatan pada asalnya, meskipun
totalitas penyerahan segala urusan kepada perkembangannya kedua cara tersebut juga
Allah. Ketiga, diawali hilangnya beban digunakan untuk tujuan kesehatan.
kepala berat dan sakit, pulihnya kembali
ingatan-perhatian dalam solat, timbulnya Kesamaan lainnya antara ruqyah dengan
keberanian atas ketakutan yang tidak exorcism adalah dasar pemahamannya meman-
beralasan (diganggu jin), lebih percaya diri, dang makhluk yang namanya Jin. Islam dan
mengetahui kelemahan diri, semangat Yahudi, Nasrani, dimana dikenal ketiganya
dalam ibadah. Terakhir, diawali secara sebagai agama samawi (agama langit-ber-
langsung dengan perasaan menjadi lebih ketuhanan esa asalnya), menempatkan Jin
tenang, secara bertahap ketika menghadapi dalam landasan keyakinan atau keimanan,
masalah biasanya tensi emosi naik, kini karena dalam ketiga kitab sucinya, makhluk
menjadi santai, lebih memahami bawahan, bernama Jin tersebut memang sudah ada
hubungan dengan istri dan anak juga men- (Pfeifer, 1994).
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 101

Adapun perbedaannya, bahwa terapi ruqyah Terkait dengan makna pengalaman ASC,
tidak hanya sebagai cara untuk mengeluarkan peneliti sepakat dengan Subandi (2009), tanpa
jin, tetapi juga sebagai metode penyembuhan dasar keagamaan atau keimanan yang me-
untuk berbagai macam penyakit, baik fisik madai, pengalaman tersebut menjadi kurang
maupun mental (Munawar & Umar, 1994; Bisri, bermakna. Diperkuat dalam penelitian ini,
2005). Dan untuk itu telah ditunjukkan dalam bahwa subjek yang melakukan terapi ruqyah
penelitian ini, dimana salah seorang subjek yang awalnya semata untuk tujuan penyem-
mengalami penyakit fisik berupa Ca Mamae buhan, tidak saja itu yang mereka dapatkan,
Stadium III, dan dinyatakan sembuh secara tetapi juga memberikan makna atau arti bagi
medis. Perbedaan lainnya tentu saja dari sisi kehidupan mereka yang ditunjukkan dalam
prosedur dalam proses pengeluaran Jin, bentuk terjadinya transformasi religius.
disamping juga medianya berbeda.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berkaitan dengan teknik-teknik dalam
psikoterapi khususnya psikoterapi transper- Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sonal, terapi ruqyah berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa:
juga ditemukan adanya pengalaman perubahan 1. Telah terjadi perubahan kesadaran pada
kesadaran (ASC) pada semua subjek. Artinya, orang yang diruqyah khususnya selama
jika dikatakan bahwa psikoterapi transpersonal diruqyah yaitu beragam dari “normal state”
sebagai cara penyembuhan dengan meng- (sadar), “sleepy state”(mengantuk), hingga
gunakan prinsip pencapaian perubahan kesa- “sleep state” (tertidur).
daran, maka terapi ruqyah pun dalam cara
2. Perubahan kesadaran yang terjadi setelah
penyembuhannya juga terjadi ASC.
diruqyah:
Ada dua perbedaan yang mendasar antara
a. Jangka pendek
terapi ruqyah dengan psikoterapi transpersonal
yang selama ini dikenal, seperti meditasi, yoga, Perubahan kesadaran yang terjadi begitu
terapi musik, modifikasi perilaku, maupun selesai ruqyah berupa perasaan tenang
lainnya. Pertama, sifat ASC-nya, jika dalam yang sebelumnya diliputi kegelisahan,
psikoterapi transpersonal pengalaman-penga- lega atau plong, perasaan menjadi ringan
laman subjektif menunjukkan adanya perasaan yang sebelumnya seperti ada yang mem-
yang cenderung positif atau menyenangkan, bebani, maupun seperti perasaan ter-
temuan dalam penelitian ini justru sebaliknya. lepas dari ikatan.

Kedua, jika terapi ruqyah yang dilakukan di b. Jangka panjang


dalam konteks agama, teknik-teknik psikoterapi Perubahan kesadaran yang terjadi be-
transpersonal yang beberapa diadopsi dari berapa waktu setelah ruqyah seperti
timur seperti yoga dan meditasi khususnya perubahan sikap menjadi lebih bersabar
cenderung dipisahkan dari fondasinya yaitu yang sebelumnya penuh dengan kema-
agama atau keimanan. Hal tersebut sebagai- rahan dan emosi, menjadi lebih berani
mana ditegaskan oleh Wulff (1992, dalam menghadapi stressor yang sebelumnya
Subandi, 2009) bahwa meditasi dilakukan dipenuhi ketakutan, menyadari keku-
dalam konteks sekuler tanpa gagasan apa pun rangan diri, dan perubahan kondisi
tentang kekuatan atau kekuasaan Tuhan atau keagamaan yang sebelumnya cenderung
Allah. Padahal dalam terapi ruqyah, hal ini Islam abangan menjadi Islam taat.
sangat ditekankan secara mendasar bahkan baik
3. Perubahan kesadaran yang terjadi dimaknai
raqi maupun marqi diwajibkan untuk menyakini
sebagai proses penyembuhan dan transfor-
bahwa yang menyembuhkan semata adalah
masi keagamaan (transformation of religius).
Allah.
102 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu: DAFTAR PUSTAKA


1. Kepada masyarakat luas khususnya yang Akhmad, P. (2005). Ruqyah Syar’iyyah vs Ruqyah
memanfaatkan ruqyah sebagai terapi: Gadungan, seri Psikoterapi
Ruqyah. Yogyakarta: Quranic
a. Untuk penyembuhan gangguan jiwa
Media Pustaka.
khususnya depresi yang tidak responsif
dengan pengobatan medis, direkomen- Aqila (2002). Kesaksian Raja Jin: Meluruskan
dasikan menjalani terapi ruqyah minimal Pemahaman Alam Gaib dengan
dua kali. Syariat. Jakarta: Senayan Abadi.
b. Penyembuhan penyakit fisik khususnya
kanker dan lebih khusus lagi kanker Athar, S. (2009). Prayer and Healing. AAMO
payudara yang tidak memilih untuk Times, 06,4-6, www.aamo-net.org.
terapi medis, direkomendasikan menja- Diakses tanggal, 23 Juni 2010.
lani terapi ruqyah minimal 5 kali.
Atwater, F. H. (1997). Inducing Altered State of
c. Keluhan yang bersifat psikosomatis dan Consciousness with Bineural Beat
tidak memilih terapi medis, direkomen- Technology. Proceeding of the 8th
dasikan menjalani terapi ruqyah minimal International Symposium on New
2 kali. Science, 11-15.
d. Gejala gangguan jiwa yang tidak res-
Bisri, H. (2005). 53 Penjelasan Lengkap tentang
ponsif dengan terapi medis dan diyakini
ruqyah Terapi gangguan sihir & jin
karena sihir, direkomendasikan men-
sesuai syariat Islam. Jakarta: Ghoib
jalani terapi ruqyah minimal 2 kali.
Pustaka.
e. Mereka yang menginginkan melepas
kekuatan tenaga dalam atau kesaktian- Bohart, A. C. (2000). The client is the most
nya, direkomendasikan menjalani terapi important common factor: clients’
ruqyah minimal juga 2 kali. self-healing capacities and
psychotherapy. Journal of
2. Bagi dunia akademik khususnya kalangan
Psychotherapy Integration, 10 (2),
yang bergerak dibidang psikologi trans-
127-149.
personal maupun kedokteran jiwa:
a. Diperlukan penelitian lebih lanjut khu- Cardena, E., & Gleaves, D. H. (2007). Dissociative
susnya dengan pendekatan eksperi- Disorders, www.psychology.lu.se/
mental untuk membuktikan efektifitas psyk/...%20annat/EC%20E%20I-
terapi ruqyah khususnya dengan masalah 1%20c13.pdf
atau gangguan jiwa.
Dwiyati (2008). Terapi Ruqyah Syar’iyyah untuk
b. Perlunya kajian-kajian ilmiah lainnya Mengusir Gangguan Jin:Studi Kasus
seperti diskusi atau seminar mengenai di Baitur Ruqyah Asy-Syar’iyyah
terapi ruqyah, karena terapi ruqyah Kotagede Yogyakarta. Skripsi. UIN
merupakan salah satu modalitas terapi Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
yang berbasis kultural religius dan terus
berkembang di masyarakat. Edman, J. L., & Koon, T. Y. (2000). Mental illness
beliefs in Malaysia: ethnic and
intergenerational comparisons.
International Journal of Social
Psychiatry, 46 (2), 101-109.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 103

Freeman, A. (2006). A daniel come to Munawar, S.A.H., & Umar, A.R. (1994). Sistem
judgement?: dennett and the Kedokteran Nabi Kesehatan dan
revisioning of transpersonal Pengobatan menurut Petunjuk
theory. Journal of Consciousness Nabi Muhammad SAW. Semarang:
Studies, 13 (3), 95–109. Penerbit Dina Utama Semarang.

Johnson, C. V., & Friedman, H. L. (2008). Munir, A.A. (2005). Hukum Ruqyah Dalam Islam.
Enlightened or delusional? : Hukum Islam, 12 (10), 96-97.
diffrentiating religious, spiritual,
and transpersonal experiences Ng, Y.B. (2000). Phenomenology of Trance States
from psychopatology. Journal of Seen at a Psychiatric Hospital in
Humanistic Psychology, 48 (4), 505- Singapore: A Cross-Cultural,
527. Transcultural Psychiatry,( Article),
37 (4), 560–579.
Kaspersen, M., & Hårklau, H., (2008). Emotional
processing - psychotherapy and Pfeifer, S. (1994). Beliefs in Demons and
altered states of consciousness: Exorcism in Psychiatric Patient in
principles, therapeutic Switzerland. British Journal of
possibilities and challenges. Medical Psychology, 67, 247-258.
Article. Psykologisk Tidsskrift, NR.3,
Qadri, M.A. (2005). Spiritual Healing in Islam.
19-25.
Islamic Educational and Cultural
Khalifa, N., & Hardie, T. (2005). Possession and Research Center (IECRC).
jinn. Journal of The Royal Society www.iecrcna.org/publications/.
of Medicine, 98, 351-353. Diakses tanggal, 23 Juni 2010.

Kjellgren, A., Lyden, F., & Norlander, T. (2008). Richard, P.S., & Bergin, A.E. (2007). A Spiritual
Sensory isolation in flotation tanks: Strategy for Counsling and
altered states of consciousness Psychotherapy. Second Edition.
and effects on well-being. The APA. Washington, DC.
Qualitative Report, 13 (4), 636-656.
Rowan, J. (1993). The Transpersonal:
Martindale, C. (1981). Cognition and Psychotherapy and Counseling.
consciousness. Homewood. IL: New York: Routledge.
Dorsey Press.
Somer, E. (2006). Culture-BoundDissociation:
Midasari, Y.B., dan Prabowo, H., (2007). Altered AComparativeAnalysis. Psychiatric
State of Consciousness, Afirmasi, Clinics North America, 29, 213–226.
dan Visualisasi untuk Mengatasi
Springate, L. (2009). Kuda Lumping dan
Masalah Obesitas, Proceeding
Fenomena Kesurupan Massal: Dua
PESAT(Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Studi Kasus Tentang Kesurupan
Arsitek dan Sipil), 2, B78-B82.
Dalam Kebudayaan Jawa. Skrips,
Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Australian Consortium for in-
Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Country Indonesian Studies
PT. Remaja Rosdakarya. (ACICIS)- Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
104 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Strauss, A.L. & Corbin, J. (1990). Basic of O B E % 2 9 % 2 0 -


Qualitative Research: Grounded %20Charles%20Tart.pdf, diunduh
Theory Procedurs and Techniques. tgl. 31 Juli 2010.
Newbury Park: Sage Publications.
Vaitl, D., Birbaumer, N., Gruzelier, J., Jamieson,
Subandi. (2009). Psikologi Dzikir, Publikasi G.A., Kotchoubey, K.B., Ku ¨bler, A.,
Fakultas Psikologi UGM, Lehmann, D., Miltner, W.H.R., Ott,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. U., Pu ¨tz, P., Sammer, G., Strauch,
I., Strehl, U., Wackermann, J., &
Tinnin, L. (1990). Mental Unity, Altered State of Weiss, T. (2005). Psychobiology of
Consciousness and Dissociation. altered states of consciousness.
Dissociation, III (3), 154-159. Psychological Bulletin, 131 (1),98–
127.
Tart, C.T. (1997). Six Studies of Out-of-the-Body
Experiences. Article (Journal of Woods A. (2009). The Use and Function of
Near Death Studies), http:// Altered States of Consciousness
w ww.thegod720.com/ within Dance/Movement Therapy.
Six%20Studies%20of%20%28 Thesis, Drexel University.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, DAN
LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) DI DESA MADEGONDO, KABUPATEN
SUKOHARJO
Iis Lestari*)

ABSTRACT

Background.The high variety of disease outbreaks indicate that preventive programs that
applied in the community has not been implemented properly, such as disease outbreaks or
Dengue Hemorrhagic Fever. The purpose of this study is to determine the level of knowledge
about dengue, knowing Village neighborhood, find out the relationship between the level of
knowledge of respondents with the incidence of DHF, knowing the relationship between the
environment and the occurrence of DHF.
Methodology. This research was conducted in the Village Madegondo, Sukoharjo district in
August 2010. This research method using Correlational descriptive study, using cross sectional
approach. The sampling method was accidental sampling.
Result and discussion.The results of this study based on the Pearson chi-square test results
is 11.669> 5.99 (chi-square table with df 2), and p value (0.003) below 0.05. so the conclusion
there was a correlation between the level of knowledge of the incident, while based on the
Pearson chi-square test results is 11.760> 5.99 (chi-square tables with df 2), and p value
(0.001) below 0.05 so that there is a relationship between the conclusions drawn environment
and the occurrence of DHF.
Recommemdation. Suggestions from this study are intended for the public to seek more
sources of information or add to knowledge, particularly about the DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) held by health workers or health centers, educational institutions in order to add to the
literature on DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) as study material for students in conducting
health education to the public.
Keywords: Dengue, Environment, Knowledge Level

PENDAHULUAN Sampai saat ini di tiap pelosok baik kota


Indonesia sehat tahun 2010 difokuskan pada maupun desa selalu ada kematian yang ditim-
upaya preventif yaitu pencegahan penyakit. bulkan oleh penyakit tersebut (Depkes RI,
Tingginya berbagai wabah penyakit menun- 2000).
jukan bahwa program preventif yang diapli- Penyakit demam berdarah dengue adalah
kasikan di masyarakat belum dilaksanakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
dengan benar. Diantaranya adalah wabah dengue. Virus ini mempunyai 4 serotipe yang
penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD. disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

*
Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKES Yogyakarta

105
106 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Keempat serotipe ini terdapat di Indonesia. buang wadah bekas tersebut, dapat menjadi
Penyebab terberat penyakit dengue di tempat yang ideal bagi berkembang biaknya
Indonesia adalah disebabkan oleh serotipe nyamuk penyebar penyakit dengue (Anwar,
DEN-3. Bila seseorang terinfeksi salah satu 2007)
serotipe virus dengue tersebut biasanya Menurut Laporan Dinas Kesehatan
menimbulkan demam dengue (DD). Orang yang Sukoharjo, tahun 2010, Penyakit DBD semakin
terkena DD akan kebal seumur hidup terhadap meningkat di wilayah Sukoharjo. Hal ini di-
infeksi serotipe tersebut, namun hanya kebal sampaikan oleh Rustiningsih selaku Kepala
sementara terhadap serotipe lainya. Bila Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
kemudian orang tersebut mendapat infeksi Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
virus dengue untuk kedua kali dari serotipe Sukoharjo bahwa pada pekan ke-13 atau pada
lainya, maka orang tersebut dapat menderita bulan April, 2 orang warga kembali menjadi
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh korban dan dinyatakan meninggal akibat
karena itu pada suatu daerah yang mempunyai penyakit tersebut. Total warga yang meninggal
dua atau lebih serotipe virus dengue mem- akibat DBD pada 2010 ini sebanyak 4 orang.
punyai resiko timbulnya penyakit dengue yang Sementara 24 korban lainnya dinyatakan ter-
lebih berat (Anwar, 2007). kena Dengue Shock Syndrom (DSS) dan 80
Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salah lainnya positif terjangkit DBD.
satu penyakit menular yang dapat menim- Menurut Laporan Puskesmas Grogol, tahun
bulkan wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesia 2010, Daerah wilayah Puskesmas Grogol,
masih merupakan penyakit yang sering ber- Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 8 desa. Pada
jangkit dan merupakan penyakit musiman bulan Januari sampai bulan Maret 2010,
(September - Februari), sedangkan daerah Puskesmas telah merawat 38 pasien yang
urban yang berpenduduk padat, puncak pen- terdiagnosa Demam Berdarah dengan 1 pasien
derita sekitar bulan Juni-Juli bertepatan dengan meninggal, pada tahun sebelumnya DB terjadi
awal musim kemarau. Meskipun begitu pada 243 kasus, paling banyak di desa madegondo
musim penghujan (Februari-April) juga sering dengan jumlah penderita 56 orang dan yang
berjangkit DBD seperti pada pasca banjir di paling sedikit di desa pandeyan dengan jumlah
kawasan Jabodetabek (Jakarta-Bogor- penderita 5 orang. Dari keseluruhan kasus
Tangerang-Depok-Bekasi) (Misnadiarly, 2009). terjadinya DBD di daerah wilayah puskesmas
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Grogol.
Dengue masih menjadi masalah kesehatan Pengetahuan tentang DBD sangat penting
masyarakat di Indonesia. Angka kesakitan dan bagi masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan
kematian DBD di berbagai negara sangat cara dan pola pikir masyarakat mengenai DBD
bervariasi. Jumlah kasus penyakit dengue di dan cara menaggulanginya. Pengetahuan
seluruh dunia meningkat dari tahun ketahun. merupakan hasil proses keinginan untuk
Peningkatan ini sejalan dengan semakin baik- mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang
nya transportasi yang memungkinkan ber- melakukan penginderaan terutama indera
pindahnya virus dengue dan nyamuk aedes pendengaran dan penglihatan terhadap obyek
aegypti sebagai vektor penular dari satu daerah tertentu yang menarik perhatian terhadap
ke daerah lain, bahkan dari satu negara ke suatu objek. Dari 2 keluarga yang mendapat
negara lainya. Disamping itu semakin majunya pertanyaan tentang Demam Berdarah dari
teknologi semakin banyak digunakan wadah peneliti, dapat di simpulkan pengetahuan
dari plastik, karet, botol, atau kaleng yang tidak masyarakat sudah cukup baik, karena dari
dibarengi dengan pendidikan yang memadai pertanyaan yang di sampaikan peneliti, keba-
kepada masyarakat tentang bagiamana mem- nyakan dapat dijawab dengan benar, sedangkan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 107

gambaran lingkungan di Desa Madegondo, Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Kabupaten Sukoharjo mempunyai lingkungan
DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa
yang cukup bersih, tetapi masih didapatkan Madegondo Kabupaten Sukoharjo
kebiasaan masyarakat yang masih terlihat
membuang sampah sembarangan, kebiasaan
menggantung pakaian, frekuensi pengurasan
tempat penampungan air yang tidak berkala,
kurangnya peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), juru pemantau jentik yang tidak berjalan
(JUMANTIK), dan kurangnya penyuluhan ten-
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
tang DBD.

METODOLOGI PENELITIAN Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa


Metode penelitian ini menggunakan me- tingkat pengetahuan tentang DBD warga Desa
tode penelitian Analitik Correlational, yaitu Madegondo Kabupaten Sukoharjo sebagian
suatu metode penelitian yang dilakukan untuk besar mempunyai pengetahuan sedang ber-
mengetahui antara gejala satu dengan gejala jumlah 60 responden (63,8%).
yang lain atau variabel satu dengan variabel lain Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
(Notoatmojo S, 2005), dengan menggunakan Lingkungan di Desa Madegondo Kabupaten
pendekatan cross sectional yaitu suatu pen- Sukoharjo
dekatan penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk diobservasi sekaligus dalam
waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002).
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh Kepala Keluarga yang tinggal
di desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo pada
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
bulan agustus 2010 yang berjumlah 1447 KK.
Adapun sampel yang diambil pada penelitian
ini adalah sebanyak 94 KK. Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa
gambaran lingkungan di Desa Madegondo
Data hasil penelitian dianalisis secara
Kabupaten Sukoharjo sebagian besar tidak ada
univariat dan bivariat kemudian disajikan
lingkungan yang menyebabkan terjadinya DBD
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pada
dengan jumlah 63 responden (67,0%).
masing-masing variabel penelitian.analisis
bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kejadian DBD (Demam
antara vatiabel bebas dan variabel terikat.
Berdarah Dengue) di Desa Madegondo
Kabupaten Sukoharjo
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini di dasarkan pada data
yang telah diperoleh dari pemberian kuesioner
secara langsung kepada responden yang
berjumlah 94 responden di Desa Madegondo,
dan hasil tersebut peneliti sajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Dari tabel di atas, gambaran kejadian DBD
108 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

(Demam Berdarah Dengue) di Desa Madegondo Tabel 5 Distribusi Frekuensi Lingkungan dan
Kejadian DBD di Desa Madegondo
Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa
Kabupaten Sukoharjo
sebanyak 86 responden (91,5%) tidak men-
derita DBD.
Tabel 4 Distribusi Menurut Tingkat Pengetahuan
dan Kejadian DBD di Desa Madegondo
Kabupaten Sukoharjo

Chi square = 11,760 p value = ,001

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa


lingkungan di Desa Madegondo Kabupaten
Sukoharjo, yang tidak menyebabkan terjadinya
Chi square = 11,669 p value = 0,003
kejadian DBD sebanyak 62 responden yang tidak
menderita dan yang menderita DBD sebanyak
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa 1 responden, sedangkan lingkungan yang dapat
sebagian besar warga Desa Madegondo menyebabkan terjadinya DBD dengan res-
Kabupaten Sukoharjo yang menderita DBD ponden yang tidak menderita DBD sebanyak 24
dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak dan yang menderita DBD sebanyak 7 res-
4 responden (6,7%), tingkat pengetahuan ponden.
kurang 3 responden (42,9%), dan tingkat Berdasarkan pearson chi-square, didapatkan
pengetahuan tinggi 1 responden (3,7%). nilai 11,760 > 5,99 (chi-square tabel dengan df
Sedangkan yang tidak menderita DBD dengan 2), dan p value (0,001) kurang dari 0,05. sehingga
tingkat pengetahuan sedang sebanyak 56 diambil kesimpulan ada hubungan antara
responden (93,3%), dengan tingkat lingkungan dengan kejadian DBD (Demam
pengetahuan tinggi 26 responden (96,3%) dan Berdarah Dengue) di Desa Madegondo Kabu-
tingkat pengetahuan kurang 4 responden paten Sukoharjo.
(57,1%).
PEMBAHASAN
Berdasarkan pearson chi-square, didapatkan
nilai 11,669 > 5,99 (chi-square tabel dengan df A. Tingkat Pengetahuan tentang Demam
2), dan p value (0,003) kurang dari 0,05. sehingga Berdarah Dengue
diambil kesimpulan ada hubungan antara
Dari hasil penelitian yang diperoleh,
tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD
gambaran tingkat pengetahuan tentang
(Demam Berdarah Dengue) di Desa Madegondo
DBD di Desa Madegondo Kabupaten
Kabupaten Sukoharjo.
Sukoharjo sebagian besar mempunyai
tingkat pengetahuan sedang, yaitu sebesar
63,8% atau 60 responden dari 94 responden
yang diteliti. Pengetahuan yang luas tentang
DBD akan mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang tentang bagaimana mencegah,
memberantas dan menghadapi masalah
DBD. Pengetahuan tentang DBD itu sendiri
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 109

dapat didapatkan dengan berbagai cara di isi oleh responden, di dapatkan paling
diantaranya melalui media elektronik banyak responden tidak bisa menjawab
seperti radio, televisi, internet, media cetak atau menjawab salah pada pernyataan no 9
seperti Koran, majalah, tabloid, liflet, atau tentang masalah pencegahan agar tidak
dengan cara bertanya langsung kepada terjadi gigitan oleh nyamuk Aedes Aegepty
petugas kesehatan atau tenaga kesehatan dengan menggunakan pencegahan pema-
setempat, dan lain-lain. kaian kelambu. Hal ini di sebabkan karena
menurut beberapa responden yang telah
Dari kuesioner yang telah di isi oleh
ditanya oleh peneliti, kebanyakan respon-
reponden, sebanyak 7,4% responden mem-
den berpendapat apabila ada pemakaian
punyai pengetahuan yang kurang, yaitu
kelambu di dalam rumah atau kamar-kamar,
dalam hal pengetahuan mengenai tempat-
maka kelambu tersebut akan menjadi
tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegepty
tempat hinggap atau istirahat bagi nyamuk
untuk beristirahat dan resiko terbesar yang
penular Demam Berdarah. Pendapat masya-
dapat terjadi apabila terkena Demam Ber-
rakat tesebut bertentangan dengan teori
darah. Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi
Kandun (2005) yang menyebutkan bahwa
oleh tingkat pendidikan, dimana pengeta-
pemakaian kelambu dapat mencegah dari
huan kesehatan akan berpengaruh kepada
gigitan Nyamuk Penyebab Demam Ber-
perilaku sebagai hasil jangka menengah
darah. Pengetahuan masyarakat akan hal
(intermediate impact) dari pendidikan
tersebut harus di ubah guna pencegahan
kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan
terjadinya kasus Demam Berdarah yang
akan berpengaruh pada meningkatnya
lebih banyak dengan cara memberikan
indikator kesehatan masyarakat sebagai
penyuluhan atau komunikasi edukasi dan
keluaran dari pendidikan. Pengetahuan juga
informasi kepada masyarakat, agar terjadi
dapat di pengaruhi oleh sosial ekonomi,
perubahan pola pikir tersebut diatas.
informasi, budaya atau agama dan penga-
laman. Lingkungan sosial akan mendukung B. Lingkungan di Desa Madegondo
tingginya pengetahuan seseorang, sedang- Kabupaten Sukoharjo
kan ekonomi, apabila seseorang mempunyai
ekonomi yang baik diharapkan akan mampu Dari hasil penelitian yang diperoleh,
memenuhi kebutuhan gizi yang baik pula gambaran lingkungan di Desa Madegondo
sehingga dapat meningkatkan daya tahan Kabupaten Sukoharjo, sebagian besar ling-
tubuh yang tidak mudah terserang penyakit, kungannya tidak menyebabkan terjadinya
disamping itu dengan ekonomi yang tinggi DBD, yaitu sebesar 67,0% dari 94 responden.
diharapkan masyarakat dapat meraih pen- Lingkungan disini, yang erat kaitannya
didikan yang tinggi, sehingga tingkat penge- dengan DBD (Demam Berdarah Dengue)
tahuan akan tinggi pula. adalah tempat penampungan air, keadaan
sekitar rumah meliputi banyaknya tanaman
Pengetahuan atau kognitif merupakan hias, kaleng-kaleng bekas yang tidak diber-
domain yang sangat penting untuk terben- sihkan secara berkala, kelembaban ruangan
tuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, dan ventilasi yang kurang, kebiasaan meng-
2003). Pengetahuan merupakan respons gantung pakaian yang sudah dipakai, serta
seseorang terhadap stimulus atau rang- selokan yang tidak mengalir dan tidak
sangan yang masih bersifat terselubung, dibersihkan secara teratur. Dari kuesioner
atau tindakan nyata seseorang yang belum yang dibagikan kepada responden, sebanyak
terwujud (overt behavior). 33% responden menyatakan ada lingkungan
Dari keseluruhan kuesioner tingkat yang dapat memnyebabkan Demam Ber-
pengetahuan yang telah di berikan dan telah darah. Adapun lingkungan yang dapat
110 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

menyebabkan Demam Berdarah tersebut dengan kejadian DBD (Demam Berdarah


antara lain kebiasaan masyarakat meng- Dengue) di Desa Madegondo Kabupaten
gantung pakaian yang sudah di pakai, ba- Sukoharjo.
nyaknya selokan dan kaleng-kaleng bekas
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengeta-
yang tidak dibersihkan secara teratur dan
huan merupakan hasil proses keinginan
adanya tempat penampungan air yang tidak
untuk mengerti, dan ini terjadi setelah
di kuras secara berkala.
seseorang melakukan penginderaan ter-
Menurut Satari dan Meiliasari, (2004) utama indera pendengaran dan pengeli-
menunjukkan bahwa kondisi tempat penam- hatan terhadap obyek tertentu yang me-
pungan air yang tidak di bersihkan secara narik perhatian terhadap suatu objek.
berkala dapat memberikan kesempatan
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa
pada nyamuk untuk hidup dan berkembang-
masyarakat di Desa Madegondo Kabupaten
biak. Hal ini dikarenakan tempat penam-
Sukoharjo, sudah mempunyai pengetahuan
pungan air masyarakat Indonesia umumnya
yang baik tentang penyakit Demam Berdarah
lembab, kurang sinar matahari dan sanitasi
baik gejala, cara penularan, pencegahan dan
atau kebersihannya yang tidak terjaga
cara pemberantasannya. Diharapkan dari
karena pengetahuan masyarakat yang
pengetahuan yang dimiliki tersebut, masya-
kurang dalan pencegahan lingkungan pe-
rakat dapat menerapkan dan menjalankan
nyebab Demam Berdarah.
dalam perilaku sehari-hari.
C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Walaupun sebagian responden sudah
Dengan Kejadian DBD (Demam mempunyai pengetahuan yang cukup,
Berdarah Dengue) di Desa Madegondo tetapi masih ada 7,4% responden yang
Kabupaten Sukoharjo mempunyai pengetahuan yang kurang
Berdasarkan penelitian terhadap 94 mengenai Demam Berdarah Dengue. Hal ini
warga Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo disebabkan karena sebagian masyarakat
tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan sedah merasa cukup dengan pengetahuan
dengan Kejadian DBD (Demam Berdarah yang dipunyai dan tidak mau mencari infor-
Dengue) diperoleh data sebagai berikut: masi baik melalui bertanya dengan tenaga
kesehatan atau sumber yang lain.
Sebagian besar warga Desa Madegondo
Kabupaten Sukoharjo yang menderita DBD Hal ini sesuai dengan penelitian Florida
dengan tingkat pengetahuan sedang seba- (2008), tentang hubungan antara tingkat
nyak 4 responden (6,7%), tingkat pengeta- pengetahuan kepala keluarga dengan keja-
huan kurang 3 responden (42,9%), dan dian Demam Berdarah Dengue di Desa
tingkat pengetahuan tinggi 1 responden Gondang Tani Kabupaten Sragen dengan
(3,7%). Sedangkan yang tidak menderita DBD hasil penelitian ada hubungan antara ting-
dengan tingkat pengetahuan sedang seba- kat pengetahuan kepala keluarga dengan
nyak 56 responden (93,3%), dengan tingkat kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa
pengetahuan tinggi 26 responden (96,3%) Gondang Tani Kabupaten Sragen.
dan tingkat pengetahuan kurang 4 res- Tingkat pengetahuan pada masyarakat
ponden (57,1%). terbentuk dan di pengaruhi beberapa hal,
Berdasarkan pearson chi-square, di- diantaranya pendidikan ,budaya, sosial
dapatkan nilai 11,669 > 5,99 (chi-square tabel ekonomi, informasi dan pengalaman. Me-
dengan df 2), dan p value (0,003) dibawah nurut penelitian yang dilakukan oleh Rogers
0,05. sehingga diambil kesimpulan ada (2002), tingkat pengetahuan mencakup 6
hubungan antara tingkat pengetahuan tingkatan, yaitu tahu, memahami,
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 111

mengaplikasi, menganalisis, sintesis, evaluasi. terhadap kejadian Demam Berdarah. Seba-


Setelah terjadi proses diatas yang didasari nyak 33% responden di Desa Madegondo
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap menyatakan ada lingkungan yang dapat
yang positif, maka perilaku tersebutakan menyebabkan kejadian DBD, antara lain
berlangsung lama. Sebaliknya, apabila banyaknya masyarakat yang mempunyai
perilaku tersebut tidak didasari dengan kebiasaan menggantung pakaian yang habis
pengetahuan, maka kesadaran tidak akan dipakai, tidak teraturnya pengurasan tem-
berlangsung lama. Pengetahuan seseorang pat penampungan air dan banyaknya se-
dipengaruhi tingkat kematangan perkem- lokan dan kaleng-kaleng bekas yang tidak
bangan yang di proses melalui motivasi dari dibersihkan secara berkala. Hal ini erat
dalam dalam dirinya sesuai dengan penga- kaitanya dengan perilaku masyarakat yang
laman yang telah dilaluinya. masih kurang dalam menjaga kebersihan
lingkungan, terutama yang berhubungan
D. Hubungan Lingkungan Dengan Kejadian dengan kejadian DBD. Dalam merubah
DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa prilaku seseorang memang sangat sulit.
Madegondo Kabupaten Sukoharjo Perilaku dibentuk oleh keboasaan yang
Berdasarkan penelitian terhadap 94 dipengaruhi oleh adat (budaya), tatanan
warga Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo norma yang berlaku di masyarakat (sosial),
tentang Hubungan Lingkungan dengan dan kepercayaan (agama). Dan perilaku
Kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba (
diperoleh data sebagai berikut: PERINASIA, 2004). Dan menurut
Notoatmodjo, 2003 domain perilaku sendiri
Sebagian besar lingkungan di Desa
ada 3 yaitu pengetahuan, sikap dan praktek
Madegondo Kabupaten Sukoharjo, tidak ada
atau tindakan.
lingkungan yang menjadi penyebab DBD
dengan responden yang tidak menderita Hal ini sesuai dengan penelitian
sebanyak 62 (98,4%) dan yang menderita Widayana (2008) di Pacitan, tentang faktor-
DBD sebanyak 1 responden (1,6%), sedang- faktor yang mempengaruhi kejadian DBD
kan lingkungan yang dapat menyebabkan antara lain:
DBD ada 24 responden (77,4%) yang tidak
1. Kebiasaan menggantung pakaian
menderita dan ada 7 responden (11,7%)
yang menderita. 2. Siklus pengurasan tempat penampungan
air >1 minggu sekali
Berdasarkan pearson chi-square, di-
dapatkan nilai 11,760 > 5,99 (chi-square tabel 3. Tempat penampungan air yang berjentik
dengan df 2), dan p value (0,001) dibawah dan halaman yang tidak bersih
0,05. sehingga diambil kesimpulan ada Perilaku seperti kebiasaan menggantung
hubungan antara lingkungan dengan keja- pakaian pada masyarakat umumnya sulit
dian DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa untuk diubah. Untuk merubah perilaku
Madegondo Kabupaten Sukoharjo. seseorang agar menjaga kebersihan ling-
Lingkungan adalah tempat dimana suatu kunganya harus melalui penegetahuan dan
makhluk hidup itu tumbuh dimana meliputi sikap. Pada penelitian ini didapatkan tingkat
unsur unsur penting seperti tanah air dan pengetahuan yang sudah cukup baik se-
udara, lingkungan sendiri memiliki arti penting hingga diharapkan dengan pengetahuan
dalam kehidupan setiap makhluk hidup. yang dimiliki, masyarakat dapat menerapkan
perilaku guna menjaga kebersihan ling-
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
kungan sekitar supaya tidak menjadi tempat
faktor lingkungan mempunyai pengaruh
yang dapat menyebabkan Demam Berdarah.
112 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Menurut Yatim (2007), nyamuk lebih dibawah 0,05. sehingga diambil kesim-
menyukai benda-benda yang tergantung pulan ada hubungan antara lingkungan
didalam rumah, seperti gorden, kelambu dengan kejadian DBD (Demam Berdarah
dan baju atau pakaian. Maka dari itu pakaian Dengue) di Desa Madegondo Kabupaten
yang tergantung sebaiknya dilipat dan Sukoharjo.
disimpan dalam almari, karena nyamuk
Aedes Aegepty senang hinggap dan ber- B. Saran
istirahat ditempat-tempat gelap dan kain 1. Bagi Masyarakat
yang tergantung untuk beristirahat, sehingga
Dianjurkan kepada masyarakat supaya
nyamuk berpotensi untuk menggigit manusia.
lebih banyak mencari sumber informasi
KESIMPULAN DAN SARAN atau menambah pengetahuan khususnya
tentang DBD (Demam Berdarah Dengue)
Kesimpulan yang diadakan oleh tenaga kesehatan
1. Tingkat pengetahuan tentang DBD di atau puskesmas.
Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo 2. Bagi Istitusi Pendidikan
sebagian besar mempunyai tingkat
Menambah literatur tentang DBD
pengetahuan sedang sebesar 60 res-
(Demam Berdarah Dengue) sebagai
ponden (63,8%), tingkat pengetahuan
bahan studi bagi mahasiswa dalam
tinggi sebesar (28,7%), dan tingkat pe-
melakukan pendidikan kesehatan
ngetahuan rendah sebesar (7,4%).
kepada masyarakat.
2. Lingkungan di Desa Madegondo Kabu-
3. Bagi Peneliti
paten Sukoharjo sebagian besar tidak ada
lingkungan yang menyebabkan DBD Bagi peneliti diharapkan penelitian ini
berjumlah 63 responden (67,0%), se- bisa dijadikan referensi dan pengetahuan
dangkan lingkungan yang dapat menye- untuk dapat diterapkan dalam penelitian
babkab Demam Berdarah sebesar lain dan dalam pelayanan di lahan kepada
(33,3%). masyarakat.

3. Kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) DAFTAR PUSTAKA


di Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo
Alimul, A .2002. Riset keperawatan dan teknik
sebagian besar tidak menderita ber-
penelitian ilmiah. Surabaya:
jumlah 86 responden (91,5%), sedangkan
salemba Medika.
yang menderita sebanyak 8 responden
(8,5%). Anwar, Rengganis. dkk . 2007. Bunga Rampai
4. Berdasarkan pearson chi-square, di- Masalah Kesehatan Dari Dalam
dapatkan nilai x hasil 11,669 > 5,99 (chi- Kandungan Sampai Lanjut
square tabel dengan df 2), dan p value Usia.Jakarta: Balai Penertbit
(0,003) dibawah 0,05. sehingga diambil Fakultas Kedokteran UI.
kesimpulan ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kejadian DBD Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
(Demam Berdarah Dengue) di Desa Pendekatan Praktik. Jakarta:
Madegondo Kabupaten Sukoharjo. RINEKA CIPTA

5. Berdasarkan pearson chi-square, Arsin AA dan Wahiduddin. 2004. Faktor-faktor


didapatkan nilai 11,760 > 5,99 (chi-square yang Berpengaruh Terhadap
tabel dengan df 2), dan p value (0,001) Kejadian Demam Berdarah
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 113

Dengue Di Kota Makasar. Jurnal Tahun 2004. Diakses : 8 Oktober


Kedokteran 2008.

Azwar, S. (2005). Sikap manusia, teori, dan Iqbal H. 2008. Analisa Data Penelitian Dengan
pengukurannya. Yogyakarta: Statistik. Jakarta: Bumi A
Pustaka Pelajar.
Kandun I. (ed.). 2000. Manual Pemberantasan
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis. Jakarta: Penyakit Menular. Jakarta:
Depkes RI Dirjen P2M dan P2L. Infomedika.

Depkes RI.2000. Petunjuk Teknis Standar Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. Kajian
Pelayanan Minimal Bidang Masalah Kesehatan Demam
Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Berdarah Dengue. Diakses: 8
Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M dan September 2008. http://
P2L. www.litbang.depkes.go.id.

Depkes RI, 2005. Pencegahan dan Misnadiarly . 2009. Demam Berdarah Dengue
Pemberantasan Demam Berdarah (DBD) .Jakarta. Pustaka Populer
Dengue Di Indonesia. Jakarta: Obor
Depkes RI.
Murti B. 1997. Prisip dan Metode Riset
Djunaedi D. 2006. Demam Berdarah [Dengue Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
DBD] Epidemiologi, Imunopatologi, Mada University Press.
Patogenesis, Diagnosis dan
Penatalaksanaannya. Malang: Nadezul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan
UMM Press. Demam Berdarah. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas
Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005. Peran Faktor
Lingkungan dan Perilaku terhadap Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan
Penularan Demam Berdarah Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Dengue di Kota Mataram. Jurnal Jakarta: Rineka Cipta.
Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No.
Notoatmodjo, S .2005. Metodologi penelitian
1. Juli 2005: 1-10.
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadinegoro S., Soegijanto S., Wuryadi S., Seroso
Santoso G. 2005. Fundamental Metode
T. 2001. Tatalaksana Demam
Penelitian Kuantitatif dan
Berdarah Dengue Di Indonesia.
Kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Jakarta: Depkes RI.
Soegijanto S.2003. Demam Berdarah Dengue.
Hadinegoro dan Satari. 2001. Demam Berdarah
Surabaya. Airlangga University
Dengue Naskah Lengkap Pelatihan
Press.
bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sugiyono . 2007. Statistika untuk Penelitian.
dalam Tatalaksana Kasus DBD. Bandung: ALFABETA
Jakarta: FK UI.
Sumekar DW. 2007. Faktor-Faktor yang
Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit- Berhubungan dengan Keberadaan
Penyakit Yang diTularkan Oleh Jentik Nyamuk Aedes di Kelurahan
Nyamuk Di Propinsi Jawa Timur
114 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

RajaBasa. Seminar Hasil Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Penelitian dan Pengabdian kepada Indonesia saat ini. Salatiga:
Masyarakat. Unila. Perpustakaan B2P2VRP.

Satari HI dan Meiliasari M. 2004. Demam Widyastuti P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu
Berdarah. Jakarta: Puspa Swara. Pengantar, edisi 2. Jakarta: EGC.

Sutaryo. 2005. Dengue. Yogyakarta: Medika FK Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam Penyakit
UGM. Menular dan Cara
Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta:
Suroso T dan Umar AI. Tanpa Tahun. Epidemiologi Pustaka Obor Populer.
dan Penanggulangan Penyakit
EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH
MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES
DAUN KEMBANG SEPATU PADA ANAK DEMAM DI RUANG
CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH
Ike Rahayuningsih1 Sodikin2 Mustiah Yulistiani3

ABSTRACT

Background: Fever is one of the main complaint that often to be told by parents when they
bring their children to doctor or other medical centers. Some times, parent fares “fever
phobia” so they make a body temperature checking to their children and give medicine for
decreasing body temperature in every couple hours.
Objective: Based on some research, the trial to decrease the body temperature can be
implemented by body compressing method (warm water compress and hibiscus rosa sinensis
compress).
Methods: The aim of research is to find out the effectiveres of compressing method both
with warm water and hibiscus rosa sinensis compress. The research is a type of experimental
quation with the t- paried test (in pairs). Whit the accidental sampling chosen to choose the
sampling. This research also involves.
Results: The result of the research is that from two variables (warm water compress and
hibiscus rosa sinensis compress) shows difference influence to the decreasing of body
temperature of the children while hibiscus rosa sinensis compress only decreasing for about
0,24 0C in average the warm water compress decreasing until 0,550C in average (p<0,05). The
treatment of giving both warm water and hibiscus rosa sinensis compress are very effective in
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata hospital Purbalingga.
Key words : Fever, Warm Water Compress and Hibiscus Rosa Sinensis Compress

PENDAHULUAN pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang


dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
Visi Departemen Kesehatan yaitu masya- berkesinambungan dan diselenggarakan ber-
rakat yang mandiri untuk hidup sehat dan untuk sama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan
bagi masyarakat, maka diselenggarakan upaya harus dilakukan secara integral oleh seluruh
kesehatan dengan pemeliharaan peningkatan komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit maupun masyarakat. Masyarakat harus ber-
(preventif), pencegahan penyakit (kuratif) dan peran aktif dalam mengupayakan kesehatannya

1
Program Studi Keperawatan S1 FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Staf Akademik Bagian Keperawatan Anak FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
3
Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

115
116 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobati kompres dengan air suam-suam kuku atau air
dirinya sendiri dikenal dengan istilah swa- hangat.4 Selain kompres hangat cara lain adalah
medikasi. Swamedikasi ini menjadi alternative dengan memanfaatkan tanaman (obat tra-
yang diambil masyarakat untuk meningkatkan disional) mudah di dapat contohnya tempel.
keterjangkauan pengobatan. Swamedikasi Kata tempel biasa di gunakan di kalangan orang
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan- Jawa. Berasal dari kata “tempel” yang berarti
keluhan dan penyakit ringan yang banyak lekat, karena ramuan tradisional tersebut
dialami masyarakat, seperti demam.1 ditempelkan atau dibalurkan di atas kulit.5
Demam merupakan salah satu keluhan Salah satunya pengobatan secara tradisional
utama yang sering disampaikan oleh orang tua dengan menggunakan daun kembang sepatu.
pada saat membawa anaknya pergi ke tenaga Daun kembang sepatu memiliki beberapa
kesehatan atau ke tempat pelayanan ke- macam kandungan yang bermanfaat untuk
sehatan. Berbagai macam penyakit memang menurunkan suhu tubuh pada anak saat de-
dimulai dengan manifestasi demam, terutama mam. 6 Prevalensi demam di RSUD dr. R.
penyakit infeksi pada umumnya, dehidrasi, Goeteng Taroenadibrata Purbalingga khususnya
gangguan pusat pengatur panas, keracunan di Cempaka (ruang anak) sebanyak 223 kasus
oleh obat, proses imun, dan sebagainya. dari bulan November sampai Desember 2010.
Umumnya demam tidak berbahaya tetapi Tindakan yang dilakukan selama ini dalam
demam tinggi dapat membahayakan anak. menurunkan demam pada anak lebih meng-
Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan utamakan penggunan antipiretik tanpa mem-
bahwa 95% ibu merasa khawatir bila anaknya perhatikan perbedaan suhu pada saat anak
demam. 2 demam.
Sikap orang tua inilah yang sering ber-
lebihan menghadapi demam pada anak. Pada BAHAN DAN CARA PENELITIAN
tahun 1980, Schmitt menciptakan istilah fobia Penelitian ini, menggunakan metode quasi
demam untuk mendefinisikan ketakutan dan eksperimen yaitu, rancangan penelitian epide-
kehawatiran yang berlebihan pada saat anaknya miologi yang bukan merupakan eksperimen
demam. Orang tua biasanya akan memberikan murni dan bisa disebut juga dengan nama
obat penurun panas yang berbahan dasar kimia penelitian semu. Rancangan eksperimen semu
seperti golongan parasetamol, asam salisilat, ini dengan menggunakan jenis rancangan pre
ibuprofen dan aspirin, untuk menurunkan suhu test dan post test group desain (pengukuran
tubuh anaknya.3 dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan).7
Banyak dari orang tua yang langsung mem- Populasi dalam penelitian ini adalah semua
berikan obat penurun panas saat anak mereka anak yang berada di ruang Cempaka RSUD dr. R.
demam. Hal ini kemungkinan disebabkan Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Sampel
karena kemudahan dalam mencari obat pe- yang diikutkan dalam penelitian ini adalah anak
nurunan panas, atau mereka berpikir lebih dengan demam. Besarnya sampel pada pene-
praktis bila dibandingkan dengan cara-cara yang litian ini sebanyak 50 responden yang kemudian
lain. Seperti memberikan kompres hangat atau dibagi menjadi dua kelompok perlakuan 25
memanfaatkan cara-cara lain yang lebih aman pertama mendapatkan perlakuan kompres air
tanpa menimbulkan bahaya kelebihan dosis hangat sedangkan 25 kedua diberikan kompres
obat. daun kembang sepatu.
Orang tua jarang sekali langsung teringat Variabel independen dalam penelitian ini
menggunakan kompres dan obat-obatan tra- adalah kompres air hangat dan kompres daun
disional. Kompres yang di gunakan adalah kembang sepatu. Sedangkan variabel dependen
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 117

dalam penelitian ini adalah penurunan suhu


tubuh anak yang mengalami demam. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikum-
pulkan secara langsung pada saat penelitian
berlangsung. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber lain selain penurunan
suhu responden. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi yaitu untuk mencatat hasil pengu-
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari
kuran suhu tubuh sebelum dan sesudah per-
50 responden berjenis kelamin laki-laki
lakuan.
sebanyak 23 (46%) sedangkan perempuan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 (54%). Bila dilihat berdasarkan kelompok
usia maka ada lima kelompok yaitu bayi (0
Lokasi penelitian di ruang Cempaka RSUD dr.
sampai dengan 1 tahun) yaitu 14 (28%),
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Jawa
toddler 23 (46%), pra sekolah 5 (10%), usia
Tengah. Pemilihan kasus demam dilakukan
sekolah 6 (12%), dan remaja usia 11-18
dengan mempertimbangkan tingginya
tahun 2 (4%). Ada empat diagnosa penyakit
prevalensi kejadian demam di ruang Cempaka.
yang sering disertai gejala demam yaitu OF
1. Karakteristik responden atau Obeservasi Febris 18 (36%), GEA
Responden dalam penelitian ini adalah (Gastrointestinal Akut) 11 (22%), DCA (Diare
anak berusia >7 hari sampai 14 tahun dirawat Cair Akut) 19 (38%), sedangkan FT (Febris
di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Typoid) 2 (4%).
Taroenadibrata Purbalingga Jawa Tengah. 2. Efektivitas kompres air hangat dan kompres
Penelitian ini merupakan penelitian quasi daun kembang sepatu
eksperimen dengan menggunakan ran-
Untuk mengetahui perbedaan suhu tubuh
cangan pre test dan post test group desain.
pada anak demam sebelum dan sesudah
Penelitian untuk mengetahui pengaruh
dilakukan kompres air hangat dapat dilihat
penurunan suhu tubuh sebelum dan se-
hasil uji t-paried dibawah ini.
sudah dilakukan kompres air hangat serta
kompres daun kembang sepatu. Hasil Tabel 2. Distribusi statistic rata-rata penurunan
suhu tubuh
univariat tentang karakteristik responden
terdiri dari jenis kelamin, umur dan diag-
nose medik. Hal ini dapat dicermati dari
tabel 1.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-


rata suhu tubuh sebelum diberikan per-
lakuan kompres air hangat 37,830C setelah
diberikan perlakuan menjadi 37,270C atau
118 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

dapat diartikan ada selisih sebesar 0,560C. kompres air hangat, dilakukan dengan cara
Berdasarkan perhitungan dengan meng- melakukan kompres air hangat ke seluruh tubuh
gunakan uji t-paired diperoleh t hitung anak. Panas dari air tersebut merangsang
16,626 (p-value 0,0001). Rata-rata suhu vasodilatasi yang akan mempercepat evaporasi
tubuh sebelum diberi perlakuan kompres serta konduksi, pada akhirnya dapat menurun-
daun kembang sepatu 37,690C. Penurunan kan suhu tubuh.12
suhu tubuh sesudah perlakuan sebesar
Selain menggunakan kompres air hangat,
37,45 0 C dengan selisih sebesar 0,24 0 C.
cara lain merupakan teknik tradisional dengan
Setelah dilakukan perhitungan mengguna-
menggunakan kompres daun kembang sepatu.
kan uji t-paired diperoleh t hitung 16,171
Daun kembang sepatu yang merupakan bagian
dan (p= 0,0001). Berdasarkan hasil pene-
dari tanaman hias dan apotek hidup. Pengo-
litian secara statistik dapat disimpulkan
batan tradisonal herbalis adalah suatu ilmu dan
bahwa kompres air hangat lebih efektif
seni mengatasi berbagai penyakit dengan
dalam menurunkan suhu tubuh dibanding-
menggunakan tumbuhan berkhasiat yang tidak
kan kompres daun kembang sepatu.
menimbulkan efek negatif.
PEMBAHASAN Tehnik pengobatan tradisional dengan cara
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa memanfaatkan semua bahan yang dapat di-
responden terbanyak berjenis kelamin perem- gunakan. Bahan-bahan tersebut dapat berasal
puan 27 (54%). Sedangkan bila dilihat dari usia dari bahan yang biasa digunakan di dapur
toddler berjumlah lebih banyak 23 (46%). Secara keluarga ataupun tumbuhan-tumbuhan. Ba-
fisik dan psikis usia toddler, merupakan usia nyak jenis tumbuh-tumbuhan tersebut yang
rentan terhadap serangan berbagai penyakit tumbuh disekitar tempat tinggal, seperti
yang menimbulkan masalah dan dapat mem- dihalaman, dipinggir jalan dan di kebun.13
pengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kese- Kembang sepatu yang memiliki kandungan
hatan anak tidak ditangani secara baik .8 flavonoida, saponin, dan polifenol. Flavonoida
Diare cair akut (DCA) merupakan diagnosa mempunyai kandungan enzim siklooksigenase
medik yang paling banyak ditemukan 19 (38%). pada biosintesis prostaglandin sehingga mem-
DCA mungkin disertai gejala klinis berupa punyai efek antipiretik. Saponin mempunyai
demam infeksi, dan juga demam fisiologis. 9 manfaat sebagai antivirus, antifungi dan
Demam infeksi ini terjadi akibat adanya virus antialergenik. Polifenol sendiri mempunyai
dan juga bakteri. DCA di akibatkan oleh bakteri manfaat antioksidan dan anti mikroba.
Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio Kompres daun kembang sepatu dilakukan
cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang dengan menggunakan daun kembang sepatu
jumlahnya berlebihan. DCA dikatakan demam yang dicampur dengan VCO atauVirgin Coconut
fisiologis karena DCA pada balita menyebabkan Oil.6a Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap
kehilangan garam (natrium) dan air secara bersih, panaskan sebentar di atas api agar
cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika lemas. Remas-remas sehingga lemas, olesi
air dan garam tidak digantikan secara cepat, dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut
tubuh akan mengalami dehidrasi.10 dan kepala. Dari hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian menunjukan bahwa kom- bahwa adanya penurunan suhu pada anak
pres air hangat efektif dalam menurunkan suhu dengan demam (p value 0,0001).
tubuh pada anak demam (p-value 0,0001). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
Kompres air hangat merupakan salah satu cara baik kompres air hangat ataupun kompres
(metode) fisik untuk menurunkan suhu tubuh dengan daun kembang sepatu sama-sama
yang bersifat non farmakoterapi. 11 Tehnik efektif dalam menurunkan demam, dengan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 119

hasil yang berbeda-beda. Penurunan suhu KEPUSTAKAAN


tubuh dengan kompres air hangat sebesar 1. Muchid, A., dkk. (2008). Kompendia obat
0,56 0C, sedangkan kompres daun kembang bebas. Jakarta : Departemen
sepatu 0,240C. Hal ini dapat diartikan bahwa Kesehatan RI.
secara statistik kompres dengan air hangat lebih
efektif bila dibandingkan dengan kompres daun 2. Purwoko, Djauhar I., & Soetaryo. (2003).
kembang sepatu dalam menurunkan suhu Demam pada anak: perabaan kulit,
tubuh pada anak demam. pemahaman dan tindakan ibu.
Berkala Ilmu Kedokteran. 35 (2).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui 3. Walsh, A., Edwards & Frase, J. (2008).
bahwa dari dua variabel yaitu kompres air Attitudes and subjective norms:
hangat (penurunan 0,560C; p-value =0,0001), dan determinants of parents’
kompres daun kembang sepatu (penurunan intenttions to reduce childhood
0,240C; p-value =0,0001) secara umum kedua fever with medications. Health
jenis kompres efektif untuk menurunkan suhu Education Research. pp 1-15.
tubuh pada anak dengan demam. Tetapi
4. Rudianto, S. (2010). Demam Pada Anak.
kompres air hangat lebih efektif untuk menu-
Jakarta : Gramedia.
runkan suhu tubuh dibandingkan kompres daun
kembang sepatu. 5. Hari. (2011). Beberapa tanaman yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian ini pihak Rumah dijadikan pertolongan pertama
Sakit disarankan untuk menyusun suatu Standar jika anak sakit. Diakses pada
Operating Procedure (SOP) tentang cara pem- tanggal 16 Maret 2011 dari http://
berian kompres air hangat untuk anak demam, artikelkesehatan.onsugar.com/
sebelum diberikan antipiretik dan adanya search/hari%27s?page=48.
termometer kids untuk setiap anak yang
pertama dirawat di Rumah Sakit. Petugas 6. Departemen Kesehatan (DepKes). (2010).
kesehatan khususnya perawat agar dapat Kembang sepatu. Available: http:/
menjalankan perannya sebagai educator ter- /jurnal.dikti.go.id/warintek/
utama dalam hal tindakan kompres air hangat artikel/ttg_tanaman_obat/
pada anak dengan demam (>37,2 0 C) dan depkes/buku1/1-146.pdf. Diakses
mengajarkan keluarga tentang tata cara meng- pada tanggal 12 April 2011.
gunakan termometer.
7. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Kepada keluarga yang memiliki anak balita Penelitian Kesehatan. Jakarta :
diharapkan mempunyai termometer untuk Rineka Cipta.
mengukur suhu badan anak saat terjadi demam.
Bila anak mengalami demam dianjurkan untuk 8. Nasution, Z., S. (2003). Asuhan
melakukan kompres air hangat sebagai tin- keperawatan keluarga dengan
dakan preventif mengurangi kejadian kejang anak balita dan pra
demam. Pemberian obat harus dilakukan sesuai sekolah.Avai lable:http://
anjuran tenaga kesehatan. Bagi peneliti lain repository.usu.ac.id/bitstream/
dapat meneliti efektifitas kompres secara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 / 3 5 8 7/ 1 /
herbal dengan herbal. keperawatansiti%20zahara.pdf.
Diakses pada tanggal 22 Juli 2011.
120 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

9. Sodikin. (2011). Keperawataan anak 11. Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A. & Vohra,
gangguan sistem gastrointestinal S. (2009). Complementary, Holistic
dan hepatobilier. Salemba Medika. and Integrative Medicine : Fever.
Jakarta. Pediatrics in review vol.30 No.2. Doi
: 10.1543/pir.36-2-75.
10. Rahayu, U., S. (2011). Obat tradisional
pengusir demam pada anak. 12. Guyton, A., C. & Hall J., E. (2008). Buku ajar
Available: http:// fisiologi kedokteran Edisi 11.
nasional.kompas.com/read/2008/ Jakarta : EGC.
0 8 / 2 1 /0 9 3 0 3 7 4 0 /
obat.tradisional.pengusir.demam.anak. 13. Supriadi. (2001). Tumbuhan obat Indonesia:
Diakses pada tanggal 14 maret penggunaan dan khasiatnya.
2011. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG
IMUNISASI DAN PERILAKU IBU DALAM MENDAPATKAN
IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI POSYANDU CEMPAKA
I DUSUN 08 JANTEN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
TAHUN 2011
Fitria Melina1

ABSTRACT

Background: Toddlers and children have a higher risk of infectious disease that can be deadly,
such as: Diphtheria, Tetanus, Hepatitis B, typhoid, meningitis, pneumonia and many other
diseases. For it’s one of the best and prevention are vital to this risk group is protected
through immunization (Profile of Indonesia, 2009). Immunization is one of the forms of highly
effective medical interventions in order to reduce the IMR (Infant Mortality Rate). The purpose
of the immunization program is to reduce morbidity caused by diseases that can be prevented
by immunization with getting complete immunization in infants before the age of 1 year (DIY
Provincial Health Office, 2008).
The research objective: to know the relationship maternal knowledge immunization with
maternal behavior in getting basic immunization of children in Posyandu Cempaka I Dusun 08
Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul in 2011.
The research method: using analytical descriptive method with cross sectional approach.
Sampling using a purposive sample.
The results: The results showed a majority of respondents aged 20-35 years by 53 respondents
(88.3%), high school education by 33 respondents (55%), the majority of the work as the IRT
by 48 respondents (80%), had parity 2-3 by 33 respondents (55%) had a level of knowledge
was by 34 respondents (56.7%), have good behavior in getting basic immunization of 35
respondents (58.3%). There was a significant association of maternal knowledge about
immunization with maternal behavior in getting basic immunization. Indicated by the value
p value 0.003, There was a significant association of maternal knowledge about the behavior
of maternal immunization with BCG in immunized. Indicated by the value p value 0.015,
there was significant association with maternal knowledge about the behavior of maternal
immunization in the immunized DPT/HB3. Indicated by the value p value 0.003, there was no
association of maternal knowledge about the behavior of maternal immunization in the
immunized polio4. Indicated by the value p value 0.101, there was no association of maternal
knowledge about the behavior of maternal immunization in the immunized against measles.
Indicated by the value p value 0.101.
Conclusion: There was a significant association of maternal knowledge about immunization
with maternal behavior in getting basic immunization of children in Posyandu Cemapaka I
Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul in 2011.
Key words: Knowledge, attitudes, basic immunization

* Dosen D-3 Kebidanan STIKes Yogyakarta

121
PENDAHULUAN Program imunisasi telah dijalankan sejak
Menurut World Health Organization (WHO) lama di seluruh wilayah Indonesia dan telah
2005 proporsi kematian Balita di dunia sangat mencapai hasil yang cukup baik. Propinsi
tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
Balita per tahun dan 1,4 juta kematian Balita wilayah yang memiliki tingkat pencapaian
baru lahir pada bulan pertama di Asia Tenggara. kinerja dalam program imunisasi yang terbaik
Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang di Indonesia. Hampir seluruh desa (96,57%)
mempunyai sistem registrasi kelahiran yang yang ada di Propinsi Daerah Istimewa
baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat Yogyakarta (DIY) telah masuk dalam kategori
tentang jumlah kematian Balita baru lahir desa UCI yaitu suatu indikasi yang meng-
ataupun kematian Balita pada bulan pertama. gambarkan bahwa desa tersebut penduduknya
Dalam kenyataanya, penurunan angka kema- telah menjalankan imunisasi. Hasil penca-
tian Balita (AKABA) di setiap negara di Asia paian program imunisasi juga terlihat dari
Tenggara masih sangat lambat (Depkes, 2007). berbagai kasus penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi yang relatif kecil diban-
Balita dan anak-anak memiliki risiko yang dingkan dengan wilayah lain. Laporan
lebih tinggi terserang penyakit menular yang kabupaten / kota memperlihatkan bahwa pada
dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, tahun 2008 ditemukan satu kasus penyakit
Hepatitis B, Typhus, radang selaput otak, radang difteri di Kabupaten Gunungkidul. (Dinkes
paru-paru dan masih banyak penyakit lainnya. Propinsi DIY, 2008).
Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik
dan sangat vital agar kelompok berisiko ini Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
terlindungi adalah melalui imunisasi. (Profil Posyandu Cempaka I jumlah balita sebanyak
Indonesia, 2009) 148 balita yaitu 0-11 bulan sebanyak 23 balita,
12-35 sebanyak 64 balita dan 36-59 sebanyak 61
Universal Child Imunization (UCI) adalah balita, berdasarkan hasil wawancara yang
suatu kondisi dimana Balita yang ada di dalam dilakukan kepada 15 ibu hanya terdapat 2 ibu
suatu wilayah telah mendapatkan imunisasi (13,3%) yang bisa menjawab secara benar
dasar lengkap. Target Nasional tahun 2010 tentang imunisasi sehingga masih ada 13 ibu
sebesar 100%. Berdasarkan data Profil Kese- (86,6%) yang mempunyai pengetahuan tentang
hatan Kabupaten/Kota tahun 2007 sebesar imunisasi yang rendah. Dan terdapat 2 balita
87,21%, meningkat 5% dibanding tahun 2006. (13,3%) yang belum mendapatkan imunisasi
Akan tetapi hasil cakupan immunisasi Balita secara lengkap serta terdapat 4 balita (26,6%)
yang diimmunisasi lengkap mencapai 94.43%. yang mendapatkan imunisasi tidak sesuai
Imunisasi lengkap di masing-masing kabupaten dengan jadwal yang telah ditentukan dikarena-
melebihi 94% seperti terlihat pada gambar kan balita sedang sakit dan ibu khawatir
berikut. (Dinkes Propinsi DIY, 2008) terhadap efek samping yang timbul terhadap
pemberian imunisasi hal ini berkaitan dengan
perilaku ibu terhadap program imunisasi serta
kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi.
Berdasarkan hasil uraian diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian di Pos-
yandu Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo
Kasihan Bantul periode 2011 dengan judul
Hubungan antara Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi dan Perilaku Ibu Dalam Mendapatkan
Imunisasi Dasar Pada Balita.

122
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 123

BAHAN DAN CARA berada di wilayah kerja Posyandu Cempaka I


Jenis penelitia ini adalah deskriptif analitik. Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian sejumlah 60 orang. Karakteristik responden
yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
gambaran tentang suatu keadaan secara Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
obyektif, sedangkan analitik adalah penelitian Responden
yang mencoba menggali bagaimana dan me-
ngapa fenomena kesehatan itu terjadi. Meng-
gunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian di mana variabel-variabel diobser-
vasi sekaligus pada waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilaksanakan pada 08 Mei 2011
di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten
Ngestiharjo Kasihan Bantul. Teknik sampling
yang digunakan adalah Purposive Sample yaitu
cara pengambilan subyek bukan didasarkan
atas strata, random atau daerah tetapi didasar-
kan atas adanya tujuan tertentu. (Arikunto,
2006).
Variabel dalam penelitian ini menggunakan
skala pengukuran ordinal untuk variabel bebas
dan skala ordinal untuk variabel terikat. Penge-
Sumber: Data Primer 2011
tahuan ibu diukur dengan kuisioner berupa
pertanyaan tertutup sebanyak 40 item. Perilaku
ibu diukur dengan menggunakan rekap data Berdasarkan tabel 1. Mayoritas responden
yang dibuat oleh peneliti, rekap kolom data berumur 20-35 tahun sebanyak 53 responden
digunakan untuk mengambil data imunisasi dari (88,3%), dari kelompok pendidikan yang
buku KMS atau kartu menuju sehat. tebanyak yaitu SLTA sebanyak 33 responden
Dalam proses pengolahan data terdapat (55%), dari kelompok pekerjaan yang terbanyak
langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu: yaitu IRT sebanyak 48 responden (80%), dan
editing, coding, scoring dan tabulating. Kemu- kelompok paritas yang terbanyak adalah paritas
dian dilanjutkan dengan analisa univariat dan 2-3 sebanyak 33 responden (55%).
bivariat yang menggunakan rumus Kendall Tau.
2. Hasil Analisis Data
HASIL
a. Analisis Univariat
Hasil yang diperoleh dari penelitian hu-
1) Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
bungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
Imunisasi.
dengan perilaku ibu dalam mendapatkan
imunisasi dasar di Posyandu Cemapaka I Dusun Tabel 2. Responden menurut tingkat pengetahuan
08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun
2011 adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini adalah ibu yang
memiliki balita yang berumur 9-36 bulan yang Sumber: Data Primer 2011
124 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Tabel di atas menunjukkan sebagian 4) Perilaku ibu dalam mendapatkan


besar responden yaitu sebanyak 34 imunisasi DPT/HB3
responden (56,7%) mempunyai penge- Tabel 5. Responden menurut perilaku dalam
tahuan sedang. mendapatkan imunisasi

2) Perilaku ibu dalam mendapatkan


imunisasi dasar.
Tabel 3. Responden menurut perilaku dalam
mendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011.


Tabel diatas menunjukkan sebagian besar
responden yaitu sebanyak 35 responden
Sumber: Data primer 2011 (58,3%) mempunyai perilaku baik dalam
mendapatkan imunisasi DPT/HB3.
5) Perilaku ibu dalam mendapatkan
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar
imunisasi polio4
responden yaitu sebanyak 35 responden
(58,3%) mempunyai perilaku baik dalam Tabel 6. Responden menurut perilaku dalam
mendapatkan imunisasi polio4
mendapatkan imunisasi dasar.
3) Perilaku ibu dalam mendapatkan
imunisasi BCG
Tabel 4. Responden menurut perilaku dalam
mendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011


Tabel diatas menunjukkan sebagian besar
responden yaitu sebanyak 43 responden
(71,7%) mempunyai perilaku baik dalam
mendapatkan imunisasi polio4.
Sumber: Data primer 2011
6) Perilaku ibu dalam mendapatkan
imunisasi campak
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar
responden yaitu sebanyak 55 responden Tabel 7. Responden menurut perilaku dalam
mendapatkan imunisasi
(91,7%) mempunyai perilaku baik dalam
mendapatkan imunisasi BCG.

Sumber: Data primer 2011


Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 125

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar Tabel 9. Hubungan pengetahuan ibu tentang
imunisasi dengan perilaku ibu dalam
responden yaitu sebanyak 43 responden
mendapatkan BCG.
(71,7%) mempunyai perilaku baik dalam
mendapatkan imunisasi campak.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menge-
tahui hubungan antara pengetahuan ibu
tentang imunisasi dengan perilaku ibu dalam
mendapatkan imunisasi dasar di Posyandu
Sumber : Data primer 2011
Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo
Kasihan Bantul dengan menggunakan uji Tabel 9 diatas menunjukkan responden
Kendall Tau. Dapat dilihat dari tabel 8 beriku: yang mempunyai pengetahuan tinggi de-
Tabel 8. Hubungan pengetahuan ibu tentang ngan perilaku baik sebanyak 16 responden
imunisasi dengan perilaku ibu dalam (100%), memiliki pengetahuan sedang
mendapatkan imunisasi dasar. dengan perilaku baik sebanyak 32 res-
ponden (94,1%), memiliki pengetahuan
rendah dengan perilaku baik sebanyak 7
responden (70%). Hasil pengolahan data
dengan menggunakan uji Kendal Tau me-
nunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar
0,302 dengan nilai signifikansi (p value)
sebesar 0,015. berdasarkan nilai p value <
Sumber : Data primer 2011 0,05 Hal ini berarti ada hubungan yang
signifikan pengetahuan ibu tentang imu-
Tabel 8. di atas menunjukkan responden
nisasi dengan perilaku ibu dalam mendapat-
yang mempunyai pengetahuan tinggi
kan imunisasi BCG.
dengan perilaku baik sebanyak 13 res-
ponden (81,3%). Memiliki pengetahuan Tabel 10. Hubungan pengetahuan ibu tentang
imunisasi dengan perilaku ibu dalam
sedang dengan perilaku baik sebanyak 20
mendapatkan DPT/HB3
responden (58,8%). Memiliki pengetahuan
rendah dengan perilaku cukup sebanyak 8
responden (80%). Hasil pengolahan data
dengan menggunakan uji Kendal Tau me-
nunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar
0,368 dengan nilai signifikansi (p value)
sebesar 0,003. berdasarkan nilai p value <
0,05 Hal ini berarti ada hubungan yang
Sumber : Data primer 2011
signifikan pengetahuan ibu tentang imu-
nisasi dengan perilaku ibu dalam mendapat- Tabel 10 diatas menunjukkan responden
kan imunisasi dasar. yang mempunyai pengetahuan tinggi
dengan perilaku baik sebanyak 13
responden (81,3%), memiliki pengetahuan
sedang dengan perilaku baik sebanyak 20
responden (58,8), dan yang memiliki penge-
tahuan rendah dengan perilaku cukup
sebanyak 8 responden (80%).
126 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Hasil pengolahan data dengan meng- Tabel 12 diatas menunjukkan responden


gunakan uji Kendal Tau menunjukkan nilai yang mempunyai pengetahuan tinggi
koefisien korelasi sebesar 0,368 dengan nilai dengan perilaku baik sebanyak 14
signifikansi (p value) sebesar 0,003. ber- responden (87,5%), memiiki pengetahuan
dasarkan nilai p value < 0,05 Hal ini berarti sedang dengan perilaku baik sebanyak 23
ada hubungan yang signifikan pengetahuan responden (67,6%), dan yang memiliki
ibu tentang imunisasi dengan perilaku ibu pengetahuan rendah dengan perilaku baik
dalam mendapatkan imunisasi DPT/HB3. sebanyak 6 responden (60%). Hasil pengo-
Tabel 11. Hubungan pengetahuan ibu tentang lahan data dengan menggunakan uji Kendal
imunisasi dengan perilaku ibu dalam Tau menunjukkan nilai koefisien korelasi
mendapatkan polio4 sebesar 0,204 dengan nilai signifikansi (p
value) sebesar 0,101. berdasarkan nilai p
value > 0,05 Hal ini berarti tidak ada hu-
bungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
dengan perilaku ibu dalam mendapatkan
imunisasi campak.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
Sumber : Data primer 2011
responden berada pada kelompok umur 20 –
Tabel 11 diatas menunjukkan responden 35 tahun sebanyak 53 responden (88,3%). Hal
yang mempunyai pengetahuan tinggi de- ini menjelaskan bahwa banyak ibu dalam usia
ngan perilaku baik sebanyak 14 responden muda/produktif yaitu antara 20–35 tahun.
(87,5%), memiiki pengetahuan sedang Pendidikan responden menunjukkan sebagian
dengan perilaku baik sebanyak 23 respon- besar memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu
den (67,6%), dan yang memiliki penge- sejumlah 33 responden (55%), dengan pen-
tahuan rendah dengan perilaku baik se- didikan ini mencerminkan bahwa para ibu
banyak 6 responden (60%). Hasil pengolahan memiliki bekal pendidikan yang baik dalam
data dengan menggunakan uji Kendal Tau mengimunisasikan bayinya. Responden se-
menunjukkan nilai koefisien korelasi se- bagian besar adalah IRT. Hal ini menggambarkan
besar 0,204 dengan nilai signifikansi (p value) bahwa para ibu memiliki waktu yang cukup
sebesar 0,101. berdasarkan nilai p value > banyak dalam memberikan perhatian kepada
0,05 Hal ini berarti tidak ada hubungan anaknya khususnya dalam hal mengimuni-
pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan sasikan anaknya.
perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi
polio4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa se-
bagian besar responden mempunyai tingkat
Tabel 12. Hubungan pengetahuan ibu tentang
imunisasi dengan perilaku ibu dalam
pengetahuan sedang sebanyak 34 responden
mendapatkan campak (56,7%). Faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang salah satunya pen-
didikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden paling banyak mempunyai tingkat
pendidikan SLTA yaitu sebanyak 33 orang (55%).
Tingkat pendidikan dalam kategori ini menjadi
faktor yang cukup berperan dalam pemben-
tukan tingkat pengetahuan karena akan mem-
pengaruhi kemampuan seseorang dalam me-
Sumber : Data primer 2011
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 127

nyerap sebuah informasi, sementara itu semuanya berperilaku cukup. Dari imunisasi
informasi juga merupakan salah satu faktor yang BCG, DPT/HB3, polio 4 dan campak, ibu yang
mempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuai memiliki pengetahuan rendah mampu ber-
dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) yang perilaku baik dikarenakan ibu berkomunikasi
menyatakan bahwa dengan memberikan infor- dengan baik kepada kader dan tenaga kese-
masi atau pesan-pesan kesehatan kepada hatan ibu memperioritaskan anaknya karena
masyarakat diharapkan msyarakat, kelompok, ibu mempunyai waktu yang banyak , hal ini
atau individu dapat memperoleh pengetahuan dipengaruhi juga dari pekerjaan ibu yang
tentang kesehatan yang lebih sebagian besar adalah IRT sebesar 48 respon-
den (80%). Ibu yang memiliki pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa res-
tinggi tetapi perilakunya kurang baik dalam
ponden yang berperilaku baik dalam men-
mendapatkan imunisasi hal ini dikarenakan ibu
dapatkan imunisasi dasar mencapai 35 respon-
sibuk dengan pekerjaan yang dilakukanya dan
den (58,3%). Responden yang berperilaku baik
juga ibu kurang memprioritaskan kesehatan
dalam mendapatkan imunisasi BCG sebesar 55
anaknya khususnya imunisasi. Hasil penelitian
responden atau (91,7%). Responden yang
ini sedikit berbeda dengan penelitian susanti
berperilaku baik dalam mendapatkan imunisasi
(2008) yang berjudul “ Hubungan Tingkat
DPT/HB3 sebesar 35 responden atau (58,3%).
Pengetahuan Ibu tentang Imnunisasi Polio
Responden yang berperilaku baik dalam
dengan Perilaku Ibu Terhadap Program Imu-
mendapatkan imunisasi polio 4 sebesar 43
nisasi IPV di Puskesmas Sewon I, Sewon
responden atau (71,3%). Responden yang
Bantul”. Hasil penelitian Susanti mengatakan
berperilaku baik dalam mendapatkan imunisasi
semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang
campak sebesar 43 responden atau (71,3%).
imunisasi polio maka semakin baik perilaku ibu
Keadaan ini salah satunya dipengaruhi oleh
terhadap program imunisasi IPV. Tidak adanya
faktor pendidikan dimana sebagian besar
hubungan dari hasil yang didapat karena
responden masuk dalam kategori pendidikan
pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang
tingkat SLTA 33 responden (55%), sehingga
dapat mempengaruhi perilaku ibu, akan tetapi
responden mampu mempertimbangkan mana
perilaku ibu dipengaruhi oleh banyak faktor
yang baik dan mana yang kurang baik untuk
seperti pendidikan, kepercayaan, sarana dan
dirinya sendiri termasuk kemampuan untuk
prasarana, sikap dan perilaku tokoh masyarakat
menimbang baik buruknya imunisasi sehingga
dan petugas kesehatan. . Jarak imunisasi polio
sampai pada pemikiran bahwa imunisasi akan
4 dan campak dengan imunisasi DPT/HB3 yang
memberikan dampak yang lebih baik bagi
relatif lama mengakibatkan ibu sering lalai
bayinya daripada tidak diimunisasi. Pengaruh
terhadap jadwal yang telah ditentukan oleh
tingkat pendidikan terhadap perilaku sese-
petugas kesehatan sehingga ibu datang untuk
orang sesuai dengan teori yang diungkapkan
mengimunisasikan anaknya tidak sesuai jadwal
oleh Lawrence Green (1980) cit Notoatmodjo
yang telah ditentukan.
(2007) yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang salah Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu
satunya yaitu predisposisi (predisposing fak- ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang
tors) yang meliputi tingkat pendidikan, lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak
ekonomi, sosial dan sikap masyarakat terhadap bekerja. Sehingga dalam mengimunisasikan
program kesehatan. anaknya ibu tidak memiliki waktu yang cukup
banyak hal ini merupakan salah satu faktor yang
Hasil penelitian menunjukkan tidak semua
mengakibatkan perilaku ibu yang tidak baik
ibu yang memiliki pengetahun tinggi akan
terhadap imunisasi. Hasil penelitian ini sesuai
berperilaku baik, begitupun sebaliknya ibu
dengan penelitian yang dilakukan Muhammad
yang memiliki pengetahuan rendah tidak
128 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Ali (2002) yang berjudul “pengetahuan, sikap perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi
dan perilaku ibu bekerja dan tidak bekerja campak ditunjukkan dengan nilai p-value
tentang imunisasi di PT. Olagafood Industri 0,101 dimana p-value > 0,05.
Medan”. Hasil penelitian Muhammad yaitu
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara
tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang
pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan
imunisasi antara ibu yang bekerja dengan ibu
perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi
yang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuan
dasar pada balita ditunjukkan dengan nilai
tentang imunisasi ini masih sangat kurang.
p-value 0,003 dimana p-value <0,05.
Begitupun, walau tanpa dasar pengetahuan
yang memadai ternyata di kalangan ibu tidak SARAN
bekerja sikap dan perilaku mereka tentang
1. Bagi Posyandu Cempaka I
imunisasi lebih baik dibanding ibu yang
bekerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan dan bahan pertimbangan
KESIMPULAN guna meningkatkan pengetahuan ibu ten-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di tang imunisasi misalnya dengan cara mem-
Posyandu cempaka I Dusun 08 Janten bagikan leaflet, memasang poster-poster
Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2011 dapat imunisasi di posyandu, dan kegiatan lain di
dibuat beberapa kesimpulan yaitu: masyarakat.

1. Responden di Posyandu Cempaka I Dusun 2. Bagi petugas kesehatan


08 Janten mayoritas mempunyai tingkat Agar selalu memberikan pendidikan kese-
pengetahuan sedang sebanyak 34 hatan tentang imunisasi pada masyarakat
responden (56,7%). khususnya ibu yang mempunyai bayi mi-
2. Reponden di Posyandu Cempaka I Dusun salnya melalui penyuluhan, konseling serta
08 Janten mayoritas mempunyai perilaku pendekatan pada masyarakat dan mela-
baik dalam mendapatkan imunisasi dasar kukan kunjungan rumah bila ada ibu yang
sebanyak 35 responden (58,3%). tidak mau mengimunisasikan bayinya.

3. Terdapat hubungan yang signiifikan antara 3. Bagi peneliti selanjutnya


pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mela-
perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi kukan penelitian dengan rancangan kohort
BCG ditunjukkan dengan nilai p-value 0,015 dan jumlah sampel yang banyak sehingga
dimana p-value < 0,05. hasil penelitian lebih valid. Penelitian
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara selanjutnya diharapakan untuk meneliti
pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan balita yang mendapatkan imunisasi campak
perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi dengan umur > 9 bulan dilihat 1 tahun
DPT/HB3 ditunjukkan dengan nilai p-value kedepan apakah mengalami campak atau
0,003 dimana p-value <0,05. tidak

5. T idak terdapat hubungan antara DAFTAR PUSTAKA


pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan
Ali, M. 2002. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi
Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja
polio 4 ditunjukkan dengan nilai p-value
Tentang Imunisasi di PT. Olagafood
0,101 dimana p-value > 0,05.
Industri Medan: Universitas
6. T idak terdapat hubungan antara Sumatra Utara.
pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 129

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Susanti, K. 2008. Hubungan Tingkat


Pendekatan Praktek. Jakarta: Pengetahuan Ibu Tentang
Rineka Cipta. Imunisasi Polio dengan Perilaku
Ibu Terhadap Program IPV di
Depkes RI. 2007. Materi Ajar Penurunan Puskesmas Sewon I, Sewon Bantul:
Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Poltekes Yogyakarta.
Jakarta: WHO-FKM UI.
www.depkes.go.id, Profil Indonesia 2009. http:/
Dinkes Propinsi DIY. 2008. Profil Kesehatan /www.dinkes.jogjaprov.go.id/
Propinsi DIY. Yogyakarta. index.php/cdownload.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2011.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
PENGARUH FREKUENSI MENYUSUI TERHADAP RISIKO
TERJADINYA IKTERUS NEONATORUM DI YOGYAKARTA
Ida Nursanti1

ABSTRACT

Background: Sixty percents of healthy infants born full term are at risk of neonatal jaundice
and 5-12% of breastfed infants are at risk of developing severe jaundice. Bilirubin
encephalopathy causes severe jaundice/kernicterus and the baby suffering from kernicterus
will experience impaired growth and development. Kernicterus can be prevented through
sufficient intake of breastfeeding or as needed, namely the provision of at least 8 times in 24
hours. Adequacy of breast milk ensures adequate intake of calories and fluid and reduce the
risk of neonatal jaundice in infants.
Objective: to know the incidence of neonatal jaundice in breastfed infants, to determine the
postpartum mothers’ breastfeeding frequency, to determine the effect of breastfeeding
frequency on the risk of neonatal jaundice
Methods: This study was an observational study with a prospective cohort design. The study
was conducted with quantitative and qualitative approaches. Sampling used purposive
sampling. The sample size was 92 pairs of mother-infant who met the inclusion and exclusion
criteria. The data was collected using monitoring sheets and check lists. Hypothesis test used
chi-square with p<0.05 and 95% Confidence Interval. Analysis of data used univariable and
bivariable.
Results: The study found the majority of mothers had breastfed their babies with sufficient
frequency (76.1%). There was a significant relationship between the frequency of breastfeeding
and the risk of neonatal jaundice, based on the analysis with p = 0.03, RR 2.1 and CI95% 1.12-
3.98. Infants who received inadequate intake of breast milk were more likely to have chances
of neonatal jaundice by 2.0 times compared with infants who received adequate intake of
breast milk.
Conclusion: Infants who received inadequate intake of breast milk had a higher risk for
neonatal jaundice to occur compared with those who received adequate intake of breast
milk.
Keyword: breastfeeding frequency, healthy born baby, neonatal jaundice

PENDAHULUAN cukup bulan memiliki risiko terjadi ikterus


neonatorum mencapai 60% dan bayi yang
Hiperbilirubinemia (ikterus neonatorum) disusui 5-12% mengembangkan risiko ikterus
merupakan fenomena biologis akibat tingginya neonatorum berat. Ikterus neonatorum berat
produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin menyebabkan ensefalopati bilirubin/
selama masa transisi pada neonatus. Bayi lahir kernikterus, akibat yang dapat ditimbulkan pada

1
Staf pengajar STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

130
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 131

bayi ialah retardasi mental, serebral palsy dan Frekuensi menyusui dikategorikan cukup
gangguan pendengaran.(1-5) apabila ibu menyusui e”8 kali dalam 24 jam.
Frekuensi menyusui dihitung pada hari pertama
Kernikterus dapat dicegah melalui pem-
dan kedua setelah bayi lahir dan ibu- bayi masih
berian ASI dengan asupan yang cukup atau
dirumah sakit. Ikterus neonatorum diketahui dari
sesuai kebutuhan bayi, yaitu minimal 8 kali
memeriksa secara visual dengan menggunakan
pemberian dalam 24 jam.(3, 6) Menyusui segera
pedoman menurut klasifikasi Kramer (derajat 1-
setelah lahir dengan frekuensi dan asupan yang
5). Observasi dilakukan pada semua subjek
cukup terbukti dapat menstimulasi perkem-
penelitian dan dilanjutkan dengan kunjungan
bangan flora usus yang membantu konversi
rumah sampai hari ke lima setelah lahir.
bilirubin dan mempercepat eliminasi meko-
nium. Mekonium sendiri banyak mengandung Analisis data penelitian ini menggunakan
bilirubin, adanya keterlambatan pengeluaran analisis univariabel dan bivariabel. Uji statistik
kemungkinan terjadinya penyerapan oleh usus yang digunakan adalah uji chi-square dengan
dan meningkatkan kadar bilirubin dalam nilai signifikasi p<0,05 dan tingkat kemaknaan
sirkulasi enterohepatik.(7-8) CI 95%.
Menyusui secara naluri dilakukan ibu pada HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bayinya, kebijakan manajemen menyusui
secara optimal sudah diterapkan di setiap Analisis univariabel
fasilitas pelayanan kesehatan di Yogyakarta.
Hasil analisis ini digunakan untuk mengam-
Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui
barkan karakteristik data masing-masing
frekuensi menyusui berkaitan pencegahan
variabel dengan menggunakan distribusi fre-
terjadinya risiko ikterus neonatorum adalah hal
kuensi dan prosentase dari masing-masing
yang perlu dilakukan.
kelompok variabel. Dari tabel 1 diketahui
BAHAN DAN CARA PENELITIAN sebagian besar ibu yang melahirkan sudah
mempunyai usia yang cukup untuk usia repro-
Jenis penelitian adalah observasional duktif. Ibu primipara berjumlah sepertiga dari
dengan rancangan prospektif kohort. Variabel keseluruhan responden. Bayi laki-laki yang lahir
dalam penelitian ini yaitu frekuensi menyusui lebih sedikit dibandingkan bayi perempuan dan
(variabel bebas) dan ikterus neonatorum sebagian besar lahir dengan usia kehamilan
(variabel terikat). Subjek penelitian adalah kurang dari 40 minggu. Sebagian besar bayi lahir
pasangan ibu-bayi melahirkan di 3 RSUD di dengan berat lahir e”3000 gram. Sebagian besar
provinsi D.I Yogyakarta (RS Jogja Kota bayi mendapatkan kecukupan ASI dengan
Yogyakarta, RSUD Panembahan Senopati Bantul fekuensi baik (76.1%) dan bayi yang menun-
dan RSUD Morangan Sleman). Kriteria subjek jukkan tanda terjadi ikterus sebesar 41.3%.
dalam penelitian adalah bayi lahir sehat
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik subjek
dengan berat lahir > 2500 gram, usia kehamilan
penelitian
> 37 minggu, lahir normal/pervagina, dilakukan
Inisiasi menyusu dini dan rawat gabung selama
di rumah sakit, dipulangkan dalam 48 jam.
Subjek tidak diikutkan apabila bayi kuning
dalam 24 jam setelah lahir, bayi lahir dengan
tindakan vacum ektraksi atau lahir dengan
induksi pitocin, bayi lahir kembar dan ibu
menderita sakit. Jumlah sampel 92 pasangan
ibu dan bayi yang dilakukan observasi dari bayi
baru lahir sampai hari ke 5. Sumber: data primer 2011
132 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Analisis Bivariat yang sudah dalam bentuk urobilin/sterkobilin


Dari uji chi-square diketahui adanya per- atau masih dalam bentuk bilirubin indirek yang
bedaan proporsi kejadian ikterus neonatorum terkandung dalam mekonium.(11)
antara bayi yang mendapatkan frekuensi Sebelum lahir, suplai oksigen pada janin
menyusui baik dan kurang dengan nilai p=0,003 100% berasal dari ibu yang dibawa melalui
(p<0,05). Persentase kejadian ikterus neo- eritrosit sehingga pada bayi baru lahir terdapat
natorum semakin besar pada bayi yang men- jumlah eritrosit lebih banyak tetapi dengan
dapatkan frekuensi menyusui kurang diban- umur lebih pendek dibandingkan eritrosit orang
dingkan yang mendapatkan frekuensi dewasa. Kondisi tersebut menyebabkan ter-
menyusui baik. jadinya hemolisis berlebihan sehingga produksi
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariabel Frekuensi bilirubin sampai 8-10 mg/kg/hari, lebih dari
Menyusui dengan Ikterus Neonatorum dua kali lipat produksi bilirubin orang dewasa.
Proses konjugasi dan eliminasi yang seimbang
merupakan cara untuk mencegah hiper-
bilirubinemia.(12) Upaya yang dapat dilakukan
untuk mencapai keseimbangan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian ASI sejak awal
setelah bayi lahir dengan volume yang sesuai
Keterangan: n=jumlah sampel RR= risk ratio *= kebutuhan (frekuensi 8-12 kali per hari).(3, 6, 13-
signifikan (p<0,05) 15)
Asupan ASI yang cukup membantu proses
metabolisme bilirubin, menunjang maturasi
Hasil analisis bivariabel menunjukkan bayi mukosa usus, memacu perkembangan flora
yang mendapatkan frekuensi menyusui kurang usus dan menstimulasi motalitas intestinal
2.1 lebih besar untuk terjadi ikterus neo- sehingga konversi dan ekresi bilirubin dapat
natorum dibandingkan bayi yang mendapatkan optimal. Bilirubin diusus yang tidak segera
frekuensi menyusui baik. Hasil penelitian yang dikeluarkan akan terabsorbsi kembali dan
dilakukan Maisels(9) menyebutkan pemberian meningkatkan kadar bilirubin dalam sirkulasi
ASI sesuai dengan permintaan bayi atau enterohepatik.(7-8, 10, 16-17)
memberikan ASI dengan frekuensi sering
(paling sedikit 8 kali sehari) akan meningkatkan KESIMPULAN DAN SARAN
asupan ASI dan bayi mempunyai kadar bilirubin Frekuensi menyusui yang baik berperan
serum lebih rendah. Penelitian lain dengan dalam menurunkan risiko terjadinya ikterus
hasil yang sama dilakukan Yamauchi and neonatorom sehingga mencegah kemungkinan
Yamanouchi(10) bahwa frekuensi menyusui pada terjadinya ikterus neonatorum berat/kernik-
bayi berhubungan dengan percepatan penge- terus. Hasil penelitian ini telah membuktikan
luaran mekonium hari pertama setelah lahir, hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya
penurunan insidensi hiperbilirubinemia pada yaitu peluang untuk terjadi ikterus neonatorum
hari ke 6 dan meningkatkan asupan ASI pada lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan
hari ke 3. Asupan ASI yang cukup memungkinkan frekuensi menyusui kurang daripada bayi yang
bayi terhindar dari situasi “kelaparan” yaitu mendapatkan frekuensi menyusui baik. Di-
kekurangan kalori dan dehidrasi. Asupan ASI harapkan setiap ibu menyusui harus mem-
sejak awal setelah bayi lahir dengan volume berikan kecukupan asupan ASI dengan fre-
sesuai kebutuhan bayi akan membantu proses kuensi menyusui yang baik pada bayinya.
konversi bilirubin, baik pada hepar maupun
tingkat intestinal dan pengeluaran bilirubin
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 133

KEPUSTAKAAN 8. Oddy WH. The impact of breastmilk on


1. Bhutani VK, Johnson LH, Schwoebel A, infant and child health.
Gennaro S. A systems approach for Breastfeeding Review. 2002;10:5-
neonatal hyperbilirubinemia in 8.
term and near-term newborns. J
9. Maisels MJ, Vain N, Acquavita AM, de
Obstet Gynecol Neonatal Nurs.
Blanco NV, Cohen A, DiGregorio J.
2006 Jul-Aug;35(4):444-55.
The effect of breast-feeding
2. Dewey KG, Nommsen-Rivers LA, Heinig MJ, frequency on serum bilirubin
Cohen RJ. Risk factors for levels. Am J Obstet Gynecol. 1994
suboptimal infant breastfeeding Mar;170(3):880-3.
behavior: Delayed onset of
10. Yamauchi Y, Yamanouchi I. Breast-feeding
lactation, and excess neonatal
frequency during the first 24 hours
weight loss. Pediatrics.
after birth in full-term neonates.
2003;112:607-19.
Pediatrics. 1990 Aug;86(2):171-5.
3. Eglash A, Montgomery A, Wood J.
11. Gartner LM. Breastfeeding and jaundice. J
Breastfeeding. Dis Mon. 2008
Perinatol. 2001 Dec;21 Suppl 1:S25-
Jun;54(6):343-411.
9; discussion S35-9.
4. National Institute for Health and Clinical
12. Cohen SM. Jaundice in the full-term
Excellence. Neonatal Jaundice.
newborn. Pediatr Nurs. 2006 May-
MidCity Place, London: University
Jun;32(3):202-8.
of South Alabama; 2010.
13. Kent JC, Mitoulas LR, Cregan MD, Ramsay
5. Smitherman H, Stark AR, Bhutani VK. Early
DT, Doherty DA, Hartmann PE.
recognition of neonatal
Volume and Frequency of
hyperbilirubinemia and its
Breastfeeding and Fat Content of
emergent management. Semin
Breast Milk Throughout the Day.
Fetal Neonatal Med. 2006
Pediatrics. 2006;117:e387-e95.
Jun;11(3):214-24.
14. Smith JW, Tully MR. Midwifery
6. American Academy of Pediatrics.
management of breastfeeding:
Management of
using the evidence. J Midwifery
Hyperbilirubinemia in the
Womens Health. 2001 Nov-
Newborn Infant 35 or More Weeks
Dec;46(6):423-38.
of Gestation. Pediatrics.
2004a;114:297-316. 15. The Academy of Breastfeeding Medicine.
ABM Clinical Protocol #22:
7. Maisels MJ. Screening and early postnatal
Guidelines for Management of
management strategies to prevent
Jaundice in the Breastfeeding
hazardous hyperbilirubinemia in
Infant Equal to or greater Than 35
newborns of 35 or more weeks of
Weeks’ Gestasion. Breastfeeding
gestation. Semin Fetal Neonatal
Medicine. 2010;5(2).
Med. 2010 Jun;15(3):129-35.
16. Gartner LM, Herschel M. Jaundice and
breastfeeding. Pediatr Clin North
Am. 2001 Apr;48(2):389-99.
134 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

17. Zuppa AA, Sindico P, Antichi E, Carducci C, rooming-in. J Matern Fetal


Alighieri G, Cardiello V, et al. Neonatal Med. 2009 Sep;22(9):801-
Weight loss and jaundice in healthy 5.
term newborns in partial and full
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 135

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP


JUMLAH PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DI KLINIK
BPS Ny. ENDANG PURWATI - MERGANGSAN -
YOGYAKARTA
Ni Made Maria Sari1 dan Sri Handayani2

ABSTRACT

Background: Mortalitas and of morbiditas at pregnant woman to represent serious problem


to the world. Cause of death of mother bear to represent a matter which enough complex,
which can classified byreproduction factors, obstetri complication, service of health and
socioeconomic. Governmental program that is early suckle initiation or suckle postnatal first
at can give many benefit to baby and mother so that mother mortality and baby can decrease
with existence of initiation program suckle early.
This research aim to determine the effect of early suckle initiation for amount of blood on
labor of stage IV at Klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.
Methods: The type of this study quantitative research by using experiment pre desain with
approach of comparison group static / design group control only posttest, and analysed by
using test of t-test independent. The data collecting use primary and scunder data. The
respondents of this study amount to 30 mother who are bearing in Klinik BPS Ny. Hj. Endang
Purwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.
Result. The result of this study indicate that there are difference in mean of amount of blood
labor of stage IV between the mother which given by treatment of early suckle initiation and
mother which do not be given by treatment of early suckle initiation where obtained the
value p=0,000 so that p< 0,05, then Ho refused and Ha accepted.
Conclusion: There is effect of early suckle initiation for amount of blood on labor of stage IV
at Klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.
Keywords: Early Suckle Initiation, Amount of Blood, Labor of Stage IV

PENDAHULUAN Berdasarkan kesepakatan internasional, tingkat


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil kematian maternal (Maternal Mortality Rate)
dan bersalin merupakan masalah serius bagi didefinisikan sebagai jumlah kematian mater-
dunia. Hal tersebut terbukti dengan diadakan- nal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran
nya konfrensi-konfrensi internasional yang hidup (Wiknjosastro, 2007).
menekankan perlu dipercepatnya penurunan Di negara miskin berkembang, kematian
angka kematian ibu (Prawirohardjo, 2002). maternal merupakan masalah besar, namun
Pelayanan kesehatan maternal merupakan sejumlah kematian yang cukup besar tidak
salah satu unsur penentu status kesehatan. dilaporkan dan tidak tercatat di statistik resmi

1). STIKes Surya Global Yogyakarta


2). Ketua STIKes “Yogyakarta”
136 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

(Wikjosastro, 2007). Indonesia merupakan salah berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur
satu Negara berkembang yang hingga kini Angka 4-5 bulan. Keadaan ini yang memprihatinkan
Kematian Ibu (AKI) yang melahirkan di Indo- adalah 13% dari bayi berumur 2 bulan telah
nesia masih tergolong tinggi dan termasuk diberi susu formula dan 15% diberikan makanan
tinggi diantara negara-negara di Asia. Tahun tambahan. Pada tahun 2007 melalui pekan ASI
2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per sedunia, diharapkan jumlah ibu bersalin yang
100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian menyusui pada menit-menit pertama sampai
ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia, bahkan satu jam (inisiasi menyusui dini) meningkat,
2,5 kali lipat dari indeks Filipina (Harian Terbit, karena inisiasi menyusui dini (IMD) mem-
2010). berikan banyak manfaat bagi bayi dan ibu.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Apabila segera menyusui setelah melahirkan
Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat dapat menurunkan kematian sebesar 17-22%
Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam (DepKes RI, 2008).
kehamilan dan persalinan di seluruh dunia Inisiasi menyusui dini menimbulkan kontak
mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti kulit ibu dan kulit bayi dengan optimal.
seorang ibu meninggal hampir setiap menit Menurut Cox (2006) dalam penelitiannya
karena komplikasi kehamilan dan persalinannya mengemukakan apabila saat 1 jam pertama
(Nugraha, 2007). Di Indonesia angka yang setelah lahir bayi diletakkan pada dada ibu, bayi
dihimpun dari SDKI tahun 2003 menunjukkan akan mengikuti pola yang sama dengan gerakan
sekitar 15 ribu ibu meninggal karena melahir- tangan untuk menemukan dan merangsang
kan setiap tahun atau 1.279 setiap bulan, atau payudara ibuya sehingga akan lebih banyak
172 setiap pekan atau 43 ibu setiap hari, atau oksitosin yang dikeluarkan. Oksitosin sangat
hampir dua ibu meninggal setiap jam (http:// penting karena menyebabkan rahim berkon-
nasional.kompas.com). traksi dengan baik sehingga membantu menge-
Faktor medis yang menjadi penyebab luarkan plasenta dan mengurangi perdarahan.
langsung kematian utama ibu adalah per- Oksitosin juga berperan untuk merangsang
darahan 30 persen, keracunan kehamilan hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih
(eklamsia) 25 persen, keguguran (abortus) 5 tenang, rileks, mencintai bayi, lebih kuat
persen, infeksi 12 persen, persalinan macet menahan sakit dan timbul rasa bahagia serta
(partus lama) 5 persen, komplikasi pada masa merangsang pengaliran ASI dari payudara,
puerpureum 8 persen dan penyebab lain 12 sehingga ASI lebih cepat keluar. Apabila inisiasi
persen. Sedangkan penyebab non medis yakni menyusui dini tidak dilakukan maka manfaat
status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia yang begitu luar biasa tidak akan didapatkan
pada ibu hamil, terlambat mendapat pelayanan, baik untuk ibu atau bayi (Roesli, 2008).
serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, Berdasarkan studi pendahuluan yang di-
terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak lakukan peneliti pada tanggal 1 Desember 2011
melahirkan (http://nasional.kompas.com). di klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam Mergangsan Yogyakarta dimana jumlah kela-
program peningkatan pemberian Air Susu Ibu hiran pada periode Januari hingga November
dan mencegah kematian ibu pasca bersalin tahun 2011 adalah 469 ibu melahirkan, dan 11
dengan menetapkan minimal 80% dari ibu (2,3%) ibu mengalami perdarahan post par-
dapat memberikan ASI eksklusif, tetapi kenya- tum,4 diantaranya di rujuk ke RSUP Sardjito
taannya sampai saat ini masih memprihatinkan. Yogyakarta karena tidak bisa ditangani di klinik
Menurut survey demografi dan kesehatan BPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.
Indonesia 2002-2003, pemberian ASI eksklusif Mergangsan Yogyakarta. Ibu mengalami
bayi berumur 2 bulan hanya 64% pada bayi perdarahan karena berbagai indikasi, salah
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 137

satunya adalah ibu gagal untuk menyusukan perlakuan dan 15 orang responden sebagai
bayinya dan tidak menyusui bayinya karena kelompok kontrol.
kurang pengetahuan pada ibu tentang inisisasi
menyusui dini (IMD). Sebagian besar ibu post TEKNIK PENGUMPULAN DATA
partum tidak mau melakukan inisiasi menyusui Teknik pengumpulan data adalah dengan
dini karena beranggapan jika dilakukan IMD intervensi langsung melalui pengamatan,
bayinya akan kedinginan dan menangis, selain pengukuran dan pemeriksaan langsung pada
itu sebagian besar ibu mengeluhkan masih ibu bersalin baik yang dilakukan inisiasi
merasa sakit saat dilakukan jahitan pada menyusui dini maupun yang tidak dilakukan
robekan perineum sehingga tidak sanggup inisiasi menyusui dini, kemudian dilakukan
untuk menyusui. penghitungan volume darah yang keluar dengan
Berdasarkan wawancara pada manager cara menimbang pembalut yang digunakan.
klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.
INSTRUMENT PENELITIAN
Mergangsan Yogyakarta dikatakan bahwa
program inisiasi menyusui dini sudah digalakan Istrumen dalam pengumpulan data pada
mulai tahun 2010, tetapi program ini belum bisa penelitian ini adalah berupa timbangan elektrik
dilaksanakan secara optimal karena tidak bisa untuk menimbang berat pembalut yang berisi
dipaksakan untuk pemberian inisiasi menyusui darah, pembalut maternitas merk soffie dengan
dini, akan tetapi setiap ibu telah diberikan daya tampung 250 ml untuk menampung darah
pengetahuan tentang pentingnya inisiasi pada kala IV dan lembar observasi yang berisi
menyusui dini dan keputusan untuk melakukan tentang biodata responden yang ditanyakan
inisiasi menyusui dini tetap terserah pada ibu penelititi kepada responden, serta lembar
mengingat faktor budaya dan kepercayaan dari observasi untuk pencatatan jumlah perdarahan
setiap ibu post partum. pada kala IV persalinan baik yang dilakukan
inisiasi menyusui dini maupun yang tidak
METODE PENELITIAN dilakukan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuan-
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
titatif dengan menggunakan desain pra eks-
perimen dengan pendekatan static group Teknik pengolahan data terdiri empat tahap
comparison/posttest only control group design yakni :
yaitu suatu rancangan penelitian yang meng- a. Editing adalah tahap pengolahan data yang
gunakan dua kelompok subyek diantaranya dilakukan oleh peneliti untuk mengoreksi
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol / memeriksa kembali data-data yang sudah
dilakukan pengukuran setelah diberikan per- terkumpul sehingga hasil yang diperoleh
lakuan. Efek perlakuan dilihat dari perbedaan tidak bias atau error.
pengukuran kedua kelompok (Saryono, 2008).
b. Coding adalah tahap pengolahan data yang
Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang dilakukan untuk pemberian kode berupa
melahirkan di klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati, angka sehingga memudahkan untuk pengo-
A.MD.,Keb Mergangsan Yogyakarta pada bulan lahan data.
Januari-Februari 2012 yang berjumlah 36.Teknik
c. Tabulating adalah tahap pengolahan data
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yang dilakukan untuk pemindahan data-
adalah purposive sampling yaitu suatu teknik
data hasil penelitian ke dalam lembar
pengambilan sampel yang berdasarkan pertim-
formulir sesuai kriteria guna memper-
bangan atau tujuan tertentu (Alimul, 2007).
mudah pembacaan.
Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak
30, dimana 15 responden sebagai kelompok d. Input data adalah memasukan data yang
138 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

telah diedit dan dinilai menggunakan klinik yang memberikan pelayanan per-
fasilitas komputer, atau dengan program salinan 24 jam dengan standar Bidan Delima
SPSS. dan APN (Asuhan Persalinan Normal).
Analisa data dilakukan dalam dua tahap 2. Karakteristik responden
yaitu:
a. Usia
1. Dilakukan analisis univariat variabel yang
ada pada penelitian ini untukmenghitung Untuk kriteria responden berdasarkan
distribusi, frekuensi, ukuran tendensi tingkat usia, responden dalam penelitian
sentral atau gravik. Dalam penelitian ini ini terbagi ke dalam 3 kelompok usia.
perlakuan Inisiasi menyusui Dini termasuk
dalam skala nominal dimana 0 untuk tidak
dilakukan inisiasi menyusui dini dan 1
untuk dilakukan inisiasi menyusui dini.
Sedangakan jumlah perdarahan kala IV
persalinan merupakan skala data interval,
b. Paritas
dilakukan pengukuran pemusatan (central
tendency) yang dikategorikan menjadi Untuk kriteria responden berdasarkan
kategori banyak, sedang, dan sedikit paritas dibedakan dalam dua kelompok.
dimana ketentuan tersebut menggunakan
aturan normatif yang menggunakan rata-
rata (mean), dan simpangan baku (standard
deviasi). Adapun menggunakan parameter
sebagai berikut :
a. Banyak : (x) > mean + 1 SD
c. Gizi
b. Sedang : mean – 1 SD d” x d” mean + 1 SD
Untuk kriteria responden berdasarkan
c. Sedikit : (x) < mean – 1 SD status gizi dibedakan dalam tiga kelompok.
2. Dilakukan analisis bivariat Analisa bivariat
yang digunakan untuk pengujian statistik
adalah dengan menggunakan t-test inde-
pendent untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain, dimana bertujuan
3. Jumlah perdarahan kala IV persalinan
untuk membandingkan nilai rata-rata dari
dua perlakuan yang ada.

Hasil penelitian

1. Gambaran umum
Klinik Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Hj.
Endang Purwati, A.Md., Keb. merupakan 4. Pengaruh Inisiasi menyusui dini terhadap
klinik yang terletak di Jalan Kolonel jumlah perdarahan kala IV persalinan
Sugiyono No. 122 mergangsan Yogyakarta
dengan telepon (0274) 371098. Klinik BPS ini
berdiri pada tanggal 1 januari 1991 dengan
SIPB Nomor : 503/1433 yang merupakan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 139

PEMBAHASAN KESIMPULAN
1. Jumlah Perdarahan Kala IV pada Kelompok 1. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV per-
Perlakuan salinan pada ibu yang melakukan inisiasi
menyusui dini di Klinik BPS Ny.Hj. Endang
Hasil analisa univariat menunjukkan rata-
Purwati, A.Md.,Keb. Mergangsan Yogyakarta
rata jumlah perdarahan pada kala IV per-
adalah 76,33cc.
salinan pada kelompok perlakuan (ibu yang
melakukan inisiasi menyusui) adalah 2. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV per-
76,33cc. salinan pada ibu yang tidak melakukan
inisiasi menyusui dini di Klinik BPS Ny.Hj.
2. Jumlah Perdarahan Kala IV pada Kelompok
Endang Purwati, A.Md.,Keb. Mergangsan
Kontrol
Yogyakarta adalah 131,00cc.
Hasil analisa univariat menunjukkan rata-
3. Perbandingan rata-rata jumlah perdarahan
rata jumlah perdarahan pada kala IV per-
kala IV persalinan pada ibu yang melakukan
salinan pada kelompok kontrol (ibu yang
inisiasi menyusui dini dengan yang tidak
tidak melakukan inisiasi menyusui) adalah
melakukan inisiasi menyusui dini adalah
131,00cc.
54,67cc.
3. Perbandingan rata-rata jumlah perdarahan
4. Ada pengaruh inisiasi menyusui dini ter-
kala IV persalinan pada ibu yang melakukan
hadap jumlah perdarahan kala IV persalinan
inisiasi menyusui dini dengan yang tidak
di Klinik BPS Ny.Hj. Endang Purwati,
melakukan inisiasi menyusui dini adalah
A.Md.,Keb. Mergangsan Yogyakarta. Hasil
54,67cc.
penelitian menunjukan perbedaan sig-
4. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap nifikan antara kelompok perlakuan dengan
Jumlah Perdarahan Kala IV kelompok kontrol, dengan nilai t hitung
Hasil analisa bivariat yang menggunakkan adalah sebesar 9,610 sedangkan Signifikan-
uji t-test independent menunjukan bahwa sinya 0,000.
Inisiasi Menyusui Dini mempunyai hubu-
ngan yang bermakna dengan jumlah per-
DAFTAR PUSTAKA
darahan Kala IV.Pengaruh perlakuan Inisiasi Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan dan
Menyusui Dini terhadap jumlah perdarahan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
kala IV dapat dilihat dari hasil uji statistik Salemba Medika.
yang menggunakan uji t-test independent
diperoleh nilai t hitung adalah sebesar 9,610 Alimul, Azis. (2007). Metode Penelitian
sedangkan Signifikansinya 0,000 hal ini Keperawatan dan Teknik Analisis
menunjukan Ho ditolak atau dengan kata Data. Jakarta : Salemba Medika.
lain hipotesis yang menyebutkan ada
Ambarwati, Eny. (2009). Asuhan Kebidanan
pengaruh inisiasi menyusui dini terhadap
Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
jumlah perdarahan kala IV persalinan dapat
diterima yang mana dapat dibuktikan Ari Sulistyawati. (2009). Buku Ajar Asuhan
dengan rata-rata jumlah perdarahan kala IV Kebidanan pada Ibu Nifas.
pada ibu bersalin dengan inisiasi menyusui Yogyakarta. Penerbit Andi.
dini lebih sedikit dibandingkan rata-rata
jumlah perdarahan kala IV pada ibu bersalin Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan Nifas
tanpa inisiasi menyusui dini. Normal. Jakarta:EGC
140 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Bobak, Lowderwis. (2004). Buku Ajar Machfoedz, Ircham. (2008). Statistika


Keperawatan Meternitas. Jakarta : Nonparametrik. Yogyakarta :
EGC Fitramaya

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan: Manuaba, Ida Badus Gde. (1998). Ilmu
Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : Kebidanan, penyakit Kandungan
EGC. dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Cuningham, et al. (2003). Obstetri Williams,Vol.1, EGC.
Ed. 21. Jakarta : EGC.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi.
Depkes RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal Jakarta: EGC.
Esensial Persalinan, Ed.3. Jakarta :
JNPKKR-POGI. Notoatmodjo, S. (2002). Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
__________. (2008). Keluarga Berencana Dan Cipta.
Upaya Penurunan Angka
Kematian Bayi Dan Balita. Jakarta : Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan
Ditjen Binkesmas. Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Evayanti. (2011). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Tesis dan Instrumen Penelitian
terhadap Percepatan inggi Fun dus Keperawatan. Jakarta : Salemba
Uteri Periode Pasca Persalinan di Medika.
Klinik dan Rumah Bersalin Gandi
Mengwi Badung Bali. Yogyakarta : Panjaitan. (2010). Faktor Resiko perdarahan Post
Skripsi. STIKes Surya Global. Partum Dini Di RS Gunungsitoli Kab.
Nias. Yogyakarta : Skripsi.
Farrer, Helen. (2001). Menyusui Bayi Baru Lahir Universitas gajah Mada.
Normal Dalam Perawatan
Maternitas, Ed. 2. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, S. (2002). Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal
Hacker, Neville F. (2001). Esensial Obstetrik dan Neonatal, Ed. 2. Jakarta : JNPKKR-
Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. POGI dan YBPSP.

Harian Terbit. (2010). Angka Kematian Ibu di Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan
Indonesia Tertinggi di Asia. Belajar Mudah teknik Analisis data
[Internet]. Tersedia dalam : http:/ Dalam penelitian Kesehatan (plus
/www.menegpp.go.id. [Diakses 28 aplikasi Software SPSS). Yogyakarta
november 2011]. : Mitra Cendikia Press

Kompas. (2007). Kesehatan. [Internet]. Tersedia Roesly Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini dan
dalam : http://www.kompas.com. Asi Eksklusif. Yogyakarta. Pustaka
[Diakses 28 November 2011]. Bunda.

Legawati. (2010). Pengaruh Inisiasi Menyusui Saryono. (2008). Metodelogi Penelitian


Dini terhadap Praktik Menyusui Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
dalam Satu Bulan Pertama Di Kota Pemula. Yogyakarta : Mitra
Palangkaraya. Yogyakarta : Skripsi. Cendikia.
Universitas gajah Mada.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 141

Sears, Zemanky. (2002). Fisika Universitas, Verrals, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi
Ed.10. Bandung : Penerbit Terapan Dalam Kebidanan, Ed.3,
Erlangga. Cet.2. Jakarta: EGC

Siswosudarmo, Risanto, et al. (2008). Obstetri Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan
Fisologi. Yogyakarta: Pustaka Komunitas. Jakarta : EGC.
Cendikia
Wikjosastro, Hanifa, et al. (2000). Ilmu Bedah
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kebidanan, Ed.1, Cet.5. Jakarta :
Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Alphabeta Prawirohardjo.

Susilawati. (2010). Pengaruh Inisiasi Menyusui _____________________. (2006). Ilmu


Dini terhadap Kelangsungan Kebidanan, Ed.3, Cet.8. Jakarta :
Pemberian ASI Eklslusif di Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Kabupaten Kampar Riau. Prawirohardjo.
Yogyakarta : Skripsi. Universitas
Gajah Mada. _____________________. (2007). Ilmu
Kebidanan, Ed.3, Cet.9. Jakarta :
Varney, Helen, et al. (2006). Buku Ajar Asuhan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Kebidanan. Jakarta : EGC. Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai