dilakukan oleh pihak aparat kepolisian ketika itu. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
menyimpulkan bahwa tindakan pelanggaran HAM berat ini dilihat karena tindakan aparat
kepolisian ketika itu melakukan secara sistematik serta meluas berupa penyiksaan,
pembunuhan kilat, penganiayaan, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik
lainnya secara sewenang-wenang yang ditujukan kepada kelompok sipil. Hal tersebut secara
jelas di atur pada pasal 9 UU. No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
Peristiwa pelanggaran HAM berat di Abepura Papua berawal dari sebuah peristiwa penyerangan
Mapolsek Abepura, pembakaran Ruko di Lingkaran Abepura dan pembunuhan Satpam di Kantor
dinas Otonom Kotaraja oleh sekolompok orang. Peristiwa ini kemudian di respon oleh pihak
aparat kepolisian dalam hal ini Polisi Resort Jayapura yaitu Kapolres Jayapura AKBP Drs. Daud
Sihombing, SH dengan mengeluarkan perintah untuk pengejaran dan penyekatan, yang
kemudian melakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap beberapa orang. Beberapa tempat
yang dilakukan pengejaran, penyekatan, penangkapan dan penyiksaan oleh aparat kepolisian
yaitu Asrama Ninmin, pemukiman warga asal Kobakma Mamberamo, Asrama Mahasiswa Yapen
Waropen, kediaman Masyarakat Suku Lani asal Mamberamo, Pemukiman Masyarakat asal Suku
Yali, Anggruk di daerah Skyline Jayapura Selatan, dan Asrama Ikatan Mahasiswa Ilaga.