Osteomielitis Tutor
Osteomielitis Tutor
PENDAHULUAN
Osteomyelitis merupakan kata yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti
peradangan pada tulang dan sumsum tulang (osteon : tulang ; myelos : sumsum;
dan itis : peradangan)1 yang disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat
mengakibatkan kerusakan tulang lokal, nekrosis, dan aposisi tulang baru. 2
Pada osteomielitis, penderita akan merasakan nyeri tumpul pada tulang yang
terlibat, nyeri tekan, ruam kemerahan, pembengkakkan, rasa hangat pada lokasi
radang, dan disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil dan perasaan lemas. 4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi bone marow pada tulang panjang yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influenzae. Mikroorganisme dapat masuk melalui tulang terbuka, fraktur
atau luka pembedahan. Selain itu dapat pula melalui aliran pembuluh darah
akibat dari bagian tubuh lain yang terinfeksi misalnya infeksi saluran nafas
atas, tonsilitis, abses gigi, lesi kulit atau pielonefritis. 5,6
Mikroorganisme tersebut melalui pembuluh darah masuk melalui
matafisis tulang dan bila tidak ditanggulangi dengan benar akan menjadi
abses dan destruksi / kerusakan tulang. Bila abses membesar dapat terjadi
ruptur pada bagian subperiosteak yang menyebabkan nekrosis yang disebut
“sequestrum” (jaringan nekrotik yang timbul setelah terjadi infeksi pada
tulang).5
2.2 Epidemiologi
Keseluruhan kejadian osteomielitis di Amerika Serikat tidak
diketahui secara pasti, tetapi laporan menunjukkan sekitar 50000 kasus
setiap tahunnya. Insidensinya lebh tinggi pada pria untuk alasan yang tidak
diketahui tetapi meningkat seiring bertambahnya usia terutama karena
faktor komorbitas seperti diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah
perifer. Juga penngktana ketersediaan tes pencitraan sensitf, seperti MRI
dan skintigrafi tulang telah meningkatkan akurasi diagnostik dan
kemampuan untuk mengkarakteristik infeksi. 7
Prevalensi osteomielitis adalah 1 kasus per 5000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per 1000. Insidensi tahunan pada pasien
dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis
setalah tusukan kaki sebesar 16% dan 30-40% pada pasien dengan diabetes.
2
Insiden osteomielitis vertebra adalah sekitar 2,4 kasus per 100000 populasi.
Insiden ostemomielitis lebih tinggi pada negara berkembang. 8
20% kasus oeteomielitis pada orang dewasa bersifat hematogen dan
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1.9 Pada usia yang lebih tua cenderung meningkat
dikarenakan peningkatan kasus diabetes terkait dasecular. Insidens
osteomielitis tulang belakang diperkirakan 1 dalam 450.000 pada tahun
2001. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, keseluruhan insiden
osteomielitis tulang belakang diyakini telah meningkat sebagai konsekuensi
dari penggunaan obat intravena, peningkatan usia populasi dan tingkat yang
lebih tinggi dari infeksi nasokomial akibat alat intravaskular dan
instrumentasi lainnya. Kejadian osteomielitis lebih tinggi terjadi pada
negara berkembang.5,10
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal.
Osteomielitis hematogen akut biasanya terjadi pada anak-anak. Trauma
langsung dan fokus osteomielitis yang berdekatan lebih sering terjadi pada
orang dewasa dan remaja. Osteomielitis vertebra lebih sering terjadi pada
orang yang berusia lebih dari 45 tahun. 8
2.3 Etiologi
Penyebab utama dari osteomielitis adalah :10
a. Insufiensi pembuluh darah
Insufiensi vaskular lebih sering terjadi pada pasien diabetes.
b. Penyemaian hematogen
Sering terjadi pada anak-anak dan orang tua.
c. Trauma atau pembedahan sebelumnya
Fraktur terbuka memiliki tingkat osteomielitis lebih tinggi dibandingkan
dengan fraktur tertutup.
3
Kelompok umur Organisme penyebab
Baru lahir ( < 4 bulan) S. aureus, Enterobacter spesies
dan Streptococcus grup A dan B
Anak – anak S. aureus, Streptococcus grup A,
(4 bulan – 4 tahun) Kingella kingae dan Enterobacter
Anak-anak sampai remaja S. aureus, Streptococcus grup A,
H. Influenzae, dan Enterobacter
Dewasa S. aureus, Streptococcus dan
Enterobacter
Tabel. Penyebab osteomyelitis berdasarkan usia11
4
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya osteomyelitis adalah : 11
a. Trauma atau operasi terbaru
b. Pasien dengan immunocompromised
c. Penggunaan obat-obat terlarang
d. Pasokan vaskular yang buruk
e. Kondisi sistemik seperti diabetes dan sel sabit
f. Neuropati perifer
2.5 Klasifikasi
5
difus, dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah debridemen. Infected
nonunions, yang melibatkan osteomielitis difus, memberikan tantangan
paling besar
6
1. Klasifikasi Waldvogel14
Karakteristik
Mekanisme infeksi tulang
Hematogen Transportasi bakteri melalui
darah. Sebagian besar infeksi
terjadi pada anak-anak.
Berdekatan Inokulasi bakteri dari fokus yang
berdekatan. Contohnya :
7
Osteomielitis pasca trauma,
infeksi prostetik.
Terkait dengan insufiensi Infeksi yang mempengaruhi kaki
pembuluh darah pada pasien dengan diabetes,
hanseniasis atau insufiensi
perifer.
Durasi dari Infeksi
Akut Episode awal osteomyelitis yang
ditandai dengan edema,
pembentukan nanah, kongesti
vaskular, trombosis pembuluh
kecil.
8
A – Pasien sehat Pasien tanpa komorbit
B1 - Kompromi lokal Merokok, limpaedema
kronis,vena stasis, arthritis, bekas
luka yang besar dan
byradiotherapy fibrosis.
Bs - Kompromi sistemik Diabetes melitus, malnutrisi,
gagal ginjal, hipoksia kronik,
neoplasma, usia
2.6 Patofisiologi
9
Meskipun semua jenis organisme, termasuk bakteri, virus, parasit,
dan jamur dapat menyebabkan osteomielitis, infeksi tulang umumnya
disebabkan oleh bakteri piogenik. Staphylococcus aureus (S. aureus)
bertanggung jawab atas 80% hingga 90% dari kasus osteomielitis piogenik.
Sedangkan Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) adalah flora
normal pada kulit yang paling banyak mengkontaminasi perangkat medis,
termasuk implan perangkat keras ortopedi dan kateter. 18–21
10
resorpsi tulang oleh osteoklas, pertumbuhan jaringan fibrosa, dan deposisi
tulang baru yang reaktif di pinggiran. Pembentukan tulang yang baru akan
membentuk selubung jaringan hidup di sekitar segmen tulang yang
terinfeksi atau nekrosis, hal ini dikenal sebagai involucrum. Pecahnya abses
subperiosteal dapat menyebabkan abses jaringan lunak dan pembentukan
sinus drainase.17
11
2.7 Manifestasi klinis
12
2.8 Diagnosa banding9
Penyakit Defenisi Etiologi Tanda dan gejala Pemeriksaan penunjang Tatalaksana
Ewing Suatu tumor ganas Belum diketahui Nyeri yang hilang - Pemeriksaan Kemoterapi
Sarcoma yang jarang terjadi timbul hingga nyeri laboratorium Kemoradiasi
dimana sel kanker hebat, edema dan - X-ray pembedahan
dapat ditemukan inflamasi pada lokasi - CT Scan
pada tulang lesi,demam, anemia, - MRI
ataupun jaringan penurunan nafsu - PET Scan
lunak. makan dan berat - Patologi Anatomi
badan.
Gout dan Gout adalah suatu Gout disebabkan Nyeri,bengkak, - Pemeriksaan Pemberian nsaid
Pseudogout penyakit dan oleh kristal merah dan hangat, laboratorium
potensi monosodium disertai keluhan - X-ray
ketidakmampuan urate demam, menggigil, - Aspirasi cairan sendi
akibat radang monohydrate, lelah
sendi yang pseudogout
gejalanya episodik disebabkan oleh
13
berat dan kristal kalsium
menyerang 1 sendi pirofosfat.
Septic Radang sendi yang Staphylococcus - Nyeri pada - Pemeriksaan Antibiotik dan drainase
Arthritis disebabka oleh aureus sensi yang laboratorium cairan sendi
bakteri, virus Streptococcus terkena - Aspirasi cairan sendi
ataupun jamur. pneumoni - Bengkak dan - USG
Streptococcus hangat pada
pyogenes sendi yang
Pseudomonas terkena
aeruginosa - Demam
Escherichia coli
Anemia sel Kelainan Kelainan globin Jantung : Pmeriksan laboratorium a. Menghindari
sabit autosomal resesif sabit yang kardiomegali, elektroforesis pencetus kritis
yang disebabkan disebabkan oleh murmur, takikardi, b. Penisilin
oleh mutasi gen subsitusi valin dispnea profilaktik
globin sabit untuk asam Paru : mencegah
menjadi glutamat pada Nyeri dada, batuk, pneumonia
hemoglobin S posisi 6 rantai. demam, hemoptisis, c. Asam folat
yang kelarutannya gelisah
14
menurun dalam Saraf pusat : d. Hidrasi dan
bentuk hemiplegia, afasia, analgesik opioid
deoksigenasinya disfungsi usus dan e. Deferoksamin
sehingga kandung kemih f. Transfusi
menghasilkan Skeletal : nyeri, g. hidroksiurea
eritrosit yang bengkak pada tangan
abnormal. dan kaki
Kulit : nyeri, ulkus
terbuka dan
mengering
Gastrointestinal :
nyeri perut,
hepatomegali,
ikterus, demam
Genitourinaria : nyeri
pinggang, hematuria
15
16
2.9 Penegakkan Diagnosa
1. Anamnesis
Menanyakan faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan osteomielitis
seperti usia, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khusunya operasi tulang, penggunaan kateter dan terapi radiasi. 5
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, bekas luka atau gangguan lokal penyembuhan
luka ditemukan bersamaan dengan tanda-tanda utama peradangan. Pada
ekstremitas yang terlibat dapat juga dijumpai gerakan yang tidak
leluasa, deformitas ndan tanda-tanda lokal gangguan vaskularisasi.10
Area disekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi. Bisa juga terjadi eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam yang biasanya diatas
38oC, takikardi dan iritasi.5
Pada aak, dapat mengalami penurunan pergerakan dan nyeri pada
ekstremitas yang terkena dan persendian yang berdekatan, serta edema
dan eritema pada daerah. Selain itu pada nak juga dapat mengalami
demam, malaise dan lekas marah atau menanggis bayi baru lahir dengan
osteomielitis dapat menunjukkan penurunan pergerakan anggota tubuh
tanpa tanda atau gejala lain.10
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hasil laboratorium menujukkan adanya leukositosis dan laju endap
darah meningkat 50% pada pasien yang mengalami infeksi
hematogenous.5 jumlah leukosit jarang melebihi 15000 pada fase
akut dan normal pada osteomielitis kronik. 10
Pada pasien anak-anak yang mengalami osteomyelitis sering terlihat
peningkatan dari ESR dan CRP. Tingkat CRP berkolerasi dengan
respon ingkat interleukin 6 sering dipelajari sebagai alat diagnostik
17
infeksi tulang yang terkait dengan prostesis sendi. Dapat dijumpai
kadar yang normal pada alkali fosfatase, kalsium dan fosfat. 10
b. Foto rontgen
Pada osteomielitis akut, radiografi polos awal tidak menunjukkan
banyak perubahan. Setelah sekitar 3 hingga 4 hari mungkin ada
peningkatan dalam jaringan lunak. Perubahan tulang muncul setelah
2 minggu dan lesi litik yang digambarkan buruk menyimulsikan lesi
yang agresif. Radiografi polos memiliki kepositifan hanya 20%
setelah 2 minggu. Pada radiologi ditemuka penebalan atau
peningkatan periosteal serta penebalan kortikal, sklerosis dan
ketidakteraturan. Perubahan lainnya termasuk hilangnya arsitektur
trabelkular, osteolisis dan pembentukan tulang baru. Perubahan ini
mungkin tidak tampak sampai 5-7 hari pada anak0anak dan 10
sampai 14 hari pada orang dewasa.10
18
c. CT Scan
CT Scan lebih sensitif daripada radiografi polos untuk menilai
integritas kortikal dan trabekular, reaksi periosteal, gas intraoseus
dan jaringan lunak, luas saluran sinus dan unggul dalam mendeteksi
fragmen tulang nekrotik.7 CT berguna untuk memandu biopsi
hjarum pada infeksi tertutup dan untuk perencanaan praoperasi
untuk mendeteksi kelainan tulang ataupun benda asing. 10
d. Ultrasonografi
Tampak kumpulan cairan yang berdekatan dengan tulang, dapat
dijumpai peningktan dan penebalan periosteum. Ultrasonografi ini
dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat menjalani prosedur
MRI.10
e. Biopsi tulang
Biopsi tulang ( baik terbuka atau perkutan) penting untuk
menegakkan diagnosis histopatologis pada osteomielitis,
mengidentifikasi patogen penyebab dan memberikan data
kerentanan yang membantu terapi antibiotik langsung. Kultur luka
superfisial atau bahn dari tusukan jarum atau saluran sinus tidak
boleh digunakan dalam diagnosis karena spesimen ini tidak
berkolerasi dengan baik dengan hasil biopsi tulang. Penghentian
antibiotik 48 hingga 72 jam sebelum biopsi tulang terbuka dapat
meningkatkan hasil mikrobiologis tetapi tidak secara rutin
diperlukan karena biakan tulang sering positif terlepas dari terapi
antibotik sebelumnya karena infeksi ini terjadi didaerah infark atau
nekrosis yang disebabkan infeksi. 7Gold standar untuk pemeriksaan
osteomyelitis adalah kultur mikrobiologi dan histologi tulang. 22
Hasil histologi ditemukan leukosit polinuklear yang dominan pada
osmeomielitis akut, sedangkan pada osteomielitis kronik lebih
sering dijumpai limfosit, osteoblas dan osteoklas.
19
f. MRI
Pasein dengan peningktan level ESR dan CRP harus
menjalani MRI untuk membedakan infeksi dari herniasi diskus atau
penyebab struktural lainnya dari nyeri punggung. MRI memiliki
sensitivitas dan spesifitas gabungan tertinggi ( masing-masing 78%
hingga 90% dan 60% hingga 90%) untuk medeteksi osteomielitis.
Ini dapat mendeteksi infeksi tulang dini dalam 3 sampai 5 hari
setelah onset penyakit. MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi
bedah osteomielitis serta perubahan patologis sumsum tulang dan
jaringan lunak. Penggunaan kontras intravena tidak meningkatkan
deteksi penyakit tetapi memberikan perbedaan antara phlegmon,
jaringan nekrotik dan abses.7,10
2.10 Tatalakasana
Aspek utama dalam pengobatan osteomielitis adalah pengendalian
infeksi dan pembedahant666y78hujn . Bedah debridement semua tulang
yang sakit sering diperlakukan karena antibiotik menembus kedalam
pengumpulan cairan yang terinfeksi seperti abses dan cedera atau nekrotik
tulang. Dengan demikian, pengangkatan jaringan dan tulang nekrotik akan
menjadi tindakan utama dalam pembedahan. Jika debridemt bedah tidak
20
layak berdasarkan lokasi infeksi maka terapi antibiotik diperpanjang selama
berbulan-bulan.7
Hasil kultur dan sensitivitas harus memandu pengobatan antibiotik
jika memungkinkan, titapi jika tidak ada data ini, dapat dimulai antibiotik
empiris. Rejimen antibiotik empiris spektrum luas melawan organisme
gram positif dan negatif termasuk MRSA adalah vankomisin
(15mg/kgbb/IV/12 jam) ditambah sefalosporin generasi ketiga ( misalnya,
ceftriaxone 2g/iv/hari) atau kombinasi penghambat beta-laktam/ beta-
laktamase (mis. Piperasilin/tazobaktam 3,375 IV/8 jam), setelah data
sensitivitas tersedia, maka terapi antibiotik harus dipersempit untuk
cakupan yang ditargetkan dari organisme yang rentan. 7
21
MRSA di
masyarak
at > 10%
dan
prevalensi
S. Aureus
resisten
terhadap
clindamyc
in <10%
Jika vancomycin 40 dalam 4 kali Dosis 5-67
prevalensi pemberian atau disesuaikan
MRSA di 45mg dalam 3 dengan
masyarak kali pemberian kadar darah
at > 10% dengan
dan target level
prevalensi 15-20
S. Aureus mikrogram/
resisten mL
terhadap
clindamyc
in > 10%
OR
Linezolid jika 30 dalam 3 kali 1,2 g, 40-51
vancomycin pemberian penggunaan
tidak efektif tidak boleh
lebih dari 28
hari.
22
Alternatif Ampicilin atau 150-200 dibagi 8-12g 3-31
untuk amoxicilin dalam 4 dosis
agent untuk Beta- yang sama
yang hemolitikus
spesifik streptococcus
group A,
Haemophylus
influenzae type
b ( strain yang
tidak
menghasilkan
beta-laktamase,
S. Pneumonia
sensitif terhadap
penisilin).
23
Pengobatan pilihan dengan pemberian penicilin G 4 juta unit setiap 6
jam. regimen alternatif adalah ceftriaxone 2gm/IV/hari, clindamycin IV,
Vancomycin IV, cefazolin IV ( dengan dosis yang sama).
5. Sensitif kuinolon enterobacteriaceae
Pengobatan pilihan adalah ciprofloxacin 400mg IV/ 2 kali sehari atau
750mg oral, levofloxacin 500 sampai 750 per oral atau per IV per hari.
regimen alternatif dengan pemberian ceftriaxone 2g IV/hari, cefepime
2gm IV per 12 jam, ceftazidime 2 gm IV setiap 8 jam.
6. Resisten kuinolon Enterobakteriaceae
Pengobatan pilihan adalah piperacilin/tazobactam 3,375 g IV setiap 8
jam, ticarcillin/clavulanae 3,1 gm IV setiap 4 jam. Regimen alternatif
dengan pemberian ceftriaxone 2g IV per hari.
7. Pseudomonas aeruginosa
Pengobatan pilihan adalah cefepime 2gm IV setiap 12 jam, ceftazidime
2gm IV setiap 8 jam. regimen alternatif dengan pemberian meropenem
1 mg IV setiap 8 jam, imipenem 500 mg IV setiap 6 jam, ciprofloxacin
400mg IV setiap 12 jam atau 750 mg per oral per hari.
8. Enterococci
Terapi pilihan dengan penambahan penicilin 4 juta unit setiap 6 jam.
regimen alternatif dengan pemberian vancomycib 15mg/kg/12 jam,
daptomycin 6 mg/kg IV/hari, linezolid 600 mg IV atau PO setiap 12 jam.
9. Anaerob
Terapi pilihan adalah clindamycin 900 mg IV setiap 8 jam,
ticarcilin/clavulanate 3,1 gm IV setiap 4 jam. alternatif, metrodinazole
500 mg IV setiap 8 jam ( untuk bakteri anaerob gram negatif).
24
untuk memungkinkan perawatan infeksi jaringan residual dan
penyembuhan luk di area bedah.
2.11 Komplikasi
Sebanyak 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral
mengembangkan temuan neurologis atau kompresi medula spinalis.
Sebanyak 30% pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat
mengembangkan trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga
dapat menjadi penanda infeksi yang menyebar. Komplikasi umum pada
anak-anak dibawah 18 bulan termasuk kerusakan tulang, osteomielitis
kronik dan gangguan pertumbuhan tulang, terutama ketika lempeng
pertumbuhan terpengaruh. Kerusakan tulang yang ekstrim atau penipisan
korteks dapat menyebabkan fraktur patologis. 10
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul pada osteomyelitis yang
tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat, seperti : 7
a. Artritis septik
b. Osteomielitis Kronik
c. Fraktur Patologik
d. Karsinoma sel skuamosa
e. Pembentukan saluran sinus
f. Amiloidosis
g. Abses
h. Kelainan bentuk tulang
i. Infeksi sistemik dan infeksi jaringan lunak yang berdekatan
25
2.12 Prognosis
Prognosis untuk osteomielitis bervariasi tetapi secara nyata
membaik dengan diagnosis yang tepat waktu dan intervensi terapeutik yang
agresif.8 Jika sterilitas lesi dicapai dalam 2 sampai 4 hari dan tidak ada
permasalahan dalam sistem kekebalan pasien, maka dapat diperoleh hasil
yang baik. Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekambuhan
infeksi dan pengembangan menjadi kronis.
Pada osteomielitis kronis terjadi avaskularisasi relatif tulang,
sehingga hanya dapat disembuhkan dengan reseksi atau amputassi radikal.
Infeksi kronis ini dapat muncul kembali sebagai eksaserbasi akut, yang
dapat ditekan dengan debridemen diikuti dengan terapi antimikroba
parenteral dan oral.10,14
Pada orang dewasa, tingkat kekambuhan osteomielitis kronis adalah
30% dalam 12 bulan, tetapi dalam kasus yang melibatkan P. Aeruginosa
tingkat kekambuhan mencapai 50%. Kasus-kasus yang melibatkan
perangkat prostetik lebih sulit untuk diobati yang menyebabkan peningktan
morbiditas karena kebutuhan akan prosedur bedah yang lebih luas dan
kursus antibiotik yang diperpanjang diperlukan untuk perawatan. 7
Penggunaan antibiotik profilaksis pra operasi sebelum sayatan
terbukti mengurangi tingkat infeksi pasca operasi sekitar 0,5% hingga 2 %
sehingga meningkatkan hasil yang baik.angka kematian rendah, kecuali ada
sepsis terkait atau kondisi medis serius yang m endasarinya.8,7
26
DAFTAR PUSTAKA
27
https://www.orthobullets.com/trauma/1057/0stemyelitis-adult
12. J.-S. L, J. L, J.-P. C, J.-Y. S, C.-W. H, J.H. L, et al. Clinical guidelines for
the antimicrobial treatment of bone and joint infections in Korea. Infect
Chemother. 2014;46(2):125–38.
13. Akoh CC, Chang J, Buckwalter J. Marjolin’s Ulcer of the Tibia With
Pelvic Lymph Node Metastasis. Iowa Orthop J. 2017;37:133–8.
14. Helmann DB, Imboden JB. Musculoskeletal & Immunologic Disorder. In:
Mcphee SJ, Papadakis MA, Rabow MW, editor. Current Medical
Diagnosis & Treatment. 51 ed. USA: McGraw-Hill; 2012. hal. 839–40.
16. SooHoo NF, Krenek L, Eagan MJ, Gurbani B, Ko CY, Zingmond DS.
Complication rates following open reduction and internal fixation of ankle
fractures. J Bone Jt Surg - Ser A. 2009;91(5):1042–9.
20. Tong SYC, Davis JS, Eichenberger E, Holland TL, Fowler VG.
Staphylococcus aureus infections: Epidemiology, pathophysiology, clinical
28
manifestations, and management. Am Soc Microbiol. 2015;28(3):603–61.
22. Cook EA, Ashcraft JF. Clinical and Laboratory Diagnosis. In:
Osteomyelitis of the Foot and Ankle : Medical and Surgical Management.
Switzerland: Springer; 2015. hal. 13–23.
29