Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Osteomyelitis merupakan kata yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti
peradangan pada tulang dan sumsum tulang (osteon : tulang ; myelos : sumsum;
dan itis : peradangan)1 yang disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat
mengakibatkan kerusakan tulang lokal, nekrosis, dan aposisi tulang baru. 2

Bakteri atau jamur dapat menyebabkan terjadinya osteomyelitis. Osteomyelitis


paling sering terjadi pada anak, dan hampir 75% kejadian osteomyelitis disebabkan
oleh Staphylococcus Aureus.1 Kejadian osteomyelitis pada bayi paling umum
disebabkan Staphylococcus Aureus dan Streptococci Grup B. Pada anak usia 1-16
tahun penyebab osteomyelitis paling umum adalah Staphylococcus Aureus,
Streptococcus Pyogenes dan Haemophilus Influenza. Dalam beberapa populasi,
bakteri gram negatif, bakteri enterik adalah patogen yang signifikan. 3

Ada 3 jenis osteomyelitis, osteomielitis akut, sub-akut, dan kronik.


Osteomielitis akut terjadi dalam 2 minggu setelah infeksi awal, cedera, atau
timbulnya penyakit yang mendasarinya. Osteomielitis sub-akut terjadi dalam 1
sampai 2 bulan setelah infeksi awal atau penyakit yang mendasarinya. Osteomielitis
kronik terjadi setelah 2 bulan dari infeksi awal atau penyakit yang mendasarinya. 3

Pada osteomielitis, penderita akan merasakan nyeri tumpul pada tulang yang
terlibat, nyeri tekan, ruam kemerahan, pembengkakkan, rasa hangat pada lokasi
radang, dan disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil dan perasaan lemas. 4

Dalam penatalaksanaan osteomielitis, diperlukan intervensi bedah untuk


mengangkat jaringan nekrosis, dan pemberian antibiotik dalam penanganan
patogen. Penggunaan antibiotik pada osteomielitis harus sesuai dengan uji
sensitivitas. Jika hasil sensitivitas belum tiba, terapi antibiotik empiris harus segera
dimulai.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi bone marow pada tulang panjang yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influenzae. Mikroorganisme dapat masuk melalui tulang terbuka, fraktur
atau luka pembedahan. Selain itu dapat pula melalui aliran pembuluh darah
akibat dari bagian tubuh lain yang terinfeksi misalnya infeksi saluran nafas
atas, tonsilitis, abses gigi, lesi kulit atau pielonefritis. 5,6
Mikroorganisme tersebut melalui pembuluh darah masuk melalui
matafisis tulang dan bila tidak ditanggulangi dengan benar akan menjadi
abses dan destruksi / kerusakan tulang. Bila abses membesar dapat terjadi
ruptur pada bagian subperiosteak yang menyebabkan nekrosis yang disebut
“sequestrum” (jaringan nekrotik yang timbul setelah terjadi infeksi pada
tulang).5

2.2 Epidemiologi
Keseluruhan kejadian osteomielitis di Amerika Serikat tidak
diketahui secara pasti, tetapi laporan menunjukkan sekitar 50000 kasus
setiap tahunnya. Insidensinya lebh tinggi pada pria untuk alasan yang tidak
diketahui tetapi meningkat seiring bertambahnya usia terutama karena
faktor komorbitas seperti diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah
perifer. Juga penngktana ketersediaan tes pencitraan sensitf, seperti MRI
dan skintigrafi tulang telah meningkatkan akurasi diagnostik dan
kemampuan untuk mengkarakteristik infeksi. 7
Prevalensi osteomielitis adalah 1 kasus per 5000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per 1000. Insidensi tahunan pada pasien
dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis
setalah tusukan kaki sebesar 16% dan 30-40% pada pasien dengan diabetes.

2
Insiden osteomielitis vertebra adalah sekitar 2,4 kasus per 100000 populasi.
Insiden ostemomielitis lebih tinggi pada negara berkembang. 8
20% kasus oeteomielitis pada orang dewasa bersifat hematogen dan
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1.9 Pada usia yang lebih tua cenderung meningkat
dikarenakan peningkatan kasus diabetes terkait dasecular. Insidens
osteomielitis tulang belakang diperkirakan 1 dalam 450.000 pada tahun
2001. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, keseluruhan insiden
osteomielitis tulang belakang diyakini telah meningkat sebagai konsekuensi
dari penggunaan obat intravena, peningkatan usia populasi dan tingkat yang
lebih tinggi dari infeksi nasokomial akibat alat intravaskular dan
instrumentasi lainnya. Kejadian osteomielitis lebih tinggi terjadi pada
negara berkembang.5,10
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal.
Osteomielitis hematogen akut biasanya terjadi pada anak-anak. Trauma
langsung dan fokus osteomielitis yang berdekatan lebih sering terjadi pada
orang dewasa dan remaja. Osteomielitis vertebra lebih sering terjadi pada
orang yang berusia lebih dari 45 tahun. 8

2.3 Etiologi
Penyebab utama dari osteomielitis adalah :10
a. Insufiensi pembuluh darah
Insufiensi vaskular lebih sering terjadi pada pasien diabetes.
b. Penyemaian hematogen
Sering terjadi pada anak-anak dan orang tua.
c. Trauma atau pembedahan sebelumnya
Fraktur terbuka memiliki tingkat osteomielitis lebih tinggi dibandingkan
dengan fraktur tertutup.

3
Kelompok umur Organisme penyebab
Baru lahir ( < 4 bulan) S. aureus, Enterobacter spesies
dan Streptococcus grup A dan B
Anak – anak S. aureus, Streptococcus grup A,
(4 bulan – 4 tahun) Kingella kingae dan Enterobacter
Anak-anak sampai remaja S. aureus, Streptococcus grup A,
H. Influenzae, dan Enterobacter
Dewasa S. aureus, Streptococcus dan
Enterobacter
Tabel. Penyebab osteomyelitis berdasarkan usia11

organisme Karakteristik pasien


Salmonella Pasien anemia sel sabit ( S. Aureus
masih paling umum)
Psudomonas Penggunaan obat IV dengan
infeksi sendi atau luka tusukan
melalui sepatu ber sol karet
Bartonella Pasien HIV/ AIDS diikuti cakaran
atau gigitan kucing
Osteomyelitis jamur Pasien dengan
immunocommpromised,
pengunaan obat IV jangka panjang
atau nutrisi parenteral
Tuberculosis Manifestasi penyakit potts
Tabel. Organisme penyebab osteomielitis yang jarang11

4
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya osteomyelitis adalah : 11
a. Trauma atau operasi terbaru
b. Pasien dengan immunocompromised
c. Penggunaan obat-obat terlarang
d. Pasokan vaskular yang buruk
e. Kondisi sistemik seperti diabetes dan sel sabit
f. Neuropati perifer

2.5 Klasifikasi

Pada tahun 2003, Cierny-Mader et al mengembangkan sistem


pementasan mereka, yang saat ini lebih umum digunakan. Klasifikasi
oleh Cierny- Mader berdasarkan pada karakteristik anatomi dari tulang
dan fisiologi dari inang. Debridemen osteomielitis ditentukan dari evaluasi
karakteristik anatomi. Dengan memperhatikan karakteristik fisiologi baik
lokal maupun sistemik, dapat membantu mengidentifikasi potensi masalah.
Optimalisasi kondisi pasien sebelum operasi dan hindari prosedur
rekonstruksi kompleks pada pasien yang bermasalah. 12,13

Terdapat empat tipe anatomi dari osteomielitis: medula, superfisial, lokal


dan difus

 Osteomielitis Medula (type I). Melibatkan permukaan


intramedula.
 Osteomielitis Superfisial (type II). Melibatkan sebatas permukaan
tulang. Ini disebabkan oleh infeksi langsung ketika permukaan tulang
berdekatan dengan luka jaringan lunak.
 Osteomielitis lokal (type III). Melibatkan Seluruh tebal korteks
dan menyebar ke kanal intramedula, namun pengeluaran sequestrum
dengan pembedahan tidak mempengaruhi stabilitas tulang.
 Osteomielitis Difus (type IV). Melibatkan tulang secara melingkar,
membutuhkan reseksi tulang dan stabilisasi. Instabilitas pada osteomielitis

5
difus, dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah debridemen. Infected
nonunions, yang melibatkan osteomielitis difus, memberikan tantangan
paling besar

Status fisiologi dari pasien dibagi menjadi tipe A, B, atau C


berdasarkan adanya faktor lokal dan sistemik, yang memberikan peran besar
pada hasil akibat dari interaksi mikroorganisme dan inang.

 Tipe A Mempunyai sistem pertahanan yang baik, vaskularisasi lokal


yang baik dan respon fisiologi yang normal terhadap infeksi dan
pembedahan.
 Tipe B Dibagi menjadi masalah sistemik, lokal dan kombinasi
dalam penyembuhan luka dan respon terhadap infeksi. Faktor sistemik,
seperti penyakit ginjal stadium akhir, keganasan, diabetes mellitus,
penggunaan alkohol, malnutrisi, penyakit reumatologi atau status
immunocompromised (infeksi HIV, terapi imunosupresif), dapat
mengurangi kemampuan sistem imun. Defisiensi lokal dapat disebabkan
oleh penyakit arteri, stasis vena, radiasi, bekas luka, atau merokok yang
dapat mengurangi vaskularisasi. Cedera awal dan pembedahan yang
menyertai sering berakhir dengan fragmen tulang yang avaskuler dan bekas
luka pada jaringan diatasnya.
 Tipe C Faktor lokal dan sistemik begitu beratnya sehingga bahaya
dari terapi melebihi penyakit itu sendiri (Cierny dkk, 2003).

6
1. Klasifikasi Waldvogel14
Karakteristik
Mekanisme infeksi tulang
Hematogen Transportasi bakteri melalui
darah. Sebagian besar infeksi
terjadi pada anak-anak.
Berdekatan Inokulasi bakteri dari fokus yang
berdekatan. Contohnya :

7
Osteomielitis pasca trauma,
infeksi prostetik.
Terkait dengan insufiensi Infeksi yang mempengaruhi kaki
pembuluh darah pada pasien dengan diabetes,
hanseniasis atau insufiensi
perifer.
Durasi dari Infeksi
Akut Episode awal osteomyelitis yang
ditandai dengan edema,
pembentukan nanah, kongesti
vaskular, trombosis pembuluh
kecil.

Kronik Kekambuhan dari kasus akut.


Area ofemia yang luas, nekrosis
dan sequestra tulang

2. Klasifikasi Cierny dan Mader14


karakteristik
Tingkatan Anatomi
1. Medular Infeksi terbatas pada sumsum
tulang
2. Superficial Infeksi terbatas pada tulang
kortikal
3. Lokalisasi Infeksi dengan tepi yang jelas dan
stabilitas tulang yang terjaga
4. Difusi Infeksi menyebar keseluruh
lingkar tulang dengan
ketidakstabilan sebelumatau
sesudah debridement.

8
A – Pasien sehat Pasien tanpa komorbit
B1 - Kompromi lokal Merokok, limpaedema
kronis,vena stasis, arthritis, bekas
luka yang besar dan
byradiotherapy fibrosis.
Bs - Kompromi sistemik Diabetes melitus, malnutrisi,
gagal ginjal, hipoksia kronik,
neoplasma, usia

C- Kondisi klinis yang buruk Perawatan bedah akan memiliki


risiko lebih tinggu daripada
osteomielitis itu sendiri.

2.6 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya penyakit osteomielitis didasarkan dalam tiga


kategori yang diterima secara umum: penyebaran hematogen (ditularkan
melalui darah), kontaminasi yang bersdekatan dan infeksi terkait
insufisiensi vaskular atau neurologis. 15–17

Karakteristik masing-masing kategori dapat diringkas sebagai berikut:

1. Penyebaran bakteri yang hematogen akan mempengaruhi metafisis


tulang yang belum matang atau vertebral pada semua umur, walaupun infeksi
di lokasi lain dapat terjadi.
2. Infeksi yang berdekatan biasanya menyebar dari tempat yang
terkontaminasi, paling sering terlihat dengan kontaminasi langsung bakteri
dalam fraktur terbuka atau operasi penggantian sendi dengan implan ortopedi.
3. Insufisiensi vaskular atau neurologis terkait osteomielitis
merupakan akibat dari suplai darah yang buruk, luka diabetes, hilangnya
sensasi pelindung dan perubahan daya tahan imun, biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah.

9
Meskipun semua jenis organisme, termasuk bakteri, virus, parasit,
dan jamur dapat menyebabkan osteomielitis, infeksi tulang umumnya
disebabkan oleh bakteri piogenik. Staphylococcus aureus (S. aureus)
bertanggung jawab atas 80% hingga 90% dari kasus osteomielitis piogenik.
Sedangkan Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) adalah flora
normal pada kulit yang paling banyak mengkontaminasi perangkat medis,
termasuk implan perangkat keras ortopedi dan kateter. 18–21

Ketika jaringan tulang terinfeksi, bakteri akan menginduksi


reaksi inflamasi akut. Bakteri dan reaksi peradangan mempengaruhi
periosteum dan menyebar di dalam tulang yang menyebabkan nekrosis
tulang. Pada anak-anak, periosteum melekat longgar pada korteks,
memungkinkan untuk pembentukan abses subperiosteal yang cukup besar
di sepanjang permukaan tulang. Pengangkatan periosteum lebih lanjut akan
mengganggu pasokan darah ke tulang yang terkena sehingga menyebabkan
nekrosis tulang segmental yang dikenal sebagai sequestrum. Pada tahap
kronis, banyak sel inflamasi serta pelepasan sitokin akan merangsang

10
resorpsi tulang oleh osteoklas, pertumbuhan jaringan fibrosa, dan deposisi
tulang baru yang reaktif di pinggiran. Pembentukan tulang yang baru akan
membentuk selubung jaringan hidup di sekitar segmen tulang yang
terinfeksi atau nekrosis, hal ini dikenal sebagai involucrum. Pecahnya abses
subperiosteal dapat menyebabkan abses jaringan lunak dan pembentukan
sinus drainase.17

11
2.7 Manifestasi klinis

Pasien dapat menderita nyeri pada daerah yang terkena, eritema,


bengkak dan terdapat sinus. Demam biasanya tidak ditemukan pada
osteomielitis kronis). Oleh karena infeksi biasanya tenang, diperlukan
kecurigaan yang tinggi dalam diagnosis, terutama pada pasien dengan
atrophic nonunion setelah patah tulang terbuka atau fiksasi internal dari
patah tulang tertutup. Pada sekitar 0.2% hingga 1.6% pasien, sinus yang
kronik dapat berakhir pada metaplasia pada epitel traktus sinus, tranformasi
ganas dan pembentukan squamous cell carcinoma (Marjolin’s ulcer)

Osteomielitis multifokal kronis merupakan kondisi yang jarang


dengan penyebab yang belum diketahui. Gambaran klinis berupa lemas
yang memberat, nyeri lokal dan nyeri tekan pada tempat infeksi. Lesi tulang
dapat muncul berurutan dengan lokasi predominan pada metafise tulang
panjang, dapat juga melibatkan bagian medial clavicula, korpus vertebra
atau sendi sacroiliakus. Lesi tulang sering berulang dan dapat simetris.

12
2.8 Diagnosa banding9
Penyakit Defenisi Etiologi Tanda dan gejala Pemeriksaan penunjang Tatalaksana
Ewing Suatu tumor ganas Belum diketahui Nyeri yang hilang - Pemeriksaan Kemoterapi
Sarcoma yang jarang terjadi timbul hingga nyeri laboratorium Kemoradiasi
dimana sel kanker hebat, edema dan - X-ray pembedahan
dapat ditemukan inflamasi pada lokasi - CT Scan
pada tulang lesi,demam, anemia, - MRI
ataupun jaringan penurunan nafsu - PET Scan
lunak. makan dan berat - Patologi Anatomi
badan.
Gout dan Gout adalah suatu Gout disebabkan Nyeri,bengkak, - Pemeriksaan Pemberian nsaid
Pseudogout penyakit dan oleh kristal merah dan hangat, laboratorium
potensi monosodium disertai keluhan - X-ray
ketidakmampuan urate demam, menggigil, - Aspirasi cairan sendi
akibat radang monohydrate, lelah
sendi yang pseudogout
gejalanya episodik disebabkan oleh

13
berat dan kristal kalsium
menyerang 1 sendi pirofosfat.
Septic Radang sendi yang Staphylococcus - Nyeri pada - Pemeriksaan Antibiotik dan drainase
Arthritis disebabka oleh aureus sensi yang laboratorium cairan sendi
bakteri, virus Streptococcus terkena - Aspirasi cairan sendi
ataupun jamur. pneumoni - Bengkak dan - USG
Streptococcus hangat pada
pyogenes sendi yang
Pseudomonas terkena
aeruginosa - Demam
Escherichia coli
Anemia sel Kelainan Kelainan globin Jantung : Pmeriksan laboratorium a. Menghindari
sabit autosomal resesif sabit yang kardiomegali, elektroforesis pencetus kritis
yang disebabkan disebabkan oleh murmur, takikardi, b. Penisilin
oleh mutasi gen subsitusi valin dispnea profilaktik
globin sabit untuk asam Paru : mencegah
menjadi glutamat pada Nyeri dada, batuk, pneumonia
hemoglobin S posisi 6 rantai. demam, hemoptisis, c. Asam folat
yang kelarutannya gelisah

14
menurun dalam Saraf pusat : d. Hidrasi dan
bentuk hemiplegia, afasia, analgesik opioid
deoksigenasinya disfungsi usus dan e. Deferoksamin
sehingga kandung kemih f. Transfusi
menghasilkan Skeletal : nyeri, g. hidroksiurea
eritrosit yang bengkak pada tangan
abnormal. dan kaki
Kulit : nyeri, ulkus
terbuka dan
mengering
Gastrointestinal :
nyeri perut,
hepatomegali,
ikterus, demam
Genitourinaria : nyeri
pinggang, hematuria

15
16
2.9 Penegakkan Diagnosa
1. Anamnesis
Menanyakan faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan osteomielitis
seperti usia, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khusunya operasi tulang, penggunaan kateter dan terapi radiasi. 5
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, bekas luka atau gangguan lokal penyembuhan
luka ditemukan bersamaan dengan tanda-tanda utama peradangan. Pada
ekstremitas yang terlibat dapat juga dijumpai gerakan yang tidak
leluasa, deformitas ndan tanda-tanda lokal gangguan vaskularisasi.10
Area disekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi. Bisa juga terjadi eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam yang biasanya diatas
38oC, takikardi dan iritasi.5
Pada aak, dapat mengalami penurunan pergerakan dan nyeri pada
ekstremitas yang terkena dan persendian yang berdekatan, serta edema
dan eritema pada daerah. Selain itu pada nak juga dapat mengalami
demam, malaise dan lekas marah atau menanggis bayi baru lahir dengan
osteomielitis dapat menunjukkan penurunan pergerakan anggota tubuh
tanpa tanda atau gejala lain.10
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hasil laboratorium menujukkan adanya leukositosis dan laju endap
darah meningkat 50% pada pasien yang mengalami infeksi
hematogenous.5 jumlah leukosit jarang melebihi 15000 pada fase
akut dan normal pada osteomielitis kronik. 10
Pada pasien anak-anak yang mengalami osteomyelitis sering terlihat
peningkatan dari ESR dan CRP. Tingkat CRP berkolerasi dengan
respon ingkat interleukin 6 sering dipelajari sebagai alat diagnostik

17
infeksi tulang yang terkait dengan prostesis sendi. Dapat dijumpai
kadar yang normal pada alkali fosfatase, kalsium dan fosfat. 10
b. Foto rontgen
Pada osteomielitis akut, radiografi polos awal tidak menunjukkan
banyak perubahan. Setelah sekitar 3 hingga 4 hari mungkin ada
peningkatan dalam jaringan lunak. Perubahan tulang muncul setelah
2 minggu dan lesi litik yang digambarkan buruk menyimulsikan lesi
yang agresif. Radiografi polos memiliki kepositifan hanya 20%
setelah 2 minggu. Pada radiologi ditemuka penebalan atau
peningkatan periosteal serta penebalan kortikal, sklerosis dan
ketidakteraturan. Perubahan lainnya termasuk hilangnya arsitektur
trabelkular, osteolisis dan pembentukan tulang baru. Perubahan ini
mungkin tidak tampak sampai 5-7 hari pada anak0anak dan 10
sampai 14 hari pada orang dewasa.10

18
c. CT Scan
CT Scan lebih sensitif daripada radiografi polos untuk menilai
integritas kortikal dan trabekular, reaksi periosteal, gas intraoseus
dan jaringan lunak, luas saluran sinus dan unggul dalam mendeteksi
fragmen tulang nekrotik.7 CT berguna untuk memandu biopsi
hjarum pada infeksi tertutup dan untuk perencanaan praoperasi
untuk mendeteksi kelainan tulang ataupun benda asing. 10
d. Ultrasonografi
Tampak kumpulan cairan yang berdekatan dengan tulang, dapat
dijumpai peningktan dan penebalan periosteum. Ultrasonografi ini
dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat menjalani prosedur
MRI.10
e. Biopsi tulang
Biopsi tulang ( baik terbuka atau perkutan) penting untuk
menegakkan diagnosis histopatologis pada osteomielitis,
mengidentifikasi patogen penyebab dan memberikan data
kerentanan yang membantu terapi antibiotik langsung. Kultur luka
superfisial atau bahn dari tusukan jarum atau saluran sinus tidak
boleh digunakan dalam diagnosis karena spesimen ini tidak
berkolerasi dengan baik dengan hasil biopsi tulang. Penghentian
antibiotik 48 hingga 72 jam sebelum biopsi tulang terbuka dapat
meningkatkan hasil mikrobiologis tetapi tidak secara rutin
diperlukan karena biakan tulang sering positif terlepas dari terapi
antibotik sebelumnya karena infeksi ini terjadi didaerah infark atau
nekrosis yang disebabkan infeksi. 7Gold standar untuk pemeriksaan
osteomyelitis adalah kultur mikrobiologi dan histologi tulang. 22
Hasil histologi ditemukan leukosit polinuklear yang dominan pada
osmeomielitis akut, sedangkan pada osteomielitis kronik lebih
sering dijumpai limfosit, osteoblas dan osteoklas.

19
f. MRI
Pasein dengan peningktan level ESR dan CRP harus
menjalani MRI untuk membedakan infeksi dari herniasi diskus atau
penyebab struktural lainnya dari nyeri punggung. MRI memiliki
sensitivitas dan spesifitas gabungan tertinggi ( masing-masing 78%
hingga 90% dan 60% hingga 90%) untuk medeteksi osteomielitis.
Ini dapat mendeteksi infeksi tulang dini dalam 3 sampai 5 hari
setelah onset penyakit. MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi
bedah osteomielitis serta perubahan patologis sumsum tulang dan
jaringan lunak. Penggunaan kontras intravena tidak meningkatkan
deteksi penyakit tetapi memberikan perbedaan antara phlegmon,
jaringan nekrotik dan abses.7,10

2.10 Tatalakasana
Aspek utama dalam pengobatan osteomielitis adalah pengendalian
infeksi dan pembedahant666y78hujn . Bedah debridement semua tulang
yang sakit sering diperlakukan karena antibiotik menembus kedalam
pengumpulan cairan yang terinfeksi seperti abses dan cedera atau nekrotik
tulang. Dengan demikian, pengangkatan jaringan dan tulang nekrotik akan
menjadi tindakan utama dalam pembedahan. Jika debridemt bedah tidak

20
layak berdasarkan lokasi infeksi maka terapi antibiotik diperpanjang selama
berbulan-bulan.7
Hasil kultur dan sensitivitas harus memandu pengobatan antibiotik
jika memungkinkan, titapi jika tidak ada data ini, dapat dimulai antibiotik
empiris. Rejimen antibiotik empiris spektrum luas melawan organisme
gram positif dan negatif termasuk MRSA adalah vankomisin
(15mg/kgbb/IV/12 jam) ditambah sefalosporin generasi ketiga ( misalnya,
ceftriaxone 2g/iv/hari) atau kombinasi penghambat beta-laktam/ beta-
laktamase (mis. Piperasilin/tazobaktam 3,375 IV/8 jam), setelah data
sensitivitas tersedia, maka terapi antibiotik harus dipersempit untuk
cakupan yang ditargetkan dari organisme yang rentan. 7

Tabel pemberian antibiotik pada anak.


Bakteri Antibiotik Dosis Dosis Penetra
mg/kg/pember maksimum si pada
ian harian tulang
Jika Generasi 150 dalam 4 2-4 g 6-7
prevalensi pertama kali pemberian
MRSA di cephalosporin
masyarak
at < 10%
OR
Antistaphylococ 200 dalam 4 8-12g 15-17
cal penisilin ( kali pemberian
cloxacilin,
flucloxacilina,
nafcillin, atau
oxacillin)
Jika Clindamycin 40 dalam 4 kali 3g 65-78
prevalensi pemberian

21
MRSA di
masyarak
at > 10%
dan
prevalensi
S. Aureus
resisten
terhadap
clindamyc
in <10%
Jika vancomycin 40 dalam 4 kali Dosis 5-67
prevalensi pemberian atau disesuaikan
MRSA di 45mg dalam 3 dengan
masyarak kali pemberian kadar darah
at > 10% dengan
dan target level
prevalensi 15-20
S. Aureus mikrogram/
resisten mL
terhadap
clindamyc
in > 10%
OR
Linezolid jika 30 dalam 3 kali 1,2 g, 40-51
vancomycin pemberian penggunaan
tidak efektif tidak boleh
lebih dari 28
hari.

22
Alternatif Ampicilin atau 150-200 dibagi 8-12g 3-31
untuk amoxicilin dalam 4 dosis
agent untuk Beta- yang sama
yang hemolitikus
spesifik streptococcus
group A,
Haemophylus
influenzae type
b ( strain yang
tidak
menghasilkan
beta-laktamase,
S. Pneumonia
sensitif terhadap
penisilin).

Terapi antibiotik patogen khusus untuk osteomielitis pada orang dewasa :7


1. Pengobatan pilihan adalah penisilin G4 juta unit setiap 6 jam. Regimen
alternatif adalah sefalosporin generasi pertama, misalnya Cefazolin 2g
IV setiap 8 jam, Clindamycin 900 mg IV setiap 8 jam, Vancomycin
15mg/kgIV setiap 12 jam, Oxacilin atau nafcilin 2g IV setiap 4 jam.7
2. Resisten penisilin terhadap Staphylococcus aureus
Pengobatan pilihan adalah nafcilin 2 gm IV setiap 4 jam. terapi alternatif
adalah cefazolin, clindamycin atau vankomisin dengan dosis yang sama.
3. Resisten methicilin Staphylococcus aureus
Perawatan pilihan adalah vankomisin IV. Regimen alternatif adalah
linezolid 600mg IV setiap 12 jam.
4. Streptococcus ( group A, B, Beta Hemolytic, Streptococcus
pneumoniae)

23
Pengobatan pilihan dengan pemberian penicilin G 4 juta unit setiap 6
jam. regimen alternatif adalah ceftriaxone 2gm/IV/hari, clindamycin IV,
Vancomycin IV, cefazolin IV ( dengan dosis yang sama).
5. Sensitif kuinolon enterobacteriaceae
Pengobatan pilihan adalah ciprofloxacin 400mg IV/ 2 kali sehari atau
750mg oral, levofloxacin 500 sampai 750 per oral atau per IV per hari.
regimen alternatif dengan pemberian ceftriaxone 2g IV/hari, cefepime
2gm IV per 12 jam, ceftazidime 2 gm IV setiap 8 jam.
6. Resisten kuinolon Enterobakteriaceae
Pengobatan pilihan adalah piperacilin/tazobactam 3,375 g IV setiap 8
jam, ticarcillin/clavulanae 3,1 gm IV setiap 4 jam. Regimen alternatif
dengan pemberian ceftriaxone 2g IV per hari.
7. Pseudomonas aeruginosa
Pengobatan pilihan adalah cefepime 2gm IV setiap 12 jam, ceftazidime
2gm IV setiap 8 jam. regimen alternatif dengan pemberian meropenem
1 mg IV setiap 8 jam, imipenem 500 mg IV setiap 6 jam, ciprofloxacin
400mg IV setiap 12 jam atau 750 mg per oral per hari.
8. Enterococci
Terapi pilihan dengan penambahan penicilin 4 juta unit setiap 6 jam.
regimen alternatif dengan pemberian vancomycib 15mg/kg/12 jam,
daptomycin 6 mg/kg IV/hari, linezolid 600 mg IV atau PO setiap 12 jam.
9. Anaerob
Terapi pilihan adalah clindamycin 900 mg IV setiap 8 jam,
ticarcilin/clavulanate 3,1 gm IV setiap 4 jam. alternatif, metrodinazole
500 mg IV setiap 8 jam ( untuk bakteri anaerob gram negatif).

Durasi pengobatan osteomielitis yang direkomendasikan pada orang


dewasa adalah 4 sampai 6 minggu terapi antibiotik parenteral untuk
mencapai tingkat penyembuhan dan menurunkan risiko kekambuhan.
Pada pasien yang telah di debridemt atau di amputasi durasi pemberian
antibiotik dapat diperpendek. Antibiotik 2 minggu pasca operasi cukup

24
untuk memungkinkan perawatan infeksi jaringan residual dan
penyembuhan luk di area bedah.

2.11 Komplikasi
Sebanyak 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral
mengembangkan temuan neurologis atau kompresi medula spinalis.
Sebanyak 30% pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat
mengembangkan trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga
dapat menjadi penanda infeksi yang menyebar. Komplikasi umum pada
anak-anak dibawah 18 bulan termasuk kerusakan tulang, osteomielitis
kronik dan gangguan pertumbuhan tulang, terutama ketika lempeng
pertumbuhan terpengaruh. Kerusakan tulang yang ekstrim atau penipisan
korteks dapat menyebabkan fraktur patologis. 10
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul pada osteomyelitis yang
tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat, seperti : 7
a. Artritis septik
b. Osteomielitis Kronik
c. Fraktur Patologik
d. Karsinoma sel skuamosa
e. Pembentukan saluran sinus
f. Amiloidosis
g. Abses
h. Kelainan bentuk tulang
i. Infeksi sistemik dan infeksi jaringan lunak yang berdekatan

25
2.12 Prognosis
Prognosis untuk osteomielitis bervariasi tetapi secara nyata
membaik dengan diagnosis yang tepat waktu dan intervensi terapeutik yang
agresif.8 Jika sterilitas lesi dicapai dalam 2 sampai 4 hari dan tidak ada
permasalahan dalam sistem kekebalan pasien, maka dapat diperoleh hasil
yang baik. Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekambuhan
infeksi dan pengembangan menjadi kronis.
Pada osteomielitis kronis terjadi avaskularisasi relatif tulang,
sehingga hanya dapat disembuhkan dengan reseksi atau amputassi radikal.
Infeksi kronis ini dapat muncul kembali sebagai eksaserbasi akut, yang
dapat ditekan dengan debridemen diikuti dengan terapi antimikroba
parenteral dan oral.10,14
Pada orang dewasa, tingkat kekambuhan osteomielitis kronis adalah
30% dalam 12 bulan, tetapi dalam kasus yang melibatkan P. Aeruginosa
tingkat kekambuhan mencapai 50%. Kasus-kasus yang melibatkan
perangkat prostetik lebih sulit untuk diobati yang menyebabkan peningktan
morbiditas karena kebutuhan akan prosedur bedah yang lebih luas dan
kursus antibiotik yang diperpanjang diperlukan untuk perawatan. 7
Penggunaan antibiotik profilaksis pra operasi sebelum sayatan
terbukti mengurangi tingkat infeksi pasca operasi sekitar 0,5% hingga 2 %
sehingga meningkatkan hasil yang baik.angka kematian rendah, kecuali ada
sepsis terkait atau kondisi medis serius yang m endasarinya.8,7

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Osteomyelitis S, Progression D, Directions F. crossm. 2018;31(2):1–25.

2. Birt MC, Anderson DW, Bruce Toby E, Wang J. Osteomyelitis: Recent


advances in pathophysiology and therapeutic strategies. J Orthop.
2017;14(1):45–52.

3. Bhowmik D, Bhanot R, Gautam D, Rai P, Kumar KPS. Osteomyelitis-


Symptoms, Causes and Treatment. Res J Sci Technol. 2018;10(2):165.

4. Hatzenbuehler J, Pulling TJ. Diagnosis and management of osteomyelitis.


Am Fam Physician. 2011;84(9):1027–33.

5. Risnanto, Insani U. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (


Sistem Muskuloskeletal). 1 ed. Yogyakarta: Deepublish; 2014. 73-79 hal.

6. Rini IS, Suharsono T, Ulya I, Suryanto, N. DK, Fathoni M. Buku Ajar


Keperawatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Malang: UB Press;
2019. 192 hal.

7. Momodu II, Savaliya V. Osteomyelitis. ncbi. 2019;

8. King RW. Osteomyelitis in Emergency Medicine [Internet]. medscape2.


2019. Tersedia pada: http://emedicine.medscape.com/article/785020-
overview#a4

9. Gawood CS, Kim PJ. Relevance of Osteomyelitis to Clinical Practice. In:


Boffeli TJ, editor. Osteomyelitis of the Foot and Ankle : Medical and
Surgical Management. Switzerland: sPRINGER; 2015. hal. 1–8.

10. Kishner S. Osteomyelitis [Internet]. medscape. 2018 [dikutip 1 Maret


2018]. Tersedia pada: https://emedicine.medscape.com/article/1348767-
overview#a4

11. Edgington J, Karadsheh M. Osteomyelitis - Adult [Internet]. Orthobullets.


2018 [dikutip 11 Juni 2018]. Tersedia pada:

27
https://www.orthobullets.com/trauma/1057/0stemyelitis-adult

12. J.-S. L, J. L, J.-P. C, J.-Y. S, C.-W. H, J.H. L, et al. Clinical guidelines for
the antimicrobial treatment of bone and joint infections in Korea. Infect
Chemother. 2014;46(2):125–38.

13. Akoh CC, Chang J, Buckwalter J. Marjolin’s Ulcer of the Tibia With
Pelvic Lymph Node Metastasis. Iowa Orthop J. 2017;37:133–8.

14. Helmann DB, Imboden JB. Musculoskeletal & Immunologic Disorder. In:
Mcphee SJ, Papadakis MA, Rabow MW, editor. Current Medical
Diagnosis & Treatment. 51 ed. USA: McGraw-Hill; 2012. hal. 839–40.

15. Yousefi F, Nabipour I, Kalantarhormozi M, Assadi T, Raeisi A, Assadi M.


Quantum dot-based diabetic foot mapping for diagnosing osteomyelitis and
Charcot neuroarthropathy. Med Hypotheses. 2015;85(1):7–9.

16. SooHoo NF, Krenek L, Eagan MJ, Gurbani B, Ko CY, Zingmond DS.
Complication rates following open reduction and internal fixation of ankle
fractures. J Bone Jt Surg - Ser A. 2009;91(5):1042–9.

17. Kumar V, Abbas A, Aster J. Robbins & Cotran Pathologic Basis of


Disease: Bones, Joints, and Soft Tissue Tumors. 9 ed. New York: Elsevier;
2014. 1205-1256 hal.

18. Pardo R, Pigrau C, Lora-Tamayo. A Large Multicenter Study of Gram-


negative Prosthetic Joint Infections : outcome of debridement , antibiotics
and implant retention approach. Eur Soc Clin Microbiol Infect Dis.
2014;242:815.

19. Benito N, Franco M, Coll P, Gálvez ML, Jordán M, López-Contreras J, et


al. Etiology of surgical site infections after primary total joint
arthroplasties. J Orthop Res. 2014;32(5):633–7.

20. Tong SYC, Davis JS, Eichenberger E, Holland TL, Fowler VG.
Staphylococcus aureus infections: Epidemiology, pathophysiology, clinical

28
manifestations, and management. Am Soc Microbiol. 2015;28(3):603–61.

21. Lamagni T, Elgohari S, Harrington P. Trends in surgical site infections


following orthopaedic surgery. Wolters Kluwer Heal. 2015;28(2):125–32.

22. Cook EA, Ashcraft JF. Clinical and Laboratory Diagnosis. In:
Osteomyelitis of the Foot and Ankle : Medical and Surgical Management.
Switzerland: Springer; 2015. hal. 13–23.

29

Anda mungkin juga menyukai