SIROSIS HEPATIS
Hari/Tanggal : Senin, 7 Juni 2021 Nama Tutor : dr. Adi Sukrisno, Sp.OG, FMAS
Status Lokalis
- Kulit : kesan
ikterik,
ditemukan spider
nevi (+)
- Mata :
Konjungtiva
pucat, sklera
ikterik
- Gigi dan Mulut :
tampak darah
bercak darah di
rongga mulut
- Dada : tampak
ginekomastia
- Abdomen
a. Inspeksi :
permukaan
perut
cembung
b. Auskultasi :
bising usus
(+) normal
c. Palpasi :
nyeri tekan
(+) di regio
epigastrium,
hepar dan
limpa sulit
dinilai.
d. Perkusi :
shifting
dullness (+)
- Ekstremitas :
Palmar eritema
(+)
- Anus
Pemeriksaan Rectal
Touche :
Tonus Sphingter
Ani baik, tidak
tampak massa,
terdapat darah
kehitaman
- Pemeriksaan Lain
dalam batas
normal
Hasil Pemeriksaan
Penunjang :
Laboratorium
- Hemoglobin : 6,0
g/dl (turun)
- Hematokrit : 18,0
g/dl (turun)
- Leukosit : 4,000
mg/dl (turun)
- Trombosit :
100,000 mg/dl
(turun)
- SGOT (AST) (<25)
: 50 IU/L
- SGPT (ALT)(<30) :
60 IU/L
- Bilirubin Total
(0,5-1) :3,0 mg/dl
- Bilirubin Direk
(0-0,25) : 2,4
mg/dl
- Bilirubin Indirek
(0,5-0,75) : 0,6
mg/dl
- Anti HAV : Non
Reaktif
- HbsAg : Reaktif
- Anti-HCV : Non
Reaktif
- Anti HIV : Non
Reaktif
USG Abdomen
- Kesan Gambaran
Sirosis Hepatis
dengan
hipertensi porta
Note :
- Muntah darah
hitam
à perdarahan GI
atas à tercampur
as.lambung à
membentuk
hematin à
dimuntahkan
- Usg
è hanya
melihat
caliber yang
melebar
è Tidak bisa
langsung
mendiagnosis
hipertensi
- Usg Doppler
è Bisa nentuin
hipertensi
è Dilihat aliran
darahnya
Tn. Siro (40th)
Rectal toucher :
terdapat darah
Muntah darah hitam
kehitaman
OVERVIEW CASE 6 BLOK GIS
Tata Laksana
Farmakologi Non farmakologi
- Obat diuretic: spironolakton - Tirah baring
- PPI - Diet rendah garam
- Octreotide - Resusitasi cairan
- Hepatitis B immunoglobulin - Transfuse darah
- Transplantasi hati
INTERPRETASI KASUS
F. Hipotesis
1. Sirosis Hepatis : riwayat hepatitis B 10 tahun lalu, pengguna narkotika
suntik, hematemesis, melena, urin berwarna kuning tua, lemas, nyeri perut,
tidak pernah berobat
2. Hepatitis B Kronik : riwayat hepatitis B 10 tahun lalu, pengguna
narkotika suntik, hematemesis, melena, urin berwarna kuning tua, lemas,
nyeri perut
3. Varises Esophagus : riwayat hepatitis B 10 tahun lalu, pengguna
narkotika suntik, hematemesis, melena, urin berwarna kuning tua, lemas,
nyeri perut, tidak pernah berobat
4. Hepatoma : riwayat hepatitis B 10 tahun lalu, pengguna narkotika suntik,
hematemesis, melena, urin berwarna kuning tua, lemas, nyeri perut, tidak
pernah berobat
5. Gastritis Erosive : hematemesis, melena, lemas, nyeri perut
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : CM. Menandakan keluhan pasien belum mempengaruhi
kesadaran, dan hasil anamnesis dapat dijadikan acuan untuk menegakkan
diagnosis
3. BB : 55 kg dan TB : 170 cm. BMI : 19.03 à menurut kriteria asia pasitif,
BMI pasien masih dalam batas normal
4. TD : 100/60 mmHg. Tekanan darah pasien agak rendah tetapi masih dalam
batas normal.
5. RR : 24 x/menit. Pasien terjadi hiperventilasi atau takipneu (RR >20
x/menit) yang menandakan adanya usaha bernapas yang lebih.
6. Nadi : 112 x/m. Pasien terjadi takikardia (HR >100 x/menit) yang
merupakan mekanisme kompensasi tubuh dalam mendapatkan oksigen
atau nutrisi ke jaringan yang lebih.
7. Suhu : 36,5°C. Suhu pasien masih dalam batas normal tapi sudah
menyentuh batas bawah yang mengindikasikan bahwa adanya
perlambatan metabolism, hipotermia, atau suhu ruangan dingin karena
ber-AC.
8. Kulit : ikterik, spider nevi (+). Ikterik/jaundice merupakan diskolorasi
warna kulit menjadi kekuningan akibat akumulasi bilirubin berlebih.
Dapat terjadi ketika ada peningkatan produksi atau gangguan ekskresi
bilirubin. Spider nevi atau spider angiona merupakan tanda khas seperti
laba-laba yang disebabkan adanya peningkatan vaskulat growth factor
akibat sirosis hepatis dan hiperestrogenisme.
9. Mata : konjungtiva pucat, sklera ikterik. Konjungtiva pucat
menandakan bahwa kurangnya oksigen yang mengalir ke mata
(konjungtiva). Sklera ikterik menandakan adanya akumulasi bilirubin
berlebih ke daerah sklera.
10. Gigi dan mulut : tampak bercak darah di rongga mulut. Menandakan
adanya perdarahan mukosa saluran gastrointestinal. Dapat juga merupakan
sisa habis muntah darah
11. Dada : tampak ginekomastia. Ginekomastia merupakan jaringan
payudara laki-laki yang membengkak akibat peningkatan aktivitas
estrogen.
12. Abdomen :
a. I : permukaan perut cembung. Dengan adanya riwayat hepatitis B,
perut cembung bisa menandakan adanya asites atau akumulasi cairan
dalam cavitas abdomen.
b. A : bising usus (+) normal. Penyakit pasien bukan di saluran
gastrointestinal bawah.
c. Pa : nyeri tekan (+) di regio epigastrium, hepar dan limpa sulit
dinilai. Nyeri tekan di regio epigastrium menjadi tanda adanya
nyeri di liver dan kantung empedu. Hepar dan limpa sulit dinilai
dapat diperkirakan sudah terjadi sirosis hepatis dan atrofi hepar dan
limpa. Adanya asites juga dapat mempersulit palpasi hepar dan limpa.
d. Pe : shifting dullness (+). Memperkuat adanya asites atau akumulais
cairan di cavitas abdomen.
13. Ekstremitas : palmar eritema (+). Palmar eritema disebabkan karena
abnormalitas level serum estrogen dan salah satunya dapat disebabkan
oleh sirosis hepatis.
14. Anus : Px. Rectal touche : tonus sphingter ani baik, tidak tampak
massa, terdapat darah kehitaman. Tonus sphingter ani baik dan tidak
tampak massa menandakan dalam batas normal, dapat mengeliminasi
perdarahan dari saluran gastrointestinal bawah. Terdapat darah
kehitaman merupakan darah residu setelah BAB melena.
15. Px. Lain : dbn
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb : 6,0 g/dl. Anemia akibat perdarahan saluran cerna.
2. Ht : 18,0 g/dl. Rasio serum dan sel darah merah menurun seiring turunnya
Hb.
3. Leukosit : 4.000 mg/dl. Dalam batas normal tetapi berada di ambang batas
bawah. hal ini bisa disebabkan infeksi HBV.
4. Trombosit : 100.000 mg/dl. Trombositopenia adalah komplikasi yang
sering terjadi pada penyakit hepar karena berkurangnya produksi hormon
thrombopoietin dari liver.
5. SGOT (AST) : : 50 IU/L dan SGPT (ALT) : 60 IU/L. Merupakan marker
kerusakan hepatoseluler. AST tidak spesifik dan sensitif di liver saja, ALT
merupakan enzim sitosolik yang tinggi konsentrasi nya di liver.
6. Bilirubin total : 3,0 mg/dl, Bilirubin direk : 2,4 mg/dl, dan Bilirubin
indirek : 0,6 mg/dl. Bilirubin total dan direk meningkat menandakan
adanya conjugated hyperbiliburinemia yang didukung dengan urin
berwarna kuning tua. Disebabkan oleh penurunan pelepasan bilirubin
terkonjugasi ke usus halus, kematian hepatosit menyebabkan bilirubin
terkonjugasi dilepaskan ke peredaran darah. Salah satu pertanda hepatitis
dan kerusakan hepatocellular
7. Anti HAV, Anti HCV, Anti HIV : non reaktif. Menandakan tidak ada
infeksi virus HAV, HCV, dan HIV
8. HbsAg : reaktif. HbsAg merupakan antigen HBV. Keberadaannya
menunjukkan adanya infeksi aktif. Ditemukannya HbsAg lebih dari 6
bulan menunjukkan hepatitis B kronis.
9. USG abdomen : kesan gambaran sirosis hepatis dengan hipertensi
porta. Gambaran sirosis hepatis pada USG abdomen ditunjukkan
dengan adanya margin nodular. Hipertensi porta pada USG abdomen
ditunjukkan dengan adanya dilatasi vena porta Keduanya diperkuat
dengan adanya hepatitis B kronis, hematemesis, melena, nyeri perut,
jaundice, dan riwayat narkotika suntik.
I. Diagnosis
Diagnosis : Sirosis hepatitis dekompensata dengan hipertensi porta ec hepatitis
B kronik.
Alasan : riwayat hepatitis B 10 tahun lalu, pengguna narkotika suntik,
hematemesis, melena, urin berwarna kuning tua, lemas, nyeri perut, tidak
pernah berobat, ditemukan asites dan shifting dullness, ikterik, spider nevi,
ginekomastia, palmar eritema, pemeriksaan laboratorium mendukung, HbsAg
reaktif lebih dari 6 bulan, dan USG abdomen sesuai.
Eliminasi :
1. Varises esophagus : perlu pemeriksaan lebih lanjut (endoskopi) untuk
menegakkan bahwa terdapat varises esophagus
2. Hepatoma : tidak ada penurunan berat badan, tidak diperiksa marker
keganasan, dan tidak diperiksa histopatologi
3. Gastritis erosif : seharusnya tidak disertai kenaikan test fungsi hari, urin
tidak pekat, dan HbsAg negatif
J. Tata laksana
1. Farmakologi
a. Obat diuretic: diawali spironolakton, bila respons tidak adekuat
dikombinasi furosemid
b. Octreotide. Untuk menurunkan tekanan darah vena porta sehingga
dapat menghentikan perdarahan akut.
c. Hepatitis B immunoglobulin. Untuk mengobati infeksi HBV.
2. Non farmakologi
a. Tirah baring.
b. Diet rendah garam. Untuk mengurangi gejala asites yang dialami
pasien.
c. Resusitasi cairan dengan pasang infus untuk menambah nutrisi.
d. Transfuse darah PRC 4-5 kantong
e. Transplantasi hati. Jika semua pengobatan tidak adekuat.
SIRKULASI HEPATIK
Fungsi hepar :
● Pemrosesan metabolic kategori-kategori utama nutrient setelah zat-zat diserap
dari saluran cerna
● Detoksifikasi / mengurai zat sisa tubuh & hormon serta obat dan senyawa asing
lain
● Sintesis protein plasma
● Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin
● Mengaktifkan vit. D bersama ginjal
● Mengeluarkan bakteri & sel darah merah tua
● Sekresi hormon trombopoietin dan hepcidin
● Produksi protein fase akut yang penting dalam inflamasi
● Sekresi kolestrol dan bilirubin
Setiap sel hati / hepatosit melakukan tugas metabolik & sekretorik yang sama. Satu-
satunya fungsi hati yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit yang
dilaksanakan olehmakrofag residen (sel Kupffer).
Susunan anatomik hati membuat setiap hepatosit berkontak langsung dengan darah
dari dua sumber; darah arteri yang datang dari jantung dan darah vena yang datang
langsung dari saluran cerna. Hepatosit menerima darah arteri segar melalui arteri
hepatika, yang menyalurkan oksigen dan metabolit-metabolit darah untuk diproses
oleh hati. Darah vena juga masuk ke hati melalui sistem porta hati. Vena-vena
yang mengalir dari saluran cerna tidak langsung menuju ke vena kava inferior, vena
besar yang mengembalikan darah ke jantung. Namun, vena-vena di lambung dan
usus masuk ke vena porta hati, yang membawa produk yang diserap dari saluran
cerna langsung ke hati untuk diproses, disimpan, atau didetoksifikasi sebelum
produk-produk ini memperoleh akses ke sirkulasi umum. Di dalam hati, vena porta
kembali bercabang-cabang menjadi anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk
memungkinkan terjadinya pertukaran antara darah dan hepatosit sebelum darah
mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian menyatu dengan vena kava
inferior.
Sistem Empedu
Kandungan
● Garam empedu: merupakan turunan kolesterol
● Kolesterol
● Lesitin (fosfolipid)
● Bilirubin
Sekresi empedu : Jumlah empedu yang disekresikan per hari berkisar dari 250 mL
– 1 liter, bergantung pada derajat stimulusnya
Arti : Sebuah proses difus yang ditandai penambahan jaringan ikat dan perubahan
arsitektur hati menjadi struktur abnormal berupa nodul-nodul regeneratif yang
dikelilingi oleh septa-septa fibrosis. (Textbook of Clinical Gastroenterology and
Hepatology)
● Peningkatan aliran vena porta
● Disfungsi sintesis hepatosit
● Meningkatkan risiko karsinoma hepatoseluler
Epidemiologi
● Prevalensi sulit dinilai karena stadium awal bersifat asimtomatis
● Penyakit kematian ke-14 tersering pada dewasa di dunia, angka kematian 1,04
juta jiwa/tahun
● Indikasi utama untuk 500 kasus hepar/tahun di negara maju
● Laki-laki : wanita → 1,6:1
● Rata-rata menyerang usia dewasa 30-59 tahun
➔ Dekompensata
◆ Gejala dan tanda klinis jelas
◆ Minimal satu dari manifestasi, antara lain ikterus, Asites dan edema parifer
(80%), Hematemesis melena, Jaundice, dan Ensefalopati.
Diagnosis :
➔ Anamnesis
➔ Pemeriksaan Fisik ditemukan Nyeri tekan abdomen, Eritema palmar, Ikterus
dan sklera ikterik, Spider naevi, dan Ginekomastia
➔ Pemeriksaan penunjang
◆ Baku emas : histopatologi → grading dengan skor METAVIR
◆ Pemeriksaan Laboratorium
● Parameter hematologi:hemoglobin, leukosit, hitung trombosit, waktu
protrombin(INR)
● Biokimia serum: bilirubin,transaminase (ALT dan AST)
● Apabila ditemukan asites: kadar elektrolit (natrium,
kalium,bikarbonat, klorida), urinalisis
● Deteksi/pemantauan etiologi:penanda
● Serologis hepatitis B dan C, dsb
◆ Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi untuk mendeteksi varises
esofagus
◆ Prediktor sirosis
● Rasio AST/ALT >1
● Skor APRI (Indeks Rasio AST/Trombosit): untuk etiologi hepatitis B
kronis dan C
● Skor FIB4: untuk etiologi hepatitis B Kronis, hepatitis C, dan NASH
○ NASH: Skor FIB4 <1,30 →Sirosis METAVIR FO-F1; Skor
FIB4>2,67 → Sirosis METAVIR F3-F4
○ Hepatitis C: Skor FIB4 <1,45 →Sirosis METAVIR FO-F1; Skor
FIB4>3,21 → Sirosis METAVIR F3-F4
◆ Pemeriksaan Radiologi (non-invasif)
● Deteksi nodul hati/tandahipertensi porta: USG hati, CT-scan/MRI
● Penilaian derajat fibrosis: transien Elastografi, MR elastrografi
Komplikasi
➔ Hipertensi Porta dan Kondisi Hiperdinamik
◆ Peningkatan gradien tekanan vena hepatik >5mmHg
◆ Disebabkan peningkatan resistensi aliran darah porta karena perubahan
struktur parenkim hati
◆ Menyebabkan:
● Varises gastro-esofagus dan perdarahan varises tersebut
● Asites
● Ensefalopati hepatikum
➔ Insufisiensi Hati
◆ Penurunan fungsi hati akibatperubahan struktur histologis
◆ Gangguan fungsi sintesis : hipoalbuminemia, malnutrisi, defisiensi vitamin
K, gangguan endokrin
◆ Gangguan fungsi ekskresi: kolestasis dan ikterus, ensefalopati
◆ Gangguan fungsi metabolisme: gangguan homeostasis glukosa,
malabsorpsi vitamin D dan kalsium
Prognosis
➔ Bergantung pada kondisi klinis pasien dengan skor CTP
➔ Mortalitas hanya terjadi setelah pasien mengalami fase dekompensasi
➔ Sirosis kompensata: survival selama 10 tahun → 90%
➔ Terjadinya dekompensata pada 10 tahun meningkat 50%
PATOFISIOLOGI KASUS
TATA LAKSANA
Sirosis Kompensata
➔ Terapi medikamentosa
Terapi Kausal
◆ Hepatitis B kronis dan hepatitis C: interferon atau antiviral agents lainnya
◆ Alkohol → Glukokortikoid terkadang digunakan pada pasien hepatitis
alkoholik tanpa infeksi
◆ Autoimun : diberi kortikosteroid
➔ Terapi Non-medikamentosa
◆ Diet seimbang 35-40 kkal/KgBB ideal dengan protein 1,2-1,5 g/KgBB/hari
◆ Aktivitas fisik untuk mencegah inaktivitas dan atrofi otot.
◆ Pembatasan obat-obatan hepatotoksik dan nefrotoksik
Sirosis Dekompensata
Tata Laksana spesifik sesuai komplikasi yang ditemukan
Transplantasi hati : terapi utama untuk sirosis dan penyakit hati stadium akhir.
TATA LAKSANA GAWAT DARURAT HEMATEMESIS
MELENA
Komplikasi
➔ Iritasi hidung, sinusitis, epistaxis, rhinorrhea, fistula esophagotracheal akibat
pemasangan NGT jangka lama.
➔ Pneumonia Aspirasi.
➔ Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation
PPI dapat dengan cepat menetralkan asam lambung. Lingkungan asam dapat
menghambat agregasi trombosit dan koagulasi plasma, juga menyebabkan lisis
bekuan.
OCTREOTIDE
● Analog somatostatin
● The initial control of bleeding related to portal hypertension
● Fungsi : menurunkan aliran darah splanknik dan tekanan darah vena porta
hepatica
● Menghentikan perdarahan akut varises esophagus 70-80% kasus
● Dosis : Infus IV 100 µg bolus (awal), dilanjutkan 25 µg/h selama 8-24 jam atau
sampai pendarahan berhenti
Indikasi utama pemasangan EVL, yaitu Perdarahan atau varises esophagus, Terapi
non-bleeding varises, dan Terapi perdarahan varises rekuren
Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu Nyeri dada dan disfagia, Obstruksi esofagus
akibat edema, Ulser esofagus, Perdarahan, Perforasi, Infeksi, Aspirasi.
SENGSTAKEN-BLAKEMORE TUBE
● Since its introduction in 1950, the Sengstaken-Blakemore tube (SBT) has been
one of the most widely used nonsurgical procedures for the arrest of
haemorrhage from varices by direct tamponade.
● Efektivitas : 50-92%
ASITES
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum,
mekanisme dasarnya adalah transudasi dan eksudasi.
Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa penyakit dan
menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks.
Pengobatan
➔ Pengobatan asites transudative sebaiknya dilakukan secara komprehensif,
meliputi :
◆ tirah birang : memperbaiki efektifitas diuretika pada pasien asites
transudative yang berhubungan dengan hipertensi porta. Berhubungan
dengan perbaikan alirah darah ginjal dan filtrasi glomerulus akibat tirah
baring karena RAAS yang menurun. (Tidur terlentang, kaki sedikit
diangkat selama beberapa jam setelah minum obat diuretic)
◆ Diet : diet rendah garam ringan sampai sedang untuk membantu diuresis.
Konsumsi garam dibatasi hingga 40-60 meq/hari à 2g
➔ Pengobatan asites transudative sebaiknya dilakukan secara komprehensif,
meliputi :
◆ Diuretik : yang dianjurkan adalah diuretic sebagai anti aldosteron
(spironolakton 400 mg/hari) yang merupakan hemat kalium, bekerja di
tubulus distal dan menahan reabsorpsi Na dan kombinasi furosemid
160mg/hari. Target terapi adalah peningkatan diuresis sampai berat badan
turun 400-800 g/hari. Akibat diuresis : gagal ginjal fungsional, gangguan
elektrolit, gangguan keseimbangan asam-basa, ensefalopati hepatikum,
Spironolakton dapat menyebabkan libido menurun, ginekomastia pada
laki-laki, dan gangguan menstruasi pada perempuan.
➔ Pengobatan asites transudative sebaiknya dilakukan secara komprehensif,
meliputi :
◆ Terapi parasentesis : setiap liter cairan asites yang dikeluarkan sebaiknya
diikuti dengan substitusi albumin parenteral sebanyak 6-8 gram. Pasien
sirosis yang mengalami asites refraktor dapatdipertimbangkan LVP (large
volume paracentesis) sampai TIPS (transjugular intrahepatic
portosystemicshunt)
◆ Terapi kausatif
HEPATOCELLULAR CARCINOMA
HCC merupakan tumor ganas primer yang berasal dari hepatosit, demikian dengan
fibrolamelar dan hepatoblastoma. Dari seluruh tumor ganas hati yang terdiagnosis
85% merupakan HCC.
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kanker pada manusia serta menempati urutan 5
pada laki-laki dan Sembilan pada perempuan sebagai kanker tersering di dunia, dan
merupakan urutan 3 kanker sistem saluran cerna setelah kolorektal dan lambung.
Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di Negara berkembang di Asia Timur
, Asia Tenggara dan Saharan Afrika yang dikenal sebagai wilayah dengan
prevalensi tinggi hepatitis virus.
Faktor Resiko :
● HBV. Wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kekerapan hcc
yang tinggi. Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses
inflamasi kronik. Peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke
dalam dna sel penjamu. Gen-x HBV (HBX) menyebabkan proliferasi hepatosit
dan melampaui mekanisme protektif dari apoptosis sel.
● HCV. Hepatokarsinogenesis akibat infeksi hcv diduga melalui aktivasi
nekroinflamasi kronis dan sirosis hati
● Sirosis hati merupakan faktor risiko utama dan melatarbelakangi >80% kasus.
● Aflatoksin. Toksin dari jamur aspergillus yang menginduksi mutasi pada gen
supresor tumor p53.
● Obesitas menjadi faktor risiko fatty liver, yang dapatberkembang jadi sirosis
hati kemudian berlanjutmenjadi HCC
Penyebaran :
● Metastasis intrahepatic dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe, atau
infiltrasi langsung.
● Metastasis intrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta, vena cava.
● Metastasis sistemik seperti kelenjar getah bening di porta hepatis mungkin
terjadi, bila sampai peritoneum dapat menimbulkan asites hemoragik, yang
berarti sudah memasuki stadium terminal
Karakteristik klinis :
● Nyeri atau perasaan tidak nyaman di kuadran kanan-atas abdomen
● Rasa penuh di abdomen, lesu, penurunan berat badan, dengan atau tanpa
demam
● Keluhan gastrointestinal ; anoreksia kembung, konstipasi, diare
● Sesak napas dirasa jika tumor menekan diafragma atau metastasis ke paru
● Hepatomegali, splenomegali, asites, ikterus, demam, dan atrofi otot.
Diagnosis :
● Melihat riwayat penyakit penting untuk menilai faktor predisposisi seperti
riwayat hepatitis, jaundice, transfusi darah, obat IV. Riwayat HCC keluarga
termasuk pekerjaan untuk melihat paparan karsinogen.
● Pemeriksaan fisik juga harus melihat adanya penyakit hepar dasar seperti
jaundice, ascites, edema perifer, spider nevi, palmar eritema dan penurunan
berat badan. Bentuk abdomen dan ukuran hepar, massa atau asites, dan ukuran
lien.
● Penanda tumor, AFP (alfa-feto protein) adalah protein serum normal yang
disintesis sel hati fetal. Rentang normalnya 0-20 mg/ml. pada hcc kadarnya
meningkat lebih dari 400 mg/ml
● USG abdomen, pada pasien sirosis dianjurkan menjalani px usg setiap 3
bulan. Tampilan usg untuk hcc untuk menilai hipervaskularisasi tumor dan
thrombosis dari invasi tumor.
● Skrining dan surveilans, pada pasien sirosis hati dengan HBsAg atau anti
HCV positif dianjurkan melakukan pemeriksaan AFP dan USG tiap 3-6
bulan.
Staging
Stage I : memiliki prognosis terbaik, ukuran tumor <2 cm tanpa ada invasi vascular
Stage II : ukuran >2cm ataupun multiple masih bisa dilakukan reaksi dan transplant.
Stage III : ada invasi pada lymph node dan memiliki prognosis buruk, beberapa
pasien bertahan dalam 1 tahun
Stage IV : memiliki prognosis sangat buruk meskipun sudah diresensi atau
transplantasi dan jarang bertahan sampai 1 tahun.
Terapi :
● Reseksi tumor dilakukan pada pasien non-sirosis, karena dapat memicu gagal
hati.
● Transplantasi hati yang memungkinkan penyingkiran tumor dan mengganti
parenkim hati yang mengalami disfungsi
● Terapi paliatif TAE/TACE (transarterial embolization/chemo embolization)
untuk menurunkan pertumbuhan tumor
ENCEPHALOPATI HEPATIKUM
•kondisi yang merujuk pada perubahan kepribadian, psikologis, dan sistem saraf
pada orang dengan yang mengalami gagal hati.
•Amonia diproduksi oleh bakteri di dalam perut dan usus. Biasanya, hati memecah
amonia sehingga membuatnya tidak berbahaya. àpenyakit hati à kadar amonia
tinggi àAmonia masuk ke dalam darah, menuju otak, dan menyebabkan gejala yang
mengganggu fungsi otak.
HIPERTENSI PORTA
Gejala Klinis :
The onset of portal hypertension may not always be associated with specific
symptoms. But if you have liver disease that leads to cirrhosis, the chance of
developing portal hypertension is high.
Gejala klinis ensefalopati hepatikum adalah Ascites, GI bleeding : melena,
hematemesis, Jaundice, Confusion, forgetfulness, seizure, Varices esofagus,
stomach, around umbilicus, anus, dan Enlarged spleen.
GASTRITIS EROSIF
Definisi : Suatu bentuk dari gastropati dimana terjadi kerusakan superfisial dari
epitel atau endotel tanpa inflamasi
Etiologi gastritis erosif adalah Obat obatan seperti NSAID, Alkohol, Stres karena
keadaan penyakit yang berat atau setelah tindakan operasi, Hipertensi portal, dan
Penyebab yang jarang, misalnya : absorbsi yang terganggu, dan radiasi
Gejala Klinis gastritis erosif biasanya asimtomatis. Namun, keluhan yang sering
didapatkan :
● Anoreksia, nausea, dan vomiting
● Nyeri pada epigastrium
● Perdarahan gastrointestinal : hematemesis dan melena
Pemeriksaan Lab tidak ada yang spesifik, biasanya bila terjadi perdarahan
didapatkan hematokrit yang rendah. Namun, bisa juga didapatkan Fe serum yang
rendah
Pemeriksaan Khusus
Endoskopi adalah pemeriksaan yang dapat memastikan diagnosis, lebih baik
dilakukan dalam 24 jam perdarahan untuk memastikan sumber perdarahannya
Tata Laksana yang dapat dilakukan, yaitu Infus H2 reseptor antagonis, Proton
pump inhibitor, dan Sukralfat suspensi.
VARISES ESOFAGUS
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah.
Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut
akan mencari jalan lain, yaitu ke pembuluh darah yang lebih kecil dan lebih mudah
pecah. Tidak imbangnya antara tekanan aliran darah dengan kemampuan
pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises).
Etiologi :
● Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis.
● Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofagus:
○ Gagal jantung kongestif yang parah.
○ Trombosis. Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus.
○ Sarcoidosis.
○ Schistosomiasis.
○ Sindrom Budd-Chiari.
Manifestasi Klinis :
Tanda-tanda dan gejala dari jangkauan perdarahan esofagus dari ringan sampai
parah dan mencakup Muntah darah, Tinja hitam seperti teh, Kencing menjadi
sedikit, Sangat haus, Pusing, dan Syok
Diagnosis : endoskopi
Tata Laksana :
● Terapi Farmakologis
○ Vasopresin. Vasopresin menurunkan aliran darah portal, aliran darah
kolateral sistemik portal, dan tekanan varises.
○ Vasopresin dengan Nitrogliserin. Penambahan nitrogliserin
meningkatkan efek vasopresin pada tekanan portal dan menurunkan
efek samping vaskuler.
○ Glypressin dengan atau tanpa nitrogliserin. Glypressin adalah analog
sintetik vasopresin yang memiliki efek vasokonstriksi sistemik segera
dan diikuti efek hemodinamik portal akibat konversi lambat menjadi
vasopresin.
○ Somatostatin dan Octreotide. Somatostatin menyebabkan
vasokonstriksi splanchnic selektif dan menurunkan tekanan portal dan
aliran darah
● Ligasi varises. Mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita
elastis. Ini adalah pengobatan pilihan untuk perdarahan varises esophagus.
● Terapi injeksi endoskopi. Menyuntik pembuluh darah dengan larutan
tertentu agar pembuluh darah tersebut berhenti berdarah. Pendarahan
biasanya dikendalikan setelah perawatan satu atau dua, tetapi komplikasi
dapat terjadi termasuk perforasi kerongkongan dan parut pada esofagus yang
dapat menyebabkan gangguan menelan (disfagia)
Komplikasi yang dapat timbul, yaitu syok hipovolemik ensefalopati, dan infeksi
(contohnya pneumonia aspirasi)
ULKUS GASTER DAN DUODENUM SERTA STRESS ULCER
Definisi
Ulcer/tukak adalah suatu defek mukosa/submukosa yang berbatas tegas dapat
menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi
perforasi.
Secara klinis tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih dalam
dengan diameter > 5 mm yang dapat diamati dengan endoskopi dan radiologi
Etiologi
● Infeksi Helicobacter pylori
● NSAID
● Hipersekretori. Berhubungan dengan faktor genetik, yaitu sel parietal
mempunyai massa lebih besar/sekresi lebih banyak (Zollinger Ellison
Syndrome)
Epidemiologi
● Angka kasus meningkat seiring dengan penambahan umur à berhubungan
dengan pemakaian NSAID yang meningkat di usia tua
● Penderita tukak gaster umumnya berusia lebih tua dari penderita tukak
duodenum
● Usia >60 tahun
● Lebih banyak di kelompok sosial-ekonomi rendah
Faktor Resiko berupa Usia > 60 tahun, Makanan Pedas, Asam, Gorengan, atau
Berlemak dan menyebabkan iritasi gaster, Rokok, Alkohol, Kopi, dan Penggunaan
NSAID
Gejala Klinis Tukak Gaster, antara lain Dispepsia, Nyeri pada ulu hati, Nyeri
timbul setelah makan (Nyeri timbul di kiri), Berat badan turun, dan Mual dan
muntah.
Gejala Klinis Tukak Duodenum, antara lain Dispepsia, Rasa nyeri timbul pada
saat pasien lapar (malam hari – jam 3 dini hari), Nyeri berada di sebelah kanan garis
tengah perut, Berat badan turun, dan Mual muntah.
NOTE: Tukak akibat NSAID biasanya tidak menimbulkan gejala, hanya diketahui
dari komplikasi perdarahan/perforasi
Patogenesis
Diagnosis
● Anamnesis
● Pemeriksaan Fisik
○ Tukak tanpa komplikasi (nyeri ulu hati, nyeri di kiri garis tengah perut)
○ Tanda Peritonitis (sangat nyeri, tidak terdengar bising usus)
○ Stenosis Pylorus (Succussion Splashing 4 – 5 jam setelah makan disertai
muntah/retensi cairan)
○ Tanda Perdarahan (takikardi, syok hipovolemik)
● Pemeriksaan Penunjang
○ Pemeriksaan Radiologi dengan barium kontras ganda à tapi lebih baik
endoskopi (dapat melihat lesi <0, 5 cm)
○ Untuk memastikan adanya keganasan:
○ Histopatologi dan sitologi brushing dengan biopsi melalui endoskopi
○ Biopsi → ambil sampel dari pinggiran dan dasar tukak sampel minimal 4
sampel
○ Jika ditemukan H. Pylori dianjurkan px CLO, Serologi & UBT dengan
biopsi melalui endoskopi
Tata Laksana
Tujuan :
● Menghilangkan keluhan/simptom(sakit atau dispepsia)
● Menyembuhkan/memperbaiki kesembuhan tukak
● Mencegah kekambuhan/rekurensi tukak
● Mencegah komplikasi
Terapi tukak gaster dan duodenum sama, namun tukak gaster memerlukan waktu
terapi yang lebih lama karena tukak gaster biasanya ukurannya lebih besar
Etiologi → dijumpai pada kasus berat di UGD yang biasanya diakibatkan karena
luka bakar, gangguan sirkulasi otak
Diagnosis → dengan endoskopi (letaknya tukak stres agak superfisial yang kadang
ditutupi oleh gumpalan darah)
Prognosis
Jika penyebab diketahui secara tepat : Dubia ad bonam
● Ulcer recurrence rate : 10 – 20 %
● Mortalitas : 1/ 100.000 kasus
● Operasi emergensi karena perforasi tukak lambung meningkatkan risiko
mortalitas 6 %- 30%
HEMATEMESIS DAN MELENA
Definisi:
Hematemesis adalah muntah darah, dengan warna coklat kehitaman seperti kopi.
Sedangkan, Melena adalah feses lembek berwarna hitam pekat.
Hematemesis dan melena merupakan gejala dari UGIB. UGIB harus selalu
dijadikan sebagai keadaan emergensi sampai dapat terevaluasi.
Muntah terlihat berwarna hitam seperti kopi, hal ini akibat terdapat darah yang
sudah diproses oleh asam lambung. Asam lambung mengoksidasi iron dalam
molekul heme yang mengakibatkan munculnya warna hitam.
Butuh >50 ml darah di perut untuk mengubah BAB menjadi hitam. Feses hitam
baru muncul sekitar 4-6 jam setelah digesti darah, sehingga Melena tidak dapat
dijadikan sebagai acuan diagnosis UGIB. Usus halus dan caecum harus diperiksa
jika tidak ditemukan penyebab perdarahan pada esophagus, lambung, atau
duodenum.
Varices terdevelop oleh koneksi antara vena gastrica sinistra,dan vena azygos
Gastritis erosive dan ulcer (gaster/duodenal)
Ulcer/Erosive = NSAID ASPIRIN, Intracranial injury, H.Pylori infection.
Erosive gastritis mengacu pada keadaan visualisasi endoskopi yang
memperlihatkan hemorrhage dan erosi pada mukosa Gaster
Gastric ulceration
Gastric ulcers occur in H. pylori-colonized people with a corpus-predominant or
pangastritis. Such persons also have hypergastrinemia, but acid production is
unchanged or reduced because of the inflamed and damaged gastric corpus. This
leads to a cycle of chronic damage with progressive atrophy of gastric glands and
further hypochlorhydria. The pathogenesis of gastric ulceration in this environment
is poorly understood, but ulcers usually occur in the transitional zone, between
antrum and corpus mucosa, often on the lesser curve, where inflammation can be
heavy. These people are also predisposed to develop distal gastric adenocarcinoma.